EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ"

Transkripsi

1 EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam tesis magister kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2010 Syawaluddin Soadiq NIM C

3 ABSTRACT SYAWALUDDIN SOADIQ. Experiment on Reef Fish Capture Using Modified Fyke Nets in Selayar Waters. Under the supervision of ARI PURBAYANTO and INDRA JAYA. Destructive fishing as a simple and effective method for fisher to exploit reef fish has been applied in several locations in Selayar Island waters. Although those activities have been recognized as harmful to reef ecosystem, the lack of fisher knowledge on responsible fishing contributes to destruction the reef ecosystem. Fyke net as a passive gear have been commonly operated stationary or moved in river, lake and estuarin waters. Fish trapped by using net leader to guide fish when swimming againts current and finally move into bunt end of fyke net. Reef fish have different characteristic on fyke net interaction which was voluntary trapped on gear, then for this reason the modification of fyke net to catch reef fish was properly needed. This research was to determine effectiveness of modified fyke net to target catch of reef fish and to analyze catch of modified fike net in order to achieve friendly environmental level. This experiment was conducted in Parak waters of Selayar Islands using two designs of modified fyke net (type-a of chambered wing, type-b of non-chambered wing). This fishing experiment using Complete Randomized Design where the type of fyke net as treatment. Both fyke nets used was simultaneously operated at 25 m distance to sample reef fish in two location. The fyke nets fished 24 hours then repeated 7 times for each location. The result showed that the reef fish as the target catch (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) was dominant in their weight. While, the reef fish as the non-target catch (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) was dominant in their number. Total catch of fyke net A was significantly higher (2.96 times) than fyke net B. Moreover, the number of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (15.50 times) than fyke net B. The weight of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (10.56 times) than fyke net B. But, there was no significantly different between fyke net A and B on reef fish as non-target catch. Design of modified fyke nets were effective to catch reef fish and selective to catch non-target reef fish. Keyword: chambered wing, effectiveness, modified fyke nets, reef fish, target catch.

4 RINGKASAN SYAWALUDDIN SOADIQ. Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar. Dibimbing oleh ARI PURBAYANTO dan INDRA JAYA. Salah satu upaya menekan eksploitasi ikan dengan cara destructive pada kawasan terumbu karang di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah dengan menerapkan kaidah responsible fishing. Upaya itu dapat dimulai dengan melakukan eksperimen dalam merancang alat dan metode penangkapan alternatif dengan penerapan alat pasif seperti fyke net. Umumnya fyke net dioperasikan pada sungai dan danau yang dipasang secara menetap atau berpindah-pindah. Konstruksi fyke net tersebut dengan ikan yang masuk kantong dipaksa tergiring oleh jaring pemandu. Fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang disesuaikan dengan sifat ikan yang secara sukarela masuk kantong fyke net sehingga modifikasi bagian-bagiannya perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) merancang modifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan, (2) menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan karang target, (3) menganalisis ikan hasil tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertempat di perairan sekitar Desa Parak Kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Eksperimen dilakukan dengan membuat 2 disain fyke net modifikasi yaitu tipe A sayap dengan serambi dan tipe B sayap tanpa serambi. Penelitian ini menggunakan hand-held GPS, fish finder dan perahu bercadik ganda dengan geladak tambahan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip operasi penangkapan dengan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dengan jarak pemasangan antar fyke net sejauh 25 m dan trip dilakukan selama 24 jam. Pengoperasian fyke net dilakukan pada fishing ground pada kisaran posisi 6º05 21 sampai 6º05 24 BT dan 120º23 24 sampai 120º23 54 LS. Kelompok ikan karang target (famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi berat sedangkan kelompok ikan non-target (famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae) adalah yang dominan tertangkap fyke net dari segi jumlah individu. Ikan tersebut diduga tertangkap karena sifat mereka untuk mencari perlindungan (shelter) dan sifat tigmotaxis. Jumlah individu ikan hasil tangkapan total (ekor) berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 2,96*B). Selanjutnya berat total (gram) ikan hasil tangkapan berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 5,19*B). Jumlah individu hasil tangkapan ikan karang target berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 15,50*B). Selanjutnya berat ikan karang hasil tangkapan berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 10,56*B), akan tetapi hasil tangkapan ikan non-target antara fyke net tipe A dan B tidak menunjukkan perbedaan.

5 Modifikasi bagian sayap fyke net dengan menambahkan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan secara signifikan baik dari segi jumlah (ekor) maupun berat (gram). Disain fyke net sayap dengan serambi meningkatkan hasil tangkapan berdasarkan jumlah individu dan berat ikan karang target namun tidak menunjukkan peningkatan signifikan terhadap jumlah hasil tangkapan ikan nontarget yang merupakan komponen tangkapan sampingan (by-cacth). Hasil tangkapan ikan karang target dengan menggunakan fyke net modifikasi adalah dominan berdasarkan berat terhadap ikan non-target. (Kata Kunci: sayap berserambi, efektifitas, modifikasi fyke net, ikan karang) v

6 Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarangmengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

7 EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Kelautan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

8 Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Sulaeman Martasuganda, B.Fish, M.Sc

9 Judul Tesis Nama NIM : Eksperimen Penangkapan Ikan Karang dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi di Kabupaten Selayar : Syawaluddin Soadiq : C Disetujui, Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc Ketua Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc Anggota Diketahui Ketua Pogram Studi Teknologi Kelautan Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S Tanggal Ujian: 29 Desember 2009 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Atas izin dan perkenan Allah SWT, Tuhan Maha Penguasa waktu dan Maha Pemberi Ilmu, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan tesis dengan judul Eksperimen Penangkapan Ikan Karang Dengan Menggunakan Fyke Net Modifikasi. Teriring kerendahan hati yang tulus dan ikhlas penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai kepada Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc, sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing atas kesabaran, perhatian dan motivasinya dalam memberikan bimbingan kepada penulis. Kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Teknologi Kelautan serta seluruh dosen dan staf Program Studi Teknologi Kelautan atas nasihat dan keramahannya kepada penulis dalam menyelesaikan segenap tahap penyelesaian studi hingga penulis dapat merampungkan tesis. Penulis juga menghaturkan terimakasih setulus hati kepada : 1. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor beserta staf yang telah menerima penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister Sains di Institut Pertanian Bogor. 2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Pusat Kajian Ilmu dan Teknologi Kelautan dan Ketua Program Studi Budidaya Perairan yang telah memberi kepercayaan penuh dan bantuan materil untuk menempuh pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor. 3. Kedua orangtua, Ibunda Siti Raelang atas doa dan kepasrahannya, ayahanda Mohammad Soadiq Toaha yang ditengah berjuang melawan sakit jantung dan paru-paru tetap memberi penulis motivasi dan semangat untuk tetap menimba ilmu di perantauan. 4. Siti Suwadah Rimang, S.Pd. M.Hum sebagai istri setia dalam suka dan duka berbagi kesusahan ditengah studinya menyelesaikan disertasi di Universitas Negeri Surabaya, ananda pejuang kasih sayang Muhammad Raihan yang rela

11 melepaskan hak sebagian besar waktu kanaknya terpisah jauh dari perlindungan dan perhatian seorang bapak dan kasih sayang yang semestinya diperoleh. Sungguh ananda Raihan betul-betul pejuang kasih sayang. 5. Ayahanda KH. Djamaluddin Amien selaku orangtua kandung sendiri yang memberi penanaman makna kehidupan serta nasihat yang memuaskan dahaga spiritual disaat kesusahan. 6. Direktur NCU COREMAP II atas bantuan penulisan tesis pada program Mitra Bahari COREMAP II tahun anggaran Tamsil Linrung, SE, MM dan Usman Lonta, M.Pd dengan segala kesibukannya dan tugas legislatifnya masih sempat memberi perhatian melalui bantuan materil dan immateril demi kelancaran studi penulis. 8. Segenap karib seperjuangan mahasiswa Program Studi TKL; Andi Assir, Imran, Cecu, Iskandar, Dame, Ongge, Gandi, Devi, Siti, Silvia, Dian, Bahim, dan teman-teman di Wisma Pinus IPB, Tanah Doang dan yang tergabung di Forum Wacana Sulsel atas kepeduliannya demi kesuksesan studi penulis. 9. Segenap pihak yang belum disebutkan dan telah memberikan batuan langsung atau tidak langsung. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pengembangan perikanan dan kelestarian sumberdaya di terumbu karang. Penulis menyadari sejumlah keterbatasan masih terdapat pada tesis ini oleh karena itu kritik dan saran masih sangat penulis butuhkan. Bogor, Januari 2010 Syawaluddin Soadiq

12 RIWAYAT HIDUP Di Desa Manisa Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang, 186 km sebelah Utara kota Makassar pada tanggal 21 Desember 1970 Masehi, bertepatan 22 Syawal 1391 Hijriyah hari Senin penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari lima bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Penulis dilahirkan dari keluarga bersahaja dari pasangan Mohammad Soadiq seorang guru SD dan Sitti Raelang. Masa kecil penulis lebih banyak dihabiskan bermain, berenang dan memancing di pesisir pantai Tanjung Bunga Makassar sehingga atas dasar kecintaan terhadap kebaharian penulis memilih mendaftar pada Jurusan Perikanan yang kala itu masih bernaung di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dan diterima pada tahun Semasa mahasiswa penulis aktif mengajar sebagai asisten praktikum dan asisten dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar. Tahun 1997 penulis menyelesaikan S1 dan aktif dalam sejumlah LSM yang bergerak di bidang pesisir dan terumbu karang. Pada tahun 2000 penulis diterima sebagai staf pengajar tetap di Universitas Muhammadiyah Makassar dan dipercayakan menjalankan amanah sebagai Ketua Jurusan Perikanan hingga tahun Pada tahun itu juga penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program magister sains pada Program Studi Teknologi Kelautan melalui bantuan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) on-going dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI.

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR LAMPIRAN.... Halaman xiv xv xvi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Karang Eksploitasi Sumberdaya Ikan Karang Konstruksi Fyke Net Pengoperasian Fyke Net Kriteria Keramahan Alat Tangkap Ikan METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Fyke net modifikasi Alat bantu penangkapan Metode Penelitian Pengoperasian fyke net Pengumpulan data Rancangan Penelitian Analisis data HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perairan di Lokasi Penelitian Pengoperasian fyke net modifikasi Hasil tangkapan fyke net Hasil tangkapan fyke net tipe A Hasil tangkapan fyke net tipe B Perbandingan hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B Uji Statistik hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B Uji Statistik hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B Uji Statistik hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B berdasarkan kategori ikan karang... 39

14 5 PEMBAHASAN 5.1 Performa fyke net modifikasi Operasi penangkapan ikan dengan fyke net di terumbu karang Hasil tangkapan fyke net Hasil tangkapan fyke net tipe A Hasil tangkapan fyke net tipe B Perbandingan hasil tangkapan fyke net tipe A dan tipe B Perbandingan hasil tangkapan ikan target setiap tipe fyke net Perbandingan hasil tangkapan ikan non-target setiap tipe fyke net Kriteria keramahan fyke net KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 DAFTAR TABEL Halaman 1 Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi Perbandingan fyke net yang dimodifikasi dengan fyke net standar 16 4 Spesifikasi perahu yang digunakan selama penelitian Trip selama penelitian xiv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Disain mulut kantong yang diberi bingkai dan rigi Kerangka pemikiran penelitian Peta Lokasi Penelitian Mulut kantong fyke net modifikasi dan standar 16 5 Fyke net Modifikasi (tampak dari atas, ukuran dalam cm); tipe A, sayap dengan serambi; tipe B, sayap tanpa serambi Fyke net Modifikasi (tampak dari samping, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi Fyke net modifikasi (tampak dari depan dan belakang, ukuran dalam cm), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi 19 8 Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm) 21 9 Ilustrasi tahap-tahap dalam pengoperasian fyke net Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi Jumlah individu dan berat hasil tangkapan fyke net berdasarkan famili Jumlah individu (A) dan berat (B) hasil tangkapan fyke net berdasarkan kategori ikan karang Jumlah individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net Berat individu hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net Ikan hasil tangkapan berdasarkan kategori kan karang target dan mayor pada masing-masing tipe fyke net Ilustrasi interaksi ikan terhadap fyke net tipe A (sayap dengan serambi) tipe B (sayap tanpa serambi) xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Komposisi hasil tangkapan Fyke Net a Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan Famili b Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan kategori ikan karang... 3a Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi)... 3b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi) berdasarkan famili a Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi) b Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi) berdasarkan famili dan kategori ikan karang Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B a Jumlah dan berat hasil tangkapan Fyke net tipe A dan B terhadap ikan target dan ikan non-target b Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan Ikan Karang Ekonomis Uji F Hasil Tangkapan Fyke Net Contoh Ikan Hasil Tangkapan Fyke Net Selama Penelitian Foto-foto kegiatan selama penelitian xiv

18 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan wilayah yang memiliki ciri khas kehidupan pesisir dengan segenap potensi baharinya seperti terumbu karang tropis yang terdapat di Taman Nasional Laut Taka Bonerate. Terumbu karang tropis tersebut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan interaksi antar spesies yang beragam juga merupakan daerah potensial untuk tereksploitasi dari berbagai kegiatan manusia. Keberadaan beberapa spesies ikan karang target dengan nilai ekonomis penting seperti kerapu, napoleon, ekor kuning, kakap, lencam, ikan hias merupakan faktor penyebab tingginya upaya eksploitasi ekosistem ini. Pada batas yang tidak terkendali eksploitasi di kawasan terumbu karang akan mengakibatkan kerusakan serius pada konsistensi koloni dan biodiversitasnya Upaya eksploitasi di kawasan terumbu karang dapat berupa penambangan karang masif untuk kebutuhan material rumah dan jalanan, turisme dan penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan yang berpotensi signifikan terhadap kerusakan pada terumbu karang adalah penggunaan bahan peledak dan bahan pembius ikan (potasium sianida). Bahan peledak dan pembius tersebut diperuntukkan bagi ikan-ikan target tangkapan di sekitar karang atau yang bersembunyi di balik lubang-lubang karang sehingga untuk memudahkan penangkapan maka metode peledakan dan pembiusan menjadi pilihan. Kerusakan akibat penggunaan bahan peledak berupa cabang karang patah, karang masif hancur, kematian massal anakan/ikan kecil dan pengadukan pasir yang menutupi koloni karang. Kerusakan akibat penggunaan sianida adalah kematian polip karang oleh efek pencucian (bleaching), kematian untuk ikan ukuran kecil dan pingsan bagi ikan ukuran besar. Pratt (1996) melaporkan ion sianida di air laut menjadi penghambat penyerapan oksigen ke sel polip karang, anakan ikan, indukan yang siap memijah dan oleh karena itu menjadi sangat rentan mengalami kematian. Penggunaan sianida oleh penyelam tradisional berakibat kehilangan sementara atau permanen kemampuan organ sensor bila terpapar saat menyelam. Hasil penelitian P2O-LIPI menunjukan terumbu karang di Indonesia rusak berat 39,5 %; rusak sedang 33,5 %; baik 21,7 % dan 5,3% sangat baik (COREMAP 2001). Degradasi terumbu karang di Indonesia cenderung mengalami penurunan

