Pemukiman Kutai Lama Masa Kerajaan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemukiman Kutai Lama Masa Kerajaan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur"

Transkripsi

1 Pemukiman Kutai Lama Masa Kerajaan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur Muhammad Rahmawan, Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan 1. Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Tulisan ini membahas bagaimana awal mula pemukiman di Situs Kutai Lama, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Penelusuran Ppemukiman tersebut dilihat dari tinggalan arkeologis yang diperoleh dari hasil penggalian yang dilakukan oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 2007 dan Setiap situs pemukiman yang ada pada Situs Kutai Lama kemudian dilihat karakteristik temuan dan karakteristik keletakannya. Tujuan umum dari penelitian ini adalah merekonstruksi kebudayaan masa lalu pada Situs Kutai Lama. Penelitian ini membahas pemukiman tingkat makro dan dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa sisa-sisa pemukiman yang ada menunjukan perbedaan sosial dan menunjukan situs mana yang ramai didatangi oleh para pedagang dan kemudian tinggal untuk bermukim. Kata Kunci: Pemukiman Kutai Lama, Kutai Kertanegara, situs, strata sosial, tembikar, keramik Kutai Lama Settlement of Kutai Kartanegara Kingdom in East Kalimantan Abstract This article discuss about the beginning of the settlement in the Kutai Lama Site in which the settlement can be seen and observed by the artifacts, obtained from an excavation by the team of National Archaeological Research Center in 2007 and continued in Each settlement is characterized by its artifacts and locations. The purpose of this research is to reconstruct the ancient culture in Kutai Lama Site. This settlement, in which from the excavation processes shows the difference of social or state of well-being in each site, is a macro settlement where it shows which part of it was often visited by merchants and then became a settlement. Keywords: Kutai Lama Settlement, Kutai Kartanegara, Site, Social strata, Pottery, Ceramic 1

2 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya baik dalam bentuk cagar budaya bergerak maupun tidak bergerak. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh Direktorat Purbakala dan Permuseuman (sekarang bernama Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman). Cagar budaya tersebut berupa artefak tidak bergerak (bangunan atau struktur yang tidak dapat dipindahkan) dan ratusan ribu cagar budaya yang bergerak (benda-benda yang dapat dipindahkan) yang tersebar di seluruh Nusantara. Istilah dan batasan tentang cagar budaya terdapat pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 1 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan cagar budaya adalah: 1. Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/kebudayaan melalui proses penetapan (Pasal 1 ayat 1) 2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia (Pasal 1 ayat 2). Sementara itu, yang dimaksud dengan situs dalam Undang-Undang no 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya pasal 1 ayat 5 adalah lokasi yang berada di darat atau air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia pada masa lalu. Situs dapat dideskripsikan dalam beberapa jenis, antara lain dapat dideskripsikan berdasarkan keletakan dan fungsinya. Salah satu jenis situs berdasarkan keletakannya adalah situs terbuka atau open site, yang biasanya terletak di lembah, pantai, ataupun di puncak gunung. Berbeda dengan fungsinya, menurut Sharer and Ashmore dapat dibedakan menjadi situs hunian, situs pasar, situs perburuan, situs perbengkelan, situs penyembelihan binatang, situs pemujaan, dan situs penguburan (Sharer and Ashmore, 1979 : 73-74). 2

3 Salah satu situs hunian peninggalan masa lampau tersebut adalah Situs Kutai Lama yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur yang pernah menjadi pusat Kerajaan Kutai Kartanegara. Sebelumnya di Kabupaten Kutai Kartanegara pernah berdiri sebuah kerajaan bernafaskan agama Hindu yaitu Kutai. Kerajaan Kutai berdiri pada abad ke-5 dengan pusat kerajaan di Muara Kaman (Marwati Djoened, 1984:33). Tinggalan yang terkenal dari kerajaan Kutai berupa prasasti berjumlah tujuh buah dengan nama Yupa. Kerajaan lain yang berdiri di Kabupaten Kutai Kertanegara yang juga menjadi topik penelitian adalah kerajaan Kutai Kartanegara yang berdiri pada abad ke-13 dengan pusat kerajaan di Jaitan Layar (di Hilir Sungai Mahakam) yang sekarang daerah ini berada di Kutai Lama. Jaitan Layar saat ini merupakan nama sebuah bukit di desa Kutai Lama Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. Sumber sejarah menyebutkan, sempat terjadi peperangan besar antara Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian dimenangkan oleh Kerajaan Kutai Kertanegara (Depdikbud, 1979). Mengenai tahun resmi berdirinya kerajaan Kutai Kartanegara sebenarmya masih belum begitu jelas, sebab silsilah sendiri tidak menyebutkan dengan tepat angka tahunnya, tetapi beberapa sumber mencoba untuk memperkirakan tahun pendirian kerajaan Kutai Kertanegara. PEMBAHASAN Secara geografis wilayah Kutai Kartanegara berada di daerah pedalaman Kalimantan yang letaknya cukup jauh dari daerah pesisir, namun justru di wilayah itulah muncul kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kekayaan alam yang dimiliki oleh wilayah itulah yang menjadi alasan mengapa Kerajaan Kutai memilihnya menjadi pusat kerajaan. Ilmu arkeologi yang semakin berkembang dari waktu ke waktu membuat kajian semakin meluas. Salah satunya adalah studi mengenai pemukiman. Lebih dari 30 tahun yang lalu studi mengenai pemukiman sudah dianggap maju dalam dunia arkeologi, terutama sejak Gordon Willey menerbitkan hasil penelitiannya tentang pola pemukiman prasejarah di Lembah Viru, Peru pada tahun

