POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL TRY MAYZON NPM.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL TRY MAYZON NPM."

Transkripsi

1 POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL TRY MAYZON NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL (STKIP) PGRI SUMBAR PADANG 2015

2

3 POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Try Mayzon 1 Firdaus 2 Rio Tutri 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Masyarakat Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan adalah masyarakat suku bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, dimana setiap suku mempunyai nilai-nilai kebudayaan yang berbeda. Meskipun masyarakat Desa Sioban memiliki keragaman suku bangsa. Namun di Desa Sioban tidak perna terjadi konflik. Dalam penelitian ini ingin mengkaji mengenai bagaimana pola interaksi antar suku bangsa di Desa Sioban dalam membangun hubungan antar masyarakatnya. Teori yang digunakan adalah teori Interaksionisme Simbolik menurut Herbert Mead. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Alat pengumpulan data berupa observasi, wawancara, studi dokumen dengan unit analisisnya kelompok model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model analisis data Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahap, yaitu : reduksi data, display data, atau penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan terhadap empat suku bangsa yang ada di Desa Sioban yaitu pada suku bangsa Mentawai, Minangkabau, Batak, Nias yang dijabarkan melalui petanyaan- pertanyaan. Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa faktor pendorong masyarakat antar suku bangsa dalam membangun solidaritas, yaitu :1) faktor individu, 2) Faktor Lingkungan, 3). Faktor agama. Dari faktor tersebut ada suatu bentuk yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sioban dalam membentuk hubungan membangun solidaritas yaitu dengan cara melakukan suatu kegiatan bersama dan membentuk suatu lembaga atau organisasi-organisasi sebagai alat pemersatu antar suku bangsa. Hal ini dikarenakan masyarakatnya memiliki strategi dalam menghidari konflik. Kata Kunci : Pola, Interaksi, Suku Bangsa 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Ankatan Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

4 POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Try Mayzon 1 Firdaus 2 Rio Tutri 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Society of Countryside of Sioban of Subdistrict of Sipora of South arch is ethnic groups society consisted of assorted of ethnic groups, where each every ethnic groups have the different culture values. Though society of Countryside Sioban own the manner ethnic groups. But in Countryside Sioban do not once happened by the conflict. In this research wish to study to hit how intertribal interaction pattern nation in Countryside Sioban in develop building relation or link usher its society. Theory used by is Symbolic theory Interactionism according to Herbert Mead. Research Method used by is method qualitative. Appliance of facts collecting in the form of observation, interview, document study with the its analysis is groups type the facts analysis used at this research is model analyse the facts of Miles and Huberman consisted of by three phase, that is : reduce the facts, displayed by a facts, or presentation of facts and conclusion withdrawal. This research is done or conducted to four ethnic groups of exist in Countryside Sioban that is at Laugh ethnic Mentawai, Minangkabau, Batak, Nias formulated by through or passing asking- question. From research result in field indicate that there are some intertribal society impeller factor nation in develop building solidarity, that is : 1) individual factor 2) environmental factor 3). Religion factor. From the factor there is an form done or conducted by society of Countryside Sioban in forming relation or link develop build the solidarity that is by doing or conducting an activity with and form an institute or organizational as a means of intertribal unifier of nation. This matter because of its society own the strategy in evade conflict Key word : Pattern, Interaction, Ethnic Groups 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

