dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam"

Transkripsi

1 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2. Pemasangan tidak baik 3. Penuaan 4. Beban lebih 5. Kegagalan kerja peralatan pengaman Penyebab gangguan dari luar untuk saluran kabel tegangan menengah ( SKTM ) antara lain: 1. Angin yang menyebabkan dahan / ranting pohon mengenai SUTM. 2. Surja petir 3. Kaegagalan atau kerusakan peralatan pada saluran 4. Hujan dan Cuaca 5. Binatang dan benda benda lain Gangguan SKTM Macam gangguan pada SKTM sifatnya permanen, dimana untuk membebaskannya diperlukan tindakan perbaikan atau menyingkirkan gangguan tersebut, sehingga gangguan ini menyebabkan pemutusan tertutup. Penyebab gangguan dari dalam antara lain adalah : 1. Tegangan lebih dan arus tak normal 2. Pemasangan tidak baik 3. Penuaan

2 7 4. Beban lebih 5. Kegagalan kerja peralatan pengaman Penyebab dari luar antara lain : 1. Gangguan mekanis karena pekerjaan saluran lain 2. Surja petir lewat saluran udara 3. Binatang Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam jaringan (sistem kelistrikan) ada 3, yaitu: 1. Gangguan hubung singkat 3 fasa 2. Gangguan hubung singkat 2 fasa, dan 3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah Dari ketiga macam gangguan hubung singkat di atas, arus gangguannya dihitung dengan menggunakan rumus umum (hukum ohm) yaitu : I = Z V ( 1.1) Dimana I = Arus yang mengalir pada hambatan Z. V= Tegangan sumber ( Volt ). Z= Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi di dalam jaringan dari sumber tegangan sampai titik gangguan (Ω/km). Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan besarnya nilai impedansi tiap komponen jaringan serta bentuk konfigurasi jaringan di dalam

3 8 sistem, maka besarnya arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan rumus di atas. Yang membedakan antara gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa ke tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu sendiri dan tegangan yang memasok arus ke titik gangguan, impedansi yang terbentuk dapat ditunjukkan seperti berikut : Z untuk gangguan 3 fasa Z = Z 1 Z untuk gangguan 2 fasa Z = Z 1 + Z 2 Z untuk gangguan 1 fasa ke tanah Z = Z 1 + Z 2 + Z 0 Dimana, Z 1 = Impedansi urutan positif 3 fasa Z 2 = Impedansi urutan negatif 2 fasa Z 0 = Impedansi urutan nol 1 fasa 2.3 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat Perhitungan arus hubung singkat dari sistem 20 kv yang dipasok dari gardu induk seperti pada gambar di bawah ini, Gambar 2.1 Single line diagram gardu induk Untuk menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas, pertama tama hitung impedansi sumber ( reaktansi ) dalam hal ini diambil dari data

4 9 hubung singkat pada bus 150 kv, kedua menghitung reaktansi trafo tenaga, ketiga menghitung impedansi penyulang Menghitung Impedansi Sumber Untuk menghitung impedansi sumber maka data yang diperlukan adalah data hubung singkat pada bus primer trafo. kv 2 X s = ( 1.2) MVA Perlu diingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150 kv, karena arus gagguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan hubung singkat di sisi 20 kv, maka impedansi sumber tersebut harus dikonversikan dulu ke sisi 20 kv, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti sudah menggunakan sumber 20 kv. Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak di sisi 150 KV, dilakukan dengan cara sebagai berikut : kv 2 X s (sisi 20 kv) = x X s (sisi 150 kv)...( 1.3) MVA Menghitung Reaktansi Trafo X t (pada 100%) = 2 kv..( 1.4 ) MVA( trafo) Nilai reaktansi trafo tenaga : Reaktansi urutan positif, negative (Xt 1 = Xt 2 ) Xt = Xt % x Xt (pada 100%)...( 1.5) Reaktansi urutan nol (Xt 0 )

5 10 Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga itu sendiri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo itu : 1. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan /Y dimana kapasitas belitan deta sama besar dengan kapasitas belitan Y, maka Xt 0 = Xt 1, 2. Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d) biasanya sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di dalam tetapi tidak dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan), maka nilai Xt 0 =3Xt 1, 3. Untuk trafo tenaga dengan hubungan YY dan tidak mempunyai belitan delta di dalamnya, maka besarnya Xt 0 berkisar antara 9 s/d 14 Xt Menghitung Impedansi Penyulang Menghitung impedansi penyulang, impedansi penyulang ini dihitung tergantung dari besarnya impedansi per meter penyulang yang bersangkutan, dimana besar nilainya ditentukan dari konsfigurasi tiang yang digunakan untuk jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah untuk jaringan SKTM. Dalam perhitungan disini diambil dengan impedansi Z = (R + jx) /km. Dengan demikian nilai impedansi penyulang untuk lokasi gangguan yang dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang.

6 Menghitung Impedansi Ekivalen Jaringan Perhitungan yang akan dilakukan disini adalah perhitungan besarnya nilai impedansi positif ( Z 1 eq ), negative ( Z 2 eq ), dan nol ( Z 0 eq ) dari titik gangguan sampai ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena dari sumber ke titik gangguan impedansi yang terbentuk adalah tersambung seri, maka perhitungan Z 1 eq dan Z 2 eq dapat langsung menjumlahkan impedansi-impedansi tersebut. Sedangkan untuk perhitungan Z 0 eq dimulai dari titik gangguan sampai ke trafo tenaga yang netralnya ditanahkan. Untuk menghitung Z 0 eq ini, diumpamakan trafo tenaga yang terpasang mempunyai hubungan Yyd, dimana mempunyai nilai Xt 0 = 3Xt 1. Perhitungan Z 1 eq dan Z 2 eq : Z 1 eq = Z 2 eq = Z s1 + Z t1 + Z 1 penyulang ( 1.6 ) Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, maka Z 1 eq (Z 2 eq ) yang didapat juga pada lokasi tersebut. Perhitungan Z 0 eq : Z 0 eq = Z t0 + 3R N + Z 0 penyulang ( 1.7 ) Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, maka Z 0 eq yang didapat juga pada lokasi tersebut. Setelah mendapatkan impedansi ekivalen sesuai dengan lokasi gangguan, selanjutnya perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan menggunakan rumus dasar seperti dijelaskan sebelumnya, hanya saja impedansi ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam rumus dasar tersebut adalah tergantung dari hubung singkat 3 fasa, 2 fasa atau 1 fasa ke tanah.

7 Gangguan Hubung Singkat 3 fasa Gambar 2.2 gangguan hubung singkat 3 fasa Kemungkinan terjadinya gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat fasa yang letaknya paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi kawat antar fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang sangat kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus diperhitungkan. Kemungkinan lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun sewaktu angin kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi atau distribusi. Gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus hukum ohm yaitu:: I = Z V. ( 1.8 ) Dimana, I = Arus gangguan hubung singkat 3 fasa V = Tegangan fasa-netral system 20 kv = Z = Impedansi urutan positif ( Z 1 eq ) = Vph 3 Sehingga arus gagguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut :

8 13 I 3 fasa = E Z fasa 1eq = V Z ph 1eq = Z 1 eq = Z 1eq ( 1.9 ) Gangguan Hubung Singkat 2 fasa Gambar 2.3 gangguan hubung singkat 2 fasa [6] Kemungkinan terjadinya gangguan 2 fasa disebabkan oleh putusnya kawat fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya adalah dari rusaknya isolator di transmisi atau distribusi sekaligus 2 fasa. Gangguan seperti ini biasanya mengakibatkan 2 fasa ke tanah. Gangguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: I = Z V ( 1.10 ) Dimana, I = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa V = Tegangan fasa fasa system 20 kv Z = Impedansi urutan positif ( Z 1 eq ) dan urutan negative ( Z 2 eq ) Sehingga arus gagguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung sebagai berikut : I 2 fasa = Z V ph ph 1eq Z 2eq = Z1 eq Z 2eq. ( 1.11 )

9 14 Seperti halnya gangguan 3 fasa, Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa juga dihitung untuk lokasi gangguan yang diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang. Dalam hal ini dianggap nilai Z 1eq = Z 2eq, sehingga persamaan arus gangguan hubung singkat 2 fasa di atas dapat di sederhanakan menjadi : I 2 fasa = V ph ph 2 * Z 1eq ( 1.12 ) Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke tanah Gambar 2.4 gangguan hubung singkat 1 fasa Kemungkinan terjadinya gangguan satu fasa ke tanah adalah back flashover antara tiang ke salah satu kawat transmisi dan distribusi. Sesaat setelah tiang tersambar petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangya cukup rendah namun bisa juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa transmisi / distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dll. I = Z V ( 1.13 ) Dimana, I = Arus gangguan urutan Nol = I 0 V = Tegangan Fasa Netral system 20 kv = = Vph 3 Z = Jumlah impedansi urutan Positif ( Z 1 eq ) dan urutan Negatif

10 15 (Z 2 eq ) dan Impedansi ururan Nol ( Z 0 eq ) I 1 fasa ke tanah = 3 x I 0...( 1.14 ) Sehingga arus gagguan hubung singkat 1 fasa ketanah dapat dihitung sebagai berikut : I 1 fasa = 3xI 0 = Z 1eq 3xV Z ph 2eq Z 0eq = Z 1eq x 3 Z Z 2eq 0eq = 34641,016 Z1 eq Z 2eq Z 0eq = 34641,016 2 xz1 eq Z 0eq ( 1.15 ) Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan 3 Fasa dan 2 Fasa, Arus gangguan 1 Fasa ketanah juga dihitung untuk lokasi gangguan yang di asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, sehingga dengan rumus terakhir diatas dapat dihitung besarnya arus gangguan 1 fasa ke tanah sesuai lokasi gangguannya. Dengan perhitungan arus gangguan hubung singkat ini, ( 3 Fasa, 2 Fasa dan 1 Fasa ke tanah), dapat digunakan untuk koordinasi Relai Proteksi Arus Lebih, terutama pada Over Current Relay ( OCR ) dari jenis Inverse, manfaatnya menjadi amat terasa karena waktu kerja Relai dapat diketahui untuk setiap lokasi gangguan. Lebih lanjut pada bab berikut akan dicoba menghitung nilai setelan Arus dan Waktu (T d atau Tms) dari Over Current Relay ( OCR ).

11 Pengertian dan Fungsi Pengaman Pengertian Pengaman Sistem pengaman adalah cara untuk mencegah/membatasi kerusakan peralatan terhadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat dipertahankan salah satu alat pengaman yang digunakan adalah relai. Relai adalah suatu alat pengaman yang bekerja secara otomatis mengukur / memasukkan rangkaian listrik ( rangkaian trip atau alarm ) akibat adanya perubahan rangkain lain Fungsi Pengaman Fungsi sistem pengaman adalah : 1. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus gangguan 2. Untuk melokalisir ( mengisolir ) daerah gangguan menjadi sekecil mungkin. 3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalanyang tinggi kepada konsumen Persyaratan Kerja Sistem Pengaman Untuk memenuhi fungsi diatas, relai proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Selektif Suatu relai proteksi proteksi adalah bertugas mengamankan suatu alat atau bagian dari sistem tenaga listrik dalam jangkauan pengamannya.

12 17 Letak pemutus tenaga ( PMT ) sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisah-pisahkan. Maka tugas relai adalah mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah pengamannya, dan memberi perintah untuk membuka PMT, dan memisahkan bagian dari sistem yang terganggu. Dengan demikian bagian sistem yang lain yang tidak terganggu dapat beroperasi dengan normal. Jika hal ini dapat direalisir, maka pengaman yang selektip. 2. Dapat diandalkan Dalam keadaan normal, tidak ada gangguan relai tidak bekerja, mungkin berbulan bulan atau bertahun - tahun. Tetapi bila pada suatu saat ada gangguan, maka ia harus bekerja, maka dalam hal ini relai tidak boleh gagal bekerja, karena pemadaman akan meluas. Disamping itu juga relai tidak boleh salah bekerja. Dalam hal yang harus dapat diandalkan bukan hanya relainya saja, tetapi juga komponen komponen perangkat proteksi itu. Keadaan relai proteksi itu ditentukan mulai dari rencana, pengerjaan, bahan yang digunakan dengan pengawatannya. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang dalam hal ini perlu adanya pengujian secara periodik. 3. Cepat Waktu kerja relai cepat, makin cepat relai bekerja, maka tidak hanya dapat memperkecil kerusakan akibat gangguan tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya gangguan. Adakalanya demi terciptanya selektivitasnya dikehendaki adanya penundaan waktu ( time delay ). Tetapi secara keseluruhan tetap

13 18 dikehendaki waktu kerja relai yang cepat. Jadi harus dapat memberikan selektivitas yang baik dengan waktu yang lebih cepat. 4. Peka Relai dikatakan peka bila dapat bekerja dengan masukan ( input ) dari besaran yang dideteksi adalah kecil. Jadi relai dapat bekerja pada awal kejadian gangguan Pengertian Over Current Relay (OCR) Over Current Relay ( OCR ) adalah suatu relai yang bekerjanya berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dalam jangka waktu tertentu, sehingga relai ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih. Over Current Relay ( OCR ) ini berfungsi untuk memproteksi peralatan listrik terhadap arus lebih yang disebabkan oleh gangguan arus hubung singkat atau dapat pula dikatakan bahwa relai ini berfungsi merasakan adanya arus lebih dan kemudian memberi perintah/isyarat kepada PMT untuk membuka rangkaian apabila terjadi gangguan hubung singkat sehingga kerusakan alat akibat gangguan dapat dihindari. Selain itu Over Current Relay ( OCR ) juga berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus yang melebihi dari arus yang dibolehkan lewat dari transformator tersebut. Umumnya Over Current Relay ( OCR ) digunakan pada jaringan tegangan menengah atau saluran transmisi, jaringan sub-radial, pengaman untuk motor-motor tegangan menengah yang kecil, pengaman cadangan (untuk transformator daya, generator, motor yang besar, jaringan transmisi tegangan tinggi), bila dilengkapi dengan relai arah

14 19 dapat digunakan sebagai pengaman saluran transmisi sirkuit ganda dan pengaman gangguan tanah sampai tegangan ektra tinggi, hanya disini yang membedakan adalah fungsi dari relai tersebut. Yang dimaksud fungsi disini adalah : 1. Berfungsi sebagai pengaman utama (Main Protection) Sebagai pengaman utama SUTM / SKTM bertujuan untuk : a. Mencegah kerusakan SUTM / SKTM dari gangguan hubung singkat. b. Membatasi luas daerah terganggu ( pemadaman sekecil mungkin ). c. Berfungsi sebagai pengaman cadangan (Back up Protection). Sebagai pengaman cadangan trafo atau SUTT bertujuan sama dengan yang diatas yaitu mencegah kerusakan trafo atau SUTT dari gangguan hubung singkat dan membatasi luas daerah terganggu (pemdaman) sekecil mungkin, hanya bekerja apabila pengaman utama di peralatan tersebut tidak bekerja. Selain itu Over Current Relay ( OCR ) dijadikan pengaman cadangan karena untuk mengkoordinasi sulit untuk mendapatkan selektifitas yang baik. Pengaman yang menggunakan Over Current Relay ( OCR ) mempunyai beberapa keuntungan yaitu : a. Dapat mengamankan arus lebih yang terjadi karena hubung singkat atau beban lebih. b. Penyetelannya mudah untuk jaringan radial. c. Pengamannya sederhana. d. Dapat sebagai pengaman utama dan berfungsi juga sebagai pengaman cadangan. e. Harganya relatif murah.

15 20 Adapun beberapa kerugian/kekurangan pengaman dengan menggunakan Over Current Relay ( OCR ) adalah a. Untuk jaringan dengan sirkuit ganda tanpa dilengkapi dengan relai arah tidak dapat selektif. b. Untuk jaringan yang interkoneksi tidak dapat sebagai pengaman utama, karena sukar untuk dapat selektif bila tidak dilengkapi dengan relai arah Jenis jenis Relai 1) Jenis Relai berdasarkan fungsinya a. Over Load Relay b. Over Current Relay 2) Jenis Relai berdasarkan karakteristik waktu kerja a. Over Current Relay ( OCR ) seketika ( instantaneous) b. Over Current Relay ( OCR ) dengan waktu tertentu ( definite ) c. Over Current Relay ( OCR ) dengan waktu kerja terbalik ( invers ) Over Current Relay ( OCR ) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah : 1. Over Current Relay ( OCR ) Inverse Adalah Over Current Relay ( OCR ) yang waktunya kerjanya tegantung dari arus gangguan. Relai ini akan memberikan perintah kepada PMT ( pemutus tenaga ) pada saat terjadi gangguan bila besar gangguannya melampaui arus penyetelannya dan jangka waktu relai ini mulai pick up sampai kerja waktunya diperpanjang berbanding terbailk dengan besarnya arus.

16 21 Sifat atau karakteristik dari relai inverse adalah relai baru akan bekerja bila yang mengalir pada relai tersebut melebihi besarnya arus setting ( Is) yang telah ditentukan. Dan lamanya waktu relai bekerja untuk memberikan komando trupping adalah paling lambat sesuai dengan waktu setting ( Ts) yang dipilih. Pada relai ini waktu bekerjanya ( T tripp ) tidak sama dengan waktu setting ( Ts ). Karena sangat tergantung dengan besarnya arus yang mengerjakan relai tersebut, sehingga makin besar arus yang mengerjakan relai tersebut maka makin cepat waktu kerja ( Ttrip) dari relai tersebut. Gambar 2.5 Karakteristik Inverse Relai dapat dikelompokkan lagi menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut : a. Standard Inverse b. Very Inverse c. Extremely Inverse d. Long Time Inverse 2. Over Current Relay ( OCR ) Definite Adalah Over Current Relay ( OCR ) yang waktu kerjanya tidak tergantung dari arus gangguan. Relai ini memberikan perintah kepada PMT ( Pemutus Tenaga ) pada saat terjadi gangguan bila besar gangguannya

17 22 melampaui arus penyetelannya, dan jangka waktu relai ini mulai pick up sampai kerja diperpanjang dengan waktu tidak tergantung besarnya arus. Sifat atau karakteristik dari relai definite adalah relai baru akan bekerja bila yang mengalir pada relai tersebut melebihi besarnya arus setting ( Is ) yang telah ditentukan. Dan lamanya selang waktu relai bekerja untuk memberikan komando tripping adalah sesuai dengan waktu setting ( Ts ) yang diinginkan. Pada relai ini waktu bekerjanya ( Ttripping = Ts ) tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh besarnya arus yang mengerjakan relai tersebut. Gambar 2.6 Karakteristik Definite 3. Over Current Relay ( OCR ) Instantaneous Adalah Over Current Relay ( OCR ) yang bekerja tanpa waktu tunda. Relai ini akan memberikan perintah kepada PMT ( Pemutus Tenaga ) pada saat terjadi gangguan bila besar arus gangguannya melampaui arus penyetelannya, dan jangka waktu kerja mulai pick up sampai kerja sangat singkat tanpa penundaan waktu ( mdet). Karena relai ini tanpa perlambatan, maka koordinasi untuk mendapatkan selektifitas didasarkan tingkat beda arus. Adapun jangkauan relai ini karena bekerjanya seketika atau tanpa perlambatan waktu, supaya

18 23 selektif maka tidak boleh menjangkau pada keadaan arus gangguan maksimum. Gambar 2.7 karakteristik Instantaneous Prinsip Kerja Over Current Relay ( OCR ) Prinsip kerja Over Current Relay ( OCR ) yang bekerjanya berdasarkan besaran arus lebih akibat adanya gangguan hubung singkat dan memberikan perintah trip ke PMT sesuai dengan karakteristik waktunya sehingga kerusakan alat akibat gangguan dapat dihindari. Gambar 2.8 Prinsip kerja Over Current Relay ( OCR ) Perhitungan Koordinasi Over Current Relay ( OCR ) Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, pada tahap selanjutnya dipergunakan untuk menentukan nilai setelan arus lebih, terutama nilai setelan Tms (Time Multiple Setting) dari Over Current Relay ( OCR ) dari jenis inverse.

19 24 Di samping itu setelah nilai setelan relai didapatkan, nilai nilai arus gangguan hubung singkat pada setiap lokasi gangguan yang diasumsikan dipakai untuk memeriksa kerja Over Current Relay ( OCR ), apakah masih dapat dinilai selektif atau nilai setelan harus diubah ke nilai lain yang memberikan kerja relai yang lebih selektif atau didapatkan kerja selektifias yang optimum (relai bekerja tidak terlalu lama tetapi menghasilkan selektifitas yang baik). Sedangkan untuk setelan Over Current Relay ( OCR ) dihitung di incoming trafo, artinya : 1. Untuk Over Current Relay ( OCR ) yang terpasang di penyulang dihitung berdasarkan arus beban maksimum yang mengalir di penyulang tersebut. 2. Untuk Over Current Relay ( OCR ) yang terpasang di incoming trafo dihitung berdasarkan arus nominal trafo tersebut. Relai inverse biasa diset sebesar 1,05 1,1 x I beban, sedangkan definit diset sebesar 1,2 1,3 x I beban. Persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah bahwa penyetelan waktu minimum dari relai arus lebih (terutama di penyulang) tidak lebih kecil dari 0,3 detik. Pertimbangan ini diambil agar relai tidak sampai trip lagi akibat arus inrush dari trafo trafo distribusi ketika penyulang PMT penyulang tersebut dimasukan Menghitung Setelan Over Current Relay ( OCR ) Untuk menghitung nilai setelan arus lebih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Nilai Setelan relai penyulang 20 kv I set(primer) = 1,05 x I beban ( 1.16 )

20 25 Nilai setelan tersebut adalah nilai primer. Untuk mendapatkan nilai setelan sekunder yang dapat disetkan pada Over Current Relay ( OCR ), maka dihitung dengan menggunakan data Ratio Trafo Arus yang terpasang di Penyulang tersebut yaitu sebagai berikut : 1 I set(sek) = I set(primer) x RatioCT ( 1.17 ) Setelan Waktu/Time Multiple Setting ( Tms ) Setelan waktu standar inverse dihitung dengan menggunakan rumus kurva Waktu Vs Arus. Rumus ini bermacam macam sesuai desain Pabrik pembuat Relai, dalam hal ini diambil rumus kurva Waktu Vs Arus dari Standard British, sebagai berikut : t = I I 0,14xTms fault set 0,02 1..( 1.18 ) Untuk mentukan nilai Tms yang akan disetelankan pada Over Current Relay ( OCR ) diambil pada angka arus gangguan ( I fault ) sebesar arus gangguan 3 fasa pada lokasi gangguan berapa persen dari panjang penyulang dan waktu kerja Over Current Relay ( OCR ) di penyulang itu ( sesuai keterangan waktu tercepat di atas ) misal diambil selama 0.3 detik, maka nilai Tms yang akan disetkan pada Over Current Relay ( OCR ) adalah : Tms = I fault tx I set 0,14 0,02 1.( 1.19 ) Nilai Setelan incoming 20 KV trafo tenaga

21 26 Untuk menentukan setelan relai arus lebih di sisi incoming 20 kv trafo, perlu dihitung terlebih dahulu arus nominal trafo tenaga itu yang datanya sesuai yang harus diketahui adalah Kapasitas, Tegangan, Impedansi, Ratio CT Arus nominal trafo pada sisi 20 KV : I n ( sisi 20 kv) = kva kvx 3...( 1.20 ) I set (primer) = 1,05 x I beban...( 1.21 ) Nilai setelan tersebut adalah nilai primer. Untuk mendapatkan nilai setelan sekunder yang dapat disetkan pada Over Current Relay ( OCR ), maka harus di hitung dengan menggunakan data rasio trafo arus yang terpasang di incoming 20 kv tersebut yaitu sebagai berikut : 1 I set (sekunder) = I set (primer) x RatioCT. ( 1.22 ) Setelan Waktu ( Tms) Setelan waktu relai standar inverse dengan menggunakan rumus kurva Waktu Vs Arus dalam hal ini juga diambil dari standar British, maka rumusnya : t = I I 0,14. Tms fault set 0,02 1. ( 1.23 ) Karena Tms Over Current Relay ( OCR ) di penyulang yang akan disetelankan pada Over Current Relay ( OCR ) nya diambil pada angka arus gangguan ( I fault ) sebesar arus gangguan 3 fasa pada lokasi gangguan sebesar berapa persen dari panjang penyulang, maka perhitungan menentukan nilai Tms arus lebih di incoming juga harus berdasarkan besar arus gangguan hubung singkat 3 fasa dilokasi berapa persen dari panjang penyulang juga.

22 27 Sedangkan waktu kerja Over Current Relay ( OCR ) di incoming trafo 20 KV harus dibuat lebih lambat 0,4 0,5 detik dari waktu kerja relai di penyulang 20 kv (dari relai yang di sisi hilirnya). Besarnya beda waktu ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : - Kesalahan relai pada penyulang : 0,2 0,3 detik - Waktu pembukaan PMT sampai hilangnya bunga api : 0,1 detik - Over Shoot : 0,05 detik - Faktor keamanan : 0,05 detik Selisih waktu kerja relai di incoming 20 kv ( sisi hulu ) lebih lama 0,4 detik dari waktu kerja relai di penyulang (sisi hilir) di sebut grading time, yang maksudnya agar relai di incoming 20 kv memberikan kesempatan relai di penyulang bekerja lebih dahulu. Dengan demikian bila memang gangguan hubung singkat terjadi penyulang tersebut, penyulang lain yang masih tersambung, sehingga beban di penyulang lain masih menyala. Untuk itu, nilai Tms yang akan disetelankan pada relai arus lebih di incoming 20 kv dihitung dengan menggunakan rumus yang sama : Tms = I fault tx I set 0,14 0,02 1. ( 1.25 ) Dimana t = waktu setelan Over Current Relay ( OCR ) penyulang + waktu koordinasi Nilai setelan Tms yang didapat masih harus diuji lagi dengan arus gangguan yang lain seperti arus gangguan hubung singkat untuk lokasi gangguan 3 fasa yang terjadi di lokasi lain misalnya pada 25%, 50%, 75% dan 100%

23 28 panjang penyulang. Demikian juga untuk jenis gangguan hubung singkat 2 fasa yang besar arus gangguannya juga sudah dihitung. Dengan cara yang sama dihitung nilai Tms pada Ground Fault Relay ( GFR ) yang tentunya berdasarkan hasil perhitungan arus gangguan satu fasa ke tanah, sehingga dengan demikian lengkap sudah setelan relai yang diperlukan di dalam sistem penyaluran distribusi yang dipasok dari trafo tenaga gardu induk. Untuk penyulang lain dapat diulangi perhitungan seperti yang sudah dilakukan tetapi data yang dimasukkan bedanya hanya pada data penyulang, baik nilai impedansi per km nya atau panjangnya Pemeriksaan Selektifitas Kerja Over Current Relay ( OCR ) Hasil perhitungan setelan Over Current Relay ( OCR ) yang didapat pada bab IV masih harus diperiksa apakah untuk nilai arus gangguan hubung singkat yang lain, waktu kerja Over Current Relay ( OCR ) yang terpasang di penyulang dan yang terpasang di incoming trafo tenaga 20 kv sudah bekerja selektif, tetapi masih harus diperiksa apakah memberikan beda waktu kerja (grading time) yang terlalu lama. Untuk Gradding Time yang terlalu lama, bila terjadi kegagalan kerja Over Current Relay ( OCR ) di penyulang, maka Over Current Relay ( OCR ) di incoming 20 kv dalam hal ini bekerja sebagai pengaman cadangan menjadi terlalu lama mengetripkan PMTnya sehingga bisa merusak trafo. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada Over Current Relay ( OCR ) jenis standar inverse, karena setelan waktu Tms pada Over Current Relay ( OCR ) jenis inverse bukan menunjukkan lamanya waktu kerja relai tersebut. Lamanya waktu kerja relai ini ditentukan oleh besarnya arus gangguan yang mengalir di

24 29 relai. Makin besar arus gangguan yang mengalir di relai, makin cepat kerja relai tersebut menutup kontaknya yang kemudian mentripkan PMT. 2.7 Ground Fault Relay (GFR) Gangguan satu fasa ke tanah sangat tergantung dari jenis pentanahan dan sistemnya. Gangguan satu fasa ke tanah umumnya bukan merupakan hubung singkat melalui tahanan gangguan, sehingga arus gangguannya menjadi semakin kecil dan tidak bisa terdeteksi oleh Over Current Relay ( OCR ). Dengan demikian diperlukan relai pengaman gangguan tanah Penyetelan Ground Fault Relay ( GFR ) Sebagian besar gangguan hubung singkat yang terjadi adalah gangguan hubung singkat fasa ke tanah maka relai yang perlu digunakan adalah Ground Fault Relay ( GFR ). Untuk gangguan penggerak Ground Fault Relay ( GFR ) dipakai arus urutan nol serta tegangan urutan nol.untuk sistem yang beroperasi dalam keadaan normal arus urutan nol tidak mengalir. Pada prinsipnya kerja Ground Fault Relay ( GFR ) dan Over Current Relay ( OCR ) sama namun karena besar arus gangguan tanah lebih kecil dibandingkan besar arus gangguan fasa maka digunakan Ground Fault Relay ( GFR ). Prinsip kerja Ground Fault Relay ( GFR ) yaitu pada kondisi normal dengan beban seimbang arus arus fasa Ir, Is, dan It ( Ib) sama besar sehingga kawat netral tidak timbul arus dan relai gangguan tanah tidak dialiri arus. Namun bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah maka

25 30 akan timbul arus urutan nol pada kawat netral. Arus urutan nol ini akan mengakibatkan Ground Fault Relay ( GFR ) bekerja. Untuk menentukan penyetelan ( setting ) Ground Fault Relay ( GFR ) terlebih dahulu diketahui besar arus hubung singkat yang mungkin terjadi, dan harus diketahui terlebih dahulu impedansi sumber, reaktansi trafo tenaga, dan impedansi penyulang. Dan setelah ketiga komponen yang telah disebutkan, baru dapat ditentukan total impedansi jaringan. Total impedansi jaringan inilah yang akan langsung digunakan dalam perhitungan arus hubung singkat. Dalam perhitungan arus hubung singkat satu fasa ke tanah sangat dipengaruhi oleh sistem pentanahan yang digunakan Penyetelan Ground Fault Relay ( GFR ) pada Sistem Tanpa Pentanahan. Pada sistem ini arus gangguan satu fasa ke tanah relatif kecil namun terjadi pergeseran tegangan bila sistemnya menggunakan relai tegangan urutan nol. Maka relai ini tidak boleh bekerja bila terjadi pergeseran tegangan pada keadaan normal. Vo = 30% x V Dimana Vo = Penyetelan relai tegangan urutan nol V = Tegangan nol Penyetelan Ground Fault Relay ( GFR ) pada Sistem Pentanahan Langsung. Penyetelan untuk pengaman gangguan tanah pada sistem ini sama dengan sistem pentanahan melalui tahanan rendah tetapi untuk sistem 3 fasa 4 kawat

26 31 harus dipertimbangkan adanya ketidakseimbangan yang minimum. Penyetelan relai gangguan tanah pada sistem ini adalah : Iset = ks x Ivb Dimana Iset = Penyetelan arus gangguan tanah Ivb = Arus tidak seimbang yang mungkin terjadi Ks = Faktor keamanan, digunakan 1,2 1,5. Karena pada jaringan ini arus gangguan cukup besar maka kriteria penyetelannya sama dengan relai gangguan antar fasa tetapi batas minimum dapat lebih kecil dari arus beban nominal Penyetelan Ground Fault Relay ( GFR ) pada Sistem Pentanahan Melalui Tahanan Rendah 1. Ground Fault Relay ( GFR ) pada SUTM Arus gangguan pada umumnya lebih kecil, hal ini karena gangguan tanah melalui tahanan gangguan tanah maka penyetelan relai ini adalah : Iset = 10% x Io Dimana Iset = Penyetelan arus relai Io = Arus gangguan terkecil ( ujung penyulang ) 2. Ground Fault Relai ( GFR ) pada SKTM Pada jaringan SKTM saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah aka mengalir arus kapasitif yang cukup besar termasuk pada penyulang yang tidak terganggu. Dengan diasumsikan saat menentukan penyetelan untuk batasan

27 32 minimum harus diperhitungkan bahwa relai tidak boleh bekerja pada saluran yang tidak terganggu. Penyetelannya sebagai berikut : Iset = ks x IsCE Dimana Iset = Penyetelan arus IsCE = Arus kapasitif saluran yang terpanjang operasinya Ks = Faktor keamanan digunakan 1,2 1, Penyetelan Ground Fault Relay ( GFR ) pada Sistem Pentanahan Melalui Tahanan Tinggi. Pada sistem ini arus gangguan satu fasa ke tanah besarnya hanya 23 A dan tidak jauh dengan kapasistansi ke tanah. Artinya arus kapasistansi ke tanah tidak dapat diabaikan terhadap arus resistif. Adapaun relai yang digunakan adalah relai gangguan tanah berarah. Relai ini sangat sensitif dengan karakteristik waktu tertentu. Relai ini mendapat suplai dari arus urutan nol tegangan urutan nol. Setelan minimum relai gangguan ini adalah 1 A. Jika Is minimum masih bisa menyebabkan relai bekerja adalah 1,25 x Iset. Maka tahanan gangguan Rf maksimum yang masih menyebabkan relai bekerja sekitar 8500 ohm. Jadi akibat sentuhan ranting pohon atau kawat putus menyentuh tanah diharapkan relai bekerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENYETELAN PROTEKSI ARUS LEBIH PENYULANG CIMALAKA DI GARDU INDUK 70 kv SUMEDANG

ANALISIS PENYETELAN PROTEKSI ARUS LEBIH PENYULANG CIMALAKA DI GARDU INDUK 70 kv SUMEDANG ANALISIS PENYETELAN PROTEKSI ARUS LEBIH PENYULANG CIMALAKA DI GARDU INDUK 70 kv SUMEDANG Fajar Pranayuda 1), Achmad Solichan 2), M.Toni Prasetyo 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Teori Umum Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik. Tujuan utama dari suatu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3.1. JENIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam Jaringan (Sistem Kelistrikan) ada 3, yaitu: a. Gangguan Hubung

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI 2017 180 Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota NASRUL, ST., M. KOM ABSTRAK Daerah

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Umum Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi kerusakan peralatan tehadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem t`enaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi terhadap tenaga listrik ialah sistem pengamanan yang dilakukan ternadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga listrik.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. FEEDER PROTECTION Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. DIAGRAM SATU GARIS PEMBANGKIT TRAFO UNIT TRANSMISI SISTEM GENERATOR BUS HV TRAFO P.S BUS TM GARDU INDUK PERLU DIKOORDINASIKAN RELAI PENGAMAN OC + GF ANTARA

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih ANALSS KOORDNAS RELE ARUS LEBH DAN PENUTUP BALK OTOMATS (RECLOSER) PADA PENYULANG JUNREJO kv GARDU NDUK SENGKALNG AKBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SNGKAT Mega Firdausi N¹, Hery Purnomo, r., M.T.², Teguh Utomo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Jaringan Distribusi Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG Teknologi Elektro, Vol. 15, No.2, Juli - Desember 2016 53 STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG I Komang Anom Astana Ady 1,

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS BAB IV PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS 4.1. GARDU INDUK DUKUH ATAS GI Dukuh Atas merupakan gardu induk yang memiliki 2 buah trafo tenaga dengan daya masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rele Proteksi Rele Proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak normalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR PERSAMAAN... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ

Analisa Perhitungan dan Pengaturan Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ ISSN: 1410-233 nalisa Perhitungan dan Pengaturan Relai rus Lebih dan Relai Gangguan Tanah pada Kubikel Cakra 20 KV Di PT XYZ Muhalan, Budi Yanto Husodo Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi PHB-TM (Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah), TD (Transformator Distribusi),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY) BAB V RELE ARUS LEBH (OVER CURRENT RELAY) 5.1 Pendahuluan Saluran dilindungi oleh relai arus lebih, relai jarak dan rele pilot, tergantung pada persyaratan. Relay arus lebih adalah sederhana, murah dan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi / pengaman suatu tenaga listrik yang membentuk suatu pola pengaman tidaklah hanya rele pengaman saja tetapi juga Trafo Arus (Current Transformer)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok Yusuf Ismail Nakhoda, Awan Uji Krismanto, dan Maskur Usmanto Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3

Lebih terperinci

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND GANGGUAN HUBUNG SINGKAT, BERBAHAYA BAGI : PERALATAN MENGGANGGU : PELAYANAN PERLU DIKETAHUI BESARNYA ARUS SEBELUM KEJADIAN SESUNGGUHNYA. DALAM PERENCANAAN SISTEM DARI SEGI PENGUSAHAAN, SPESIFIKASI PMT,KONDUKTOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada bab ini penulis membahas secara umum metode penelitian, yaitu penelitaian yang dilaksanakan melalui tahap-tahap yang bertujuan mencari dan membuat pemecahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman [2] Sistem pengaman adalah beberapa komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama-sama untuk satu tujuan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar

Lebih terperinci

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia   Abstrak Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang 3.1.1. Definisi Relai Proteksi Tujuan utama dari sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator 1 Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam operasi pelayanan penyediaan energi listrik khususnya di GI Bungaran, sistem tenaga listrik dapat mengalami berbagai macam gangguan, misal gangguan dari hubung

Lebih terperinci

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto 1 Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto Bagus Ibnu Pratama, Moch.Dhofir, dan Hery Purnomo Abstrak Proses produksi PT. Ajinomoto terhenti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Nandha Pamadya Putra¹, Hery Purnomo, Ir., MT.², Teguh Utomo, Ir., MT.³ ¹Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Gardu Induk (GI), energi listrik didistribusikan melalui penyulangpenyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka kebutuhan proteksi listrik semakin di butuhkan. Begitu pula keandalan sistem tenaga listrik dari pembangkitan

Lebih terperinci

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG JENIS GANGGUAN 1. BEBAN LEBIH 2. HUBUNG SINGKAT 3. TEGANGAN LEBIH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai. 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal 4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian mengenai pengaman yang terdapat pada busbar 150 kv telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengaman

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul 1 Judul ANALISA PENGGUNAAN ECLOSE 3 PHASA 20 KV UNTUK PENGAMAN AUS LEBIH PADA SUTM 20 KV SISTEM 3 PHASA 4 KAWAT DI PT. PLN (PESEO) APJ SEMAANG Disusun oleh : Kunto Herwin Bono NIM : L2F 303513 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung singkat ini terjadi sebagai akibat dari tembusnya bahan

Lebih terperinci

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah

Lebih terperinci

Pertemuan ke :2 Bab. II

Pertemuan ke :2 Bab. II Pertemuan ke :2 Bab. II Pokok bahasan : Proteksi dengan menggunakan relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam relay, fungsi dari relay, prinsip kerja, karakteristik relay dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Studi Elektro pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Menurut nilai tegangan a.

Lebih terperinci

KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS

KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS Sartika Kusuma Wardani, Subali Program Studi Diploma

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Tegangan Menengah Pada pendistribusian tenaga listrik di suatu kawasan, sistem tegangan menengah dijadikan jaringan utama pendistribusian tenaga listrik ke pelanggan.

Lebih terperinci

Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti

Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti Ario Putra*, Firdaus** Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Oleh : Duta Satria Yusmiharga 2208 100 162 Dosen Pembimbing : 1. Prof.Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc.,Ph.D

Lebih terperinci

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU 1 EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAMPEKANBARU Hasrizal Rusymi, Dr. Ir.Margo Pujiantara, MT. 1), Ir. Teguh Yuwono. 2) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator 1 Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

Lebih terperinci

PEMASANGAN DGR ( DIRECTIONAL GROUND RELE

PEMASANGAN DGR ( DIRECTIONAL GROUND RELE UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. berjudul PEMASANGAN DGR (DIRECTIONAL GROUND RELE) UNTUK

Lebih terperinci

Kata kunci : Gangguan, Sistem Proteksi, Relai.

Kata kunci : Gangguan, Sistem Proteksi, Relai. ANALISA SISTEM PROTEKSI RELAY ARUS LEBIH DAN GANGGUAN TANAH PADA PENYULANG LIMO Enggou Prastyo Utomo 1), Amien Rahardjo 2) Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Abstrak Suatu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN PENTANAHAN PADA PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH DI PT. SINAR INTI ELEKTRINDO RAYA

TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN PENTANAHAN PADA PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH DI PT. SINAR INTI ELEKTRINDO RAYA TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN RELAI ARUS LEBIH DAN RELAI GANGGUAN PENTANAHAN PADA PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH DI PT. SINAR INTI ELEKTRINDO RAYA Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Akademis dan Untuk Mencapai

Lebih terperinci

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Makalah Seminar Kerja Praktek KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK Oktarico Susilatama PP 1, Ir. Agung Warsito, DHET 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Praktikum SISTEM PROTEKSI

Praktikum SISTEM PROTEKSI Praktikum SISTEM PROTEKSI RELAY GANGGUAN TANAH Disusu Oleh : KELOMPK 6 1. Febrio Nugrah Alganiy 2. Priyanto Wicaksono 3. Selvia Kurniawanty Herlianto 4. Yopi Andesta POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2012 Relay

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan sistem sarana penyaluran tenaga listrik dari titik sumber ke titik pusat beban ( konsumen ). Penyaluran tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik Relai Proteksi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem tenaga elektrik, tidak memiliki manfaat pada saat sistem berada dalam kondisi

Lebih terperinci