4 Menurut Trigger, Willey menggunakan konsep arkeologi keruangan dalam membedakan urutan dalam sejarah lembah Viru dan identitas situs pada waktu yang sama. Willey mengakui bahwa data dari pola pemukiman dapat memberikan gambaran yang sistematis untuk studi ekonomi, sosial, dan organisasi politik masyarakat lama (Trigger, 2006: 377). Bruce Trigger dalam bukunya yang berjudul Time and Traditions mendefinisikan studi pola pemukiman sebagai berikut: Pola Pemukiman terbagi atas tiga tingkatan, yang pertama adalah struktur individu, letak dari sebuah masyarakat, dan cara dimana masyarakat milik suatu masyarakat atau kebudayaan membagi diri mereka ke dalam sebuah lanskap. Trigger juga menambahkan bahwa pola-pola yang ditampilkan di setiap level tersebut dapat dilihat secara fungsional yang terkait dengan beberapa cara dalam semua aspek kebudayaan dan karena itu dapat menjelaskan berbagai masalah. (Trigger, 1978:167). Permukiman didefinisikan tidak hanya sebagai tempat tinggal makhluk hidup saja, lebih lanjut Branch (1996: 14) mengungkapkan bahwa permukiman dapat memberikan gambaran mengenai pemikiran manusia di dalam melakukan perancangan tata ruang, pemilihan tapak, tata letak permukiman, serta penataan bangunan dan ruang-ruang terbuka. Penataan bangunan dan ruang untuk pergerakan manusia dan kendaraan merupakan perencanaan yang bersifat dasar. Perencanaan dasar tersebut diperlukan agar bangunan dan ruang memiliki fungsi. Selama ini Kalimantan hanya dikenal sebagai daerah yang memiliki hutan belantara yang sangat luas, dari segi arkeologis mungkin hanya Kerajaan Kutai yang diketahui melalui prasasti yupa. Sejarah pun tidak dapat memberitahukan secara pasti apa hubungan antara Kerajaan Kutai tersebut dengan Kerajaan Kutai Kartanegara. Kutai Lama sebagai pusat Kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke sangat penting artinya dalam sejarah lokal, khususnya perkembangan Kerajaan Kutai Kartanegara, serta masuknya Islam pertama kali di Kalimantan Timur. Ketika pengaruh Islam masuk di Kerajaan Kutai. Kutai menyambut Islam dengan terbuka, ini dapat dilihat dari bangunan masjid yang ada di Tenggarong. Keputusan untuk mengubah ideologi dari Hindu-Buddha ke Islam membuat Kerajaan Kutai Kartanegara tetap eksis di Nusantara ini. Menurut catatan sejarah agama Islam masuk Kalimantan Timur pada abad ke-15 (Zein: 1999). 4

5 Disebutkan di dalam buku Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai (1979:183) Situs Kutai Lama sangat penting karena merupakan situs yang sangat kompleks di mana pada situs tersebut ditemukan indikasi pemukiman dari masa prasejarah sampai pada masa sejarah. Dibandingkan dengan jalur dagang yang ramai dilayari seperti Maluku ataupun daerah-daerah di Jawa tetapi dengan adanya sumber alam yang tidak ternilai harganya membuat sedikit banyak para pedagang untuk mampir ke Kutai Lama. Situs Kutai Lama sangat penting pula untuk dibahas. Temuan yang diperoleh dari hasil penelitian berupa survey dan ekskavasi oleh Tim dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kutai Kartanegara bekerja sama dengan tim peneliti dari Puslitbang Arkeologi Nasional menemukan artefak-artefak yang begitu banyak dan kemudian dari temuan-temuan tersebut situs itu kemudian dapat direkonstruksi sejarahnya. Menurut Brian M. Fagan dan Christopher R. De Corse di dalam buku In the Beginning (2004), situs merupakan tempat untuk menemukan jejak-jejak aktivitas manusia di masa lampau. Situs mewakili akumulasi dari sisa-sisa tingkah laku manusia selama kurun waktu tertentu. Secara umum, situs biasanya dikaitkan dengan penemuan artefak. Situs terdapat dalam berbagai ukuran, suatu kota dapat menjadi sebuah situs seperti misalnya, Teotihuacan di lembah Mexico. Selain itu situs juga dapat ditemukan dalam ukuran terkecil, misalnya sisa-sisa dari buruan yang bebentuk artefak di Lembah Kematian, California. Terdapat banyak situs arkeologi di seluruh dunia, dan banyak dari situs tersebut yang masih belum ditemukan. Beberapa situs mungkin hanya digunakan beberapa jam, hari, atau minggu di masa lampau, beberapa lagi digunakan selama beberapa generasi sebelum akhirnya ditinggalkan oleh masyarakat tersebut. Menurut Fagan dan De Corse (2004:72) Situs arkeologi dapat diklafikasikan ke dalam beberapa kategori: a. Berdasarkan konteks arkeologi. Situs dapat dibedakan dari artefak yang ditemukan, pola tempat tinggal, hirarki sosialnya dan bentuk geografinya. b. Berdasarkan jenis artefaknya. Situs dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis artefak yang ditemukan, keramik, alat-alat batu, batu-batu mulia dan sebagainya. 5

