BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Teori Permintaan Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Definisi permintaan agar lebih akurat dapat dimasukkan dimensi geografis, misalnya ketika berbicara tentang permintaan akan pakaian di Jakarta, maka akan berbicarakan tentang berapa jumlah pakaian yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga dalam satu periode waktu tertentu, perbulan atau pertahun, di Jakarta. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera atau preferensi konsumen, jumlah penduduk, perkiraan di masa yang akan datang, distribusi pendapatan, dan usaha-usaha produsen yang meningkatkan penjualan (Raharja dan Manurung, 2002:193). Sementara menurut Suryawati dalam bukunya Teori Ekonomi Mikro, permintaan didefinisikan sebagai banyaknya suatu komoditi yang ingin dibeli dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu saat tertentu. Secara sederhana fungsi permintaan seorang konsumen akan suatu barang dapat dirumuskan sebagai (Suryawati, 2003:12): Dx = f (Px)... (2.1)

2 digilib.uns.ac.id9 Fungsi tersebut dapat diartikan yaitu bahwa jumlah barang x yang diminta dipengaruhi oleh harga barang x, dimana Dx adalah jumlah barang x yang diminta konsumen dan Px adalah harga barang x yang diminta konsumen. Fungsi permintaan (demand function) adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhi. Boediono (1989:45) menyatakan bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempengaruhi, pendapatan, selera. Fungsi permintaan akan suatu barang dituliskan sebagai berikut: Dx = f (PX, PY, M, S)... (2.2) Keterangan : DX = Permintaan barang PX = Harga barang itu sendiri PY = Harga barang lain yang mempengaruhi M = Pendapatan S = Selera Suryawati (2005:15) menyatakan bahwa fungsi permintaan sederhana menunjukkan bahwa permintaan akan suatu barang hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dengan asumsi variabel lain ceteris paribus. Boediono (1989:46) menyatakan bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempengaruhi, pendapatan pembeli itu sendiri dan selera.

3 digilib.uns.ac.id Teori Pilihan Rasional Teori pilihan rasional mengadopsi pendekatan ilmu ekonomi dalam menjelaskan perilaku sosial sebagai peristiwa-peristiwa pertukaran. Perilaku orang akan dilihat berdasarkan kemampuannya mempertimbangkan cost dan reward dari pilihan tindakan yang akandilakukannnya. Sifat dasar manusia adalah mencari kebahagiaan dan menghindari kesulitan. Ini dapat dijelaskan dari perspektif pilihan rasional. Sebuah tindakan hanya bisa disebut rasional jika penghargaan yang didapat lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Kalau dalam ekonomi reward itu bisa berarti laba, dalam peristiwa sosial lain ia bisa berupa kebahagiaan, kesenangan, kepuasan karena mendapatkan penghargaan atau tidak mendapatkan hukuman atas tindakannya tersebut. Kalau sebuah tindakan menghasilkan penghargaan, maka kemungkinan besar tindakan lama akan diulang (Becker, 1968 dalam Indah Susilowati, 1999). Pilihan seorang individu dalam teori pilihan rasional, digambarkan oleh motivasi dari kemauan dan tujuan. Sangat mungkin bagi seseorang individu untuk mendapatkan semua keinginan atau pilihannya, seorang individu juga harus membuat pilihan untuk mewujudkan keinginannya dan apa konsekuensi yang akan didapatkan. Teori pilihan rasional digunakan untuk menghitung apa yang terbaik yang mesti dilakukan seorang individu. Seorang individu memilih untuk menjadi pengguna jasa layanan kesehatan formal seperti rumah sakit, praktek dokter, puskesmas, poliklinik. Individu tersebut akan mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan tidak

4 digilib.uns.ac.id 11 menjadi pengguna jasa layanan kesehatan formal (Becker,1968 dalam Indah Susilowati,1999). Pada dasarnya setiap individu cenderung untuk memaksimalkan keuntungannya. Seorang individu menjadi pengguna jasa layanan kesehatan formal (rumah sakit, praktek dokter swasta, puskesmas, poliklinik, dan lainlain) jika kepuasan yang didapatkannya melampaui kapuasan yang didapatkan dari waktu dan sumber daya lainnya yang telah digunakan. Seorang individu menjadi pengguna jasa layanan kesehatan formal (rumah sakit, praktek dokter swasta, puskesmas, poliklinik, dan lain-lain) bukan karena motivasi dasar individu tersebut berbeda dari individu lainnya, tetapi karena perbedaan benefit and cost yang akan didapatkan. Keterlibatan dalam memanfaatkan jasa layanan kesehatan formal menjadi penting karena benefit and cost yang akan didapatkan individu tersebut dari berbagai aktivitas. Tindak berobat terjadi ketika individu memutuskan untuk menjadi pengguna jasa layanan kesehatan formal (rumah sakit, praktek dokter swasta, puskesmas, poliklinik, dan lain-lain) setelah memikirkan kebutuhannya untuk mendapatkan layanan dan fasilitas kesehatan atau keuntungan lainnya yang lebih. Sebelum memutuskan untuk berobat, seorang individu juga memikirkan kemungkinan-kemungkinan lainnya, seperti biaya mahal, layanan kesehatan tidak maksimal, dan oportunitas ekonomi yang ia dapatkan dari berobat. Pengguna akan memilih suatu keputusan bila dianggap keputusan itu memberikan lebih banyak keuntungan daripada kerugiannnya.

5 digilib.uns.ac.id 12 Sebagai individu yang rasional, pengguna akan memilih berobat ke layanan kesehatan formal (rumah sakit, praktek dokter swasta, puskesmas, poliklinik, dan lain-lain) karena telah memperkirakan manfaat yang akan diperoleh adalah masih menguntungkan dari resiko atau konsekuensi yang harus ditanggap bila layanan kesehatan formal tidak maksimal (Becker,1968 dalam Indah Susilowati,1999:45). 3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pusat Kesehatan Masyarakat atau disingkat Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Wikipedia, 2009:1). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004, Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Adapun menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1991, Puskesmas merupakan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesahatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

