Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT"

Transkripsi

1 STRATEGY IN AVOIDING CONFLICT MULTICULTURAL SOCIETY (Case Study: Community In Nagari Koto Baru District Luhak Nan Duo West Pasaman) Elly Kristin Debora 1 Dian Kurnia Anggreta M.Si 2 Faishal Yasin S.Sos 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Nagari Koto Baru Society is a Multicultural society consisting of a variety of ethnic groups, where each tribe had a different culture. Although the Nagari Koto Baru has a diversity of ethnic groups, but in Nagari Koto Baru conflict never happened. In this study that will be examined is what causes the multicultural society in Nagari Koto Baru District Luhak Nan Duo West Pasaman avoid conflict and how the multicultural society strategies in Nagari Koto Baru in avoiding conflict. The research was conducted for the three months May to July. The analysis in this study using structural and functional theories of conflict strategies. The method used is descriptive method with qualitative approach. Data collection tools such as in-depth interviews, non - participant observation, and document. This research was conducted on 23 informants, with the aim of describing the cause of the multicultural society in Nagari Koto Baru District Luhak Nan Duo West Pasaman in avoiding conflict and multicultural society strategies in Nagari Koto Baru District Luhak Nan Duo West Pasaman in avoiding conflict. Research in the field indicates that the cause of the multicultural society in Nagari Koto Baru District Luhak Nan Duo West Pasaman avoid conflicts caused by two factors: solidarity and marital factors. Strategy undertaken by Nagari Koto Baru in avoiding conflict is to make a process of cooperation, accommodation and assimilation. Keywords : Strategy, Multicultural Society, Conflict 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

2 PENDAHULUAN Indonesia merupakannegara yang memilikimasyarakatmultikultur yang terdiridariberbagaisuku, dimanasetiapsukumempunyaikebudayaan yang berbeda.kelompoketnikatausukubangsaadala hsuatugolonganmanusia yang anggotaanggotanyamengidentifikasikandirinyadenga nsesamanya, biasanyaberdasarkangarisketurunan yang dianggapsama.identitassuku pun ditandaiolehpengakuandari orang lain akancirikhaskelompoktersebutdanolehkesam aanbudaya, bahasa, agama, perilakuatauciriciribiologis (Setiadi, 2011: 469). Klasifikasi dari aneka warna suku bangsa di Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem lingkaran hukum adat yang mula-mula disusun oleh Van Vallenhoven. Sistem tersebut membagi Indonesia kedalam 19 daerah yaitu Aceh, Sulawesi Selatan, Gayo-Alas dan Batak, Ternate, Nias dan Batu, Ambon Maluku, Minangkabau, Kepulauan Barat Daya, Mentawai, Papua (Irian), Sumatera Selatan, Timor, Enggano, Bali dan Lombok, Melayu, Jawa Tengah dan Timur, Bangka dan Belitung, Surakarta dan Yogyakarta, Kalimantan, Jawa Barat, Sangir-Talaud, Gorontalo, serta Toraja (Fathoni, 2006: 59-60). Statistik Hindia Belanda menggambarkan besarnya persentase berbagai suku bangsa di Indonesia pada tahun 1930 bahwa suku bangsa Jawa mencapai (47,02 %), Sunda (14,53 %), Madura (7,28 %), Minangkabau (3,36 %), Bugis (2,59 %), Batak (2,04 %), Bali (1,88 %), Betawi (1,66 %), melayu (1,61 %), Banjar (1,52 %), Aceh (1,41 %), Palembang (1,30 %), Sasak (1,12 %), Dayak (1,10 %), Makasar (1,09 %), Toraja (0,94 %), dan suku-bangsa lainnya (9,54 %) dan orang Cina (2,7 %). Sementara itu, di kalangan para pakar masih terdapat perbedaan dalam mengklasifikasikan penduduk di Indonesia ke dalam suatu konsep suku-bangsa (Nasikun, 1984:45). Keanekaragaman suku bangsa di setiap daerah cenderung menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kebudayaan. Di Indonesia sering timbul konflik antar suku bangsa dengan pemicu konflik yang berbeda-beda. Konflik antar suku bangsa yang ada di Indonesia terjadi karena masing-masing suku bangsanya mempertahankan eksistensinya. Konflik yang terjadi di Indoneisa tersebut sangat perlu adanya manajemen konflik agar konflik tidak sampai kepada tahap eskalasikonfrontasi. Jika tidak dikendalikan, konflik bisa berkembang menjadi konflik destruktif, dimana masingmasing pihak akan memfokuskan perhatian, tenaga, dan fikiran, serta sumber-sumber organisasi bukan untuk mengembangkan produktifitas, tetapi untuk merusak dan

