BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang"

Transkripsi

1 BAB III PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) 3.1. Relai Proteksi Pada Transformator Daya Dan Penyulang Definisi Relai Proteksi Tujuan utama dari sistem tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik yang mempunyai mutu dan keandalan yang tinggi dan ketika terjadi gangguan dapat meminimalkan akibat dari gangguan tersebut, seperti kehilangan daya, tegangan turun dan tegangan lebih. Karena gangguan tidak dapat dihindari maka untuk mencegahnya atau mengurangi akibat dari gangguan tersebut digunakan relai pengaman. Definisi relai proteksi menurut The Institute Of Electrical And Electronic Engineering (IEEE) adalah suatu peralatan elektrik yang didesain untuk mengartikan kondisi masukan pada keadaan tertentu, setelah kondisi tersebut dispesifikasikan, yang ditujukan untuk memberi respon yang dapat menyebabkan pengoperasian kontak didalam suatu kesatuan rangkaian listrik. Kondisi masukan biasanya berupa sinyal listrik, mekanik, atau besaran lainnya. 27

2 28 Komponen dari relai dapat berupa electromechanic, solid state/electrostatic dan digital numeric. Pada awalnya relai yang digunakan menggunakan tipe elektromekanik lalu beralih ke tipe elektrostatik dan sekarang menggunakan teknologi relai digital numerik. Relai elektrostatik dan digital numerik digunakan dalam tegangan yang rendah, relai ini memiliki keuntungan dibanding jenis elektromekanik antara lain keakuratan waktu, kepekaan frekuensi dan sistem logika pemecahan terhadap masalah yang rumit. Sedangkan relai elektromekanik memiliki kekurangan antara lain kurang akurat, sensitif dan sulit untuk dites dan dirawat. Gambar 3.1 Blok Diagram Relai Selain relai proteksi digunakan peralatan-peralatan pendukung yang dapat membebaskan sistem dari bagian yang terganggu, antara lain : 1. Trafo Arus (CT) dan/atau Trafo Tegangan (PT) yaitu untuk meneruskan arus dan/atau tegangan dengan perbandingan tertentu dari kumparan primer ke kumparan sekunder. 2. Pemutus Tenaga (PMT) yaitu sebagai pemutus arus gangguan di dalam sirkit tenaga atau untuk melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing). PMT menerima perintah untuk membuka (sinyal trip) dari relai proteksi. 3. Battere (aki) yaitu sebagai sumber tenaga untuk mentrip PMT dan catu daya untuk relai utama dan relai bantu.

3 29 Keterangan : PMS = Pemisah PMT = Pemutus tenaga R = Relai PT = Trafo Tegangan CT = Trafo Arus TC = Trip Coil F = Fuse B = Battre Gambar 3.2 Hubungan Komponen Sistem Proteksi Relai menggunakan besaran listrik yang dihubungkan dengan sistem tenaga listrik melalui trafo arus dan/atau trafo tegangan. Peralatan ini memberikan perlindungan dari tegangan yang tinggi pada sistem tenaga listrik dan mengurangi medan magnet pada kumparan sekunder untuk dihubungkan dengan relai. Gambar 3.3 Hubungan Relai Dalam Sistem Tenaga Listrik Pada gambar diatas dalam kondisi normal PMT menutup dan daya dapat disalurkan, apabila terjadi gangguan maka relai akan merasakan gangguan tersebut melalui trafo arus dan/atau trafo tegangan dan akan memberikan sinyal kepada PMT untuk membuka dengan bantuan battre, sehingga penyaluran daya terhenti.

4 30 PMT harus dapat segera membuka apabila mendapat sinyal dari relai untuk membuka, kejadian ini harus berlangsung dalam waktu yang sangat singkat untuk mengurangi akibat dari gangguan tersebut Fungsi Relai Proteksi Relai proteksi mempunyai fungsi antara lain : 1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian sistem yang diamankannya. 2. Memisahkan bagian yang terganggu dari bagian sistem yang masih beroperasi dengan cara memerintahkan trip kepada PMT yang bersangkutan. 3. Memberitahukan adanya gangguan kepada operator, yaitu dengan cara membunyikan alarm dan menyalakan lampu tanda gangguan. 4. Relai proteksi mutakhir dapat memberi informasi jarak lokasi gangguan dan letak gangguan Syarat Utama Relai Proteksi lain : Suatu relai poteksi harus memiliki beberapa syarat-syarat utama antara 1. Kepekaan (Sensitivity) Relai harus cukup peka, sehingga selalu dapat mendeteksi adanya gangguan di daerah pengamanannya meskipun dalam kondisi yang memberikan rangsangan minimum.

5 31 2. Keandalan (Reliability) Keandalan dapat dibagi atas : - Keandalan (Dependability) Pengaman harus dapat diandalkan kemampuan bekerjanya. Tidak boleh gagal bekerja, bila memang harus bekerja (ada gangguan di daerah pengamanannya). - Keamanan (Security) Pengaman tidak boleh salah bekerja, yaitu bekerja yang tidak semestinya harus bekerja, misalnya karena lokasi gangguan diluar daerah pengamanannya/sama sekali tidak ada gangguan atau kerja yang terlalu cepat/terlalu lambat yang dapat mengakibatkan pemadaman yang sebenarnya tidak perlu terjadi. - Ketersediaan (Availability) Ketersediaan peralatan pengaman diartikan dengan kondisi siap kerja. Kondisi ini dinyatakan dalam rasio (perbandingan) antara waktu siap kerja relai pengaman dengan waktu total operasinya. Sistem proteksi yang baik dilengkapi dengan kemampuan mendeteksi terpitusnya sirkit trip, sirkit sekunder arus, sirkit sekunder tegangan serta hilangnya tegangan searah, dan dapat memberikan alarm sehingga dapat segera diperbaiki. 3. Selektifitas Pengaman harus dapat memisahkan bagian yang terganggu sekecil mungkin, yaitu hanya seksi yang terganggu yang termasuk dalam daerah pengamanan utamanya, jadi relai harus dapat membedakan apakah

6 gangguan berada di daerah pengamanannya atau di luar daerah pengamanannya Kecepatan Untuk memperkecil akibat gangguan maka bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya. Untuk menciptakan selektifitas mungkin suatu pengaman terpaksa diberi waktu tunda (time delay), namun waktu tunda itu pun harus secepat mungkin/seperlunya. Selain mengurangi kerusakan akibat gangguan hubung singkat, kecepatan relai pengaman juga dapat memperkecil pengaruh ketidakstabilan sistem. Waktu total pembebasan gangguan (total fault clearing time) adalah waktu sejak munculnya gangguan sampai dengan bagian yang terganggu benar-benar terpisah dari bagan sistem lainnya. t total = t start + t d + t PMT... (3.1) Dimana : t total = waktu total pembebasan gangguan t start t d t PMT = waktu start relai (waktu kerja tanpa waktu tunda) = waktu tunda relai untuk koordinasi = waktu pemutusan arus gangguan PMT Disamping syarat-syarat tersebut diatas, terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi kerja dari relai antara lain : 1. Faktor ekonomi. 2. Karakteristik dari relai dan sistem tenaga listrik.

7 33 3. Lokasi dari pemisah dan pengaman (PMT) dan peralatan-peralatan lain yang berfungsi sebagai masukan (CT/PT). 4. Tingkat dari gangguan Tipe Proteksi Ada kemungkinan suatu sistem proteksi gagal bekerja karena kegagalan komponennya. Misalnya kegagalan/kelemahan battre, terputusnya rangkaian trip, gangguan pada PMT, kerusakan relai dsb. Oleh karena itu sistem harus dilengkapi oleh proteksi utama (main protection) dan proteksi cadangan (backup protection), dimana setiap tipe ini mempunyai fungsi dan cara kerja masing-masing : 1. Proteksi Utama Proteksi utama adalah proteksi yang akan bekerja pertama dan membebaskan gangguan pada bagian yang diamankan secepat mungkin. Keandalan yang dijaga 100 % tidak hanya dari skema proteksi tetapi juga dari CT, PT dan PMT. Selain itu sistem proteksi tidak dapat dijamin dengan hanya pemasangan proteksi utama saja, oleh karena itu diperlukan suatu proteksi cadangan. 2. Proteksi Cadangan Proteksi Cadangan ini akan bekerja, jika proteksi utama gagal bekerja. Pengaman cadangan dibagi menjadi : Pengaman Cadangan Lokal (Local Back up) Pengaman Cadangan Jarak Jauh (Remote Back up) Pengaman Kegagalan PMT (CB Failure Protection)

8 34 Pengaman cadangan lokal terletak ditempat yang sama dengan pengaman utamanya, sedangkan pengaman cadangan jarak jauh terletak di seksi sebelah hulunya. Suatu relai dapat berfungsi ganda yaitu sebagai pengaman bagi seksinya sendiri dan sekaligus sebagai pengaman cadangan jauh bagi seksi berikutnya. Dalam hal ini pasti terjadi tumpang tindih (overlapping) antara daerah pengaman utama dengan daerah pengaman cadangan pada seksi yang sama atau dengan seksi sebelah hulunya. Hal ini berarti gangguan yang terjadi pada daerah pengaman utama akan dideteksi baik oleh pengaman utama maupun pengaman cadangannya. Untuk menghindari terpisahnya kedua seksi secara bersamaan, maka pengaman cadangan diberi waktu tunda (time delay). PMT dapat gagal bekerja, misalnya karena lemahnya battere, terputusnya rangkaian trip, gangguan mekanis pada PMT, atau kegagalan dalam memutuskan arus meskipun kontaknya sudah bergerak kearah membuka. Pengaman kegagalan PMT mendeteksi arus gangguan pada PMT yang seharusnya sudah terbuka. Jika arus masih ada, yang berarti terjadi kegagalan PMT, pengaman kegagalan PMT ini mentrip semua PMT terdekat disebelah hulunya yang mensuplai arus gangguan. Cara mendeteksi kegagalan PMT dapat dilakukan oleh relai arus lebih yang mendeteksi masih adanya arus setelah PMT tersebut ditrip oleh relai proteksinya. Jadi pengaman kegagalan PMT ini baru bisa bekerja setelah menerima sinyal trip dari relai proteksinya untuk start. Jika relai pengaman utama dan pengaman cadangan lokalnya gagal, pengaman

9 35 kegagalan PMT ini juga akan lumpuh karena sinyal trip dari relai proteksinya sebagai persyaratan untuk start tidak diterimanya, maka dalam hal ini menjadi tugas relai pengaman cadangan jauh untuk mengamankannya. 3.2 Jenis Jenis Relai Proteksi Pada Transformator Daya Gangguan pada sistem tenaga listrik tidak dapat dihindari oleh karena itu untuk mencegah kerusakan pada peralatan sistem tenaga listrik khususnya transformator daya digunakan relai pengaman. Jenis-jenis relai pengaman yang pada umumnya digunakan pada transformator daya antara lain : 1. Relai Bucholz Apabila terdapat gangguan di dalam transformator yang berkembang secara perlahan-lahan, maka akan menghasilkan panas setempat dalam hal ini maka bahan isolasi padat maupun cair akan terurai menghasilkan gas yang dapat menyala. Gas ini akan naik ke atas transformator dan mengalir ke konservator kemudian barhenti di relai bucholz. Relai bucholz akan memberikan alarm/sinyal bila jumlah gas telah mencapai keadaan tertentu. 2. Relai Tekanan Mendadak Pada transformator tanpa konservator, trip dengan relai bucholz tidak dapat digunakan sebagai gantinya digunakan relai tekanan mendadak. Relai ini dipasang di tangki dan bekerja dengan pertolongan membran, membran akan terdefleksi dengan adanya tekanan. Karena terjadi perbedaan tekanan minyak dibawah diafragma terdapat lubang untuk

10 36 menyamakan tekanan diantara kedua sisinya sehingga tidak peka terhadap tekanan dan hanya peka terhadap kenaikan tekanan yang mendadak. 3. Relai Suhu Transformator daya dengan kapasitas 5 MVA keatas memiliki beberapa cara pendinginan antara lain ONAN (Oil Natural Air Natural), ONAF (Oil Natural Air Force), OFAF (Oil Force Air Force). Agar operasi transformator ini efisien maka pada beban rendah beroperasi dengan pendinginan alamiah atau udara paksa dengan sebagian kipas yang berputar. Kemudian apabila bebannya bertambah dan suhunya naik maka kipas lainnya akan berputar. Untuk mengatur kipas yang beroperasi digunakan relai suhu yang didasarkan pada termometer dengan beberapa kontak yang dimanfaatkan untuk mengoperasikan kipas, memberi sinyal atau alarm. 4. Relai Differensial Relai differensial berfungsi sebagai pengaman hubung singkat yang terjadi di dalam transformator. Relai ini mempunyai daerah kerja diantara dua transformator arus (CT) dengan membandingkan arus yang masuk dan keluar dari transformator, dimana perbandingan dan sambungannya diatur sehingga pada keadaan beban normal atau gangguan diluar daerah pengamanannya relai ini tidak bekerja. Relai ini hanya akan bekerja apabila terdapat gangguan di dalam daerah

11 pengamanannya yang akan mengakibatkan ketidakseimbangan diantara arus yang masuk dan arus yang keluar dari CT Relai Gangguan Tanah Terbatas Relai ini hanya mendeteksi terhadap gangguan fasa ke tanah yang terjadi didalam transformator dimana belitannya terhubung bintang yang titik netralnya dibumikan. Prinsip kerja relai ini didasarkan atas ketidakseimbangan arus antara arus sisa dari ketiga CT pada saluran dengan CT pada netral transformator. 6. Relai Arus lebih Relai ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat antar fasa baik di dalam daerah transformator maupun diluar daerah transformator seperti di penyulang. Untuk menghasilkan selektifitas yang baik maka relai ini harus dikoordinasikan dengan relai-relai yang lain. 7. Relai Arus Hubung Tanah Ralai ini merupakan relai arus lebih yang mendeteksi gangguan fasa ke tanah. Relai ini mendeteksi arus urutan nol yang akan timbul apabila terjadi gangguan fasa ke tanah. Relai gangguan satu fasa ke tanah terletak di rangkaian sekunder trafo arus di ketiga fasanya. Jadi arus yang diukur adalah arus penjumlahan dari arus ketiga fasanya. Arus ini disebut arus sisa (residual current).

12 Jenis Pengaman Arus Lebih Pengaman Beban Lebih Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun karena beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan, jadi harus diamankan. Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena konsumen yang dipasoknya memang terus meningkat, atau karena adanya manuver/perubahan aliran beban di jaringan setelah adanya gangguan. Beban yang berlebihan dapat menyebabkan panas yang berlebihan pula. Dari jenis bahan isolasinya, suhu yang melebihi batas suhu kerja dari suatu peralatan tersebut dapat merusak isolasi atau setidak-tidaknya proses penuaan berlangsung lebih cepat, sehingga umurnya menjadi lebih pendek. Suatu alat listrik dapat dibebani tanpa melebihi batas suhu kerja isolasinya jika kondisi awalnya dibawah batas suhu kerja tersebut, sebab kenaikan suhu berlangsung relatif lambat (fungsi eksponensial) tergantung dari konstanta waktu (time constant) dari peralatan tersebut. Gangguan pada sistem pendingin dapat menyebabkan kenaikan suhu yang berlebihan meskipun bebannya masih dibawah nominalnya. Dalam hal demikian trafo akan mengalami perpendekan umur. Panas yang berlebihan pada beberapa kabel yang terpasang paralel dapat terjadi karena jaraknya satu sama lain terlalu dekat meskipun bebannya dibawah nominal. Akibatnya sama yaitu perpendekan umur atau cepat rusak.

13 39 Karena pengaman beban lebih pada dasarnya menghindari kenaikan suhu alat yang belebihan, maka dapat digunakan pengaman suhu lebih, yaitu relai suhu (temperature relay) Pengaman Hubung Singkat (Dua Fasa, Tiga Fasa) Hubung singkat dapat terjadi antar fasa (dua fasa atau tiga fasa) atau antara satu fasa ke tanah, dan dapat bersifat sementara atau permanen. Gangguan yang bersifat permanen misalnya hubung singkat pada kabel, belitan trafo atau generator karena tembusnya isolasi padat. Disini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen. Peralatan yang terganggu tersebut bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti. Penyebab gangguan permanen antara lain penuaan isolasi, kerusakan mekanis isolasi, tegangan lebih dsb. Gangguan yang bersifat sementara tidak mempunyai kerusakan secara permanen di titik gangguan, misalnya flashover antara penghantar fasa dan tanah/tiang karena sambaran petir, dahan pohon yang menyambar konduktor karena tertiup angin, atau burung/binatang lain yang terbang/merayap mendekati konduktor fasa dsb. Pada gangguan ini yang tembus (break down) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya PMT oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali. Arus gangguan hubung singkat dua fasa lebih kecil daripada arus hubung singkat tiga fasa. Jika tahanan gangguan diabaikan, maka arus hubung singkat dua fasa kira-kira ½ 3 kali arus gangguan hubung singkat tiga fasa.

14 40 Untuk mengatasi gangguan hubung singkat dapat digunakan relai sebagai pengaman gangguan hubung singkat, relai ini dialiri oleh arus fasa, oleh karena itu disebut juga relai fasa. Karena dialiri arus fasa maka nilai settingnya (I Set ) harus lebih besar dari arus beban maksimum supaya relai tidak trip oleh arus beban maksimum. Relai gangguan hubung singkat tidak dapat berfungsi sebagai pengaman beban lebih dengan akurat, yaitu tidak bisa mendeteksi beban lebih yang masih rendah (kurang dari 1,5 kali nilai settingnya) tetapi biasanya akan trip terlalu cepat untuk beban lebih yang lebih besar Pengaman Gangguan Satu Fasa Ke Tanah Relai gangguan satu fasa tanah terletak di rangkaian sekunder trafo arus di ketiga fasanya. Jadi arus yang diukur adalah arus penjumlahan dari arus ketiga fasanya. Arus ini disebut arus sisa (residual current), atau arus urutan nol yang memang baru muncul ketika ada gangguan tanah. Karena relai mendeteksi arus urutan nol maka relai gangguan tanah tidak dilalui arus beban dan tidak dialiri arus gangguan hubung singkat antar fasa Prinsip Dasar Penyetelan Relai OCR dan GFR trafo dan penyulang Setting OCR pada penyulang 20 kv a. Arus kerja minimum Fungsi OCR pada penyulang adalah sebagai pengaman utama penyulang terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM. OCR pada penyulang di koordinasikan dengan OCR

15 pada incoming trafo yang berfungsi sebagai pangaman cadangan apabila OCR pada penyulang gagal bekerja. 41 OCR/GFR CT1 300/1 CT2 2000/5 Y Y 150/20 Kv 60 mva 12,5 % OCR/GFR OCR/GFR CTP 600/5 Gambar 3.4 Daerah Kerja Proteksi OCR Penyulang Setting arus kerja berdasarkan arus beban penyulang: Is1 = 1,2 x Ibeban... (3.32) Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT,kabel, PMT) Is2 = 1,2 x In peralatan terkecil... (3.33) Maka dipilih nilai tekecil : Is = { Is1.(Is1<Is2) + Is2.(Is2<Is1 } (A primer) Sehingga didapat rumus dalam besaran sekunder: Iset Is x A (sekunder)... (3.34)

16 42 b. Waktu dan karakteristik kerja Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan peralatan dalam daerah kerjanya (kabel) terhadap besaran arus gangguan yang terjadi. Untuk menjamin peralatan tersebut tahan terhadap gangguan maksimum, maka waktu kerja dipilih antara 0,2-0,5 detik untuk gangguan maksimum. Gangguan maksimum dipilih untuk gangguan fasa-fasa yang terjadi pada pangkal penghantar di dekat busbar TM. Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis normal/standar invers, maka setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih: Untuk kurva standar inverse(si) didapat rumus:, TMS Ihs Is 1 o, 14 t (3.35) dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut: TMS o, 14 Ihs Is, 1 t (3.36) Dimana :Ihs = Hubung singkat maksimum dua fasa di pangkal penyulang / di dekat busbar TM Is = Setting arus kerja dalam Ampere primer t = Waktu kerja 0,2-0,5 detik

17 Setting GFR pada penyulang 20 kv a. Arus kerja minimum gangguan tanah Fungsi GFR pada penyulang adalah sebagai pengaman utama penyulang terhadap gangguan hubung singkat fasa-tanah eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM. Setting arus kerja berdasarkan arus beban penyulang: Isg1 = (0,2 0,3) x Ibeban... (3.37) Setting arus kerja pada peralatan terkecil (CT, PMT, NGR dan kabel), adalah: Isg2 = (0,2 0,3) x In Peralatan terkecil... (3.38) Maka dipilih nilai terkecil: Igs = { Isg1.( Isg1<Isg2) + Isg2.(Isg2<Isg1)} Sehingga didapat dalam besaran sekunder: Iset g Isg x... (3.39) Tap value setting sesuai range yang ada pada relai adalah: tapg... (3.40) b. Setting waktu dan karakteristik kerja Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan peralatan dalam daerah kerjanya (kabel) terhadap besaran arus gangguan yang terjadi. Untuk menjamin peralatan tersebut tahan terhadap gangguan maksimum, maka waktu kerja dipilih antara 0,2-0,5 detik untuk gangguan maksimum. Untuk kurva standar inverse(si) didapat rumus:, TMSg Ihs Is 1 tg o, (3.41)

18 44 dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut: TMSg o, 14 Ihs Is, 1 tg (3.42 ) Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum satu fasa di busbar 20 KV Isg = Setting arus kerja GFR dalam Ampere primer t = Waktu kerja yang di inginkan 0,2-0,5 detik Setting OCR pada sisi skunder trafo (incoming) a. Arus kerja minimum Fungsi OCR incoming dalah sebagai pengaman cadangan trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM. Namun demikian gangguan-gangguan yang besar (gangguan di busbar sisi TM) atau dekat sekali dengan trafo tenaga harus secepat mungkun dieleminir sehingga tidak berdampak yang lebih serius pada trafo tenaga OCR/GFR CT1 300/1 Y Y 150/20 Kv 60 mva 12,5 % CT2 2000/5 OCR/GFR OCR/GFR CTP 600/5 Gambar 3.5 Daerah kerja proteksi OCR incoming

19 45 Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo: Is1 = 1,2 x Inominal trafo... (3.43) Setting arus kerja berdasarkan kemampuan peralatan terkecil (CT,kabel, PMT) Is2 = 1,2 x In peralatan terkecil... (3.44) Maka dipilih nilai tekecil : Is = { Is1.(Is1<Is2) + Is2.(Is2<Is1 } (A primer) Sehingga didapat rumus dalam besaran sekunder: Iset Is x A (sekunder)... (3.45) b. Waktu dan karakteristik kerja Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan trafo terhadap besaran arus gangguan yang terjadi. Untuk menjamin trafo tahan terhadap gangguan maksimum, maka waktu kerja dipilih antara 0,7-1 detik untuk gangguan maksimum. Gangguan maksimum dipilih untuk gangguan fasafasa yang terjai pada busbar TM. Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis normal/standar invers, maka setting time dial dapat dipilih sesuai kurva yang dipilih: Untuk kurva standar inverse(si) didapat rumus:, TMS Ihs Is 1 t... (3.46) o, 14 dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut: TMS... o, (3.47) Ihs, t Is 1

20 46 Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum dua fasa di busbar TM Is t = Setting arus kerja dalam Ampere primer = Waktu kerja 0,7 1 detik c. Arus momen (high set) Setting arus moment adalah untuk mengantisipasi terjadi gangguan yang sangat besar pada busbar TM dan dikhawatirkan trafo tenaga tidak tahan terlalu lama sesuai setting kurva waktunya, maka pada kindisi seperti itu gangguan harus segera dieleminir seketika atau lebih cepat yaitu dengan high set. Setelan arus high set di incoming dapat diaktifkan bila setelan waktunya dapat diatur, tetapi bila setelan waktu high set tersebut tidak dapat diatur maka tidak diaktifkan. Arus kerja moment maksimum: Imomen = 0,8 x 0,5 x (In trafo x (1/Zt(pu)).... (3.48) Setting waktu kerja: Tmomen = 0,3 0,5 detik (definite)... (3.49) Setting GFR pada sisi sekunder trafo (Incoming) a. Arus kerja minimum gangguan tanah Fungsi GFR incoming adalah sebagai pengaman cadangan trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat satu fasa ketanah eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM. Setting arus kerja pada gangguan trafo: Isg1 = (0,2 0,3) x Inom trafo MV... (3.50)

21 47 Setting arus kerja pada peralatan terkecil (CT, PMT, NGR dan kabel), adalah: Isg2 = (0,2 0,3) x In Peralatan terkecil... (3.51) Maka dipilih nilai terkecil: Igs = { Isg1.( Isg1<Isg2) + Isg2.(Isg2<Isg1)} Sehingga didapat dalam besaran sekunder: Iset g Isg x... (3.52) Tap value setting sesuai range yang ada pada relai adalah: tapg... (3.53) b. Setting waktu dan karakteristik kerja Setting waktu kerja TMS harus memperhatikan ketahanan NGR terhadap besaran arus gangguan yang akan terjadi. Untuk menjamin NGR dengan tahanan 40Ω, dalam waktu 5 detik, maka waktu kerja dipilih antara 1-4 detik untuk gangguan maksimum. Untuk fleksibilitas dalam mengkoordinasikan dengan relai penyulang di GI dan GH, maka dipilih karakteristik waktu kerja jenis invers atau definite time. Tahanan rendah, NGR 40 Ohm, 300 A, 10 detik. Jenis karakteristik Setelan arus Setelan waktu : relai gangguan tanah : standard invers : 0,2-0,3 x In NGR : 40 % x ketahanan termis NGR, pada if=300 A Setelan arus high set : tidak diaktifkan Tahanan rendah, NGR 12 Ohm, 1000 A, 10 detik.

22 48 Jenis karakteristik Setelan arus Setelan waktu : relai gangguan tanah : standard invers : (0,2 0,3) x In Trafo : 1 detik untuk Hbs maks. = 1000 A Setelan arus high set : tidak diaktifkan Pentanahan langsung (solid) Jenis karakteristik Setelan arus Setelan waktu : relai gangguan tanah tidak berarah : standard invers : maksimum 0,4 X arus nominal trafo : maks 0,7 detik untuk gangguan di bus 20 kv Setelan arus high set : maks 3 x In trafo Setelan waktu highest : waktu tunda 300ms untuk pola kaskade dan instant untuk pola non-kaskade. Untuk kurva standar inverse(si) didapat rumus:, TMSg Ihs Is 1 o, 14 tg. (3.54) dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut: TMSg o, 14 Ihs Is, 1 tg. (3.55) Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum satu fasa di busbar 20 KV Isg = Setting arus kerja GFR dalam Ampere primer t = Waktu kerja yang di inginkan 0,7 1,2 detik

23 49 c. Setting arus momen (high set) Setelan moment hanya dipakai pada system pentanahan langsung (solid grounded), sedangkan dalam system pentanaha dengan tahanan tinggi / rendah, setting momen tidak diperlukan karena arus hubung singkat satu fasa relative lebih kecil dan aman terhadap ketahanan trafo tenaga Setting OCR pada sisi primer trafo 150 KV a. Aris kerja minimum Fungsi OCR incoming adalah sebagai pengaman cadangan ke-dua trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa eksternal yaitu gangguan pada jaringan TM. OCR/GFR CT1 300/1 CT2 2000/5 Y Y 150/20 Kv 60 mva 12,5 % OCR/GFR OCR/GFR CTP 600/5 Gambar 3.6 Daerah kerja proteksi OCR sisi 150 kv Setting arus kerja berdasarkan kemampuan trafo: Is1 = 1,2 x Inom trafo (3.56)

24 50 Dalam besaran sekunder: Iset Is x A (sekunder)... (3.57) Tap value setting range yang ada pada relai: tap... (3.58) b. Waktu dan karakteristik kerja untuk kurva standar inverse (SI) didapat rumus:, TMS Ihs Is 1 o, 14 t... (3.59) dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut: TMS... o, (3.60) Ihs, t Is 1 Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum dua fasa di busbar TM Is t = Setting arus kerja dalam Ampere primer = Waktu kerja 1,2 1,5 detik c. Arus momen (high set) Setting arus primer ini untuk mengantisipasi bila terjadi gangguan yang sangat besar pada bagian primer trafo (sisi 150kV), walaupun ada pengamanan trafo, tetapi high set ini dapat membantu mengamankan trafo tersebut. Im k1 x.... (3.61) Dimana : K1 Xt = Konstanta waktu untuk periode 1/12 cycle K1=1,5 = Impedansi hubungan singkat trafo In150 = Arus nominal trafo sisi 150 kv

25 51 Tipikal setting momen trafo sisi 150 kv Im = 8 x Iset... (3.62) atau, diblok jika menggunakan redundant protection Setting GFR pada sisi primer trafo 150 kv a. Arus kerja minimum Fungsi GFR netral adalah sebagai pengaman cadangan kedua trafo tenaga terhadap gangguan hubung singkat satu fasa internal maupun gangguan eksternal. Karena akan mengalir kontribusi arus urutan nol pada saat terjadi hubungsingkat satu fasa di sisi 150 kv yang besarnya tergantung pada jarak lokasi gangguan dengan posisi trafo. Oleh karena itu perlu adanya penentuan waktu kerja GFR pada sisi primer trafo harus dikoordinasikan dengan waktu kerja relai di penghantar. Setting arus kerja GFR untuk trafo dengan delta winding Is = ( 0,5 0,7 ) x Inom trafo 150 kv... (3.63) Setting arus kerja GFR yang tidak dilengkapi delta winding Is = 0,2 x Inom trafo 150 kv... (3.64) Arus dalam besaran sekunder, dibagi CT Iset Is x A (sekunder)... (3.65) Tap value setting range yang ada pada relai: tap... (3.66) b. Setting waktu dan karakteristik kerja untuk kurva standar inverse(si), didapar rumus:. (3.67) TMSg Ihs Is 1 tg o, 14

26 52 dan rumus untuk menghitung waktu kerja aktual adalah sebagai berikut: TMSg o, 14 Ihs Is, 1 tg. (3.68) Dimana : Ihs = Hubung singkat maksimum satu fasa di busbar 150 kv Isg = Setting arus kerja dalam Ampere primer t = Waktu kerja yang di inginkan 1,0 1,5 detik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA 3.1 Sistem Proteksi Pada Transformator Daya 3.1.1 Peralatan Proteksi Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit, jaringan transmisi (gardu

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA BAB GANGGUAN PADA JARNGAN LSTRK TEGANGAN MENENGAH DAN SSTEM PROTEKSNYA 3.1 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem

Lebih terperinci

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi terhadap tenaga listrik ialah sistem pengamanan yang dilakukan ternadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga listrik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing) BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Proteksi Panel Tegangan Menegah Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG JENIS GANGGUAN 1. BEBAN LEBIH 2. HUBUNG SINGKAT 3. TEGANGAN LEBIH

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Teori Umum Proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik. Tujuan utama dari suatu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi dalam melindungi peralatan listrik yang digunakan diharapkan dapat menghindarkan peralatan dari kerusakan atau meminimalkan kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman 2.1.1 Pengertian Pengaman Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik seperti generator,

Lebih terperinci

5. PERHITUNGAN SETTING RELAI PROTEKSI TRAFO TENAGA

5. PERHITUNGAN SETTING RELAI PROTEKSI TRAFO TENAGA 5. PERHITUNGAN SETTING RELAI PROTEKSI TRAFO TENAGA 5.. Setting Relai Differensial Dan REF 5... Perhitungan Setting Proteksi Trafo Tenaga 50/20 kv GI Data Parameter yang diperlukan a) Trafo Tenaga Merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem tenaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya Oleh : Duta Satria Yusmiharga 2208 100 162 Dosen Pembimbing : 1. Prof.Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc.,Ph.D

Lebih terperinci

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA BAB III PENGAMAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1. JENIS PENGAMAN Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983) Bagian Satu, C) : Relai Buchollz

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Dasar Sistem Proteksi Suatu sistem t`enaga listrik dibagi ke dalam seksi-seksi yang dibatasi oleh PMT. Tiap seksi memiliki relai pengaman dan memiliki daerah pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi PHB-TM (Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah), TD (Transformator Distribusi),

Lebih terperinci

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK Simulasi Over Current Relay (OCR) Menggunakan Karateristik Standar Invers. Selamat Meliala SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung

Lebih terperinci

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia   Abstrak Makalah Seminar Kerja Praktek PRINSIP KERJA DAN DASAR RELE ARUS LEBIH PADA PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATURAN BEBAN REGION JAWA TENGAH DAN DIY Fa ano Hia. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Pada suatu sistem tenaga listrik, meliputi pelayanan umum, industri, komersil, perumahan maupun sistem lainnya, mempunyai maksud yang sama yaitu menyediakan energi

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN I Putu Dimas Darma Laksana 1, I Gede Dyana Arjana 2, Cok Gede Indra Partha 3 1,2,3

Lebih terperinci

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 46 ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) I Gusti Putu Arka, Nyoman Mudiana, dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

Pertemuan ke :2 Bab. II

Pertemuan ke :2 Bab. II Pertemuan ke :2 Bab. II Pokok bahasan : Proteksi dengan menggunakan relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam relay, fungsi dari relay, prinsip kerja, karakteristik relay dan

Lebih terperinci

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU 1 EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAMPEKANBARU Hasrizal Rusymi, Dr. Ir.Margo Pujiantara, MT. 1), Ir. Teguh Yuwono. 2) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkain listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Studi Kasus Gambar 4.1 Ilustrasi studi kasus Pada tahun 2014 telah terjadi gangguan di sisi pelanggan gardu JTU5 yang menyebabkan proteksi feeder Arsitek GI Maximangando

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK 2.1. Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari empat unsur utama. Pertama, unsur sistem pembangkitan tenaga listrik. Kedua, suatu sistem

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik Relai Proteksi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem tenaga elektrik, tidak memiliki manfaat pada saat sistem berada dalam kondisi

Lebih terperinci

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI 2017 180 Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota NASRUL, ST., M. KOM ABSTRAK Daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Umum Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi kerusakan peralatan tehadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat

Lebih terperinci

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih ANALSS KOORDNAS RELE ARUS LEBH DAN PENUTUP BALK OTOMATS (RECLOSER) PADA PENYULANG JUNREJO kv GARDU NDUK SENGKALNG AKBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SNGKAT Mega Firdausi N¹, Hery Purnomo, r., M.T.², Teguh Utomo,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi / pengaman suatu tenaga listrik yang membentuk suatu pola pengaman tidaklah hanya rele pengaman saja tetapi juga Trafo Arus (Current Transformer)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade Nandha Pamadya Putra¹, Hery Purnomo, Ir., MT.², Teguh Utomo, Ir., MT.³ ¹Mahasiswa

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG Teknologi Elektro, Vol. 15, No.2, Juli - Desember 2016 53 STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG I Komang Anom Astana Ady 1,

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal 4.1. Data yang Diperoleh BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah dikumpulkan untuk menunjang dilakukannya perbaikan koordinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman [2] Sistem pengaman adalah beberapa komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama-sama untuk satu tujuan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi disebabkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS

BAB IV. PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS BAB IV PERHITUNGAN GANGGUAN SIMPATETIK PADA PENYULANG 20 kv GARDU INDUK DUKUH ATAS 4.1. GARDU INDUK DUKUH ATAS GI Dukuh Atas merupakan gardu induk yang memiliki 2 buah trafo tenaga dengan daya masing-masing

Lebih terperinci

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc.

FEEDER PROTECTION. Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. FEEDER PROTECTION Penyaji : Ir. Yanuar Hakim, MSc. DIAGRAM SATU GARIS PEMBANGKIT TRAFO UNIT TRANSMISI SISTEM GENERATOR BUS HV TRAFO P.S BUS TM GARDU INDUK PERLU DIKOORDINASIKAN RELAI PENGAMAN OC + GF ANTARA

Lebih terperinci

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41 Jurnal ELTEK, Vol 12 Nomor 01, April 2014 ISSN 1693-4024 KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM 1000+ SERI M41 Heri Sungkowo 1 Abstrak SEPAM (System Electronic Protection Automation Measurement)1000+

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY)

BAB V RELE ARUS LEBIH (OVER CURRENT RELAY) BAB V RELE ARUS LEBH (OVER CURRENT RELAY) 5.1 Pendahuluan Saluran dilindungi oleh relai arus lebih, relai jarak dan rele pilot, tergantung pada persyaratan. Relay arus lebih adalah sederhana, murah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Jaringan Distribusi Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAK ii iii iv v vi

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Transformator Tenaga Transformator tenaga adalah merupakan suatu peralatan listrik statis yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga / daya listrik arus bolak-balik dari tegangan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tujuan Melakukan analisis terhadap sistem pengaman tenaga listrik di PT.PLN (PERSERO) Melakukan evaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rele Proteksi Rele Proteksi adalah susunan peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak normalan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah Seminar Kerja Praktek PENGUJIAN OVER CURRENT RELAY (OCR) Abdurrahman Ghifari (L2F 009 120) Email: ghifari.abdurrahman@gmail.com Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak

Lebih terperinci

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 3.1 RELE JARAK Pada proteksi saluran udara tegangan tinggi, rele jarak digunakan sebagai pengaman utama sekaligus sebagai pengaman cadangan untuk

Lebih terperinci

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port PROCEEDING TUGAS AKHIR, (2014) 1-6 1 Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port Adam Anas Makruf, Margo Pujiantara 1), Feby Agung Pamuji 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya Eka Setya Laksana Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar

Lebih terperinci

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) JURNAL MEDIA TEKNIK VOL. 8, NO.3: 2011 KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00) KASMIR Staf Pengajar Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator 1 Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

Lebih terperinci

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Studi Elektro pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada bab ini penulis membahas secara umum metode penelitian, yaitu penelitaian yang dilaksanakan melalui tahap-tahap yang bertujuan mencari dan membuat pemecahan

Lebih terperinci

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) -6 Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500 PT PLN (PERSERO) di Kediri Muhammad Rafi, Margo Pujiantara ), dan R. Wahyudi ). Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu Induk (GI) adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang kebutuhan listrik konsumen maupun sebagai pengatur pelayanan tenaga listrik yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Menurut nilai tegangan a.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang

BAB III RELAI JARAK. untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang BAB III RELAI JARAK 3.1. UMUM Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga listrik yang sangat tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono

Lebih terperinci

Analisa Rele Proteksi pada Sistem Kelistrikan Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang Operasi Pomaala ( Sulawesi Tenggara )

Analisa Rele Proteksi pada Sistem Kelistrikan Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang Operasi Pomaala ( Sulawesi Tenggara ) Presentasi Sidang Tugas Akhir Semester Genap 2011/20112Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Analisa Rele Proteksi pada Sistem Kelistrikan Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang Operasi Pomaala

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv TUGAS AKHIR SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Geler Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK Muhammad Arief N (21060111130114) 1, Mochammad Facta, ST. MT. PhD (197106161999031003) 2. 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator 1 Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

Lebih terperinci