5. PERHITUNGAN SETTING RELAI PROTEKSI TRAFO TENAGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5. PERHITUNGAN SETTING RELAI PROTEKSI TRAFO TENAGA"

Transkripsi

1 5. PERHITUNGAN SETTING RELAI PROTEKSI TRAFO TENAGA 5.. Setting Relai Differensial Dan REF 5... Perhitungan Setting Proteksi Trafo Tenaga 50/20 kv GI Data Parameter yang diperlukan a) Trafo Tenaga Merupakan data spesifikasi teknis trafo tenaga yang akan diproteksi. Sebagai contoh ; Lokasi GI. DIKPRO Merek trafo /type : Unindo / TTHRV Kapasitas trafo tenaga : S = 60 MVA Rasio tegangan : 50/20 kv Impedansi hubung singkat : Z% = 2.5 % pada tap 9 (tengah) Vektor group : YnYo (d) Hubungan belitan Trafo : Shell type atau Core type Impedansi Trafo dan imp urutan (komponen simetris) Impedansi trafo Imp Urutan positif Imp Urutan negatif Imp Urutan nol Arus nominal Trafo sisi primer 50 kv adalah ; In 50 = S (MVA) 50 3.kV 000 A 60 In 50 = 000 = 240 A 50 3.kV Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 75

2 Arus nominal Trafo sisi sekunder 20 kv adalah ; In 20 = S (MVA) 20 3.kV 000 A In 20 = = 786 A b) Trafo Arus (CT) Sisi primer (50 kv) : CT50 = / 5 A Sisi netral 50 kv : CTN50 = / 5 A Sisi sekunder 20 kv) : CT20 = / 5 A Sisi netral 20 kv : CTN20 = / 5 A Sisi NGR : CTNGR = / 5 A c) Sistem Pentanahan Sisi 50 kv (solidy grounded) : RNGRP = 0 Ω Sisi 20 kv dengan NGR : RNGR = 40 Ω Arus maksimum NGR : I maks NGR = 300 A Arsu kontinungr : INGR = 30 A Batas waktu (ketahanan) NGR : t NGR = 0 detik, pada I maks 20 kv Arus nominal NGR pada sistem 20 kv : In NGR = 3. RNGR In NGR = A d) Impedansi sumber pada busbar di lokasi/gi yang dipasang trafo Data ini didapatkan hasil perhitungan dari bidang operasi sistem atau hasil perhitungan berdasarkan konfigurasi dan komposisi unit pembangkitan saat itu. Impedansi urutan positif (pu ) : Zs = Rs + j Xs = j Impedansi urutan negatif (pu) : Zs2 = Rs2 + j Xs2 = j Impedansi urutan nol (pu) : Zso = Rso + j Xso = j Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 76

3 e) Data penyulang 20 kv - SUTM Jenis dan kapasitas konduktor (ccc) Panjang (km) Impedansi saluran (Ω / km ) Arus beban maksimum (A ) Arus kapasitif ( Ic ) dalam A/km Impedansi urutan Positif ZL = RL + j XL Impedansi urutan Negatif ZL2 = RL2 + j XL2 Impedansi urutan Nol ZLo = RLo + j XLo Asumsi konduktor AAAC 90mm² ZL = RL + j XL ZL2 = RL2 + j XL2 ZLo = RLo + j XLo - Saluran Kabel Tegangan Menengah SKTM Jenis dan kapasitas konduktor (ccc) XLPE Panjang (km) Impedansi saluran (Ω / km ) Arus beban maksimum (A ) Arus kapasitif ( Ic ) dalam A/km Impedansi urutan Positif Zk = Rk + j Xk Impedansi urutan Negatif Zk2 = Rk2 + j Xk2 Impedansi urutan Nol Zko = Rko + j Xko Asumsi konduktor kabel XLPE 50mm² Zk = Rk + j Xk Zk2 = Rk2 + j Xk2 Zko = Rko + j Xko Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 77

4 Perhitungan Arus hubung singkat a. Hubung singkat 3-fasa dan 2-fasa sisi 20 kv IF3f 20 = E Zs+ jxtp + jxts+ ZL Ibase20 A sisi 50 kv IF3f 50 = E Zs+ jxt + ZL Ibase50 A b. Untuk menghitung arus gangguan 2-fasa : IF2f50 = 0.86 x IF3f50 Zs Zs - E TD= 50/20 KV 60 MVA Z% = 2.5 % I hs 3Ф jxtp+ jxts + ZL SUTM Gbr 5..a : Rangkaian ekivalen dalam perht I hs 3-fasa Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 78

5 c. Hubung singkat -fasa Imp Urut Pos Neg Nol Zs Zs2 Zso jxtpo - + E jxt jxt2 jxtto jxtso ZL ZL2 ZLo Gbr 5..b: Rangkaian ekivalen dalam perht I hs -fasa Z = Zs+ jxt + ZL Z2 = Zs2+ jxt2 + ZL2 Zo = (Zso+ RNGR + j.xtpo). j.xtto (Zso+ RNGR + j.xtpo) + j.xtto + j.xtso+ RNGR + ZLo sisi 20 kv IFf 20 = E Z+ Z2 + Zo+ 3.Rf x Ibase20 A sisi 50 kv IFf 50 = E Z+ Z2 + Zo+ 3.Rf x Ibase50 A 5.2. Setting Relai Differensial a) Data relai - Merek/type, karakteristik kerja, arus nominal b) Setelan arus kerja minimum Relai differential sebagai pengaman utama trafo tenaga harus sensitif terhadap gangguan internal sekecil mungkin, tetapi harus lebih besar Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 79

6 dari arus magnetisasi serta pertimbangan adanya missmath akibat kesalahan ratio CT-CT utama baik disisi primer maupun sisi sekunder serta auxirary CT yang terpasang. Beberapa vendor merekomendasikan Id > 4*Imag, dimana Imag adalah arus magnetisasi pada transformer yang mengalir tanpa beban (5 %) Maka arus kerja minimum ditentukan : Id = ( ) x In c) Setting Slope Relai Differensial harus memastikan bahwa tidak boleh bekerja pada beban maksimum atau adanya kontribusi arus yang besar akibat gangguan eksternal. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sbb :. Selektifitas relai terhadap gangguan eksternal. Kedua sisi trafo arus yang digunakan harus mempunyai rasio dan karakteristik yang tipikal. Polaritas trafo arus harus betul. 2. Pengaruh kejenuhan CT utama dan ACT akan mengakibatkan arus sekunder yang melalui relai tidak sama. 3. Pengaruh tap ACT dapat mengakibatkan selisih arus antara primer dan sekunder trafo. 4. Pengaruh adanya OLTC ( On Load Tap Changer ) pada trafo daya dimana pada waktu operasi perbandingan transformasinya berubah ubah mengikuti tegangan yang masuk sementara tap CT / ACT tidak mengalami perubahan. 5. Pengaruh kesalahan (error) yang harus dikompensasi dalam menentukan setelan kecuraman (slope) yaitu : Kesalahan sadapan : 0 % Kesalahan trafo arus CT : 0 % Mismatch : 4 % Arus eksitasi : % Faktor keamanan : 5 % Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 80

7 Maka penyetelan slope adalah sebagai berikut : Untuk Trafo tenaga Slope- = (25 35) % Slope-2 = (50 80) % Untuk Trafo Pembangkit yang menggunakan off load tap changer Slope- = (5-20) % Slope-2 = (50 80) % Id Id m Operate area Slope Slope 2 block area Slope = Id 00 % Ih Ih (I+I2)/2 Gbr 5..3 : Karakteristik kerja relai differensial d) Arus momen Setting arus momen / instanteneouse trip untuk mengamankan trafo terhadap gangguan besar yang sangat memungkinkan trafo rusak. Atau : Imomen = 4 x Inom trf Im batas = 0.8 x [ 0.5 x In trafo x ( / Xt ) ] Nilai 0.8 adalah pertimbangan untuk faktor kesalahan relay, CT dan wiring sebesar 20%. Sedangkan nilai 0.5 adalah nilai arus gangguan tertinggi yang dapat terjadi, yang dipakai sebagai batas atas dalam menentukan setelan arus untuk relay moment Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8

8 Pada relay-relay differential jenis numerik setelan arus momen pada dinotasikan sebagai high set Id>> atau Id>>>. High set- Id>>, daerah kerjanya dalam internal differential (internal fault), sedangkan highset-2 Id>>>, daerah kerjanya internal dan ekternal differential (external faut) dan kerjanya tidak mem-blokir jika terjadi inrush current yang besar atau harmonic ke-5. (over fluksi). Oleh karena itu nilai settingnya harus dibedakan sesuai dengan kebutuhan. Karena relai differential bekerja tanpa waktu tunda, maka setting high set biasanya tidak diaktifkan (block) e) Harmonic Pada relai-relai jenis digital biasanya dilengkapi fasilitas setting harmonic ke-2 dan ke-5. Harmonic tersebut muncul disebabkan adanya gangguan sistem, switching dan kenaikan arus pada saat energize trafo (inrush current). Oleh karena itu dalam perhitungan setting harmonic harus dapat membedakan antara gangguan internal atau gangguan eksternal (gangguan sistem). Pertimbangan dalam setting harmonic : o Fasilitas setting relai adalah harmonic ke-2 blocking (harmonic restrain) o Relai harus trip bila terjadi gangguan internal dan relai harus blok (tidak kerja) bila terjadi gangguan ekternal o Berdasarkan pengalaman, besaran harmonic ke-2 sekitar 9 % 3 %, pada saat terjadi gangguan Trafo maka setting harmonic ke-2 : I harmonic ke-2 = 0.5 (5 %) Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 82

9 CONTOH - : Perhitungan Differential Trafo 50/20 kv Trafo 60 MVA Data Relai - Merek / type : GEC-Alsthom/ MBCH-2 - Arus nominal : In = A - Jenis Karakteristik : bias - Burden relai : VA =.2 Data CT - Rasio CT 50 kv : 300 / 5 A - Ratio CT20 kv : 2000/5 A - Aux. CT : 5 / A - Data ratio auxirally CT : Tap kumparan primer Jumlah Kumparan (primer) Ratio / A Ratio 5/ A Ratio 5/5 A X S S S3 S Arus nominal Sisi 50 kv Sisi 20 kv : In50 = 230 A : In20 = 732 A - Data arus hubungsingkat -fasa Sisi 50 kv : Ihs = 730 A Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 83

10 a) Setting Tap aux CT Sisi primer 50 kv, Interposing CT menggunakan CT star-delta dengan connection 25 kumparan ( S-S2 dan S3-S4) Tap 3 In50 25 CT50 Tap = 32, posisi tap terdekat adalah 3-P, 6-X, 7 P2 Sisi sekunderr 20 kv Tap2 3 In20 25 CT20 Tap2 = 29, posisi tap terdekat adalah P-, P2-6 b) Setting arus kerja minimum (Id) Id = (0.3) x In = 0.3 x 5 =.5 A (nilai sekunder) c) Slope Trafo daya Slope- = 30 % Slope-2 = 80 % 5.3. Setting Ref Sisi Primer Dan Sekunder a) Data relai - Merek / type, Inominal - Jenis Karakteristik - Data CT Tahanan dalam CT sisi Netral (Rct N ), CT (Rct ) dan tahanan dalam aux CT (Ract ) - Tahanan kabel kontrol antara CT fasa dengan relai (RL) dan CT netral sampai dengan relai (RL2) Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 84

11 b) Tegangan kerja REF sisi primer (87NP) : CT50 RL Vr RL2 CTN50 R Gbr 5..4a : Rangkaian REF sisi primer Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah VrN = ( RCTN + 2.RL2 ) x Ihs/CTN volt Tegangan jepit pada relai dari sisi CT fasa adalah Vr = ( RCT RL ) x Ihs/CT50 volt Untuk menentukan Vr yang dipakai dalam perhitungan setting pilih nilai tegangan yang paling besar Seting tegangan harus lebih besar dari Vr Vset = k. Vr dimana, k adalah faktor keamanan k =.5-3 REF sisi sekunder (87NS) : Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 85

12 CT20 NGR RL CTN20 RL2 Vr R Gbr 5..4b : Rangkaian relai sisi sekunder Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah VrN = ( RCTN + 2.RL2 ) x Ihs/CTN volt Tegangan jepit pada relai dari sisi CT fasa adalah Vr = ( RCT RL ) x Ihs/CT20 volt Untuk menentukan Vr yang dipakai dalam perhitungan setting pilih nilai tegangan yang paling besar Seting tegangan harus lebih besar dari Vr Vset = k. Vr dimana, k adalah faktor keamanan k =.5-3 c) Arus kerja Setting arus harus sensitif untuk gangguan dipilih Dimana, In adalah arus nominal relai. Iset = (0. 0.3). In Arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah core CT (n) dan arus magnetisasi CT (imag) itu sendiri, sehingga arus operasi minimum menjadi Iop = ( Iset + n. Imag ) Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 86

13 dimana, n adalah jumlah core CT dan Imag adalah arus magnetisasi CT pada tegangan Vr Dengan demikian, maka sensitifitas pengamanan (s) menjadi d) Stabilitas Resistor (Rs) s = ( Iop / In ) x 00 % Setting resistor ( tahanan muka ) Rs = Vs - Iset VA Iset Ω CONTOH -2 : Perhitungan REF sisi 50 kv Trafo 60 MVA Data Relai - Merek / type : GEC-Alsthom - Arus nominal : In = 5 A - Jenis Karakteristik : high impedance - Burden relai : VA = Data CT - Klass CT : Class X - Jumlah core CT : n = 4 - arus magnetisasi : imag = A - Tahanan dalam CT sisi Netral : Rct N = 0.3 Ω sisi fasa : Rct = 0.4 Ω aux CT : Ract = Ω - Tahanan kabel kontrol antara CT fasa dgn relai : RL = 0.32 Ω CT netral dgn relai : RL2 = 0.32 Ω Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 87

14 Data arus hubungsingkat -fasa Sisi 50 kv : Ihs = 730 A a) Setting Tegangan kerja Tegangan jepit pada relai dari sisi CT Netral adalah VrN = ( x 0.3 ) x 730/CTN = 27.5 volt Tegangan jepit pada relai dari sisi CT fasa adalah Vr = ( x 0.3 ) x 730 /CT50 = 58.9 volt Untuk menentukan Vr yang dipakai dalam perhitungan setting pilih nilai tegangan yang paling besar Vr = 60 volt Seting tegangan harus lebih besar dari Vr Vset = k. Vr dimana, k adalah faktor keamanan k =.5-3, maka Vset =.5 x Vr = 90 volt b) Arus kerja Setting arus harus sensitif untuk gangguan dipilih Dimana, In adalah arus nominal relai. Iset = (0. ). In = 0. x 5 = 0.5 A Arus kerja minimum relai juga dipengaruhi oleh jumlah core CT (n) dan arus magnetisasi CT (imag) itu sendiri, sehingga arus operasi minimum menjadi Iop = ( Iset + n. Imag ) = x = 0.62 A c) sensitifitas pengamanan (s) menjadi s = ( Iop / In ) x 00 % = 0.62 / 5 x 00 = 2.4 % d). Stabilitas Resistor (Rs) Setting resistor ( tahanan muka ) Rs = = 76 Ω Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 88

15 5.4. Koordinasi Setting (OCR,GFR& SBEF) Trafo Dan Penyulang Setting OCR sisi sekunder trafo (Incoming 50/5) a) Arus kerja minimum Fungsi OCR incoming adalah sebagai pengaman cadangan Trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa ekternal yaitu gangguan pada jaringan TM, namum demikian untuk gangguan-gangguan yang besar (gangguan di Busbar sisi TM) atau dekat sekali dengan trafo tenaga harus secepat mungkin dieliminir sehingga tidak berdampak yang lebih serius pada trafo tenaga. OCR/GFR 50/5P/5NP CTNP 300/5 CT 300/5 50/20 KV 60 MVA 2.5 % SBEF 5NS OCR/GFR 50/5/5N CTNS 300/5 CT2 2000/5 CTP 300/5 REL 20 OCR/GFR 50/5S/5NS Gbr 5..5 : Daerah kerja proteksi OCR incoming Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo : Is =.2 x Inom trf Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT, Kabel, PMT) Is2 =.2 x In peralatan terkecil Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 89

16 Dipilih nilai terkecil Is = { Is.( Is< Is2) + Is2. (Is2 < Is) } (A primer) Dalam besaran sekunder Iset = Is x In CT A (sekunder) Tap value setting sesuai range yang ada pada relai tap = Iset In b) Waktu dan Karakteristik kerja Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan trafo terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi. untuk menjamin trafo tahan terhadap gangguan maksimum, maka waktu kerja dipilih antara 0.7 detik untuk gangguan maksimum. Gangguan maksimum dipilih untuk gangguan fasa-fasa yang terjadi pada busbar TM. Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis Normal/Standar inverse, maka setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih : Untuk kurva standar inverse (SI) ; Td = Ihs Is t Dimana, TM Ihs adalah hubung singkat maksimum 2-fasa di busbar Is adalah setting arus kerja dalam A primer t adalah waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maks yaitu antara 0.7 detik. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 90

17 c) Arus momen (high set) Setting arus moment pada hakekatnya untuk mengantisipasi bila terjadi gangguan yang sangat besar pada busbar TM dan dikhawatirkan trafo tenaga tidak tahan terlalu lama sesuai setting kurva waktunya, maka pada kondisi seperti itu gangguan harus segera dieliminir seketika atau lebih cepat yaitu dengan high set. Setelan arus high set di incoming dapat diaktifkan bila setelan waktunya dapat diatur, tetapi bila setelan waktu high set tersebut tidak dapat diatur maka tidak diaktifkan Arus kerja moment maksimum Imomen = 0.8 x 0.5 x (In trafo x (/Zt(pu)) Setting waktu kerja Tmom = detik (definite) Setting GFR sisi sekunder ( Incoming TM ) a) Arus kerja minimum gangguan tanah Fungsi GFR incoming adalah sebagai pengaman cadangan Trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat -fasa ketanah ekternal yaitu gangguan pada jaringan TM Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo : Isg = ( ) x Inom trf MV Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT, PMT, NGR dan kabel), adalah ; Isg2 = ( ) x In Peralatan terkecil Dipilih nilai terkecil Igs = { Isg.( Isg< Isg2) + Isg2. (Isg2 < Isg) } Dalam besaran sekunder Iset g = Isg x In CT20 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9

18 Tap value setting sesuai range yang ada pada relai Isetg tapg = In b) Setting waktu dan Karakteristik kerja Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan NGR terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi. Untuk menjamin NGR dengan tahanan 40Ω, dalam waktu 5 detik, maka waktu kerja dipilih antara 4 detik untuk gangguan maksimum. Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di GI dan GH, maka diplih karakteristik waktu kerja jenis inverse atau definite time, Tahanan Rendah, NGR 40 Ohm, 300 A, 0 detik. Jenis Karakteristik Setelan arus Setelan waktu Setelan arus high-set : : relai gangguan tanah : Long Time Inverse : x In NGR : 40 % x ketahanan termis NGR, pada If=300 A : tidak diaktifkan Tahanan Rendah, NGR 2 Ohm, 000 A, 0 detik. Jenis relai Karakteristik Setelan arus Setelan waktu Setelan arus highset : relai gangguan tanah : standard inverse : ( ) x In Trafo : detik untuk Ihs maks. = 000 A : tidak diaktifkan Pentanahan langsung (solid) Jenis relai Karakteristik Setelan arus Setelan waktu Setelan arus highset Setelan waktu highset : relai gangguan tanah tidak berarah : standard inverse : maksimum 0.4 X arus nominal trafo : maks 0.7 detik untuk gangguan di bus 20 kv : maks 4 x In trafo : - waktu tunda 300ms untuk pola kaskade - instant untuk pola non-kaskade Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 92

19 Untuk kurva standar inverse (SI) ; Tdg = Ihs Isg tg Dimana, Ihs adalah hubung singkat maksimum fasa di busbar 20 kv Isg adalah setting arus kerja GFR dalam A primer t adalah waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maks yaitu antara detik c) Setting Arus momen (high set) Setelan moment hanya dipakai pada sistem pentanahan langsung (solid grounded), sedangkan dalam sistem pentanahan dengan tahanan tinggi / rendah, setting momen tidak diperlukan (di blok) karena arus hubung singkat -fasa relatif lebih kecil dan aman terhadap ketahanan trafo tenaga Setting OCR sisi primer 50 kv a) Arus kerja minimum Fungsi OCR incoming adalah sebagai pengaman cadangan kedua Trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa ekternal yaitu gangguan pada jaringan TM OCR/GFR 50/5P/5NP CTNP 300/5 CT 300/5 50/20 KV 60 MVA 2.5 % SBEF 5NS OCR/GFR 50/5/5N CTNS 300/5 CT2 2000/5 CTP 300/5 REL 20 OCR/GFR 50/5S/5NS Gbr 5..6 : Daerah kerja proteksi OCR sisi 50 kv Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 93

20 Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo : Is =.2 x Inom trf 50 Dalam besaran sekunder Iset = Is x In CT50 A (sekunder) Tap value setting sesuai range yang ada pada relai tap = Iset In f) Waktu dan Karakteristik kerja Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan trafo terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi. untuk menjamin trafo tahan terhadap gangguan maksimum (standar 2 detik), maka waktu kerja dipilih antara.2.5 detik untuk gangguan maksimum. Gangguan maksimum dipilih untuk gangguan fasa-fasa yang terjadi pada busbar 20 kv. Untuk kurva standar inverse (SI) ; Td = Ihs Is t Dimana, Ihs adalah hubung singkat maksimum 2-fasa di busbar 20 kv Is adalah setting arus kerja dalam A primer t adalah waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maks yaitu antara.2.5 detik c) Arus momen (high set) Setting arus moment pada hakekatnya untuk mengantisipasi bila terjadi gangguan yang sangat besar pada bagian primer trafo (sisi 50kV), walaupun ada pengaman utama trafo, tetapi high set ini dapat membantu mengamankan trafo tsb. Arus kerja moment harus mempertimbangan prediksi hubung singkat maks berdasarkan impedansi trafo, yaitu : Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 94

21 Im = K x In50 Xt.CT50 dimana, K adalah konstanta waktu untuk priode /2 cycle K =.5 Xt adalah impedansi hubung singkat trafo In50 adalah arus nominal trafo sisi 50 kv Tipikal setting momen trafo sisi 50 kv adalah Im = 8 x Iset atau diblok. Gbr 5..7 : Kurva koordinasi waktu kerja OCR sisi 50 kv, Incoming dan penyulang Setting GFR sisi primer 50 kv a) Arus kerja minimum Fungsi GFR netral adalah sebagai pengaman cadangan ke-dua Trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat -fasa internal maupun gangguan ekternal Kontribusi arus hubung singkat fasa kepada konfigurasi kumparan delta (tersiery winding) karena akan mengalir kontribusi arus urutan nol pada saat terjadi hubungsingkat -fasa di sisi 50 kv yang besarnya tergantung kepada jarak lokasi gangguan dengan posisi trafo. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 95

22 Oleh karena, dalam penentuan waktu kerja GFR sisi primer trafo harus dikoordinasikan dengan waktu kerja zone-2 distance relay di penghantar. Setting arus kerja GFR untuk trafo dengan delta winding Is = ( ) x Inom trf 50 Setting arus kerja GFR yang tidak dilengkapi delta winding Is = 0.2 x Inom trf50 Untuk mendapatkan arus dalam besaran sekunder, dibagi ratio CT Iset = Is x In CT50 A (sekunder) Tap value setting sesuai range yang ada pada relai tap = Iset In g) Setting waktu dan Karakteristik kerja waktu kerja harus memperhatikan ketahanan trafo terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi dan juga harus dikoorinasikan dengan relain GFR / zone-2 Distance relai gangguan tanah, maka untuk mendapatkan selektifitas harus memenuhi persyaratnya sbb : TGFR > Tzone-2 untuk gangguan di penghantar TGFR < Tzone-2 untuk gangguan di bay trafo Untuk kurva standar inverse (SI) ; Tdg = Ihs Isg t Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 96

23 Dimana, hs adalah hubung singkat maksimum -fasa di busbar 50 kv Isg adalah setting arus kerja dalam A primer t adalah waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maks yaitu antara.0.5 detik Dengan pentanahan langsung/solid, tanpa belitan delta/yy Tipe Core Jenis relai Karakteristik Setelan arus Setelan waktu Setelan arus highset Setelan waktu highset : relai gangguan tanah tidak berarah : standard inverse : 0.2 x arus nominal trafo : t = detik dari t incoming (direkomendasikan t = 0.5 detik ) untuk gangguan di bus 20 kv : tidak diaktifkan : tidak diaktifkan Dengan pentanahan langsung/solid, dilengkapi belitan delta/ Yy Tipe Shell: Jenis relai Karakteristik Setelan arus Setelan waktu Setelan arus highset Setelan waktu highset : relai gangguan tanah tidak berarah : standard inverse : ( ) x arus nominal trafo :.2 detik (untuk yang pentanahan di sisi 20 KV solid) dan.5 detik (untuk yang pentanahan di sisi 20 KV dengan NGR) untuk gangguan di bus 20 kv : tidak diaktifkan : tidak diaktifkan Setelan arus moment untuk GFR sisi primer tidak diperlukan (blok) Setting Stand By Earth Fault (SBEF) 20 kv a) Arus kerja minimum gangguan tanah Fungsi SBEF (stand by Earth Fault) sisi netral 20 kv, pada dasarnya merupakan pengaman NGR akibat gangguan -fasa ketanah pada jaringan SUTM. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 97

24 Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo : ISEF = ( 0.2) x Inom NGR ISEF2 = (0.) x Inom Trafo Dipilih nilai terkecil Dalam besaran sekunder Iset SEF = ISEF x In CTN20 Tap value setting sesuai range yang ada pada relai tapg = ISEF In b) Setting waktu dan Karakteristik kerja Setting waktu kerja harus memperhatikan ketahanan NGR terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi, ssesuai kurva ketahanan thermisnya Untuk NGR dengan tahanan 40Ω, ketahanan NGR mampu 5 detik pada rating nominalnya (300 A), maka waktu kerja dipilih antara 2 5 detik untuk gangguan maksimum. Pada gangguan -fasa yang relatif kecil disarankan NGR dapat mendeteksi gangguan, tetapi waktu kerjanya lama. Untuk itu maka kurva karakteristik waktunya dipilih long time inverse. Tahanan Tinggi, NGR 500 Ohm, 30 detik. Jenis : relai gangguan tanah tak berarah Karakteristik : long time inverse (LTI)/ definite Setelan arus : ( ) x In NGR Setelan waktu :. 8 detik (LTI) trip sisi incoming dan 0 detik untuk sisi 50 KV pada If=25 A untuk NGR yang mempunyai t = 30 detik Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 98

25 2. Apabila belum ada relai dengan karakteristik LTI maka menggunakan definite, t=0 detik (trip sisi 20 kv) dan t2 = 3 detik (trip sisi 50 kv). Tahanan Rendah, NGR 40 Ohm, 300 A, 0 detik. Jenis Karakteristik Setelan arus Setelan waktu Setelan arus high-set : : relai gangguan tanah (SBEF, simbol 5NS) : Long Time Inverse : ( ) x In NGR : 50 % x ketahanan termis NGR, pada If=300 A : tidak diaktifkan Tahanan Rendah, NGR 2 Ohm, 000 A, 0 detik. Jenis relai Karakteristik Setelan arus Setelan waktu Setelan arus highset : relai gangguan tanah tak berarah (SBEF, 5NS) : long time inverse : (0. 0.2) x In NGR : 50% x ketahanan termis NGR, pada If=000 A : tidak diaktifkan Formula kurva LTI Tdg = Ihs Isg 20 - tg Dimana, Ihs adalah hubung singkat maksimum fasa di busbar 20 kv Isg adalah setting arus kerja GFR dalam A primer t adalah waktu kerja yang diinginkan untuk gangguan maks yaitu antara 3 5 detik c) Arus momen (high set) Setelan moment hanya dipakai pada sistem pentanahan langsung (solid grounded), sedangkan dalam sistem pentanahan dengan tahanan tinggi / rendah, setting momen tidak diperlukan (di blok) karena arus hubung singkat -fasa relatif lebih kecil dan aman terhadap ketahanan trafo tenaga Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 99

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir 29 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Untuk menyelesaikan Laporan akhir ini dibutuhkan data penunjang yang diperoleh dari : Tempat Penelitian : 1. PT. PLN (Persero) Gardu Induk (GI) Kraksaan 2. PT.

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang 3.1.1. Definisi Relai Proteksi Tujuan utama dari sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama

Lebih terperinci

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA X&XI. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA X&XI. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT. Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK TATAP MUKA X&XI. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT. 2011 1/25/2011 1 Relay Differential Relay differential merupakan pengaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu Induk (GI) adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai pengatur pelayanan tenaga listrik yang didapatkan

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Teori Umum Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik. Tujuan utama dari suatu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem t`enaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS BAB IV PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS 4.1. GARDU INDUK DUKUH ATAS GI Dukuh Atas merupakan gardu induk yang memiliki 2 buah trafo tenaga dengan daya masing-masing

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tujuan Melakukan analisis terhadap sistem pengaman tenaga listrik di PT.PLN (PERSERO) Melakukan evaluasi

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [9] PT. PLN (Persero) UBS P3B REGION JAKARTA BANTEN Pegenalan Gardu Induk. Jakarta : PT. PLN (Persero).

DAFTAR PUSTAKA. [9] PT. PLN (Persero) UBS P3B REGION JAKARTA BANTEN Pegenalan Gardu Induk. Jakarta : PT. PLN (Persero). 65 DAFTAR PUSTAKA [1] Asvitri, Nurita Dwi dan Rizka Iswinda Kurnia. 2013. Studi Koordinasi Relay Proteksi pada trafo 4 Gardu Induk Sengkaling. Malang : Politeknik Negeri Malang. [2] Fadil, Nurcholis. 2005.

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Umum Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi kerusakan peralatan tehadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat

Lebih terperinci

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. FEEDER PROTECTION Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. DIAGRAM SATU GARIS PEMBANGKIT TRAFO UNIT TRANSMISI SISTEM GENERATOR BUS HV TRAFO P.S BUS TM GARDU INDUK PERLU DIKOORDINASIKAN RELAI PENGAMAN OC + GF ANTARA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada bab ini penulis membahas secara umum metode penelitian, yaitu penelitaian yang dilaksanakan melalui tahap-tahap yang bertujuan mencari dan membuat pemecahan

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung

Lebih terperinci

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI 2017 180 Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota NASRUL, ST., M. KOM ABSTRAK Daerah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150

BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150 BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150 Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama, seperti pada blok diagram berikut, Gambar 3.1 Blok diagram

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi PHB-TM (Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah), TD (Transformator Distribusi),

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Nandha Pamadya Putra¹, Hery Purnomo, Ir., MT.², Teguh Utomo, Ir., MT.³ ¹Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGUJIAN RELAY DIFFERENSIAL GI

PENGUJIAN RELAY DIFFERENSIAL GI EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 9 No. 2 Mei 2013 ; 74-79 PENGUJIAN RELAY DIFFERENSIAL GI Hery Setijasa Jurusan Teknik Elektro Polines Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang abstrak Salah satu peralatan

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai. 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gangguan yang Terjadi pada SKTT Gangguan yang terjadi pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) umumnya bersifat permanen dan diikuti kerusakan sehingga diperlukan perbaikan

Lebih terperinci

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) -6 Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500 PT PLN (PERSERO) di Kediri Muhammad Rafi, Margo Pujiantara ), dan R. Wahyudi ). Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan : BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data yang Diperoleh Dalam penelitian ini menggunakan data di Pembangkit listrik tenaga panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA

Lebih terperinci

BAB VI. RELE DIFFERENTIAL

BAB VI. RELE DIFFERENTIAL BAB VI. RELE DIFFERENTIAL 6.1 Pendahuluan. Relay differential merupakan pengaman utama pada generator, transformator dan bus-bar, sangat selektif, cepat bekerja tidak perlu berkoordinasi dengan relay lain

Lebih terperinci

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND GANGGUAN HUBUNG SINGKAT, BERBAHAYA BAGI : PERALATAN MENGGANGGU : PELAYANAN PERLU DIKETAHUI BESARNYA ARUS SEBELUM KEJADIAN SESUNGGUHNYA. DALAM PERENCANAAN SISTEM DARI SEGI PENGUSAHAAN, SPESIFIKASI PMT,KONDUKTOR

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. pernah dilakukan sebagai rujukan penulis guna mendukung penyusunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. pernah dilakukan sebagai rujukan penulis guna mendukung penyusunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut beberapa penelitian mengenai analisis proteksi serta setting rele diferensial pada Busbar di suatu Switchyard atau Gardu induk yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3.1. JENIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam Jaringan (Sistem Kelistrikan) ada 3, yaitu: a. Gangguan Hubung

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng. Rifgy Said Bamatraf 2207100182 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng. Latar Belakang Masalah Batasan Masalah Sistem Kelistrikan PLTU dan PLTG Unit Pembangkit

Lebih terperinci

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b. DAFTAR ISI JUDUL SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSYARATAN GELAR... iv LEMBAR PENGESAHAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x

Lebih terperinci

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... v MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv INTISARI...

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal 4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi

Lebih terperinci

Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II

Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Februari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.2 Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit

Lebih terperinci

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Oleh : Duta Satria Yusmiharga 2208 100 162 Dosen Pembimbing : 1. Prof.Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc.,Ph.D

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perkembangan beban yang sangat besar membutuhkan keandalan suatu sistem tenaga listrik dimulai dari pembangkit sampai dengan jaringan distribusi. Oleh sebab itu, bila terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Nama : Luqman Erwansyah NRP : 2210 105 027 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST. MT. Sidang Tugas Akhir (Genap 2011-2012) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN

ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN Muhammad Irsyam Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kepulauan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik Relai Proteksi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem tenaga elektrik, tidak memiliki manfaat pada saat sistem berada dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang

BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang BAB III RELAI JARAK 3.1. UMUM Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang sangat tinggi

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Presentasi Sidang Tugas Akhir (Genap 2010) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana

Lebih terperinci

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih ANALSS KOORDNAS RELE ARUS LEBH DAN PENUTUP BALK OTOMATS (RECLOSER) PADA PENYULANG JUNREJO kv GARDU NDUK SENGKALNG AKBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SNGKAT Mega Firdausi N¹, Hery Purnomo, r., M.T.², Teguh Utomo,

Lebih terperinci

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah

Lebih terperinci

Praktikum SISTEM PROTEKSI

Praktikum SISTEM PROTEKSI Praktikum SISTEM PROTEKSI RELAY GANGGUAN TANAH Disusu Oleh : KELOMPK 6 1. Febrio Nugrah Alganiy 2. Priyanto Wicaksono 3. Selvia Kurniawanty Herlianto 4. Yopi Andesta POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2012 Relay

Lebih terperinci

Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel

Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 37 Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) pada Recloser di Saluran Penyulang Penebel I D.G.Agung Budhi Udiana

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan

PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI Oleh ADRIAL MARDENSYAH 04 03 03 004 7 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) JURNAL MEDIA TEKNIK VOL. 8, NO.3: 2011 KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) KASMIR Staf Pengajar Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya

Lebih terperinci

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak Evaluasi Setting Rele Overall Differential GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak GITET Grati pada Bus 500 kv Hari Wisatawan 2209106057 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

PENGENALAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

PENGENALAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI PENGENALAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Kode kursus : C 0200 1033 Jenjang I PT PLN (PERSERO) JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN UNIT DIKLAT SEMARANG KATA PENGANTAR Diklat Pengenalan

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Yusuf Ismail Nakhoda, Awan Uji Krismanto, dan Maskur Usmanto Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv TUGAS AKHIR SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Geler Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING BAB IV ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING 4.1 Umum Relai jarak pada umumnya dipakai untuk proteks isaluran transmisi. Relai jarak mempunyai zona zona proteksi yang disetel dalam

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu mengenai Analisis Hubung Singkat Pada Penyulang Bangli

Lebih terperinci

ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN

ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN E-Journal SPEKTRUM Vol. 4, No. 2 Desember 2017 ANALISIS SETTING RELE OGS SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TRANSFORMATOR 3 UNTUK MENJAGA KONTINYUITAS ALIRAN DAYA DI GARDU INDUK PESANGGARAN I Wayan Alit Wigunawan

Lebih terperinci

2. DASAR DASAR SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

2. DASAR DASAR SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 2. DASAR DASAR SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI PT PLN (Persero) PUSDIKLAT 2009 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...i DAFTAR GAMBAR...ii DAFTAR TABEL...ii 2. DASAR-DASAR SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI...1 DAFTAR GAMBAR

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ

Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ ISSN: 1410-233 nalisa Perhitungan dan Pengaturan Relai rus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ Muhalan, Budi Yanto Husodo Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai pengaman yang terdapat pada busbar 150 kv telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen, peranan transformator daya pada Gardu Induk Pauh Limo

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen, peranan transformator daya pada Gardu Induk Pauh Limo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyalurkan daya listrik dari sistem pembangkit menuju ke beban atau konsumen, peranan transformator daya pada Gardu Induk Pauh Limo sangatlah penting. Kenyataannya,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG Teknologi Elektro, Vol. 15, No.2, Juli - Desember 2016 53 STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG I Komang Anom Astana Ady 1,

Lebih terperinci

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto 1 Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto Bagus Ibnu Pratama, Moch.Dhofir, dan Hery Purnomo Abstrak Proses produksi PT. Ajinomoto terhenti

Lebih terperinci

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk

Lebih terperinci

STUDI PENYETELAN RELAI DIFERENSIAL PADA TRANSFORMATOR PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

STUDI PENYETELAN RELAI DIFERENSIAL PADA TRANSFORMATOR PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA STUDI PENYETELAN RELAI DIFERENSIAL PADA TRANSFORMATOR PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA Liem Ek Bien & Dita Helna* Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract The quality of an electric

Lebih terperinci

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X Vol17 No2 Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X PERHITUNGAN KOORDINASI RELAY PROTEKSI OCR / GFR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATHCAD PADA TRAFO DAYA UNIT II 20 MVA GI SALAK Oleh Zulkarnaini 1, Mohammad

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR DI PLTG MUSI 2 PALEMBANG

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR DI PLTG MUSI 2 PALEMBANG Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume, No. 1, Januari 014 SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR DI PLTG MUSI PALEMBANG Letifa Shintawaty 1 Abstrak : Sistem proteksi tenaga listrik adalah suatu peralatan listrik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR PERSAMAAN... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3) Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3) Ahmad Yusuf Kurniawan 2211106024 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Ir. Arif Musthofa, MT. 1 Latar Belakang PLTGU merupakan pembangkit

Lebih terperinci

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) 3.1 Definisi Trafo Arus 3.1.1 Definisi dan Fungsi Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran

Lebih terperinci