3 menghancurkan lawan konflik mereka. Hal ini berarti merusak potensi produktifitas mereka, akibatnya kinerja mereka akan menurun sehingga menurunkan produktifitas sistem sosial (Wirawan, 2010: ). Upaya yang efektif dalam manajemen konflik antar-etnis dan agama agar tidak berkembang menjadi tindakan kekerasan adalah advokasi atau mendampingi kelompok-kelompok atau kantong-kantong masyarakat yang rentan terhadap konflik, gerakan ini harus dilakukan secara terusmenerus. Fokusnya, mereduksi persoalan konkrit yang melihat kehidupan mereka, misalnya ekonomi dan pendidikan. Selain itu gerakan pemberdayaan terhadap kualitas pemahaman agama dan wawasan kebangsaan mutlak diperlukan (Jamuin, 2004:207) Daerah Nagari Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki masyarakat multikultur dengan keanekaragaman suku bangsa. Suku bangsa yang terdapat di Nagari Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat diantaranya suku asli Minangkabau dan suku pendatang yaitu suku Jawa, Sunda, Batak, dan Mandailing. Meskipun Kabupaten Pasaman Barat memiliki suku bangsa yang beranekaragam namun di wilayah ini tidak pernah terjadi konflik. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penyebab masyarakat multikultur di Nagari Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat menghindari konflik 2. Mendeskripsikan strategi masyarakat multikultur di Koto Baru Tiga Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat dalam menghindari konflik. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2010) dengan judul Adaptasi Budaya Masyarakat Saribudolok dan Turti (2012) dengan judul Manajemen konflik antara etnis lokal dengan etnis pendatang (Studi di kelurahan Perawang, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Provinsi Riau) Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini ada keterkaitan permasalahan yang penulis lakukan yakni masyarakat multikultur yang terhindar dari konflik. BAHAN DAN METODE Penelitian ini mulai dilakukan sejak bulan Mei sampai bulan Juli Tempat penelitian ini, di Nagari Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataif yang berusaha mengungkapkan dan memahami relitas yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi real di

4 lapangan.tipe penelitian ini adalah deskriptif, yang menggambarkan secara mendalam, faktual dan akurat tentang latar pengamatan, tindakan dan pembicaraan. Jenis data yang digunakan yaitu data primer. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumen, yang mencari data secara kompleks. HASIL PENELITIAN Gambaran Suku Bangsa Di Nagari Koto Baru Masyarakat yang ada di Nagari Koto Baru merupakan masyarakat yang beragam terdiri dari masyarakat asli dan masyarakat pendatang. Masyarakat asli yang ada di Nagari Koto Baru adalah suku bangsa Minangkabau yang terbagi kedalam beberapa suku yaitu: suku Caniago, suku Melayu, suku Koto, suku Tanjung, suku Jambak, suku Mandailing, dan suku Piliang merupakan penduduk asli. Pendatang yang terdapat di Nagari Koto Baru terdiri dari suku bangsa Minangkabau yang berasal dari luar Kabupaten Pasaman Barat, diantaranya Batusangkar, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Solok, dan Padang. Selain pendatang suku bangsa Minangkabau terdapat suku bangsa lain seperti suku bangsa Batak, Jawa, Sunda, dan Mandailing. Suku bangsa tersebut merupakan suku bangsa dengan jumlah penduduk terbanyak di Nagari Koto baru. Penyebab Masyarakat Multikultur Di Nagari Koto Baru Menghindari Konflik Penyebab masyarakat multikultur di Nagari Koto Baru menghindari konflik yaitu disebabkan karena dua faktor diantaranya adalah faktor solidaritas masyarakat Nagari Koto Baru yang sangat tinggi dan faktor perkawinan antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain dalam kata lain suku bangsa yang berbeda. A. Faktor Solidaritas Antar Suku Bangsa Suku bangsa di Nagari Koto Baru memiliki solidaritas yang sangat tinggi dimana meskipun Nagari Kuto Baru memiliki keanekaragaman suku bangsa dengan perbedaan kebudayaan, masyarakatnya tidak individualis dan selalu bersama-sama dalam setiap melakukan kegiatan baik itu kegiatan yang sifatnya bersama maupun kegiatan yang sifatnya menyangkut tentang suku bangsa tertentu. Masyarakat Nagari Koto Baru juga tida pernah mementingkan eksistensi suku bangsa mereka masing-masing. B. Faktor Perkawinan Antar Suku Yang Berbeda Keanekaragaman suku bangsa yang ada di Nagari Koto Baru juga menyebabkan adanya perkawinan beda suku bangsa, namun tidak keseluruhan suku bangsa yang ada di Nagari Koto Baru yang melakukan perkawinan berbeda suku bangsa. Perbedaan perkawinan suku bangsa yang terjadi di Nagari Koto Baru, terjadi antara suku