19 biodiversitas generik dengan penyebab utama adalah polusi dari daratan dan kegiatan destructive fishing (Edinger et al.1998). Salah satu upaya mengurangi laju kerusakan terumbu karang akibat penggunaan bahan peledak dan sianida adalah dengan merancang alat dan metode penangkapan alternatif yang dapat menjamin konsistensi koloni karang dan kelestarian biodiversitasnya. Fyke net adalah alat tangkap yang dalam pengoperasiannya tidak bergerak (statis) dan tidak menyaring (non-filtering) ikan melainkan hanya menunggu ikan mendekati fyke net seperti prinsip penangkapan dengan bubu sehingga menjadi pilihan alat dan metode penangkapan alternatif. Penggunaan fyke net untuk tujuan tersebut membutuhkan penyesuaian dari segi konstruksi dan metode pengoperasian yang diharapkan dapat menjamin konsistensi koloni karang dan kelestarian biodiversitasnya. Oleh karena itu diperlukan modifikasi dalam penggunaan alat tangkap fyke net yang diharapkan dapat menjadi metode alternatif mengingat prinsip pengoperasian yang bersifat pasif dan berpotensi selektif. Modifikasi fyke net dilakukan mengingat karakteristik umumnya dioperasikan pada perairan tawar sehingga unutk pengoperasian di terumbu karang diperlukan modifikasi yang tepat. Fyke net dioperasikan pada perairan sungai yang mengalir dan dipasang menetap atau berpindah-pindah dengan bantuan patok atau jangkar (FAO, 1975) sehingga ikan terperangkap masuk kantong tergiring jaring pemandu dan arus sungai yang memaksa ikan menuju mulut kantong. Modifikasi fyke net yang dioperasikan pada terumbu karang dengan prinsip ikan masuk secara sukarela dengan menambahkan pada bagian sayap ruangan berbentuk serambi serta celah untuk ikan tidak bebas keluar lagi. Modifikasi fyke net yan dioperasikan di terumbu karang menggunakan kantong pasir sebagai pengganti jangkar/patok mengingat koloni karang sangat rentan terhadap friksi dari komponen alat tangkap yang berbahan logam. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO 1995) serta paradigma pengelolaan perikanan Indonesia bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan melibatkan pertimbangan dan evaluasi secara ilmiah. Kenyataan di lapangan menunjukkan destructive fishing di terumbu karang perairan sekitar 2

20 kabupaten Selayar masih tetap ditemui. Yasri dan Yusuf (2001) mengemukakan bahwa daerah sekitar taman nasional laut Takabonerate yang merupakan asset penting terumbu karang di kabupaten Selayar luasnya ha, ikan karang 330 spesies dan hewan karang tidak kurang dari 200 spesies berpotensi terancam destructive fishing. Berdasarkan laporan Setiasih (2002) pada pulau Rajuni Kecil yang memiliki persentase penutupan karang hidup kategori A (=75 %), selebihnya dalam kondisi memprihatinkan, oleh sebab itu upaya untuk menemukan alternatif penangkapan ikan yang berbasis pada pertimbangan ilmiah dan menjamin konsistensi ekologis terumbu karang perlu dilakukan sesegera mungkin. Penggunaan sianida dan bahan peledak adalah komponen destructive fishing yang memiliki kecendrungan meningkat sejak awal tahun 2000 (Pratt 1996). Selanjutnya Jones (1997) melaporkan efek penggunaan sianida secara laboratorium terhadap polyp karang, anakan ikan dan induk ikan memijah mengakibatkan kematian pada dosis tertentu, kemudian pada ikan dewasa kematian akan terjadi pada dosis yang lebih tinggi. Uraian tersebut di atas yang menjadi alasan penelitian untuk menemukan alternatif penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Alat utama penangkapan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu fyke net yang dimodifikasi. Fyke net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap pasif yang sifatnya menangkap ikan dengan kantong perangkap, pada bagian sisi kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar. Kelebihan yang diharapkan dari fyke net adalah dapat mengurangi kerusakan karang karena dipasang pada bagian luar koloni karang. Kelebihan lain yang diharapkan adalah hasil tangkapan fyke net tetap hidup sehingga penurunan kualitas ikan karena kematian dapat ditekan dan hal lain yang tak kalah penting adalah alat ini berpotensi selektif melalui proses seleksi hasil tangkapan (human selectivity) pada saat hauling dengan ikan yang masih dalam keadaan hidup. Rumusan masalah dari penelitian pada alat tangkap fyke net adalah: (1) Seberapa besar signifikansi disain fyke net berpengaruh terhadap komposisi dan jumlah hasil tangkapan. (2) Apakah modifikasi bagian-bagian fyke net berpengaruh terhadap selektivitas hasil tangkapan ikan non-target. (3) Apakah metode pengoperasian fyke net tergolong ramah lingkungan. 3

21 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memodifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat meningkatkan hasil tangkapan yang diinginkan. (2) Menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan target (3) Menganalisis ikan hasil tangkapan fyke net modifikasi terkait dengan aspek keramahan alat tangkap. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi nelayan sebagai alat tangkap dan metode alternatif penangkapan ikan karang yang dapat menekan kerusakan karang oleh praktek penggunaan sianida dan bahan peledak. Penelitian ini juga diharapkan menunjang pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui hasil tangkapan ikan hidup dengan mutu lebih baik dan selektif sehingga dapat menekan bycacth dan eksploitasi ukuran ikan karang yang belum memijah. Aspek ilmiah dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan informasi bagi pengembangan penelitian lebih lanjut tentang modifikasi bagian lain fyke net untuk dapat lebih mengoptimalkan hasil tangkapan ikan karang ekonomis. 1.5 Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Fyke net modifikasi meningkatkan jumlah tangkapan ikan target. (2) Metode pengoperasian fyke net tidak merusak karang. (3) Hasil tangkapan bervariasi berdasarkan jenis dan ukuran dengan dominasi ikan karang ekonomis. 1.6 Kerangka Pemikiran Fyke net memiliki prinsip kerja yaitu memandu ikan masuk ke dalam kantong kemudian tidak dapat keluar lagi, alat tangkap ini terdiri atas 2 bagian utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bund end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa diberi pintu masuk sehingga ikan tidak mudah keluar dan terhambat untuk kembali ke perairan bebas (FAO 1975). Kantong kemudian dimodifikasi sehingga bekerja seperti bubu. 4

22 Modifikasi fyke net dilakukan pada bagian mulut kantong yang sangat menentukan kemampuan ikan tertangkap atau meloloskan diri. Modifikasi mulut kantong dilakukan dengan membuat disain yang diberi bingkai dan rigi-rigi (Gambar 1). High & Ellis (1973) melaporkan disain mulut berbingkai ini dipasangkan pada bubu dan menunjukkan hasil tangkapan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan bubu dengan mulut yang seluruhnya dari jaring tanpa bingkai. Selanjutnya High & Ellis (1973) memodifikasi bingkai dengan menambahkan rigi-rigi yang menunjukkan penurunan kelolosan ikan. Metode pengoperasian fyke net modifikasi dalam penelitian ini dilakukan pada daerah bagian luar koloni terumbu karang sehingga diharapkan dapat menjaga konsistensi terumbu karang dari kerusakan. Metode ini digunakan berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari makan diluar terumbu karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari makan. Serta memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik dan kembali ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis hewan yang diharapkan menjadi target tangkapan berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan krapu, lencam, kakap merah, lobster dan lain-lain. Berlandaskan pada uraian ini maka dirancang alat tangkap dan metode alternatif yang dapat dijadikan rujukan untuk eksploitasi sumberdaya ikan karang yang ramah lingkungan. Uraian pada kerangka teoritis tersebut diatas kemudian disusun menjadi kerangka pemikiran penelitian (Gambar 2). A 12 cm 40 cm 36 cm 12 cm 12 cm B 60 cm Keterangan : A. Bingkai dengan rigi-rigi (ukuran dalam cm) B. Bingkai dengan rigi-rigi yang telah terpasang pada mulut fyke net Gambar 1. Disain mulut kantong yang diberi bingkai dan rigi. 5

23 Potensi Sumberdaya ikan karang di kabupaten Selayar Responsible fishing pada terumbu karang di kabupaten Selayar Penggunaan Metoda dan Alat tangkap Alternatif Pembuatan disain dan konstruksi alat tangkap alternatif Modifikasi fyke net Perbaikan Metode Pengoperasian Penggunaan sayap dengan serambi Pengunaan kantong pasir pengganti jangkar mulut kantong Pemanfaatan arus pasang-surut Setting alat diluar koloni karang Stabilitas alat tangkapan Selektif Ruaya pasang-surut ikan, mencari shelter dan feeding ground Peningkatan catchability Konsistensi ekologis terumbu karang Rekomendasi disain dan metode pengoperasian yang ramah lingkungan Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian 6

24 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Karang Adrim (1995) mengklasifikasi ikan karang kedalam beberapa jenis: 1) ikan target; ikan yang menjadi tujuan penangkapan seperti jenis Serranidae (krapu), Lutjanidae (kakap), Lethrinidae (lencam). 2) ikan indikator; ikan yang keberadaannya menjadi penanda tingkat kesuburan/kerusakan karang seperti jenis Chaetodontidae (kepe-kepe, kambing-kambing, anjel). 3) ikan kategori utama, ikan yang peranan utama sebagai komponen rantai makanan dan belum diketahui fungsi dan peran lebih jauh pada karang, jenis ini termasuk Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Siganidae, Labridae, Mullidae dan Apogonidae. Ikan karang di Taman Laut Nasional Taka Bonerate kabupaten Selayar, terdiri atas rasio antara ikan mayor, indikator dan target dengan perbandingan 9 : 1 : 4 (Husain, 2000). Jompa et al. (2000) mengemukakan keberadaan ikan karang pada daerah reef top umumnya terdapat jenis ikan wrasse tanda Halichoeres chloropterus (Labridae), ikan betok biru Pomacentrus pavo (Pomacentridae), beberapa jenis ikan kakatua Scarus sp. (Scaridae), dan ikan Lencam Bidadari Pentapodus sp. (Nemipteridae). Sementara pada reef edge umumnya adalah ikan betok cagak Chromis ternatensis dan ikan sersan Amblyglyphidodon curacao (Pomacentridae), jenis ikan kakatua Scarus dimidiatus dan S. capistratoides (Scaridae), serta ekor kuning dan pisang-pisang Caesio sp (Caesionidae). Migrasi ikan karang menurut Spotte (1992) ada 3 macam, yaitu: 1) Migrasi vertikal, jenis ikan karang dengan sifat sebagai pemakan plankton di dan bermigrasi ke sekitar permukaan pada siang hari dan kembali ke karang pada malam hari. 2) Migrasi horizontal, jenis ikan karang herbivor dengan sifat menjelajah secara horizontal di sekitar karang memakan alga dan tumbuhan, jenis ini adalah Achanturidae, Scaridae. 3) Migrasi horizontal keluar terumbu karang, jenis ikan predator dan aktif makan pada malam hari dan kembali lagi ke karang pada saat tidak aktif makan, jenis

25 ini adalah Anthrinidae, Haemulidae, Lutjanidae, Serranidae, Mulidae dan Clupeidae. Migrasi harian ikan karang terjadi pada siang hari dan malam hari, jenis ikan herbivor kebanyakan aktif makan pada siang hari sedangkan ikan predator adalah ikan yang aktif pada malam hari (Hobson, 1973 yang diacu Versteegh, 2003). Menurut Furevik (1994), mengemukakan beberapa alasan ikan menemukan bubu selain menyusuri keberadaan umpan adalah: (1) gerakan acak, (2) menjadikan bubu sebagai tempat berlindung sementara atau tetap, (3) sifat ingin tahu ikan, (4) adanya perilaku kompetisi intra spesies. Keberadaan ikan karang menurut Holzman et al (2007), ikan karang umunya berenang pada kisaran kurang dari 2 m disekitar dasar perairan terumbu karang. Beberapa fase tingkah laku ikan terhadap bubu menurut Furevik (1994) adalah: (1)fase arousal; (2)fase location; (3)fase nearfield; (4)fase ingress; (5)fase inside; dan (6)fase escape. 2.2 Eksploitasi Sumberdaya Ikan Karang Sukmara et al. (2001) mengemukakan jaenis kegiatan yang berpotensi merusak terumbu karang adalah: 1) Bom, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan patahpatah, tersebar berserakan dan hancur menjadi pasir, meninggalkan bekas lubang pada terumbu karang. 2) Racun/potas, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati dan berubah menjadi putih, meninggalkan bekas patahan karang yang banyak karena nelayan mengambil ikan yang tersenbunyi di balik terumbu karang. 3) Trawl, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan patahpatah. 4) Jaring dasar, akibat yang ditimbulkan adalah karang stress dan patah-patah 5) Bubu, akibat yang ditimbulkan adalah karang mati, terbongkar dan patahpatah, terdapat bongkahan karang mati dan menumpuk pada beberapa tempat terutama karang kepala jenis Porites. 8

26 6) Jangkar, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur, terbongkar dan patahpatah terutama pada patahan karang yang berserakan jenis karang jari (Acropora branching). 7) Berjalan di atas karang, akibat yang ditimbulkan adalah karang hancur dan patah-patah. 8) Penambangan batu karang, akibat yang ditimbulkan adalah penurunan pondasi terumbu karang. 9) Kapal di perairan dangkal, akibat yang ditimbulkan adalah karang patah. Penyebab utama kerusakan dan penurunan kualitas terumbu karang diduga paling banyak berasal dari penangkapan ikan dengan cara yang merusak, penambangan karang dan sedimentasi (Kusen et al, 2000). Selanjutnya dikemukan pula penangkapan ikan dengan cara yang merusak meliputi penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun, teknik muro-ami dan jaring penangkap ikan merusak (contohnya bubu). Pengeboman terumbu karang dengan maksud mendapatkan ikan merupakan praktek yang umum di seluruh laut Indonesia. Sianida sebagai racun sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan ornamenta (untuk hiasan akuarium laut) di banyak wilayah di Indonesia. Kusen et al. (2000) mengemukakan juga bahwa aktivitas kapal dari nelayan dan kegiatan olahraga air serta wisata bahari juga menyebabkan kerusakan terumbu karang, melalui jaring tangkap yang digunakan oleh nelayan, pembuangan jangkar kapal dan aktivitas berjalan-jalan di atas karang yang merupakan hasil dari kegiatan wisata bahari. 2.3 Konstruksi Fyke Net Fyke net oleh FAO (1975) adalah alat tangkap yang sifatnya menangkap ikan dengan kantong perangkap. Letak kantong terdapat pada bagian tengah, pada sisi kiri dan kanan kantong dilengkapi net leader atau jaring pemandu ikan masuk ke kantong dan terhambat bila ikan akan keluar. Fyke net dapat dioperasikan pada daerah pantai, estuaria bahkan sungai dan danau. Fyke net memiliki prinsip kerja yang sama yaitu memandu ikan masuk ke dalam kantong kemudian tidak dapat keluar lagi (Brandt 1985), alat ini terdiri atas 9

27 2 bagian utama yaitu jaring pemandu/net leader (NL) dan kantong/bunt end (BE) yang berbentuk silinder. Kantong dikonstruksi sedemikian rupa sehingga membentuk kantong dengan diberi pintu masuk akan tetapi ikan tidak mudah keluar / terhambat untuk kembali ke perairan bebas (FAO 1975). Bukaan kantong fyke net dapat mencapai 2 m dan dapat di buat selektif dengan dipasang menetap dan pasif, sehingga ikan yang tertangkap hanya pada areal disekitar pemasangan. Fyke net dioperasikan secara menetap atau berpindah-pindah pada arus yang kuat dan dipasang pada dasar perairan melalui jangkar, patok atau pemberat lainnya. Proses hauling dilakukan langsung dengan atau tanpa alat secara berkala pada selang beberapa hari. Alat ini berpotensi menghasilkan tangkapan sampingan seperti ikan ukuran juvenil maupun undersized market (FAO 1975). Mawardi (1998) memodifikasi bentuk kantong bubu dengan menambahkan sayap dan berdasarkan kategori alat tangkap menurut Brandt (1985) bubu sayap ini tergolong perangkap (fish trap) dengan nama spesifik basket with wing. Prinsip penggunaan bubu sayap sama dengan fyke net yaitu memandu ikan masuk secara sukarela ke dalam kantong dengan menggunakan sayap dan jaring pemandu meskipun bubu sayap diperuntukkan untuk menangkap ikan karang hias. Selanjutnya Mawardi (1998) membandingkan bubu sayap dengan jaring pemandu dan tanpa jaring pemandu, dilaporkan pemasangan jaring pemandu meningkatkan hasil tangkap ikan hias secara signifikan. Fyke net umumnya menggunakan mesh size 2 inci, 5 feet tinggi, jaring pemandu 150 feet, pada bagian kantong mesh size 1-1,5 inci yang diberi bingkai (Schneider & Merna 2000). Bentuk bingkai mulut jaring bervariasi berdasarkan daerah pengoperasian, Atar et al. (2002) melaporkan tiga bentuk mulut kantong fyke net dan trap net yang dioperasikan di perairan laguna Beymelek, Antalya, Turki untuk menangkap blue crap (Callinectes sapidus Rathbun 1896) yaitu bentuk elipsoid, kotak dan bulat. Collins (1990), membandingkan tiga bentuk mulut dan menunjukkan yang relatif besar menghasilkan tangkapan efektif pada bubu. Wheaton & Lawson (1985) menekankan penggunaan bubu yang berukuran besar tidak saja mengurangi laju pelolosan ikan tetapi juga memperbesar kemampuan alat untuk terlihat ikan dan menarik perhatiannya. Selanjutnya hasil tangkapan pada bubu 10

28 dengan ukuran besar mengurangi hasil tengkapan terluka akibat berusaha meloloskan diri atau kanibalisme (Wheaton & Lawson 1985). Whitelaw et al. (1991), hasil tangkapan bubu menurun setelah 3 jam soaking time akibat laju kelolosan yang signifikan oleh karena itu disain mulut kantong adalah faktor penentu laju kelolosan ikan. 2.4 Pengoperasian Fyke Net Metoda pengoperasian fyke net sangat tergantung dari kondisi perairan, umumnya kondisi perairan untuk fyke net (Gebhards 1979) terdiri atas: 1) Perairan arus deras, fyke net yang dioperasikan di perairan deras umumnya tidak memiliki jaring pemandu sehingga mengurangi efektifitas area penangkapan. Kerugian tanpa pemasangan jaring pemandu di reduksi dengan menambahkan umpan yang dimasukkan dalam kantong, arus air akan menyebarkan partikel umpan dan akan terdeteksi oleh ikan. Penggunaan jangkar pada bagian mulut kantong tidak terlalu diperlukan. Bentuk bingkai kantong fyke net umumnya bujursangkar atau bentuk D untuk menjaga kestabilan. 2) Perairan arus sedang, dilengkapi dengan jaring pemandu dan diperlengkapi dengan jangkar pada bagian belakang kantong kemudian ditarik searah arus Fyke net dioperasikan lebih mudah dibanding dengan trap net terutama pada perairan kedalaman kurang dari 180 cm, dan lebih efektif digunakan pada perairan danau atau sungai mengalir (FAO, 1975). Fyke net dapat dipasang sejajar dengan garis pantai atau sejajar dengan arus. Fyke net dengan prinsip kerja menggiring ikan menuju kantong seperti pada bubu sayap yang dirancang oleh Mawardi (1998) yang melaporkan bubu sayap efektif menangkap ikan karang hias dengan menambahkan jaring pemandu walaupun tidak signifikan jika dibandingkan tangkapan pada siang dan malam hari. Selanjutnya fyke net dapat digunakan dengan menggunakan umpan, seperti yang dilaporkan oleh Balik et al. (2003) dengan menggunakan empat jenis tipe umpan yaitu: (1) roti, (2) kentang, (3) apel, dan (4) daging ikan mas (Carassius auratus) untuk menangkap lobster air tawar (Astacus leptodactylus) di danau Egirdir-Turki. Balik et al. (2003) melaporkan secara berurutan (roti, kentang, 11

29 apel, dan daging ikan mas) efisiensi penangkapannya dengan fyke net sebesar 20.3%, 11.2%, 7.4% and 7.1% dibanding dengan tanpa umpan. Perbedaan disain dan mesh size fyke net telah diuji coba menangkap sidat (Anguilla sp) oleh Chisnall & West (1996) di Danau Waahi-New Zealand, dalam percobaannya mengunakan 3 jenis fyke net dengan;(1) fyke net besar ukuran 4 m leadernet, 7 m kantong dan mesh size bujur sangkat sangat halus yaitu 0,5 mm;(2) fyke net kecil dengan mesh size 0,5 mm;(3) fyke net mesh size 20 mm dengan bukaan mulut berbentuk D. Hasil percobaan menunjukkan fyke net besar menangkap sidat 4,7 dan 7,6 kali lebih banyak fyke net kecil dan fyke net mulut berbentuk D, fyke net besar juga menyajikan data standard teknik penangkapan sidat yang menangkap semua sebaran ukuran sidat Kriteria Keramahan Alat Tangkap Ikan Kriteria keramahan suatu alat tangkap ikan dikemukakan oleh Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) yaitu: (1) selektivitas alat tangkap, (2) dampak kepada habitat, (3) kualitas ikan tangkapan, (4) dampak bahaya bagi nelayan, (5) dampak produk hasil tangkapan pada konsumen, (6) hasil tangkapan sampingan (by-catch), (7) dampak kepada biodiversitas, (8) dampak pada ikan yang dilindungi, dan (9) dapat diterima secara sosial. Selanjutnya Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) menguraikan secara rinci penilaian 1sampai dengan 4 untuk setiap kriteria sebagai berikut: 1) Selektivitas alat tangkap 1.1. menangkap ikan lebih dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang berbeda jauh menangkap ikan 3 spesies atau kurang dengan variasi ukuran yang berbeda jauh menangkap ikan kurang dari 3 spesies dengan variasi ukuran yang relatif seragam menangkap ikan 1 spesies dengan variasi ukuran yang relatif seragam. 2) Dampak kepada habitat 2.1. kerusakan habitat luas 2.2. kerusakan habitat sempit 12

30 2.3. kerusakan habitat sebagaian pada wilayah sempit 2.4. Aman bagi habitat 3) Kualitas ikan tangkapan 3.1. Ikan mati dan busuk 3.2. Ikan mati, segar dan cacat fisik 3.3. Ikan mati dan segar 3.4. Ikan hidup 4) Dampak bahaya bagi nelayan 4.1. Kematian pada nelayan 4.2. Cacat permanen pada nelayan 4.3. Gangguan kesehatan sementara pada nelayan 4.4. Aman pada nelayan 5) Dampak produk hasil tangkapan pada konsumen 5.1. produk hasil tangkapan menyebabkan kematian pada konsumen produk hasil tangkapan menyebabkan gangguan kesehatan pada konsumen produk hasil tangkapan relatif aman pada konsumen 5.4. produk hasil tangkapan aman pada konsumen 6) Hasil tangkapan sampingan (by-catch) 6.1. hasil tangkapan sampingan beberapa tidak laku di pasar 6.2. hasil tangkapan sampingan beberapa laku di pasar 6.3. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies laku di pasar 6.4. hasil tangkapan sampingan kurang dari 3 spesies harganya tinggi 7) Dampak biodiversitas 7.1. Menyebabkan kematian semua biota dan merusak habitat 7.2. Menyebabkan kematian beberapa biota dan merusak habitat 7.3. Menyebabkan kematian beberapa biota dan tidak merusak habitat 7.4. Aman bagi biodiversitas 8) Dampak pada ikan yang dilindungi 8.1. Ikan yang dilindungi sering tertangkap 8.2. Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap 8.3. Ikan yang dilindungi pernah tertangkap 13

31 8.4. Ikan yang dilindungi tidak tertangkap 9) Dapat diterima secara sosial 9.1. Biaya investasi murah 9.2. Menguntungkan 9.3. Tidak bertentangan dengan budaya 9.4. Tidak bertentangan dengan peraturan setempat. 14

32 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2009 bertempat di perairan sekitar desa Parak kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada kisaran posisi 6º05 21 sampai 6º05 24 LS dan 120º23 24 sampai 120º23 54 BT. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini untuk pengambilan data dan pengolahan data dijelaskan sebagai berikut: Fyke Net Modifikasi Fyke net yang lazim digunakan dengan konstruksi alat tangkap yang terdiri atas 2 (dua) bagian utama yaitu jaring pemandu (net leader) dan kantong (bunt end), pada bagian kantong dilengkapi sayap dan mulut kantong. Terdapat ukuran dan bentuk bervariasi berdasarkan panjang jaring pemandu, bentuk kantong, mesh size dan bentuk mulutnya. Berdasarkan variasi tersebut maka pada penelitian penangkapan ikan karang dengan alat tangkap fyke net dimodifikasi pada bagian tertentu. Bagian-bagian fyke net yang dimodifikasi adalah sebagai berikut: (1) Mulut kantong Mulut kantong fyke net umumnya berbentuk bulat, persegi, elips, segitiga dan membentuk huruf D terbalik. Mulut kantong biasanya diperkuat dengan bingkai sesuai bentuk tersebut yang dapat terbuat dari logam atau patok kayu saja. Modifikasi mulut kantong fyke net dalam penelitian ini dengan menambahkan bingkai persegi (frame) yang diberi rigi-rigi (trigger). Pemberian rigi-rigi dimaksudkan untuk memperkecil kelolosan ikan kembali setelah masuk kantong (Gambar 4). 15

33 (2) Sayap Sayap yang umum pada fyke net terdapat 2 (dua) yang terpasang pada sisi kiri dan kanan mulut kantong. Sayap dapat terpasang menetap atau terpisah berdasarkan tujuan penangkapan ikan. Umumnya fyke net dengan sayap yang menetap dioperasikan pada daerah sempit dan untuk fyke net dengan sayap yang terpisah dapat diperpanjang sesuai kebutuhan jika dioperasikan pada daerah yang agak luas dan landai. Pada penelitian ini sayap fyke net dimodifikasi dengan menambahkan serambi. Serambi adalah ruang tambahan yang berbentuk kurungan yang menghubungkan sayap dengan mulut kantong. Pada bagian depan serambi dibuat mulut yang menjorok ke dalam dan membentuk celah sempit. Celah dengan lebar 20 cm inilah yang kemudian mengarahkan ikan untuk masuk ke serambi. Ikan yang masuk ke serambi akan mengitari sayap dan mengarah masuk ke mulut kantong tanpa balik ke celah untuk meloloskan diri. Bentuk dan konstruksi serambi dapat dilihat pada Gambar 5, 6,dan 7. (3) Pemberat utama Fyke net modifikasi dilengkapi dengan 4 (empat) pemberat utama berupa karung pasir seberat 15 kg sebagai pengganti jangkar dan patok. Karung pasir terbuat dari plastik dan dikemas dengan ukuran 0,5x0,6x0,5 m, dipasang masingmasing pada ujung sayap kiri dan kanan; tengah kiri dan kanan dan belakang bagian kiri dan kanan Fyke net. Kantong pasir kemudian diikat oleh tali yang di jalin sehingga berbentuk mesh untuk menghindari sobeknya karung akibat tarikan atau tersangkut. Penggunaan Kantong pasir diharapkan mengurangi dampak penggerusan substrat dasar akibat penggunaan jangkar di daerah terumbu karang dan menjaga stabilitas bukaan mulut kantong fyke net akibat pengaruh arus. Penggunaan karung plastik pengganti jangkar juga diharapkan agar alat tidak mudah bergeser dari posisi yang diinginkan. 16

34 Lintang Selatan S e l a y a r Lokasi penelitian Bujur Timur Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian 17

35 Tabel 1. Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan selama penelitian No Alat dan bahan Jumlah Kegunaan Spesifikasi 1 Operasi penangkapan - fyke net dengan 1 unit Menangkap ikan Pada tabel 2 serambi - fyke net tanpa 1 unit Menangkap ikan Pada tabel 3 serambi - GPS 1 unit Navigasi & deteksi Monokrom 500 alat - Fishfinder 1 unit Deteksi substrat & kelompok ikan waypoint LCD Monokrom, dual frekuensi jangkauan m -Scoopnet 1 unit Mengambil ikan tangkapan Stainless, Ø 50 cm, mesh size 1,5 inci - Timbangan analog 1 unit Mengukur berat ikan Ketelitian 1 g - Kamera Digital 1 unit Dokumentasi Ketajaman gambar 5 Megapixel - Masker Snorkel 1 unit Pemasangan alat 2 - Cool box 1 unit Penyimpan ikan Kapasitas 25 kg Identifikasi tangkapan Alat: - Buku Identifikasi Ikan 2 buah Identifikasi ikan Identifikasi ikan karang - Timbangan analog 1 unit Menimbang berat ikan Ketelitian 1 gram - Mistar 1 buah Pengukuran Ketelitian 1 mm panjang total Bahan : - Ikan hasil tangkapan Identifikasi di fishing base 18

36 Tabel 2. Spesifikasi fyke net yang dimodifikasi. Bagian Fyke Net Bahan Ukuran(cm) Warna Keterangan Sayap dengan serambi (Gambar 5,6,7) - Rangka samping kanan Besi Ø 8 mm Tinggi 180;90 Hijau tua (trapesium) Panjang 400;420 - Rangka samping kiri Besi Ø 8 mm Tinggi 180;90 Hijau tua (trapesium) Panjang 400;450 - Rangka depan kanan Besi Ø 8 mm 180 x 150 Hijau tua - Rangka depan tengah Besi Ø 8 mm 180 x 100 Hijau tua - Rangka depan kiri Besi Ø 8 mm 180 x 150 Hijau tua - Rangka penopang atas Besi Ø 8 mm 150 Hijau tua - Rangka penopang bawah Besi Ø 8 mm 150 Hijau tua Sayap tanpa serambi (Gambar 5,6,7) - Rangka samping kanan Besi Ø 8 mm 200 x 90 Hijau tua - Rangka samping kiri Besi Ø 8 mm 200 x 90 Hijau tua Pelampung - pelampung Plastik Silinder Ø 3 Putih 100 buah tinggi 4 - pelampung tanda Jerigen Plastik - putih 20 liter Pemberat Utama Kantong pasir Putih 15 kg, 6 buah Kantong Lebar 120 Tinggi 90 Memanjang ke belakang 500 -Rangka pertama (R1) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka kedua (R2) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka ketiga (R3) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka keempat (R4) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka keempat (R5) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Rangka keempat (R5) Besi Ø 8 mm 120 x 90 Hijau tua -Mulut jaring R1 ke R2 Jaring ¾ inci 60 x 40 hijau dengan rigi-rigi -Mulut jaring R3 ke R4 Jaring ¾ inci 60 x 40 hijau tanpa rigi-rigi -Lubang pengeluaran ikan Besi Ø 8 mm 60 x 30 hijau Mulut Kantong Bingkai Pipa PVC 0,75 inci 60 x 40 Rigi atas Bambu 30 Alami 7 buah Rigi bawah Bambu 30 Alami 7 buah Rigi tengah Bambu 10;20;30;20;10 Alami 5 buah Rigi penguat Bambu 40;60 Alami 2 buah 19

37 Tabel 3. Perbandingan tipe fyke net yang dimodifikasi Bagian Fyke net Fyke net Tipe A Fyke net tipe B Keterangan 1. Sayap - Sayap kiri Ada Ada - Sayap kanan Ada Ada - Serambi Ada Tidak ada Perbandingan pada Gambar 6 2. Pelampung - Pelampung tambahan 6 buah 4 buah Ukuran dan bahan sama 3. Pemberat Utama (karung Pasir) 6 buah 6 buah Ukuran dan bahan sama 4. Kantong Ada Ada Ukuran dan bahan sama 5. Mulut Kantong - Bingkai Pipa PVC Pipa PVC 40 x 60 cm diameter 3/4 inci - Rigi atas Bambu Bambu - Rigi bawah Bambu Bambu - Rigi tengah Bambu Bambu A B 60 Keterangan : A. Bingkai dengan rigi-rigi B. Posisi bingkai dengan rigi-rigi pada mulut fyke net Satuan ukuran panjang dalam cm Gambar 4. Mulut kantong fyke net modifikasi yang diberi rigi-rigi 20

38 400 cm 100 cm 100 cm 100 cm 100 cm 100 cm A 120 cm a b c d e f g h i B 120 cm 200 cm a. Mulut Serambi b. Celah serambi c. Serambi d. Mulut kantong 1 e. Rigi-rigi Gambar 5. Fyke net Modifikasi (tampak atas); tipe A, sayap dengan serambi; tipe B, sayap tanpa serambi f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung 21

39 420 cm A cm 100 cm cm cm cm cm a b c d e f g h i B cm cm cm cm cm cm a. Mulut Serambi b. Celah serambi c. Serambi d. Mulut kantong 1 e. Rigi-rigi Gambar 6. Fyke net Modifikasi (tampak samping), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi f. Pintu pengeluaran ikan 1 g. Mulut kantong 2 h. Pintu pengeluaran ikan 2 i. Pelampung 22