6 c. Berdasarkan lokasi geografisnya. Kebanyakan tempat tinggal manusia berpusat di daerah yang kondisi geografisnya memungkinkan untuk bertahan hidup, misalnya gua, tepi lembah, tepi sungai, dan tempat yang sejenis. d. Berdasarkan jenis artefak dikaitkan dengan fungsinya terhadap situs. Oleh karena artefak biasanya merefleksikan manusia dan status sosialnya, maka tempat-tempat tertentu seperti daerah berburu, daerah mengumpulkan sumber daya alam, daerah pertanian, dan yang sejenis dapat diklasifikasikan sebagai situs berdasarkan fungsi dari artefaknya Dari empat kategori tersebut Kutai Kartanegara termasuk situs yang dapat dilihat berdasarkan konteks arkeologi, letak geografis, jenis artefak yang diperoleh ketika ekskavasi, dan artefak yang dikaitkan dengan fungsinya Berdasarkan letak geografisnya Kutai Kartanegara yang berpusat di Kutai Lama merupakan daerah lembab yang memiliki rawa-rawa terutama di sepanjang Sungai Mahakam. Posisi kerajaan itu menjadi strategis karena dapat mengontrol lalu lintas perdagangan karena banyaknya para pedagang yang masuk dan keluar Kalimantan melewati Sungai Mahakam. Bahkan, pada masa kemudian Kerajaan Kutai Kertanegara pun menjadi tempat strategis untuk menyebarkan agama Islam. Sehingga, Kutai Kartanegara mampu bertahan di Kutai Lama selama 300 tahun. Sepanjang kurun waktu yang begitu lama, semakin kompleksnya kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang di daerah tersebut membuat banyak pemukiman di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara ini, salah satu di antaranya adalah yang ditemukan di Kutai Lama, apalagi daerah Kutai Lama ini sangat mungkin dijadikan tempat persinggahan para pedagang-pedagang karena lokasinya yang strategis yaitu di pinggir Sungai Mahakam, sehingga yang menjadi permasalahan penelitian dari tulisan ini adalah berkenaan dengan karakteristik Situs-situs di Kutai Lama. Dalam tulisan ini dibahas dua isu pokok berkenaan dengan tema yang diteliti, yaitu bagaimana keragaman temuan di ketiga situs pemukiman Kutai Lama dan kapan rentang waktu yang dapat disusun di ketiga situs berdasarkan temuannya. Pembahasan ini bertujuan memberi gambaran bagaimana karakter dari Situs Kutai Lama. Selain itu, juga untuk menjelaskan hubungan antarsitus pemukiman yang ada di Kutai Lama sehingga akan diketahui apakah pemukiman tersebut dimulai ketika Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri ataukah dari masa yang 6

7 lebih tua, dan melalui tulisan ini dapat dilihat pula kronologi dan hubungan antarsitus di Kutai Lama. Hasil pembahasan tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menjadi salah satu sumber, referensi dalam hal yang berkaitan dengan Kerajaan Kutai Kertanegara. Selain itu, karena tulisan ini juga merupakan dokumentasi dari tinggalan bersejarah yang ada di Kalimantan maka manfaatnya adalah untuk melengkapi upaya merekonstruksi sejarah pemukiman Kerajaan Kutai Kertanegara di Situs Kutai Lama. Dalam membahas pemukiman Kutai Lama ini, diperlukan sumber data berupa situs arkeologi serta sumber-sumber tertulis dan cerita-cerita lokal daerah Kutai. Pada dasarnya identifikasi kawasan itu dilakukan dengan mempertimbangkan cara pandang masyarakat sekitar dalam mengidentifikasinya. Misalnya melalui cerita-cerita mereka, lalu dongengdongeng yang ada, dan mitos-mitos yang berkembang di situs tersebut, dan kemudian mitosmitos tersebut dikaji lebih mendalam apakah hubungan antara mitos-mitos tersebut dengan situs dan dapat di buktikan kebenarannya. 1. Situs Kutai Lama Desa Kutai Lama mempunyai peranan penting bagi sejarah perkembangan Kerajaan Kutai Kartanegara. Kutai Lama merupakan pusat kerajaan Kutai sejak tahun 1300 sampai pemerintahan Pangeran Aji Dipati Tua yaitu sekitar tahun1732. Setelah itu pemerintahan berpindah ke hulu Sungai Mahakam yaitu Pamerangan (sekarang bernama Jembayan) karena banyak mengalami kekacuan berupa serangan perampok. Kemudian pada pemerintahan Aji Imbut pusat kerajaan dipindahkan lagi, pemindahan ini disebabkan oleh posisinya yang kurang strategis. Pusat kerajaan dipindahkan ke Tangga Arung yang kemudian hingga sekarang dikenal dengan nama Tenggarong (Adham,1981:230) Situs Kutai Lama secara geografis berada di Muara besar dan kemudian dipindahkan lebih ke hulu, tetapi tetap berada di muara Sungai Mahakam. Hal itu merupakan salah satu ciri pusat kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang bercorak maritim seperti Banten Lama, Palembang, dan Kotawaringin Lama. Letak geografi kota-kota pusat kerajaan yang bercorak Islam itu umumnya berada di daerah pesisir atau muara sungai-sungai besar (Djoened dan Notosusanto, 1984: 212). 7

8 Hubungan lalu lintas menjadi penyebab utama lokasi kota-kota besar di muara atau pertemuan sungai. Menurut Uka Tjandrasasmita (2009:17) pertumbuhan dan perkembangan kota masa Islam tidak lepas dari faktor politik, ekonomi, kosmologis, dan magis religius selain pertimbangan letak geografis. Adapun pemukiman Kutai Kartanegara ini kemudian berkembang menjadi sebuah kota ketika kunjungan Raja Aji Batara Agung Pangeran Nata ke Majapahit. Setelah kunjungan itu, Raja Kutai mulai membangun istananya meniru pola pembangunan di Majapahit (Adham,1981:107). Pemukiman Kutai pun berkembang menjadi sebuah kota yang menjadi pusat perdagangan di Kalimantan Timur. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kutai Kartanegara bekerja sama dengan tim peneliti dari Puslitbang Arkeologi Nasional di Kutai Lama, sisa-sisa pusat kerajaan Kutai Kartanegara berupa penemuan dua makam Raja Kutai yaitu makam Raja Aji Mahkota dan Raja Aji Dilanggar. Sementara itu tidak jauh dari tempat kedua makam raja Kutai tersebut, ditemukan pula makam dari makam Mubaliq Tunggan Parangan yang merupakan tokoh penyebar agama Islam pertama di Kalimantan Timur. Selain itu ditemukan pula makam-makam kuno lain serta artefak-atefak berupa alat-alat batu, sisa-sisa fauna, bekas masjid, keramik asing, mata uang, alat-alat logam, dan manik-manik. (Tim Peneliti, 2007:119). Menurut Tim Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (2007:120) indikasi lain untuk memperlihatkan adanya pemukiman kuno di Situs Kutai Lama dengan Kutai Lama sebagai pusat kerajaan adalah komponen lain yang mendukung aktivitas suatu kerajaan, baik yang berhubungan dengan kegiatan politik, ekonomi, maupun sosial masyarakatnya. Indikasi adanya pemukiman di Situs Kutai Lama dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang dilakukan pada tahun 2007 dan berlanjut pada Tim Peneliti membuka beberapa kotak galian yang terbagi atas tiga situs yaitu Situs Soppeng Barat, Situs Jaitan Layar, dan Situs Komplek Makam. Dari penelitian yang dilakukan oleh Tim Puslit Arkenas tersebut memperlihatkan data-data yang menyebutkan bahwa ketiga situs tersebut pada masa lampau pernah dijadikan lahan untuk tinggal. Pemukiman penduduk dapat terlihat dari data sejarah yaitu Salasilah Kutai (1981:42) dan catatan orang-orang Belanda yang menunjukkan bahwa Kutai Lama ramai didatangi orang-orang 8

9 Bugis dan mulai membentuk pemukiman baru di sekitar Kutai Lama. Pemukiman baru dimulai ketika putra mahkota pewaris tahta kerajaan wajo bernama La Ma Dukaleng beserta iparnya Pua Ado Lamohang Daeng Mangkonang bersama 200 pasukan diterima dan diberi daerah khusus di daerah lebih ke hulu Sungai Mahakam (sekarang Samarinda). Di dalam buku Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai (1979) disebutkan bahwa pada tahun 1635 kapal-kapal VOC di bawah pimpinan Garrit Thomassen Pool datang ke Kutai untuk mengusir para pedagang Jawa, Bugis dan Banjar. Dengan demikian, sebelum tahun 1635 di Kutai Lama sudah ramai dengan pedagangpedagang dari Jawa, Bugis, dan Banjar (1979:65). Kemudian survey yang dilanjutkan oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di pulau-pulau di sekitar Kutai Lama mendapatkan artefak-artefak berbeda, dimulai dari nisan yang terdapat inskripsi Bugis dan Jawa yang kemudian diasumsikan sebagai pemukiman dari sukusuku yang berdatangan ke Kutai Lama. Selain itu, ditemukan pula kayu nibung yang diduga sebagai pilar rumah-rumah di Desa Kutai Lama (Tim Peneliti, 2007: 43). Kayu nibung tersebar di kawasan Asia Tenggara, Sumatera, dan Kalimantan merupakan daerah yang sering ditumbuhi oleh tanaman tersebut. Kayu Nibung sangat tahan lapuk, oleh sebab itu tanaman ini banyak digunakan sebagai penyangga rumah untuk daerah-daerah yang sering mengalami pasang air sungai. Tradisi mendirikan rumah di atas tiang-tiang tinggi di Situs Kutai Lama sama dengan kota-kota pusat kerajaan seperti di Sulawesi dan Sumatra. Tradisi itu masih diteruskan hingga sekarang. Rumah-rumah panggung tidak hanya berada di daerah pesisir tetapi ada pula yang berada di darah pegunungan. Rumah-rumah panggung tersebut diduga merupakan tradisi asli sebelum pengaruh kebudayaan Hindu, Islam, dan Barat (Djoened dan Notosusanto, 1984:224). 9