5 PENDAHULUAN Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki adat dan kebudayaan berbeda satu sama lain, ini dipengaruhi oleh kondisi fisik wilayah bersangkutan maupun adat dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya oleh nenek moyang terdahulu. Masyarakat beda suku atau antar suku yang hidup secara bersama-sama dalam sebuah wilayah untuk berbaur satu sama lain atau berinteraksi satu sama lain guna untuk menjalankan kehidupannya sebagai makluk sosial. Pada hakikatnya manusia adalah makluk sosial yang mana manusia itu tidak bisa hidup sendiri-sendiri melainkan hidup secara berkelompok atau saling membutuhkan satu sama lain Linton dalam Supardan (2009: 118) menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Sesuai dengan pendapat di atas dapat dipahami bahwa manusia hidup secara berkelompok dan memiliki adat istiadat ataupun peraturanperaturan tertentu yang mengatur hidup mereka dalam kesehariannya. Interaksi sosial adalah suatu poses yang terjadi dalam proses sosial yang mana manusia saling membutuhkan satu sama lain atau saling mempengaruhi sehingga terjadi hubungan timbal balik diantaranya. Daerah Sumatera Barat yang memiliki kebudayaan yang beranekaragam kebudayaan antara lain: masyarakat yang terdapat di daerah Pasaman Barat, Pesisir, Jambi, Dhamasraya, Padang, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, tepatnya di Desa Sioban, Kecamatan Sipora Selatan. Berdasarkan survei awal yang diperoleh dari Desa Sioban terdapat beberapa suku bangsa diantaranya suku bangsa Mentawai, Minangkabau, Batak, Nias. Di Desa Sioban Kecamatan Sipora selatan mayoritas masyarakatnya beragama Kristen Protestan dan agama minoritas masyarakat yaitu, agama Islam dan agama Khatolik. Jumlah suku bangsa yang paling banyak di dominasi pada suku bangsa yang mencapai 70,16 % yaiu dengan total 1037 orang, Batak 12, 04 % dengan total 178 orang, Minangkabau 8,05 % dengan total 119 orang, Nias 9,74 dengan total 144 orang, yang mana pada suku bangsa tersebut yang akan dijadikan objek penelitian oleh peneliti. Di Desa Sioban, selain berbeda suku, terdapat pula beberapa agama yang dianut oleh masyarakatnya yaitu agama Kristen Protestan 53,11% dengan total 785 orang, Islam 28,41% dengan total 420 orang, Khatolik 18,47% dengan total 273 orang. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pola interaksi antar suku bangsa di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola interaksi antar suku bangsa di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, seperti: Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interkasi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam satu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interkasi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam satu kelompok sosial.

6 Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-perorangan atau kelompokkelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang menunjukkan pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 2007 : 55). Suku bangsa atau pada dasarnya kelompok etnik (ethnic group) adalah setiap kelompok masyarakat yang membedakan diri sendiri dan dibedakan dari kelompokkelompok lain yang berinteraksi atau samasama eksis (coexist) dengan sejumlah kriteria perbedaan yang menonjol, apakah itu secara linguistic, secara rasial ataukah secara kebudayaan. Adapun studi yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh : Rio Tutri dalam tesisnya pada tahun 2012 dengan judul Manajemen Konflik antara etnis lokal dengan etnis pendatang di Kelurahan Pewang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Dengan tujuan penelitian secara umum mendeskripsikan tindakan etnis Lokal dan Etnis Pendatang dalam upaya pencegahan kekerasan pada masyarakat multietnis sedangkan tujuan khsusnya mendeskripsikan pemaknaan dalam proses interkasi sosial antara etnis Lokal dan etnis pendatang, mendeskripsikan bentukbentuk pencegahan tindakan kekerasan antara etnis dalam proses interaksi sosial antara etnis lokal dengan etnis Pendatang. JENIS DATA DAN METODE Penelitian ini mulai dilakukan sejak bulan Mei s/d Juni Tempat penelitain ini di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha untuk mencari jawaban atau pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kondisi real dilapangan. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2013: 4) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Alasan peneliti menggunakan tipe penelitian ini karena ingin mendeskripsikan pola interaksi antar suku bangsa. Penelitian ini dilakukan terhadap 17 orang informan, yang terdiri dari empat suku bangsa, yaitu suku bangsa Mentawai, Minangkabau, Batak, dan Nias. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi dokumen, yang mencari data secara kompleks. Model analisis data penelitian ini adalah analisis dari model Milles dan Huberman. 1. Keberagaman suku bangsa di Desa Sioban. Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan dalam berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya (masyarakat yang majemuk). Keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Di Desa Sioban yang mereka masyarakatnya saling menghargai bahasa dari suku-suku lain, bahkan diantara mereka berkomunikasi dengan menggunakan satu bahasa dari berbagai suku bangsa tersebut misalnya bahasa Minangkabau, selain itu juga mereka menggunakan bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia untuk berkomunikasi seharihari. Dalam kehidupan yang beragam salah satu unsur yang dikaitkan dengan etnisitas suatu bangsa adalah bahasa. Dibanyak negara bahasa merupakan identitas bahasa juga menjadi lambang indentitas dalam suatu kelompok suku bangsa. Dalam negara yang multikultural kerap kali ditemukan suatu kelompok etnis tidak mau atau enggan bahkan menolak menerima bahasa dari kelompok suku bangsa lain. Pendatang terdapat di Desa Sioban terdiri dari suku bangsa Minangkabau, yang berasal dari luar Desa Sioban diantaranya

