BAB II URAIAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II URAIAN TEORITIS"

Transkripsi

1 18 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009) yakni sebagai berikut: 1. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, dalam Bab I (Ketentuan Umum), pasal 1 dari Undangundang (UU) tersebut, dinyatakan bahwa Usaha Mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI sebagai mana diatur dalam UU tersebut. Usaha Kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UM atau Usaha Besar (UB) yang memenuhi kriteria UK sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Usaha menengah (UM) merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UMI, UK atau

2 19 UB yang memenuhi kriteria UM sebagaimana yang dimaksud UU tersebut. Di dalam UU tersebut kriteria yang digunakan untuk mendefenisikan UMKM seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai asset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Kriterianya yakni : a. UMI adalah unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan paling besar Rp 300 juta. b. UK dengan nilai asset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta, hingga maksimum 2,5 milyar. c. UM adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp 50 milyar. 2. Menurut Keppres RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. 3. Menurut Bank Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa : a. Modalnya kurang dari 20 juta

3 20 b. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta c. Suatu perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal Rp 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati d. Omset tahunan lebih besar dari 1 milyar. 4. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70 juta ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia. 5. Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah sebagai berikut : a. Usaha mikro : 1-4 orang tenaga kerja b. Usaha kecil : 5-19 orang tenaga kerja c. Usaha menengah : orang tenaga kerja d. Usaha besar : di atas 99 orang tenaga kerja Jenis UMKM Menurut Tambunan (2009: 51) sektor UMKM meliputi berbagai sektor bisnis, seperti (a) Pertanian, (b) Pertambangan dan penggalian, (c) Industri manufaktur, (d) Listrik, gas dan air bersih, (e) Bangunan, (f) Perdagangan, hotel dan restoran, (g) Transportasi dan Telekomunikasi, (h) Keuangan, penyewaan dan jasa, (i) serta jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa

4 21 bagian yakni makanan, minuman, dan tembakau, tekstil, pakaian jadi kulit dan alas kaki, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia (termasuk pupuk). Adapula produk-produk dari karet, semen dan produkproduk mineral non logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan lainnya Kelebihan dan Kekurangan UMKM Menurut Hubeis (2009: 2), kelebihan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal sederhana ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/ padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu UMKM aman bagi perbankan dalam memberikan kredit karena bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. UMKM juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan adaptabilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan muculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana, dan ketidakmampuan mengusai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialami dalam usaha UMKM. UMKM juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta

5 22 perlakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas Permasalahan UMKM Menurut Hubeis (2009: 4-6) permasalahan umum yang biasanya terjadi pada UMKM yaitu : a. Kesulitan Pemasaran Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMKM. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN, menyimpulkan UMKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti peningkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi UMKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri. b. Keterbatasan Finansial Terdapat dua masalah utama dalam kegiatan UMKM di Indonesia, yakni dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi

6 23 pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam untuk kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan bantuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UMKM. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UMKM juga sulit memperoleh kredit. c. Keterbatasan SDM Salah satu kendala serius bagi banyak UMKM di Indonesia adalah keterbatasan SDM terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.

7 24 d. Masalah Bahan Baku Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak UMKM di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan harga yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usaha dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatasan bahan baku. e. Keterbatasan Teknologi UMKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal, dan kualitas produk relatif rendah. f. Kemampuan Manajemen Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya, membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan UMKM, baik unsur perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. g. Kemitraan Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun

8 25 tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara (sebagai mitra kerja). 2.2 Wirausahawan Pengertian Wirausahawan Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 3), wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis yang baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh suatu keuntungan dan pertumbuhan dengan cara melihat peluang dan menggabungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendirikannya. Menurut Sutanto (2002: 11) kewirusahaan dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya ataupun memiliki kemampuan dalam menggabungkan unsur kreativitas, tantangan dan kerja keras serta kepuasan untuk memperoleh prestasi yang maksimal sehingga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap jasa, barang maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menurut Dewanti (2008: 1) wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sedangkan menurut Kasmir (2006: 16) wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong minat seseorang dalam mendirikan dan mengelola kegiatan usaha dengan profesional.