5 Minangkabau dengan suku Jawa, suku Minangkabau dengan suku Sunda, suku Minagkabau dengan suku Mandailing, Suku Jawa dengan Suku Sunda, dan Suku Jawa dengan suku Mandailing. Strategi Masyarakat Multikultur Menghindari Konflik Strategi masyarakat multikutur di Nagari Koto Baru dalam menghindari konflik yaitu di awali dari bagaimana masyarakat asli Minangkabau memahami, menerima, dan mampu menghargai setiap kebudayaan dan tradisi yang telah dibawa oleh suku pendatang ke Nagari Koto Baru, hal ini telah di buktikan bahwa meskipun seluruh suku bangsa pendatang yang mendominasi masih tetap menggunakan kebudayaan dan tradisi mereka masing-masing namun suku Minangkabau masih tetap menghargai dan mengizinkan suku bangsa pendatang untuk tetap menggunakan kebudayaan dan tradisi mereka. A. Kebudayaan dan Tradisi Suku Bangsa Minangkabau Sebagai suku asli masyarakat Minangkabau memiliki identitas dan ciri khas kebudayaan dan tradisi yang sangat berbeda dengan kebudayaan dan tradisi yang dimiliki oleh suku pendatang yang ada di Nagari Koto Baru seperti kebudayaan dan tradisi suku Batak, suku Jawa, suku Sunda, dan suku Mandailing. Meskipun kebudayaan dan tradisi suku Minangkabau sangat berbeda dengan kebudayaan dan tradisi suku bangsa lainnya namun setiap keputusan dan kesepakatan yang disesuaikan dengan kebudayaan dan tradisi suku Minangkabau tetap diterima dan dijalannya oleh suku bangsa lain. Kebudayaan dan tradisi Minangkabau yang sangat kental dengan falsafah Islamnya tidak berpengaruh terhadap suku bangsa yang memiliki kenyakinan yang berbeda dengan suku Minangkabau untuk menerima dan menghargai setiap peraturan yang disesuaikan dengan kebudayaan Minangkabau dan juga ditetapkan bersama melalui musyawarah mufakat oleh seluruh suku bangsa yang mendominasi dan memiliki jabatan penting dalam Nagari Koto Baru tersebut. B. Kebudayaan dan Tradisi Suku Bangsa Batak Suku bangsa Batak merupakan salah satu suku pendatang di Nagari Koto baru, suku bangsa Batak mempunyai jumlah yang cukup banyak di Nagari Koto Baru ini, yaitu dengan jumlah kurang lebih 20 persen dari keselurahan jumlah penduduk termasuk suku bangsa Minangkabau yang merupakan penduduk asli di Nagari Koto Baru. Suku bangsa Batak memiliki identitas dan ciri khas tersendiri dalam segi kebudayaan dan tradisi mereka, di Nagari Koto Baru ciri khas dan identitas ini masih tetap ada, namun tidak keseluruhan kebudayaan dan tradisi suku

6 Batak tetap ada dan tetap dihargai di Nagari Koto Baru karena suku Batak harus tetap menghargai dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan bersama di Nagari tersebut. Kebudayaan yang masih ada dan tetap digunakan suku Batak di Nagari Koto Baru diantaranya adalah bahasa yang digunakan oleh suku Batak masih tetap bahasa Batak, namun suku Batak membatasi penggunaan bahasa tersebut yaitu menggunakan bahasa Batak dengan kelompok mereka saja apabila suku Batak berinteraksi dengan suku lain mereka menggunakan bahasa Indonesia, sistem religi, suku Batak di Nagari Koto Baru beragama Kristen Protestan dan Kristen Khatolik, dalam kehidupannya mereka tetap hidup aman dan damai baik itu dalam peribadatan dan melakukan setiap kegiatan agamanya, kesenian yang masih tetap ditampilkan di Nagari Koto Baru adalah kesenian tarian tor-tor, dan sistem perkawinan suku Batak juga masih menggunakan tradisi Batak. C. Kebudayaan dan Tradisi Suku Jawa Suku Jawa yang dikenal sebagai Suku dengan jumlah terbesar di Indonesia dan tersebar ke seluruh daerah-daerah yang ada di Indonesia, ternyata juga mempunyai jumlah yang relatif banyak di Nagari Koto Baru ini, yaitu dengan jumlah lebih kurang 25 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Nagari Koto Baru. Suku Jawa juga memiliki identisa dan ciri khas tersendiri dalam kebudayaan dan tradisi. Kebudayaan dan tradisi suku Jawa yang berbeda dengan suku bangsa lain diantaranya adalah dari segi bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan suku bangsa lain, sistem religi suku Jawa yaitu menganut agama Islam dan sebagian dari mereka juga ada yang menganut agama Kristen, kesenian yang masih ditampilkan di Nagari Koto Baru adalah kesenian kuda lumping, campur sari dan reok, dan tradisi perkawinan juga masih menggunakan adat perkawinan Jawa selain tradisi perkawinan suku Jawa masih tetap melakukan tradisi sesajen pada malam Jum at Kliwon. D. Kebudayaan dan Tradisi Suku Sunda Suku bangsa Sunda merupakan salah satu suku pendatang di Nagari Koto baru, suku bangsa Sunda mempunyai jumlah yang relatif sedikit di Nagari Koto Baru ini, yaitu dengan kurang lebih 5 persen dari keselurahan jumlah penduduk termasuk suku bangsa Minangkabau yang merupakan penduduk asli di Nagari Koto Baru yang ada di Nagari Koto Baru. Kebuadayaan dan tradisi suku Sunda juga sangat diterima oleh suku bangsa lain di Nagari Koto Baru. Berdasarkan kebudayaan suku Sunda juga masih bisa menggunakan bahasa yang mereka miliki yaitu bahasa Sunda di Nagari

7 Koto Baru, sistem religi suku Sunda adalah tetap menganut agama Islam, kesenian Sunda yang terdapat di Nagari Koto Baru adalah Kirap helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran, sedangkan tradisi perkawinan suku Sunda masih tetap menggunakan adat Sunda. E. Kebudayaan dan Tradisi Suku Mandailing Suku bangsa Mandailing juga merupakan salah satu suku pendatang di Nagari Koto baru, suku bangsa Mandailing juga mempunyai jumlah yang relatif sedikit namun suku Mandailing mempunyai jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan suku Sunda di Nagari Koto Baru ini, yaitu dengan kurang lebih 10 persen dari keselurahan jumlah penduduk termasuk suku bangsa Minangkabau yang merupakan penduduk asli di Nagari Koto Baru yang ada di Nagari Koto Baru. Suku Mandailing juga memiliki identitas dan ciri khas kebudayaan tersendiri namun kebudayaan dan tradisi suku Mandailing tidak jauh berbeda dengan suku Batak, hal ini terjadi karena daerah suku Mandailing dengan suku Batak tidak terlalu jauh yang membedakan kebudayaan suku Mandailing dengan suku Batak adalah dari segi bahasa, sistem religi yaitu suku Mandailing menganut agama Islam. Integrasi Antar Suku Bangsa Di Nagari Koto Baru Keberhasilan masyarakat Koto Baru dalam menghindari konflik antar suku bangsa dapat juga dilihat berhasilnya masyarakat tersebut dalam mengintegrasikan suku bangsanya dengan baik, dengan dibangunnya interdepedensi yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota dalam masyarakat. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa terjadi proses mempersatukan masyarakat yang cenderung menjadikan kota yang harmonis. Proses integrasi antar suku bangsa dalam Nagari Koto Baru juga didorong dengan adanya proses sosial yang berbentuk (a) Kerjasama, (b) Akomodasi, dan (c) Asimilasi. a. Proses Kerjasama antar Suku Bangsa Proses kerjasama di Nagari Koto Baru diawali dengan kepercayaan masyarakat Nagari Koto Baru dalam hal kepemimpinan yang dipercayakan kepada seluruh suku bangsa di Nagari Koto Baru menjadikan nagari tersebut sebagai nagari yang terintegrasi. Integrasi tersebut akan terjadi apabila terjalin kerjasama dengan adanya kegiatan di nagari. Salah satu kegiatannya, yaitu gotongroyong secara teratur yang dilakukan bersama oleh seluruh suku bangsa yang ada di Nagari Koto Baru kegiatan lainnya berbentuk memperingati hari-hari besar baik itu hari nasional maupun hari keagamaan. Setiap kegiatan yang

8 dilakukan di Nagari Koto Baru akan dilakukan musyawarah bersama dalam rapat nagari yang dihadiri oleh seluruh suku bangsa yang ada di Nagari Koto Baru. b. Proses Akomodasi di Nagari Koto Baru Akomodasi merupakan upaya untuk mencapai penyelesaian dari suatu pertikaian atau konflik oleh pihak-pihak yang bertikai yang mengarah pada kondisi atau keadaan selesainya suatu konflik atau pertikaian tersebut (Setiadi, 2011:79). Nagari Koto Baru melakukan akomodasi dengan cara melakukan rapat nagari rutin setiap satu bulan satu kali dan membentuk Lembaga adat penyelesaian konflik untuk menghindari agar tidak terjadi konflik. c. Proses Asimilasi di Nagari Koto Baru Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau antar kelompok sosial yang diikuti pula usahausaha untuk mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan bersama (Setiadi,2011:83). Dalam penelitian ini proses asimilasi ditandai dengan adanya perkawinan campuran antara suku bangsa yang satu dengan suku baangsa yang lain. KESIMPULAN Beberapa hal yang bisa disimpulkan dari penelitian ini adalah gambaran suku bangsa di Nagari Koto Baru dimana suku asli yang ada di Nagari Koto Baru adalah suku Minangkabau yang suku kecilnya adalah suku Caniago, suku Melayu, suku Koto, suku Tanjung, suku Jambak, suku Mandailing, dan suku Piliang merupakan penduduk asli. Pendatang yang terdapat di Nagari Koto Baru terdiri dari suku bangsa Minangkabau yang berasal dari luar Kabupaten Pasaman Barat, diantaranya Batusangkar, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Solok, dan Padang sedangkan suku pendatang yang berasal dari luar Provinsi adalah suku Jawa, Batak, Sunda, dan Mandailing. Penyebab terhindarnya konflik di Nagari Koto Baru Penyebab masyarakat multikultur di Nagari Koto Baru menghindari konflik yaitu disebabkan karena dua faktor diantaranya adalah faktor solidaritas masyarakat Nagari Koto Baru yang sangat tinggi dan faktor perkawinan antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain dalam kata lain suku bangsa yang berbeda. Berdasarkan gambaran mengenai penyebab masyarakat multikultur yang terhindar dari konflik tersebut membuktikan bahwa masyarakat multikutur di Nagari Koto Baru merupakan Nagari yang terhindar dari konflik dan terintegrasi dengan baik, hal ini juga diperkuat dengan adanya jiwa persaudaraan yang kuat pada masing-masing suku bangsa yang dapat menyatuka mereka dalam satu daerah.

9 Masyarakat multikultur dalam menghindari konflik dalam penelitian ini diartikan bagaimana potensi konflik yang ada pada masyarakat multikultur tersebut tidak berlanjut kepada konflik manifes. Dalam hal ini ada strategi yang mereka terapkan sehingga konflik laten itu tidak berkembang menjadi konflik manifes. Strategi masyarakat multikutur di Nagari Koto Baru dalam menghindari konflik yaitu diawali dari bagaimana masyarakat asli Minangkabau memahami, menerima, dan mampu menghargai setiap kebudayaan dan tradisi yang dibawa oleh suku bangsa pendatang ke Nagari Koto Baru. Hal ini telah dibuktikan bahwa meskipun seluruh suku bangsa pendatang yang mendominasi masih tetap menggunakan kebudayaan dan tradisi mereka masing-masing namun suku Minangkabau masih tetap menghargai dan mengizinkan suku bangsa pendatang untuk tetap menggunakan kebudayaan dan tradisi mereka dan sebaliknya, adapun yang dipahami, diterima, dan dihargai adalah kebudayaan dan tradisi suku bangsa yaitu (1) Suku Bangsa Minangkabau, (2) Suku Bangsa Batak, (3) Suku Bangsa Jawa, (4) Suku Bangsa Sunda, Dan (5) Suku Bangsa Mandailing. Keberhasilan masyarakat Koto Baru dalam menghindari konflik antar suku bangsa dapat juga dilihat berhasilnya masyarakat tersebut dalam mengintegrasikan suku bangsanya dengan baik, dengan dibangunnya interdepedensi yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota dalam masyarakat. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa terjadi proses mempersatukan masyarakat yang cenderung menjadikan kota yang harmonis. Proses integrasi antar suku bangsa dalam Nagari Koto Baru juga didorong dengan adanya proses sosial yang berbentuk (1) Kerjasama, (2) Akomodasi, dan (3) Asimilasi. DAFTAR PUSTAKA Fathoni, Abdurrahmat, Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar. Rineka Cipta, Jakarta Jamuin, Ma arif, Manual Advokasi: Resolusi Konflik Antar Etnik dan Agama. CISCORE Indonesia, Surakarta Nasikun, Sistem Sosial Indonesia. CV Rajawali, Jakarta Setiadi, M Elly & Usman, Pengantar Sosiologi. Kencana, Bandung Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik (Teori, Aplikasi dan Penelitian). Salemba Humanika, Jakarta

10

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH:

KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: KEPEMIMPINAN BARU DALAM SUKU DI MINANGKABAU (Studi : Masyarakat Nagari Simalidu Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya) JURNAL OLEH: PUTRI MAYA SARI 10070151 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

MEILIN NENCY NPM:

MEILIN NENCY NPM: STRATEGI PENDUDUK TRANSMIGRAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI DENGAN PENDUDUK ASLI DI JORONG SUNGAI TAMBANG II NAGARI SIJUNJUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN Pengertian dasar sejarah kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah pembahasan umum mencakup pembahasan mengenai istilah dan definisi kebudayan, perbedaan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume II Nomor 1, Januari-Juni 2013 ii

Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume II Nomor 1, Januari-Juni 2013 ii Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, Volume II Nomor 1, Januari-Juni 2013 ii Mitra Bestari Prof. Dr. Afrizal, MA. (FISIP, Unand Padang) Dr. A. Latief Wiyata, M. Si. (Universitas Jember, Jember) Prof. Dr. Badaruddin,

Lebih terperinci

Gita Hermi Setyawati 1 Rinel Fitlayeni 2 Firdaus 3. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Gita Hermi Setyawati 1 Rinel Fitlayeni 2 Firdaus 3. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT STRATEGI MASYARAKAT MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN SOLIDARITAS (STUDI KASUS: ETNIS JAWA, BATAK DAN MINANG DI DESA SIPORA JAYA KECAMATAN SIPORA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI) Gita Hermi Setyawati 1 Rinel

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL TRY MAYZON NPM.

POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL TRY MAYZON NPM. POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL TRY MAYZON NPM. 09070116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Selain kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga termasuk kaya akan keragaman budaya. Beraneka ragam budaya dapat dijumpai di Negara ini. Keragaman budaya tersebut

Lebih terperinci

Nama-nama suku bangsa di Indonesia.

Nama-nama suku bangsa di Indonesia. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Keanekaragaman Suku Bangsa di Indonesia Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang majemuk atau heterogen. Bangsa kita mempunyai beraneka ragam suku bangsa, budaya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai berikut: Aceh, Gayo-Alas dan Batak, Nias dan Batu, Minangkabau,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai berikut: Aceh, Gayo-Alas dan Batak, Nias dan Batu, Minangkabau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris atau kepulauan, perbedaan letak geografis menyebabkan setiap kelompok pada letak geografis tertentu membentuk kebudayaan dan kemudian

Lebih terperinci

Geografi BUDAYA NASIONAL DAN INTERAKSI GLOBAL I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Budaya Nasional 1. Pengertian Budaya Nasional

Geografi BUDAYA NASIONAL DAN INTERAKSI GLOBAL I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Budaya Nasional 1. Pengertian Budaya Nasional xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI BUDAYA NASIONAL DAN INTERAKSI GLOBAL I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami budaya

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 01 Desember 2016 s/d 05 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 01 Desember 2016 s/d 05 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 01 Desember 2016 s/d 05 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 30 November 2016 Kamis, 1 Desember 2016 Laut Cina Selatan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakannegara multikultural yang memiliki keberagaman ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (SOCIAL SCIENCE)

UJI KOMPETENSI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (SOCIAL SCIENCE) UJI KOMPETENSI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (SOCIAL SCIENCE) KELAS / GRADE : V (Lima) SEMESTER : I (Satu) Uji Kompetensi : 3 (tiga) TAHUN : 2008 2009 WAKTU : 40 Menit KURIKULUM : KTSP 2008 UK 3 Grade-V-Kur

Lebih terperinci

HUKUM KEBIASAAN & HUKUM ADAT

HUKUM KEBIASAAN & HUKUM ADAT HUKUM KEBIASAAN & HUKUM ADAT Komponen ketiga dalam sistem Hukum Indonesia Adalah hukum yang diciptakan dari kebiasaan yang terjadi di masyarakat Terdapat 2 macam kebiasaan: 1. Hukum adat 2. Hukum kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi

Lebih terperinci

Gambar dan Nama Pakaian Adat dari 33 Daerah Provinsi di Indonesia Lengkap

Gambar dan Nama Pakaian Adat dari 33 Daerah Provinsi di Indonesia Lengkap Gambar dan Nama Pakaian Adat dari 33 Daerah Provinsi di Indonesia Lengkap Posted by melody achmad Posted on 6:43 AM with No comments Pakaian Adat Tradisional Indonesia Indonesia merupakan negara yang sangat

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 11 November 2016 s/d 15 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 11 November 2016 s/d 15 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 11 November 2016 s/d 15 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 11 November 2016 Jumat, 11 November 2016 Laut Cina Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

Aneka Warna Masyarakat dan Kebudayaan

Aneka Warna Masyarakat dan Kebudayaan Aneka Warna Masyarakat dan Kebudayaan Pengatar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Konsep Suku Bangsa Konsep Daerah Ras Bahasa Kebudayaan Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Kehidupan kolektif

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM (bentuk bentuk diferensi sosial agama) Nama : Febrinasari SMA : Mutiara, Natar Kata diferensiasi berasal dari bahasa Inggris different yang berarti berbeda. Sedangkan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sunda, Bugis, Batak, Padang, Madura dan lain-lain. Keberadaan kelompok etnik

BAB I PENDAHULUAN. Sunda, Bugis, Batak, Padang, Madura dan lain-lain. Keberadaan kelompok etnik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah Kalimantan Barat komposisi penduduk berdasarkan kelompok etnik pada kenyataannya sangat heterogen, antara lain terdapat etnik Melayu, Dayak, Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan penduduk yang berdasarkan suku bangsa, budaya, ras dan agama. Kemajemukan yang ada pada bangsa Indonesia

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 04 Desember 2016 s/d 08 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 04 Desember 2016 s/d 08 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 04 Desember 2016 s/d 08 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 04 Desember 2016 Minggu, 4 Desember 2016 PERAIRAN KEP. SIMEULUE,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 05 Desember 2016 s/d 09 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 05 Desember 2016 s/d 09 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 05 Desember 2016 s/d 09 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 05 Desember 2016 Senin, 5 Desember 2016 Laut Cina Selatan, Teluk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang 248 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengkaji tentang Internalisasi Nilai Integrasi untuk Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 25 September 2016 Minggu, 25 September 2016 PERAIRAN LHOKSEUMAWE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Desember 2015 s/d 03 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Desember 2015 s/d 03 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Desember 2015 s/d 03 Januari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 29 Desember 2015 Selasa, 29 Desember 2015 LAUT ANDAMAN, LAUT

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 10 September 2016 s/d 14 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 10 September 2016 s/d 14 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 10 September 2016 s/d 14 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 10 September 2016 Sabtu, 10 September 2016 LAUT CINA SELATAN,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Januari 2017 s/d 13 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Januari 2017 s/d 13 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Januari 2017 s/d 13 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 09 Januari 2017 Senin, 9 Januari 2017 PERAIRAN SABANG - ACEH,

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TRANSMIGRAN BATAK DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI NAGARI SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TRANSMIGRAN BATAK DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI NAGARI SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN POLA INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TRANSMIGRAN BATAK DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI NAGARI SUNGAI KUYUNG KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Oleh ERENDA ELENDITA NPM: 10070137 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL TUJUAN DI LAKSANAKAN MALAMANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TAMPUNIK NAGARI KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL BETRI YULIANI NPM: 11070086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 05 Januari 2017 s/d 09 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 05 Januari 2017 s/d 09 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 05 Januari 2017 s/d 09 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 05 Januari 2017 Kamis, 5 Januari 2017 PERAIRAN LHOKSEUMAWE, PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Juli 2016 s/d 04 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 31 Juli 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Juli 2016 s/d 04 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 31 Juli 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Juli 2016 s/d 04 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 31 Juli 2016 Minggu, 31 Juli 2016 LAUT ANDAMAN, PERAIRAN ACEH, PERAIRAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah satu penyumbang kemajemukan di Indonesia karena masyarakatnya yang tidak hanya terdiri dari

Lebih terperinci

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG Jakarta, 27 November 2014 JUM AT, 28 NOVEMBER 2014 GELOMBANG DAPAT TERJADI 2,0 M S/D 3,0 M DI : SAMUDERA HINDIA BAGIAN BARAT PULAU SUMATERA, PERAIRAN BENGKULU DAN PULAU ENGGANO; PERAIRAN BAGIAN BARAT LAMPUNG,

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT PENDATANG DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI (Studi Kasus di Jorong Bukit Subur Nagari Ranah Palabi Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya). Watini 1 DrZusmelia M.Si 2 MarleniM.Pd 3

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 26 Maret 2016 s/d 31 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 26 Maret 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 26 Maret 2016 s/d 31 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 26 Maret 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 26 Maret 2016 s/d 31 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 26 Maret 2016 Sabtu, 26 Maret 2016 KEP. MENTAWAI, PERAIRAN BENGKULU

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Desember 2016 s/d 12 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Desember 2016 s/d 12 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Desember 2016 s/d 12 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 08 Desember 2016 Kamis, 8 Desember 2016 PERAIRAN ACEH, PERAIRAN

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 September 2016 s/d 18 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 September 2016 s/d 18 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 September 2016 s/d 18 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 14 September 2016 Rabu, 14 September 2016 SELAT MALAKA BAGIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN SASUKU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN SASUKU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN SASUKU DI NAGARI AIR DINGIN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Yurnelis 1 Dr. Zainal Arifin, M.Hum 2 Dian Kurnia Anggreta, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 03 November 2016 s/d 07 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 03 November 2016 s/d 07 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 03 November 2016 s/d 07 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 03 November 2016 Kamis, 3 November 2016 Laut Andaman, Teluk

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 28 Desember 2016 s/d 01 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 28 Desember 2016 s/d 01 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 28 Desember 2016 s/d 01 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 28 Desember 2016 Rabu, 28 Desember 2016 LAMPUNG, SELAT SUNDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana.

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas dari Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia termasuk dalam hal. konflik apabila tidak dikelola secara bijaksana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang multikultur, yakni bangsa yang memiliki aneka ragam budaya yang dapat memperkaya budaya nasional sekaligus sebagai ciri khas dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 November 2016 s/d 03 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 November 2016 s/d 03 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 November 2016 s/d 03 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 29 November 2016 Selasa, 29 November 2016 LAUT NATUNA, PERAIRAN

Lebih terperinci

Masyarakat (1) Pengatar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Masyarakat (1) Pengatar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Masyarakat (1) Pengatar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Kehidupan Kolektif dan Definisi Masyarakat Wujud Kolektif Manusia Unsur-unsur Masyarakat Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 28 Juli 2016 s/d 01 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 28 Juli 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 28 Juli 2016 s/d 01 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 28 Juli 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 28 Juli 2016 s/d 01 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 28 Juli 2016 Kamis, 28 Juli 2016 LAUT ANDAMAN, PERAIRAN ACEH, PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak 302 BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Kemajemukan (pluralitas) etnis, bahasa, budaya dan agama yang tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak terbantahkan dalam

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 26 Juli 2016 s/d 30 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 26 Juli 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 26 Juli 2016 s/d 30 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 26 Juli 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 26 Juli 2016 s/d 30 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 26 Juli 2016 Selasa, 26 Juli 2016 LAUT CINA SELATAN, PERAIRAN MASALEMBU,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 06 Mei 2016 s/d 10 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 06 Mei 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 06 Mei 2016 s/d 10 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 06 Mei 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 06 Mei 2016 s/d 10 Mei 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 06 Mei 2016 Jumat, 6 Mei 2016 PERAIRAN ACEH, PERAIRAN KEP. SIMUELUE, PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 23 November 2016 s/d 27 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 23 November 2016 s/d 27 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 23 November 2016 s/d 27 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 23 November 2016 Rabu, 23 November 2016 Laut Andaman, Perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Januari 2017 s/d 17 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Januari 2017 s/d 17 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Januari 2017 s/d 17 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 13 Januari 2017 Jumat, 13 Januari 2017 PERAIRAN SABANG - ACEH,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 29 Oktober 2016 Sabtu, 29 Oktober 2016 PERAIRAN SELATAN PULAU

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Januari 2017 s/d 26 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Januari 2017 s/d 26 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 22 Januari 2017 s/d 26 Januari 2017 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 22 Januari 2017 Minggu, 22 Januari 2017 Laut Andaman, Selat Malaka

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Februari 2016 s/d 05 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Februari 2016 s/d 05 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Februari 2016 s/d 05 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 29 Februari 2016 Senin, 29 Februari 2016 Laut Andaman, Selat Malaka

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL ERWIN LUTER NIM. 09070140 PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 24 Desember 2016 s/d 28 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 24 Desember 2016 s/d 28 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 24 Desember 2016 s/d 28 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 24 Desember 2016 Sabtu, 24 Desember 2016 PERAIRAN SABANG-ACEH,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG

PRAKIRAAN TINGGI GELOMBANG Jakarta, 2 Desember 2014 RABU, 3 DESEMBER 2014 GELOMBANG DAPAT TERJADI 2,0 M S/D 3,0 M DI : LAUT TIONGKOK SELATAN, PERAIRAN SULAWESI UTARA, PERAIRAN KEP. SANGIHE TALAUD, LAUT MALUKU BAGIAN UTARA, PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi. Bataranila sendiri bediri pada tahun Pada saat ini penduduk Perumahan

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi. Bataranila sendiri bediri pada tahun Pada saat ini penduduk Perumahan BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi Perumahan Bataranila awalnya merupakan perumahan yang diperuntukan untuk para dosen dan karyawan Universitas Lampung dan Polinela.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, adat istiadat, agama serta

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, adat istiadat, agama serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terkenal dengan bangsa yang majemuk yang memiliki berbagai keanekaragaman budaya, bahasa, adat istiadat, agama serta suku bangsa atau

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 27 Oktober 2016 s/d 31 Oktober 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 27 Oktober 2016 s/d 31 Oktober 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 27 Oktober 2016 s/d 31 Oktober 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 27 Oktober 2016 Kamis, 27 Oktober 2016 Laut Andaman, Teuk Thailand,

Lebih terperinci

1. Proses percampuran dua unsur sosial atau budaya yang berlangsung secara damai dan akrab dalam waktu yang sangat panjang disebut... a.

1. Proses percampuran dua unsur sosial atau budaya yang berlangsung secara damai dan akrab dalam waktu yang sangat panjang disebut... a. 1. Proses percampuran dua unsur sosial atau budaya yang berlangsung secara damai dan akrab dalam waktu yang sangat panjang disebut... a. Integrasi sosial d. difusi kebudayaan b. Keteraturan sosial e. asimilasi

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Juli 2016 s/d 29 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 25 Juli 2016

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Juli 2016 s/d 29 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 25 Juli 2016 PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Juli 2016 s/d 29 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 25 Juli 2016 Senin, 25 Juli 2016 SELAT MALAKA BAGIAN UTARA, SELAT MAKASSAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas membentang dari kota Sabang Provinsi Nanggro Aceh Darussalam hingga kota Merauke Provinsi Papua. Tidak

Lebih terperinci

FEBRI TRISNA SARI NIM:

FEBRI TRISNA SARI NIM: FAKTOR PENYEBAB PUDARNYA PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT JAWA KELAHIRAN SUMATERA BARAT (STUDI KASUS : DESA SIKALANG, KECAMATAN TALAWI, KOTA SAWAHLUNTO) ARTIKEL FEBRI TRISNA SARI NIM: 11070028 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta 10720 Telp. 021-6546318 Fax. 021-6546314 / 6546315 Email : kontak.maritim@bmkg.go.id PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya, BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini, paparan hasil penelitian difokuskan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya, pada bagian berikutnya dipaparkan

Lebih terperinci