6 digilib.uns.ac.id 13 terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. 4. Aspek Ekonomi Kesehatan Ilmu ekonomi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang bagaimana individu disisi masyarakat melakukan pilihan. Dilihat dengan atau tanpa menggunakan sarana alat tukar (uang) guna memanfaatkan sumber daya yang langka dalam menghasilkan berbagai barang dan jasa, dan mendistribusikannya diantara individu bagi keperluan konsumsi, pada waktu sekarang atau dimasa yang akan datang, diantara berbagai individu dan kelompok-kelompok masyarakat (Samuelson, 1997:5). Dari penjelasan tesebut, ada 1 hal yang masalah utama yang dihadapi manusia disegala bidang yaitu memanfaatkan segalanya atau scarcity. Berdasarkan masalah utama itulah, lahir 2 alasan yang mendasari kehadiran ilmu ekonomi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Pertama, adanya keterbatasan sumber daya bagi kehidupan, masyarakat, organisasi dan setiap individu. Kedua, kenyataan bahwa kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) manusia dan masyarakat tidak dapat terpenuhi dengan sempurna. Dari kedua alasan tersebut naka proses pilihan harus dilakukan. Dari pengertian pilihan / choice tersebut maka lahirlah konsep tentang opportunity cost. Opportunity cost mengandung pengertian pengorbanan. Menyadari keterbatasan sumber daya ekonomi, maka pilihan pengalokasian sumber daya tersebut bagi suatu kegiatan akan mengakibatkan hilangnya manfaat dari pengunaan sumber daya tersebut untuk kegiatan

7 digilib.uns.ac.id 14 lainnya (Lee & Mills, 1984) dalam (Mills & Gilson, 1990:105). Konsep ini khusus. cost secara Berdasarkan fakta kelangkaan sumber daya sedangkan keinginan manusia tidak terbatas, terbentuklah landasan bagi konsep penawaran dan permintaan. Permintaan merupakan kemauan konsumen membayar berbagai barang dan jasa yang dikonsumsinya. Sedangkan penawaran, berkaitan dengan sisi produksi, yaitu bagaimana biaya faktor-faktor produksi dan harga produk itu berpengaruh terhadap barang yang ditawarkan. Fungsi permintaan menunjukan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta, dengan ceteris paribus). Permintaan mengasumsikan bahwa orang yang paling tepat menilai suatu barang dan jasa adalah individu yang akan memperoleh manfaat dari barang tersebut (dalam hal ini ialah konsumen) juga diasumsikan bahwa konsumen tersebut adalah individu yang paling baik informannya tentang barang dan jasa yang akan dikonsumsi. Ekonomi kesehatan muncul sebagai subdisiplin dari ilmu ekonomi pada tahun 1960an bersamaan dengan dipublikasikannya dua buah makalah penting dari Kenneth J. Arrow (1963) dan Mark V. Pauly (1968) dalam Henderson (2005:306), yang keduanya diterbitkan pada the American Economic Review. Makalah Arrow telah memberikan kontribusi yang baru di bidang ekonomi kesehatan dan kebijakan kesehatan. Ekonom kesehatan mengkaji bermacam isu yang merupakan pengembangan dari sumber

8 digilib.uns.ac.id 15 kesehatan dan produksi kesehatan terhadap pasar kesehatan dan perawatan medis melalui penilaian mikroekonomi bagi intervensi dan strategi kesehatan. sehingga merekalah orang yang paling tepat untuk memberikan penilaian. Dengan dasar pengertian inilah lahir landasan mengenai consumer sovereignty (kebebasan konsumen), yaitu suatu pandangan bahwa konsumen seharusnya memiliki kebebasan di pasar dari sisi permintaan. Konsep yang melatarbelakangi permintaan ini adalah konsep utility, yaitu suatu terminologi ekonomi untuk menyatakan kepuasan. Para ekonom mengasumsikan bahwa cara orang menghabiskan pendapatannya untuk membeli barang dan jasa merupakan usaha untuk memaksimalkan kepuasannya. Kelangkaan, needs dan wants, opportunity cost serta fungsi permintaan penawaran merupakan contoh konsep-konsep ekonomi yang penting dibahas dalam bidang kesehatan. Langkanya tenaga medis dalam melayani sejumlah besar penduduk merupakan suatu contoh adanya unsur kajian ekonomi dalam kesehatan. Contoh lain misalnya, bagaimana needs dan wants individu untuk sehat dapat terpenuhi bila dihadapkan pada sejumlah alternatif pilihan pelayanan kesehatan dengan sejumlah biaya atas pelayanan kesehatan tersebut. Selain itu, masih banyak lagi beberapa konsep dan isu ekonomi yang relevan bagi bidang kesehatan. 5. Teori Permintaan Terhadap Pelayanan Kesehatan Pokok bahasan dalam ilmu ekonomi akan selalu mengarah pada demand, supply dan distribusi komoditi, dimana komoditinya adalah pelayanan kesehatan bukan kesehatan itu sendiri Dari sudut pandang demand,

9 digilib.uns.ac.id 16 masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya,sehingga mereka membutuhkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk mencapai status kesehatan yang lebih tinggi. Sedangkan dari sudut pandang supply atau produksi utama dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan dan sekaligus menghasilkan outpun lainnya. Kesehatan sendiri tidak dapat diperjualbelikan, dalam pengertian bahwa kesehatan itu tidak dapat secara langsung dibeli atau dijual di pasar, kesehatan merupakan salah satu ciri komoditi. Singkatnya kesehatan tidak dapat dipertukarkan. Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukannya value in exchange (Tjiptoherijanto, 1990:34). Hubungan antara keinginan kesehatan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja yang sederhana, namun sebenarnya sngat kompleks. Penyebab utamanya karena persoalan kesenjangan informasi. Menterjemahkan keinginan sehat menjadi konsumsi pelayanan kesehatan melibatkan berbagai informasi tentang berbagai hal, antara lain ; aspek status kesehatan saat ini, informasi status kesehatan yang lebih baik informasi tentang macam pelayanan yang tersedia,tentang kesesuaian pelayanan tersebut, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena permintaan pelayanan kesehatan mengandung masalah uncertainty (ketidakpastian), sakit sebagai ciri-ciri persoalan kesehatan merupakan suatu ketidakpastian. Keduanya, imperfect information dan uncertainty merupakan karakteristik umum dari permintaan pelayanan kesehatan dan kesehatan. Pengeluaran pelayanan kesehatan yang meningkat diperlukan solusi alternatif untuk menekan peningkatan tersebut dengan lebih memperhatikan