7 Padang, Batusangkar, Bukittinggi, Pesisir, Padang Panjang, dan lain-lain. Para pendatang ini bekerja sebagai pedagang, bekerja sebagai karyawan, PNS, wiraswasta, petani dan buruh tani. Selain pendatang suku bangsa Minangkabau terdapat suku bangsa lain seperti suku bangsa Batak dan Nias merupakan suku bangsa pendatang yang ada di Desa Sioban. Tetapi hal tersebut kelompok suku bangsa yang ada di Desa Sioban yang mereka masyarakatnya saling menghargai dari suku bangsa lain yang ada di sekelilingnya, bahkan diantara mereka berkomunikasi dengan menggunakan satu bahasa dari ketiga suku bangsa tersebut misalnya bahasa Minangkabau, selain itu juga mereka menggunakan bahasa Nasional untuk berkomunikasi sehari-hari. Masyarakat yang ada di Desa Sioban merupakan masyarakat yang beragam terdiri dari masyarakat asli dan masyarakat pendatang. Masyarakat asli dan masyarakat pendatang yang ada di Desa Sioban adalah masyarakat suku bangsa yang terbagi kedalam beberapa suku bangsa seperti, suku bangsa Mentawai, Minangkabau, Batak dan Nias adalah sebagai berikut : a. Suku Bangsa Mentawai di Desa Sioban Masyarakat suku bangsa Mentawai menganut sistem Patrilineal yang mereka sebut dengan istilah Uma, mempunyai arti tempat, yang mendiami beberapa ratus manusia yang masih berhubungan satu sama lain dalam hal keturunan. Menjadi pusat kehidupan masyarakat adat, yang memperhitungkan dan mempersatukan (Coronese, Stefano : 3-5). Kesatuan sosial yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat orang Mentawai keluarga batih. Dalam kesatuan-kesatuan serupa itu ada seorang lakilaki dan seorang wanita, yang hidup bersama sebagai suami istri dalam sebuah rumah kecil yang sederhana. Si laki-laki biasanya asal dari suatu kelompok kerabat tertentu yang mempunyai pusatnya pada salah satu Uma dalam Desa, sedangkan si wanita asal dari suatu kelompok kerabat lain yang mempunyai pusatnya pada Uma yang lain dalam Desa itu juga. Seperti apa yang telah terurai di atas suatu uma merupakan suatu kelompok dari orang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan melalui ayah, atau hubungan patrilineal. b. Suku Bangsa Minangkabau di Desa Sioban Minangkabau atau yang disingkat Minang adalah kelompok suku Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilinial atau garis keturunan dari Ibu. Masyarakat yang ada di Desa Sioban merupakan masyarakat yang beragam terdiri dari masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang yang ada di Desa Sioban adalah suku Minangkabau yang terbagi kedalam beberapa suku yaitu : suku Caniago, suku Melayu, suku Koto, suku Tanjung, suku Jambak, suku Mandailing, dan suku Piliang. Kedatangan suku bangsa yang pertama kali datang di daerah Mentawai khususnya di Desa Sioban, Kecamatan Sipora Selatan, Kabupaten Kepulaun Mentawai yaitu Minangkabau pada tahun Suku bangsa Minangkabau tidak terlepas dari apa yang mereka sebut dengan budaya rantau. Dimana arti dari kata rantau adalah tanah (negeri) tempat mencari penghidupan. Suku Minangkabau terkenal dengan budaya rantaunya sehingga banyak sudah dari suku ini yang berada dan tinggal menetap di negeri orang tak terkecuali di Desa Sioban. Mereka merantau dengan tujuan untuk mencari penghidupan dengan cara melalui perdagangan, selain berdagang mereka juga bekerja sebagai intelektual di pemerintahan.

8 Pendatang yang terdapat di Desa Sioban terdiri dari suku Minang yang berasal dari luar Desa Sioban diantaranya Batusangkar, Padang Panjangan, Bukittinggi, Solok, dan Padang, para pendatang ini bekerja sebagai pedagang, bekerja sebagai karyawan, PNS dan Wiraswasta. c. Suku Bangsa Batak di Desa Sioban Suku bangsa Batak merupakan salah satu suku pendatang di Desa Sioban, suku bangsa Batak mempunyai jumlah kurang lebih 12 persen dari keseluruhan suku bangsa Batak yang merupakan suku bangsa pendatang di Desa Sioban. Kedatangan suku bangsa Batak di Desa Sioban pada tahun 1979 mereka datang secara individu. Awalnya mereka mencoba bermigrasi kedaerah ini dengan tujuan untuk merubah kehidupan mereka. Mereka mencoba mencari pekerjaan di bidang penginjil, perkantoran, dan sebagai pedagang. Setelah lama kelamaan banyak diantara para suku bangsa ini yang mulai menetap di Desa Sioban dengan pekerjaan tetap mereka, mereka sengaja mengajak para keluarga-keluarga mereka dari kampung untuk pergi bermigrasi kedaerah ini. Sehingga pada saat ini suku bangsa Batak yang tinggal di Desa Sioban berjumlah 178 orang. Kedatangan suku bangsa Batak memiliki identitas dan ciri khas tersendiri dalam segi kebudayaan dan tradisi mereka, di Desa Sioban ciri khas dan identitas ini masih tetap ada, namun tidak keseluruhan kebudayaan dan tradisi suku bangsa Batak tetap ada di Desa Sioban karena suku bangsa Batak harus tetap menghargai dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan bersama di Desa tersebut. Kebudayaan dan tradisi yang masih digunakan di Desa Sioban yaitu pertama, bahasa yang digunakan oleh suku bangsa batak di daerah asalnya masih tetap digunakan dengan sesama suku bangsa batak denga suku bangsa lain masyarakat batak menggunakan bahasa Indonesia, meskipun bahasa yang digunakan suku batak untuk berbicara dengan suku bangsa lain adalah bahasa Indonesia namun logat yang digunakan suku Batak masih tetap sama yaitu logatnya yang keras sehingga terkesan yang keras sehingga terkesan kasar, hal ini tidak menyebabkan masyarakat suku bangsa berkonflik karena suku bangsa lain di Desa Sioban tersebut bisa memahami logat bahasa yang digunakan oleh suku Batak tersebut. d. Suku Bangsa Nias di Desa Sioban Suku bangsa Nias merupakan suku bangsa yang mendiami daerah Kepulauan Mentawai pada tahun 1982 khususnya di Desa Sioban tetapi pekerjaan mereka pekerja kasar banyak juga mereka yang suka dalam berwirausaha seperti mendirikan usaha bengkel, Photocofy dan menjahit dan lain sebagainya. Dalam bermasyarakat mereka juga menjunjung tinggi nilai kekeluargaan degan tidak memandang perbedaan etnis maupun agama. Mereka menganggap bahwa latar belakang kehidupan mereka yaitu perantau, dengan tujuan untuk menyambung hidup yang labih baik. Jadi tidak ada alasan mereka untuk bermusuhan, baik antar sesama suku pendatang maupun suku pribumi. 2. Keberagaman Agama Di Desa Sioban dikenal sebagai suku bangsa yang majemuk (plural societies). Baik itu majemuk dari segi suku, agama dan lain sebagainya. Keberagaman tersebut dapat dilihat dengan adanya perbedaan yang jelas barupa agama yang ada di Desa Sioban. Setiap agama memiliki keyakinan yang berbeda-beda menurut kepercayaannya masing-masing sehingga perbedaan antara agama yang satu dengan yang lainnya. Agama merupakan salah satu unsur yang univesal dalam kehidupan umat manusia, dalam arti bahwa setiap masyarakat memiliki cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai agama Martono (2011 : 168). Salah satu keberagaman agama yang ada di Desa Sioban berdasarkan dari data sensus penduduk tahun 2014, masyarakat suku bangsa yang beragama Kristen Protestan berjumlah 785 orang, sedangkan penduduk agama Islam 420 orang, dan Khatolik berjumlah 273 orang.

