BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB II"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil terapi yang optimal tidak hanya memerlukan pemilihan obat yang tepat tetapi juga pemberian obat yang efektif. Kulit manusia adalah permukaan yang mudah di akses untuk pengantar obat. Selama tiga dekade terakhir, pengembangan pemberian obat yang dikendalikan telah menjadi semakin penting dalam industri farmasi. Respon farmakologis baik dari efek terapeutik yang diinginkan dan efek merugikan yang tidak diinginkan dari obat tergantung pada konsentrasi obat di lokasi aksi, bentuk sediaan dan tingkat penyerapan obat di lokasi aksi. Tablet dan injeksi telah menjadi cara tradisional untuk pemberian obat ; pilihan baru menjadi semakin populer. Salah satu metode pengiriman alternatif yang sangat sukses adalah transdermal. Kulit tubuh dewasa rata-rata mencakup permukaan sekitar 2 m 2 dan menerima sekitar sepertiga dari sirkulasi darah melalui tubuh. (1) Bentuk sediaan transdermal telah diperkenalkan untuk menyediakan pengiriman obat yang dikontrol melalui kulit ke dalam sirkulasi sistemik. Sediaan transdermal merupakan salah satu bentuk sistem penghantaran obat dengan cara ditempel melalui kulit. Rute penghantaran obat secara transdermal merupakan rute pilihan alternatif untuk beberapa obat dan mempunyai banyak keuntungan dibandingkan penghantaran obat secara konvensional, antara lain dapat memberikan efek obat dalam jangka waktu yang lama, pelepasan obat dengan dosis konstan, menghindari metabolisme lintas pertama di hati, cara penggunaan yang mudah, dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat. (1) Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang diinginkan dapat dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas terapeutik dari obat, dan target penghantaran obat ke jaringan yang dikehendaki. Tujuan dari pemberian obat secara transdermal adalah obat dapat berpenetrasi ke jaringan kulit dan memberikan efek terapeutik yang diharapkan.(2) BAB II

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit (1) Kulit tersusun atas banyak jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa atau urat syaraf jaringan pengikat, otot polos dan lemak. Kulit merupakan organ yang paling besar atau luas dari tubuh. Lapisan kulit terdiri atas 3 lapisan utama yaitu: 1) Epidermis Epidermis adalah lapisan kulit paling atas atau paling luar yang dapat kita lihat, Epidermis berlapis-lapis bervariasi dalam ketebalan, tergantung pada ukuran sel dan jumlah lapisan sel epidermis, mulai dari 0,8 mm pada telapak tangan dan kaki turun ke 0,06 mm pada kelopak mata. Epidermis terbgi menjadi 4 lapisan dari lapisan yang paling bawah stratum basale, stratum spinosium, stratum granusolum, dan stratum corneum. Stratum basale merupakan lapisan paling terus-menerus untuk menghasilkan sel-sel baru. Sebagian epidermis tidak mendapatkan suplai darah, namun stratum basale masih mendapatkan oksigen dan nutrienyang berasal dari pembuluh darah di lapisan dermis dibawahnya. Stratum granulosum, disini sel-sel kulit mulai mengalami proses keratinisasi atau proses membentuk keratin, yaitu protein yang memberikan sifat kuat dan kedap air pada kulit. Startum korneum merupakan lapisan teratas epidermis, terdiri dari sel-sel mati (kulit tanduk) yang tebal, berfungsi melindungi sel-sel kulit dibawahnya agar tidak menjadi kering. Perjalanan sel-sel kulit dari stratum basale hingga ke stratum korneum ini memerlukan waktu 2 4 minggu. Karena dorongan sel-sel baru yang terus bergerak ke atas, maka setiap harinya akan ada jutaan sel-sel kulit yang akan mati dan luruh (terlepas) dari permukaan kulit untuk epidermis baru. Setiap menit kita kehilangan sel-sel kulit mati.

3 Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum. stratum granulosum, dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari sel-sel mati dan selalu mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang tidak berinti dan berfungsi mengganti stratum korneum. Stratum granulosum tersusun atas sel-sel yang berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar. Stratum korneum (horney lapisan), merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas. Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk Stratum granulosum, mengandung pigmen Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar 2) Dermis Lapisan di bawah epidermis adalah dermis, yang berfungsi mendukung dan mempertahankan keberadaan epidermis, antara lain dengan memberikan suplai oksigen dan sari makanan, serta mengatur suhu. Dermis terdiri dari 2 lapisan, yaitu : Lapisan papillary, lapisan ini tipis, terletak langsung dibawah epidermis dan berbentuk tonjolan-tonjolan. Lapisan ini yang memberikan karakteristik sidik jari yang berbeda pada masing-masing orang. Lapisan reticular, lapisan ini jauh lebih tebal, terdiri dari kolagen, yang mengisi sebagian besar ruang dibagian dermis. Dermis terletak di bawah epidermis. Lapisan ini mengandung akar rambut, pembuluh darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan ini adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula sebasea). Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut berbagai macam garam. terutama garam dapur. Keringat dialirkan melalui saluran kelenjar keringat dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui poripori. Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan batang rambut. Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak yang berfungsi meminyaki rambut agar tidak kering. Rambut

4 dapat tumbuh terus karena mendapat sari-sari makanan pembuluh kapiler di bawah kantong rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot penegak rambut. Akar rambut Pembuluh darah Syaraf Kelenjar minyak (glandula sebasea) Kelenjar keringat (glandula sudorifera) Lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi melindungi tubuh dari pengaruh suhu luar 3) Hypodermis Hipodermis terletak di bawah dermis. hipodermis atau subkutan jaringan lemak mendukung dermis dan epidermis. Ini membawa pembuluh darah utama dan saraf pada kulit dan mungkin berisi tekanan sensorik organ. Untuk pengiriman obat transdermal, obat harus menembus melalui semua tiga lapisan dan jangkauan ke sistemik sirkulasi sedangkan dalam kasus obat topical pengiriman penetrasi hanya melalui stratum korneum adalah retensi penting dan kemudian obat dalam lapisan kulit yang diinginkan Lapisan ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh.

5 2.2. Transdermal Drug Delivery System (TDDS) Definisi Transdermal Drug Delivery System (TDDS) Transdermal Drug Delivery System atau dikenal dengan patch adalah suatu bentuk sediaan yang diterapkan pada kulit akan melepaskan efek terapeutik obat secara terkendali melewati kulit ke sirkulasi sistemik. (1) Bahan umum yang digunakan untuk penyusunan TDDS adalah sebagai berikut : 1. Obat : Obat berada dalam kontak langsung dengan rilis liner. Contoh: Nikotin, Metotreksat dan Estrogen. 2. Liner : Melindungi patch selama penyimpanan. Contoh: film poliester. 3. Adhesive: Berfungsi untuk mengikuti patch ke kulit untuk pengiriman sistemik obat. Contoh: Acrylates, Poliisobutilena, Silikon 4. Permeasi enhancer: Mengontrol Rilis obat. Contoh : terpen, Terpenoid, Pyrrolidones.Solvents seperti alkohol, Etanol, Methanol.Surfactants seperti Sodium lauryl sulfat, Pluronic F127, Pluronic F Backing lapisan: Melindungi patch dari lingkungan luar. Contoh: turunan selulosa, poli vinil alkohol, Polypropylene Silicon karet.

6 Sifat-sifat transdermal drug delivery sistem (TDDS) sebagai berikut: (3) Sifat Keterangan Shelf life Hingga 2 tahun Ukuran patch < 40 cm 2 Frekuensi dosis Sekali sehari sampai seminggu sekali Estetika Warna bening, coklat atau putih Pengemasan Mudah dilepaskan dari relaese liner dan langkah yang sedikit untuk pemakaiannya Reaksi kulit Tidak iritasi dan tidak sensitif Pelepasan Farmakokinetik dan farmakodinamik konstan Dosis Harus rendah Waktu paruh 10 atau kurang Berat molekular < 400 Bioavaibilitas Rendah Indeks terapi Rendah Jenis Transdermal Patch (4) 1. Obat lapisan tunggal dalam perekat Pada tipe ini lapisan perekat mengandung obat. Lapisan perekat tidak hanya berfungsi untuk mematuhi berbagai lapisan bersama-sama dan juga bertanggung jawab untuk melepaskan obat ke kulit. Lapisan perekat dikelilingi oleh kapal sementara dan bahan pendukung. 2. Multi - obat lapisan perekat Tipe ini juga mirip dengan lapisan tunggal tapi mengandung lapisan pelepasan obat segera dan lapisan lainnya akan menjadi pelepasan terkontrol bersama dengan lapisan perekat. Lapisan perekat bertanggung jawab untuk pelepas obat. Patch ini juga memiliki kapallapisan sementara dan dukungan permanen.

7 3. Sistem Reservoir Dalam sistem ini reservoir obat tertanam antara lapisan kedap dukungan dan membran mengendalikan tingkat. Obat melepaskan hanya melalui tingkat membran pengendali, yang dapat berpori mikro atau non berpori. Dalam kompartemen wadah obat, obat bisa dalam bentuk larutan, suspensi, gel atau tersebar dalam matriks polimer padat. Hypoallergenic perekat polimer dapat diterapkan sebagai permukaan luar membran polimer yang kompatibel dengan narkoba. 4. Sistem Matrix a. Obat dalam sistem perekat Pada tipe ini reservoir obat dibentuk dengan mendispersikan obat dalam polimer perekat dan kemudian menyebarkan perekat polimer obat oleh pengecoran pelarut atau peleburan (dalam kasus perekat panas meleleh) pada lapisan backing kedap. Di atas reservoir, lapisan polimer perekat unmediated diterapkan untuk tujuan perlindungan. b. Sistem matriks - dispersi Pada tipe ini obat ini tersebar merata dalam matriks polimer hidrofilik atau lipofilik. Obat ini berisi disk polimer tertuju pada sebuah pelat dasar oklusif dalam kompartemen dibuat dari obat dukungan lapisan kedap air. Alih-alih menerapkan perekat di

8 muka reservoir obat, tersebar bersama dengan lingkar untuk membentuk strip pelek perekat. 5. Sistem Microreservoir Pada tipe ini sistem pengiriman obat adalah kombinasi dari waduk dan sistem matriks - dispersi. Wadah obat dibentuk dengan terlebih dahulu menangguhkan obat dalam larutan polimer yang larut air dan kemudian menyebar solusi homogen dalam polimer lipofilik untuk membentuk ribuan terjangkau, bola mikroskopis waduk obat. Dispersi ini termodinamika tidak stabil distabilkan cepat dengan segera silang polimer in situ dengan menggunakan agen silang Keuntungan dan Kerugian Transdermal Drug Delivery System (TDDS) (1) a. Kelebihan Transdermal Drug Delivery System (TDDS) Dapat menghindari kesulitan penyerapan obat di gastrointestinal yang disebabkan oleh ph pencernaan, aktivitas enzimatik dan interaksi obat dengan makanan, minuman dan obat-obatan oral lainnya. Dapat menggantikan pemberian oral dari pengobatan ketika rute tidak cocok, seperti dalam kasus muntah dan diare. Menghindari metabolisme lintas pertama dan menghindari penonaktifan obat oleh enzim hati. Non - invasif sehingga menghindari ketidaknyamanan terapi parenteral. Penghantaran obat dapat dikontrol dan diperpanjang. Mudah digunakan dan dilepas. Kepatuhan pasien dan penerimaan pasien sangat baik. Dapat digunakan untuk obat-obat dengan indeks terapi sempit. b. Kerugian Transdermal Drug Delivery System (TDDS) Hanya bisa digunakan untuk obat dengan potensi tinggi (dosis kecil) Dapat terjadi dose dumping

9 Patch tidak boleh digunakan pada tempat yang sama terus menerus karena terdapat kemungkinan toksisitasnya meningkat. Biaya produksinya mahal Faktor Yang Mempengaruhi Transdermal Delivery (1) a. Faktor Biologi Kondisi Kulit Kulit yang sehat akan berbeda absorpsinya dengan kulit yang terluka atau terkena penyakit. Penyakit umumnya mengubah kondisi kulit, misalnya inflamasi, kehilangan stratum corneum dan mengubah keratinisasi, maka permeabilitas meningkat. Jika organ menebal tau ichtyosis, maka permeabilitas menurun. Usia Kulit Kulit anak-anak yang luas area permukaannya lebih rentan mengalami toksisitas obat-obat yang paten. Kulit anak-anak umumya lebih permeabel dibandingkan orang dewasa. Aliran Darah Perubahan sirkulasi periferal dapat mempengaruhi absorpsi transdermal. Peningkatan aliran darah dapat menurunkan jumlah waktu obat tertinggal di dermis, dan menaikkan gradien konsentrasi. Lokasi Kulit Permeabilitas tiap kulit di tubuh bervariasi bergantung pada ketebalan dan sifat stratu corneum dan densitasnya yang berpengaruh pada kecepatan absorpsi obat. Contohnya: sistem transdermal Hyoscine digunakan di kulit postauricular (belakang telinga) untuk memasukkan obat ke dalam aliran darah karena lapisan stratum corneum tipis dan kurang rapat, lebih banyak kelenjar keringat dan sebaseous per unit area dan banyak kapiler. Umumnya kulit wajah lebih permeabel dibandingkan bagian tubuh lainnya. Metabolisme Kulit Kulit memetabolisme hormon-hormon steroid, karsinogen kimia dan beberapa obat. Metabolisme ini dapat menentukan efikasi

10 terapi dari senyawa yang diberikan topikal khusunya prodrug dan respon karsinogenik pada kulit. Perbedaan Spesies Ketebalan kulit, kepadatan dan keratinisasi kulit bervariasi dari spesies ke spesies yang lain sehingga mempengaruhi penetrasi b. Faktor Fisikokimia Hidrasi Kulit Ketika air menjenuhkan kulit, jaringan akan mengembang, melembut dan permeabilitasnya meningkat. Hidrasi dai stratum corneum adalah faktor paling penting dalam peningkatan kecepatan penetrasi dari substansi yang berpermeasi ke kulit. Hidrasi dihasilkan dari air yang berdifusi dari lapisan epidermal atau dari perpirasi yang terakumulasi setelah penggunaan pembawa occlusive patch transdermal yang menyebabkan oklusi paling baik (mencegah hilangnya air, hidrasi sempurna) Suhu dan ph Kecepatan penetrasi suatu bahan bisa berlipat ganda akibat variasi suhu yang besar, ketika koefisien difusi menurun karena turunnya suhu. Pembawa oklusif meningkatkan suhu kulit beberapa derajat. Hanya molekul tak terion yang dapat melewati membran lipid. Asam-asam lemah dan basa-basa lemah berdisosiasi ke dalam tingkat yang berbeda, tergantung pada ph dan nilai pka / pkb sehingga jumlah dari obat tak terion sangat menentukan gradien membran efektif dan fraksi ini bergantung pada ph. Koefisien Difusi Kecepatan difusi dari molekul bergantung terutama pada kondisi medianya pada keadaan gas dan udara, koefisien difusi besar. Pada suhu konstan, koefisien difusi dari suatu obat pada pembawa topikal atau pada kulit bergantung pada media difusi dan interaksi antara keduanya. Konsentrasi Obat Permeasi obat biasanya mengikuti hukum Fick, untuk mendapatkan permeasi yang optimal, harus terdapat perbedaan

11 gradien konsentrasi yang besar karena merupakan gaya pendorong untuk difusi. Koefisen Partisi Obat harus memiliki nilai K optimal (yang rendah) sehingga dapat larut dalam air sehingga dapat berpatisi dengan baik ke dalam lapisan tanduk. Campuran kosolven polar seperti campuran propilen glikol dengan air, dapat menghasilkan larutan jenuh obat dan memaksimalkan gradien konsentrasi melalui stratum corneum. Aktivitas permukaan dan miselisasi mempengaruhi penghantaran transdermal. Ukuran dan Bentuk Molekul Molekul kecil berpenetrasi lebih cepat dibandingkan dengan berukuran besar Kulit dan Absorpsi Perkutan (5) Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif. Penyerapan (absorpsi) perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan suatu senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan dari struktur kulit ke dalam peredaran darah dan getah bening. Istilah perkutan menunjukkan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda. Fenomena absorpsi perkutan (atau permeasi pada kulit) dapat digambarkan dalam tiga tahap yaitu penetrasi pada permukaan stratum corneum, difusi melalui stratum corneum, epidermis dan dermis, masuknya molekul kedalam mikrosirkulasi yang merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang ditentukan oleh gradient konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan yang diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi kulit utuh melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau kelenjar lemak. Dapat pula melalui celah antar sel dari epidermis dan inilah cara yang paling dominan untuk penetrasi obat melalui kulit dibandingkan penetrasi melalui folikel

12 rambut, kelenjar minyak, maaupn kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan luas permukaan di antara keempatnya. Sebenarnya, kulit yang rusak pun (robek, iritasi, pecah pecah, dan lainlain) dapat terpenetrasi oleh obat. Bahkan penetrasinya lebih banyak dari pada kulit normal. Hal ini karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan pelindungnya. Meski demikian, penetrasi melalui kulit yang rusak tidak dianjurkan karena absorbs obat menjadi sulit untuk diprediksi. Di antara faktor faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan antara lain: 1. Sifat fisiko kimia obat 2. Sifat pembawa 3. Kondisi kulit 4. Uap air 2.5. Penghantaran Obat secara Transdermal (5) Sistem penghantaran obat secara transdermal merupakan salah satu inovasi dalam sistem penghantaran obat modern untuk mengatasi problem bioavailabilitas obat tersebut jika diberikan melalui jalur lain seperti oral. Obat yang diberikan secara transdermal masuk ke tubuh melalui permukaan kulit yang kontak langsung dengannya baik secara transeluler maupun secara inter seluler. Inovasi penghantaran obat ini memiliki keunggulan dibandingkan jalur panghantaran obat yang lain, di antaranya: 1. Meminimalisaasi ketidakteraturan absorbsi dibandingkan dengan jalur oral yang dipengaruhi oleh ph, makanan, kecepatan pengosongan lambung, waktu transit usus, dll 2. Obat terhindar dari first passed effect 3. Terhindar dari degradasi oleh saluran gastro intestinal

13 4. Jika terjadi efek samping yang tidak diinginkan (missal reaksi alergi, dll) pemakaian dapat dengan mudah dihentikan 5. Absorbsi obat relatif konstan dan kontinyu 6. Input obat ke sirkulasi sistemik terkontrol serta dapat menghindari lonjakan obat sistemik 7. Relatif mudah digunakan dan dapat didesain sebagai sediaan lepas terkontrol yang digunakan dalam waktu relatif lama (misalnya dalam bentuk transdermal patch atau semacam plester)sehingga dapat meningkatkan patient compliance. Idealnya, obat obat yang akan diberikan secara transdermal memiliki sifat sifat: 1. Memliki bobot molekul relatif kecil (kurang dari 500 Da). Hal ini karena pada dasarnya stratum corneum pada kulit merupakan barrier yang cukup efektif untuk menghalangi molekul asing masuk ke tubuh sehingga hanya molekul molekul yang berukuran sangat kecil sajalah yang dapat menembusnya 2. Memiliki koefisien partisi sedang (larut baik dalam lipid maupun air 3. Memiliki titik lebur yang relatif rendah. Hal ini karena untuk dapat berpenetrasi ke dalam kulit, obat harus dalam bentuk cair 4. Memiliki effective dose yang relatif rendah.

14 Mengingat syarat keidealan tersebut, maka sistem penghantaran transdermal ini memiliki keterbatasan: 1. Range obat terbatas (terutama terkait ukuran molekulnya); 2. Dosisnya harus kecil; 3. Kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit; 4. Tidak semua bagian tubuh dapat menjadi tempat aplikasi obat obat transdermal. Misalnya telapak kaki, dll; 5. Harus diwaspadai pre-systemic metabolism mengingat kulit juga memiliki banyak enzim pemetabolisme Jalur Permeasi Transdermal (5) Permeasi dapat terjadi dengan difusi melalui : 1. Transdermal permeasi, melalui stratum korneum. 2. Interselular permeasi, melalui stratum korneum. 3. Transappendaged permeasi, melalui folikel rambut, kelenjar sebasea dan keringat (Bharadwaj, 2011) Mekanisme Biofarmasi Transdermal Durg Delivery System (5) Pelepasan obat dengan ukuran molekul yang sangat kecil (± 50 nm) dari bahan perekat (adhesive) ke bagian dalam kulit. Tingkat pra-diprogram sistem pengiriman obat melibatkan desain sistem yang memberikan obat-obatan dengan mengendalikan difusi molekuler dari molekul obat melintasi penghalang kulit dalam atau di sekitar sistem pengiriman. Proses masuknya suatu zat dari luar kulit (epidermis) melintasi lapisan lapisan kulit menuju posisi di bawah kulit (dermis) hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang ditentukan oleh

15 gradient konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan yang diaplikasikan) menuju konsentrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi kulit utuh melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau kelenjar lemak. Dapat pula melalui celah antar sel dari epidermis dan inilah cara yang paling dominan untuk penetrasi obat melalui kulit dibandingkan penetrasi melalui folikel rambut, kelenjar minyak, maupun kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan luas permukaan diantara keempatnya. Sebenarnya, kulit yang rusak pun (robek, iritasi, pecah pecah dan lain-lain) dapat terpenetrasi oleh obat. Bahkan penetrasinya lebih banyak dari pada kulit normal. Hal ini karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan pelindungnya. Meski demikian, penetrasi melalui kulit yang rusak tidak dianjurkan karena absorbsi obat menjadi sulit untuk diprediksi. Langkah-Iangkah absorpsi obat melalui kulit: 1. Difusi bahan aktif pada lapisan batas antara pembawa dengan kulit (pelepasan) 2. Penetrasi melalui stratum corneum 3. Permeasi bahan obat ke dalam korium 4. Resorpsi ke dalam peredaran darh 5. Pengangkutan dan distribusi oleh darah 2.8. Contoh-Contoh Obat Drug Delivery System (4) Contoh pengembangan sediaannya adalah : 1. Nitroglyserin-releasing Transdermal Drug Delivery System (Minitran ) yang digunakan untuk angina pectoris 2. Scopolamine-releasing Transdermal Drug Delivery System yang digunakan untuk perawatan profilaksis atau motion-induced nausea 3. Isosorbide Dinitrate-releasing Transdermal Drug Delivery System yang digunakan untuk perawatan angina pectoris 4. Clonidine-releasing Transdermal Drug Delivery System (Catapres ) yang digunakan untuk terapi hipertensi 5. Estradiol-releasing Transdermal Drug Delivery System (Estraderm ) yang digunakan untuk perawatan sindrom postmenopause 6. Fentanyl-releasing Transdermal Drug Delivery System (Duragesic ) yang digunakan untuk perawatan analgesik pada penderita kanker(patel, 2011)

16 7. Nikoniko Transdermal Drug Delivery System yang digunakan untuk terapi membantu memberhentikan kebiasaan merokok 2.9. Obat Konvensional Sediaan Topical Sediaan topical adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek obat. Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Sasaran pengobatan obat bersifat efek lokal sehingga penyerapan oleh pembuluh darah diusahakan agar seminimal mungkin sehingga terjadinya efek sistemik dapat dihindari. Contoh sediaan topikal meliputi krim, salep, gel, lotion. BAB III PEMBAHASAN Salah contoh sediaan transdermal drug delivery system adalah nikoniko yang digunakan untuk terapi memberhentikan kebiasaan merokok. Nikotin adalah bahan kimia adiktif dalam tembakau. Nikotin patch merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi kecanduan merokok. Nikotin patch dikenal pada awal tahun 1990an dan berhasil digunakan oleh jutaan orang untuk membantu mereka agar dapat berhenti merokok. Nikotin patch tidak dapat dilepas, harus dipasang sepanjang hari sebagai pengganti rokok. Beberapa produk perlu diganti setiap 24 jam sekali. Beberapa produk hanya digunakan selama beraktivitas dan dilepas selama tidur. Pemakaian patch nikotin dapat mengurangi beberapa gejala utama kecanduan rokok, seperti gugup, mudah marah, mengantuk, dan kurang konsentrasi. Nikotin patch didesain untuk melepaskan sejumlah dosis nikotin ke dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi keinginan terhadap rokok. Nikotin menembus kulit dan masuk kedalam aliran darah. Patch memberikan kadar nikotin yang lebih sedikit dalam darah dari pada ketika menggunakan rokok. Sediaan nikotin patch berguna untuk mengurangi withdrawal symptom yang dialami oleh seseorang ketika mencoba berhenti merokok, meliputi iritabilitas,

17 rasa cemas, restlessness, marah, dan sulit berkonsentrasi. Nikotin patch tidak memiliki zat berbahaya seperti karbon monoksida, tar dan komponen lain yang ada pada rokok. Terdapat 3 dosis sediaan nikotin patch yang dikelompokkan berdasarkan berapa banyak jumlah nikotin yang diabsorbsi dalam 24 jam. Dosisnya adalah 21 mg perhari (langkah 1), 14 mg perhari (langkah 2), dan 7 mg perhari (langkah 3). Frekuensi penggunaan nikotin patch adalah satu kali sehari, antara 16 sampai 24 jam dalam sehari. Sediaan tersebut dapat digunakan pada lengan bagian atas atau bagian tubuh yang lain. Setiap harinya, patch harus digunakan pada tempat yang berbeda untuk mencegah terjadinya iritasi. Mekanisme biofarmasi dari nikotin patch adalah sebagai berikut: zat pembawa dari patch nikotin akan mengalami liberasi dan berpartisi ke stratum corneum. Zat pembawa akan berikatan dengan matriks lipid yang ada di stratum corneum. Selanjutnya nikotin lepas dan berdifusi ke dalam viabel epidermis. Pada viabel epidermis terjadi proses disolusi kemudian berdifusi kembali nikotin ke dalam dermis sehingga terjadi absorbsi dan masuk ke sirkulasi darah dan menghasilkan efek. Setelah diabsorbsi nikotin yang terdapat di sirkulasi darah langsung mengalami ekskresi. Salep ketokonazol adalah salah satu contoh obat topikal konvensional. Salep ketokonazol digunakan pengobatan topikal infeksi dermatofit kulit. Mekanisme biofarmasi dari salep ketokonazol adalah zat pembawa dari slaep akan mengalami liberasi dan berpartisi ke stratum corneum. Zat pembawa akan berikatan dengan matriks lipid yang ada di stratum corneum. Selanjutnya ketokonazol lepas dan berdifusi ke dalam viabel epidermis. Pada viabel epidermis terjadi proses disolusi kemudian berdifusi kembali ketokonazol ke dalam dermis sehingga terjadi absorbsi. Kemudian ketokonazol akan terlokalisasi di jaringan target dan menghasilkan efek farmakologi. Ketokonazol yang berada pada jaringan target akan didistribusikan Perbedaan dari obat konvensional dan transdermal drug delivery system adalah obat pada transdermal, setelah diabsorbsi obat yang terdapat di sirkulasi darah langsung mengalami eliminasi. Sedangkan pada obat pada pemberian

18 topikal, obat yang berada pada jaringan target akan di distribusikan kemudian masuk ke aliran darh setelah itu baru mengalami eliminasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Kumar D, dkk A Review: Transdermal Drug Delivery System : A Tool For Novel Drug Delivery System. International Journal of Drug Development & Research Volume Gaikwad A Transdermal Drug Delivery System: Formulation Aspects and Evaluation. Comprehensive Journal of Pharmaceutical Sciences Vol 1(1) 3. Yadav Theoretical Aspects Of Transdermal Drug Delivery System. Bulletin of Pharmaceutical Research 2013;3(2): Bhura, dkk Transdermal Drug Delivery System: A Review. The Pharma Inovation Vol.1 No Moulika, dkk Transdermal Drug Delivery System: On Review.International Journal of PharmTech Research CODEN (USA): IJPRIF. Vol.3, No.4, pp Roughead,E Prevalence of potentially hazardous drug interactions amongst Australian veterans. Britsh Journal of Clinical Pharmacology Edisi 70:2. Hal

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit BAB 1 PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir, bentuk sediaan transdermal telah diperkenalkan untuk menyediakan pengiriman obat yang dikontrol melalui kulit ke dalam sirkulasi sistemik (Tymes et al., 1990).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentagamavunon-0 (PGV-0) atau 2,5-bis-(4ʹ hidroksi-3ʹ metoksibenzilidin) siklopentanon adalah salah satu senyawa analog kurkumin yang telah dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

Biofarmasetika sediaan perkutan

Biofarmasetika sediaan perkutan Biofarmasetika sediaan perkutan Pendahuluan Konsep pemakaian sediaan obat pada kulit telah lama diyakini dapat dilakukan zaman mesir kuno, papyrusyang telah mencantumkan berbagai sediaan obat untuk pemakaian

Lebih terperinci

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah yang dalam keadaan istirahat melebihi nilai normal, nilai normal tiap orang berbeda beda disini terdapat variasi yang amat besar umumnya

Lebih terperinci

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai BAB I PENDAHULUAN Pada saat ini, penggunaan obat melalui rute transdermal banyak digunakan dan menjadi salah satu cara yang paling nyaman dan inovatif dalam sistem penghantaran obat ke dalam tubuh. Penghantaran

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah

Lebih terperinci

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker. BAB 1 PENDAHULUAN Pemberian obat oral telah menjadi salah satu yang paling cocok dan diterima secara luas oleh pasien untuk terapi pemberian obat. tetapi, terdapat beberapa kondisi fisiologis pada saluran

Lebih terperinci

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt KEGUNAAN FARMAKOKINETIKA 1. Bidang farmakologi Farmakokinetika dapat menerangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

FORMULASI KOSMETIK UNTUK MENDAPATKAN EFEK YANG MAKSIMAL

FORMULASI KOSMETIK UNTUK MENDAPATKAN EFEK YANG MAKSIMAL FORMULASI KOSMETIK UNTUK MENDAPATKAN EFEK YANG MAKSIMAL PHARM.DR.JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD Seminar Perkembangan Mutakhir di bidang Ilmu dan Teknologi Kosmetika PT Dwipar Loka Ayu dan PT Dwi Pardi

Lebih terperinci

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu BAB 1 PENDAHULUAN Terbutalin sulfat merupakan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit asma bronkial. Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan peradangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penelitian Asma adalah suatu penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat kronis dengan

Lebih terperinci

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR AKADEMI FARMASI TADULAKO FARMA PALU 2015 SEMESTER II Khusnul Diana, S.Far., M.Sc., Apt. Obat Farmakodinamis : bekerja terhadap fungsi organ dengan jalan mempercepat/memperlambat

Lebih terperinci

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( ) DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI (12330713) PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia farmasi pun tidak ketinggalan. Semakin hari semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dapat diberikan melalui kulit untuk mendapatkan efek pada tempat pemakaian, jaringan di dekat tempat pemakaian, ataupun efek sistemik. Meskipun terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28

BAB 1 PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neonatus bearti baru saja dilahirkan. Dalam dunia kedokteran, neonatus didefenisikan sebagai masa kehidupan pertama ekstrauterin sampai dengan usia 28 hari atau 4 minggu

Lebih terperinci

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT Pendahuluan Obat adalah zat yang dapat memberikan perubahan dalam fungsi-fungsi biologis melalui aksi kimiawinya. Pada umumnya molekul-molekul obat berinteraksi dengan molekul

Lebih terperinci

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit

Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Studi Biofarmasetik Sediaan melalui Kulit Dewa Ayu Swastini ANATOMI FISIOLOGI KULIT FUNGSI KULIT : Pembatas terhadap serangan fisika kimia Termostat suhu tubuh Pelindung dari serangan mikroorganisme dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut: Histologi kulit Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m 2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, utamanya di bidang sediaan

Lebih terperinci

banyak digunakan dalam pengobatan akut dan jangka panjang dari asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik dengan

banyak digunakan dalam pengobatan akut dan jangka panjang dari asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik dengan BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya teknologi farmasi, penggunaan obat secara per oral dapat dikembangkan menjadi penggunaan obat secara buccal. Penggunaan obat pada buccal, merupakan rute alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk diperhatikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan sistem pengantaran obat pada bidang farmasi telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan transdermal

Lebih terperinci

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem penghantaran secara transdermal merupakan bentuk penghantaran dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik. Macam-macam formulasi

Lebih terperinci

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu, BAB 1 PENDAHULUAN Dalam sistem penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting adalah bentuk sediaan. Penggunaan suatu bentuk sediaan bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN BERBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP PENETRASI PERKUTAN GEL NATRIUM DIKLOFENAK SECARA IN VITRO

EFEK PENAMBAHAN BERBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP PENETRASI PERKUTAN GEL NATRIUM DIKLOFENAK SECARA IN VITRO EFEK PENAMBAHAN BERBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP PENETRASI PERKUTAN GEL NATRIUM DIKLOFENAK SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh : RORO MEGA AYU PUTRI MAHANANI K 100 050 215 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui BAB 1 PENDAHULUAN Absorbsi obat dalam tubuh tergantung dari kemampuan obat berpenetrasi melewati membran biologis, struktur molekul obat, konsentrasi obat pada tempat absorpsi, luas area absorpsi, dan

Lebih terperinci

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011). BAB 1 PENDAHULUAN Obat dapat diberikan kepada pasien melalui sejumlah rute pemberian yang berbeda. Rute pemberian obat dapat dilakukan secara peroral, parenteral, topikal, rektal, intranasal, intraokular,

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari. BAB I PENDAHULUAN Saat ini banyak sekali penyakit yang muncul di sekitar lingkungan kita terutama pada orang-orang yang kurang menjaga pola makan mereka, salah satu contohnya penyakit kencing manis atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu sediaan obat yang layak untuk diproduksi harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan obat untuk

Lebih terperinci

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah Rute Pemberian Obat Indah Solihah Rute Pemberian Jalur Enteral Jalur Parenteral Enteral Oral Sublingual Bukal Rektal Oral Merupakan rute pemberian obat yg paling umum. Obat melalui rute yg paling kompleks

Lebih terperinci

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi semakin pesat, khususnya dalam pengembangan berbagai macam rancangan sediaan obat. Rancangan sediaan obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, teknologi di bidang farmasi saat ini

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

PENETRASI PERKUTAN IN VITRO KOMPLEKS INKLUSI PENTAGAMAVUNON-0 (PGV-0) DENGAN β-siklodekstrin DALAM SEDIAAN GEL HIDROKSIPROPIL METILCELULOSE (HPMC)

PENETRASI PERKUTAN IN VITRO KOMPLEKS INKLUSI PENTAGAMAVUNON-0 (PGV-0) DENGAN β-siklodekstrin DALAM SEDIAAN GEL HIDROKSIPROPIL METILCELULOSE (HPMC) PENETRASI PERKUTAN IN VITR KMPLEKS INKLUSI PENTAGAMAVUNN-0 (PGV-0) DENGAN β-sikldekstrin DALAM SEDIAAN GEL HIDRKSIPRPIL METILCELULSE (HPMC) SKRIPSI LEH : RAHMI PRATIWI MURTIASTUTI K 0000070 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1 Paradigma dalam pengembangan obat Tahapan pengembangan obat Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1 Aspek Sasaran kerja obat Desain obat Sintesis In the past

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflamasi merupakan bentuk respon pertahanan terhadap terjadinya cedera karena kerusakan jaringan. Inflamasi tidak hanya dialami oleh orang tua, tetapi dapat terjadi

Lebih terperinci

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1 Melibatkan berbagai investigasi bahan obat mendapatkan informasi yang berguna Data preformulasi formulasi sediaan yang secara fisikokimia stabil dan secara biofarmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas untuk pengobatan rheumatoid arthritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas (thermal), arus listrik (electrict), bahan kimia (chemycal), dan radiasi (radiation) yang mengenai kulit,

Lebih terperinci

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan

Lebih terperinci

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh banyak orang karena aktivitas dan rutinitas masingmasing orang, yang membuat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik

Lebih terperinci

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan I.TEORI PENGERTIAN KOSMETIKA PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir &organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk : membersihkan,