10 digilib.uns.ac.id 17 sisi penawaran di pasar. Satu-satunya cara untuk mengendalikan laju pengeluaran yaitu dengan mengubah perilaku penyedia jasa kesehatan. Dengan mengabaikan sisi permintaaan pada pasar, mengendalikan kepentingan individu merupakan kekuatan terbesar yang mampu mengendalikan pengeluaran akan pelayanan kesehatan. Pemahanan dasar sisi permintaan pada pasar merupakan langkah penting untuk menuju tanggung jawab fiskal dalam pelayanan kesehatan. Salah satu pendekatan dari sisi permintaan yaitu memperlakukan pelayanan kesehatan seperti investasi yang lain, yang akan meningkatkan produktivitas masa depan. Termaktub dalam istilah ekonomi, pelayanan kesehatan meningkatkan human capital (Fuchs, 1982; Mushkin, 1962; dalam Henderson, 2005). Sumber daya digunakan untuk meningkatkan kesehatan melalui penurunan konsumsi saat ini dengan harapan konsumsi yang akan datang meningkat. Investasi dalam human capital dipengaruhi oleh biaya saat ini, besaran keuntungan masa depan, jangka waktu keuntungan masa depan itu direalisasikan dan preferensi individu. Ini sangat tidak relevan ketika investasi human capital dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan atau dikeluarkan untuk biaya pendidikan. Seseorang yang ingin berinvestasi pada pendidikan adalah orang yang sama yang ingin menghabiskan waktu dan uang untuk meningkatkan kesehatan mereka. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan kesehatan dapat dikategorikan sebagai faktor yang berasal dari pasien dan faktor yang berasal dari dokter. Faktor yang berasal dari pasien antara lain status kesehatan,

11 digilib.uns.ac.id 18 karakteristik demografi dan kemampuan ekonomi. Dokter dapat mempengaruhi permintaan melalui posisi mereka sebagai penyedia pelayanan kesehatan dan pensehat/ konsultan (agen) kepada pasien mereka. Dokter memiliki posisi yang unik menciptakan permintaan dari jasa pelayanan mereka sendiri karena dokter berlaku juga sebagai agen (Henderson, 2005:308). 6. Karakteristik Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Ekonomi Pokok bahasan dalam ilmu ekonomi akan selalu mengarah pada demand, supply dan distribusi komoditi, dimana komoditinya adalah pelayanan kesehatan bukan kesehatan itu sendiri. Dari sudut pandang demand, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya, sehingga mereka membutuhkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk mencapai status kesehatan yang lebih tinggi. Sedangkan dari sudut pandang supply / produksi utama dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan dan sekaligus menghasilkan outpun lainnya. Kesehatan sendiri tidak dapat diperjualbelikan, dalam pengertian bahwa kesehatan itu tidak dapat secara langsung dibeli atau dijual di pasar kesehatan merupakan salah satu ciri komoditi. Singkatnya kesehatan tidak dapat dipertukarkan. Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukannya value in exchange (Tjiptoherijanto, 1990 dalam Andhika, 2010:52). Hubungan antara keinginan kesehatan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja yang sederhana, namun sebenarnya sangat

12 digilib.uns.ac.id 19 kompleks. Penyebab utamanya karena persoalan kesenjangan informasi. Menterjemahkan keinginan sehat menjadi konsumsi pelayanan kesehatan melibatkan berbagai informasi tentang berbagai hal, antara lain : aspek status kesehatan saat ini, informasi status kesehatan yang lebih baik informasi tentang macam pelayanan yang tersedia,tentang kesesuaian pelayanan tersebut, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena permintaan pelayanan kesehatan mengandung masalah uncertainty (ketidakpastian), sakit sebagai ciri-ciri persoalan kesehatan merupakan suatu ketidakpastian. Keduanya, imperfect information dan uncertainty merupakan karakteristik umum dari permintaan pelayanan kesehatan dan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan jasa pelayanan ekonomi lainnya. Jasa pelayanan kesehatan atau jasa pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seorang. Karena sifatnya yang sangat heterogen, jasa pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus jasa pelayanan kesehatan yaitu intangibility, inseparability, inventory, dan inkonsistensi (Santerre dan Neun, 2000) dalam Andhika (2010:53). Intangibility merupakan karakteristik jasa pelayanan kesehatan yang tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, atau mengecap jasa pelayanan kesehatan. Inseparability yaitu karakteristik dimana produksi dan konsumsi jasa pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama).

13 digilib.uns.ac.id 20 Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian. Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien. Inventory merupakan karakteristik dimana jasa pelayanan kesehatan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya. Inkonsistensi merupakan karakteristik jasa pelayanan kesehatan dimana komposisi dan kualitas jasa pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun jasa pelayanan kesehatan yang digunakan antar pasien, bervariasi. Jadi jasa pelayanan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya jasa pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan (jumlah dokter atau tempat tidur rumah sakit per penduduk) atau penggunaan (jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita) (Palutturi: 2005:69). 7. Hubungan antar variabel a. Pengaruh Pendapatan terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang. Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah barang dan jasa kesehatan meningkat. Pada masyarakat berpendapatan rendah, akan

14 digilib.uns.ac.id 21 mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan barang tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan (Andersen et al, 1975; Santerre & Neun, 2000 dalam Andhika 2010; Mills & Gilson,1990:109). Sebagian besar jasa pelayanan kesehatan merupakan barang normal di mana kenaikan pendapatan keluarga akan meningkatkan demand untuk jasa pelayanan kesehatan. Akan tetapi ada kecenderungan mereka yang berpendapatan tinggi tidak menyukai jasa pelayanan kesehatan yang menghabiskan banyak waktu. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan antrean untuk mendapatkan jasa pelayanan medis harus dikurangi (Palutturi, 2005:72). Kerangka teori yang mendasari penelitian ini adalah teori konsumsi dan ekonomi kesejahteraan merurut Pindyck dan Rubinfeld (1998:132). Individu dalam mecapai kesejahteraan tertentu akan mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa, yang dalam hal ini konsumsi jasa ditekankan dalam bentuk jasa pelayanan kesehatan. Kurva kepuasan konsumsi barang dan kesehatan menjelaskan bahwa kepuasan seseorang ditentukan oleh konsumsi kesehatan dan konsumsi barang yang dibatasi oleh garis pendapatan (Joko, 2005:98). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan dan biaya jasa pelayanan kesehatan akan juga berpengaruh terhadap jumlah jasa pelayanan kesehatan yang diminta. Jika pendapatan meningkat, maka garis pendapatan akan bergeser ke kanan sehingga jumlah barang dan