9 Karakteristik Wirausahawan Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 4-6) adapun karakteristik dari wirausahawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Adanya kecenderungan bertanggung jawab secara pribadi atas hasil yang ditetapkan sendiri. 2. Wirausahawan memiliki sikap optimis sehingga memiliki keyakinan untuk berhasil. 3. Wirausahawan melihat bisnis dari tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka melihat peluang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang, dan pengalamannya. 4. Wirausahawan akan mencari pengukuhan dan melihat sebaik apa mereka bekerja. 5. Wirausahawan memiliki kecenderungan energi yang tinggi dibanding masyarakat kebanyakan. 6. Mempunyai orientasi ke depan dalam mencari peluang. 7. Memiliki keterampilan mengorganisasi untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan. 8. Mempunyai penilaian bahwa prestasi lebih tinggi dibandingkan uang. Dalam hal ini mereka menjalankan suatu usaha sendiri sesuai dengan yang diinginkan.

10 27 Suatu usaha dapat dijalankan secara perseorangan ataupun bersama-sama. Menurut Kasmir (2006: 19) untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan : a. Menjadi pemilik modal dan menjadi pengelolanya b. Menyetor modal dan dikelola oleh pihak mitra c. Menyerahkan tenaga yang dikonversikan dalam bentuk saham untuk bukti kepemilikan usaha Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan Dalam mejalankan suatu usaha pasti terdapat potensi keunggulan dan kekurangan. Dari segi keunggulan, terdapat hal-hal yang menarik yang menjadi keunggulan bagi wirausahawan. Berwirausaha memiliki banyak keuntungan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 8-9) kelebihan dari wirausahawan adalah sebagai berikut: a. Memiliki peluang untuk mengendalikan nasib sendiri b. Mempunyai kesempatan melakukan perubahan c. Potensi yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya d. Peluang dalam meraih keuntungan tanpa batas e. Peluang dalam melakukan hal yang diminati f. Peluang untuk berperan pada masyarakat dan mendapatkan pengakuan.

11 28 Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 9-10) kekurangan dalam menjadi wirausahawan adalah: a. Memiliki resiko kehilangan dari seluruh investasi b. Mempunyai pendapatan yang tidak sama c. Cenderung bekerja lebih lama dan memerlukan kerja keras d. Memiliki mutu hidup yang rendah sampai bisnis menjadi mapan e. Harus bertanggung jawab penuh f. Ketegangan mental yang tinggi. 2.3 Rumah Makan Pengertian Rumah Makan Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Rumah Makan, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersil. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan rumah makan maka yang dimaksud rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya (pariwisatadanteknologi.blogspot.com).

12 Jenis-jenis Rumah Makan Menurut Raharjo (2008: 17-19) secara umum terdapat tiga jenis usaha pada makanan dan minuman. Masing-masing jenis usaha ini mempunyai kategori dan karakteristik yang berbeda, baik segi investasi maupun cara pengelolaannya. Ketiga jenis usaha tersebut adalah : 1. Usaha skala kecil Usaha jenis ini bersifat kecil dan biasanya pada kalangan yang berpendapatan kecil pula. Ciri-ciri dari usaha ini yaitu jenis menu yang sangat terbatas dan harga yang murah, yakni sekitar Rp. 3000,00- Rp15.000,00 per orangnya. Konsepnya sederhana yakni hanya makan, kenyang dan pulang. Usaha jenis ini tidak terlalu mementingkan pelayanan dan kebersihan. 2. Usaha skala menengah Jenis usaha ini diperuntukkan bagi kalangan pada tingkat ekonomi menengah. Dari segi harganya, memiliki tingkat harga yang lebih mahal dibandingkan usaha kecil dengan kisaran antara Rp ,00- Rp ,00 per orang. Ciri-ciri usaha skala menengah adalah dapat dilihat dari menu yang lebih variatif, memiliki karyawan untuk melayani, jenis pelayanannya sangat sederhana, kebersihannya lebih diperhatikan, dan biasanya memiliki lahan parkir yang luas. Jenis usaha ini dapat ditemukan di rumah makan padang, restoran franchise, kafe, resto, atau restoran yang ada di dalam kafe atau di dalam mal.