9 Masyarakat suku bangsa antar agama yang ada di Desa Sioban ini hidup secara bersama-sama dalam lingkungan sosial. Masyarakat antar agama disini memiliki bahasa dan budaya yang berbeda-beda. Namun hal ini tidak menjadi penghalang bagi masyarakat untuk berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain sehingga tidak terjadinya konflik di Desa Sioban ini. Desa Sioban merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam agama seperti Agama Kristen Protestan, Islam dan Khatolik. Masyarakat yang ada di Desa Sioban dan masyarakat pendatang memiliki perbedaan agama dan mereka juga memiliki perbedaan bahasa dan budaya, banyaknya perbedaanperbedaan tersebut tidak menghalangi mereka untuk saling berinteraksi. Meskipun mereka berasal dari bermacam-macam agama tetapi mereka tidak pernah bermusuhan. Mereka saling menjaga ajaran dari agama masing-masing dan menjaga ajaran dari orang lain. Mereka saling menghargai bahwa bagi yang muslim mereka diharamkan memakan babi, mereka yang non muslim tidak merasa tersinggung oleh ajaran agama muslim. Begitu juga sebaliknya mereka yang muslim tidak pernah mengolokngolokkan atau mencemooh makanan yang orang non muslim tersebut makan. Selain hal yang di jelaskan diatas, adapun beberapa bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyakat Desa Sioban dalam hal menjalankan ritual agamanya sesuai ajaran agama masing-masing. Apabila di Islam mereka masyarakatnya membentuk kegiatan rutinitas mereka yaitu seperti pengajian atau majelis taklim bagi ibu-ibu, pengajaran anakanak berupa TPA, IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) dan kelompok yasinan untuk bapakbapak. Sedangkan pada mereka yang Non Muslim biasanya mereka mengadakan kegiatan mingguan di Gereja dan kebaktian Muda-Mudi. 3. Pola Interaksi Masyarakat Suku Bangsa dan Agama di Desa Sioban Pola Interaksi pada masyarakat suku bangsa di Desa Sioban terlihat adanya pola hidup dan hubungan timbal balik antar suku bangsa Mentawai, Minangkabau, Batak dan Nias. Pola interaksi kehidupan memberikan ssuatu pengaruh orang lain, hal ini sesuai dengan ciri interaksi. Masyarakat Desa Sioban merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam agama seperti Agama Kristen Protestan, Islam dan Khatolik. Masyarakat yang ada di Desa Sioban dan masyarakat pendatang memiliki perbedaan agama dan mereka juga memiliki perbedaan bahasa dan budaya, banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut tidak menghalangi mereka untuk saling berinteraksi. 4. Faktor Penyebab Tidak Terjadinya Konflik Masyarakat di Desa Sioban merupakan salah satu bentuk masyarakat suku bangsa terdiri dari berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama yang beragam. Tetapi keberagaman tersebut tidak menjadi penghambat untuk memperkuat solidaritas di antara mereka. Tetapi perbedaan-perbedaan tersebut tidak menjadi penghambat untuk memperkuat solidaritas mereka dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut, yang menyebabkan masyarakat pada konteks ini mereka membangun solidaritas. Ada beberapa faktor penyebab tidak terjadinya konflik dalam bentuk membangun solidaritas, yaitu: a. Faktor individu Menurut Mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya simbol yang terpenting. Dalam masyarakat suku bangsa terbentuk solidaritas antar masyarakat yang mana solidaritas merupakan perilaku kebersamaan di tengah masyarakat beragama dalam melaksanakan berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari, adanya rasa tanggung jawab bersama dalam mewujudkan berbagai kebaikan dalam kehidupan masyarakat tersebut. Masyarakat suku bangsa yang ada di Desa Sioban, Kecamatan Sipora Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan

10 masyarakat yang hidup sebagai satu kesatuan yang mana mereka melakukan hubungan timbal balik antara satu dengan yang lain. b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Jika tanpa adanya linkungan maka tidak akan ada dan terjadi suatu kehidupan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, lingkungan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya sosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Jika tanpa adanya linkungan maka tidak akan ada dan terjadi suatu kehidupan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, lingkungan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Lingkungan ini tidak hanya terbatas pada tataran linkungan dalam masyarakat saja melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik atau alam. Di Desa Sioban ini merupakan daerah Kepulauan yang di kelilingi oleh pesisir-pesisir pantai. c. Faktor Agama Salah satu faktor yang mendorong solidaritas dalam masyarakat yaitu karena faktor agama. Dimana hubungan antara manusia dan agama merupakan hubungan totalitas. Bagaimanapun manusia tidak bisa dipisahkan dengan agama. Agama sebagai alat pemersatu antar anggota masyarakat adalah dimana memiliki kepercayaan yang sama dengan menganggap bahwa mereka bersaudara. Seperti di Desa Sioban meskipun mereka terdiri dari berbagai macam agama yaitu dari agama Kristen Protestan, Islam dan Khatolik tetapi mereka tetap menjaga kerukunan antar umat bergama. kegiatan mereka. Mereka sangat menghargai perbedaan itu. Suasana damai itulah yang membuat masyarakat ini mampu mempertahankan hubungan kekeluargaan yang terjalin antara suku bangsa dalam lingkungan kehidupan mereka meski mereka berbeda agama tetap terjalin hidup rukun. Intinya mereka saling memahami dari ajaran dari masing-masing agama yang ada. KESIMPULAN Pada masyarakat yang ada di Desa Sioban meski masyarakatnya merupakan masyarakat yang beragam baik suku bangsa maupun agama, mereka hidup dengan rukun dan damai sehingga terbangun solidaritas antar masyarakatnya. Faktor pendorong masyarakat membangun solidaritas, yaitu : 1). faktor individu, 2). Faktor Lingkungan, 3). faktor agama. Pada masyarakat Desa Sioban ada beberapa strategi yang dilakukan dalam bentuk solidaritas antar masyarakat, diantaranya dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama dan membuat organisasiorganisasi yang menerapkan sistem kebersamaan dengan saling memberikan informasi, berkomunikasi dan saling menegur apabila terjadi hal-hal yang diinginkan serta mempercayakan kepada Desa untuk menangani masalah yang ada di Desa Sioban sehingga dengan cara seperti itu masyarakatnya dapat hidup dengan damai tanpa adanya perbedaan. Dalam kehidupan masyarakat di Desa Sioban tidak pernah sejarah terjadi konflik antar suku bangsa. Hal ini dikarenakan masyaraktnya memiliki strategi dalam menghadapi konflik. Bentuk strategi yang digunakan dalam mengahindari konflik yaitu, dengan cara : 1). Adanya kerjasama dalam suatu kelompok masyrakat, 2). adanya sikap saling percaya, 3). menghargai dan menghormati nilai-nilai dalam kelompok masyarakat, 4). Diadakannya kegiatan sosial dan 5). gotong royong. Meskipun di Desa Sioban terdiri dari berbagai macam kegiatan ritual agama yang dikerjakan dari masing-masing agama, tetapi tidak pernah ada gejala ganggu menggangu

11 DAFTAR PUSTAKA Supardan, Dadang Pengantar Ilmu Sosial, Jakarta: Bumi Aksara Supardi Dasar-dasar ilmu sosial. Yogyakarta: Ombak Maleong Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Coronese, Stefano. 1986, Kebudayaan Suku Mentawai Jakarta: PT Grafidian Jaya Martono, Nanang Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo persada Tesis : Tutri Rio Manajemen Konflik antara etnis lokal dengan etnis pendatang di Kelurahan Pewang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Tesis Program Studi Sosiologi Pascasarjana Universitas Andalas.