40 depan belakang A 180 cm 90 cm 100 cm 90 cm 90 cm 100 cm 90 cm 90 cm 100 cm 90 cm 90 cm 100 cm 90 cm B cm depan belakang Gambar 7. Fyke net modifikasi (tampak depan dan belakang), type A sayap dengan serambi, B sayap tanpa serambi 23

41 3.2.2 Alat bantu penangkapan Alat bantu penangkapan menggunakan perahu bercadik dengan spesifikasi pada tabel 4 dan Gambar 8. Alat bantu lain adalah handy GPS dan fishfinder yang digunakan untuk menentukan posisi alat setelah dipasang dengan kemampuan 500 titik way-point dan untuk mengetahui kedalaman dan profil substrat dasar perairan. Tabel 4. Spesifikasi Perahu yang digunakan selama penelitian Spesifikasi Dimensi (m) Keterangan Panjang (lenght) 8 Lebar (Breadth) 1 Tinggi (Draft) 1,2 LWL 6 Geladak tambahan 1,4 x 4 Cadik (m) 6 2 unit diameter 6 inci bahan PVC Bahan dasar Kayu Meranti Mesin 6,5 PK 4 tak On board Penumpang 6 orang maksimal Perahu yang digunakan selama penelitian adalah alat bantu penangkapan pada pancing rawai yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk membantu proses pengoperasian fyke net. Modifikasi dilakukan pada bagian palka yang diberi sirkulasi air untuk menampung ikan hidup dengan kapasitas air palka sekitar 60 liter. Modifikasi lainnya adalah dengan membuat geladak tambahan dan penggantian bahan cadik dari bambu ke bahan pipa paralon. Geladak tambahan diperlebar dengan ukuran 1,4 x 4 m yang memberi kemudahan dalam kegiatan selama diatas kapal terutama pada pengamatan dengan menggunakan fishfinder agar terhindar dari percikan air saat perahu bermanuver. Modifikasi lain yang mendukung operasional penelitian adalah menggunakan cadik yang berbahan pipa paralon yang ringan dan kuat dengan diameter 6 inci dan panjang 6 m untuk meningkatkan stabilitas kapal. 24

42 120 cm cm 400 cm 800 cm 600 cm 5 6 Keterangan : 1. Cadik 2. Ruang mesin 3. Geladak tambahan 4. Palka 5. Tenda 6. Ruang Monitor Fishfinder 7. Probe Fishfinder Gambar 8. Perahu yang dipergunakan selama penelitian (ukuran dalam cm) 25

43 3.3 Metode Penelitian Pengoperasian Fyke Net Pengoperasian fyke net terdiri atas 3 tahap yaitu: (1) penarikan fyke net dari tepi pantai menuju ke daerah penangkapan (fishing ground); (2) pemasangan alat (setting) pada tubir karang, dan (3) pengangkatan alat (hauling) untuk mengambil hasil tangkapan atau dipindahkan ke tempat lain. (1) Penarikan Fyke Net dari pantai ke Fishing Ground Dimensi fyke net yang relatif besar secara keseluruhan tipe A berukuran 1,8 x 2 x 9 m dan tipe B berukuran 1 x 2 x 9 m dan bahan rangka terbuat dari bahan logam yang berat sehingga memerlukan penanganan khusus dari pantai menuju ke fishing ground. Cara untuk memudahkan penarikan alat dari pantai ke fishing ground adalah memasang 6 pelampung jerigen masing-masing 2 bagian depan, 2 bagian tengah dan 2 bagian belakang. Pemasangan pelampung pada fyke net dihubungkan oleh snap sehingga memudahkan untuk dilepaskan kembali. Fyke net akan terapung dengan perkiraan 60 % bagian alat berada dipermukaan sehingga memudahkan untuk ditarik dengan kapal menuju ke fishing ground. Cara ini dilakukan untuk mengurangi beban kerja mesin kapal akibat tahanan air pada fyke net saat ditarik. Penarikan fyke net dari pantai ke fishing ground dapat dilihat pada Gambar 9. (2) Setting Fyke net Pemasangan fyke net pada fishing ground terlebih dahulu menggunakan Fishfinder untuk menentukan lokasi keberadaan ikan, karang dan tubir. Lokasi pemasangan alat di sekitar tubir pada kedalaman 5-8 m dengan jarak dari pantai 0,5-1 mil. Setelah menentukan lokasi pemasangan alat, maka satu persatu pelampung dilepaskan dengan membebaskan snap pada rangka fyke net yang telah diberi tali loop. Posisi alat saat akan diturunkan sudah sepenuhnya berada di bawah permukaan air kemudian diturunkan bersama dengan karung pasir yang diikatkan pada tali loop di 6 (enam) titik yaitu 2(dua) pada bagian depan, 2 bagian tengah 26

44 dan 2 bagian belakang. Fyke net di giring berada tepat dibawah lunas perahu kemudian diturunkan secara perlahan-lahan sehingga bukaan sayap menghadap ke tubir karang. Penurunan secara perlahan-lahan menggunakan tali pelampung tanda yang terdiri atas 3 utas yaitu masing-masing 1 pada bagian depan, tengah dan belakang. (Gambar 9). Pemantauan posisi sayap agar menghadap ke tubir dilakukan dengan menyelam menggunakan masker snorkel. Penelitian ini ditempatkan pada 2 lokasi yang relatif berdekatan sekitar 0,5 mil setiap titik sehingga pemindahan fyke net memerlukan cara khusus agar keragaan alat tidak berubah akibat tahanan air dan tersangkut karang bila melintas di atas terumbu karang yang dangkal. Pemindahan fyke net dilakukan dengan menaikkan dekat permukaan tepat dibawah lunas kapal dengan sayap berapa di bawah buritan. Selanjutnya kapal dijalankan secara perlahan-lahan untuk menyusuri daerah yang lebih dalam agar tidak tersangkut pada karang. Settting fyke net di depan tubir karang digunakan berdasarkan sifat ikan target adalah jenis ikan-ikan karang yang aktif dan mencari makan diluar terumbu karang dan kembali lagi ke terumbu karang setelah mencari makan. Serta memanfaatkan sifat ikan yang mencari makan pada saat pasang naik dan kembali ke tempat semula pada saat surut. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan berdasarkan sifat tersebut diatas adalah ikan karang ekonomis seperti ikan krapu, lencam, kakap merah, dan lain-lain. Lama waktu perndaman (soaking time) fyke net terpasang terhitung saat proses setting adalah 24 jam sehingga aktifitas hauling akan mulai dilakukan pada jam hari berikutnya (3) Hauling Fyke net Hauling dilakukan dengan mengangkat 3 tali pelampung secara bersamaan yang terdapat pada bagian depan, tengah dan belakang. Penarikan tali pelampung untuk menaikkan fyke net dilakukan perlahan-lahan sehingga ikan yang tertangkap tidak mengalami kepanikan dan berusaha meloloskan diri, perlakuan ini juga memberi kesempatan ikan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan tekanan sehingga hasil tangkapan tetap hidup. Setelah di permukaan ikan dikeluarkan melalui pintu pengeluaran yang dapat 2 buah, ikan ditangkap dengan menggunakan scoop net. 27

45 (4) 1. penarikan ke fishing ground Tahap pelampung jerigen Tahap 2. Setting Tubir karang karung pasir Tahap 3. Hauling Gambar 9. Ilustrasi tahap-tahap dalam pengoperasian fyke net 28

46 3.3.2 Pengumpulan Data Data diperoleh melalui pengukuran keadaan umum masyarakat dan oseanografi perairan sekitar lokasi penelitian dan pengukuran ikan hasil tangkapan fyke net. Selanjutnya data secara deskriptif proses setting dan hauling yang menunjukkan keramahan terhadap terumbu pada pengoperasian fyke net. (1) Keadaan Umum Perairan Data keadaan umum perairan diketahui melalui informasi alat tangkap yang umum digunakan masyarakat untuk menangkap ikan karang. Selain itu juga keadaan oseanografis berupa letak lintang, suhu, tinggi gelombang, arah dan kecepatan arus, periode dan tipe pasang surut. Data kedalaman dan profil dasar perairan dipergunakan untuk menentukan lokasi dan posisi pemasangan fyke net dengan menggunakan fishfinder. (2) Hasil Tangkapan Fyke Net Data hasil tangkapan diperoleh dengan menghitung jumlah individu, berat dan panjang total (total lenght) ikan setiap trip melalui hauling pada masingmasing tipe fyke net. Komposisi hasil tangkapan kemudian dikelompokkan berdasarkan famili berdasarkan buku identifikasi menurut Allen & Swainston (1997). Ikan tangkap dipisahkan berdasarkan kategori ikan karang menurut klasifikasi yang dibuat oleh Adrim (1993). Selanjutnya ikan hasil tangkapan dipisahkan berdasarkan nilai ekonomisnya yaitu jenis ikan yang diperdagangkan hidup atau segar dengan harga relatif mahal dan merupakan komoditas ekspor Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengoperasikan 2 unit fyke net yaitu tipe A dengan sayap memiliki serambi dan tipe B dengan sayap tanpa serambi. Pemasangan fyke net dilakukan pada lokasi yang sama dengan sayap menghadap ke tubir karang. Masing-masing tipe fyke net dipasang pada lokasi yang berdekatan dengan jarak 25 m (Gambar 10). 29

47 Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan mempertimbangkan asumsi distribusi ikan menyebar merata di sekitar lokasi penangkapan dengan tipe fyke net dijadikan sebagai perlakuan. Trip diperoleh dari mengoperasikan fyke net pada lokasi yang sama secara bersamaan dan di ulang pada lokasi lain dengan kisaran posisi 6º05 21 sampai 6º05 24 LS dan 120º23 24 sampai 120º23 54 BT. Trip dilakukan selama 24 jam (1hari) dengan princian 1 jam perjalanan, ½ jam pemasangan alat (setting), ½ jam penarikan alat untuk mengambil hasil tangkapan (hauling) dan 22 jam lama perendaman (soakingtime) fyke net di lokasi penangkapan. Kedua lokasi dilakukan trip selama 7 kali sehingga diperoleh trip sebanyak 14 kali (lay-out pada Tabel 5) Tabel 5. Trip selama penelitian Trip Lokasi Notasi data Tipe A Tipe B 1 I 1IA 1IB 2 I 2 IA 2 IB 3 I 3 IA 3 IB 4 I 4 IA 4 IB 5 I 5 IA 5 IB 6 I 6 IA 6 IB 7 I 7 IA 7 IB 8 II 8 IIA 8 IIB 9 II 9 IIA 9 IIB 10 II 10 IIA 10 IIB 11 II 11 IIA 11 IIB 12 II 12 IIA 12 IIB 13 II 13 IIA 13 IIB 14 II 14 IIA 14 IIB 30

48 25 m A 0,9 m A 5,0 m B 0,9 m 2,7 5,0 m 2,0 m Gambar 10. Ilustrasi setting fyke net (ukuran dalam meter) tipe A, sayap dengan serambi dan tipe B, sayap tanpa serambi 31

49 3.3.4 Analisis Data Data hasil tangkapan di analisis dengan menggunakan F-test two sample untuk membandingkan hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan menggunakan fasilitas Data Analysis Microsoft Excel Uji F (F-test) dilakukan pada hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan keseluruhan. Selanjutnya Uji F dilakukan pada hasil tangkapan setiap trip fyke net tipe A dan tipe B dengan data jumlah individu dan berat ikan target, ikan mayor (utama) dan ikan karang ekonomis. Sebagai tambahan maka dibuat analisis deskriptif pada metode pengoperasian fyke net untuk menentukan fyke net modifikasi tergolong ramah lingkungan terhadap terumbu karang. 32

50 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perairan di Lokasi Penelitian Perairan lokasi penelitian berada di dusun Appabatu, desa Parak, kecamatan Bontomanai Kabupaten Selayar. Lokasi penelitian berada pada pantai Barat pulau Selayar dengan jarak 5 km sebelah utara kota Benteng (ibukota Kabupaten Selayar). Lokasi pemasangan alat tangkap berada pada rentang kisaran posisi 6º05 21 sampai 6º05 24 LS dan 120º23 24 sampai 120º23 54 BT. Berdasarkan konversi satuan panjang setiap titik koordinat maka diperoleh lebar pada garis lintangnya 92,6 m dan panjang pada garis bujur 926,1 m (1 detik = 30,87 m). Luas lokasi penelitian adalah perkalian lebar garis lintang dengan panjang garis bujur yaitu seluas 857,7 m 2 Suhu permukaan perairan sekitar lokasi penelitian C dengan arah arus dari utara ke selatan. Tipe pasang surut tergolong diurnal dengan ditandai pasang dan surut terjadi 1 kali dalam sehari dengan pasang tertinggi pada sekitar jam 5 pagi dan surut terendah pada sekitar jam sore hari. Perairan terdiri atas padang lamun dengan paparan mulai pada jarak 10 hingga 500 m dari garis pantai. Terumbu karang terdapat pada jarak 100 sampai 700 m dari garis pantai dengan tubir pada kedalaman 5 25 m. Perairan sekitar dusun Appabatu relatif subur yang memungkinkan kelimpahan ikan tinggi sehingga usaha penangkapan intensif dilakukan. Penangkapan ikan oleh nelayan setempat dilakukan dengan menggunakan sero, jaring insang, pancing rawai dasar, pancing tonda dan harpon. Alat tangkap yang paling banyak digunakan di kabupaten Selayar adalah jaring insang dengan hasil tangkapan paling produktif (Manggabarani, 2005). 4.2 Pengoperasian Fyke Net Modifikasi Fyke net yang digunakan selama penelitian dimodifikasi pada beberapa bagian yaitu pada sayap dan mulut kantong. Modifikasi pada sayap dengan membuat ruang tambahan sehingga membentuk serambi berbentuk huruf V. Dimensi serambi terdiri atas rangka depan 3 buah masing-masing pada bagian kanan, tengah dan kiri berukuran tinggi 180 cm dan lebar 150 cm. 33

51 Pertimbangan tinggi rangka serambi tersebut berdasarkan sifat ikan karang yang berenang pada kisaran 0 m sampai kurang dari 2 m dari dasar perairan (Holzman et al, 1997) sehingga peluang ikan untuk berenang disekitar cakupan celah serambi sangat besar dan memperkecil peluang ikan berenang diatas fike net. Rangka samping berbentuk trapesium dengan tinggi rangka depan 180 cm ;tinggi rangka belakang 90 cm dan panjang rangka atas 420 cm; panjang rangka belakang 400 cm, volume serambi yang terbentuk cukup luas untuk kawanan ikan berenang leluasa mengitari serambi. Bagian serambi dilengkapi dengan celah yang membentuk corong mengarah ke dalam dengan lebar 20 cm dan tinggi 150 cm. Celah ini berfungsi untuk mengarahkan ikan masuk ke serambi dan tidak mudah untuk keluar kembali, celah untuk mengarahkan ikan ini dapat ditemukan pada sero (FAO, 2000); trap di laguna Beymelek, Turki (Atar et.al, 2002) dan fike net di danau Egirdir, Turki (Balik et.al, 2003). Modifikasi pada mulut kantong fike net dilakukan dengan menambahkan rigi-rigi yang tergolong Non-Return Device (NRD), dikomersilkan dengan istilah Trigger entrance. Bentuk rigi-rigi bervariasi berdasarkan ukuran, warna, bentuk dan umumnya dipasang pada mulut bubu. Pada penelitian ini rigi-rigi yang digunakan terbuat dari pipa PVC sebagai rangka dan bambu yang diruncingkan sebagai jerujinya. Rangka rigi-rigi berukuran panjang 60 cm dan tinggi 40 cm dipasang pada rangka ke-2 kantong. Jeruji dipasang agar menyulitkan ikan untuk meloloskan diri keluar dari kantong dan serambi. Hasil penelitian uji coba pengoperasian fyke net ternyata dapat menangkap ikan karang setelah melakukan modifikasi pada bagian sayap dan mulut kantong. Keberhasilan pengoperasian fyke net selain ditentukan oleh modifikasi konstruksi juga pemilihan lokasi yang tidak pada koloni karang melainkan pada tubir karang yang memiliki areal lebih landai. Dasar perairan tubir karang tidak terdapat koloni karang sehingga ikan dapat mendeteksi keberadaan fyke net sebagai shelter. Ikan-ikan dengan sifat migrasi horizontal dan vertikal pada terumbu karang menurut Spotte (1992) juga akan mudah mendeteksi keberadaan fyke net sebagai shelter. 34

52 4.3 Hasil Tangkapan Fyke Net Komposisi ikan tangkapan fike net selama 14 trip terdiri atas 21 spesies yang terbagi ke dalam 11 famili dengan jumlah total ikan yang tertangkap sebanyak 269 ekor dengan berat total g (Lampiran 1). Ikan hasil tangkapan tertinggi berdasarkan jumlah adalah Pepetek (Secutor indicus) sebanyak 65 ekor (24,16 %) selanjutnya ikan dengan tangkapan terberat adalah Sembilang Karang (Plotosus lineatus) seberat 1165 g (11,06 %). Hasil tangkapan fike net berdasarkan jumlah spesies adalah Famili Lutjanidae 4 spesies; Mullidae, dan Nemipteridae 3 spesies; Lethrinidae, Holocentridae dan Serranidae 2 spesies; dan Apogonidae, Plotosidae Leioghnatidae, Haemulidae, Scaridae masing-masing 1 spesies. Hasil tangkapan Fyke net berdasarkan Famili dengan jumlah dominan adalah Leioghnatidae 65 ekor (24,16 %) selanjutnya Famili dengan berat dominan adalah Lutjanidae 2148 g (20,39%).. Komposisi hasil tangkapan F fike yke net berdasarkan Famili dapat dilihat pada Lampiran 2a dan Gambar 11. Berdasarkan kategori ikan karang menurut Adrim (1995) diperoleh hasil tangkapan fike net terdiri atas 2 kategori yaitu: (1) ikan target dan (2) ikan nontarget (mayor). Ikan target yaitu ikan karang konsumsi yang menjadi target penangkapan yang tertangkap oleh fike net yang terdiri atas 7 Famili yaitu: Serranidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Mullidae, Nemipteridae, Plotosidae dan Haemulidae. Ikan non-target (mayor) yaitu ikan karang dengan jumlah dominan berperan sebagai penyusun utama rantai makanan, kategori ini tertangkap oleh fike net terdiri atas 4 Famili yaitu: Apogonidae, Leioghnatidae, Holocentridae, dan Scaridae. Komposisi hasil tangkapan fike net berdasarkan kategori, ikan target dominan dari segi berat yaitu g (67,52 %) dengan jumlah individu 99 ekor (36,80%). Kategori ikan non-target dominan dari segi jumlah individu tertangkap oleh fike net yaitu 170 ekor (63,20 %) dengan berat g (32,48%). Komposisi hasil tangkapan fike net berdasarkan kategori ikan karang target dan non-target dapat dilihat pada Lampiran 2b dan Gambar

53 (%) Individu Berat (g) Haemullidae Serranidae Mullidae Nemipteridae Lethrinidae Lutjanidae Leioghnatidae Plotosidae Apogonidae Holocentridae Scaridae Gambar 11. Jumlah Individu dan Berat Hasil Tangkapan Fyke Net berdasarkan Famili (%) Individu Berat Persentase Ikan karang target ikan nontarget Gambar 12. Jumlah individu dan berat ikan karang target dan non-target hasil tangkapan fyke net. 36

54 4.4 Hasil Tangkapan Fyke Net tipe A Fyke net tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 20 spesies yang tergolong dalam 10 Famili dengan jumlah individu 201 ekor dengan berat g. Berdasarkan jumlah individu spesies ikan tertangkap dominan adalah Pepetek (Secutor indicus) sebanyak 38 ekor (18,91 %) selanjutnya hasil tangkapan paling berat yaitu Sembilang Karang (Plotosus lineatus) seberat g (13,19%) (Lampiran 3a). Hasil tangkapan fyke net tipe A berdasarkan Famili terbanyak diperoleh pada Famili Leioghnatidae 38 ekor (18,91%), selanjutnya tangkapan terberat diperoleh pada Famili Lutjanidae g (24,31%) (Lampiran 3b). Berdasarkan kategori fyke net tipe A menangkap ikan target 93 ekor (46,27%) dengan berat g (73,55%) selanjutnya ikan non-target tertangkap 108 ekor (53,73%) dengan berat g (26,45%) (Lampiran 3b). 4.5 Hasil Tangkapan Fyke Net tipe B Fyke net tipe B (sayap tanpa serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 8 spesies yang tergolong dalam 6 Famili, jumlah individu 68 ekor dengan berat g. Berdasarkan jumlah individu spesies ikan tertangkap dominan adalah Pepetek (Secutor indicus) sebanyak 27 ekor (39,71 %) selanjutnya hasil tangkapan paling berat yaitu Capungan (Apogon exostigma) seberat 372 g (21,8%) (Lampiran 4a). Hasil tangkapan fyke net tipe B berdasarkan Famili terbanyak diperoleh pada Famili Leioghnatidae 27 ekor (39,71%), selanjutnya tangkapan terberat diperoleh pada Famili Leioghnatidae 372 g (21,8%) (Lampiran 4b). Berdasarkan kategori ikan karang fyke net tipe B menangkap ikan non-target 62 ekor (91,18%) dengan berat g (63,82 %) selanjutnya ikan target tertangkap 6 ekor (8,82 %) dengan berat 615 g (26,18 %) (Lampiran 4b). 4.6 Perbandingan Hasil Tangkapan Fyke Net Tipe A dan Tipe B Fyke net tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh tangkapan sebanyak 20 spesies yang tergolong dalam 10 Famili, jumlah individu 201 ekor (74,72%) dengan berat g (83,86 %) sedangkan fyke net tipe B (sayap tanpa serambi) 37

55 memperoleh tangkapan sebanyak 8 spesies yang tergolong dalam 6 Famili, jumlah individu 68 ekor (25,28%) dengan berat g (16,14 %)(Gambar 13). Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe A dan Tipe B dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan jumlah spesies hasil tangkapan untuk tiap tipe fyke net didapati 7 spesies yang tertangkap oleh tipe A maupun tipe B, 13 spesies hanya tertangkap pada tipe A dan terdapat 1 spesies hanya tertangkap pada tipe B. Berdasarkan Famili hasil tangkapan untuk tiap tipe fyke net didapati 5 Famili yang tertangkap oleh tipe A maupun tipe B, 5 Famili hanya tertangkap pada tipe A dan terdapat 1 Famili hanya tetangkap pada tipe B. Hasil tangkapan berdasarkan tipe fyke net terhadap ikan target menunjukkan Tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh 131 ekor (79,88 %) dengan berat g ( 87,72%); tipe B (sayap tanpa serambi) memperoleh 33 ekor (20,12%) dengan berat 987 g (12,28%). Hasil tangkapan fyke net berdasarkan tipe fyke net terhadap ikan non-target menunjukkan Tipe A (sayap dengan serambi) memperoleh 70 ekor (66,67%) dengan berat g ( 71,47%); tipe B (sayap tanpa serambi) memperoleh 35 ekor (33,33%) dengan berat 713 g (28,53%). Jumlah dan berat hasil tangkapan fyke net tipe A dan B terhadap ikan target dan ikan non-target dapat dilihat pada Gambar 13 dan Lampiran 6a. Hasil tangkapan fyke net tipe A dan B terhadap ikan karang ekonomis sejumlah 20 ekor (berat g), terdiri atas 9 spesies yang tergolong ke dalam 4 Famili (Lampiran 6b). Fyke net tipe A menangkap Ikan karang ekonomis sebanyak 19 ekor (95 %) seberat g (92,03 %) sedangkan tipe B hanya menangkap 1 ekor (5 %) seberat 310 g (7,97 %). Ikan karang ekonomis yang banyak tertangkap adalah Kakap Bengali (Lutjanus bengalensis) sebanyak 5 ekor (25%). Ikan karang ekonomis Famili Lutjanidae tertangkap paling banyak yaitu 11 ekor ( 55 %) seberat 2148 g (55,91 %). 38

56 Individu Berat Persentase A (sayap dengan serambi) B (sayap tanpa serambi) Gambar 13. Jumlah individu dan berat tangkapan fyke net tipe A dan B 4.7. Uji Statistik Hasil Tangkapan Fyke Net Tipe A dan Tipe B Uji statistik yang digunakan adalah F-Test Two Sampel dengan menggunakan program Data Analisys Microsoft Excel Uji dilakukan secara berpasangan dari data hasil tangkapan Fyke net tipe A dan B berdasarkan jumlah individu, berat, kategori ikan target, kategori ikan non-target (Lampiran 7) Uji Statistik Hasil Tangkapan Total Fyke Net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan jumlah individu hasil tangkapan ikan karang berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 2,96*B; F hitung = 8,00; F tabel 5% = 2,58; F tabel 1% = 3,91). Selanjutnya berat ikan karang hasil tangkapan juga berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 5,19*B; F hitung = 5,84; F tabel 5% = 2,58; F tabel 1% = 3,91). 39

57 4.7.2 Uji Statistik Hasil Tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan Kategori Ikan Target dan Ikan Non-target Berdasarkan jumlah individu hasil tangkapan ikan target berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 15,50*B; F hitung = 4,08; F tabel 5% = 2,58; F tabel 1% = 3,91). Selanjutnya berat ikan karang hasil tangkapan juga berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 10,56*B; F hitung = 4,65; F tabel 5% = 2,58; F tabel 1% = 3,91). Persentase jumlah individu dan berat tangkapan ikan karang target fyke net tipe A dan B dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil uji statistik berdasarkan jumlah individu hasil tangkapan kategori ikan non-target pada fyke net tipe A dan B menunjukkan tidak ada perbedaan (F hitung = 2,13; F tabel 5% = 2,58; F tabel 1% = 3,91). Selanjutnya hasil uji statistik berdasarkan berat hasil tangkapan kategori ikan non-target pada fyke net tipe A dan B menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (F hitung = 4,29; F tabel 5% = 2,58; F tabel 1% = 3,91) Persentase A (sayap dengan serambi) Individu Berat B (sayap tanpa serambi) Gambar 14. Persentase jumlah individu dan berat tangkapan ikan target fyke net tipe A dan B 40

58 5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi Fyke net yang didisain selama penelitian terdiri atas rangka yang terbuat dari besi, bahan jaring Polyetilene. Bobot yang berat di air dan material yang sangat kuat menunjang performa fyke net tetap stabil terhadap pengaruh arus di sekitar tubir karang. Volume air yang terbentuk dalam rangkaian jaring dan rangka fyke net relatif besar pada bagian kantong (5,4 m 3 ) sehingga ikan yang masuk masih dapat berenang dan berlindung di dalam kantong sebelum hauling. Dimensi serambi terdiri atas rangka depan 3 buah masing-masing pada bagian kanan, tengah dan kiri berukuran tinggi 180 cm dan lebar 150 cm. Disain ini membentuk serambi berbentuk huruf V. Celah selebar 20 cm dan tinggi 150 m memberikan kesempatan ikan untuk masuk dengan ukuran sesuai celah. Celah yang terbentuk ini dapat menyeleksi ikan tertentu yang masuk, ikan dengan bentuk tubuh compressed (gepeng vertikal) akan leluasa masuk dibanding ikan berbentuk depressed (gepeng horizontal). Hal ini dibuktikan dari ikan hasil tangkapan fyke net yang seluruhnya berbentuk compressed. Berdasarkan perhitungan volume air yang terbentuk pada bagian serambi sebanyak 8,2 m 3 memungkinkan keleluasaan pergerakan berbagai jenis ikan yang baru masuk untuk mengitari dinding jaring pada serambi. Pergerakan ikan pada akhirnya akan diarahkan masuk menuju mulut kantong yang dilengkapi bingkai dengan rigi-rigi. Rigi-rigi merupakan modifikasi pada mulut kantong fyke net yang tergolong non-return device (NRD) dengan jarak antar rigi yang membentuk gap vertikal 38 cm dan gap horizontal 8 cm (Gambar 4). Gap yang terbentuk akan menyeleksi ukuran ikan yang dapat masuk dengan ukuran tinggi maksimal 36 cm dan ketebalan maksimal 8 cm. Gap ini juga berfungsi sebagai penahan masuknya penyu dengan ukuran kerabang (karapaks) lebih besar dari 36 cm akan tetapi belum ada disain untuk meloloskan penyu bila tertahan di bagian serambi sehingga perlu dibuatkan konstruksi untuk pelolosan penyu (turtle excluder device, TED) pada fishing ground yang diketahui terdapat penyu.

59 5.2 Operasi Penangkapan Ikan dengan Fyke Net di Terumbu Karang Ikan karang yang tertangkap oleh fyke net setelah melakukan modifikasi pada bagian sayap dan mulut kantong berhubungan dengan sifat ikan karang. Pada pengoperasian fyke net diduga keberadaan ikan masuk ke serambi karena mendeteksi keberadaan alat sebagai tempat berlindung (shelter), mekanisme ini serupa dengan sifat ikan karang memutuskan masuk ke bubu sebagai tempat berlindung seperti yang dikemukakan oleh Furevik (1994). Sifat ikan karang yang melakukan bermigrasi vertikal dan horizontal (Spotte, 1992) yang akhirnya menjadikan fyke net sebagai tempat berlindung juga menjadi alasan ikan karang tertangkap. Migrasi horizontal dilakukan oleh jenis ikan karang herbivor dan pemakan plankton seperti pada famili Apogonidae, Holocentridae dan Scaridae, yang juga ditemukan tertangkap oleh fyke net. Famili Apogonidae tertangkap sebanyak 62 ekor (23,5 %) berat 886 g (8,41 %); Holocentridae 39 ekor (14,50 %) seberat 1418 g (13,46 %); Scaridae 4 ekor (1,49 %) berat 195 g (1,85 %) (Lampiran 1, Gambar 11). Migrasi vertikal keluar terumbu karang dilakukan oleh jenis ikan predator dan aktif makan pada malam hari dan kembali lagi ke karang pada saat tidak aktif makan (Hobson, 1973 yang diacu Versteegh, 2003); (Spotte, 1992), jenis ini juga ditemukan tertangkap oleh fyke net seperti pada Famili: Lutjanidae sebanyak 11 ekor (4,09 %) berat g (20,39 %); Lethrinidae sebanyak 6 ekor (2,23 %) berat g (10,46 %); Serranidae 2 ekor (0,74 %) berat 332 g (3,15 %); Haemulidae 1 ekor (0,37 %) berat 310 g (2,94 %) (Gambar 11). Material utama penyusun fyke net yang berat (besi batangan 35 kg, jaring 5 kg) memberi dampak terhadap pengoperasian alat selama penelitian. Penanganan saat setting dan hauling membutuhkan tenaga yang kuat untuk mengangkat, menarik dan memindahkan fyke net selama penelitian. Kesulitan penanganan juga berasal dari keberadaan bahan-bahan terlarut di air dan yang menempel (fouling) pada jaring yang menambah beban saat diangkat dan harus senantiasa dibersihkan. Berdasarkan kenyataan ini maka pemilihan material yang tepat 42

