BAB III HUBUNGAN ANTAR SUKU DAN ANALISIS. III.1. Hubungan Harmonis Suku Melayu-Jawa di Kwala Gunung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HUBUNGAN ANTAR SUKU DAN ANALISIS. III.1. Hubungan Harmonis Suku Melayu-Jawa di Kwala Gunung"

Transkripsi

1 BAB III HUBUNGAN ANTAR SUKU DAN ANALISIS III.1. Hubungan Harmonis Suku Melayu-Jawa di Kwala Gunung Etnisitas atau kesukuan merupakan istilah yang relatif baru. Konotasi arti yang terkandung dalam istilah tersebut lebih dipergunakan untuk menunjuk kandungan sifat-sifat atau kualitas kesukubangsaan, karenanya etnisitas dapat pula diartikan sebagai kesukubangsaan. Pada hakekatnya, berbagai konsepsi ethnic group atau suku bangsa yang selama ini ada, lebih berpangkal dari konsep budaya, karenanya keaneka ragaman suku bangsa juga tergantung dari sudut manakah kebudayan didefinisikan. Semakin beraneka ragam suku bangsa disuatu negara, maka semakin banyak terdapat variasi perbedaan kebudayaan, karena jika hanya mendasarkan konsepsi hukum bangsa semata tidak cukup dipakai untuk menganalisis etnisitas berbagai perbedaan yang ada, tidak selalu dapat dianggap etnisitas sepanjang diantara mereka terjadi efektivitas relasi yang mencerminkan suatu tinggi rendahnya level integrasi sosial. Dengan kata lain, bahwa fenomena utama dari masalah etnisitas yang dianggap sebagai masalah kesukubangsaan apabila interaksi mereka cukup rendah, karena itulah banyak ahli cenderung menilai bahwa etnisitas adalah lebih merupakan fenomena politik. Studi etnisitas penting bagi suatu negara yang plural, agar keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional 51

2 kearah terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan loyalitas dan solidaritas diantara kebudayaan yang berbeda. Untuk menuju bagian dari masyarakat yang lebih luas, misalnya sebagai satu nation state, pada dasarnya ada tiga masalah pokok yang dibahas dalam etnisitas. Pelaksanaan pemilihan kepala desa di Indonesia sering menimbulkan permasalahan di daerah-daerah di Indonesia seperti konflik yang terjadi pada saatsaat momentum pelaksanaan pemilihan kepala desa di desa yang memiliki etnis yang heterogen. Pemahaman etnisitas penting bagi suatu daerah atau desa, agar keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional kearah untuk terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan, loyalitas dan solidaritas diantara kebudayaan yang berbeda yang ada di desa-desa tersebut. Permasalahan yang timbul di daerah yang merusak dan mengancam stabilitas nasional seperti: - Pertama, budaya politik etnis dalam pemilihan kepala Daerah. - Kedua, mental pejabat birokrasi yang mengedepankan jiwa etnosentrisme pada etnis lain. - Ketiga, kurangnya pemahaman Pancasila dan konstitusi terhadap hakhak bernegara. - Keempat, budaya kompetisi tidak sehat. - Kelima, kesadaran dari etnis lain terhadap kebudayaan lokal. 52

3 - Keenam, etnis pendatang tidak mampu melakukan asimilasi dan akulturasi didaerah yang dia tempati. Ide multikulturalisme pada dasarnya adalah gagasan mengatur keberagaman dengan prinsip dasar pengakuan dengan keragaman itu sendiri (politics of recognition). Lebih jauh lagi, gagasan ini menyangkut pengaturan relasi antara kelompok mayoritas dan minoritas. Diskursus ide yang berkaitan dengan kesukuan sejauh ini berkaitan dengan penghargaan eksistensi masyarakat dan stabilisasi pengakuan terhadap kelompok minoritas baik dari sisi etnis maupun kepercayaan. Gelombang pasang diskusi multikulturalisme sebagai ide tak bisa dilepaskan dari keterbatasan teori demokrasi yang saat ini ada, menyangkut upaya menjawab pertanyaan seperti apa sebuah daerah demokratis mengelola isu keberagaman kelompok etniskultural. Dalam konteks ini gagasan heterogenisasi digunakan oleh banyak kalangan. Multikulturalisme sesungguhnya merupakan salah satu dari sebagian alternatif pemikiran dalam mengelola keberagaman. Alternatif lain yang tersedia adalah otonomi territorial dan non territorial power sharing atau yang lebih dikenal sebagai demokrasi konsensual. Inti gagasan yang terakhir ini adalah representasi politik berdasarkan keberadaan kelompok yang ada disebuah masyarakat. Gagasan yang dikenal sebagai power sharing ini lebih jauh lagi mendasarkan diri pada prinsip sebagai berikut: - Pertama, ide proporsionalitas. - Kedua, koalisi besar dikabinet. 53

4 - Ketiga, pemilikan hak veto. - Keempat, pemberian otonomi pada kelompok minoritas, misalnya pemberian hak pemerintahan sendiri 44. Pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa karakteristik hubungan antar etnis disebuah daerah masing masing memiliki upaya untuk mendapatkan pengakuan terhadap eksistensi kelompok minoritas lewat ide multikulturalisme menyangkut hak menggunakan bahasa ibu bagi masing-masing kelompok dan upaya institusionalisasi ide multikulturalisme ini tidak mudah. Disamping kebutuhan perangkat hukum dan infrakstruktur pengaturan teknis yang amat rumit, ide ini memiliki nilai politis yang sangat kuat yakni sebagai syarat bagi keharmonisasian suatu wilayah (daerah). Lebih jauh lagi adalah pertanyaan sejauh mana hak-hak kelompok minoritas ini dapat dieksekusi apabila dikaitkan dengan eksistensi nation state disisi lain. Apakah ide liberal ini akan mentoleransi kemungkinan praktek liberal oleh kelompok minoritas itu terhadap komunitasnya. Terlepas dari pandangan kritis diskursus ide ini dilevel akademik dan rumitnya pengejewantahan gagasan ini di level praktis, mulai tampaknya raut keterbatasan teoritisasi liberal tentang pengelolaan pluralitas dapat terus menjadi remantik bagi keberlangsungan diskusi ini ke depan. Pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung pada tanggal 26 Mei 2015 lalu merupakan bentuk yang nyata suatu wilayah menununjukan harmonisasinya. Setiap suku baik itu suku mayoritas Jawa (62%) serta suku yang lebih minoritas 44 Ibid., Syamsuddin Haris.,Hal

5 seperti suku Melayu (24%), suku Batak (65%) dan 8% suku lainnya menunjukan keberagaman yang sangat maksimal. Hal ini diperkuat oleh Bapak Abdul Latif yang mengatakan: Kesadaran tentang keberagaman terhadap konstitusi membuat masyarakat dan pemerintah desa di sini tidak diskriminasi atas etnis lain yang hidup dan berdomisili didaerah di Desa Kwala Gunung. Disamping itu etnis lain selain dari suku Jawa yang mayoritas diberikan pengetahuan tentang tradisi masyarakat lokal, dengan tujuan etnis lain yang minoritas dapat berinteraksi dengan etnis mayoritas di Kwala Gunung, siapa yang mampu mengharmonisasikannya dia yang akan jadi pemimpin disini dan Jum ah Haidiryah sangat mampu 45. Dengan strategi ini, konflik yang terjadi dimasyarakat dapat diminimalisir, karena masing-masing etnik punya peranan yang sama dalam mensukseskan pembangunan di Desa Kwala Gunung. Wujudnya adalah ketika pada perayaan hari-hari besar negara, seluruh etnis dipersatukan dalam kegiatan, baik kegiatan olahraga, kesenian maupun dalam kehidupan keagamaan atau perayaan budaya dari masing-masing etnis. Interaksi yang terlihat dan telah menjadi tradisi pada sebagian masyarakat yang ada di Kwala Gunung, adalah tradisi yang ada pada etnis Jawa, dalam penyelenggaraan yang tadinya hanya bersifat rasa syukur kepada sang pencipta atas keberhasilan panen, yang diwujudkan dalam kegiatan perayaan ritual keagamaan. Telah menjadi tradisi pada sebagian mayarakat penduduk Kwala Gunung yang juga di rayakan semua etnis di desa tersebut. 45 Wawancara dengan Bapak Abdul Latifyang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul wib. 55

6 Hal ini menunjukan antara etnis Jawa dan etnis lain terjalin hubungan yang sangat harmonis. Sehingga etnis Jawa dan enis Melayu serta etnis lain menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Kwala Gunung. Kemudian untuk menelusuri interaksi antar etnik lain, kita dapat melihat Desa Kwala Gunung dalam bidang perekonomian dikuasai secara merata oleh etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Batak dan etnis yang lain dalam berbagai bentuk usaha. Ini dapat dilihat dari kepemilikan usaha-usaha yang dapat menggerakkan perekonomian di Desa Kwala Gunung ini. Secara teori, hubungan dominasi etnis sendiri pada dasarnya sudah mengandung kekerasan struktural, karena bukan merupakan hubungan setara, melainkan ditandai oleh keunggulan dominan satu pihak dan ketergantungan pada pihak lain. Kalau dominasi ini kemudian menimbulkan represi langsung oleh pihak yang kuat dalam bidang politik, atau perbedaan yang terlalu besar dalam penguasaan aset dan penghasilan ekonomi, maka cepat atau lambat akan muncul perlawanan dari pihak yang mengalami deperesi atau ketergantungan. Hal ini di perkuat oleh bapak Abdul Latif yang mengatakan : Jika kepemimpinan Jum ah Haidiryah yang merupakan suku melayu tidak maksimal bisa menyebabkan konflik antara pihak yang menguasai dan pihak yang merasa dikuasai, yang apabila mengalami peningkatan, dapat berkembang menjadi kekerasan. Peran strategi komunikasi juga sangat diperlukan dalam pengelolaan konflik terutama pada konflik laten di Desa Kwala Gunung Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang kbjmerupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul wib. 56

7 Komunikasi harmonis antar suku merupakan kunci Jum ah Haidiryah menjaga toleransi suku. Komunikasi merupakan kunci dalam mengelola konflik, dengan komunikasi seseorang dapat mengelola konflik kearah yang lebih baik. Komunikasi yang baik dapat membantu pihak yang bertikai mengidentifikasi masalah serta dapat memahami masalah dari sudut pandang masing-masing pihak. Komunikasi dapat mencegah konflik di Desa Kwala Gunung, apabila aktor komunikasi menggunakan pesan yang dapat diterima secara psikolog dan sosial oleh para pihak yang terlibat komunikasi, dan jika salah satu atau semua aktor komunikasi menghormati simbol adat, suku, agama dan kepercayaan, serta jika salah satu aktor atau semua aktor komunikasi mau dan mampu menempatkan diri atau setara dengan pihak yang lain. Strategi komunikasi harmonisasi etnis merupakan strategi komunikasi Jum ah Haidiryah untuk mengelola konflik di Desa Kwala Gunung. Dengan pola hubungan yang dipenuhi dengan suasana saling mendukung dan bukan pola hubungan yang menang sendiri di Desa Kwala Gunung, pola hubungan yang saling bergantung atau membutuhkan dan bukan pola hubungan dimana kedua pihak saling menandingi di Desa Kwala Gunung, pola hubungan yang ditunjukkan dengan kemajuan dan bukan menunjukkan kemunduran di Desa Kwala Gunung dan hubungan yang diisi dengan saling percaya dan optimisme kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, bukan tujuan bersama yang diisi dengan saling tidak percaya dan pesimisme untuk mencapai tujuan bersama di Desa Kwala Gunung. 57

8 Secara garis besar masyarakat Desa Kwala Gunung adalah masyarakat religius dengan prinsip keagamaan yang bersumber pada kegamaan yang harmonis, ditambah dengan agama Islam menjadi agama mayoritas di derah tersebut. Hal inilah yang memperkuat harmonisasi interaksi antar etnis di Desa Kwala Gunung Sebagai perekat persaudaraan antar etnis. Kesadaran seperti ini akan membuat pemerintah daerah dan masyarakat Desa Kwala Gunung khususnya memperlakukan etnis lain diluar etnis Jawa dan Melayu mendapatkan hak yang sama bahkan pada jabatan politik tertinggi di desa itu sebagai kepala desa tidak dipersoalkan oleh masyarakat Desa Kwala Gunung. Interaksi antar etnis yang harmonis menjadi harapan semua desa di Indonesia. Setelah melihat tragedi yang terjadi di negara lain yang porak poranda karena etnis, hal ini harus kita hindari bersama, sehingga upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah memperlakukan semua etnis yang ada di Desa Kwala Gunung secara adil dan merata dalam semua kegiatan dan kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa. Data sesuai dengan fakta yang ada pada Desa Kwala Gunung termasuk salah satu daerah yang ada di Indonesia yang menunjukan tentang kehidupan antar etnisnya sangat harmonis. Hal inilah tentang seperti apa upaya pemerintah desa dalam membina kehidupan antar etnis yang ada di Desa Kwala Gunung. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa dan pemerintah daerah di kecamatan Lima Puluh memperlakukan semua etnis di Desa Kwala Gunung, sama dengan etnis lokal, selanjutnya perlakuan masyarakat Desa Kwala Gunung pada etnis lain 58

9 diluar Desa Kwala Gunung (etnis lainnya) adalah melibatkan mereka dalam semua aktivitas, misalnya setiap tanggal 17 Agustus dilaksanakan perayaan olahraga dan kesenian, seluruh masyarakat dilibatkan tak terkecuali etnis diluar Jawa dan Melayu di Desa Kwala Gunung. Hal ini dipertegas oleh Bapak Syahmidun yang mengatakan: Selain itu pembinaan interaksi antar etnis dilakukan dengan melalui penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah daerah pada generasi muda melalui peran karang taruna yang ada pada kecamatan Lima Puluh dan Desa Kwala Gunung, desa-desa yang ada, kegiatan seperti ini sangat efektif karena pemerintah daerah memiliki rasa tanggung jawab yang sama pada seluruh etnis yang ada di Desa Kwala Gunung. Dengan kegiatan seperti itu seluruh komponen masyarakat Desa Kwala Gunung merasa diperhatikan oleh pemerintah desa. Sehingga dengan demikian hal itu akan membuat kehidupan antar etnis Desa Kwala Gunung menjadi semakin harmonis 47. Pemerintahan daerah merupakan perpanjangan pemerintahan pusat yang ada di daerah, pemerintahan desa adalah bagian dari pelaksanaan organisasi negara dalam hal melaksanakan fungsi pemerintahan di desa. Kita ketahui bersama bahwa tanggung jawab pemerintah daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan sistem desentralisasi adalah dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang telah diberikan kewenangan dalam menyelenggarakan pemerintahan. Termasuk dalam hal stabilitas didaerahnya. 47 Wawancara dengan Bapak Syahmidun merupakan Tokoh Masyarakat etnis Jawa Kwala Gunung di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul wib. 59

10 Persoalan etnis kalau tidak dicermati dengan baik, akan menjadi penghambat dalam melaksanakan pembangunan didalam negeri khusunya Desa Kwala Gunung, pemberian otonomi daerah oleh pemerintah pusat untuk menjawab tuntutan pemerintah daerah yang menghendaki adanya sistem desentralisasi kekuasaan, yaitu daerah meminta sebagian kewenangan dan potensi pendapatan asli daerahnya dikelola oleh daerah untuk kepentingan kesejateraan masyarakat Desa Kwala Gunung. Menyadari hal itu, maka konsep pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa di Desa Kwala Gunung harusnya berwawasan nusantara artinya konsep ini mewajibkan kepada kita terutama pemerintah daerah agar supaya untuk bersikap adil dan bijaksana terhadap etnis yang ada di Desa Kwala Gunung. Pembinaan etnisitas harus menjadi perhatian pemerintah desa untuk dapat menghindari perilaku etnosentrisme dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dapat mengancam stabilitas daerah. Pembinaan etnisitas didaerah mengenai masalah etnisitas menjadi tanggung jawab bersama dengan pemerintah pusat dimana salah satu tujuan pembinaan stabilitas nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional sangat dipengaruhi oleh interaksi yang baik antar etnis yang sama-sama diinginkan oleh etnis yang ada. Ketika terjadi problem antar etnis didaerah, secara langsung akan mengancam stabilitas keamanan di desa tersebut. Oleh karena itu pemerintah Desa Kwala Gunung yang dipimpin Jum ah Haidiryah (etnis Melayu) selama ini mengharapkan kepada pemerintah daerah untuk dapat membantu 60

11 membina keharmonisan antar etnis di Desa Kwala Gunung. Harmonisasi yang dibangun oleh Jum ah Haidiryah untuk periode ketiga memimpin Desa Kwala Gunung menunjukan kemampuannya menjaga stabilitas keharmonisan antar etnis. Apabila selama ini Jum ah Haidiryah (Melayu) tidak mampu menyelesaikan keharmonisan tentu dia tidak akan terpilih untuk ketiga kalinya dan pasti akan diambil alih suku lain diluar Melayu dan berpotensi mengakibatkan permasalahan etnis. Permasalahan etnis merupakan suatu masalah nasional kalau pembinaan etnis tidak mampu menumbuhkan rasa kebangsaan kepada etnis disemua daerah, akan mengancam integritas desa termasuk di Desa Kwala Gunung. Oleh karenanya pembinaan etnis harus menjadi perhatian oleh semua komponen bangsa ini sehingga tidak menjadi ancama di Desa Kwala Gunung. Caranya adalah dengan menanamkan rasa kebangsaan dan memberikan pemahaman Pancasila sebagai dasar Negara dan konstitusi pada generasi antar etnis yang ada di daerah. III.2. Ketokohan yang Kuat Politik berbasis ketokohan merupakan jenis politik yang terfokus pada tokoh dan cenderung mengabaikan organisasi dalam memobilisasi dukungan yang ada. Kecenderungan ini terlihat dari dominannya peran aktor politik dibandingkan dengan etnis atau organisasi yang menaunginya. Hal ini ditandai dengan munculnya aktor-aktor di tingkat lokal yang menjadi pemimpin dan pejabat publik meskipun tidak mempunyai basis dukungan partai politik yang kuat. 61

12 Kemunculan fenomena politik berbasis ketokohan ini tidak terlepas dari kecenderungan perilaku memilih masyarakat Indonesia yang bersifat psikologis. Ketokohan merupakan faktor yang penting dalam membentuk pilihan politik masyarakat Indonesia. Temuan ini sekaligus menyatakan bahwa perilaku memilih masyarakat Indonesia semenjak pemilu 1955, cenderung dipengaruhi oleh faktor sosiologis atau budaya, seperti agama, etnisitas, wilayah, dan kelas sosial. Pengaruh ketokohan di Desa Kwala Gunung, kecamatan Lima Puluh sangat meyakinkan. Kepribadian kandidat atau peran ketokohan mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk perilaku memilih. Bukti kuatnya pengaruh ketokohan Jum ah Haidiryah dapat dilihat dari fenomena kemenangannya pada tiga kali pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung periode , periode dan Dalam studinya tentang pengaruh kepribadian disimpulkan bahwa ketokohan Jum ah Haidiryah merupakan faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi pilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Keputusan akhir pemberian suara dalam pemilu sangat dipengaruhi oleh kesukaan terhadap tokoh desa tersebut. Di antara calon yang terdaftar dalam pemilihan kepala desa, Jum ah Haidiryah adalah sosok yang paling disukai oleh pemilih, di atas Jumali 387 suara dan Rudi Hartono 227 suara. Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan Jum ah Haidiryah sangat jelas berhubungan dengan evaluasi positif pemilih atas diri Jum ah Haidiryah yang bersuku melayu mengalahkan tokoh yang bersuku Jawa yang merupakan suku mayoritas di Desa Kwala Gunung. 62

13 Pemilihan Kepala Desa di Desa Kwala Gunung ini menghasilkan temuan menarik bahwa secara umum, kecenderungan demokrasi di Indonesia saat ini mengarah kepada politik berbasis pada ketokohan atau figure-based politics, yaitu jenis politik yang terfokus pada figure-figur individual. Hal ini ditandai dengan munculnya aktor-aktor di tingkat lokal yang menjadi pemimpin dan pejabat publik meskipun tidak mempunyai basis organisasi dan kesukuan yang kuat. Sejalan dengan munculnya politik berbasis ketokohan,temuan lain yang cukup menarik di Desa Kwala Gunung ini adalah munculnya fenomena politik populisme. Populisme yang dimaknai sebagai pemerintahan yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan dekat dengan rakyat, seolah menjadi gaya baru bagi para elit lokal yang akan berlomba dan tengah menduduki jabatan publik khususnya pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung ini. Lahirnya elit lokal seperti Jum ah Haidiryah merupakan bukti bahwa politik populisme telah menjadi sebuah tren yang ditunggu-tunggu oleh rakyat. Munculnya politik populisme menjadi pertanda bahwa hubungan patron-klien (elit-massa) yang berkembang di Indonesia, cenderung di dasarkan atas hubungan kharismatik, bukan berbasiskan program-progam politik yang lebih bersifat transparan dan akuntabel. Apabila ditelisik lebih dalam, dinamika pemilu, pilpres, dan pilkada di Indonesia dewasa ini tidak terlepas dari pengaruh sosok kandidat dalam setiap ajang pertarungan dalam merebut hati pemilih. Tidak bisa dinafikan bahwa pemilih cenderung melihat ukuran figuritas dari seorang kandidat ketimbang organisasi ataupun kesukuan yang mengusungnya. Mungkin saja 63

14 alasan yang sederhana adalah pergeseran orientasi tersebut seiring dengan adanya perubahan dalam tatanan di Desa Kwala Gunung tersebut, sehingga pemilih mempunyai kecenderungan untuk memilih orang yang dikenal daripada mendasarkan basis politik kesukuan tertentu. Pada studi efek kualitas tokoh atau pemimpin terhadap perilaku memilih dan sikap partisan, konsep kualitas tokoh dipahami seperti yang dipersepsikan oleh pemilih. Secara umum kualitas tersebut mencakup sejumlah dimensi; yaitu kompetensi, integritas, ketegasan, empati, dan kesukaan calon yang akan bertarung pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Berkaitan dengan pilihan politik dalam pemilihan kepala desa, efek kualitas tokoh juga terlihat pada pilihan politik seseorang tokoh. Efek ini terlihat lebih kuat dan konsisten apabila dibandingkan dengan pemilu legislatif pada umumnya yang rentan akan politik uang. Secara umum, penilaian atas kualitas tokoh berhubungan erat dengan pilihan atas calon kepala desa. Semakin positif penilaian terhadap kualitas personal seorang tokoh, semakin besar pula probabilitas calon tersebut untuk dipilih. Efek ini tetap sangat signifikan dalam tiga kali pemilihan kepala desa yang terakhir meskipun dikontrol dengan faktor-faktor lain yang dinilai penting dalam mempengaruhi pilihan calon kepala desa, terutama identitas kesukuan. Terlepas dari berbagai faktor tersebut,afeksi positif pada tokoh mendorong pemilih memilih Jum ah Haidiryah menang dengan 406 suara disusul oleh Jumali 387 suara dan Rudi Hartono 227 suara pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung yang lalu. 64

15 Hal ini diperkuat oleh Bapak Abdul latif yang mengatakan: Kualitas Personal calon kepala desa menunjukkan populasi pemilih di Desa Kwala Gunung mendambakan calon kepala desa yang jujur atau bisa dipercaya. Jujur atau bisa dipercaya adalah kualitas personal paling penting yang harus dimiliki oleh kepala desa. Hal ini menunjukkan bahwa bagi pemilih pada umumnya, kualitas personal kepala desa yang ditandai oleh sifat jujur, justru menjadi ukuran yang paling penting dibandingkan kepintaran, ketegasan, dan wibawa seorang calon kepala desa 48. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kepribadian calon kepala desa ternyata berpengaruh positif terhadap perilaku pemilih. Apabila seorang kandidat dinilai memiliki sifat-sifat positif oleh pemilih, maka semakin tinggi pula preferensi memilih terhadap calon tersebut. Kemudian temuan lain dari pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung menyatakan bahwa variabel kepribadian kandidat bertujuan untuk mengukur keyakinan mengenai pribadi kandidat di mata pemilih, misalnya jujur, dapat dipercaya, dapat mengambil keputusan, terpelajar, pandai, berpengalaman, kuat, ramah, dan memenuhi kualifikasi. Efek figuritas (ketokohan) juga dipercaya menjadi faktor penentu pilihan politik seseorang. Perilaku pemilih pada pemilukada di Desa Kwala Gunung menegaskan bahwa bahwa figuritas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pilihan politik seseorang. Perilaku pemilih berdasarkan ketokohan dipengaruhi 48 Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul wib 65

16 oleh pertimbangan popularitas, kemampuan, dan track record yang dimiliki oleh seorang kandidat seorang kepala desa. Hal ini diperkuat oleh Bapak Syamidun yang mengatakan: Secara umum pemilih di Desa Kwala Gunung lebih melihat figur kandidat daripada latar belakang organisasi yang mengusungnya. Artinya Pemilih di desa Kwala Gung semakin terbuka dalam menentukan pilihan politiknya. Orientasi pemilih di daerah tersebut lebih bersifat klasik, yakni mendasarkan pilihannya politiknya pada isu ketokohan, harmonisasi, kandidat, dan ekonomi 49. III.3. Visi Misi Membangun Pelaksanaan pemilihan umum termasuk pemilihan kepala desa dengan bebas, rahasia, jujur, dan adil sehingga pilkada langsung dapat menjadi suatu sistem rekruitmen pejabat publik yang dapat memenuhi parameter demokrasi. Hal ini berlanjut ke pemilihan kepala desa di Kwala Gunung. Saat ini pemilihan kepala desa telah menjadi agenda penting bagi setiap desa. Calon kepala desa fokus pada mengefektifkan strategi pendekatan kepada pemilih di pemilihan kepala desa, maka seorang kontestan dituntut harus mampu memasarkan dirinya ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan kemajuan jaman dan keterbatasan di daerah pemilihan. Metode pemasaran politik (political marketing) merupakan strategi kampanye yang sedang disukai saat ini, secara sadar ataupun tidak pendekatan marketing dalam dunia politik telah dilakukan oleh para kontestan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada pemilih (warga). 49 Wawancara dengan Bapak Syahmidun merupakan Tokoh Masyarakat etnis Jawa Kwala Gunung di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul wib. 66

17 Pemilih yang memiliki pengetahuan politik lebih luas akan memberikan perhatian lebih pada isu-isu kebijakan dan kesamaan ideologi, sedangkan pemilih dengan pengetahuan politik yang lebih sedikit, cenderung untuk memilih berdasarkan partai yang ada sejak lama dalam menangani permasalahan politik, walaupun beberapa pemilih melakukan evaluasi terhadap kandidat lewat pendekatan yang didasarkan pada ingatan, kebanyakan pemilih melakukan proses evaluasi tersebut dengan suatu pola tertentu. Pemilih dengan pengetahuan politik yang lebih sedikit akan menggunakan pendekatan berdasarkan ingatan, dengan proses memasuki tempat pemungutan suara dan mengambil keputusan lewat pertimbangan yang dapat pemilih munculkan dalam benak pemilih pada saat tersebut, sementara pemilih yang lain dengan pengetahuan politik yang lebih luas, akan melakukan pendekatan yang terproses, mengkonstruksikan evaluasi dari masing-masing kandidat selama kampanye berlangsung, dan akan menggunakan hasil evaluasi tersebut ketika memberikan suara di bilik pemungutan suara. Desa Kwala Gunung Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu daerah otonom di Indonesia yang baru selesai menggelar pemilihan kepala desa pada Mei 2015, secara umum proses pemilihan kepala desa di Kwala Gunung dengan lancar dan damai. Beberapa hal yang sangat menarik pada pesta demokrasi di Desa Kwala Gunung ketika menilik dari kandidat pasangan calon di Desa Kwala Gunung Jum ah Haidiryah pada 26 Mei 2015 yang lalu adalah periode ketiganya memimpin Desa Kwala Gunung setelah dua periode sebelumnya yaitu, periode 67

18 dan periode Pada Pemilihan kepala desa 26 Mei 2015 yang lalu Jum ah Haidiryah (Melayu) bertarung dengan Jumali (Jawa) dan Rudi Hartono (Jawa). Sehingga strategi dan konsep pemasaran politik yang diterapkan Jum ah Haidiryah sangat menarik dalam proses pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Hal ini diperkuat oleh Bapak Jum ah Haidiryah yang mengatakan : Pertimbangan yang menjadi tolok ukur pemilih rasional adalah hitungan untung rugi yang akan dia dapatkan ketika ia menjatuhkan pilihan politiknya terhadap salah Calon tertentu dalam setiap pemilihan. Dalam tradisi pemilih rasional, seorang akan memilih kandidat yang bisa memaksimalkan keuntungan (setidaknya kepentingan pribadi) dan meminimalisir kerugian. Salah satu hal yang turut menjadi pertimbangan pemilih dalam pemilu adalah isu atau program kerja Calon kepala desa yang sedang berkompetisi di Desa Kwala Gunung. Pertimbangan ini cukup beralasan karena pemilih tidak akan serta merta memberikan suaranya kepada partai atau calon presiden yang tidak mempunyai program kerja yang jelas 50. Program kerja calon kepala desa sejatinya merepresentasikan kebijakan sang calon dan janji-janji yang akan diberikannya apabila Calon kepala desa tersebut terpilih. Progam kerja dan janji-janji ini dapat mempengaruhi pertimbangan pemilih mengenai kebijakan sosial dan ekonomi, khususnya yang terkait dengan urusan publik. 50 Wawancara dengan Bapak Jum ah Haidiryah yang juga merupakan Calon kepala desa Incumbent yang memenangkan pemilihan kepala desa 26 Mei 2014 di kediamannya di Desa Kwala Gunung pada 24 Januari

19 Pemilih sebenarnya sedang mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan dia peroleh manakala sang calon kepala desa terpilih menjadi kepala desa. Implikasinya, tiap pemilih akan memberikan suara untuk kandidat yang diperkirakan akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada dirinya. Pemilih akan memilih kandidat yang memiliki kebijakan yang dapat memaksimalkan aliran keuntungan yang akan pemilih dapatkan sebagai warganegara daripada kandidat yang tidak dapat memberikan keuntungan. Calon pemilih akan melihat tipe pemimpin ideal menurut pemilih dalam pemilihan kepala desa yang menunjukkan bahwa salah satu tipe kepala desa yang ideal adalah pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas. Melalui visi dan misi inilah rakyat bisa mengetahui program-program kerja pemimpinnya dan juga bisa mengetahui ke mana negara akan dibawa, apakah ke arah yang lebih baik atau malah lebih buruk dalam pemilu presiden 2014, program kerja calon presiden yang terkait isu buruh dapat dilihat dari visi dan misi calon presiden yang sudah mendaftar. Hal ini dipertegas oleh Bapak Jum ah Haidiryah yang mengatakan : Rasional pemilih di Desa Kwala Gunung ditentukan oleh faktor yang berbeda-beda antara pemilih yang satu dengan pemilih yang lain dan dipengaruhi siapa calon yang ada. Rasional pemilih didasarkan atas pendidikan yang dimiliki oleh warga Desa Kwala Gunung, keterjangkauan informasi dan akses kampanye, serta tingkatan umur pemilih di Desa Kwala Gunung. Melalui mobilisasi politik dan visi misi masyarakat ke dalam kehidupan publik Wawancara dengan Bapak Jum ah Haidiryah yang juga merupakan Calon kepala desa Incumbent yang memenangkan pemilihan kepala desa 26 Mei 2014 di kediamannya di Desa Kwala Gunung pada 24 Januari

20 III.4. Mampu Menjaga Keselarasan Secara sosial psikologis kepemimpinan merupakan produk dari interaksi sosial.kepemimpinan yang baik tentunya berhubungan dengan keselarasan yang ada dalam sebuah ruang lingkup kekuasaan. Dalam sebuah tatanan pemerintahan yang memerlukan kerjasama antar masyarakat, masyarakat menyadari bahwa masalah yang utama adalah masalah keselarasan. Pada masalah ini perhatian belum cukup dicurahkan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman, intuisi dan kecakapan praktis. 52 Konsep tentang keselarasan suatu wilayah melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat peranan dari pemimpin sebagai orang yang membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain, beralih kepada anggapan bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator bagi kelompoknya. Fungsinya yang utama ialah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien. Dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas dan memberikan keselarasan. Pemimpin yang mampu menjaga keselarasan pada umumnya berbeda dengan pemimpin lain karena penggunaan secara meluas contohnya pribadi dan model peranan, sikapnya yang mengandalkan taktik tidak 52 Bagir Manan.,Op.,Cit.,hal

21 konvensional, serta penggunaan praktek pemberian kekuasaan untuk memperlihatkan seperti apa wawasannya bisa dicapai. Demikian pula, wawasan mereka mungkin berisi unsur-unsur kinerja yang memberikan rangkaian peraturan keputusan untuk memecahkan masalah seharihari dan cara pendekatan yang mampu menjaga keselarasan. Pemimpin mampu menjaga keselarasan memperlihatkan taktik tidak kovensional yang harus digunakan oleh kepemimpinan kalau ingin mencapai wawasan pemimpin dan melalui pujian pemimpin kharismatik membina kepercayaan pengikut kepada kemampuan mereka mencapai keselarasan. Pemimpin yang mampu menjaga keselarasan semakin dipandang kharismatik. 53 Jum ah Haidiryah selama ini dianggap mampu memperpadukan nilai-nilai kunci di Desa Kwala Gunung dan sangat mampu dianggap memadukan semua unsur untuk saling selaras. Keahlian Jum ah Haidiryah dalam hal wawasan, komunikasi, membina kepercayaan, dan memotovasi sangat luar biasa. Jum ah Haidiryah dianggap memiliki kelengkapan penuh keahlian ini, kemungkinannya besar sekali bahwa meraka akan dipandang sebagai pemimpin kharismatik. Kepemimpinan kharismatik selama ini selalu identik dengan pengamatan pemimpin di politik dan keagamaan yang mampu menjaga keselarasan kehidupan masyarakat di Desa Kwala Gunung. Masyarakat Desa Kwala Gunung dalam dua periode kepemimpinan Jum ah Haidiryah dianggap mampu membangun keselarasan yang maksimal. 53 Donni Edwin dkk.,op.,cit.,hal.,67. 71

22 Jum ah Haidiryah membuat sebuah sistem baru maupun lembaga baru berupa institusi kepengurusan yang melibatkan masyarakat desa. Kepemimpinan Jum ah Haidiryah dalam menjaga keselarasan memang bukan sesuatu yang baru namun tetap relevan dan penting dikaji. Banyaknya perhatian terhadap kepemimpinan, mengingat peran strategi dalam tatanan pemerintahan desa. Dalam hal ini Jum ah Haidiryah memiliki program yang sangat maksimal dalam membangun keselarasan di Desa Kwala Gunung yaitu: 54 - Pertama, pada dasarnya, proses transformasi dalam berbagai bidang kehidupan yang multidimensional berlangsung di Desa Kwala Gunung melalui proses administrasi desa. Dimana semua urusan administrasi yang berhubungan dengan Pemerintahan desa diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan cepat. - Kedua, selama ini pelayanan tidak hanya diarahkan pada masalah sumber daya manusia aparatur desa, kelembagaan desa dan sistem tatalaksana desa. Namun, selama kepemimpinan Jum ah Haidiryah model pelayanan yang hanya menekankan pada sistem dan aspek teknis pelayanan Desa Kwala Gunung dengan sasaran harus dilaksanakan dengan maksimal. - Ketiga, dilihat dari perspektif administrasi desa, bahwa tantangan desa selama ini menuntut paradigma baru manajemen, pemimpin perubahan dan kemampuan mengelola informasi serta produktivitas pegawai 54 KAUR Desa Kwala Gunung 72

23 berbasis ilmu pengetahuan di desa dan kepemimpinan Jum ah Haidiryah dianggap mampu menyelesaikannya. Nasib sebuah pemerintahan, baik pusat maupun daerah, akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan para pemimpin dalam mewujudkan keselarasan. Keberhasilan sebuah rezim dan penguasa dalam membangun legitimasi kekuasaan sering dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang baik dan memuaskan masyarakat. Keberhasilan pemimpin dalam mewujudkan keselarasan ini bisa dijadikan contoh untuk para pimpinan di jajaran aparatur negara yang memiliki kepentingan untuk melakukan pembaharuan dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik dalam menjaga keselarasan. Apakah dapat mempertahankan jabatannya atau tidak dipengaruhi kualitas pelayanan publik yang diberikan. Pertimbangan tersebut memperkuat niat membangun paradigma baru kepemimpinan yang berbasis pelayanan. Pelayanan sebagai sebuah konsep dasar paradigma baru kepemimpin, berangkat dari pemikiran bahwa, nilai dasar dari ajaran administrasi publik adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa membedakan siapa yang dilayani. Hal ini diperkuat oleh bapak Abdul Latif yang mengatakan: Pelayanan yang sama rata yang dilakukan oleh Jum ah Haidiryah selama ini dalam memimpin Desa Kwala Gunung bahwa kepemimpinan yang berbasis melayani untuk menjaga keselarasan. Melayani bermakna memberikan sesuatu jasa atau dalam bentuk lain secara ikhlas kepada orang lain (masyarakat) atau pelayanan berdasarkan hati nurani. Sikap ikhlas Jum ah Haidiryah menuntut 73

24 suatu komitmen yang kuat terhadap diri sendiri di desa, institusi dan masyarakat yang dilayani serta pengorbanan 55. Komitmen bermakna sikap keberpihakan yang tinggi terhadap masyarakat yang dilayani. Sebagai sebuah proses, komitmen menuntut konsistensi dari para pemimpin. Sikap ini menjadi penting, karena konsistensi akan memberikan kenyamanan dan ketenangan serta keamanan bagi masyarakat terutama di Desa Kwala Gunung. Konsep-konsep yang telah dikembangkan, keterlibatan para pemimpin sangat tinggi dan menentukan keberhasilan pelayanan yang dilakukan pemerintahan desa. Bahkan dalam model pelayanan yang dikembangkannya, secara tegas menempatkan kepemimpinan sebagai faktor utama dalam kualitas manajemen pelayanan. Pada pemerintahan yang dipimpin oleh Jum ah Haidiryah memperlihatkan bahwa Desa Kwala Gunung merupakan desa unggul dan dapat berkembang pesat, karena daerah tersebut dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kecerdasan pelayanan yang prima. Sikap ikhlas berkorban Jum ah Haidiryah untuk kepentingan yang lebih besar dalam menjaga keselarasan di Desa Kwala Gunung. Konsep kepemimpinan berbasis pelayanan menjadi sangat penting di Desa Kwala Gunung, sebagai konsekuensi logis dalam sistem demokrasi, dimana rakyat atau masyarakat adalah yang berkuasa. Tercantum dalam konsep demokrasi, masyarakat bukan didudukkan sebagai obyek kekuasaan tetapi sebagai subyek 55 Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul wib 74

25 dan sekaligus obyek penyelenggaraan pemerintahan negara. Hal ini bermakna sumber kekuasaan berada di tangan masyarakat. Kepemimpinan dalam sistem politik demokratis, hakikatnya adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan partisipatif, kecerdasan multikultural dan sosial dan bahkan kecerdasan spiritual. Kemampuan partisipatif dimaknai, sebagai sikap kepemimpinan yang selalu mendengar keluhan dan kebutuhan masyarakat dan bukan hanya mau didengar saja. Kecerdasan multi-kultural sebagai konsep dasar kepemimpinan pelayanan, dengan asumsi dasar bahwa sebuah kepemimpinan yang berhasil adalah sebuah kepemimpinan yang mengenal, memahami, mendalami dan menghargai nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini kemudian diperkuat oleh Bapak Abdul Latif yang mengatakan: Kepemimpinan Jum ah Haidiryah mencerminkan konsep kecerdasan sosial sebagai konsep kepemimpinan pelayanan di Desa Kwala Gunung yang menunjukan kemampuan seorang pemimpin terhadap aspirasi masyarakat yang dilayani di desa. Kemampuan spiritual sebagai dasar dan landasan kepemimpinan pelayanan, bahwa Jum ah Haidiryah percaya sentuhan langsung akan lebih efektif dibandingkan pendekatan lain dalam menjaga keselarasan di Desa Kwala Gunung Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul wib 75

26 BAB IV PENUTUP IV.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, telah didapatkan temuan-temuan terkait hubungan antar suku di Desa Kwala Gunung, Kecamatan Lima Puluh dan dominasi kemenangan etnis Melayu dalam pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Untuk memberikan penjelasan mengenai temuan-temuan tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipaparkan sebagai hasil analisis hubungan antar suku di Desa Kwala Gunung, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Konsep pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa di Desa Kwala Gunung harusnya dijadikan sebagai wawasan nusantara artinya konsep ini mewajibkan kepada kita terutama pemerintah daerah untuk bersikap adil dan bijaksana terhadap etnis yang ada di daerah seperti di Desa Kwala Gunung ini. Pembinaan etnisitas harus menjadi perhatian pemerintah desa untuk dapat menghindari perilaku etnosentrisme dalam penyelenggaraan pemerintahan yang akan dapat mengancam stabilitas daerah. Kualitas personal calon kepala desa menunjukkan populasi pemilih di Desa Kwala Gunung mendambakan calon kepala desa yang jujur atau bisa dipercaya. Jujur atau bisa dipercaya adalah kualitas personal paling penting yang harus dimiliki oleh kepala desa. Temuan ini menunjukkan bahwa bagi pemilih pada umumnya, kualitas personal kepala desa yang ditandai oleh sifat jujur, justru 76

27 menjadi ukuran yang paling penting dibandingkan kepintaran, ketegasan, dan wibawa seorang calon kepala desa. Pada pemerintahan yang dipimpin oleh Jum ah Haidiryah memperlihatkan bahwa Desa Kwala Gunung merupakan desa unggul dan berkembang pesat, karena daerah tersebut dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kecerdasan dalam hal berkomunikasi dan mampu memberikan pelayanan yang prima. Sikap ikhlas berkorban Jum ah Haidiryah untuk kepentingan yang lebih besar dalam menjaga keselarasan di Desa Kwala Gunung selama ini. Konsep kepemimpinan berbasis pelayanan menjadi sangat penting di Desa Kwala Gunung, sebagai konsekuensi logis dalam sistem demokrasi, dimana rakyat atau masyarakat adalah yang berkuasa. Dalam konsep demokrasi, masyarakat bukan didudukan sebagai obyek kekuasaan tetapi sebagai subyek dan sekaligus obyek penyelenggaraan pemerintahan negara. Hal ini bermakna sumber kekuasaan berada di tangan masyarakat. Kepemimpinan dalam sistem politik demokratis, hakikat-nya adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan partisipatif, kecerdasan multikultural dan sosial dan bahkan kecerdasan spiritual. Artinya kemampuan Jum ah Haidiryah dalam memimpin Desa Kwala Gunung selama dua periode sebelumnya sudah menjadi jaminan tersendiri bagi masyarakat Desa Kwala Gunung. Etnisitas dan primordialisme bukan menjadi isu yang utama ketika berlangsung pemilihan kepala desa. 77

28 IV.2.Implikasi Teori Pelaksanaan Pemilihan kepala desa di Indonesia sering menimbulkan permasalahan di daerah-daerah di Indonesia sepertia konflik yang terjadi pada saat-saat momentum pelaksanaan pemilihan kepala desa yang heterogen. Pada hakekatnya, berbagai konsepsi etnisitas lebih berpangkal dari konsep budaya, karenanya keaneka ragaman suku bangsa juga tergantung dari sudut manakah kebudayan didefinisikan. Semakin beraneka warnanya etnis disuatu daerah, maka semakin banyak terdapat variasi perbedaan kebudayaan. Karena jika hanya mendasarkan konsepsi hukum bangsa semata, kiranya tidak cukup dipakai untuk menganilisis etnisitas.berbagai perbedaan yang ada, tidak selalu dapat dianggap etnisitas sepanjang diantara mereka terjadi efektivitas relasi yang mencerminkan suatu tinggi rendahnya level integrasi sosial. Dengan kata lain, bahwa fenomena utama dari masalah etnisitas yang dianggap sebagai masalah kesukubangsaan apabila interaksi mereka cukup rendah. Pemahamanetnisitas penting bagi suatu daerah atau desa, agar keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional kearah terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan loyalitas dan solidaritas diantara kebudayaan yang berbeda. Persoalan etnis kalau tidak dicermati dengan baik, akan menjadi penghambat dalam melaksanakan pembangunan didalam negeri khusunya Desa 78

29 Kwala Gunung, pemberian otonomi daerah oleh pemerintah pusat untuk menjawab tuntutan pemerintah daerah yang menghendaki adanya sistem desentralisasi kekuasaan, dimana daerah meminta sebagian kewenangan dan potensi pendapatan asli daerahnya dikelola oleh daerah untuk kepentingan kesejateraan masyarakat Desa Kwala Gunung. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa etnis mayoritas bisa kalah dalam sebuah pemilihan kepala desa. Artinya telah terjadi pergeseran stigma selama ini etnis mayoritas hampir dipastikan memenangkan sebuah pemilihan. Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain: 1. Teori etnisitas menjelaskan bagaimana penelitian ini memberikan penjelasan bahwa ada suatu proses pemahaman lain mengenai etnis mayoritas yang mendominasi suatu wilayah akan pasti memenangkan pemilihan, tetapi hal ini tidak berlaku di Desa Kwala Gunung karena untuk yang ketiga kalinya etnis minoritas mengalahkan etnis mayoritas di Desa Kwala Gunung. 2. Teori Strategi menjelaskan mengenai bagaimana cara seorang calon melakukan kompetisi menggunakan strategi dalam setiap pemilihan. Strategi menjadi sangat penting dalam pemilihan kepala desa di seluruh Indonesia, termasuk di desa Kwala Gunung. Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa strategi ketokohan yang kuat dari calon kepala desa yang berasal dari etnis minoritas dalam menjaga 79

30 keselarasan kehidupan bermasyarakat mampu mengalahkan strategi dari calon-calon yang berasal dari etnis mayoritas. 3. Teori Otonomi Desa menjadi sangat penting mengingat sejak jaman orde baru, desa baru bisa melaksanakan pemilihan kepala desa secara langsung dan hal ini ditemukan di desa Kwala Gunung. Masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya murni sesuai pilihan hati nuraninya tanpa ada intervensi ataupun pengaruh kesukuan. 80

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi politik yang hadir bersamaan dengan liberalisasi ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu Etnisitas adalah isu yang sangat rentan menjadi komoditi politik pada setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja dimobilisasi dan dimanipulasi

Lebih terperinci

jabatan di struktur Pemko Pematangsiantar? 6. Dan mengapa etnis lainnya seperti Mandailing, Nias dan lain-lain sedikit menduduki

jabatan di struktur Pemko Pematangsiantar? 6. Dan mengapa etnis lainnya seperti Mandailing, Nias dan lain-lain sedikit menduduki Pedoman Wawancara: 1. Bagaimana penilaian Anda terhadap perkembangan politik di Kota Pematangsiantar? 2. Bagaimana penilaian Anda terhadap kondisi politik di Kota Pematangsiantar ditengah keberagaman etnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok tersebut.

PENDAHULUAN. merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok tersebut. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah saat ini merupakan ruang otonom 1 dimana terdapat tarik-menarik antara berbagai kepentingan yang ada. Undang-Undang Otonomi Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung telah membawa dampak terhadap perilaku untuk masuk kedalam politik praktis ditubuh birokrasi. Walaupun ada ketentuan yang

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

Memilih Calon Anggota DPR RI yang Cermat (Cerdas dan Bermanfaat) (16/U)

Memilih Calon Anggota DPR RI yang Cermat (Cerdas dan Bermanfaat) (16/U) KOPI - Sejak era reformasi hingga sekarang, Indonesia masih dihadapkan pada masalah-masalah klasik, misalnya penegakan hukum, pemberantasan korupsi, masalah desentralisasi dan otonomi daerah, serta masih

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya.

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan kepala desa atau pilkades adalah sebuah kata yang sudah tidak asing lagi dan diperbincangkan oleh sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat pedesaan di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang 259 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keinginan dan tuntutan adanya pemilihan langsung sebenarnya diilhami praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola

BAB V PENUTUP. kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dengan berlakunya UU Desa No 6 Tahun 2014, pemerintahan desa diberi kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola pemerintahan desa. Pengakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gelombang Demokrasi abad 21 melanda berbagai Negara dibelahan dunia termasuk Indonesia. Diambilnya prinsip demokrasi oleh Indonesia sebagai sebuah konsep suci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik lokal untuk menjalankan peran di tengah masyarakat yang selama diperankan pemerintah, elit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, BAB V KESIMPULAN Politisasi identitas Betawi dilakukan oleh Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, yaitu dengan penggunaan pakaian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 MISI 1 Menigkatkan kerukunan keharmonisan kehidupan masyarakan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya BAB V KESIMPULAN Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya ekonomi yang dimiliki seseorang mampu menempatkannya dalam sebuah struktur politik yang kuat dan penting. Yang secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Pemilih Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum.

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI Antonio Prajasto Roichatul Aswidah Indonesia telah mengalami proses demokrasi lebih dari satu dekade terhitung sejak mundurnya Soeharto pada 1998. Kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dibangun dan dibentuk dari desa. Desa adalah pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Desa telah memiliki sistem dan mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2 Oleh Dadang Juliantara Kalau (R)UU Kebudayaan adalah jawaban, apakah pertanyaannya? I. Tentang Situasi dan Kemendesakkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut segala aspek kehidupan yang sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH Heri Wahyudi UPBJJ-UT Denpasar heriw@ut.ac.id Abstrak Pasca Putusan Makamah Konstitusi (MK) tentang calon perseorangan, telah memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut Pemilu yang diselenggarakan secara langsung merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara, baik ekonomi, sosial dan budaya. Tidak terkecuali

I. PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara, baik ekonomi, sosial dan budaya. Tidak terkecuali 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membahas tentang politik tentu tidak ada bosannya karena politik saat ini sudah masuk dalam berbagai sendi kehidupan pada masyarakat dalam proses berbangsa dan bernegara,

Lebih terperinci

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL SUMONO, SH Abstrak Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden merupakan perwujudan demokrasi dalam sistem presidensiil. Namun sistem presidensiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak

Lebih terperinci

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi ini disampaikan dalam acara diskusi Penguatan Organisasi Penyelenggara Pemilu, yang dilaksanakan

Lebih terperinci