13 30 3. Usaha skala besar Usaha skala besar biasanya ditujukan untuk kalangan dengan ekonomi dan sosial yang tinggi. Jenis restoran ini dapat berdiri sendiri pada daerah tertentu atau berada di hotel bintang lima. Biasanya restoran ini menggunakan konsep khusus pada pelayanan dan menu yang ditawarkan, misalnya restoran Italia, Restoran Jepang, pub dan resto, Restoran Perancis atau Restoran Indonesia Menghindari Kegagalan Berbisnis Rumah Makan Dalam mengelola usaha makanan dan minuman dibutuhkan pemahaman tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam berbisnis rumah makan. Hal itu dapat diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor internal contohnya adalah pengontrolan biaya, inovasi, pelatihan, tingkat kebersihan, adanya asumsi yang salah dan sebagainya. Contoh faktor eksternal adalah perizinan, tingkat persaingan, kurangnya promosi, penurunan tingkat kepuasan pelanggan, dan sebagainya. Menurut Raharjo (2008: ) hal-hal dalam bisnis rumah makan yang perlu dihindari sebagai penyebab kegagalan adalah : a. Menghindari asumsi yang keliru mengenai usaha rumah makan Asumsi yang dimaksud seperti anggapan rumah makan tidak memiliki resiko, dengan keahlian dapat memperoleh sukses dengan cepat, bisnis

14 31 makanan dan minuman memiliki pasar yang cakupannya luas, dan modal merupakan jaminan untuk sukses dan sebagainya. b. Menghindari kesalahan dalam memilih lokasi Lokasi merupakan strategi utama dalam meraup pasar. Salah satu faktor sukses berbisnis rumah makan terletak pada penentuan lokasi. Terkadang pemilihan lokasi yang tepat membawa dampak yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan rasa serta kualitas dari makanan yang ditawarkan. Tapi, apabila hal tersebut dapat dipenuhi dan memiliki lokasi yang strategis dengan harga terjangkau, ditambah dengan suasana dan pelayanan yang memuaskan, maka dapat dipastikan rumah makan tersebut akan dibanjiri oleh para pengunjung. Kriteria dari lokasi yang strategis adalah (a) Mudah terjangkau, (b) Terlihat dari berbagai sisi, (c) Memiliki lokasi dengan tingkat keamanan tinggi, (d) Memiliki lalu lintas yang tinggi dan padat. Rumah makan yang letaknya berjauhan dari kriteria strategis biasanya akan sepi dari pengunjung karena pemilihan lokasi yang salah. c. Menghindari kesalahan dalam mengelola arus keuangan Keuangan merupakan faktor penting dalam berbisnis karena tujuan dasar dari berusaha adalah untuk memperoleh pengembalian modal tepat pada waktunya serta memperoleh keuntungan. Kekeliruan dalam pengaturan keuangan akan berdampak pada pendapatan dan masalah keuangan yang serius. Hal ini membuat rumah makan yang

15 32 mendapatkan penjualan yang tinggi dari kegiatan operasional bulanan dapat berakibat minus dalam laporan keuangannya. Contohnya akibat tingginya biaya produksi makanan dan minuman untuk produk yang dihasilkan, pembayaran pada pemasok yang tidak terjadwal, tingginya biaya listrik, gaji dan air, pembelian barang-barang yang tidak perlu, dan lain sebagainya. Suatu rumah makan harus dapat (a) mampu menghasilkan pendapatan yang memadai, (b) dapat mengontrol biaya makanan dan gaji karyawan dengan bijak dan cermat, (c) membeli peralatan sesuai kebutuhan, (d) Melakukan penagihan hutang tepat waktu, (e) membayar kewajiban tepat waktu, (f) tidak mencampuradukkan uang perusahaan dengan uang pribadi. d. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola produk Faktor penting agar produk dapat bersaing sukses dalam jangka waktu yang relatif lama adalah melakukan inovasi dan mengontrol kualitas produk ataupun pengembangan produk setiap saat sesuai dengan perkembangan pasar. Contohnya adalah toilet yang bersih, parkiran yang tertata rapi, dan suasana yang nyaman. Inovasi dan kreativitas sangat penting untuk menarik pelanggan, sehingga inovasi produk tetap dibutuhkan sampai kapan pun. e. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola sumber daya manusia Karyawan merupakan salah satu penggerak dari motor perusahaan. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi akan mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk

16 33 berkomunikasi, dan kebutuhan untuk berkembang. Perusahaan dan karyawan perlu memiliki pemahaman yang sama dengan mengelola suatu usaha dengan saling pengertian, komunikasi yang baik, dan mengerti akan tanggung jawab serta haknya masing-masing. Hal tersebut akan menjadi dasar bagi kesuksesan karyawan dan usaha tersebut. f. Menghindari kesalahan dalam Mengelola Pelanggan Di dalam bisnis rumah makan pelanggan adalah segalanya. Hal ini karena merekalah yang membayar seluruh operasional rumah makan. Oleh karena itu banyak usaha yang gulung tikar akibat tidak memperhatikan pelanggannya. Contohnya adalah memberikan pelayanan yang baik pada pelanggan, tahu akan kebutuhan pelanggan, dan merespon pelanggan yang kecewa. Setiap orang yang bekerja di suatu usaha rumah makan harus mempunyai persepsi yang sama dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Hal itu dilakukan supaya pelanggan merasa puas dan tidak meninggalkan rumah makan tersebut. g. Menghindari kesalahan dalam Berpromosi Kegagalan suatu bisnis rumah makan salah satu penyebabnya karena kurangnya promosi ataupun berpromosi dengan cara yang salah. Seseorang tidak akan datang ke rumah makan apabila masyarakat tidak memiliki informasi tentang rumah makan tersebut. Adapula

17 34 kesalahan akibat cara yang salah yakni contohnya hanya berpromosi pada awal pembukaan serta keyakinan berlebihan yang akhirnya justru menjerumuskan. Akibatnya setelah promosi berhenti akan dilupakan banyak orang. Dalam berpromosi dibutuhkan jadwal yang tepat sepanjang tahun. Diperlukan kesadaran bahwa produk dan inovasi perlu diketahui oleh banyak orang sehingga promosi perlu dilakukan. Dengan demikian, setiap orang yang melihat promosi tersebut terdorong untuk datang dan mencoba produk tersebut. 2.4 Pendapatan Pengertian Pendapatan Menurut Rahardja dan Manurung (2006: 292) pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber penerimaan pada rumah tangga, yakni : 1. Pendapatan dari gaji dan upah Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari produktivitasnya. Faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni (a) Keahlian, (b) Mutu modal manusia, dan (c) Kondisi kerja. 2. Pendapatan dari aset produktif

18 35 Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial dan aset bukan finansial. 3. Pendapatan dari Pemerintah Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya. Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sadono Sukirno (2002 : 391) pendapatan pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor- faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah, dan bunga, secara berurutan. Dalam analisis Ekonomi Makro menurut Mankiw (2007 : 17) pendapatan nasional (national income) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB dipakai berhubungan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, namun tidak

19 36 termasuk pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya) Sumber-sumber Pendapatan Menurut Boediono (2002: ) income seseorang ditentukan oleh (a) Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan warisan (pemberian), dan (b) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing masing produksi ditentukan oleh faktor faktor yang berbeda yakni : a. Gambar 2.1 Grafik Permintaan dan Penawaran Tanah

20 37 Tanah dan kakayaan yang ada didalamnya mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Permintaan (demand) akan tanah biasanya naik dari waktu ke waktu karena naiknya harga barang-barang pertanian, naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), serta bertambahnya penduduk (untuk tempat tinggal). Dengan demikian harga tanah akan naik dengan cepat dari waktu ke waktu. b. Harga Barang Modal S1 S2 S3 P2 P1 P3 D1 D2 D3 Modal Gambar 2.2 Grafik Permintaan dan Penawaran Modal Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk

21 38 digunakan di pabrik-pabrik baru, seperti membeli mesin mesin (yaitu investasi). Karena adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah, sedangkan pada permintaan akan barang-barang modal tergantung pada gerak permintaan akan barang-barang jadi. Contohnya, bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin-mesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintaan akan barang-barang jadi, pada gilirannya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau GNP perkapita). c. Harga Tenaga Kerja (upah) S1 S2 S3 D1 D2 D3 Tenaga Kerja Gambar 2.3 Grafik Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