60 sebagai penyusun fyke net yang terbuat dari bahan yang lebih ringan dan dapat mengurangi fouling perlu dipertimbangkan. Dimensi fyke net yang relatif besar dengan ukuran panjang 9 m dan lebar 2 m membutuhkan penanganan khusus dalam pengoperasiannya. Fyke net sebelum di-setting terlebih dahulu ditarik dari pantai menuju ke fishing ground. Demikian pula pengoperasian yang dilakukan secara berpindah-pindah, fyke net ditarik dengan posisi dibawah perahu yang memberi gesekan kepada air yang cukup besar untuk memperlambat laju dan olah-gerak perahu penarik. Posisi penarikan alat dibawah perahu memperbesar resiko kapal tersangkut karena membutuhkan jarak lebih besar terhadap dasar perairan. Berdasarkan uraian tersebut maka konstruksi fyke net disarankan mempertimbangkan kesulitan-kesulitan teknis dalam pengoperasiannya. Oleh karena itu maka perlu dipertimbangkan penelitian lanjutan yang memodifikasi bagian-bagian fyke net yang dapat dibongkar-pasang (portable). Konstruksi fyke net portable diharapkan lebih mempermudah dalam pengoperasian dan dapat menjadi pilihan nelayan yang masih menggunakan metoda penangkapan ikan yang merusak karang seperti pembiusan dan pengeboman serta pengoperasian bubu yang menggunakan karang hidup sebagai bahan penyamar untuk ikan karang masuk ke mulut bubu. 5.3 Hasil Tangkapan Fyke Net Berdasarkan berat hasil tangkapan ikan target lebih dominan yang umumnya bersifat karnivor seperti famili Lutjanidae, Serranidae, Lethrinidae dan Haemullidae (Gambar 12)(Lampiran 2b). Ikan target umumnya bersifat karnivor dan tertangkap dengan ukuran lebih besar walaupun dengan jumlah individu lebih sedikit. Ikan target karnivor yang tertangkap berukuran panjang mm dengan berat g sedangkan jumlah individu hanya 20 ekor (0,07 %). Ikan target karnivor tertangkap dengan jumlah individu relatif lebih sedikit diduga berhubungan dengan sifat soliter yang cenderung hidup menyendiri dan sifat kompetisi sesama jenis yang mengejar ikan lain untuk mempertahankan wilayah feeding ground sehingga ikan yang tertangkap fyke net terbatas pada ikan target 43

61 karnivor yang wilayah feeding ground-nya berada pada lokasi pemasangan fyke net. Ikan non-target berdasarkan jumlah individu tertangkap fyke net dominan karena umumnya berenang diseputar terumbu karang dan membentuk kawanan dalam berinteraksi dengan fyke net seperti pada Famili Pomacentridae, Labridae, Diodontidae, Scorpaenidae, Zanclidae (Gambar 11). Ikan non-target yang tertangkap fyke net adalah ikan karang yang bersifat migrasi horizontal (Spotte, 1992) dan berinteraksi dengan fyke net sebagai shelter (Furevik, 1994). Ikan migrasi horizontal yang tertangkap fyke net terdiri atas Famili Apogonidae, Holocentridae dan Scaridae (Lampiran 2b). Famili Apogonidae (Spesies Apogon exostigma) tertangkap dengan jumlah yang paling dominan yaitu 62 ekor (23,05 %), hal ini disebabkan sifat ikan ini yang membentuk kawanan sehingga tertangkap lebih banyak yaitu 4-8 ekor pada 10 hauling tertangkapnya. Famili Holocentridae (spesies Myripristis pralinia, Sargocentron diadema) juga tertangkap 39 ekor (14,50 %), kedua spesies ini bersifat migrasi nokturnal dan cenderung berdiam diri ditempat perlindungan sehingga dapat tertangkap oleh fyke net di 8 hauling. Ikan karang target seperti jenaha (Lutjanidae), lencam (Lethrinidae), kuniran (Mullidae) diduga tertangkap karena sifat ikan yang bermigrasi keluar karang secara horizontal untuk mencari makan sehingga dapat berinteraksi dengan fyke net yang terpasang di luar karang. Interaksi ikan setelah berada disekitar fyke net berhubungan dengan sifat tigmotaxis ikan yang cenderung mendekati bendabenda asing yang padat. Proses inilah yang kemudian menuntun ikan untuk menemukan celah menuju serambi yang akhirnya terkurung dalam kantong. Ikan karang target tertangkap pada kisaran panjang mm dengan berat pada kisaran g, hal ini menunjukkan fyke net menangkap ikan karang target pada ukuran yang layak dikonsumsi. Ikan non-target tertangkap pada kisaran panjang mm dengan berat pada kisaran g, hal ini menunjukkan ikan tertangkap yang relatif berukuran kecil dengan nilai ekonomis rendah dan merupakan komponen tangkapan sampingan (by-catch) sehingga disarakan untuk memperbesar ukuran mata jaring fyke net yang lebih besar dari ¾ 44

62 inci (2 cm). Penggunaan ukuran mata jaring fyke net yang lebih besar diharapkan akan mengurangi komponen by-catch hasil tangkapannya sehingga tetap menjaga konsistensi ekologis biodiversitas terumbu karang. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian uji coba pengoperasian fyke net ternyata dapat menangkap ikan karang setelah dilakukan modifikasi pada bagian sayap dan mulut kantong. Keberhasilan pengoperasian fyke net selain ditentukan oleh modifikasi konstruksi juga pemilihan lokasi yang tidak pada koloni karang melainkan pada tubir karang yang memiliki areal lebih landai. Dasar perairan tubir karang yang tidak terdapat koloni karang memudahkan ikan karang target dengan sifat migrasi horizontal dan vertikal pada terumbu karang menurut Spotte (1992) (Veersteegh, 2003) akan mudah dideteksi keberadaan fyke net sebagai shelter (tempat berlindung) (Furevik, 1994) kemudian masuk ke dalam serambi dan akhirnya tertangkap. Migrasi horizontal dilakukan oleh jenis ikan karang non-target yang umumnya bersifat herbivor ( dan pemakan plankton yang juga ditemukan tertangkap oleh fyke net hal ini diduga karena ikan ini mendeteksi keberadaan fyke net juga sebagai shelter (Furevik, 1994) Hasil Tangkapan Fyke Net Tipe A Hasil tangkapan fyke net tipe A dengan disain sayap dengan serambi didominasi kategori ikan target penangkapan yang membentuk kawanan baik berdasarkan jumlah maupun berdasarkan berat. Jumlah individu spesies ikan tertangkap dominan adalah pepetek (Secutor indicus) sebanyak 38 ekor (18,91 %) dengan jumlah kawanan 8-16 ekor, selanjutnya hasil tangkapan paling berat yaitu sembilang karang (Plotosus lineatus) seberat g (13,19%) dengan jumlah kawanan 9-14 ekor. Famili Lutjanidae merupakan hasil tangkapan terberat pada fyke net tipe A hal ini disebabkan ikan yang tertangkap berukuran relatif lebih besar seperti umumnya ikan-ikan predator di terumbu karang. Famili Lutjanidae tertangkap seberat g (24,31%) dari total tangkapannya (Lampiran 3b), selanjutnya ukuran tertangkap pada kisaran panjang mm. Hal lain yang mendukung tertangkapnya Famili Lutjanidae pada fyke net tipe A adalah sifat ikan 45

63 yang bermigrasi horizontal Spotte (1992) (Veersteegh, 2003) keluar terumbu karang sehingga memungkinkan berinteraksi dengan fyke net. Famili Lutjanidae yang tertangkap umumnya bersifat soliter (Allen & Swainston, 1984) yaitu kakap jenaha (Lutjanus gibbus), kakap bengali (L. bengalensis,) tanda-tanda batu (L. decuscatus) dan tanda-tanda karang (L. sebae), hal ini sesuai hasil pengamatan yang menunjukkan masing-masing didapati hanya satu ekor pada hauling tertangkapnya pada fyke net tipe A Hasil Tangkapan Fyke Net Tipe B Hasil tangkapan fyke net tipe B (sayap tanpa serambi) berdasarkan jumlah didominasi ikan target yaitu pepetek (Secutor indicus, 27 ekor ; 39,71 %) sedangkan berdasarkan berat didominasi ikan non-target yaitu capungan (Apogon exostigma, berat 372 g; 21,8%). Jika hasil tangkapan digolongkan berdasarkan Famili, baik jumlah maupun berat hasil tangkapan didominasi ikan target Famili Leioghnatidae yaitu: 27 ekor (39,71%) dengan berat 372 g (21,8%). Sifat membentuk kawanan dan berinteraksi dengan fyke net sebagai shelter pada spesies Pepetek (S. indicus) yang merupakan penyebab utama ikan ini tertangkap dominan oleh fyke net tipe B, kenyataan saat hauling tertangkap dengan jumlah kawanan 5-9 ekor. Hal serupa juga terjadi pada capungan (A.exostigma), spesies ini juga cenderung membentuk kawanan dan berinteraksi dengan Fyke netsebagai shelter, kenyataan saat hauling tertangkap dengan jumlah kawanan 5-8 ekor. 5.4 Perbandingan Hasil Tangkapan Fyke Net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan individu hasil tangkapan ikan karang berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 2,96*B) (Gambar 13). Hal ini menunjukkan disain fyke net yang menggunakan sayap dengan serambi lebih produktif dari segi jumlah hasil tangkapan dibanding disain sayap tanpa serambi. Hal serupa juga terjadi pada berat hasil tangkapan, Selanjutnya berat ikan karang hasil tangkapan juga berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 5,19*B) (Gambar 13). Hal ini menunjukkan bahwa disain fyke net 46

64 yang menggunakan sayap dengan serambi lebih produktif dari segi berat hasil tangkapan dibanding disain sayap tanpa serambi. Perbedaan hasil tangkapan ikan karang tipe A dan B ditinjau dari jumlah individu dan berat individu diduga berkaitan dengan perbedaan disain sayap. Disain sayap pada fyke net tipe A memiliki serambi sedangkan tipe B tidak memiliki serambi. Disain serambi pada tipe A memiliki celah pemasukan (entrance) untuk ikan dapat dengan mudah berenang masuk serambi tanpa menyadari bahwa telah terkurung pada serambi. Sedangkan serambi adalah ruang yang terbentuk di dalam fyke net yang memudahkan ikan berenang-renang mengitari dinding serambi yang berakhir pada mulut kantong. Oleh karena itu rancangan fyke net untuk kepentingan produktifitas hasil tangkapan ikan karang dengan penggunaan disain sayap dengan serambi menjadi pilihan yang tepat dibanding dengan sayap tanpa serambi. 5.5 Perbandingan Hasil Tangkapan Ikan Target setiap Tipe Fyke Net Jumlah individu hasil tangkapan ikan target berbeda sangat signifikan antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 15,50*B)(Gambar 14). Selanjutnya berat ikan karang hasil tangkapan juga berbeda sangat signifikan antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 10,56*B (Gambar 14). Perbedaan yang signifikan antara fyke net tipe A dan B berdasarkan jumlah dan berat hasil tangkapan ikan target menunjukkan disain sayap dengan serambi lebih efektif menangkap ikan target. Perbedaan hasil tangkapan ikan karang target tipe A dan B ditinjau dari jumlah individu dan berat diduga juga berkaitan dengan disain sayap. Disain sayap pada fyke net tipe A memiliki serambi sedangkan tipe B tidak memiliki serambi. Ikan karang target seperti kerapu (Serranidae) jenaha, tanda-tanda (Lutjanidae), lencam (Lethrinidae), biji nangka, kuniran (Mullidae) adalah ikan predator yang bermigrasi secara horizontal mencari mangsa di luar terumbu karang sehingga memudahkan ikan-ikan tersebut menemukan fyke net yang berada di tubir karang. Proses selanjutnya adalah interaksi ikan karang target tersebut dengan bagian-bagian sayap fyke net. Tipe A dengan sayap memiliki serambi membentuk area pelolosan ikan (escapement area) lebih kecil di banding 47

65 dengan tipe B yang tidak memiliki serambi. Area pelolosan ikan pada tipe A hanya terdapat pada celah horizontal dengan lebar 20 cm, sedangkan area pelolosan ikan pada tipe B lebih besar yaitu pada bagian atas sayap yang tidak memiliki serambi atau ikan berenang berbalik arah menjauhi mulut kantong fyke net. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa disain serambi lebih baik untuk menangkap ikan karang target 5.6 Perbandingan Hasil Tangkapan Ikan non-target setiap Tipe Fyke Net Hasil tangkapan ikan karang non-target fyke net tipe A dan B tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini diduga berhubungan dengan lokasi penempatan fyke net yang terletak diluar koloni karang dan sifat ikan karang non-target yang umumnya herbivora dan berenang serta mencari makan hanya disekitar koloni karang sehingga interaksi dengan fyke net lebih rendah jika dibanding dengan ikan karang target. Dengan demikian menunjukkan bahwa penempatan fyke net luar di koloni karang tergolong upaya selektif terhadap tertangkapnya ikan karang nontarget ditinjau dari segi metode pengoperasian. Ikan non-target adalah komponen tangkapan sampingan (by-catch) seperti pepetek, capungan dan kakatua yang umumnya berukuran kecil dan secara ekonomis bernilai rendah. Jika dihubungkan ikan karang non-target dengan disain fyke net menunjukkan bahwa modifikasi fyke net tidak mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan ikan karang non-target sehingga modifikasi yang dilakukan tergolong ramah terhadap konsistensi ekologis terumbu karang 5.7. Kriteria keramahan Fyke Net Bila ditinjau dari segi selektivitas seperti kriteria yang dikemukakan Monintja (2000) yang diacu Arifin, menunjukkan bahwa fyke net adalah alat tangkap yang masih menangkap ikan dengan jumlah 21 spesies dan variasi ukuran pada kisaran dengan rentang panjang yang jauh ( mm) dan rentang berat yang jauh (9-420 g). Dengan demikian optimasi yang dilakukan diarahkan kepada penurunan jumlah spesies yang tertangkap dan pada ukuran yang relatif 48

66 seragam. Upaya optimasi untuk mengurangi jumlah ikan kurang dari 3 spesies hasil tangkapan fyke net agak sulit dilakukan mengingat atribut biodiversitas yang tinggi pada terumbu karang. Optimasi yang lebih memungkinkan dapat dilakukan adalah upaya menyeragamkan hasil tangkapan fyke net dengan memperbesar ukuran mata jaring > 2 cm (2 cm yang digunakan selama penelitian) Kriteria keramahan alat tangkap yang dikemukakan Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) berdasarkan hasil tangkapan sampingan menunjukkan bahwa fyke net masih menangkap ikan non-target (by-catch) dengan jumlah individu 63,20 % (Gambar 12). Kriteria keramahan fyke net masih jauh dari harapan karena menangkap dengan jumlah lebih 3 spesies dan tidak laku/harga sangat rendah di pasar seperti capungan (Apogonidae), pepetek (Leioghnathidae), kakatua (Scaridae). Keramahan fyke net dapat ditingkatkan dengan memperbesar ukuran mata jaring fyke net yang lebih besar dari ¾ inci (2 cm). Penggunaan ukuran mata jaring fyke net yang lebih besar diharapkan akan mengurangi komponen by-catch hasil tangkapannya sehingga tetap menjaga konsistensi ekologis biodiversitas terumbu karang. Pengoperasian fyke net dalam menangkap ikan karang dilakukan pada tubir karang yaitu daerah landai yang berada di depan tubir karang dengan variasi kedalaman 5 25 m. Hasil penelitian berdasarkan secara observatif dengan melakukan penyelaman menunjukkan bagian-bagian fyke net dan alat bantu penangkapan tidak melakukan interaksi fisik dengan koloni terumbu karang. Hal ini didukung pula dengan pemanfaatan karung pasir sebagai pengganti jangkar untuk menahan fyke net sehingga kerusakan karang dapat dihindari. Bila ditinjau dari dampak pengoperasian alat tangkap seperti kriteria yang dikemukakan Monintja (2000) yang diacu Arifin, menunjukkan bahwa fyke net adalah alat tangkap yang tidak menimbulkan kerusakan terhadap habitat terumbu karang. Oleh Karena itu pengoperasian alat tangkap fyke net untuk menangkap ikan karang berdasarkan hasil penelitian dianggap ramah terhadap lingkungan. Prinsip penangkapan fyke net adalah tergolong alat tangkap yang pasif dan memiliki serambi dan sayap untuk mengarahkan ikan masuk ke kantong (Gambar 5). Berdasarkan hasil tangkapan fyke net menunjukkan bahwa ikan yang 49

67 tertangkap dalam posisi terkurung dalam kantong yang mulutnya di beri rigi-rigi penghalang (Gambar 4 dan 5). Ikan hasil tangkapan fyke net tertangkap dalam keadaan hidup dan dipindahkan ke palka sirkulasi pada perahu saat hauling. Kriteria keramahan alat tangkap yang dikemukakan Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) berdasarkan kualitas ikan hasil tangkapan menunjukkan bahwa fyke net tergolong alat tangkap yang ramah terhadap lingkungan karena hasil tangkapan dalam keadaan hidup yang tentunya memiliki kualitas yang tinggi. Dengan demikian pengoperasian fyke net dengan disain konstruksinya yang menjaga hasil tangkapan tetap hidup dapat dipertahankan. Hasil tangkapan terdiri atas 21 spesies yang terbagi ke dalam 11 famili. Famili yang tergolong ikan ekonomis yaitu Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Nemipteridae, Haemullidae dan ikan tangkapan sampingan adalah famili Leioghnatidae, Apogonidae, Scaridae, Plotosidae, Holocentridae. Ikan hasil tangkapan dalam keadaan hidup dan tidak menimbulkan kerusakan habitat dan kematian bagi individu lain yang bukan target penangkapan, hal ini disebabkan oleh pengoperasian fyke net yang pasif sehingga interaksi fisik bagian-bagain alat dengan terumbu karang tidak terjadi dan penempatan terumbu karang pada bagian tubir yang berada diluar terumbu karang menjamin biodiversitas terumbu karang. Rigi-rigi pada mulut kantong fyke net berfungsi untuk menghalangi penyu untuk tertangkap, sehingga konstruksi fyke net dapat menjamin tidak tertangkapnya hewan-hewan yang dilindungi seperti penyu. Oleh karena itu kriteria keramahan alat tangkap yang dikemukakan Monintja (2000) yang diacu Arifin (2008) berdasarkan dampak kepada biodiversitas dianggap optimum pada pengoperasian fyke net telah ramah lingkungan. 50

68 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta uraian pada pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Modifikasi bagian sayap fyke net dengan menambahkan serambi dapat meningkatkan hasil tangkapan secara signifikan baik dari segi jumlah maupun berat. 2. Disain fyke net sayap dengan serambi meningkatkan hasil tangkapan berdasarkan jumlah individu dan berat ikan karang target dan tidak menunjukkan peningkatan signifikan terhadap jumlah hasil tangkapan ikan non-target yang umumnya berukuran kecil dan merupakan komponen tangkapan sampingan (by-cacth). 3. Hasil tangkapan ikan karang target dengan menggunakan fyke net modifikasi adalah dominan berdasarkan berat terhadap ikan non-target 6.2 Saran Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesulitan teknis dalam pengoperasian fyke net yang dimodifikasi yaitu bahan penyusun fyke nett lebih besar sehingga disarankan untuk mengganti bahan penyusun dengan bobot yang lebih ringan seperti pipa paralon yang diberi semen pengeras. Hasil penelitian menunjukkan kelemahan fyke net dari dimensi yang cukup besar untuk dilakukan operasi secara berpindah-pindah sehingga perlu penelitian lanjutan untuk merancang konstruksi yang dapat dibongkar pasang (portable). Selanjutnya penambahan ukuran mata jaring fyke net untuk memperkecil peluang tertangkapnya ikan karang target yang masih kecil.

69 DAFTAR PUSTAKA Adrim Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Meto Pengkajiannya dalam Kursus Pelatihan Metoda Penelitian Penentuan Kond Terumbu Karang. Puslitbang Oseanologi. LIPI. Jakarta. Hlm 1-7. Allen, G.R. dan R. Swainston The Marine Fishes of North-Western Austral A Field Guide for Anglers and Divers. Western Australian Museum. Perth Arifin, F Optimasi Perikanan Layang (Decapterus spp) di Kabupaten Selay Tesis. IPB. Bogor. Hlm 1-18 Atar HH, Olmez M, Bekcan S, Secer S Comparison of Three Trap for Catchi Blue Crap (Callinectes sapidus Rathbun 1896) in Beymelek Lagoon. Turke Turkish Journal Veteriner Animal Science, 26: [20 Februari 2008] Balik I, Cubuk H, Uysal R Effect of Bait on Efficiency of Fyke-nets for Catchi Crayfish Astacus leptodactylus ESCh Turkish Journal of Fisheries a Aquatic Sciences, 3: [20 Februari 2008] Brandt, A Fishing Caching Method of the World. Fishing News Book, Farnharm-Surrey, England. 418p Chisnall BL, West DW Design and Trials of a Large Fine-meshed Fyke Net f Eel Capture and Factors Affecting Size Distribution of Cacthes. New Zeala Journal of Marine and Freshwater Research, 30: COREMAP Kebijakan Nasional Pengelolaan Terumbu Karang di Indones Coral Reef Rehabilitation and Management Program I. Jakarta. Hlm Collins, M.R A Comparison of Three Fish Trap Designs. Fish. Res. 9: Edinger EN, Jompa J, Limmon GV, Widjatmoko W, Risk MJ Reef Degradati and Coral Biodiversity in Indonesia: Effect of Land-based Pollution, Destructi Fishing Practices and Changes Overtimes. Mar.Poll.Bull. 36: FAO Catalogue of Small Scale Fishing Gear. Fishing News Books, Farnhar Surrey, England. 191 p FAO Code of Conduct for Resposible Fisheries (CCRF).p1-9 [11 November 2006]

70 Furevik DM Behaviour of Fish in Relation to Pots in Marine Fish Behavour Capture and Abundance Estimation. Edited by A Ferno and S Olsen. Fishing Ne Book Gebhard S Types and Operation of Inland Commercial Fishing Gear. Idaho De of Fishing and Game Volume 059 Article atc.05.pdf [13 Maret 2008] High WL, Ellis IE Underwater Observation of Fish Behaviour on Tr Helgollander Wiss Meeresunter 24: helgollander.wiss.meer/vol.24.pdf [13 Januari 2008] Holzman R, Ohavia M, Vaknin M, Genin A, Abundance and Distribution Nocturnal Fish Over A Coral Reef During The Night. Mar.Ecol.Prog.Ser.3 pp ( [14 Januari 2009] Hobson ES Diel Feeding Mogrations of Tropical Reef Fishes. Helgoland Wissenschaftliche Meeresuntersuchungen 24: Husain AA, Keanekaragaman Ikan Karang di Taman Laut Nasional Takabonera Sulawesi Selatan. Torani, Vol. 10 (2): Jompa J, Husain AA, Yanuarita D, Tahir A Sumber Daya Alam Kepulau Spermonde, Sulawesi Selatan: Harapan dan Tantangan. Prosiding Konfere Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. Pusat Stu Terumbu Karang Universitas Hasanuddin. Makassar. Hlm Jones RJ Zooxanthellae Loss as a Bioassay for Assessing Stress in Corals. Mari Ecology Progress Series 149: fishing.html [27 Maret 2008] Kusen JD, C Rotinsulu, Crawford BR, Emor CD Preliminary Impacts of t Community-Based Marine Sabctuary in Blongko Village, North Sulawe Prosiding Konferensi Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Indonesia. Universitas Hasanuddin, DELP & Proyek Pessisir, Makassar: hlm 948 Mawardi W, Studi Tentang Pengaruh Pemasangan Net Leader Terhadap Ha Tangkapan dan Tinjauan Tingkah Laku Ikan Karang pada Alat Tangkap Bu Sayap di Teluk Belebuh Lampung. Tesis. IPB. Hlm Nybakken, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Penerbit Gramedia. Jakar Hlm Pratt VR The Growing Threat of Cyanide Fishing in the Asia Pacific Region an the Emerging Strategies to Combat it. Coastal Management in Tropical Asia, 5: fishing.html [27 Maret 2008]

71 Schneider JC, Merna JW Manual of Fisheries Survey Methods II.Michig Departemen of Natural Resources, Fisheries Special Report. Michigan.p1- [2 April 2008] Setiasih N, Metode Reef Check sebagai Alternatif Pemantauan Terumbu Kara di Indonesia. Prosiding Konperensi Nasional III Pengelolaan Sumberdaya Pesi dan Lautan Indonesia. Denpasar. Hlm Spotte S Captive Seawater Fishes Science and Technology. A Wiley Interscien Publication. John Wiley & Sons.Inc. New York. p1-25 Sukmara A, Siahainenia AJ dan Rotinsulu C Panduan Pemantauan Terum Karang Berbasis Masyarakat dengan Metoda Manta Tow. Proyek Peisir-CRM Indonesia. Jakarta. Hlm Versteegh E, Migration in Tropical Reef Fish. Departement of Animal Ecolo and Ecophysiology University of Nijmegen. Nijmegen. p11-13 Wheaton FW, Lawson TB Processing Aquatic Food Products., John Wiley Sons p Whitelaw AW, Sainsbury KJ, Dews GJ, Campbell RA Catching Characteristics Four Fish Trap Types on the North West Shelf of Australia. Aust. J. M Freshwater Res. 1991, 42: Yasri, I. Dan S. Yusuf Coral Reefs Species for Aquarium Trade; their potenti facts and possible solution. Prosiding Intern. Seminar on Sustainable Producti on Marine Ornamental Aquarium. Universitas Hasanuddin. Makassar

72 Lampiran 1. Komposisi hasil tangkapan Fyke Net No. Spesies Famili Nama Indonesia Nama Lokal Persentase Jumlah Berat Jumlah Berat 1 Apogon exostigma Apogonidae Capungan Beseng ,05 8,41 2 Plotosus lineatus Plotosidae Sembilang karang Samelang batu ,01 11,06 3 Lethrinus lentjan Lethrinidae Lencam matahari Katamba ,74 3,59 4 Lethrinus ornatus Lethrinidae Lencam sikuda Katamba bogo ,49 6,87 5 Secutor indicus Leioghnatidae Pepetek Bete-bete ,16 8,76 6 Lutjanus gibbus Lutjanidae Kakap Jenaha Bambangan ,37 3,99 7 Lutjanus bengaliensis Lutjanidae Kakap Bengali Bate-bate ,86 8,32 8 Lutjanus decussatus Lutjanidae Tanda-tanda batu Bate-bate batu ,74 3,48 9 Lutjanus sebae Lutjanidae Tanda tanda karang Baba Bangko ,12 4,59 10 Parupeneus indicus Mullidae Biji Nangka Tiko-tiko ,74 0,79 11 Upeneus vittatus Mullidae Kuniran Tontong ,92 7,02 12 Upeneus tragula Mullidae Kuniran coklat Tontong ,72 4,24 13 Epinephelus fasciatus Serranidae Krapu merah Sunu eja ,37 1,52 14 Epinephelus merra Serranidae Krapu balong Sunu batu ,37 1,63 15 Myripristis pralinia Holocentridae Brajanata merah Sulo-sulo ,55 8,33 16 Sargocentron diadema Holocentridae Brajanata strip Sulo-sulo ,95 5,13 17 Plectorhinchus orientalis Haemulidae Raja bau lurik Kaneke ,37 2,94 18 Pentapodus trivittatus Nemipteridae Pasir-pasir strip Botto ,37 0,20 19 Pentapodus caninus Nemipteridae Pasir-pasir mahung Botto kassi ,74 0,82 20 Scolopsis Nemipteridae Pasir-pasir sidemo Cilala ,86 6,45 21 Scarus oviceps Scaridae Kakatua Laccukang ,49 1,85 Total ,00 100,00 55

73 Lampiran 2a. Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan Famili No Famili Persentase Individu Berat(g) Individu Berat 1 Leioghnatidae ,16 8,76 2 Mullidae ,38 12,06 3 Plotosidae ,01 11,06 4 Lutjanidae ,09 20,39 5 Nemipteridae ,97 7,46 6 Lethrinidae ,23 10,46 7 Serranidae ,74 3,15 8 Haemulidae ,37 2,94 9 Apogonidae ,05 8,41 10 Holocentridae ,50 13,46 11 Scaridae ,49 1,85 Total ,00 100,00 Lampiran 2b. Komposisi hasil tangkapan Fyke net berdasarkan kategori ikan karang No. Famili Kategori 1 Apogonidae non-target Persentase Individu Berat(g) Individu Berat 2 Holocentridae non-target Scaride non-target Leioghnatidae non-target Sub Total ,20 32,48 4 Plotosidae Target Lethrinidae Target Lutjanidae Target Mullidae Target Serranidae Target Haemulidae Target Nemipteridae Target Sub Total ,80 67,52 Total ,00 100,00 56

74 Lampiran 3a. Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi) Persentase No. Spesies Famili Kategori Individu Berat Individu Berat 1 Apogon exostigma Apogonidae Non-target ,41 5,82 2 Myripristis pralinia Holocentridae Non-target ,45 7,80 3 Sargocentron diadema Holocentridae Non-target ,98 4,39 4 Scarus oviceps Scaridae Non-target ,99 2,21 5 Plotosus lineatus Plotosidae Non-target ,41 13,19 6 Secutor indicus Leioghnatidae Non-target ,91 6,24 7 Lethrinus lentjan Lethrinidae Target ,00 4,28 8 Lethrinus ornatus Lethrinidae Target ,99 8,19 9 Lutjanus gibbus Lutjanidae Target ,50 4,75 10 Lutjanus Bengaliensis Lutjanidae Target ,49 9,93 11 Lutjanus decussatus Lutjanidae Target ,00 4,15 12 Lutjanus sebae Lutjanidae Target ,49 5,48 13 Parupeneus indicus Mullidae Target ,00 0,94 14 Upeneus vittatus Mullidae Target ,45 7,22 15 Upeneus tragula Mullidae Target ,48 4,35 16 Epinephelus fasciatus Serranidae Target ,50 1,81 17 Epinephelus merra Serranidae Target ,50 1,95 18 Pentapodus trivittatus Nemipteridae Target ,50 0,24 19 Pentapodus caninus Nemipteridae Target ,00 0,97 20 Scolopsis Nemipteridae Target ,99 6,10 Total ,00 100,00 Lampiran 3b. Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A (sayap dengan serambi) berdasarkan Famili Jumlah Berat Indi (g) Persentase Berat Indi (g) Kate Jumlah Berat Indi (g) No. Famili vidu vidu gori vidu vidu 1 Apogonidae ,41 5,82 Indi Persentase Berat (g) 2 Holocentridae ,43 12,19 Non ,73% 26,45% 3 Scaridae ,99 2,21 target 4 Leioghnatidae ,91 6,24 5 Lethrinidae ,99 12,47 6 Plotosidae ,41 13,19 8 Lutjanidae ,47 24,31 Target ,27% 73,55% 9 Mullidae ,92 12,51 10 Serranidae ,76 11 Nemipteridae ,48 7,31 Total ,00% 100,00% 57

75 Lampiran 4a. Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi) Persentase Spesies Famili Kategori No. Individu Berat (g) individu Berat 1 Apogon exostigma Apogonidae Non-target ,76 21,88 2 Myripristis pralinia Holocentridae Non-target ,88 8,94 3 Sargocentron diadema Holocentridae Non-target ,82 11,12 4 Secutor indicus Leioghnatidae Non-target ,71 21,88 5 Upeneus vittatus Mullidae Target ,41 5,53 6 Upeneus tragula Mullidae Target ,47 4,18 7 Scolopsis Nemipteridae Target ,47 8,24 8 Plectorhinchus orientalis Haemullidae Target ,47 18,24 Total ,00 100,00 Lampiran 4b. Komposisi hasil tangkapan fyke net Tipe B (sayap tanpa serambi) berdasarkan famili dan kategori ikan karang No. Famili Persentase Kate Persentase Famili gori Kategori Indiv Indi Indi idu Berat Berat Indi (g) vidu Berat vidu (g) vidu Berat 1 Apogonidae Holocentridae Leioghnatidae Mullidae ,88 9,71 36,7 6 21,88 non- 14,7 1 20,06 target ,18% 63,82% 39,7 1 21,88 5 Nemipteridae ,47 8,24 Target ,82% 36,18% 6 Haemullidae ,47 18,

76 Lampiran 5. Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B No. Spesies Nama Lokal Fyke net A dengan serambi Fyke net B tanpa serambi Individu Berat (g) Individu Berat (g) 1 Apogon exostigma Capungan Plotosus lineatus Sembilang karang Lethrinus lentjan Lencam matahari Lethrinus ornatus Lencam sikuda Secutor indicus Pepetek Lutjanus gibbus Kakap Jenaha Lutjanus Bengaliensis Kakap Bengali Lutjanus decussatus Tanda-tanda batu Lutjanus sebae Tanda tanda karang Parupeneus indicus Biji Nangka Upeneus vittatus Kuniran Upeneus tragula Kuniran coklat Epinephelus fasciatus Krapu merah Epinephelus merra Krapu balong Myripristis pralinia Brajanata merah Sargocentron diadema Brajanata strip Pentapodus trivittatus Pasir-pasir strip Pentapodus caninus Pasir-pasir mahung Scolopsis Pasir-pasir sidemo Scarus oviceps Kakatua Plectorhinchus orientalis Raja Bau Lurik Sub Total Total Individu (ekor) 269 Total Berat (g) Persentase 74,72 83,86 25,28 16,14 59

77 Lampiran 6a. Jumlah dan berat hasil tangkapan Fyke net tipe A dan B terhadap ikan target dan ikan non-target Tipe Fyke net A dengan serambi Fyke net B tanpa serambi Total Persentase Persentase Indi Berat Indi Indi Berat Indi Indi vidu (g) vidu Berat vidu (g) vidu Berat vidu Berat (g) Kategori Nontarget ,73% 26,45% ,18% 63,82% Target ,27% 73,55% ,82% 12,28% Total individu (ekor) Total berat (g) Lampiran 6a. Komposisi hasil tangkapan Fyke net Tipe A dan Tipe B Berdasarkan Ikan Karang Ekonomis. No. Spesies Nama Lokal Fyke net A sayap dengan serambi Fyke net B Sayap tanpa serambi Individu Berat (g) Individu Berat (g) 1 Lethrinus lentjan Lencam matahari Lethrinus ornatus Lencam sikuda Lutjanus gibbus Kakap Jenaha Lutjanus bengalensis Kakap Bengali Lutjanus decussatus Tanda-tanda batu Lutjanus sebae Tanda tanda karang Epinephelus 7 fasciatus Krapu merah Epinephelus merra Krapu balong Plectorhinchus 9 orientalis Raja Bau Lurik Sub Total Total Individu 20 Total berat (g) 3892 Persentase 95,00 92,03 5,00 7,97 60

78 Lampiran 7. Uji F Hasil Tangkapan Fyke Net Uji F Hasil tangkapan fykenet berdasarkan jumlah individu F-Test Two-Sample for Variances 95% A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 14,36 4,86 Variance 71,17 8,90 Observations 14,00 14,00 df 13,00 13,00 F 8,00 F Critical one-tail (95%) 2,58 F-Test Two-Sample for Variances 99% A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 14,36 4,86 Variance 71,17 8,90 Observations 14,00 14,00 df 13,00 13,00 F 8,00 F Critical one-tail 3,91 Uji F Hasil tangkapan fykenet berdasarkan berat individu A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 631,04 121,43 Variance , ,65 Observations 14,00 14,00 df 13,00 13,00 F 5,84 P(F<=f) one-tail 0,00 F Critical one-tail 2,58 A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 631,04 121,43 Variance , ,65 Observations 14,00 14,00 df 13,00 13,00 F 5,84 P(F<=f) one-tail 0,00 F Critical one-tail 3,91 95 % 99% 61

79 Uji F Hasil tangkapan fykenet berdasarkan jumlah individu ikan target F-Test Two-Sample for Variances Taraf kepercayaan 95 % A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 9,357 2,357 Variance 46,247 11,324 Observations 14,000 14,000 df 13,000 13,000 F 4,084 P(F<=f) one-tail 0,008 F Critical one-tail 2,577 Taraf kepercayaan 99 % F-Test Two-Sample for Variances % A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 9,357 2,357 Variance 46,247 11,324 Observations 14,000 14,000 df 13,000 13,000 F 4,084 P(F<=f) one-tail 0,008 F Critical one-tail 3,905 Uji F Hasil tangkapan fykenet berdasarkan berat ikan target F-Test Two-Sample for Variances Taraf kepercayaan 95 % A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 503,514 70,500 Variance , ,885 Observations 14,000 14,000 df 13,000 13,000 F 4,646 P(F<=f) one-tail 0,005 F Critical one-tail 2,577 F-Test Two-Sample for Variances Taraf kepercayaan 99% A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 503,514 70,500 Variance , ,885 Observations 14,000 14,000 df 13,000 13,000 F 4,646 P(F<=f) one-tail 0,005 F Critical one-tail 3,905 62

80 Uji F Hasil tangkapan fykenet berdasarkan jumlah individu ikan mayor F-Test Two-Sample for Variances Taraf kepercayaan 95% A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 5,000 2,500 Variance 18,615 8,731 Observations 14,000 14,000 df 13,000 13,000 F 2,132 P(F<=f) one-tail 0,093 F Critical one-tail 2,577 Uji F Hasil tangkapan fykenet berdasarkan berat ikan mayor F-Test Two-Sample for Variances Taraf kepercayaan 95 % A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 127,57 50,93 Variance , ,69 Observations 14,00 14,00 df 13,00 13,00 F 4,29 P(F<=f) one-tail 0,01 F Critical one-tail 2,58 F-Test Two-Sample for Variances Taraf kepercayaan 99% A(serambi) B(tanpa serambi) Mean 127,57 50,93 Variance , ,69 Observations 14,00 14,00 df 13,00 13,00 F 4,29 P(F<=f) one-tail 0,01 F Critical one-tail 3,91 63

81 Lampiran 8. Contoh Ikan Hasil Tangkapan Fyke Net Selama Penelitian Epinephelus fasciatus Epinephelus merra Lujtanus sebae 64

82 Lutjanus gibbus Lethrinus lentjan Lethrinus ornatus 65

83 Scolopsis sp Pentapodus caninus Pentapodus trivittatus 66

84 Secutor indicus Plectorhincus orientalis Plotosus lineatus 67

85 Upeneus vittatus Upeneus tragula Parupeneus indicus 68

86 Apogon exostigma Scarus oviceps Myripristis pralinia Sargocentron diadema 69

87 Lampiran 9. Foto-foto kegiatan selama penelitian Proses pembuatan Fyke Net 70

88 Proses Pengoperasian Alat 71

89 Alat Bantu Penangkapan: Fishfinder dan Perahu 72

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan wilayah yang memiliki ciri khas kehidupan pesisir dengan segenap potensi baharinya seperti terumbu karang tropis yang terdapat di

Lebih terperinci

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ

EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ EKSPERIMEN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI KABUPATEN SELAYAR SYAWALUDDIN SOADIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi 5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi Fyke net yang didisain selama penelitian terdiri atas rangka yang terbuat dari besi, bahan jaring Polyetilene. Bobot yang berat di air dan material yang sangat

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN Hadiah Witarani Puspa 1), T. Ersti Yulika Sari 2), Irwandy Syofyan 2) Email : hadiahwpuspa@gmail.com

Lebih terperinci

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENDEKATAN AKUSTIK DALAM STUDI TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN DENGAN ALAT BANTU CAHAYA (THE ACOUSTIC APPROACH TO FISH BEHAVIOUR STUDY IN CAPTURE PROCESS WITH LIGHT ATTRACTION) MUHAMMAD SULAIMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN Silka Tria Rezeki 1), Irwandy Syofyan 2), Isnaniah 2) Email : silkarezeki@gmail.com 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi 6 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Komparasi Kabupaten Klungkung, kecamatan Nusa Penida terdapat 16 desa yang mempunyai potensi baik sekali untuk dikembangkan, terutama nusa Lembongan dan Jungutbatu. Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang tinggal di pulau pulau kecil atau pesisir di Indonesia hidupnya sangat tergantung oleh hasil laut, karena masyarakat tersebut tidak mempunyai penghasilan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas terumbu karang Indonesia kurang lebih 50.000 km 2. Ekosistem tersebut berada di wilayah pesisir dan lautan di seluruh perairan Indonesia. Potensi lestari sumberdaya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu penting perikanan saat ini adalah keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dan lingkungannya. Upaya pemanfaatan spesies target diarahkan untuk tetap menjaga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA 73 VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA Pengelolaan ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Kayoa saat ini baru merupakan isu-isu pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8: Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 7 POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di beberapa negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu ke waktu. Meningkatnya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA M A R D I N PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN SEKOLAH

Lebih terperinci

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N

CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N CARA PENANGKAPAN IKAN HIAS YA NG RA MA H LINGKUNGA N Pendahuluan Ekosistem terumbu karang merupakan gantungan hidup bagi masyarakat Kelurahan Pulau Panggang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lebih terperinci

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 ANALISIS HASIL TANGKAPAN ALAT PENANGKAPAN JARING INSANG SATU LEMBAR (GILLNET) DAN TIGA LEMBAR (TRAMMEL NET) DI PERAIRAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI IKHWANUL CHAIR NAWAR 090302056 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN

Lebih terperinci

MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh. Wayan Kantun

MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh. Wayan Kantun MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh Wayan Kantun Penurunan produksi kepiting rajungan disebabkan oleh a. Produksi di alam yang sudah

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Efektifitas Modifikasi Rumpon Cumi sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis)

Efektifitas Modifikasi Rumpon Cumi sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis) EFEKTIFITAS MODIFIKASI RUMPON CUMI SEBAGAI MEDIA PENEMPELAN TELUR CUMI BANGKA (Loligo Effectiveness of Squid Modification As a Media of Attachment Squid Eggs Bangka Indra Ambalika Syari 1) 1) Staff Pengajar

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara geografis propinsi Bali terletak pada posisi 8º 03 40-8º 50 48 LS dan 144º 50 48 BT. Luas propinsi Bali meliputi areal daratan sekitar 5.632,66 km² termasuk keseluruhan

Lebih terperinci

SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus)

SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus) BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 No. 2 Edisi April 2012 Hal 167-179 SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus) Oleh: Dahri Iskandar 1*, Didin

Lebih terperinci

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7.1 Pendahuluan Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif. Secara umum, menangkap ikan dengan bubu adalah agar ikan berkeinginan masuk ke dalam

Lebih terperinci

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap Kabupaten Cilacap sebagai kabupaten terluas di Provinsi Jawa Tengah serta memiliki wilayah geografis berupa

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian mengambil tempat di pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta (Peta Lokasi Lampiran

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan 5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian menunjukan bahwa sumberdaya ikan di perairan Tanjung Kerawang cukup beragam baik jenis maupun ukuran ikan yang

Lebih terperinci

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENDEKATAN AKUSTIK DALAM STUDI TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN DENGAN ALAT BANTU CAHAYA (THE ACOUSTIC APPROACH TO FISH BEHAVIOUR STUDY IN CAPTURE PROCESS WITH LIGHT ATTRACTION) MUHAMMAD SULAIMAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. * METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. * Survei kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung pada tujuan survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan selama periode pengamatan menunjukkan kekayaan jenis ikan karang sebesar 16 famili dengan 789 spesies. Jumlah tertinggi ditemukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

OPTIMASI HASIL TANGKAPAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT TANGKAP FYKE NET DI PERAIRAN KARIMUNJAWA

OPTIMASI HASIL TANGKAPAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT TANGKAP FYKE NET DI PERAIRAN KARIMUNJAWA OPTIMASI HASIL TANGKAPAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT TANGKAP FYKE NET DI PERAIRAN KARIMUNJAWA Optimization Catching Produce Using Modified Fyke Net in Karimunjawa Island Haris Yudho Pratomo* ), Herry Boesono

Lebih terperinci

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang sangat mempengaruhi, seperti arus pasang dan arus surut.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan 2.2 Alat Tangkap Perangkap ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan 2.2 Alat Tangkap Perangkap ( Traps 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan Teknologi penangkapan ikan yang akan dikembangkan setidaknya harus memenuhi empat aspek pengkajian bio-techniko-socio-economic-approach yaitu: (1) Bila ditinjau

Lebih terperinci

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1 Lift Net & Traps Ledhyane Ika Harlyan Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1 Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa yg mengikuti materi ini

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG Oleh : Amrullah Saleh, S.Si I. PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-62-97522--5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK BENI PRAMONO. Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring

Lebih terperinci

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital

Lebih terperinci

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DESCRIPTION OF FISHING GEARS IN KECAMATAN BONTOMANAI, KEPULAUAN SELAYAR REGENCY Andi Lisdawati 1), Najamuddin 1), Andi Assir

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet 114 6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet Berdasarkan hasil penelitian pada Bab 5, leadernet berwarna kuning lebih efektif daripada leadernet berwarna hijau dalam menggiring ikan.

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Mata Jaring Lintasan Masuk Bubu Hasil pengamatan terhadap tingkah laku kepiting bakau saat melewati bidang lintasan masuk menunjukkan bahwa kepiting bakau cenderung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian dilaksanakan di wilayah perairan Pulau Bira Besar TNKpS. Pulau Bira Besar terbagi menjadi 2 Zona, yaitu Zona Inti III pada bagian utara dan Zona

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Berikut ini adalah gambar secara skematis karangka pemikiran penelitian :

Berikut ini adalah gambar secara skematis karangka pemikiran penelitian : 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi sumberdaya alam laut yang terdapat di Pulau Bali terdapat dua kegiatan yakni budidaya laut dan perikanan tangkap. Kedua potensi ini yang

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Terumbu karang adalah bangunan ribuan hewan yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang yang sehat dengan luas 1 km 2 dapat menghasilkan

Lebih terperinci

Kajian Keramahan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan from Yayasan TERANGI

Kajian Keramahan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan from Yayasan TERANGI Kajian Keramahan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan from Yayasan TERANGI Ikan Hias Laut merupakan salah satu jenis komiditi perdagangan ikan global yang memiliki peminat serta permintaan di pasar

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH Teknik Penangkapan Ikan Sidat..di Daerah Aliran Sungai Poso Sulawesi Tengah (Muryanto, T & D. Sumarno) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dengan pengumpulan data di lapangan sejak tanggal 16 Agustus 2011 hingga 31 September 2011 di Desa Kertajaya, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung biota laut, termasuk bagi beragam jenis ikan karang yang berasosiasi

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P.

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM Deka Berkah Sejati SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI RURI PERWITA SARI 090302004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sumberdaya terbarukan yang memiliki fungsi ekologis, sosial-ekonomis, dan budaya yang sangat penting terutama bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA

KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA KAJIAN KONSTRUKSI DAN LOKASI JARING WARING TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN TERPERANGKAP IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI SELAT MADURA Mochamad Arief Sofijanto 1, Dwi Ariyoga Gautama 2, Bagus Ramadhan 3, Fernandes

Lebih terperinci

STUDI POPULASI IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DENGAN METODE SENSUS VISUAL DI KEPULAUAN SELAYAR, SULAWESI SELATAN

STUDI POPULASI IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DENGAN METODE SENSUS VISUAL DI KEPULAUAN SELAYAR, SULAWESI SELATAN Studi Populasi Ikan Napoleon..di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Rudi, A & Y. Nugraha) STUDI POPULASI IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DENGAN METODE SENSUS VISUAL DI KEPULAUAN SELAYAR, SULAWESI

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. I. Pendahuluan

EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. I. Pendahuluan EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN Mochammad Riyanto 1), Ari Purbayanto 1), dan Budy Wiryawan 1) 1) Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan

Lebih terperinci

Pencacahan Langsung (Visual Census Method) dimana lokasi transek ikan karang

Pencacahan Langsung (Visual Census Method) dimana lokasi transek ikan karang Usep Sopandi. C06495080. Asosiasi Keanekaragaman Spesies Ikan Karang dengan Persentase Penutupan Karang (Life Form) di Perairan Pantai Pesisir Tengah dan Pesisir Utara, Lampung Barat. Dibawah Bimbingan

Lebih terperinci

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap Gambar 4.11 Alat tangkap Pukat Harimau atau Trawl (kiri atas); alat Mini-Trawl yang masih beroperasi di Kalimantan Timur (kanan atas); hasil tangkap Mini-Trawl (kiri bawah) dan posisi kapal ketika menarik

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pulau Nusa Penida Pulau Nusa Penida secara umum berada pada 155º30 00 dan 155º36 00 bujur timur dan -8º40 00 sampai -8º45 00 lintang selatan. Kecamatan nusa Penida

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat 33 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan 5.1.1 Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat seluruhnya sebesar 43,595 kg. Hasil tangkapan didapatkan

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci