Pendahuluan Globalisasi dan tekanan internasional menuntut organisasi agar dapat meningkatkan kinerjanya. Kunci pembeda dari keunggulan kompetitif di
|
|
- Teguh Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pendahuluan Globalisasi dan tekanan internasional menuntut organisasi agar dapat meningkatkan kinerjanya. Kunci pembeda dari keunggulan kompetitif di era baru ini adalah pekerja yang ada pada suatu organisasi. Pekerja diharapkan untuk memberikan sesuatu yang lebih pada organisasi, baik dari sisi usaha, keterampilan dan fleksibilitas. Selain itu, pekerja harus bisa beradaptasi dengan tuntutan yang semakin meningkat dari berbagai macam peran yang dimilikinya maupun tuntutan dari stakeholder organisasi, meskipun dengan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, organisasi perlu memonitor dan meningkatkan efektivitas pekerja dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru yang semakin meningkat, sehingga hal ini akan menstimulasi perkembangan dan meningkatkan well-being pekerja seiring dengan meningkatnya kinerja organisasi (Rothman & Joubert, 2007). Tantangan globalisasi dan pengelolaan sumberdaya manusia tersebut juga dihadapi oleh institusi pendidikan tinggi. Institusi pendidikan tinggi memiliki posisi penting dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Seiring dengan semakin kompetitifnya persaingan dalam dunia kerja dan dunia ekonomi, institusi pendidikan tinggi diharapkan dapat mencetak sumberdaya manusia yang bermutu. Dengan adanya kompetisi perguruan tinggi di era global, institusi pendidikan tinggi perlu mempertahankan sustainabilitasnya dan terus meningkatkan kualitasnya. Tantangan ini dihadapi pula oleh Universitas Islam X sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi swasta. Supaya dapat berkompetisi secara nasional maupun global, Universitas Islam X mencanangkan visi menjadi world class university. Sebagai universitas swasta, ini bukan hal yang mudah dicapai karena umumnya universitas swasta mengalami keterbatasan dalam hal input mahasiswa maupun sumberdaya manusia. Upaya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut telah dilakukan lewat berbagai upaya peningkatan mutu, pengembangan sistem dan pembangunan jejaring di tingkat internasional. Selain itu, organisasi berusaha memastikan setiap orang menjalankan tugas dengan kinerja yang optimal. Meskipun demikian, berdasarkan kajian peneliti, terdapat gejala bahwa kinerja yang ditampilkan masih belum optimal. Hal ini tampak melalui belum tercapainya visi misi yang ingin diraih, sehingga sebagai langkah perbaikan, universitas mengadakan riset dan tindakan yang berkelanjutan untuk 1
2 2 meningkatkan kinerja pegawai, seperti perbaikan sistem penilaian kinerja dan asesmen kepuasan kerja pegawai agar pegawai lebih terikat dan berkomitmen dengan pekerjaannya serta mendukung pencapaian visi misi organisasi. Keterikatan psikologis pegawai dengan pekerjaannya menjadi suatu hal yang penting dalam layanan ekonomi di abad ke-21 ini. Dalam dunia kerja kontemporer, supaya dapat bersaing dengan efektif, organisasi tidak hanya harus merekrut mereka yang memiliki talent yang unggul, tetapi juga mampu menginspirasi dan mendayagunakan pegawai untuk mengaplikasikan kapasitas maksimal mereka ke dalam pekerjaannya. Organisasi pada masa kontemporer ini memerlukan pegawai yang terhubung secara psikologis dengan pekerjaannya, yang berkemauan dan mampu menginvestasikan diri mereka secara penuh ke dalam perannya, yang proaktif serta berkomitmen terhadap standar kualitas kinerja yang tinggi. Dengan kata lain, organisasi membutuhkan pegawai yang memiliki keterikatan dengan pekerjaannya (Bakker & Leiter, 2010). Banyak penelitian menunjukkan bahwa keterikatan kerja (work engagement) memiliki korelasi positif dengan kinerja, baik itu bagi pekerja maupun organisasi. Bagi pekerja, keterikatan kerja terbukti dapat meningkatkan kinerja individu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi. Pekerja dengan keterikatan kerja yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk menampilkan kerja yang baik karena mereka dapat mengivestasikan sumber daya dalam diri mereka dengan lebih baik pada berbagai aspek kinerja (Halbesleben & Bowler, 2007). Hal ini didukung pula oleh penelitian Lorens, et al (2007), dan Salanova, Bakker, & Llorens (2006) yang menemukan bahwa engagement, efikasi diri dan sumber daya dari pekerjaan menciptakan suatu spiral yang positif, yang diharapkan dapat memicu peningkatan kinerja sepanjang waktu (Halbesleben & Wheeler, 2008). Selain itu, pekerja dengan keterikatan kerja akan memiliki semangat kerja yang tinggi, antusias dengan pekerjaan mereka, dan mereka seringkali terbenam dengan pekerjaannya (Macey & Schneider; May, Gilson, & Harter, dalam Xanthopolou et al, 2009) sehingga cenderung memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa pegawai dengan keterikatan kerja yang tinggi memiliki semangat yang tinggi, serta memiliki efikasi diri terhadap
3 3 peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidup mereka (Bakker, 2009). Berkat sikap positif dan level aktivitasnya, pegawai dengan keterikatan kerja yang tinggi mampu menciptakan sendiri umpan balik positif terhadap diri mereka sendiri dalam hal apresiasi, rekognisi, dan kesuksesan. Pegawai yang memiliki keterikatan kerja tinggi merasa lelah karena bekerja keras, tetapi mereka mendeskripsikan kelelahan mereka sebagai suatu keadaan yang menyenangkan karena diasosiasikan dengan pencapaian yang positif. Pada akhirnya, pegawai dengan keterikatan kerja tinggi dapat menikmati hal-hal di luar kerja dengan baik. Berbeda dengan kondisi workaholic, pegawai dengan keterikatan kerja tinggi tidak bekerja keras karena adanya dorongan yang kuat dan tidak terbendung dari dalam diri, tetapi lebih karena bekerja itu menyenangkan bagi mereka (Gorgievski, Bakker & Schaufelli, 2010). Albrecht (2010) menambahkan, secara umum outcomes dari keterikatan kerja terwujud melalui dua hal penting yaitu: adanya usaha (effort) dan munculnya extra role behavior. Pegawai yang memiliki keterikatan kerja yang tinggi cenderung rela mengeluarkan usaha yang lebih besar terhadap tugas inti mereka. Mereka juga cenderung mau melakukan hal-hal yang lebih jauh untuk organisasi dan menunjukkan perilaku yang melampaui tuntutan dari pekerjaannya, seperti mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah, atau menawarkan bantuan kepada rekan kerja sebelum diminta untuk melakukannya. Fenomena ini didokumentasikan dalam banyak penelitian-penelitian terdahulu dan disebut sebagai organizational citizenship behavior. Ada beberapa teori dari para ahli yang dapat digunakan untuk menjelaskan keterikatan kerja. Salah satu penjelasan yang paling banyak digunakan adalah Job- Demands Resource Model (Albrecht, 2010). Berdasarkan teori Job Demands- Resources Model, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi keterikatan kerja, yaitu tuntutan kerja (job demands) dan sumberdaya kerja (job resources). Tuntutan kerja adalah segala aspek fisik, psikologis, sosial dan organisasional dari sebuah pekerjaan yang membutuhkan usaha dan keterampilan fisik dan psikis secara berkelanjutan, sehingga membutuhkan pengorbanan fisik dan psikologis tertentu. Contohnya adalah tekanan kerja yang tinggi, kondisi fisik lingkungan kerja yang kurang mendukung, maupun interaksi emosional dengan stakeholders.
4 4 Sumberdaya kerja adalah segala aspek fisik, sosial, psikologis dan atau organisasional yang berfungsi dalam mencapai tujuan kerja, menurunkan tutntutan kerja serta pengorbanan fisik maupun psikologis yang terkait, serta menstimulasi pengembangan dan pertumbuhan personal (Demerouti, et al, 2001). Sumberdaya kerja dapat memiliki potensi motivasi intrinsik dengan memfasilitasi perkembangan dan pembelajaran personal maupun potensi motivasi ekstrinsik dengan menyediakan bantuan instrumental atau informasi spesifik untuk mencapai tujuan (Schaufelli & Bakker, 2004). Penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya kerja (seperti otonomi, dukungan sosial, kemampuan pengawasan, umpan balik terhadap kinerja, dan kesempatan untuk pengembangan profesional) memiliki korelasi positif dengan keterikatan kerja. Sumberdaya kerja memiliki hubungan penting dengan keterikatan kerja terutama pada kondisi di mana tuntutan kerja tinggi (Xanthopolou et al, 2009). Meski demikian, Job Demands-Resources Model hanya memperhatikan faktor dari pekerjaan itu sendiri dan faktor eksternal di luar diri individu, padahal dimungkinkan faktor dari dalam diri individu sendiri akan berpengaruh terhadap munculnya keterikatan kerja (Hobfoll, dalam Xanthopolou, et al, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Xanthopolou et al (2009) menunjukkan efikasi diri (self efficacy), optimisme dan self-esteem berkorelasi dengan keterikatan kerja. Secara spesifik, penelitian tersebut menunjukkan ada hubungan antara sumberdaya kerja, sumberdaya personal dan keterikatan kerja yang saling timbal balik sepanjang waktu. Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Schaufelli & Salanova (2007), menunjukkan bahwa perasaan tidak mampu (self-inneficacy) merupakan karakteristik dari burnout, serta berkorelasi dengan kelelahan dan sinisme dalam bekerja. Istilah sumberdaya personal (personal resources) menunjuk pada aspekaspek yang ada pada diri individu yang secara umum berkaitan dengan resiliensi dan perasaan individu terhadap kemampuan mereka untuk mengontrol dan mempengaruhi lingkungan mereka dengan sukses (Hobfoll, Johnson, Ennis & Jackson, 2003, dalam Xanthopolou et al, 2007). Sumberdaya personal ini dapat berupa needs atau kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dimiliki individu, motivasi, ciri sifat atau kepribadian, serta nilai-nilai yang dimiliki individu.
5 5 Semakin tinggi sumberdaya personal maka akan semakin positif penghargaan individu terhadap dirinya sendiri. Pada gilirannya, ada kecenderungan individu mengalami kesesuaian antara tujuan yang mereka tetapkan dengan kemampuan mereka (Judge, et al, 2005). Target atau tujuan yang dimiliki individu ini menimbulkan motivasi internal untuk meraih tujuan dan memicu kepuasan (Luthans & Youssef, 2007). Dari sekian banyak variabel sumberdaya personal, aspek yang belum banyak dikaji adalah peranan sumberdaya personal yang bersumber dari nilai-nilai individu. Salah satu variabel yang mencerminkan nilai kerja bagi individu adalah konsep etos kerja (work ethic). Etos kerja merupakan komitmen individu terhadap nilai-nilai dan pentingnya kerja keras. Konsep ini dicetuskan beberapa puluh tahun lalu oleh para intelektual yang menentang praktek kesejahteraan sosial dan pengakuan terhadap pentingnya individualisme. Para intelektual ini berpendapat bahwa umat manusia memiliki tanggung jawab penuh dalam kehidupannya dan tidak ada pengecualian untuk orang miskin. Kerja keras dianggap sebagai solusi dan hanya melalui kerja keras seseorang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Konseptualisasi modern mengenai etos kerja ini dimunculkan oleh Weber pada tahun 1904 dengan pandangannya mengenai Protestant Work Ethic. Menurutnya, aktivitas ekonomi adalah kendaraan menuju kesuksesan ekonomi dan kesuksesan ekonomi adalah pertanda keselamatan. Dengan demikian, etos kerja dipandang sebagai kesetiaan manusia atas peran ekonominya di bumi. Sesuai dengan pandangan Weber, konsep etos kerja adalah konstruk sikap kerja yang berkaitan dengan nilai-nilai orientasi kerja. Seseorang yang memiliki etos kerja tinggi akan menempatkan nilai yang lebih pada kerja keras, autonomi, keadilan, kebijakan dan penggunaan waktu yang efisien, tidak cepat puas dan nilai intrinsik dari bekerja (Miller, 2001). Konsep etos kerja banyak dikembangkan sesuai dengan coraknya masingmasing. Dalam telaah kajian saintifik Islam, nilai-nilai kerja yang Islami dikenal dengan konsep Islamic Work Ethics atau etos kerja Islami (Ali, 1988). Etos kerja Islami sendiri merupakan konsep yang diturunkan dari ajaran Islam,baik dari Al Qur an dan Hadits mengenai bagaimana seorang muslim seharusnya bekerja. Islam memandang bekerja sebagai suatu hal yang bermakna lebih jauh dari
6 6 sekedar ketertarikan pribadi secara ekonomi, sosial dan psikologis, untuk mempertahankan status sosial, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengokohkan keimanan. Etos kerja Islami dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang berisi orientasi dalam melakukan pekerjaan dan pendekatan terhadap pekerjaan sebagai suatu kebajikan (virtues) dalam kehidupan manusia (Rizk, dalam Rohman, 2010). Dengan demikian, seorang muslim seharusnya termotivasi untuk melakukan pekerjaannya sebaik-baiknya karena hal tersebut merupakan bagian dari ibadah (Ali, 2008). Islam mengajarkan usaha (effort) yang cukup merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam bekerja. Usaha ini memerlukan adanya ketekunan, hasrat dan komitmen dalam bekerja. Islam mengakui kesempurnaan sebagai suatu kebajikan dan mendorong pengikutnya untuk melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Rasulullah bersabda : Allah mencintai orang-orang yang apabila ia melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan sempurna (HR Baihaqi). Islam juga menuntut pengikutnya untuk efisien dan cakap dalam melakukan pekerjaannya, lebih dari hal minimal yang diminta dari pekerjaan tersebut (Kamaluddin & Khadijah, 2010). Perlu diperhatikan bahwa dalam konteks keterlibatan dalam bisnis atau bekerja, terdapat beberapa persamaan yang dimiliki oleh Islam dengan dua agama monoteistik lainnya, yaitu Yahudi dan Kristen. Akan tetapi, dalam pengertian yang sesungguhnya, terdapat perbedaan antara konsep yang dimiliki oleh Islam dengan dua agama tersebut. Sebagai contoh, agama Yahudi menekankan pada peran manusia di Bumi secara spesifik. Sebaliknya, agama Kristen lebih menekankan pada aspek spiritual, sehingga hanya menyediakan petunjuk yang sifatnya umum saja. Sedangkan Islam memberikan petunjuk dan aturan yang jelas mengenai bagaimana kehidupan manusia di dunia sekaligus menyeimbangkannya dengan aspek spiritual. Dengan demikian, bekerja dalam Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan dan integral dengan kehidupan manusia di dunia (Ali, 2008). Konsep etos kerja Islami juga berbeda dengan Protestant Work Ethics maupun dengan konstruk etos kerja lainnya. Etos kerja Islami adalah konsep yang murni bersumber dari Al Qur an dan Hadits, dan sejak abad pertengahan telah
7 7 dikenal oleh para cendekiawan Muslim. Misalnya Ibnu Khaldun & Abd al- Rahman (dalam Ali, 2008) menyatakan bahwa terlibat dalam bisnis di dalam Islam memiliki 4 tujuan, yaitu : memfasilitasi kerjasama dan pemahaman yang saling menguntungkan dengan orang lain, memenuhi kebutuhan hidup, meningkatkan kesejahteraan dan membangun peradaban. Keterlibatan di dalam bisnis dan bekerja dalam Islam memiliki 4 tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Konsep ini jelas berbeda dengan filosofi dan konstruk Protestant Work Ethics maupun konstruk etos kerja lainnya yang lebih menekankan sisi individual dalam bekerja. Sebagai perbandingan perbedaan antara konsep etos kerja dari Barat dan etos kerja Islami, Miller et al (2001) melakukan penelitian terhadap berbagai skala etos kerja (antara lain : Protestant Work Ethics Scale, Work and Leisure Ethic Scale, Australian Work Ethic Scale, dan sebagainya) dan menemukan bahwa dimensi-dimensi dalam etos kerja adalah peran sentral bekerja, self-reliance, kerja keras, penggunaan waktu luang, moralitas, delay of gratification dan penggunaan waktu yang semuanya bernuansa individual. Secara praktis, Weber mengklaim bahwa Protestant Work Ethic menjelaskan mengapa peradaban Barat maju dengan kapitalismenya. Hal ini berbeda dengan konsep etos kerja Islami yang lebih menekankan pada nilai kerjasama, kejujuran serta adanya tanggung jawab moral dalam bekerja untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat (Ali, 2008). Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, etos kerja Islami terbukti memiliki pengaruh dalam meningkatkan kinerja dan sikap yang positif terhadap organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2010) menunjukkan etos kerja Islami memiliki korelasi positif dengan kepuasan dan komitmen organisasi,serta memiliki korelasi negatif dengan turnover. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yousef (2000) menunjukkan etos kerja Islami berkorelasi secara langsung dan positif terhadap berbagai dimensi sikap terhadap perubahan organisasi dan komitmen organisasi. Dalam konteks penelitian ini, etos kerja Islami diharapkan dimiliki oleh pegawai di Universitas Islam X yang mengembangkan nilai-nilai Islam sebagai budaya organisasi dan menjadikannya ciri khas tersendiri. Hal ini terefleksikan melalui visi dan misi Universitas Islam X serta budaya yang diterapkan di
8 8 lingkungan kampus. Universitas Islam X memiliki visi sebagai rahmatan lil alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan (keunggulan), risalah Islamiyah, di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan dakwah, setingkat universitas yang berkualitas di negara-negara maju. Sebagai manifestasinya, budaya Islami dikembangkan melalui diadakannya kegiatankegiatan pembinaan keagamaan baik bagi mahasiswa maupun bagi pegawai. Salah satu ciri khas yang ditempuh Universitas Islam X untuk mempertahankan budaya Islami tersebut terletak pada sistem rekrutmen pegawai, dimana terdapat tes pengetahuan dan praktek agama, sehingga diasumsikan, kandidat pegawai yang nantinya diterima bekerja memiliki nilai-nilai personal yang selaras dengan nilai-nilai organisasi, yaitu memiliki religiusitas yang tinggi, termasuk dalam menjalankan pekerjaannya. Selain itu, sebagai upaya untuk membangun budaya kerja Islami, saat ini telah ditetapkan nilai-nilai yang akan menjadi panduan perilaku seluruh pegawai di lingkungan Universitas Islam X. Nilai-nilai tersebut terdiri dari tiga nilai utama yang diambil dari visi-misi organisasi, yaitu Values, Innovation dan Perfection. Values kemudian dijabarkan menjadi beberapa sikap, yaitu : iman-takwa, akhlakul karimah, dan maslahat oriented. Innovation terdiri dari sikap intelektual, visioner, continuous improvement, dan passion. Perfection sendiri terdiri dari sikap profesional, leadership, totalitas, disiplin dan loyalitas (Hamid, 2012). Penelitian ini kemudian bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh etos kerja Islami terhadap hubungan antara tuntutan kerja, sumberdaya kerja dengan keterikatan kerja. Variabel etos kerja Islami dipilih karena variable ini dipandang sebagai salah satu variabel yang mencerminkan kekhasan dan keunggulan organisasi yang berbasis Islam serta merupakan variabel yang belum banyak diteliti terutama dalam kajian mengenai keterikatan kerja pegawai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi perguruan tinggi Islam untuk memberikan feedback mengenai proses pengelolaan sumber daya manusia yang telah ada dan dampaknya terhadap sikap kerja, dalam hal ini adalah keterikatan kerja. Secara praktis, organisasi dapat merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan pemetaan tuntutan kerja, penyediaan sumberdaya kerja, dan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan etos kerja Islami pada pegawai.
BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi global yang dicirikan dengan perubahan cepat, dinamika tinggi, permintaan tinggi atas inovasi, dan (karenanya) memiliki tingkat ketidakpastian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak
PENDAHULUAN Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak dilakukan di bidang human resource development (HRD) (Chalofsky
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Organisasi menghadapi persaingan yang amat ketat dan kompetitif saat ini. Globalisasi, perkembangan komunikasi dan teknologi informasi yang terjadi cepat selama 20 tahun
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pembahasan pada bab ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek penelitian termasuk pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Work Engagement Konsep engagement atau keterikatan dipopulerkan oleh Kahn (1990) yang mendefinisikan work engagement adalah
Lebih terperincisumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan
sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap karyawan atau calon karyawan agar dapat terus bersaing di dunia korporasi yang semakin kompetitif.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam
Lebih terperinciuntuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.
Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi seorang manusia. Menurut UU no.36 tahun 2006 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan organisasi saat ini sangat dipengaruhi oleh berbagai tantangan dan peluang yang hadir setiap saat, yang mendorong setiap organisasi untuk berjalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam sebuah organisasi. Dalam organisasi komitmen anggotanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang terdiri dari dari beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka.
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pernah dilakukan Marfirani (2008) dengan judul penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Work Engagement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian Work Engagement Menurut Macey & Scheneider (2008), engagement yakni rasa seseorang terhadap tujuan dan energi yang terfokus, memperlihatkan
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam melakukan kegiatan bisnis, karyawan merupakan suatu aset yang penting bagi organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan berujung pada keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai Negeri Sipil adalah unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dimana keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasi secara sadar dan memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat dewasa ini mengakibatkan perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital (sumber daya manusia)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Work Engagement 2.1.1 Definisi Work Engagement Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan terhadap peran mereka dalam pekerjaan, dimana mereka akan mengikatkan
Lebih terperinciKEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bonyta Ermintika Rizkiani, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap organisasi. Banyak usaha dan daya yang dilakukan untuk mengatasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi memberikan dampak yang besar terhadap perubahan yang sekarang terjadi. Globalisasi ditandai dengan cepatnya pergerakan manusia, barang, jasa, dan informasi
Lebih terperinciI. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia
I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, menuntut persaingan organisasi atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun dituntut mampu menghadapi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO
HUBUNGAN ANTARA SELF DETERMINATION DENGAN KETERIKATAN KERJA (WORK ENGAGEMENT) PADA KARYAWAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA CABANG SIDOARJO ARIANI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ariani_arin@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Employee engagement merupakan konsep yang relatif baru bagi manajemen. Konsep ini menjadi sebuah pembahasan yang menarik bagi perkembangan ilmu manajemen sumber
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in
BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan kerja marak dibicarakan di tahun-tahun belakangan ini, namun yang pertama menyebutkan mengenai kosep ini adalah Kahn (1990), sehingga
Lebih terperinciBUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL i ii BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH Kode Dokumen : KM/UMNAw/LPM/01/01-01 Revisi : 02 Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepuasan Kerja Stephen P. Robbins (2008:40) kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA Rahmani Azizah 15010113140103 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan industri nasional. Untuk mengukur daya saing industri nasional, salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Work Engagement A.1. Definisi Work Engagement Istilah engagement dalam konteks peran kerja karyawan mulai dibicarakan sejak lima belas tahun yang lalu dalam berbagai literatur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi abad ke-21 ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang lebih cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah merupakan sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).
BAB II LANDASAN TEORI A. Employee Engagement 1. Pengertian Employee Engagement Kata engage memiliki berbagai makna dan banyak peneliti yang memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas-tugas dan prioritas Manajemen Sumber Daya Manusia berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena diperlukannya penyesuaian kondisi yang ada dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan umum yang dihadapi institusi pendidikan dan guru berkaitan dengan salah satu dari tiga perilaku penting dari seorang pegawai dalam sebuah organisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,
Lebih terperinciPERANAN TUNTUTAN KERJA DAN SUMBER DAYA KERJA TERHADAP KETERIKATAN KERJA WANITA KARIR Annisaa Miranty Nurendra
PERANAN TUNTUTAN KERJA DAN SUMBER DAYA KERJA TERHADAP KETERIKATAN KERJA WANITA KARIR Annisaa Miranty Nurendra Program Studi Psikologi, Universitas Islam Indonesia annisaa.miranty@uii.ac.id. ABSTRACT The
Lebih terperinciRencana Strategis (Renstra) Universitas Islam Indonesia Telah disahkan oleh Senat Universitas
Rencana Strategis (Renstra) Universitas Islam Indonesia 2006-2010 Telah disahkan oleh Senat Universitas Yogyakarta 2006 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Nilai Dasar UII...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas. Organisasi semacam itu bukan melihat investasi modal, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pegawai dalam pekerjaan menjadi bagian integral dari proses manajemen. Memahami pentingnya pegawai dalam organisasi berarti mengakui bahwa eksistensi sumberdaya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi Dukungan Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menyebabkan persaingan bisnis menjadi semakin kompetitif sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis dan organisasi berjalan sangat cepat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi Porter (1998:27) oleh Zainuddin (2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014)
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dan pengelolaannya merupakan salah satu kunci penting yang dapat mempengaruhi kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin pesat, hal ini mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat mengambil keputusan dalam hal strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem manajemen yang efektif dan
Lebih terperinciBAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu
BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti saat ini, perguruan tinggi negeri, swasta asing maupun swasta dalam negeri berkembang pesat di Indonesia. Perguruan tinggi negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, sumber daya alam, dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai suatu tujuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di semua aspek kehidupan manusia karena berbagai permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di semua aspek kehidupan manusia karena berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan tersebut menuntut adanya kemajuan dalam kehidupan manusia. Globalisasi memberikan dampak
Lebih terperinci2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional diarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement
BAB II LANDASAN TEORI A. Keterikatan Kerja 1. Definisi Keterikatan Kerja Keterikatan kerja atau yang sering disebut engagement dinyatakan Vazirani (2007) sebagai tingkat komitmen dan keterlibatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini, kecerdasan emosional menjadi bahan pembicaraan yang semakin hangat diperbincangkan. Dalam berbagai teori, kecerdasan emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi, misi dan filosifi BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sekilas tentang BPJS Ketenagakerjaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, selanjutnya disebut BPJS Ketenagakerjaan, adalah Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen organisasi perlu diperhatikan pada setiap anggota yang ada dalam organisasi.allen dan Meyer (1990: 2) menyatakan anggota dengan komitmen organisasi, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna
Lebih terperinciEvaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta
Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi organisasi dalam usaha organisasi untuk bertahan dan dalam persaingan yang semakin kompetitif. Salah satu fokus
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Paparan hasil penelitian sebagaimana terdapat dalam bab IV telah memberikan gambaran yang utuh terkait implementasi SMM ISO di UIN Maliki Malang. Berikut disajikan beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. domestik maupun internasional pada era globalisasi di abad ke-21 ini tak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat baik di pasar domestik maupun internasional pada era globalisasi di abad ke-21 ini tak terkecuali perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala bidang kegiatan bisnis. Globalisasi tersebut mencakup global competition, global business,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan karena dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan tingkat keberlangsungan organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Keterikatan kerja selalu menjadi isu penting di dalam dunia kerja, hal ini sangat berkaitan dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang kemudian akan menentukan keberhasilan dan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Agung (MA) saat ini tengah menghadapi suatu perubahan lingkungan seperti yang tersurat dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan tahun 2010-2035. MA sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dunia ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan di segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi pasti menginginkan untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang baik untuk organisasinya tak terkecuali di Indonesia. Ironisnya, untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah pemeran utama dalam setiap perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada aspek manusia. Aspek manusia menjadi pokok
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Keterikatan Kerja Keterikatan kerja menarik bagi para praktisi dan peneliti akademik, karena keterikatan kerja menampilkan aspek
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Locus Of Control 2.1.1.1 Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu sama lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuanya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah organisasi terdapat sekumpulan individu yang berinteraksi satu sama lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuanya. Aktivitas yang
Lebih terperinciBab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen
Bab I Pengantar 1.1. Latar Belakang Studi ini bermaksud untuk menjelaskan kondisi kinerja dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK Unib). Dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan kehidupan bangsa, hal ini tidak lepas dari peran seorang guru. Guru memiliki peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber pendapatan seseorang dapat berasal dari berbagai hal. Menurut Kiyosaki (2002) terdapat empat sumber untuk mendapat penghasilan, yaitu sebagai karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Salah satunya adalah faktor sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu perusahaan yang sukses, selalu memperhatikan faktor-faktor penentu kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Salah satunya adalah faktor sumber daya manusia. Faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal-usul kemunculan employee engagement dalam dunia bisnis tidak sepenuhnya jelas. Pertama kali yang menggunakan ide tersebut adalah sebuah organisasi yang bernama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan. perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,
Lebih terperinciSalah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena
1 Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global adalah mempertahankan karyawan yang berkualitas. Karyawan potensial yang engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin. visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini karyawan menjadi salah satu aset perusahaan yang penting dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan suatu perusahaan. Karyawan merupakan
Lebih terperinciBUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL I II BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH Kode Dokumen : PM/UMNAw/LPM/04/01-01 Revisi : 01 Tanggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Apabila dikatakan bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki oleh suatu organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dan pengelolaannya merupakan salah satu kunci penting yang dapat mempengaruhi kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN REFERENSI
BAB 2 TINJAUAN REFERENSI 2.1 Keterikatan Kerja 2.1.1 Keterikatan Kerja Pada dasarnya keterikatan kerja merupakan beberapa istilah dari job engagement, dan employee engagement. Menurut Schaufeli et al.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan organisasi di Indonesia berkembang semakin pesat. Setiap organisasi mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan
Lebih terperinci