22 39 Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang cenderung terus menerus naik (pertumbuhan penduduk) sehingga ada kecenderungan bagi upah yang semakin menurun. d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling sukar untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran dan permintaannya sangat beraneka ragam (misalnya: faktorfaktor motivasi). Pada umumnya penawaran orang-orang yang berjiwa entrepreneur masih sangat kecil pada negara-negara yang berkembang. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses cukup besar di negara berkembang Ketimpangan Pendapatan Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 82) distribusi pendapatan adalah salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena merupakan ukuran kemiskinan relatif. Data pendapatan yang sulit diperoleh membuat pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Dalam hal ini analisis distribusi pendapatan dilakukan dengan menggunakan data total pengeluaran rumah tangga. Dalam merefleksikan ketimpangan pendapatan dapat digunakan ukuran Gini Ratio dan ukuran Bank Dunia sebagai berikut: a. Koefisien Gini (Gini Ratio) Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 82-85) koefisien gini merupakan salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Ukuran ketimpangan

23 40 pendapatan ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama Corrado Gini yang hasil hitungannya disebut Gini Concentration Ratio (GCR). Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif dengan membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu dengan distribusi variabel lainnya yang mewakili persentase kumulatif penduduk (dari termiskin hingga terkaya). Jika A= 0 koefisien gini bernilai 0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan jika B= 0 koefisien gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna. Namun pengukuran dengan menggunakan Koefisien Gini tidak sepenuhnya memuaskan. Terdapat beberapa kriteria bagi sebuah ketimpangan yang baik yakni sebagai berikut : 1. Tidak tergantung pada nilai rata-rata 2. Tidak tergantung pada jumlah penduduk 3. Dapat di dekomposisi 4. Dapat diuji secara statistik b. Ukuran Bank Dunia Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 85-86) pada ukuran Bank Dunia dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yakni : 1. 4% dengan penduduk berpendapatan rendah 2. 40% penduduk dengan pendapatan menengah 3. 20% penduduk berpendapatan tinggi. Untuk mengukur ketimpangan pendapatan dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang

24 41 berpendapatan 40% terendah dengan total pendapatan dari seluruh penduduk. Kategori ketimpangan pendapatan memiliki kriteria sebagai berikut : Tabel 2.1 Ketimpangan Distribusi Pendapatan Nasional Persentase Pendapatan Nasional yang Ketimpangan distribusi pendapatan diterima oleh 40% penduduk termiskin Nasional 17% atau lebih Ketimpangan Pendapatan Rendah 12% - 17 % Ketimpangan pendapatan sedang 12% atau kurang Ketimpangan pendapatan tinggi Sumber: Sudantoko dan Hamdani, Modal Pengertian Modal Dalam menjalankan proses pembangunan dan usaha, diperlukan faktor-faktor pendukung agar dapat berjalan dengan efektif. Salah satunya adalah akumulasi modal yang memadai. Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 90) dalam terminologi pembangunan modal memiliki arti semua bentuk kekayaan baik yang berwujud fisik maupun non fisik yang mampu dijadikan sarana untuk menjalankan proses produksi ataupun perekonomian sesudahnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, serta makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang menonjol. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena masalah modal mencakup

25 42 berbagai macam aspek. Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi belum memiliki kesamaan opini tentang pengertian modal. Modal dapat terbentuk dari proses pembangunan itu atau terbentuk dari adanya permintaan akan investasi. Modal dapat berupa benda, ilmu pengetahuan, keahlian yang tinggi, proses pendidikan dan situasi yang kondusif Jenis- jenis Modal Menurut Kasmir (2006: 85) terdapat dua jenis modal dalam melakukan kegiatan usaha, berdasarkan perbedaan dalam penggunaannya dan jangka waktunya, yakni sebagai berikut: a. Modal Investasi Penggunaan utama modal investasi untuk membeli aktiva tetap, seperti mesin-mesin, tanah, bangunan atau gedung, kendaraan dan inventaris lainnya. Modal ini merupakan jenis modal jangka panjang dan dapat digunakan berulang-ulang. Umur dari modal ini biasanya berkisar satu tahun. Modal investasi biasanya diperoleh dari modal pinjaman berjangka waktu panjang yang pada umumnya diperoleh dari dunia perbankan. b. Modal Kerja Penggunaan modal kerja untuk perusahaan pada saat perusahaan beroperasi seperti biaya operasional membayar gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya. Modal ini merupakan jenis modal jangka pendek dan hanya digunakan beberapa kali yang biasanya tidak