15 digilib.uns.ac.id 22 kesehatan meningkat. Konsumsi barang dan kesehatan berimplikasi pada meningkatnya kesejahteraan individu tersebut. Jadi dalam hal ini konsumsi kesehatan ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan juga akan mempengaruhi konsumsi kesehatan. Faktor tersebut antara lain biaya jasa kesehatan dan jarak tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan serta jumlah tanggungan keluarga (Joko, 2005:99). Faktor lainnya yang mempengaruhi konsumsi kesehatan sangat banyak, terutama yang berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi, dan budaya seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan kebiasaan. Besar kecilnya kekayaan dapat mempengaruhi konsumsi kesehatan. Misalnya pada masyarakat yang berpendapatan rendah, akan mencukupi kebutuhan barang lebih dulu, setelah kebutuhan akan barang tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap pendapatan, misalnya biaya yang terkait dengan jasa pelayanan kesehatan, menjadikan biaya jasa pelayanan kesehatan naik. Keadaan ini menurunkan konsumsi kesehatan, karena dengan naiknya biaya kesehatan akan menurukan pendapatan relatif, yaitu pendapatan tetap sementara biaya kesehatan naik (Joko, 2005:99-100). Miler dan Meineres (1997) dalam Andhika (2010:54), Engel sebagai pelopor dalam penelitian tentang pengeluaran rumah tangga, melahirkan empat butir kesimpulan, yang kemudian dikenal dengan hukum Engel. Keempat butir kesimpulannya yang dirumuskan tersebut adalah jika

16 digilib.uns.ac.id 23 pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin kecil, persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan, persentase pengeluaran untuk konsumsi keperluan rumah relatif tetap dan tidak tergantung pada tingkat pendapatan dan jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah dan tabungan semakin meningkat. Scheiber (1990:66) dalam Essential of health economics oleh M. Dewar (2009:87) menyebutkan bahwa permintaan untuk pelayanan kesehatan bergantung pada status usia, pendapatan, pendidikan dan kesehatan itu sendiri. Permintaan untuk kesehatan sangat sensitif terhadap harga dan pendapatan. Hubungan antara pendapatan dan jumlah permintaan penggunaan jasa pelayanan kesehatan dapat menjadi barang normal ketika penelitian di dasarkan kepada respon individu. Data makroekonomi yang membandingkan agregat pendapatan dan pengeluaran kesehatan secara luas menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan barang yang superior. Hal ini berlaku baik pada Negara-negara industri maupun Negara berkembang. b. Pengaruh Biaya atau Harga Kunjungan terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap jasa pemeliharaan kesehatan. Biaya atau harga pelayanan kesehatan dengan permintaan jasa pelayanan kesehatan berpengaruh negatif. Meningkatnya

17 digilib.uns.ac.id 24 harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi (Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson, 1990:112). Sangat penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand pasien sangat dipengaruhi oleh dokter. Keputusan dari dokter sangat mempengaruhi dalam length of stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan lain-lain. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera maka faktor biaya mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand. Hubungan biaya dengan demand yang bersifat negatif pada pelayanan rumah sakit terutama pada pelayanan yang bersifat efektif (Sukri, 2005:155). c. Pengaruh Jarak terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan berpengaruh negatif terhadap jumlah pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena semakin jauh tempat tinggal dari tempat pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Ini telah sesuai dengan teori permintaan yang dikemukakan oleh Nicholson (2003), yaitu jika barang yang diminta semakin mahal, maka jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit (Andersen et al,1975; Mills & Gilson,1990:120).

18 digilib.uns.ac.id 25 d. Pengaruh Pendidikan terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Faktor sosial dan budaya akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Sebagai contoh faktor tingkat pendidikan dan pengetahuan mempengaruhi nilai pentingnya kesehatan. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk meningkatkan kesadaran status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi menganggap penting nilai kesehatan, sehingga akan mengkonsumsi jasa kesehatan lebih banyak dibandingkan masyarakat yang pendidikan dan pengetahuannya lebih rendah. Faktor budaya setempat juga sangat menentukan konsumsi kesehatan (Joko, 2005:102). Grossman mengembangkan model dimana kesehatan dipandang sebagai stok modal yang menghasilkan output kehidupan yang sehat. Individu dapat mengadakan investasi pada kesehatan yang dikombinasikan dengan waktu (kunjungan dokter) dengan membeli input (jasa medis). Model Grossman menghipotesiskan bahwa permintaan terhadap modal kesehatan berhubungan negatif terhadap umur, positif terhadap tingkat upah dan pendidikan. Grossman percaya pula bahwa umur, pendapatan dan pendidikan memiliki efek pada permintaan jasa pelayanan kesehatan baik sebagai modal kesehatan maupun sebagai

19 digilib.uns.ac.id 26 derived demand dalam rangka untuk menjaga tingkat kesehatan tertentu (Rahmatia, 2004:38). Status pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, karena status pendidikan mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Hal yang sering menjadi penghambat bagi pemanfaatan jasa pelayanan tersebut adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang sangat bervariasi, mulai dari tidak mengetahui tempat jasa pelayanan kesehatan yang tersedia hingga kurangnya pemahaman tentang manfaat pelayanan, tanda-tanda bahaya atau kegawatan yang memerlukan pelayanan. (Joko, 2005:105). e. Pengaruh Jenis Penyakit terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Tingkat kekayaan secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan pelayanan kesehatan. Ini terjadi karena variasi kekayaan petani di desa sangat kecil. Namun ada kecenderungan bahwa keluarga yang lebih kaya lebih banyak melakukan akses terhadap pelayanan kesehatan. Keadaan ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan bukanlah barang inferior karena meningkatnya tingkat kekayaan suatu rumah tangga tidak menyebabkan permintaan pelayanan kesehatan turun. Masyarakat pedesaan telah menempatkan faktor kesehatan sebagai jasa yang penting. Demikian juga faktor-faktor yang lain, secara statistik tidak

20 digilib.uns.ac.id 27 berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di desa karena variasinya kecil. Usia dan penyakit cenderung meningkatkan pelayanan kesehatan. Gejala ini wajar karena semakin tua seseorang, kondisi kesehatannya semakin menurun sehingga cenderung lebih banyak melakukan akses terhadap pelayanan kesehatan. Demikian juga semakin banyak jenis penyakit/gangguan kesehatan yang diderita oleh masyarakat, akan meningkat pula akses pelayanan kesehatan (Joko, 2005: ). f. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Kualitas layanan kesehatan berpengaruh positif terhadap permintaan layanan kesehatan, kualitas layanan meliputi penilaian mengenai keputusan dokter, penanganan medis yang dilakukan, tingkat kemanjuran dll. Semakin tinggi kualitas layanan yang diberikan maka semakin tinggi permintaan terhadap pelayanan kesehatan (Andersen et al, 1975; Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson,1990:122). g. Pengaruh Umur terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Umur dapat berpengaruh terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Deolikar (1992) menunjukkan hasil bahwa faktor umur dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada anak-anak, sedangkan penelitian Emy Poerbandari (2003) menunjukkan hasil bahwa usia rawan mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan.

21 digilib.uns.ac.id 28 h. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Jenis kelamin dapat berpengaruh terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Deolikar (1992) menunjukkan hasil bahwa faktor umur dapat mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan pada anak-anak, sedangkan penelitian Emy Poerbandari (2003) menunjukkan hasil bahwa usia rawan mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan. i. Pengaruh kelengkapan fasilitas terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Kelengkapan fasilitas dapat berpengaruh terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan. Semakin lengkap fasilitas yang disedikan Puskesmas maka semakin meningkat permintaan jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas. Hasil penelitian Hutapea (2009) menunjukkan bahwa kelengkapan fasilitas mempunyai hubungan dengan permintaan jasa pelayanan kesehatan. j. Pengaruh pemeriksaan dokter terhadap Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Ketepatan pemeriksaan dokter dapat berpengaruh terhadap permintaan jasa pelayanan kesehatan. Semakin tepat diagnosa dan resep yang diberikan dokter kepada pasien di Puskesmas maka semakin meningkat permintaan jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas.

22 digilib.uns.ac.id 29 B. Kajian Empiris Kajian empiris untuk menunjang penelitian ini yang berkaitan dengan permintaan akan pelayanan kesehatan, antara lain adalahsebagai berikut: Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu yang Berkaitan Dengan Permintaan Akan Pelayanan Kesehatan Nama Peneliti No dan Tahun Penelitian 1. Wasis Budiarto (1996) Judul Penelitian Permintaan (Demand Analisis) Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mojokerto 2. Haeruddin (2007) Analisis Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf di Kabupaten Gowa Hasil Penelitian Keadaan demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di desa berbeda dengan keadaan di kota. Demand puskesmas di desa dipengaruhi oleh positif oleh kebutuhan dan biaya sedangkan di kota, pengaruh waktu, jarak dan pekerjaan cukup dominan. Untuk di kota elastisitas demand dipengaruhi oleh jarak sedangkan di desa yang berpengaruh adalah biaya Faktor pendapatan, pendidikan, umur mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dalam hubungannya dengan permintaan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah syekh yusuf sungguminasa. Faktor jarak mempunyai pengaruh yang signifikan dan konsumsi terhadap pelayanan kesehatan tidak dipengaruhi oleh naik turunnya pendapatan (fixed). Jadi, meskipun pendapatan berubah

23 digilib.uns.ac.id 30 No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian 3. Widyatama Putra (2010) 4. Yuli Eko Sarwono (2011) Judul Penelitian Analisis Permintaan Penggunaan Layanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah Di Kabupaten Semarang Analisis Permintaan Masyarakat Akan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Di Kota Semarang Hasil Penelitian (bertambah atau berkurang), maka pengeluaran terhadap pelayanan kesehatan tidak berubah Faktor yang mempengaruhi penggunaan layanan kesehatan khususnya di Kabupaten Semarang. Beberapa faktor tersebut adalah pendapatan keluarga, biaya kunjungan, tingkat pendidikan, jarak dan kualitas layanan kesehatan. Dengan metode analisis regresi linier berganda, beberapa faktor tersebut dicari pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan ke layanan kesehatan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, jarak dan kualitas layanan berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi kunjungan ke layanan kesehatan Pendapatan keluarga, umur, tingkat pendidikan, kualitas layanan berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi kunjungan ke layanan kesehatan. Peningkatan layanan di Puskesmas merupakan hal yang perlu dilakukan agar meningkatkan

24 digilib.uns.ac.id 31 No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian 5. Jolene Skordis- Worralla, Kara Hanson, AnneMills (2011) 6. Anna May Harkin (2011) Judul Penelitian Estimating the demand for health services in four poor districts of Cape Town, South Africa Equity Of Access To Health Services Hasil Penelitian frekuensi kunjungan ke puskesmas Kota Semarang Hasil penelitian bahwa yang menimbulkan biaya transportasi menunjukkan dengan melewati, yang mungkin timbul karena persepsi kualitas yang buruk, dan menunjukkan kebutuhan untuk meningkatkan persepsi dan mungkin juga realitas kualitas di sektor publik lokal jika fasilitas ini untuk memenuhi fungsi mereka sebagai 'jaring pengaman' bagi yang paling rentan. Mendorong orang untuk menggunakan layanan pada tingkat kurang parah kesehatan yang buruk dapat meningkatkan identifikasi awal penyakit menular, meningkatkan baik hasil kesehatan individu dan konsekuensi kesehatan masyarakat Hasil penelitian bahwa dalam menangani masalah pemerataan akses ke layanan dan ketidakadilan bertahan diuraikan dalam bagian sebelumnya, Subkelompok Ekuitas Akses kepada Layanan Kesehatan dan proses konsultasi NAPS / Kesehatan umumnya akan perlu

25 digilib.uns.ac.id 32 No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian 7. Kathryn H. Jacobsen dkk (2010) Judul Penelitian Considerations in the selection of healthcare providers for mothers and children in Bo, Sierra Leone: reputation, cost and location Hasil Penelitian memperhitungkan Perkembangan kondisi pasien. Hasil penelitian bahwa dari ibu selama sensus rumah tangga dari dua lingkungan Bo pada bulan April 2010 menyatakan Reputasi adalah pertimbangan utama bagi sekitar setengah dari wanita, biaya adalah prioritas kedua yang paling umum, dan lokasi fasilitas kesehatan adalah pertimbangan utama untuk kurang dari 7% dari peserta. Sebagian besar wanita mengatakan mereka akan memilih penyedia baru jika biaya bukan penghalang. karakteristik sosialekonomi bukan merupakan prediktor signifikan dari apakah biaya, lokasi atau reputasi terpilih sebagai pertimbangan peringkat tertinggi. Bukti ini untuk pentingnya reputasi dalam perawatan kesehatan bahkan di daerah rendah sumber daya pengambilan keputusan menyoroti kebutuhan untuk sistem kesehatan untuk mengatasi masalah kualitas dan responsif, dan bukan hanya biaya, dalam rangka meningkatkan akses ke dan pemanfaatan

26 digilib.uns.ac.id 33 No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian pelayanan kesehatan C. Kerangka Konseptual Berangkat dari apa yang telah diungkapkan Grossman bahwa ada sejumlah stok kesehatan disetiap invidu, maka seorang individu pasti akan berusaha menjaga stok kesehatannya dengan mengkonsumsi (atau investasi) sejumlah pelayanan kesehatan. Namun, mengingat karakteristik pelayanan kesehatan yang heterogen, maka konsumen harus menentukan pilihan pelayanan kesehatan apa yang dibutuhkannya. Pilihan konsumen atas suatu pelayanan kesehatan tidak berdiri sendiri. Pilihan tesebut dipengaruhi oleh sederet faktor penentu. Dengan mengetahui pengaruh faktor-faktor penentu yang ada sedianya dapat diketahui bagaimana proses pilihan si konsumen dalam memilih pelayanan kesehatan. Setiap individu akan berusaha mencapai status kesehatan tertentu dengan menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan (Grossman, 1972:214). Dalam hal ini investasi dianggap sebagai jumlah permintaan individu terhadap pelayanan kesehatan, dengan unit analisis yaitu jumlah atau frekuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam kurun waktu tertentu. Jadi, investasi inilah yang akan menjadi variabel bebas (dependent variable) dalam analisis ini. Diasumsikan bahwa jumlah atau frekuensi kunjungan ke fasilitas kesehatan merupakan kuantitas permintaan individu terhadap pelayanan kesehatan atas permasalahan kesehatan yang dimiliki individu tersebut.

27 digilib.uns.ac.id 34 Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah barang dan jasa kesehatan meningkat. Pada masyarakat berpendapatan rendah, akan mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan barang tercukupi akan mengkonsumsi kesehatan (Andersen et al, 1975; Fuchs et al dalam Laksono, 2005; Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson,1990:125). Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan kesehatan. Biaya atau harga pelayanan kesehatan dengan permintaan pelayanan kesehatan berpengaruh negatif. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi. (Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson, 1990:126). Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan berpengaruh negatif terhadap jumlah pelayanan kesehatan. Semakin jauh tempat tinggal dari tempat pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Hal ini sesuai dengan teori permintaan yaitu jika barang yang diminta semakin mahal, maka jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit (Andersen et al,1975; Mills & Gilson,1990: ). Tingkat pendidikan seseorang dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir, daya tangkap dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Tingkat pendidikan dan pengetahuan mempengaruhi nilai pentingnya kesehatan.

28 digilib.uns.ac.id 35 Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi menganggap penting nilai kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikannnya, masyarakat lebih menganggap penting faktor kesehatan (Andersen et al, 1975; Fuchs et al dalam Laksono, 2005; Santerre & Neun, 2000). Jenis penyakit mempengaruhi permintaan terhadap jasa pelayanan kesehatan. Semakin berat jenis penyakit seseorang, akan lebih meningkatkan permintaannya terhadap jasa pelayanan kesehatan. Sebab semakin kompleks penyakit yang dideritanya berarti semakin tinggi pula penanganan yang harus dilakukan yang berarti akan meningkatkan permintaan terhadap jasa pelayanan kesehatan. Kualitas layanan kesehatan berpengaruh terhadap permintaan layanan kesehatan, kualitas layanan meliputi penilaian mengenai keputusan dokter, penanganan medis yang dilakukan, tingkat kemanjuran dll. Semakin tinggi kualitas layanan yang diberikan maka semakin tinggi permintaan terhadap pelayanan kesehatan (Andersen et al, 1975; Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson,1990:131). Kerangka pemikiran yang ingin dipaparkan dalam penulisan ini dapat divisualisasikan dalam Gambar 1. pendapatan biaya kunjungan jarak pendidikan jenis penyakit waktu pelayanan umur jenis kelamin kelengkapan fasilitas pemeriksaan dokter Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Madiun Gambar 2.1 Kerangka Pikir Analisis Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Madiun

29 digilib.uns.ac.id 36 Gambar 2.1 menguraikan tentang bagaimana pengaruh dari faktor tingkat pendapatan, biaya atau harga kunjungan, jarak, tingkat pendidikan, jenis penyakit, kualitas layanan, umur, jenis kelamin, kelengkapan fasilitas dan pemeriksaan dokter terhadap besarnya permintaan jasa pelayanan kesehatan di Kabupaten Madiun. D. Hipotesis Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua variabel atau lebih (Supranto, 1997:167). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Pendapatan keluarga, Biaya Kunjungan, Jarak, Tingkat Pendidikan, Jenis Penyakit, Waktu pelayanan, Umur, Jenis kelamin, Kelengkapan fasilitas, Pemeriksaan dokter diduga berpengaruh positif terhadap Jumlah kunjungan ke Puskesmas di Kabupaten Madiun. 2. Trend kunjungan masyarakat terhadap Pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kabupaten Madiun diduga meningkat.

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Menurut Richard Musgrave (1959), ada 3 fungsi ekonomi Pemerintah, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Menurut Richard Musgrave (1959), ada 3 fungsi ekonomi Pemerintah, yaitu: 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Pemerintah Peran pemerintah muncul karena adanya peran yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain Menurut Richard Musgrave

Lebih terperinci

EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 KONSEP-KONSEPEKONOMI UNTUK EKONOMI KESEHATAN Kuliah 2 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 Tujuan Pembelajaran Kuiah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. Tenaga medis adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. Tenaga medis adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Klinik Utama Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal service) sampai

TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal service) sampai 17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Teori Tentang Pelayanan Publik Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal

Lebih terperinci

Bab 7 EKONOMI KESEHATAN

Bab 7 EKONOMI KESEHATAN Bab 7 EKONOMI KESEHATAN EKONOMI Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam terbatas, sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga jumlah dokter, perawat, obat-obatan,

Lebih terperinci

Evaluasi Ekonomi Pelayanan Kesehatan

Evaluasi Ekonomi Pelayanan Kesehatan Evaluasi Ekonomi Pelayanan Kesehatan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat 26/11/2014 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 Konsep Teoretis dalam Evaluasi Ekonomi Pelayanan Kesehatan BANDI 26/11/2014 bandi.staff.fe.uns.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT AKAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG. Yuli Eko Sarwono Drs. Bagio Mudakir, MT ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT AKAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG. Yuli Eko Sarwono Drs. Bagio Mudakir, MT ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT AKAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG Yuli Eko Sarwono Drs. Bagio Mudakir, MT ABSTRAK Masalah kesehatan merupakan masalah sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT AKAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG

ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT AKAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT AKAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes

Lebih terperinci

KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH KONSEP DEMAND DALAM SEKTOR KESEHATAN Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pokok Bahasan Pendahuluan Karakteristik demand kesehatan Faktor faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan Fungsi dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh gambaran seperti disajikan pada tabel.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh gambaran seperti disajikan pada tabel. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. Karakteristik Responden Gambaran kondisi responden memberikan penjelasan tentang deskripsi responden berkenaan dengan analisis variabel penelitian. Deskripsi

Lebih terperinci

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS)

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) BANDI Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS 13/06/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 PERMINTAAN DAN PENAWARAN PELAYANAN KESEHATAN Sesi 2 13/06/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia digilib.uns.ac.id1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

EKONOMI. unlimited human s wants and needs. scarcity resources

EKONOMI. unlimited human s wants and needs. scarcity resources EKONOMI EKONOMI 1 2 3 unlimited human s wants and needs scarcity resources CHOICES Faktor Penggerak Kegiatan Ekonomi Kebutuhan Ekonomi, sifatnya tidak terbatas Kelangkaan (Scarcity), ketersediaannya terbatas

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Konsep Ilmu Ekonomi Fakultas 1FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Definisi Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan individu/perusahaan/masyarakat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, disintesakan (dirangkum), dibatasi, dan ditetapkan menjadi tiga pokok permasalahan (faktor),

Lebih terperinci

Dasar-dasar Ilmu Ekonomi. Pertemuan 1

Dasar-dasar Ilmu Ekonomi. Pertemuan 1 Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Pertemuan 1 Daftar Rujukan Mankiw, N. Gregory.2006. Priciples of Economics : Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan

2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan Ekonomi Mikro. program pascasarjana Unlam 2 Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan KELANGKAAN, PILIHAN, DAN BIAYA OPORTUNITAS 1 Kebutuhan manusia bersifat tak terbatas, namun sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro EKI 106. Chapter I: PENDAHULUAN: RAP dan Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi

Pengantar Ekonomi Mikro EKI 106. Chapter I: PENDAHULUAN: RAP dan Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Pengantar Ekonomi Mikro EKI 106 Chapter I: PENDAHULUAN: RAP dan Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Uraian dan Tujuan Mata Kuliah Mata kuliah Ekonomi Mikro terdiri dari Pengantar Ekonomi Mikro atau Ekonomi Mikro

Lebih terperinci

Bab. I. PENDAHULUAN 1.1. Konsep dasar ekonomi:

Bab. I. PENDAHULUAN 1.1. Konsep dasar ekonomi: Bab. I. PENDAHULUAN Dalam kegiatan rekayasa pembangunan secara keseluruhan yaitu mulai dari terbentuknya ide (sasaran) yang akan dicapai sampai tahapan operasional dan pemeliharaannya diperlukan biaya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB ILMU EKONOMI 1.2. PENGERTIAN EKONOMI MIKRO

PENDAHULUAN BAB ILMU EKONOMI 1.2. PENGERTIAN EKONOMI MIKRO Teori Ekonomi Mikro PENDAHULUAN BAB 1 1.1 ILMU EKONOMI Secara umum ilmu ekonomi atau ekonomika dapat diartikan sebagai suatu ilmu tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan adanya alat-alat

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI Dalam teori EKONOMI MIKRO yang dibahas adalah proses alokasi sumberdaya secara efisien di tingkat individu, perusahaan dan industri. EFISIENSI DITINGKAT MIKRO belum tentu baik

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Review Bab 1-6 Fakultas 7FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Masalah Ekonomi dan Kebutuhan Membuat Pilihan Kelangkaan (scarcity)

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

PENGANTAR EKONOMI MIKRO Modul ke: PENGANTAR EKONOMI MIKRO Fakultas EKONOMI Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id A.Ruang Lingkup Mikroekonomi Ilmu ekonomi muncul sebagai jawaban atas masalah-masalah ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan investasi penting dalam suatu negara, karena dengan adanya sumber daya yang sehat akan tercipta manusia yang lebih berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

S2-Ek.Per Unlam BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI. 1. Lingkup dan Metode dari Ilmu Ekonomi. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan

S2-Ek.Per Unlam BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI. 1. Lingkup dan Metode dari Ilmu Ekonomi. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI 1. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan 3. Permintaan, Penawaran, dan Ekuilibrium Pasar 4. Penerapan dari Permintaan dan Penawaran 5. Elastisitas BAGIAN 1 Pengantar Ekonomi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI Bab ini memaparkan simpulan dan implikasi penelitian terkait elaborasi faktor empati dan daya tanggap untuk peningkatan kualitas layanan konsultasi psikologi di Lembaga Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan perkapital.

BAB I PENDAHULUAN. oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan perkapital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro, 2000). Berdasarkan hasil dari Konferensi Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah kondisi yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah faktor terpenting dalam kehidupan sehari-hari karena kesehatan dapat mendukung kemampuan setiap manusia dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011). 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang kesehatan merupakan salah satu indikator utama dari berkembangnya kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah geografis tertentu.kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati

PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN. Lecture note : Tatiek Koerniawati PENAWARAN DAN PERMINTAAN PRODUK PERTANIAN Lecture note : Tatiek Koerniawati Karakteristik Harga Sangat dipengaruhi karakteristik alamiahnya Ada time lag dalam produksi on farm Gap antara pengambilan keputusan

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Pengantar Ilmu Ekonomi Pertemuan ke-lima Pokok bahasan pertemuan ke-5 Teori permintaan dan kurva permintaan. Efek Perubahan harga dan non harga

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pengantar Ekonomi. -Ekonomi Mikro. -Ekonomi Makro

Pendahuluan. Pengantar Ekonomi. -Ekonomi Mikro. -Ekonomi Makro Pendahuluan Pengantar Ekonomi -Ekonomi Mikro -Ekonomi Makro Oleh Julius Nursyamsi 1 Pengertian Ilmu Ekonomi Yang dipelajari : Kelangkaan Scarcity Pilihan Choices Biaya kesempatan Opportunity cost 2 Masalah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 01Fakultas Ekonomi Pendahuluan - Deskripsi dan Konsep Ilmu Ekonomi - Definisi Mikroekonomi - Prinsip Ekonomi dan Manfaat dari Mempelajari Ilmu Ekonomi - Masalah pokok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3 Bahan Ajar Ekonomi Teknik PENGANTAR EKONOMI & MANAJEMEN 2 4/2/2015 Universitas Gunadarma Nur RACHMAD Pertemuan 2 dan 3 2.Mekanisme penentuan harga permintaan dan penawaran Sub Pokok Bahasan : Konsep permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjuan Pustaka Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

Ekonomi Kesehatan. Modul 1 PENDAHULUAN

Ekonomi Kesehatan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Ekonomi Kesehatan D PENDAHULUAN Dr. Mohamad Ichwan, S.E., M.Kes alam modul ini kita akan mempelajari peran ilmu ekonomi pada bidang kesehatan. Karena kesehatan merupakan sesuatu yang tidak terobservasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR ILMU EKONOMI

PENGERTIAN DASAR ILMU EKONOMI PENGERTIAN DASAR ILMU EKONOMI Tim Teaching SUMBER : Pengantar Ilmu Ekonomi ; Makro dan Mikro, Nopirin,Ph.D, BPFE Yogyakarta, 1994 Pengantar Ilmu Ekonomi, Richard G. Lipsey dan Peter O.Steiner. PT.Bina

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Warga negara Indonesia berhak atas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam Undang-undang Kesehatan No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

CAKUPAN DAN METODE ILMU. Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana individu dan masyarakat

CAKUPAN DAN METODE ILMU. Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana individu dan masyarakat CAKUPAN DAN METODE ILMU a. Pengertian ilmu ekonomi Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan penggunaan sumber daya yang langka yang telah disediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Defenisi Serta Konsep Demand Pada Pelayanan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Defenisi Serta Konsep Demand Pada Pelayanan Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Serta Konsep Demand Pada Pelayanan Kesehatan Pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaa atau

Lebih terperinci

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009 BAB 1 PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat

Lebih terperinci

Modul ke: Pendahuluan. Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS. Cecep W. Program Studi. S-1 Manajemen.

Modul ke: Pendahuluan. Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS. Cecep W. Program Studi. S-1 Manajemen. Modul ke: Pendahuluan Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi 1 Kontrak Perkuliahan Tujuan Ruang Lingkup Mengapa orang perlu mempelajari Ilmu Ekonomi?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang

Lebih terperinci

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20

Keseimbangan Umum. Rus an Nasrudin. Mei Kuliah XII-2. Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei / 20 Keseimbangan Umum Rus an Nasrudin Kuliah XII-2 Mei 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah XII-2) Keseimbangan Umum Mei 2013 1 / 20 Outline 1 Pendahuluan 2 Konsep Keseimbangan Umum 3 Permintaan dan Penawaran dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan oleh setiap individu untuk dapat mempertahankan hidupnya. Komunikasi mempunyai peran yang besar dalam kehidupan

Lebih terperinci

Kebijakan Makro Ekonomi

Kebijakan Makro Ekonomi EKONOMI MAKRO PENJELASAN Memberikan gambaran bagaimana suatu perekonomian berfungsi dan menjalankan kegiatannya Menerangkan bagaimana suatu masyarakat yang memiliki faktor produksiyang terbatas, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah penting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Pada prinsipnya kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh setiap perusahaan baik perusahaan barang atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro Review 1-6

Teori Ekonomi Mikro Review 1-6 Modul ke: Teori Ekonomi Mikro Review 1-6 Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN Definisi Permintaan Keinginan seseorang terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN TORAJA UTARA JENNYFER M A PARUNG A

SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN TORAJA UTARA JENNYFER M A PARUNG A SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN TORAJA UTARA JENNYFER M A PARUNG A 111 10 102 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 i ii

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Kotler(2007) dapat didefinisikan bahwa seluruh individu dan rumah tangga yang dapat membeli atau dapat memperoleh

Lebih terperinci

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) )

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) BANDI Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS 05/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 EKONOMI MAKRO, MIKRO, DAN EKONOMI KESEHATAN Sesi 2 05/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2

Lebih terperinci

MASALAH POKOK ILMU EKONOMI

MASALAH POKOK ILMU EKONOMI MASALAH POKOK ILMU EKONOMI Dalam kehidupan sehari-hari individu, perusahaan dan masyarakat menghadapi persoalan bersifat ekonomi-à bagaimana membuat keputusan tentang cara yang terbaik melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Kuliah ke-2, 10 September 2009 Erry Sukriah, SE, MSE

Kuliah ke-2, 10 September 2009 Erry Sukriah, SE, MSE Kuliah ke-2, 10 September 2009 Erry Sukriah, SE, MSE Agenda Definisi Ekonomi secara umum Perbedaan Mikroekonomi dengan Makroekonomi Ruang lingkup Mikroekonomi Definisi Ekonomi Ekonomi adalah suatu study

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat. Kesehatan bagi masyarakat menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM TAHUN 2016 (STUDI KASUS: PUSKESMAS PALEMBAYAN)

INDEKS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM TAHUN 2016 (STUDI KASUS: PUSKESMAS PALEMBAYAN) INDEKS KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN AGAM TAHUN 216 (STUDI KASUS: PUSKESMAS PALEMBAYAN) Yopi Eka Anroni STMIK INDONESIA PADANG Abstrak. Penelitian ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap - tiap

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri masalah kemiskinan selalu menjadi penghambat kemajuan tiap - tiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap Negara, meskipun zaman telah memasuki era globalisasi namun tidak dapat dipungkiri masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan Menurut Sukirno (2003) permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu selama periode waktu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai

Lebih terperinci