Lebih terperinci

Penghantaran obat secara transdermal dibuat dalam bentuk patch. Dimana patch terdiri dari berbagai komponen, namun komponen yang paling penting dari

Penghantaran obat secara transdermal dibuat dalam bentuk patch. Dimana patch terdiri dari berbagai komponen, namun komponen yang paling penting dari BAB 1 PENDAHULUAN Penghantaran obat untuk sirkulasi umum melalui kulit merupakan alternatif yang lebih diinginkan daripada pemberian secara oral. Pasien sering lupa untuk meminum obatnya, dan sebagian

Lebih terperinci

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker & BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai bentuk sediaan obat dirancang dan dikembangkan berdasarkan pada sifat fisika kimia, farmakologi dan farmakokinetika dari bahan obat, dengan tujuan

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang paling menjanjikan untuk meningkatkan jumlah obat yang disampaikan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang paling menjanjikan untuk meningkatkan jumlah obat yang disampaikan ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penghantaran Obat Transdermal Saat ini, penghantaran obat transdermal menjadi metodepenggunaan obat yang paling menjanjikan untuk meningkatkan jumlah obat yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini

FARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini FARMAKOKINETIKA Oleh Isnaini Definisi: Farmakologi: Kajian bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau

Lebih terperinci

PENETRASI PERKUTAN IN VITRO

PENETRASI PERKUTAN IN VITRO 0 PENETRASI PERKUTAN IN VITRO DISPERSI PADAT PENTAGAMAVUNON-0 DENGAN PENGOMPLEKS HIDROKSIPROPIL BETA SIKLODEKSTRIN DALAM SEDIAAN GEL HIDROKSIPROPIL METIL SELULOSE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

PENETRASI PERKUTAN IN VITRO

PENETRASI PERKUTAN IN VITRO PENETRASI PERKUTAN IN VITRO DISPERSI PADAT PENTAGAMAVUNON-0 (PGV-0) DENGAN PENGOMPLEKS POLIVINILPIROLIDON (PVP) DALAM SEDIAAN GEL HIDROKSIPROPIL METIL CELULOSA (HPMC) SKRIPSI Oleh: RATNA EKASARI K 100

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu : Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KITSAN Kitosan adalah polimer alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitin adalah polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa. Kitosan merupakan polimer yang aman, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat

BAB I PENDAHULUAN. Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati sawar biologik (Aiache,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Penghambat kanal Ca 2+ adalah segolongan obat yang bekerja

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok bahasan : 1. Peran air dalam kehidupan tumbuhan 2. Penyerapan

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN BERBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP PENETRASI PERKUTAN GEL PIROKSIKAM SECARA IN VITRO SKRIPSI

EFEK PENAMBAHAN BERBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP PENETRASI PERKUTAN GEL PIROKSIKAM SECARA IN VITRO SKRIPSI EFEK PENAMBAHAN BERBAGAI PENINGKAT PENETRASI TERHADAP PENETRASI PERKUTAN GEL PIROKSIKAM SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh : UTY SUKRIA SANY K 100 050 214 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI CARA PEMBERIAN OBAT DISUSUN UNTUK MEMENUHI LAPORAN MATA KULIAH FARMAKOLOGI Disusun oleh : Bella Sakti Oktora (12010012) Darma Wijaya (120100 ) Fuji Rahayu (12010030) S-1 FARMASI

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit. Struktur Anatmi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatmi Kulit. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar biasa disebut lapisan ari atau epidermis, di bawah lapisan ari adalah lapisan jangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl atau glukosa sewaktu 200 mg/dl yang ditandai oleh poliuria, polidipsia, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi kelainan musculoskeletal, seperti artritis rheumatoid, yang umumnya hanya meringankan

Lebih terperinci

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.

Lebih terperinci

DESAIN SEDIAAN FARMASI

DESAIN SEDIAAN FARMASI 1 DESAIN SEDIAAN FARMASI Prinsip-prinsip Variasi sediaan farmasi Aspek-aspek yang perlu diperhatikan PENDAHULUAN Identitas produk, efikasi, dan kemurnian merupakan kriteria penting untuk pengobatan Investigasi

Lebih terperinci

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)

Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika) Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika) Apa yang terjadi pada obat setelah masuk ke tubuh kita? Pharmacokinetics: science that studies routes of administration, absorption* and distribution*, bioavailability,

Lebih terperinci

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN OBAT TETES PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara molekuler

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan senyawa obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam fenilalkanoat yang bekerja sebagai antiinflamasi, antipiretik, analgetik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan dunia dewasa ini, industri farmasi mengalami kemajuan yang pesat.

Lebih terperinci

Paryono/Anatomi/Poltekkes Surakarta TUJUAN PEMBELAJARAN :

Paryono/Anatomi/Poltekkes Surakarta TUJUAN PEMBELAJARAN : H. Paryono, S.Kep,Ns,M.Kes TUJUAN PEMBELAJARAN : Menyebutkan bagian-bagian kulit Menyebutkan jenis jaringan yang menyusun epidermis dan dermis Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi warna kulit. Menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL Cl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90S : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI Oleh: INDA LUTFATUL AMALIYA K 100040058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUAMMADIYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri

Lebih terperinci

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH Disusun: Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh

Lebih terperinci