26 43 lebih dari satu tahun. Biasanya dunia perbankan dapat membiayai modal investasi dan modal kerja baik secara bersama-sama maupun sendirisendiri Sumber-sumber Modal yakni : Menurut Kasmir (2006: 88-89) berdasarkan sumbernya modal terbagi dua a. Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Kelebihan dari modal ini adalah tidak memiliki beban biaya bunga dalam membiayai suatu usaha walaupun tetap harus membayar dividen. Pembayaran dividen tergantung keuntungan yang diperoleh dan hanya dibayar apabila telah memperoleh keuntungan. Modal ini diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham yang dapat dilakukan secara saham tertutup ataupun saham terbuka. Namun biasanya modal sendiri memiliki jumlah yang terbatas serta sulit untuk memperolehnya. b. Modal asing Modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan, misalnya modal yang berupa pinjaman dari bank. Keuntungan dari modal ini karena memiliki jumlah yang tidak terbatas. Modal pinjaman ini digunakan untuk membiayai suatu usaha. Modal ini menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi, serta biaya provisi dan komisi dan mewajibkan pengembalian

27 44 pinjaman dalam jangka waktu tertentu. Modal pinjaman akan menimbulkan motivasi pada pihak manajemen sehingga dalam melakukan kegiatan usahanya dilakukan secara sungguh-sungguh. Sumber modal asing dapat berasal dari pinjaman dunia perbankan, lembaga keuangan, dan dari perusahaan nonkeuangan Peranan Modal dalam Perekonomian Menurut Sadono Sukirno (2002: 382) dalam setiap kegiatan perekonomian untuk kegiatan produksi memerlukan barang modal. Modernisasi perekonomian tidak dapat berlaku apabila tidak terdapat barang modal yang memiliki kompleksitas tinggi dengan produktivitas tinggi. Di dalam perekonomian modern perusahaan-perusahaan harus terus berupaya dalam memperbaiki kegiatan produksinya agar dapat mempertahankan daya saing dan menjamin kelangsungan hidup usahanya. Investasi atau penanaman modal adalah pengeluaran sektor perusahaan untuk membeli/ memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern atau untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak digunakan lagi. Untuk melakukan penanaman modal, maka para pengusaha memerlukan dana. Adakalanya dana tersebut berasal dari keuntungan yang diperoleh yang tidak dibagikan dan ada pula yang berasal dari peminjaman dari pihak lain. 2.6 Tenaga Kerja Menurut Mulyadi (2003: 59) tenaga kerja (man power) adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun) atau seluruh penduduk dalam suatu negara yang

28 45 dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan bila mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang terlibat ataupun berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Menurut Mulyadi (2003: 62-68) keadaan dari tenaga kerja Indonesia dapat dilihat dari : a. Tingkat partisipasi angkatan kerja b. Upah tenaga kerja c. Produktivitas pekerja d. Tingkat pengangguran. Menurut Mulyadi (2003: 58-59) terdapat dua teori penting dari mengenai masalah ketenagakerjaan, yakni: a. Teori Lewis yang mengemukakan kelebihan pekerja adalah kesempatan yang bukan merupakan suatu masalah. Karena kelebihan pekerja akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output serta penyediaan pekerjaan di sektor lain. Terdapat dua struktur dari perekonomian negara

29 46 berkembang yakni sektor subsisten terbelakang dan dan sektor kapitalis modern. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pengecer koran. Kelebihan dari sektor subsisten terbelakang adalah penawaran tenaga kerja dan tingkat upah di pedesaan relatif lebih murah dibandingkan sektor kapitalis modern. Hal tersebut mendorong pengusaha yang ada di perkotaan memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern perkotaan. Ketika proses industrialisasi berlangsung, maka kelebihan penawaran tenaga kerja di sektor subsisten terbelakang akan terserap. Bersamaan dengan itu, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Perbedaan tingkat upah ini akan mengurangi ketimpangan pendapatan antara perkotaan dan pedesaan. b. Teori Fei-Ranis yang berkaitan dengan negara berkembang. Ciri-cirinya adalah sumber daya alamnya belum dapat diolah, kelebihan buruh, mayoritas penduduknya bertani, memiliki banyak pengangguran, serta tingkat pertumbuhan yang tinggi. Menurut teori ini ada tiga tahap pembangunan dalam kondisi kelebihan buruh, yang pertama di mana para penganggur semu dialihkan ke sektor industri dengan upah yang sama. Tahap kedua pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh karena dialihkan pada sektor industri. Tahap ketiga ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar dari pada perolehan upah institusional. Kelebihan

30 47 yang ada pada pekerja terserap pada sektor jasa dan industri yang meningkat sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usaha secara terus menerus. Menurut Mulyadi (2004: 71-72) struktur ketenagakerjaan dapat dilihat dari struktur lapangan kerja utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status dari para pekerja. Lapangan pekerjaan utama seseorang adalah bidang kegiatan utama dari pekerja. Lapangan pekerjaan dapat digolongkan atas (a) pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan, (b) pertambangan dan penggalian, (c) industri pengolahan, (d) listrik gas dan air, (e) bangunan, (f) perdagangan besar eceran dan rumah makan, (g) angkutan, pergudangan dan komunikasi, (h) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa perusahaan,dan (i) jasa kemasyarakatan. Adapun jenis pekerjaan seseorang merupakan macam pekerjaan yang dilakukan pekerja tersebut. Jenis pekerjaan dapat digolongkan atas (a) tenaga profesional, teknisi dan sejenisnya, (b) tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, (c) tenaga tata usaha dan tanaga yang sejenis, (d) tenaga usaha penjualan (e) tenaga usaha jasa, (f) tenaga usaha pertanian, perburuan dan perikanan, dan (g) tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja pasar. Status pekerjaan utama merupakan jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Status pekerjaan utama ini dibagi atas (a) Buruh/ karyawan adalah pekerja yang bekerja pada orang lain dan

31 48 menerima upah baik uang dan barang, (b) Berusaha sendiri, apabila pekerja tersebut bekerja atas resikonya sendiri dan tidak memperkerjakan orang lain dalam usahanya, (c) Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap, (d) Pekerja keluarga, yakni pekerja yang tidak mendapat upah uang maupun barang, (e) Berusaha dengan buruh tetap, bila pekerja tersebut bekerja atas resiko sendiri dan dalam melaksanakan usahanya memperkerjakan buruh tetap. Menurut Arfida (2003: 44) hal-hal yang mempengaruhi permintaan : a. Tingkat upah Apabila tingkat upah semakin tinggi, maka permintaan tenaga kerja akan semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya. b. Teknologi Kemampuan dalam menghasilkan produksi bergantung pula terhadap teknologi yang berkembang. Maka semakin efektif teknologi, akan memberikan arti semakin besar bagi tenaga kerja dalam mengaktualisasikan keterampilan dan kemampuannya. c. Produktivitas Produktivitas bergantung pada modal yang dipakai. Keleluasaan modal dapat menaikkan produktivitas tenaga kerja. d. Kualitas tenaga kerja

32 49 Latar belakang dari pendidikan, keadaan gizi dan pengalaman berusaha merupakan indeks dari kualitas tenaga kerja. e. Fasilitas modal Suatu produk yang dihasilkan dari sumbangan modal dan tenaga kerja tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini karena peranan input lain merupakan faktor penentu lainnya. 2.7 Pendidikan Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 33) pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia mengandung beberapa aspek yang bersifat kompleks. Karena hal tersebut maka tidak terdapat batasan yang jelas untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli berbeda-beda dengan kandungan yang berbeda pula. Perbedaan tersebut dapat dikarenakan falsafah yang diyakini, aspek yang menjadi tekanan dan lain sebagainya. Menurut pengertian BPS, pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Menurut Arfida (2003: 77) pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan untuk menambah keterampilan, pengetahuan, dan meningkatkan kemandirian maupun pembentukan kepribadian seseorang. Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 33-37) beberapa batasan pendidikan berdasarkan fungsinya yakni : a. Pendidikan sebagai Proses dari Transformasi budaya

33 50 Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewaris budaya dari satu generasi ke generasi lain. Nilai-nilai budaya memiliki proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yakni nilai yang pantas diteruskan, misalnya nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain, nilai yang tidak cocok diperbaiki, misalnya tata cara dari perkawinan, dan nilai yang tidak cocok diganti. Menurut pernyataan Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN) kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia. b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Hal ini diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah pada bentuk kepribadian peserta didik. Bagi masyarakat dewasa dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya tantangan hidup. Posisi manusia sebagai makhluk yang serba terhubung pembentukan kepribadiannya meliputi pengembangan penyesuaian diri terhadap lingkungan, terhadap diri sendiri dan pada Tuhan. c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara Diartikan sebagai kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik menjadi warga negara yang baik. Istilah baik memiliki arti relatif tergantung pada tujuan nasional dari suatu bangsa dikarenakan falsafah yang berbeda-beda.