Gita Hermi Setyawati 1 Rinel Fitlayeni 2 Firdaus 3. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Gita Hermi Setyawati 1 Rinel Fitlayeni 2 Firdaus 3. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT STRATEGI MASYARAKAT MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN SOLIDARITAS (STUDI KASUS: ETNIS JAWA, BATAK DAN MINANG DI DESA SIPORA JAYA KECAMATAN SIPORA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI) Gita Hermi Setyawati 1 Rinel

Lebih terperinci

MEILIN NENCY NPM:

MEILIN NENCY NPM: STRATEGI PENDUDUK TRANSMIGRAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI DENGAN PENDUDUK ASLI DI JORONG SUNGAI TAMBANG II NAGARI SIJUNJUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT STRATEGY IN AVOIDING CONFLICT MULTICULTURAL SOCIETY (Case Study: Community In Nagari Koto Baru District Luhak Nan Duo West Pasaman) Elly Kristin Debora 1 Dian Kurnia Anggreta M.Si 2 Faishal Yasin S.Sos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TRANSMIGRAN BATAK DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI NAGARI SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TRANSMIGRAN BATAK DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI NAGARI SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TRANSMIGRAN BATAK DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI NAGARI SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Oleh ERENDA ELENDITA NPM: 10070137 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

PERILAKU LESBIAN DALAM MEMPERTAHANKAN PASANGAN DI TEMPAT KOST DI KELURAHAN PULAI ANAK AIR BUKITTINGGI ARTIKEL E- JURNAL

PERILAKU LESBIAN DALAM MEMPERTAHANKAN PASANGAN DI TEMPAT KOST DI KELURAHAN PULAI ANAK AIR BUKITTINGGI ARTIKEL E- JURNAL PERILAKU LESBIAN DALAM MEMPERTAHANKAN PASANGAN DI TEMPAT KOST DI KELURAHAN PULAI ANAK AIR BUKITTINGGI ARTIKEL E- JURNAL ELENDA KOEISMA FIFI (10070226) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah Manusia entah sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam lingkup kehidupannya. Manusia akan selalu berhadapan

Lebih terperinci

JURNAL KORI HARTATI NIM

JURNAL KORI HARTATI NIM FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KURANGNYA MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE TINGKAT SMP DI KAMPUNG SUNGAI SALAK NAGARI KOTO RAWANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN II. 1. Geografis Desa Khaiti Kecamatan Rambah Tengah Barat, Kabupaten Rokan Hulu merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi Desa laksamana merupakan desa yang ada di kecamatan Sabak Auh yang ibu kota nya Kabupaten Siak dengan luas wilayah lebih kurang 918,44 km2. jarak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini, masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial sudah makin kompleks dan terdiri dari berbagai aspek yang mana hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecamatan Lembah Melintang adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat. Kabupaten Pasaman Barat dibentuk dari hasil pemekaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT. Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL

PENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT. Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL PENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL YULIZA ANGGRAINI NPM. 10070051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap

Lebih terperinci

MARJINALISASI SUKU ANAK DALAM DI DESA BALAI RAJO KECAMATAN VII KOTO ILIR KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI ARTIKEL

MARJINALISASI SUKU ANAK DALAM DI DESA BALAI RAJO KECAMATAN VII KOTO ILIR KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI ARTIKEL MARJINALISASI SUKU ANAK DALAM DI DESA BALAI RAJO KECAMATAN VII KOTO ILIR KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) TIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan

Lebih terperinci

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL BETRI YULIANI NPM: 11070086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai ciri khas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang memliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai ragam bahasa daerah. Bahasa daerah hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia. Semua bahasa daerah yang dipakai penuturnya dilindungi

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas membentang dari kota Sabang Provinsi Nanggro Aceh Darussalam hingga kota Merauke Provinsi Papua. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umunmya sistem kekerabatan suku bangsa yang ada di Indonesia menarik garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat Minangkabau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adat di Indonesia bersifat pluralistik sesuai dengan banyaknya jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat C. Van Vollenhoven

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terdiri atas lebih kurang pulau ini dihuni oleh lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terdiri atas lebih kurang pulau ini dihuni oleh lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara kepulauan. Penduduk Indonesia tahun 2010 sejumlah 237.556.363 jiwa, terdiri atas 119.507.580 pria dan 118.048.783 wanita. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi. Bataranila sendiri bediri pada tahun Pada saat ini penduduk Perumahan

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi. Bataranila sendiri bediri pada tahun Pada saat ini penduduk Perumahan BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi Perumahan Bataranila awalnya merupakan perumahan yang diperuntukan untuk para dosen dan karyawan Universitas Lampung dan Polinela.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI MASALAH INTERAKSI ANTAR KELOMPOK TEMAN SEBAYA DI MTs MUHAMMADIYAH LAKITAN KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI MASALAH INTERAKSI ANTAR KELOMPOK TEMAN SEBAYA DI MTs MUHAMMADIYAH LAKITAN KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI MASALAH INTERAKSI ANTAR KELOMPOK TEMAN SEBAYA DI MTs MUHAMMADIYAH LAKITAN KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL FEBRIMA WINDA NPM. 11060292 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi Lampiran 2 HASIL WAWANCARA Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi 1. Bagaimanakah cara orang tua menyampaikan hukum adat Minangkabau kepada anak, terkait adanya pewarisan harta kepada anak perempuan?

Lebih terperinci

ANALISI DATA. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis di lakukan bersamaan dengan

ANALISI DATA. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis di lakukan bersamaan dengan 106 BAB IV ANALISI DATA Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis di lakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Data-data yang telah di peroleh dari lapangan langsung peneliti analisis dengan teknik

Lebih terperinci

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM INTERAKSI SOSIAL SISWA SUKU JAWA DAN BALI (SUKU PENDATANG) DENGAN SISWA SUKU BUGIS LUWU (SUKU SETEMPAT) DI SMA NEGERI 1 SUKAMAJU KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA Fatniyanti Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Indonesia terdiri dari beragam etnis, seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Batak. Setiap etnis ini memiliki budaya dan sistem kekerabatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berdiri di atas empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia, dan Bhinneka

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT PENDATANG DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI (Studi Kasus di Jorong Bukit Subur Nagari Ranah Palabi Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya). Watini 1 DrZusmelia M.Si 2 MarleniM.Pd 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia di tengah keberagamannya menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika. 1 Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakannegara multikultural yang memiliki keberagaman ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dirumuskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machstaat). Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat pada saat sekarang ini, masalah dalam kehidupan sosial sudah semakin kompleks dan berkepanjangan, dimana terdapat beberapa aspek yang

Lebih terperinci

FAKTOR EKTERNAL YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENYALAHGUNAKAN OBAT TRAMADOL DI DESA AURCINO KABUPATEN TEBO ARTIKEL JURNAL

FAKTOR EKTERNAL YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENYALAHGUNAKAN OBAT TRAMADOL DI DESA AURCINO KABUPATEN TEBO ARTIKEL JURNAL FAKTOR EKTERNAL YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENYALAHGUNAKAN OBAT TRAMADOL DI DESA AURCINO KABUPATEN TEBO ARTIKEL JURNAL Oleh: YAN IQBAL NPM. 10070022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung 1 Rina Ramdani, 2 Ihsana Sabriani Borualogo, 3 Stephanie Raihana Hamdan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar, bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, atau kawasan Asia, tetapi dalam lingkup yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya)

MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya) MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRAN (Studi: Di Jorong Bukit Harapan (Sp3) Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya) ARTIKEL ILMIAH MESI ARYANI 10070007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan sukubangsa saling berdekatan dengan perbedaan ras, maka ciri-ciri ras yang sebenarnya adalah ciri-ciri

Lebih terperinci

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM (bentuk bentuk diferensi sosial agama) Nama : Febrinasari SMA : Mutiara, Natar Kata diferensiasi berasal dari bahasa Inggris different yang berarti berbeda. Sedangkan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: 03Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Identitas Nasional Wibisono SH MSi Program Studi Akuntansi Tujuan Perkuliahan Mampu menjelaskan: A. Pengertian Identitas Nasional B. Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci