BAB V PENUTUP. kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola
|
|
- Yenny Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dengan berlakunya UU Desa No 6 Tahun 2014, pemerintahan desa diberi kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola pemerintahan desa. Pengakuan atas asas rekognisi dan subsidiaritas memberikan berbagai kemungkinan atas berbagai hal yang selama ini menjadi bagian dari dinamika desa, serta semakin menguatkan posisi desa yang selama ini distigmakan sebagai wilayah tertinggal. UU Desa No 6 Th 2014, menjadi titik penting untuk menuju perubahan desa. Asas rekognisi dan subsisiaritas yang mengakomodir inisiatif dan prakasa lokal desa beserta kedudukan, kewenangan dan hak asal-usul maupun susunan pemerintahan. Mendorong terselenggaranya demokrasi desa dengan mengakomodir semua unsur yang ada dalam organisasi desa, menghilangkan dominasi elit, memungkinkan desa memaksimalkan segala aset yang dimilikinya dengan membuka ruang partisipasi warga untuk terlibat dalam tata kelola pemerintahan desa. Dalam hal kewenanangan, pemerintah desa Panggungharjo menyadari bahwa pemerintah desa tidak mungkin bisa melaksanakan seluruh kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintahan desa. Untuk hal tersebut pemerintah desa telah membagi kewenangan kepada lembaga-lembaga yang ada di desa Panggungharjo. 113
2 Berbagai lembaga desa yang ada dimaksimalkan fungsinya, sehingga keberadaan lembaga-lembaga tersebut dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang terlibat dalam berbagai hal yang tidak mungkin dilaksanakan oleh pemerintahan desa Panggungharjo. Perihal kemitraan, desa Panggungharjo telah melakukan kemitraan dengan institusi pendidikan, institusi kesehatan dan institusi disektor usaha/bisnis yang ada di desa Panggungharjo dengan model kemitraan yang sejajar. Pemerintah desa Panggungharjo telah bermitra dengan institusi pendidikan untuk penguatan aparatur pemerintahan desa, bermitra dengan salah satu perusahaan multi nasional dalam hal penggelolaan limbah minyak goreng dan sampah anorganik yang terlembagakan sebagai BUMDES. Bermitra dengan asuransi untuk pemberian beasiswa pendidikan warga yang kurang mampu. Bermitra dengan institusi pendidikan kesehatan yang memiliki klinik kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan kepada warga masyarakat. Bermitra dengan para advokat yang tidak lain adalah warga desa untuk memberikan layanan hukum dengan membentuk Lembaga Bantuan Hukum Desa. Dalam pelaksanaan Musayawarah Rencana Pembangunan Desa, pemerintah desa Panggungharjo tidak menemukan kesulitan yang berarti. Hal ini disebabkan karena tingkat kepercayaan warga terhadap pemerintahan desa tinggi. Tingginya tingkat kepercayaan warga terhadap pemerintah desa disebabkan karena proses politik dalam pemilihan kepala desa berlangsung dengan baik, serta berbagai kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah desa memenuhi harapan warga masyarakat. 114
3 Sebagai desa dengan predikat juara nasional, ditetapkan sebagai desa model oleh KPK dalam hal transparansi, dan berbagai penghargaan telah diberikan kepada desa Panggungharjo. Segala capaian tersebut sangatlah dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan. Proses politik yang bersih dalam pemilihan kepala desa memberikan kontribusi kepada kemunculan pemimimpin ( kepala desa ) yang mampu membawa perubahan. Kemajuan desa Panggungharjo tidak bisa dilepaskan dari sosok kepemimpinan kepala desa yang telah memberikan kontribusi bagi perubahan yang terjadi. Wahyudi Anggora Hadi sebagai kepala desa telah membuktikan, bahwa kepemimipinan menjadi modal utama dalam hal perubahan. Menjadi menarik untuk direnungkan, bahwa kepemimipinan kepala desa yang diatur UU, hanya dapat menduduki jabatan kepala desa selama tiga (3) priode. Pada bagian lain sebagai seorang yang memiliki kapasitas dan kompentensi tentu Wahyudi Anggoro Hadi, sangat dimungkinkan melanjutkan karier politiknya pada jenjang yang lebih tinggi. Pertanyaannya adalah, apakah perfoma pemerintahan desa Panggungharjo akan menjadi lebih baik, atau malah jauh dari harapan warganya setelah Wahyudi Anggoro Hadi, tidak lagi menjadi kepala desa?. B.Catatan Kritis Capaian desa Panggungharjo dengan berbagai prestasi merupakan capaian yang pantas untuk mendapatkan apresiasi. Memberikan inspirasi dan menjadi rujukan berbagai desa dari seluruh Indonesia. Terbitnya UU Desa No 6 Tahun 2014, semakin menegaskan posisi desa yang semula menjadi obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan. Pembangunan tidak saja dimaknai sebagai 115
4 pembangunan yang berorientasi proyek, namun juga dituntut menjadikan pembangunan yang memberikan nilai bagi kehidupan masyarakat desa. Masyarakat desa, bercirikan dengan tingkat solidaritas yang tinggi, dibangun dari ikatan tradisi dan budaya yang terjalin secara turun temurun merupakan modal sosial yang mempunyai dampak positif bagi kemajuan suatu desa. Desa yang penuh dengan inisiatif- inisitaif lokal yang genuine, sesungguhnya merupakan dasar bagi terbentuknya prakarsa prakarsa lokal yang partisipatif. Hal tersebut bersesuaian denganan amanat UU Desa No 6 Th 2014, yang menjujung asas rekognisi dan subsidiaritas memberikan peran yang strategis bagi pemerintahan desa untuk mengelola tata kelola pemerintahan, pada bagian lain juga menghormati sekaligus melaksanakan berbagai prakarsa masyarakat. Amanat UU Desa No 6 Th 2014, mensyaratkan keterlibatan warga sebagai bagian dari tata kelola pemerintahan. Dua isu strategis dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang transparan dan akuntabel adalah: memberikan ruang kepada warga masyarakat untuk terlibat aktif dalam merumuskan kebijakan serta mewujudkan pemerintahan desa yang demokratis. Dalam kontek desa Panggungharjo tanpa menafikan keberhasilan yang telah dicapai, terdapat dua permasalahan yang dimungkinkan menjadi batu sandungan untuk mewujudkan keberlangsungan tata kelola pemerintahan yang melibatkan masyarakat dan berkelanjutan, yaitu: faktor teknokrasi, dimana kepala desa (Wahyudi) sebagai teknokrat mendominasi atas berbagai keputusan kebijakan dan faktor budaya. Dalam perspektif budaya, msayarakat jawa memiliki 116
5 kencenderungan rasa ewuh pakewuh,terlebih kepada orang-orang yang memiliki pengaruh dan ditokohkan dalam desa tersebut. 1. Kebijakan Teknokrasi Desa Panggungharjo, sebagai bagian dari system pemerintahan mempunyai logika tata kelola pemerintahan yang merujuk pada model teknokrasi, dengan teknokrat sebagai aktor utama yang merancang kebijakan. Kebenaran teknokrasi yang merujuk pada ilmu pengetahuan sebagai landasan untuk membuat kebijakan akan meminimalkan peran warga sebagai bagian dari proses pembuatan kebijakan. Dominasi elit desa yang merupakan representasi dari para teknokrat pada satu sisi dapat memberikan perubahan dalam hal pembagunan. Namun pada bagian yang lain, meminimalkan peran warga dalam proses tata kelola pemerintahan sama saja dengan membunuh demokrasi lokal desa Dinamika masyarakat desa membutuhkan formulasi kebijakan yang tepat, untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat desa. Kepala desa beserta aparatur pemerintahan desa yang bertanggung jawab atas berlangsungnya pemerintahan di desa dituntut untuk selalu hadir ditengah problematika masyarakat. Kehadiran pemerintah desa ditengah masyarakat menunjukan bentuk pemerintahan desa yang sejalan dengan amanat UU Desa No 6 Tahun Pasal 24 mengamanatkan: Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan 117
6 efisiensi, kearifan local, keberagaman, dan partisipatif. Keterlibatan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan adalah mutlak, partisipasi masyarakat dalam tata kelola pemerintahan desa memberikan ruang untuk berlangsungnya pemerintahan desa yang demokratis. Dalam kontek UU Desa 2014, Pasal 54 (1) Musyawarah Desamerupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. (2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: penataan Desa, perencanaan Desa, kerja sama Desa, rencana investasi yang masuk ke Desa, pembentukan BUM Desa, penambahan dan pelepasan Aset Desa, dan kejadian luar biasa. Pasal tersebut memberikan gambaran bahwa elit desa menjadi dominan dalam menentukan suatu kebijakan yang dirumuskan oleh aparatur pemerintahan desa, Representasi keterwakilan dalam musyawarah pembangunan desa menjadi poin krusial untuk memunculkan gagasan atau ide yang akan diwujudkan dalam rencana pembangunan desa. Dalam kontek masyarakat desa yang sangat menjaga unggah-ungguh keterwakilan menjadi tidak begitu penting dalam kontek kapasitas dan kompentesi, yang dipandang adalah dalam kontek ketokohanya. Desa sebagai ruang besar bagi berlangsungnya dinamika kehidupan masyarakatnya, merupakan ruang publik yang sesungguhnya. Kepala desa dengan aparatur pemerintahan desa yang ada merupakan representasi dari negara, 118
7 kehadiran negara ditengah warga masyarakatanya menjadi suatu keniscayaan bagi berlangsungnya pemerintahan yang demokratis. Representasi masyarakat tidak berhenti pada keterwakilan yang bisa jadi semu, hal ini dikarenakan dominasi elit desa yang duduk untuk mewakili warga tidak membawa kepentingan warga namun kepentingan diri dan kelompoknya. Kehadiran para teknokrat dengan representasi elit desa memberikan warna bagi berlangsungnya tata kelola pemerintahan desa. Dengan berbagai keunggulan pengetahuan yang dimiliki, para teknokrat mnjadi dominan untuk menentukan arah kebijakan yang ada di desa. Dalam hal lain elit desa yang memiliki berbagai kepentingan dengan minimnya peran warga sangat mungkin melakukan manover politik untuk memuluskan kepentingan-kepentingan tersebut. Keberadaan para teknokrat yang merupakan elit desa, dengan segala keyakinannya mampu mengatasi permasalahan yang melanda warganya. Tanpa melibatkan masyarakat dalam merancang berbagai kebijakan, mustahil dapat menyelesaikan permasalahan yang menjadi permasalahan warga desa. 2. Dimensi Kebudayaan Permasalahan yang dihadapi dalam tata kelola pemerintahan partisipatif, dalam kontek masyarakat desa sedikit banyak berkorelasi dengan kebudayaan. Masyarakat desa, terlebih masyarakat jawa yang ada dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan berbagai budaya, adat dan tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakatnya. Akan sangat berpengaruh dalam 119
8 sikap dan lakunya. Hal yang demikian secara otomatis juga akan terbawa dalam diri aparatur pemerintahan desa. System sosial masyarakat jawa yang lekat dengan strata sosial, memberikan gambaran awal bahwa dalam dinamika kehidupan sosial masyarakat, status sosial menjadi penting. Dalam masyarakat jawa, representasi kelompok terhormat disebut priyayi. Kelompok tersebut sangat memiliki pengaruh dalam pola relasi hubungan, baik antar masyarakat ataupun dengan elit desa. Sedangkan aparatur desa, pada sisi yang lain juga mendudukan posisi yang dikarenakan jabatannya, memposisikan dirinya sebagai priyayi, atau orang yang pantas untuk dihormati. Konsepsi ini sudah menjadi semacam aturan tidak tertulis dalam masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kehidupan sosial aparatur desa yang mendapatkan perlakuan istimewa dalam berbagai kesempatan dalam dinamika kehidupan sosialnya. Keberadaan elit desa, yang direpresentasikan dengan priyayi, mmberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam hal bangunan demokrasi desa. hal tersebut akan sangat berpengaruh dalam tata kelola pemerintahan desa. Tata sosial masyarakat jawa, dengan tata nilai yang menduduki kaum priyayi sebagai elit desa yang pantas untuk dihormati sedikit banyak akam mempengaruhi pola hubungan antara aparatur desa dengan masyarakat. Masyarakat selalu merasa ewuh pakewuh, baik dalam posisinya sebagai masyarakat, ataupun sebagai masyarakat yang secara konstitusional punya hak untuk mengawasi dalam kinerja aparatur desa. 120
9 Dalam kontek masyarakat Panggungharjo, berlangsungnya musyawarah lebih dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kepala desa (Wahyudi) dalam derajat yang tinggi. Dalam berdemokrasi musyawarah menjadi bagian yang dinamis, dimana setiap peserta berada dalam posisi yang sederajat. Permasalahan menjadi muncul manakala tingkat kepercayaan yang tinggi tersebut menjadikan warga melupakan sisi pengawasan. Tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi menjadi penting, apabila kepercayaan tersebut berkorelasi dengan berbagai kebijakan yang dimunculkan memberikan sisi positif bagi kemajuan masyarakat desa. Namun menjadi kontraproduktif manakala kepercayaan tersebut disalah artikan. Pada sisi ini sangatlah diperlukan sikap kritis warga masyarakat dalam hal pengawasan jalannya pemerintahan desa. Menyebut tata kelola pemerintahan desa, tidak bisa dilepaskan dari sejarah birokrasi di Indonesia. Desa-desa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta kental dengan akar tradisi yang bersumber dari karaton. Kenyataan tersebut telah memberikan pengaruh yang mendalam terhadap tata kelola pemerintahan desa. Birokrasi yang ada dalam tata kelola pemerintahan desa berakar pada birokrasi kerajaan dengan memberikan hak-hak istimewa kepada kepala desa dan perangkatnya. Kedudukan kepala desa beserta perangkat desa mempunyai kebanggaan tersendiri. Menjadi aparatur desa tiak dimaknai sebagai sisi pengabdian namun pada sisi kedudukan yang memiliki nilai dalam system sosial masyarakat desa. Kepala desa dalam kontek masyarakat desa tidak saja dilihat 121
10 sebagai aparat yang mempunyai kewajiban melayani warga, namun juga didudukan sebagai seseorang yang memiliki kelebihan baik dalam sisi spiritual dan fisikal. Dalam kontek positif kondisi tersebut memberikan legitimasi secara sosial yang dapat menunjang kenerja pemerintahan desa. Yang terjadi di desa Panggungharjo, menunujukan bahwa kemajuan yang dicapai desa Panggungharjo tidak bisa dilepaskan dari sosok kepala desa. Kepemimpinan kepala desa memegang peranan penting untuk membawa perurabahan. Wahyudi sebagai kepala desa, dengan segala prestasi yang telah dicapai memberikan inspirasi bagi desa-desa yang lainnya. Namun pada bagian lain, ikatan budaya dan tradisi yang dibangun secara turun temurun telah membentuk sikap warga masyarakat terhadap kepemimpinan seorang kepala desa. Tipologi masyarakat jawa dengan sikap ewuh pakewuh dalam berbgai hal, termasuk dalam menyampaikan pendapat akan sangat berpengaruh dalam pengawasan kinerja kepala desa dalam menjalankan tugasnya. Anggaran dana desa yang digelontorkan dari pusat sesuai dengan amanah UU Desa 2014, menjadi tidak berjalan maksimal disaat pengawasan yang dilakukan oleh warga tidak berjalan. Pada bagian lain paradigma yang dibangun oleh aparatur pemerintahan desa selama ini, yang selalu memposisikan pembangunan adalah pembangunan fisik belaka, menjadi permasalahan tersendiri yang perlu dipahamkan. 122
11 Telaah yang lebih mendalam untuk menemukan formulasi pembangunan, sehingga dapat memberikan pemahaman bahwa pembangunan manusia juga menjadi penting untuk membangun dinamika berdemokrasi. Pada sisi tersebut dibutuhkan keseriusan pemangku kepentingan dari pusat sampai daerah. Pada sisi yang lain membangun tata kelola pemerintahan desa dengan prinsip transparan dan akuntabel, dalam kerangka mewujudkan pemerintahan desa yang baik dan bersih dimana keterlibatan masyarakat tidak berhenti pada keterwakilan semu, merupakan tugas berat yang menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan desa. 123
BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa
BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa BUMDesa didirikan dengan kesepakatan melalui musyawarah desa yang ditetapkan
Lebih terperinciPELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM
PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM Oleh: Donny Setiawan * Pada era demokratisasi sebagaimana tengah berjalan di negeri ini, masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLa m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG
La m piran Hasil Pembahasan Senin PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL NOMOR 8 TAHUN 2015 T E N T A N G TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PANGGUNGHARJO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *
MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember
Lebih terperinciPemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
1 2015 No.02,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, organisasi, pemerintah, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2015 menurut Undang-undang No.6 Tahun menteri Desa No.21 tahun 2015 tentang prioritas penggunaan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Balakang Masalah Salah Satu perubahan besar dalam keuangan publik di tingkat Desa adalah adanya pemberian dana Desa kepada seluruh Desa yang berada di wilayah Indonesia, dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demokratisasi Desa merupakan fase tersendiri yang sengaja dibedakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokratisasi Desa merupakan fase tersendiri yang sengaja dibedakan dengan demokratisasi di Desa. Demokratisasi Desa mewakili semangat UU No.6 Tahun 2014 tentang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages
DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai pemerintahan yang bersentuhan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG
. BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KUDUS,
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,
Lebih terperinciMEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA
MATERI DISKUSI MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA Yeremias T. Keban MKP FISIPOL UGM Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 27 September 2017 The Alana
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
TI BAN SALINAN BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciREVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA
REVOLUSI MENTAL DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DESA OLEH : I GEDE KANEKA SETIAWAN, SSTP, MPA Apa itu Revolusi Mental Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat (pemerintah & rakyat) dengan
Lebih terperinciBUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN
Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa desa sebagai satuan wilayah otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciWALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G
WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KOTA PARIAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada Bab IV, maka peneliti menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengakomodir prinsip-prinsip good governance:
Lebih terperinciKEPALA DESA SUMBANG KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS
KEPALA DESA SUMBANG KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS PERATURAN DESA SUMBANG NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SUMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik. Dari segi pemerintahan salah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2015 PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG MUSYAWARAH DESA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA
PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA 1/2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) ~ paling sedikit, pemungutan suara dinyatakan sah pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui
Lebih terperinciBUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA
SALINAN BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciLex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017
PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA 1 Oleh : Roosje M.S. Sarapun 2 ; Audi H. Pondaag 3 ; Noldy Mohede 4. ABSTRAK Dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional untuk terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa desa sebagai subyek pembangunan. Desa tidak lagi hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditetapkannya Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang desa mengamanatkan bahwa desa sebagai subyek pembangunan. Desa tidak lagi hanya berperan sebagai unit
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,
Lebih terperinciBAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, dimana didalam negara kesatuan dibagi menjadi 2 bentuk, yang pertama adalah negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik, Pemerintahan Desa dituntut untuk mempunyai Visi dan Misi yang baik atau lebih jelasnya Pemerintahan
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com
TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA Sumber : id.wordpress.com I. PENDAHULUAN Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAH DESA BIDANG MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAH DESA BIDANG MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA TANGGAL 14 APRIL 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Dasar 1945, pada dasarnya sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang memberikan keleluasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain proses reformasi sektor publik, khususnya reformasi pengelolaan keuangan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setelah melalui perjalanan panjang selama kurang lebih 7 tahun dalam pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan pada tanggal 15 Januari
Lebih terperinciBUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI TORAJA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan disuatu Negara dapat dilakukan melalui sistem sentralisasi maupun desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi segala urusan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Desa merupakan basis bagi upaya penumbuhan demokrasi, karena selain jumlah penduduknya masih sedikit yang memungkinkan berlangsungnya proses demorasi secara
Lebih terperinciJesly Marlinton 1. Kata Kunci : pengawasan, pengelolaan, alokasi dana desa (ADD)
ejournal Pemerintahan Integratif, 2018, 6 (2): 284-293 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2018 STUDI TENTANG PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah
Lebih terperinciBUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA
BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMATRIK KURIKULUM PELATIHAN TENAGA AHLI DAN PENDAMPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
MATRIK KURIKULUM PELATIHAN TENAGA AHLI DAN PENDAMPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA 0 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi I iii A. LATAR BELAKANG 1. Tujuan Intruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Intruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedesaan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa (UU Desa).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dasar kebijakan yang baru dalam pembangunan kawasan pedesaan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa (UU Desa). Dengan lahirnya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi bidang pemerintahan daerah salah satunya adalah tuntutan demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan di daerah itu sendiri, terutama optimalisasi peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah menjadi salah satu paradigma dalam penyelenggaran untuk mengelola urusan-urusan publik. Menurut
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA MIAU MERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun
Lebih terperinciPasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.
BAB V PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Pasal 24 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: a. kepastian hukum; b. tertib penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertimbangan yang mendasari terbitnya Undang-Undang Nomor 23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertimbangan yang mendasari terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah adalah bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR
PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT
Lebih terperinciPERATURAN DESA PANGGUNGHARJO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENAMBAHAN MODAL BADAN USAHA MILIK DESA PANGGUNG LESTARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DESA PANGGUNGHARJO NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENAMBAHAN MODAL BADAN USAHA MILIK DESA PANGGUNG LESTARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH DESA PANGGUNGHARJO, Menimbang : a. Bahwa sesuai
Lebih terperinciBAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI
BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Lebih terperinciBUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip tata kelola keuangan yang baik merupakan prinsip pokok yang harus diberlakukan di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Untuk menciptakan tata kelola
Lebih terperinciKebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum
emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,
Lebih terperinciPRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)
PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015) Debby Ch. Rende Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi
Lebih terperincipenduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan
Lebih terperinciTRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito
TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA Arie Sujito Apa pelajaran berharga yang dibisa dipetik dari perubahan desa sejak UU No. 6/ 2014? Apa tantangan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON
BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 4.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan Kecamatan Bandung Kulon sebagai Satuan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. terkait dengan judul penelitian serta rumusan masalah penelitian. yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP Bab ini mengulas tentang kesimpulan dari pembahasan terkait dengan judul penelitian serta rumusan masalah penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya. Peneliti juga memberikan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciQANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciUU No. 6 Tahun 2014 kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk mengatur dan mengurus
UU No. 6 Tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
Lebih terperinciKEPALA DESA KIRIG KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS PERATURAN DESA KIRIG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA KIRIG
1 KEPALA DESA KIRIG KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS PERATURAN DESA KIRIG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA KIRIG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KIRIG,
Lebih terperinciBAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan beberapa butir kesimpulan berdasarkan temuan dan analisis data (yang tercermin dalam uraian tentang implikasi teoritis
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.7, 2014 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPERATURAN DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2015 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL KECAMATAN KASIHAN DESA BANGUNJIWO Alamat : Bangunjiwo, No. Telepon : 413340 Kode Pos : 55184 Website:www.desabangunjiwo.com, e-mail: desa.bangunjiwo@bantulkab.go.id PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan
Lebih terperinciKEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG
KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG KEPEMILIKAN DAN PENGELOLAAN ASET SARANA PRASARANA HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis multidimensi yang menghantam bangsa Indonesia yang dimulai tahun 1997 lalu telah mencerminkan adanya kegamangan masyarakat dalam mensikapi perubahan
Lebih terperinci