34 51 d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Kegiatan membimbing peserta didik agar dapat memiliki bekal dasar dalam bekerja. Bekal dasar dapat berupa pengetahuan, pembentukan sikap dan keterampilan. e. Defenisi Pendidikan menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pada GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990: 105) memberikan batasan mengenai pendidikan nasional yakni : Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta UU Dasar 1945 yang diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan dan harkat juga martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Menurut Arfida (2003: 77) jenjang pendidikan di Indonesia yang dipakai oleh Biro Pusat Statistik adalah: 1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat sekolah dasar 3. Sekolah Dasar 4. Sekolah Menengah Pertama Umum 5. Sekolah Menengah Pertama Kejuruan 6. Sekolah Menengah Atas Umum

35 52 7. Sekolah Menengah Atas Kejuruan 8. Program Diploma (DI,DII,DIII) 9. Universitas. Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 37-38) tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam komponen pendidikan lainnya. Hal ini dikarenakan segenap komponen pendidikan diarahkan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian kegiatan yang dianggap menyimpang dengan tujuan tersebut dianggap tidak relevan, menyimpang, dan tidak fungsional sehingga dapat dianggap salah dan harus dicegah. Jadi, pendidikan dapat dikatakan memiliki unsur normatif yang mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, namun tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena nilai-nilainya bersifat abstrak. 2.8 Pengalaman Usaha Pengalaman usaha pada penelitian ini adalah lamanya suatu UMKM berjalan atau umur dari usaha dari semenjak usaha itu berdiri. Artinya apabila suatu usaha semakin lama berjalan mengakibatkan adanya perkembangan usaha

36 53 yang signifikan ke arah yang positif ataupun negatif. Perkembangan dari dunia usaha dapat tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan yang terjadi di dunia usaha/ pasar. Dari segi pengalaman,apabila suatu UMKM memiliki umur yang lebih lama dalam bidang usahanya tentunya usaha tersebut lebih dapat berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan usaha tersebut telah terlebih dahulu mengenal kondisi pasar yang ada serta mengerti selera dari konsumen. Industri yang memiliki umur yang dapat dibilang mapan, semestinya lebih dapat bersaing dengan UMKM lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009)

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang menarik untuk dicermati dan disikapi. Usaha mikro kecil dan menengah memiliki andil dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Sektor Informal Konsep sektor informal berawal dari prakarsa seorang ahli antropolog asal Inggris yaitu Keith Hart, melalui studinya setelah mengamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, hal ini diwujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia, sering dikaitkan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah Untuk mengatur agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia agar memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha dan untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang berlimpah. Sumber daya alam yang telah tersedia harus diolah oleh

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk mempercepat

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara negara di dunia bertujuan mensejahterakan penduduknya, begitu juga di Indonesia pemerintah telah berusaha maksimal agar dapat mensejahterakan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

PBAB II URAIAN TEORITIS

PBAB II URAIAN TEORITIS PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Usaha Mikro Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Industri Kecil Sampai saat ini industri kecil memiliki berbagai macam definisi. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan industri kecil pun beranekaragam, sehingga

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dahulu di Kampung Sukaresmi, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi, hampir setiap keluarga memproduksi tahu. Oleh karena itu, kampung tersebut terkenal sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Dengan adanya UKM tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan usha di semua sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian UKM Di Indonesia pengertian mengenai usaha kecil masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BAB II UKM DAN BIAYA

BAB II UKM DAN BIAYA BAB II UKM DAN BIAYA 2.1 Usaha Kecil Menengah (UKM) 2.1.1 Pengertian UKM Usaha Kecil Menengah atau disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu pada jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih

Lebih terperinci

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia merupakan mahluk sempurna, sehingga untuk mendapatkan sesuatu manusia harus berusaha. Semua mahluk hidup memiliki kebutuhan tak terkecuali manusia, bahkan

Lebih terperinci