10 Letak Situs Kutai Lama (Sumber: Bappeda Kota Tenggarong, 2009) 2. Keadaan Lingkungan Alam dan Letak Geotopografis Manusia dan lingkungan alam merupakan komponen ekosistem yang berinteraksi serta saling mempengaruhi. Manusia mempunyai akal yang dapat mengembangkan pola-pola tindakan dan menyesuaikan diri secara aktif dengan lingkungan. Sejak lahir, manusia secara aktif berinteraksi dengan lingkungan yang berpedoman pada kebudayaan yang dimiliki. kondisi lingkungan dimana manusia berinteraksi akan mempengaruhi tata hidu masyarakatnya yang meliputi nilai-nilai sosial dan pola tingkah laku manusia, baik secara individu maupun kelompok. Di Kutai Lama, kehidupan masyarakat sangat bergantung kepada Sungai Mahakam. Kutai Lama terletak di sekitar Muara Sungai Mahakam tepatnya di hulu dari wilayah Delta Mahakam yang memiliki lingkungan alam khas daerah pesisir dengan bentuk lahan, flora dan fauna yang khas. Keberadaan Sungai Mahakam yang merupakan salah satu dari tiga sungai besar di Kalimantan banyak mempengaruhi geotopografis wilayah ini. Aktivitas manusia juga mempengaruhi wilayah ini seperti adanya penambangan batu bara yang luas. Morfologi wilayah kabupaten Kutai Kartanegara dapat dirinci sebagai berikut: dataran, dataran aluvial, jalur 10

11 kelokan, pegunungan, perbukitan rawa, rawa pasang surut, dan teras-teras (Bappeda Kutai Kartanegara, 2001). 3. Pemukiman Situs Kutai Lama Hampir 400 tahun kerajaan Kutai Kartanegara berdiri dan sudah tentu pemukiman di Kutai Lama pun mengalami perkembangan. Pemukiman tersebut tentunya memiliki struktur organisasi kerajaan yang kuat dan memiliki dasar negara tentunya. Lalu Kutai Lama tentunya memiliki komponen fisik kota sebagaimna kota pusat kerajaan lainnya di Nusantara. Bangunan-bangunan tersebut berupa pintu gerbang, masjid agung, keratin, alun-alun, pemakaman, benteng atau parit keliling, jaringan jalan, pasar, taman, dan makam. Namun diantara bangunan tersebut hanya Masjid Agung, Keraton, dan taman yang masih Nampak, Untuk Keraton, kini bangunan tersebut telah dialihfungsikan menjadi museum. Definisi dari pemukiman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses atau cara penduduk untuk tinggal di suatu tempat. Arti dari pemukiman sendiri secara umum adalah tempat dimana manusia melangsungkan kehidupan dan melakukan kegiatan. Kutai Lama sendiri merupakan permukiman dengan corak Islam. Hal itu dibuktikan dengan adanya kepurbakalaan berciri Islam seperti Masjid Jami Hasanuddin, Komplek makam Kesultanan Kutai Kertanegara, alun-alun, dan keraton yang sekarang telah beralih fungsi menjadi museum. Pemukiman atau dalam bahasa Inggris disebut settlement berarti tempat orang bermukim. Jadi istilah pola pemukiman berarti pola yang dapat dilihat secara kongkrit, misalnya tata letak dari sejumlah rumah tinggal di suatu situs, dan arkeologi pemukiman sendiri dapat di definisikan sebagai bagian dari disiplin arkeologi yang mengkhususkan atau memusatkan perhatian pada persebaran okupasi dan kegiatan manusia, serta hubungan-hubungan di dalam satuan-satuan ruang dengan tujuan untuk memahami sistem teknologi, sistem sosial dan sistem ideologi dari masyarakat masa lalu. Ia juga menyebutkan di dalam definisi arkeologi pemukiman tersebut terdapat ciri-ciri pokok studi pemukiman yaitu persebaran, hubungan-hubungan, dan satuan ruang serta asumsi-asumsi dasar yang melatarinya. Lebih lanjut Mundardjito mengatakan bahwa mempelajari pemukiman masyarakat masa sekarang sangat memungkinkan kita untuk mengetahui pola dan sistem pemukiman, baik yang berkenaan dengan sistem ideologi dan sistem sosial maupun dengan sistem teknologi (Mundardjito, 1995:26-27). 11

12 Arkeologi permukiman dapat didefinisikan sebagai studi untuk mengetahui hubungan sosial berdasarkan data arkeologi (Trigger,1978:168). Di lain hal, Mundardjito mengungkapkan bahwa permukiman merupakan salah satu kajian yang berada di dalam studi arkeologi keruangan, yakni studi yang menitik beratkan pada dimensi ruang dari benda-benda arkeologi dan situs. Pokok kajian arkeologi keruangan menitikberatkan perhatian pada pengkajian dimensi ruang (spatial) dari benda dan situs arkeologi daripada pengkajian bentuk (formal) dan dimensi waktu (temporal). Dalam perkembangannya kemudian arkeologi keruangan lebih spesifiknya membahas studi permukiman. Mundardjito yang mengutip Clarke juga menekankan bahwa salah satu hal yang dapat diteliti adalah pola persebaran dalam suatu pemukiman, yang kemudian oleh Renfrew & Bahn (2000: 178) dikatakan bahwa dengan menggunakan pola persebaran para arkeolog dapat mengidentifikasi sistem politik dan sistem sosial yang berlaku dalam suatu lanskap pemukiman (Mundardjito, 2002: 3). Pola pemukiman juga merupakan sumber informasi mengenai berbagai aspek dari perilaku manusia. Steward (1955) mengatakan bahwa pola pemukiman arkeologis sangat memungkinkan merupakan hasil hubungan sekelompok manusia dengan kondisi lingkungannya. Steward menekankan bahwa faktor ekologis juga memiliki peran penting dalam membentuk pola pemukiman. Meskipun demikian, penggunaan pendekatan ekologis untuk menjawab permasalahan pemukiman dalam arkeologi tidak selalu dilakukan. Banyak peneliti yang juga merasa perlu untuk menjawab permasalahan pemukiman dalam arkeologi dari segi sosial dan politik. Pendekatan sosial tersebut digunakan untuk mengungkapkan beberapa isu seperti demografi, kondisi sosial dan politik, dan masalah keagamaan pada komunitas masa lampau (Trigger, 1978:182). 12

13 Peta letak komponen-komponen Kerajaan Kutai (sumber: Tim Peneliti, 2009) Secara georafis Situs Kutai Lama yang diukur dari Dermaga Kutai Lama terletak pada ,9 Lintang Selatan dan 117º18 43,8 Bujur Timur dengan ketinggian antara 7 17 meter dari permukaan laut. Situs Kutai Lama dikelilingi oleh Sungai Mahakam yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian dari masyarakat desa Kutai Lama. Kutai Lama merupakan salah satu daerah yang berada di Kecamatan Anggana. Anggana adalah salah satu kecamatan dari 13

14 total 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Situs Kutai Lama mempunyai luas m2 dan terletak pada bagian akhir daratan Kalimantan sebelah timur dari aliran Sungai Mahakam sebelum memasuki wilayah daratan delta Mahakam atau merupakan wilayah hulu dari delta Mahakam. Delta Mahakam merupakan sebutan untuk pulau-pulau kecil yang berada di Sungai Mahakam (Tim peneliti, 2009:2) Temuan-temuan artefaktual yang didapatkan seluruhnya merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang diperoleh dari kegiatan survei, dan ekskavasi. Survei dilakukan di sekitar situs yang meliputi Gunung Jahitan Layar, Gunung Putar, Sungai Jawi, Sungai Keramat, Pulau Kambing, Pulau Miangin, dan Sungai Kutai. Survei dan ekskavasi yang dilakukan meliputi tiga situs yaitu Situs Dusun Soppeng Barat, Situs Dusun Jaitan Layar, dan Situs Komplek Makam. Ketiga situs itu memiliki ciri geografis yang berbedabeda. Situs Dusun Soppeng Barat merupakan daerah yang sebagian besar digenangi rawa-rawa, kemudian Situs Jaitan Layar yang menempati daerah daratan, dan Situs Komplek Makam yang berkontur perbukitan. Selain dari segi geografis ketiga situs yaitu situs itu memiliki perbedaan dari karakteristik temuannya. Dari hasil penelitian diperoleh temuan berupa, keramik, tembikar, mata uang, fragmen tulang, kayu nibung, damar, meranti, dan logam. Kerajaan Kutai Kertanegara yang kemudian berkembang menjadi kota pusat kerajaan maritim telah terlibat secara aktif dalam perdagangan lintas regional. Sebagai sebuah kota pusat kerajaan, Kerajaan Kutai Kertanegara dikatakan telah menata kotanya menjadi suatu tempat yang cukup memadai untuk ditempati. Situs pertama yaitu, Situs Soppeng Barat yang berada dekat dengan aliran sungai dan memiliki temuan yang paling banyak dibandingkan ketiga situs lainnya. Fragmen tembikar begitu mendominasi di situs tersebut. Untuk temuan tembikar yang didapatkan, terlihat bahwa selain digunakan untuk kegiatan sehari-hari, ada pula yang diperjualbelikan. Terdapat tembikar berbahan halus dan kasar dan memiliki hiasan-hiasan yang beragam. Terdapat tembikar dengan slip putih sebanyak 350 fragmen, slip merah sebanyak 650 fragmen dan slip hitam sebanyak 150 fragmen. Selain itu juga terdapat motif yang bermacam-macam seperti motif segi enam, motif garis, dan motif lingkaran. 14

15 Temuan kerang pada situs itu tidak sebanyak dua situs lainnya, namun kerang yang ditemukan masih merupakan kerang yang dapat dikonsumsi. Pada situs tersebut tidak ditemukan kayu nibung pada kotak ekskavasi, tetapi didapatkan ketika Tim dari Pusat Arkeologi Nasional melakukan survey. Kayu Nibung tersebut berada di pekarangan warga yang sekarang menjadi sebuah kolam. Untuk situs kedua yaitu Situs Jahitan Layar yang merupakan daerah basah karena dikelilingi oleh rawa-rawa, sehingga dari temuan yang didapatkan memang terlihat bahwa banyak kayu seperti, bangkiray, dammar, dan nibung yang digunakan untuk pilar rumah. Fragmen tembikar juga masih mendominasi situs tersebut. Namun variasi temuannya tidak sebanyak apa yag didapatkan pada Situs Soppeng Barat. Corak slip putih, merah, dan hitam yang ditemukan hanya setengah dari apa yang ditemukan pada Situs Soppeng Barat. Untuk temuan kerang yang ditemukan pada situs Jahitan Layar lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan Situs Soppeng Barat. Kerang jenis Gastropoda dan Palecypoda yang layak untuk dimakan termasuk jenis yang paling banyak. Total sebanyak 310 kerang yang ditemukan pada Situs Jahitan Layar. Pada situs terakhir yaitu Situs Komplek Makam, temuan artefaktual ditemukan pada lapisan yang lebih muda. Temuan artefaktual yang ada pada situs tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan situs-situs lainnya. Namun temuan kayu nibung di dalam kotak ekskavasi sangat mungkin merupakan bekas dari pilar sebuah bangunan. Letaknya yang sejajar kemudian diperkuat oleh kayu bilah yang berada di atasnya yang diduga kuat sebagai lantai dari sebuah rumah panggung. Menjawab rentang waktu yang dapat disusun pada Situs Kutai Lama adalah melalui hasil laboraturium yang dilakukan oleh Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan melihat temuan keramik yang ada. Sampel arang yang diambil di Situs Soppeng Barat memperoleh hasil 620±120 B.P. (1950). Hal ini berarti bahwa pertanggalan absolut berada pada kisaran Masehi atau sekitar abad ke Masehi. Selanjutnya hasil carbon dating terhadap sisa tiang nibung pada Situs Jahitan Layar memperoleh angka 490 ± 120 B.P. (1950). Hal ini berarti bahwa pertanggalan absolut berada pada kisaran Masehi atau abad ke Masehi. Bila melihat temuan lain pada Situs 15

16 Jahitan Layar, penanggalan ini sesuai karena banyak dari temuan pada situs ini ditemukan pada lapisan budaya yang lebih muda. Kronologi yang dapat disusun pada Situs Kompleks Makam adalah melalui temuan keramiknya. Sama dengan ketiga situs lainnya yang mempunyai temuan keramik dan keramik dari Dinasti Qing yang tersebar paling banyak. Dinasti Qing yang berangka tahun dapat ditarik kesimpulan bahwa Situs Komplek Makam muncul sekitar abad 17 akhir menuju 18 Masehi. Hal itu diperkuat dengan temuan artefaktual dari hasil ekskavasi yang dilakukan tim Pusat Arkeologi Nasional yang berada pada lapisan budaya 20 cm - 30 cm. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan, dapat dilihat bahwa besar kemungkinan karakter Situs Soppeng Barat sebagai pusat dari kegiatan Kerajaan Kutai Kartanegara. Temuan yang beragam tersebut digunakan sebagai keperluan sehari-hari seperti tungku tempayan dan kendi. Selain digunakan untuk keperluan sehari-hari ada pula temuan yang diperjualbelikan, hal itu diperkuat oleh temuan mata uang yang lumayan banyak dibandingkan dengan kedua situs lainnya. Sementara itu, karakter Situs Jahitan Layar menunjukkan hanya digunakan untuk tempat bermukim. Temuan artefaktual yang tidak bervariasi, kemudian letaknya yang kurang strategis menjadikan situs tersebut sangat mungkin tidak dijadikan tempat untuk melakukan perdagangan. Sebanyak 44 fragmen tulang hewan yang ditemukan kemungkinan merupakan hewan yang masyarakat pada msa itu konsumsi dan memeliharanya. Temuan fragmen tembikar dan keramik di Situs Komplek Makam tidak memperlihatkan variasi yang beragam. Akan tetapi, kerang-kerang dengan jenis yang dapat dikonsumsi memperlihatkan bahwa Situs tersebut merupakan situs yang pernah dijadikan tempat untuk bermukim, namun dengan umur yang lebih muda dibandingkan dengan Situs Jahitan Layar. Dengan adanya pertanggalan karbon dan keramik tersebut dapat diurutkan bahwa situs pada abad ke Masehi adalah Situs Soppeng Barat, abad ke Masehi berlanjut ke Situs Jahitan Layar, dan Situs Kompleks Makam ada pada masa abad ke Setidak-tidaknya data pertanggalan tersebut sangat membantu para peneliti untuk meletakkan setiap situs tersebut dalam kurun waktunya. 16

17 Daftar Pustaka Adham, M Salsilah Kutai. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. Agustijanto Pemukiman Kuno dan Masyarakat Kutai Kartanegara Dalam Kumpulan Makalah Pertemuan Arkeologi XI di Solo juni Jakarta Laporan Penelitian Ekskavasi Situs Kutai Lama Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Bappeda Kutai Kartanegara Monografi Kutai Kartanegara. Tenggarong: Bappeda Kutai Kartanegara Branch, Melville C Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar & Penjelasan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Clarke, G Archaeology and Society. California: Methuen & Company Dark, K.R, Theoritical Archaeology. New York: Cornell University Press Deetz, Invitation to Archaeology. New York: Natural History press. Depdikbud, Geografi Budaya Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Proyek Inventerisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta Depdikbud, Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai. Kalimantan Timur. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kalimantan Timur Fagan, M. Brian dkk In The Beginning (Eleventh Edition). Pearson Prentice Hall. Grant, Jim The Archaeology coursebook. London: 11 New Fetter Lane Marwati, Djoened, dkk Sejarah Nasional indonesia II, Jakarta: PN Balai Pustaka Mess, C.A De Kroenik Van Koetai. Leiden: Santspoort Mundarjito, Metode Penelitian Permukiman Arkeologis dalam Monumen: Karya persembahan untuk Prof. Dr. Soekmono. Depok: Fakultas Sastra Indonesia, Pendekatan Studi Permukiman Sebagai Strategi Kegiatan Arkeologi Terpadu dalam Paper Kuliah Arkeologi Permukiman. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Naniek H.,dkk, 1999.Metode Penelitian Arkeologi,Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi. Trigger, B Time and Traditions. Edinburgh: Edinburgh Univesity press A History of Archaeological Thought. New York; Cambridge University press. Tim Peneliti, Penelitian Arkeologi di Situs Kutai Lama, Anggana, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Lapen tidak diterbitkan. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Zaidan, Abdul, Salasilah Kutai dari Kalimantan Timur. Jakarta: Pusat Bahasa Zein, Abdul Baqir, Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia. Jakarta. Gema Insani Press. 17

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1. SEJARAH PENEMUAN SITUS Situs pabrik pengolahan karet diketahui ketika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

PRASEJARAH INDONESIA

PRASEJARAH INDONESIA Tradisi Penguburan Jaman Prasejarah Di Liang Bua dan Gua Harimau E. Wahyu Saptomo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta PRASEJARAH INDONESIA Prasejarah Indonesia dapat dibagi dua yaitu: - Prasejarah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI

BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI BENTUK DAN FUNGSI GERABAH KAWASAN DANAU SENTANI Hari Suroto (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Based on the research done, earthenware is found in Sentani Lake. The earthenware which is found in pieces,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT MATERI PELAJARAN: IPS SD KELAS 4 SEMESTER I BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT A. Peninggalan Sejarah Sejarah adalah cerita tentang kehidupan yang benar-benar terjadi di masa lalu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR

BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Belitung island surrounded by two straits, the

Lebih terperinci

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT SAMUDERA PASAI MENGHADAPI LUAPAN SUNGAI PASAI

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT SAMUDERA PASAI MENGHADAPI LUAPAN SUNGAI PASAI STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT SAMUDERA PASAI MENGHADAPI LUAPAN SUNGAI PASAI Repelita Wahyu Oetomo Balai Arkeologi Medan Abstract The Pasai peoples depend on Pasai River very much. Much activities around

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman

Lebih terperinci

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum BERKALA ARKEOLOGI terdiri dari dua kata yaitu dan. adalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. dalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Bulungan Kalimantan Utara

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Bulungan Kalimantan Utara Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Bulungan Kalimantan Utara Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.2. Tipologi kota-kota perairan di Pulau Kalimantan Sumber: Prayitno (dalam Yudha, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota di Pulau Kalimantan memiliki kaitan yang erat terhadap sungai. Hal ini dikarenakan kota-kota tersebut merupakan kota yang mengalami perkembangan dari jejalur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari. KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Tugas Akhir PERIODE 108 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH Klementin Fairyo (Balai Arkeologi Jayapura) Abstrack Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment provides everything and

Lebih terperinci

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO : KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN : PENDIDIKAN DASAR SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR (/MI) MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) ALOKASI WAKTU : 120 MENIT JUMLAH SOAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN PENDAHULUAN Latar Belakang Persoalan Perancangan Latar Belakang Persoalan Perancangan Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke yang memiliki berbagai keanekaragaman di dalamnya, mulai dari suku, budaya, bahasa,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia BAB V PENUTUP Manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini makanan, telah mengembangkan teknologi pembuatan alat batu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH

PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Trade in the Indonesian archipelago

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamnya yang melimpah ruah, maka pulau-pulau timur seperti Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN. alamnya yang melimpah ruah, maka pulau-pulau timur seperti Kalimantan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berita-berita India yang dikutip awal abad masehi menyebut-nyebut daerah-daerah di Nusantara dengan lafal India.Melalui studi toponomi dapat diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion Bioregion merupakan area geografis yang mempunyai karakteristik tanah, daerah aliran sungai (DAS), iklim, tanaman lokal serta hewan, yang unik dan memiliki nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang penting adalah bangunan-bangunan candi yang merupakan tinggalan dari

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b Tema 7 Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir & Daerah Aliran Sungai ke-1 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 9 April 2015 Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai Muhammad Rijal

Lebih terperinci

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim dengan potensi kekayaan

Lebih terperinci

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S.

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S. KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA Oleh Agustijanto I.S.S. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ARKEOLOGI NASIONAL DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 2006 I. Sekilas Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa lampau adalah merekonstruksi kehidupan masa lalu. Rekonstruksi kehidupan masa lalu yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat menunjukkan identitas bangsa. Pencarian akar budaya di masa lampau dan upaya perlindungan atasnya merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus KTSP & K-13 Kelas X geografi PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian geografi dan lingkungan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan

Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan Beberapa tahun terakhir ini pengkajian mengenai Bontang sangat menarik sebab selama ini kita belum mendapat kepastian historis mengenai kapan daerah ini bernama Bontang,

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci