PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 ANALISA PROSES PENDINGINAN PADA BEBERAPA BEJANA DENGAN BAHAN BERBEDA MENGGUNAKAN SOFTWARE LOGGERPRO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Oleh: Siska Natalia NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

2 ANALISA PROSES PENDINGINAN PADA BEBERAPA BEJANA DENGAN BAHAN BERBEDA MENGGUNAKAN SOFTWARE LOGGERPRO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Oleh: Siska Natalia NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

3 ii

4 iii

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan dengan bangga kepada: Orangtua tercinta: Yan Erawan Linawaty Kakak dan adik tersayang: Erly Natalia Okky Jayadi Prodi Pendidikan Fisika 2011 iv

6 MOTTO The problems and the all of things which can break you down is the process to make you stronger and the way which must through to be the best for your life. I can do everything through Him who gives me strength Philippians 4: 13 v

7 vi

8 vii

9 ABSTRAK ANALISA PROSES PENDINGINAN PADA BEBERAPA BEJANA DENGAN BAHAN BERBEDA MENGGUNAKAN SOFTWARE LOGGERPRO Siska Natalia Universitas Sanata Dharma 2015 Telah dilakukan penelitian mengenai proses pendinginan pada bejana yang yang berisi air sebanyak 100 ml. Selama proses pendinginan, suhu air dan suhu lingkungan dimonitor menggunakan sensor suhu yang telah dihubungkan dengan komputer melalui interface LabPro. Nilai suhu air dan suhu lingkungan dicatat secara kontinyu menggunakan software LoggerPro. Grafik beda suhu (ΔT) terhadap waktu (t) difit menggunakan persamaan hukum pendinginan Newton dan persamaan proses pendinginan yang melibatkan perpindahan panas secara radiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan proses pendinginan yang melibatkan perpindahan panas secara radiasi baik digunakan pada beda suhu yang tinggi yakni ΔT > 50⁰C. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bahan bejana berpengaruh selama proses pendinginan. Bejana yang digunakan dalam penelitian ini adalah bejana berbahan kaca, kaleng, dan plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bejana mempengaruhi proses pendinginan secara berurutan dari cepat ke lambat yaitu kaleng, kaca, dan plastik. Kata kunci : proses pendinginan, hukum pendinginan Newton, radiasi viii

10 ABSTRACT THE COOLING PROCESS ANALYSIS ON VESSELS WITH DIFFERENT MATERIAL USING A LOGGERPRO SOFTWARE Siska Natalia Sanata Dharma University 2015 A research about cooling process in vessels with volume of water 100 ml has been done. During those cooling process, the water and environment temperature are monitored using a temperature sensor that are connected to the computer through a LabPro interface. The results of water and environment temperature are recorded continuously on a LoggerPro software. Temperature difference graphic ( T) towards time (t) fitted applying Newton cooling law equation and cooling process equation that involve the heat transfer of radiation. The research shows that the cooling process equation involves the heat transfer of radiation is good to apply in a high temperature difference, it is T > 50 o C. This research also shows that the material of vessels influence throughout the cooling process. Vessels used in this research are made of glass, can, and plastic. It is resulted that the material of vessels used influenced the cooling process in sequence from fast speed to slow; they are can, glass, and plastic material. Keywords : the cooling process, Newton s law of cooling, radiation ix

11 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih yang sungguh luar biasa. Berkat kasih-nya, penyununan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya ini penulis beri judul Analisa Proses Pendinginan pada Beberapa Bejana dengan Bahan Berbeda Menggunakan Software LoggerPro. Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S., selaku dosen pembimbing skripsi, Dosen Pembimbing Akademik (DPA), dan Kaprodi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dalam penyusunan skripsi maupun rencana studi dari awal hingga akhir. 2. Bapak Petrus Ngadiono, selaku laboran Laboratorium Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah membantu mempersiapkan alat-alat eksperimen. 3. Keluarga tercinta di Rengasdengklok yang selalu mendoakan serta memberikan semangat. 4. Andreas Novri Suhardi dan Alfadiani Purnomo yang selalu sabar menjadi pendengar yang baik, serta memberikan motivasi. 5. Teman-teman bimbingan skripsi : Mba Dian, Kak Eliya, Mba Hari, Kak Sandra, Felbi dan Heri yang telah membantu lewat sharing dan diskusi. x

12 6. Seluruh mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2011 yang telah berjuang dan berdinamika bersama. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan serta motivasi selama proses skrispsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Yogyakarta, 30 Juli 2015 Penulis xi

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C. Batasan Masalah... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian... F. Sistematika Penulisan... BAB II DASAR TEORI... A. Kalor dan Perpindahannya Konduksi Konveksi Radiasi... B. Hukum Pendinginan Newton... i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xiv xv xii

14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Persiapan Alat... B. Pengambilan Data... C. Analisa Data... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Proses Pendinginan Pada Bejana Berbahan Kaca Proses Pendinginan Pada Bejana Berbahan Kaleng Proses Pendinginan Pada Bejana Berbahan Plastik Pengaruh Bahan Bejana Terhadap Proses Pendinginan... B. Pembahasan... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL TABEL 4.1 Karakteristik bejana TABEL 4.2 Hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu pada bejana berbahan kaca (D = 5.15 ± 0.01 cm, m = ± 0.02 gr) TABEL 4.3 Hubungan beda suhu ΔT terhadap waktu t pada bejana berbahan kaca (D = 5.15 ± 0.01 cm, m = ± 0.02 gr) TABEL 4.4 Hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu pada bejana berbahan kaleng (D = 5.26 ± 0.01 cm, m = ± 0.05 gr) TABEL 4.5 Hubungan beda suhu ΔT terhadap waktu t pada bejana berbahan kaleng (D = 5.26 ± 0.01 cm, m = ± 0.05 gr) TABEL 4.6 Hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu pada bejana berbahan plastik (D = 5.47 ± 0.01 cm, m = ± 0.02 gr) TABEL 4.7 Hubungan beda suhu ΔT terhadap waktu t pada bejana berbahan plastik (D = 5.47 ± 0.01 cm, m = ± 0.02 gr) TABEL 4.8 Nilai RMSE Pada Bejana Berbahan Kaca, Kaleng, dan Plastik. 39 TABEL 4.9 Waktu Penurunan Suhu dari Suhu 71⁰C sampai 10⁰C terhadap Bejana Berbahan Kaca, Kaleng, dan Plastik xiv

16 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 2.1 Konduksi panas pada keping plan-paralel... 8 GAMBAR 3.1 Susunan alat eksperimen tampak samping GAMBAR 3.2 Susunan alat eksperimen tampak depan GAMBAR 3.3 Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu GAMBAR 3.4 Lambang Curve Fit pada toolbars GAMBAR 3.5 Tampilan kotak setelah mengklik lambang Curve Fit GAMBAR 3.6 Tampilan kotak setelah mengklik Define Function GAMBAR 3.7 Grafik beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12). Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah) GAMBAR 4.1 Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12). Bejana berbahan kaca dengan diameter 5.15 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.02 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah) GAMBAR 4.2 Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.15). Bejana berbahan kaca dengan diameter 5.15 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.02 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah) GAMBAR 4.3 Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12). Bejana berbahan kaleng dengan diameter 5.26 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.05 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah) GAMBAR 4.4 Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.15). Bejana berbahan kaleng dengan diameter 5.26 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.05 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah) xv

17 GAMBAR 4.5 GAMBAR 4.6 GAMBAR 4.7 GAMBAR 4.7 Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12). Bejana berbahan plastik dengan diameter 5.47 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.02 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah) Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.15). Bejana berbahan plastik dengan diameter 5.47 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.02 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah) Grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk bejana berbahan plastik (biru), kaca (hijau), kaleng (merah) Grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk melihat pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan. Bejana berbahan plastik (biru), kaca (hijau), kaleng (merah) xvi

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secangkir teh atau kopi panas yang dibiarkan begitu saja, maka lama kelamaan secangkir teh atau kopi tersebut menjadi dingin. Hal itu terjadi karena adanya proses pendinginan. Proses pendinginan menyebabkan suhu teh atau kopi yang tinggi menjadi rendah, bahkan suhunya menjadi sama. Keadaan dimana suhu teh atau kopi menjadi sama diseluruh sistem dinamakan sebagai keadaan kesetimbangan termal. Kesetimbangan termal yaitu bila dua benda saling kontak atau melakukan perpindahan panas sehingga suhu kedua benda tersebut menjadi sama (Schroeder, 2000; Young, 2002). Proses pendinginan suatu benda terjadi karena adanya perpindahan panas. Ada tiga macam perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi merupakan perpindahan panas melewati suatu bahan, tanpa disertai perpindahan partikelnya. Sedangkan konveksi merupakan perpindahan panas yang disertai dengan perpindahan partikelnya. Konduksi dan konveksi membutuhkan partikel sebagai medium. Adapun, radiasi merupakan perpindahan panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik seperti cahaya tampak, infra merah, dan radiasi ultra ungu (Benson, 1995; Giambattista, 2008; Young, 2002; Halliday, 2010). Secara umum, proses pendinginan yang melibatkan perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi mengikuti suatu hukum yang dikenal 1

19 2 sebagai hukum pendinginan Newton. Hukum pendinginan Newton menjelaskan laju pendinginan suatu benda yang sebanding dengan beda suhu. Dalam banyak keadaan yang sesungguhnya, ketiga perpindahan panas terjadi secara serentak, walaupun salah satu lebih efektif dibandingkan yang lainnya (Tipler, 1991). Berdasarkan hukum pendinginan Newton, suhu benda mengalami penurunan secara eksponensial. Hukum pendinginan Newton berlaku pada beda suhu yang kecil yakni ΔT > 50⁰C. Pada beda suhu tersebut, perpindahan panas secara radiasi sangat kecil sehingga adanya penggunaan pendekatan dalam hukum pendinginan Newton. Eksperimen proses pendinginan suatu benda telah dilakukan dengan beda suhu ΔT > 50⁰C. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan hukum pendinginan Newton. Hasil analisa menunjukkan bahwa proses pendinginan yang terjadi pada benda tidak sesuai dengan hukum pendinginan Newton. Ketidaksesuaian disebabkan karena pada ΔT > 50⁰C perpindahan panas secara radiasi lebih dominan daripada yang lainnya [Vollmer, 2009]. Macam-macam eksperimen tentang proses pendinginan suatu benda telah banyak dilakukan. Proses pendinginan suatu benda dilakukan untuk menentukan panas peleburan es. Eksperimen tersebut menggunakan termometer raksa untuk mengukur suhu selama proses pendinginan. Pengambilan data selama proses pendinginan dilakukan setiap selang waktu tertentu, dengan cara melakukan pembacaan pada termometer raksa. Pembacaan pada termometer raksa sering kali menggunakan pendekatan angka atau perkiraan dikarenakan skala pada termometer terbatas. Disamping itu,

20 3 proses pendinginan suatu benda selama eksperimen terjadi cukup lama. Sehingga pengambilan data membutuhkan perhatian yang lebih untuk melakukan pembacaan suhu setiap selang waktu tertentu (NN, 2011). Proses pendinginan suatu benda untuk menentukan nilai koefisien konveksi telah dilakukan oleh Conti, dkk (2014). Proses pendinginan dilakukan dengan cara memanaskan air terlebih dahulu hingga mecapai suhu tertentu. Suhu air dalam bejana, dan suhu lingkungannya dimonitor dengan menggunakan sensor suhu yang telah dihubungkan dengan komputer melalui interface LabPro. Nilai suhu air dan suhu lingkungan dicatat secara kontinyu menggunakan software LoggerPro. Proses pendinginan yang dilakukan pula oleh Suryani dan Santosa (2014) untuk menentukan nilai konstanta pendinginan Newton. Selain digunakan untuk pengambilan data, software LoggerPro dapat digunakan untuk menampilkan grafik, serta menganalisa grafik dengan cara memfit menggunakan persamaan yang sesuai. Dewasa ini, eksperimen berbasis komputer menjadikan eksperimen lebih mudah. Dengan eksperimen berbasis komputer, peneliti lebih mudah memonitor suhu selama proses pendinginan suatu benda karena komputer dilengkapi dengan software LoggerPro dan suhu benda serta suhu lingkungan dimonitor dengan sensor suhu. Analisa data menjadi mudah dengan menggunakan software LoggerPro.

21 4 Pada penelitian ini dilakukan proses pendinginan pada bejana yang berisi air 100 ml dengan beda suhu ΔT > 50⁰C. Pengambilan data selama proses pendinginan menggunakan sensor suhu, dan software LoggerPro. Software LoggerPro digunakan untuk memonitor serta mencatat suhu air dalam bejana, dan suhu lingkungan sekitarnya secara kontinyu. Bejana yang digunakan pada penelitian ini adalah bejana berbahan kaca, kaleng, dan plastik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana metode eksperimen untuk menganalisa proses pendinginan? 2. Bagaimana penggunaan software untuk menganalisa proses pendinginan? 3. Bagaimana pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan? C. Batasan Masalah Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini, dibatasi pada: 1. Software yang digunakan untuk menampilkan dan menganalisa data adalah software LoggerPro. 2. Fluida yang dipakai yaitu air dengan volume 100 ml. 3. Bejana yang diteliti adalah bejana yang berbahan kaca, kaleng dan plastik.

22 5 D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui metode eksperimen untuk menganalisa proses pendinginan. 2. Mengetahui metode menganalisa data dengan menggunakan software Logger Pro. 3. Mengetahui pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari membaca laporan ini antara lain: 1. Dapat menggunakan software LoggerPro untuk menganalisa proses pendinginan. 2. Dapat mengetahui bahan bejana yang mendukung proses pendinginan. F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Dasar Teori Bab II berisi teori-teori mengenai kalor dan perpindahannya dan hukum pendinginan Newton. BAB III Metode Eksperimen Bab III menguraikan mengenai alat, prosedur eksperimen, cara mengolah data.

23 6 BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab IV berisi hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil eksperimen yang diperoleh. BAB V Penutup Bab V berisi kesimpulan dan saran.

24 BAB II DASAR TEORI A. Kalor dan Perpindahannya Panas dapat dipindahkan dari satu sistem ke sistem lain, yang suhunya berbeda (Suparno, 2009). Aliran energi yang menyebabkan perbedaan suhu diantara sistem dan lingkungan biasanya disebut aliran panas atau perpindahan panas. Pada hakikatnya, perpindahan panas atau kalor dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran. Bila suatu benda dengan massa m dan dipanaskan sehingga terjadi perubahan suhunya ΔT, maka banyaknya panas Q yang diperlukan (Suparno, 2009): Q = m. c. T (2.1) dengan c = panas jenis zat (J/kg.K) 1. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas melewati suatu bahan, tanpa disertai perpindahan partikelnya. Perpindahan panas secara konduksi pada gambar 2.1 terjadi pada suatu keping datar plan-paralel dengan luas kedua permukaan bidang yang berhadapan sebesar A. Masing-masing permukaan bidang memiliki suhu yang konstan, sebesar T1 dan T2 dengan T1 > T2. Tebal keping datar plan-paralel adalah l dan arus panas H mengalir dari 7

25 8 permukaan bidang yang bersuhu T1 ke permukaan bidang lain yang bersuhu T2. Gambar 2.1 Konduksi panas pada keping Arus panas H berbanding lurus dengan luas penampang. Arus panas H juga berbanding lurus dengan beda suhu (T1 - T2) dan berbanding terbalik dengan tebal keping l. Arus panas H mengikuti persamaan (2.2) sebagai berikut (Benson, 1995; Naga, 1991): H = k. A. (T 1 T 2 ) l Persamaan (2.2) dapat ditulis kembali menjadi persamaan (2.3): H = k. A. T x (2.2) (2.3) dengan H = arus panas (W) k = konduktivitas panas (W/m.K) A = luas penampang (m 2 ) ΔT = beda suhu (K) Δx = tebal (m)

26 9 Perpindahan panas secara konduksi pada banyak material dapat pula digambarkan seperti dibawa melalui tabrakan molekular. Pada satu sisi obyek dipanaskan, molekul obyek menjadi semakin cepat. Hal tersebut dikarenakan suhu yang semakin tinggi. Sehingga molekul-molekul yang menjadi lebih cepat tersebut bertabrakan dengan molekul-molekul yang lebih lambat, dan mereka memindahkan sebagian energi kinetik yang menyebabkan kecepatannya menjadi meningkat. Tabrakan molekul dengan memindahkan sebagian energi kinetiknya berlangsung sepanjang obyek. Pada logam, tabrakan dari elektron bebas di dalam logam merupakan yang paling bertanggung jawab atas terjadinya konduksi (Giancoli, 2014). Berdasarkan kemampuan menghantarkan panas, zat dibagi menjadi dua golongan yaitu konduktor, dan isolator. Konduktor merupakan zat yang mudah menghantarkan panas. Zat-zat yang termasuk dalam kategori konduktor memiliki nilai konduktivitas panas, k yang besar, seperti perak, tembaga, dan aluminium. Adapun, isolator merupakan zat yang sukar menghantarkan panas. Sehingga dapat dikatakan bahwa isolator sebagai konduktor yang buruk, karena memiliki nilai konduktivitas panas, k yang kecil, seperti wool, fiberglass, kayu, gabus, dan udara (Suparno, 2009; Giancoli, 2014).

27 10 2. Konveksi Perpindahan panas yang melibatkan aliran fluida dan membawa panas dari suatu tempat ke tempat yang lainnya dinamakan konveksi. Pada konduksi, aliran energi melewati sebuah material tetapi material tersebut tidak berpindah. Sedangkan pada konveksi material tersebut berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya karena konveksi hanya dapat terjadi fluida, bukan zat padat. Arus panas H konveksi bergantung pada luas penampang A, dan beda suhu ΔT mengikuti persamaan (2.4) sebagai berikut (Giambattista, 2008; Naga, 1991): H = h. A. T (2. 4) dengan H = arus panas (W) h = koefisien konveksi (W/m 2. K) A = luas penampang (m 2 ) ΔT = beda suhu (K) Berdasarkan aliran panas, konveksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami, dan konveksi paksa. Konveksi alami terjadi pada aliran alami akibat beda suhu. Beda suhu tersebut menyebabkan perbedaan massa jenis. Konveksi alami dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu aliran air ketika dipanaskan, angin laut, dan angin darat. Sedangkan konveksi paksaan terjadi aliran yang dipaksa atau didorong oleh mesin seperti kipas atau pompa (blower). Konveksi paksaan dalam kehidupan sehari-hari yaitu sistem pendingin atau pemanas ruangan, sistem pendingin mobil, dan pengering rambut (Giambattista, 2008; Suparno, 2009).

28 11 3. Radiasi Radiasi merupakan perpindahan panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik seperti cahaya tampak, infra merah dan radiasi ultra ungu. Arus panas H radiasi merupakan daya panas E yang berbanding lurus dengan luas penampang A, mengikuti persamaan (2.5) sebagai berikut (Young, 2002; Halliday, 2010; Naga, 1991): H = E. A (2.5) Daya panas E pada persamaan (2.5) mengikuti (Naga, 1991): E = e. σ. (T 4 1 T 4 2 ) (2.6) Secara lengkap, persamaan (2.5) dapat ditulis menjadi [Naga, 1991; Vollmer, 2009]: H = e. σ. A. (T 4 1 T 4 2 ) (2.7) dengan H = arus panas (W) e = emisivitas σ = konstanta Stefan-Boltzmann ( x 10-8 W/m 2. K -4 ) A = luas penampang (m 2 ) T1 = suhu benda T2 = suhu lingkungan Jika suhu benda hampir sama dengan suhu lingkungan, maka beda suhunya menjadi kecil, sehingga [Vollmer, 2009]: (T 4 1 T 4 2 ) = k appr. (T 1 T 2 ) (2.8) dengan k 3 appr 4T 2 Kappr merupakan singkatan dari kapproximation yang berarti nilai k yang menggunakan pendekatan.

29 12 Dari persamaan (2.8) akan diperoleh penyelesaian arus panas H seperti pada persamaan (2.9) sebagai berikut [Vollmer, 2009]: H = α rad. A. (T 1 T 2 ) (2.9) dengan α rad = e. σ. k appr B. Hukum Pendinginan Newton Apabila suhu awal suatu benda T1 diketahui, maka berdasarkan hukum kekekalan energi banyaknya panas yang hilang menyebabkan penurunan suhu yang mengikuti persamaan: mc dt 1 dt = H Kond H Konv H Rad (2.10) dengan Hkond Hkonv HRad m c dt 1 dt = arus panas konduksi = arus panas konveksi = arus panas radiasi = massa benda = panas jenis = penurunan suhu benda Jika beda suhu ΔT kecil, maka persamaan (2.10) dapat ditulis menjadi: mc dt 1 dt = (k. A. T x + h. A. T) α rad. A. T (2.11) Proses pendinginan yang melibatkan perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi mengikuti hukum pendinginan Newton. Hukum pendinginan Newton menyatakan bahwa laju pendinginan suatu benda sebanding dengan beda suhu. Dari persamaan (2.11) akan diperoleh

30 13 penyelesaian untuk beda suhu yang kecil setiap saat t, mengikuti persamaan [Tipler, 1991; Naga, 1991; Vollmer, 2009]: T (t) = T 0. e t/τ (2.12) Konstanta waktu τ persamaan (2.12) mengikuti persamaan [Vollmer, 2009]: ρ. c τ =. V (2.13) α total A dengan ρ c α total V/A = massa jenis benda = panas jenis = koefisien total = volume/luasan benda Jika perpindahan panas secara radiasi tidak menggunakan pendekatan selama proses pendinginan, dan beda suhunya tinggi maka diselesaikan dengan menggunakan persamaan perpindahan panas secara lengkap mengikuti [Vollmer, 2009]: mc dt 1 dt = h. A. (T 1 T 2 ) e. σ. A. (T 1 4 T 2 4 )) (2.14) Dari persamaan (2.14) akan diperoleh penyelesaian seperti persamaan (2.15) sebagai berikut [Vollmer, 2009]: T(t) = T 0 + A 1. e t/τ 1 + A 2. e t/τ 2 + A 3. e t/τ 3 (2.15) Persamaan (2.15) merupakan persamaan proses pendinginan dengan tidak menggunakan pendekatan perpindahan panas secara radiasi yang beda suhunya tinggi.

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa proses pendinginan dan mengetahui pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan. Untuk menganalisa proses pendinginan dan pengaruh bahan bejana ada beberapa tahapan. Tahapan yang pertama adalah persiapan alat. Tahapan kedua pengambilan data. Tahapan ketiga analisa data. A. Persiapan Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari beberapa komponen. Alat-alat yang digunakan antara lain: 4. Box Box ini terbuat dari sterofoam dengan ukuran 37 cm x 33 cm x 31 cm dengan tebal sterofoam 3 cm. 5. Bejana plastik. Bejana digunakan yaitu bejana yang berbahan kaca, kaleng dan 6. Toples plastik Toples plastik digunakan untuk meletakkan bejana yang akan diteliti. 14

32 15 7. Sensor suhu Sensor suhu berfungsi untuk memonitor suhu air bejana dan suhu lingkungan sekitarnya. Ada dua jenis sensor suhu yang digunakan penelitian ini yaitu surface temperature dan stainless steel temperature probe. 8. Interface Interface merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan sensor suhu dengan komputer. Interface yang digunakan penelitian ini adalah interface LabPro. 9. Komputer Komputer yang digunakan telah terinstall software. Software yang digunakan penelitian ini adalah software LoggerPro. Software ini berfungsi untuk memonitor, menampilkan, dan menganalisa data. Alat-alat kemudian dirangkai seperti gambar 3.1. Bejana yang berisi air sebanyak 100 ml diletakkan pada toples plastik. Toples plastik nantinya akan diletakkan di atas penyangga kayu, yang berada di dalam box sterofoam berisi es. Suhu air dalam bejana dan suhu lingkungan sekitarnya akan dimonitor menggunakan sensor suhu yang telah dihubungkan dengan komputer melalui interface LabPro. Nilai suhu air dan suhu lingkungan dicatat secara kontinyu menggunakan software LoggerPro.

33 16 Gambar 3.1. Susunan alat eksperimen tampak samping Ket: A : Komputer B : Interface LabPro C : Sensor suhu D : Bejana yang berisi air 100 ml E : Toples plastik F : Balok kayu G : Es H : Box sterofoam Gambar 3.1 menampilkan susunan eksperimen tampak samping beserta komponen-komponen alatnya. Apabila eksperimen dilihat tampak depan, maka akan seperti gambar 3.2.

34 17 Gambar 3.2. Susunan alat eksperimen tampak depan B. Pengambilan Data Air dipanaskan hingga mencapai suhu ± 95⁰C. Bejana yang berisi air 100 ml diletakkan pada toples plastik. Toples plastik ini diletakkan di atas balok kayu, yang berada di dalam box sterofoam berisi es. Suhu air dan suhu lingkungan dimonitor menggunakan sensor suhu, yang telah dihubungkan dengan komputer melalui interface LabPro. Nilai suhu air dan suhu lingkungan dicatat secara kontinyu menggunakan software LoggerPro setiap 30 detik selama 5 jam. Pengambilan data dilakukan pada bejana berbahan kaca, kaleng, dan plastik.

35 18 C. Analisa Data Data yang dimonitor dan dianalisa dengan bantuan software LoggerPro. Analisa data dilakukan dengan cara: 1. Analisa proses pendinginan Data suhu air dan suhu lingkungan diolah menjadi data beda suhu terhadap waktu. Kemudian data beda suhu terhadap waktu tersebut ditampilkan menjadi grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t seperti gambar 3.3. Grafik tersebut difit menggunakan persamaan hukum pendinginan Newton seperti persamaan (2.12). Dengan data yang sama, fitting data dilakukan dengan menggunakan persamaan proses pendinginan dengan tidak adanya pendekatan perpindahan panas secara radiasi seperti persamaan (2.15). Cara yang sama dilakukan untuk bejana dengan bahan berbeda. Berikut ini adalah cara memfitting data menggunakan software LoggerPro, sebagai berikut: a. Data beda suhu terhadap waktu ditampilkan menjadi grafik hubungan beda suhu terhadap waktu seperti gambar 3.3.

36 19 Gambar 3.3. Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu b. Fitting data dilakukan dengan mengklik curve fit seperti yang ditunjukkan gambar 3.4. Sehingga akan tampil kotak seperti gambar 3.5. Gambar 3.4. Lambang Curve Fit pada toolbars Gambar 3.5. Tampilan kotak setelah mengklik lambang Curve Fit

37 20 c. Fitting data pada penelitian ini dilakukan dengan memasukkan persamaan, dengan mengklik Define Function seperti ditunjukkan pada gambar 3.5. Sehingga akan tampil kotak seperti gambar Gambar 3.6. Tampilan kotak setelah mengklik Define Function d. Persamaan yang akan digunakan untuk memfit data diketik pada kolom 1. Pengetikan persamaan menggunakan simbol. Penamaan persamaan ditulis pula pada kolom 2 seperti yang ditampilkan gambar 3.6. e. Memfitting data dilakukan dengan mengklik try fit yang tunjukkan gambar 3.6. bagian Coefficients tampil bentuk persamaan beserta nilainilai koefisiennya. Apabila hasilnya tampak sudah sesuai atau cocok, tekan tombol OK untuk keluar, dan menampilkan hasil fitting untuk grafik beda suhu terhadap waktu seperti gambar 3.7. f. Apabila hasil fitting data belum sesuai, maka dapat dilakukan pengaturan nilai koefisien secara manual dengan menekan tombol plus atau minus pada koefisien tersebut. Ketika mengatur nilai koefisien, nilai RMSE diperhatikan. Sehingga grafik menjadi fit dan RMSE

38 21 bernilai kecil. RMSE (Root Mean Squared Error) merupakan suatu ukuran kesalahan yang didasarkan pada selisih nilai antara fitting data menggunakan persamaan dengan data yang diperoleh (Santosa, 2014; Vernier, 2015). Gambar 3.7. Grafik beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12). Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah). 2. Analisa pengaruh bahan bejana Pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan dapat diketahui dengan membuat satu grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk ketiga bejana. Sumbu beda suhu ΔT grafik diatur menjadi log axis pada software LoggerPro. Pengaturan log axis untuk menampilkan data dalam bentuk linear. Sehingga pengaruh bahan terhadap proses pendinginan dapat dilihat dengan jelas.

39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN C. Hasil Bahan bejana yang diteliti penelitian ini yaitu kaca, kaleng, dan plastik. Ketiga bahan diteliti dengan metode yang sama untuk menganalisa proses pendinginan dan mengetahui pengaruh bahan bejana. Data hasil penelitian disajikan sebagai berikut: Bejana yang akan diteliti diukur terlebih dahulu diameter luar dan massanya. Dari hasil pengukuran disajikan tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik bejana No. Bahan Diameter Luar Bejana (cm) Massa (gr) 1. Kaca 5.15 ± ± Kaleng 5.26 ± ± Plastik 5.47 ± ± 0.02 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa diameter luar ketiga bejana relatif sama. Selain itu, massa dari ketiga bejana bervariasi sesuai dengan bahannya. Analisa proses pendinginan dilakukan dengan cara menganalisa data yang telah diperoleh masing-masing bejana dengan menggunakan software LoggerPro. Analisa dilakukan dengan menggunakan dua persamaan yakni persamaan hukum pendinginan Newton seperti persamaan (2.12), dan persamaan proses pendinginan dengan tidak menggunakan pendekatan perpindahan panas secara radiasi seperti persamaan (2.15). Selama waktu yang 22

40 23 telah disetting untuk pengambilan data, suhu air dan suhu lingkungan dimonitor menggunakan sensor suhu yang telah dihubungkan dengan komputer melalui interface LabPro. Nilai suhu air dan suhu lingkungan dicatat secara kontinyu menggunakan software LoggerPro setiap 30 detik selama lima jam, sehingga data yang diperoleh 601 data. Oleh karena itu tabel hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu tidak semua data ditampilkan. Data yang lebih lengkap dapat dilihat lampiran. 1. Proses Pendinginan Bejana Berbahan Kaca Data proses pendinginan bejana berbahan kaca selama lima jam diperoleh seperti tabel 4.2. Tabel 4.2 menunjukkan hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu. Tabel 4.2. Hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu untuk bejana berbahan kaca (D = 5.15 ± 0.01 cm, m = ± 0.03 gr). No. Waktu (jam) Suhu Air Suhu Lingkungan

41 24 Dari data yang diperoleh tabel 4.2 dapat dilihat bahwa suhu air menurun terhadap waktu, dan suhu lingkungan relatif konstan. Nilai-nilai suhu tabel 4.2 dihitung menjadi nilai beda suhu ΔT terhadap waktu t seperti ditampilkan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3. Hubungan beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk bejana berbahan kaca (D = 5.15 ± 0.01 cm, m = ± 0.03 gr). No. Waktu (jam) Beda suhu Tabel 4.3 menunjukkan hubungan beda suhu terhadap waktu, bahwa semakin lama waktu proses pendinginan maka semakin kecil beda suhunya. Tidak semua data ditampilkan tabel 4.2 dan tabel 4.3, data lengkapnya dapat dilihat lampiran I. Nilai-nilai dalam tabel 4.3 disajikan dalam bentuk grafik hubungan beda suhu terhadap waktu dan difit menggunakan persamaan (2.12) yang ditunjukkan gambar 4.1.

42 25 Gambar 4.1. Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12) untuk bejana berbahan kaca dengan diameter 5.15 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.03 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah). Gambar 4.1 merupakan grafik hubungan beda suhu terhadap waktu. Grafik tersebut difit menggunakan persamaan (2.12). Hasil fitting data ditunjukkan dengan garis berwarna hitam, sedangkan titik-titik data ditunjukkan dengan garis bewarna merah. Nilai RMSE berdasarkan fitting data sebesar 1.15⁰C. Fitting data dilakukan pula dengan menggunakan persamaan (2.15) grafik hubungan beda suhu terhadap waktu. Data yang digunakan yakni data tabel 4.3. Hasil fitting ditampilkan gambar 4.2.

43 26 Gambar 4.2. Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.15) untuk bejana berbahan kaca dengan diameter 5.15 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.03 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah). Gambar 4.2 merupakan grafik hubungan beda suhu terhadap waktu yang telah difit menggunakan persamaan (2.15). Berdasarkan fitting data, nilai RMSE sebesar 0.04⁰C. 2. Proses Pendinginan Bejana Berbahan Kaleng Proses pendinginan dilakukan pula bejana berbahan kaleng. Tabel hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu ditampilkan tabel 4.4.

44 27 Tabel 4.4. Hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu untuk bejana berbahan kaleng (D = 5.26 ± 0.01 cm, m = ± 0.05 gr). No. Waktu (jam) Suhu Air Suhu Lingkungan Tabel 4.4 menunjukkan hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu. Nilai-nilai dalam tabel ini dibuat menjadi tabel hubungan beda suhu terhadap waktu tabel 4.5 sebagai berikut:

45 28 Tabel 4.5. Hubungan beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk bejana berbahan kaleng (D = 5.26 ± 0.01 cm, m = ± 0.05 gr). No. Waktu (jam) Beda suhu Tabel 4.5 menunjukkan hubungan beda suhu terhadap waktu. Data lengkap untuk tabel 4.4 dan tabel 4.5 dapat dilihat lampiran I. Nilai-nilai dalam tabel ini disajikan dalam bentuk grafik hubungan beda suhu terhadap waktu dan difit menggunakan persamaan (2.12) yang ditunjukkan gambar 4.3.

46 29 Gambar 4.3. Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12) untuk bejana berbahan kaleng dengan diameter 5.26 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.05 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah). Gambar 4.3 merupakan grafik hubungan beda suhu terhadap waktu yang difit menggunakan persamaan (2.12). Nilai RMSE berdasarkan fitting data sebesar 1.11⁰C. Data tabel 4.5 digunakan pula untuk menganalisa proses pendinginan dengan memfit menggunakan persamaan (2.15). Hasil fitting data ditampilkan gambar 4.4 berikut:

47 30 Gambar 4.4. Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.15) untuk bejana berbahan kaleng dengan diameter 5.26 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.05 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah). Gambar 4.4 menunjukkan grafik hubungan beda suhu terhadap waktu yang difit menggunakan persamaan (2.15). Hasil fitting data ditunjukkan dengan garis berwarna hitam. Dari hasil fitting data gambar 4.4 menampilkan bahwa persamaan (2.15) fit dengan titik-titik data yang bewarna merah dengan nilai RMSE sebesar 0.04⁰C. 3. Proses Pendinginan Bejana Berbahan Plastik Dengan cara yang sama, proses pendinginan dilakukan bejana berbahan plastik. Suhu air dan suhu lingkungan bejana berbahan plastik ditampilkan pada tabel 4.6 sebagai berikut:

48 31 Tabel 4.6. Hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu untuk bejana berbahan plastik (D = 5.47 ± 0.01 cm, m = ± 0.02 gr). No. Waktu (jam) Suhu Air Suhu Lingkungan Tabel 4.6 menunjukkan hubungan suhu air dan suhu lingkungan terhadap waktu. Nilai-nilai dalam tabel 4.6 dihitung menjadi nilai beda suhu terhadap waktu seperti tabel 4.7.

49 32 Tabel 4.7. Hubungan beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk bejana berbahan plastik (D = 5.47 ± 0.01 cm, m = ± 0.02 gr). No. Waktu (jam) Beda suhu Tabel 4.7 menunjukkan hubungan beda suhu terhadap waktu bejana berbahan plastik. Tidak semua data tabel 4.6 dan tabel 4.7 ditampilkan, data lengkap dapat dilihat lampiran I. Nilai-nilai tabel 4.7 disajikan dalam bentuk grafik hubungan beda suhu terhadap waktu dan difit menggunakan persamaan (2.12) yang ditampilkan gambar 4.5.

50 33 Gambar 4.5. Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.12) untuk bejana berbahan plastik dengan diameter 5.47 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.02 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah). Gambar 4.5 merupakan grafik hubungan beda suhu terhadap waktu yang difit dengan menggunakan persamaan (2.12). Hasil fitting data ditunjukkan dengan garis berwarna hitam dan diperoleh nilai RMSE sebesar 1.45⁰ C. Data tabel 4.7 dianalisa kembali dengan memfit menggunakan persamaan (2.15). Hasil analisa ditampilkan gambar 4.6.

51 34 Gambar 4.6. Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit dengan menggunakan persamaan (2.15) untuk bejana berbahan plastik dengan diameter 5.47 ± 0.01 cm, dan massa ± 0.02 gr. Hasil fitting data (hitam), dan titik-titik data (merah). Dari gambar 4.6 menampilkan grafik hubungan beda suhu terhadap waktu yang difit menggunakan persamaan (2.15). Hasil fitting data ditampilkan dengan garis berwarna hitam, sedangkan titik-titik data ditampilkan dengan garis bewarna merah. Nilai RMSE berdasarkan fitting data sebesar 0.04⁰C. 4. Pengaruh Bahan Bejana Terhadap Proses Pendinginan Pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan dapat diketahui dengan cara membuat satu grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk bejana berbahan kaca, kaleng, dan plastik. Grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk ketiga bejana ditampilkan gambar 4.7.

52 35 Gambar 4.7. Grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk bejana berbahan plastik (biru), kaca (hijau), dan kaleng (merah) Gambar 4.7 menunjukkan grafik hubungan beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk ketiga bejana. Sumbu ΔT gambar 4.7 telah diatur menjadi log axis menggunakan software LoggerPro. Pengaturan log axis dilakukan untuk menampilkan data dalam bentuk linear. Sehingga pengaruh bahan terhadap proses pendinginan dapat dilihat. D. Pembahasan Suatu benda yang bersuhu tinggi bila diletakkan di lingkungan yang bersuhu rendah maka lama kelamaan suhu benda tersebut menjadi rendah bahkan akan menjadi sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi karena adanya proses pendingingan. Proses pendinginan suatu benda terjadi

53 36 karena adanya perpindahan panas. Terdapat tiga macam perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Proses pendinginan yang melibatkan ketiga perpindahan panas (konduksi, konveksi, dan radiasi) mengikuti hukum pendinginan Newton, seperti persamaan (2.12). Hukum ini menjelaskan bahwa laju pendinginan suatu benda sebanding dengan beda suhu. Dalam banyak keadaan, ketiga perpindahan panas terjadi secara serentak, meskipun salah satu lebih efektif dibandingkan yang lainnya (Tipler, 1991). Apabila dilihat dari persamaan hukum pendinginan Newton, suhu suatu benda akan mengalami penurunan secara eksponensial. Hukum ini berlaku untuk beda suhu ΔT < 50⁰C. Perpindahan panas secara radiasi selama proses pendinginan sangatlah kecil untuk beda suhu ΔT < 50⁰C. Sehingga, perpindahan panas secara radiasi menggunakan pendekatan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa proses pendinginan dengan beda suhu ΔT > 50⁰C dan perpindahan panas secara radiasi tidak menggunakan pendekatan [Vollmer, 2009]. Penelitian ini dilakukan pengukuran suhu air dan suhu lingkungan sekitarnya secara bersamaan selama proses pendinginan. Penelitian ini juga meneliti pengaruh bahan terhadap proses pendinginan. Salah satu tujuan penelitian ini adalah proses pendinginan dengan perpindahan panas secara radiasi yang tidak menggunakan pendekatan. Hal itu dilakukan dengan cara mensetting metode penelitian seperti gambar 3.1.

54 37 Sebelum melakukan pengukuran, dilakukan eksperimen pendahuluan terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan penelitian diatur posisinya. Bejana yang diukur selama proses pendinginan diatur agar posisinya tepat di tengah toples plastik. Bagian bawah toples plastik diletakkan di atas balok kayu. Balok kayu diposisikan di tengah box sterofoam agar proses pendinginan air di dalam bejana terjadi secara radiasi, merata semua sisi bejana, serta meminimalisir faktor pengganggu dari luar yang dapat mempengaruhi proses pendinginan. Setelah posisi alat diatur, penelitian proses pendinginan dapat dilakukan. Proses pendinginan dilakukan dengan cara air dipanaskan hingga mencapai suhu ± 95⁰C. Pada penelitian ini, air yang digunakan sebanyak 100 ml. Bejana yang berisi air diletakkan di atas toples plastik seperti gambar 3.1. Suhu air dalam bejana dan suhu lingkungan sekitarnya akan dimonitor menggunakan sensor suhu. Nilai suhu air dalam bejana dan suhu lingkungan sekitarnya dicatat secara kontinyu menggunakan software LoggerPro setiap 30 detik selama lima jam. Pengambilan data dilakukan bejana berbahan kaca, kaleng, dan plastik. Setelah pengaturan alat dapat menghasilkan data yang baik, kemudian data tersebut dianalisa menggunakan persamaan hukum pendinginan Newton seperti persamaan (2.12). Data yang dicatat komputer adalah berupa tabel hubungan suhu air dan suhu lingkungan sekitarnya terhadap waktu. Tabel ini diolah kembali menjadi tabel hubungan beda suhu terhadap waktu. Kemudian, tabel hasil analisa tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik hubungan beda suhu terhadap waktu.

55 38 Grafik hubungan beda suhu terhadap waktu difit menggunakan persamaan (2.12). Hasil fitting data ditampilkan dengan garis bewarna hitam, sedangkan titik-titik datanya berwarna merah. bejana dan data yang sama, dilakukan fitting data menggunakan persamaan proses pendinginan dengan tidak adanya pendekatan perpindahan panas secara radiasi seperti persamaan (2.15). Fitting data dilakukan pula dengan cara yang sama bejana berbahan kaca, kaleng, dan plastik. Hasil fitting data dengan menggunakan dua persamaan menunjukkan bahwa persamaan (2.12) menghasilkan fitting data yang kurang baik. Hal tesebut dapat dilihat dari banyaknya titik-titik data yang tidak fit dengan garis hasil fitting data. Sedangkan, hasil fitting data menggunakan persamaan (2.15) menghasilkan fitting data yang baik, dilihat dari garis hasil fitting data yang banyak melewati titik-titik data. Selain melihat garis hasil fitting data terhadap titik-titik data, fitting data yang baik dapat pula dilihat dari nilai RMSE yang diperoleh ketika memfit. Nilai RMSE yang kecil menunjukkan bahwa ralat grafik fitting data itu kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh sudah baik. Fitting data menggunakan persamaan (2.15) didapatkan nilai RMSE yang kecil dibandingkan dengan menggunakan persamaan (2.12) seperti yang ditampilkan tabel 4.8.

56 39 Tabel 4.8. Nilai RMSE Bejana Berbahan Kaca, Kaleng, dan Plastik No. Persamaan RMSE Kaca Kaleng Plastik 1. (2.12) (2.15) Berdasarkan hasil fitting menggunakan dua persamaan dan dilihat nilai RMSE tabel 4.8, maka persamaan (2.15) baik digunakan untuk beda suhu yang tinggi yakni ΔT > 50⁰C. Hal tersebut dikarenakan perpindahan panas secara radiasi untuk beda suhu tersebut tidak menggunakan pendekatan. Sedangkan persamaan (2.12) baik digunakan untuk beda suhu ΔT < 50⁰C, dengan perpindahan panas secara radiasi menggunakan pendekatan. Karena perpindahan panas secara radiasi untuk beda suhu tersebut sangat kecil (Santosa, 2014; Vernier, 2015). Untuk mengetahui pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan secara radiasi, data diolah dengan cara membuat satu grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk ketiga bejana. Sumbu ΔT grafik diatur menjadi log axis pada software LoggerPro. Pengaturan log axis pada software LoggerPro bermaksud agar tampilan data dalam bentuk linear. Sehingga pengaruh bahan terhadap proses pendinginan dapat terlihat dengan jelas seperti gambar 4.7. Pengaruh bahan terhadap proses pendinginan dapat dilihat dengan meninjau titik tertentu dengan beda suhu yang sama seperti gambar 4.8.

57 40 P Q R tp tq tr Gambar 4.8. Grafik beda suhu ΔT terhadap waktu t untuk melihat pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan. Bejana berbahan plastik (biru), kaca (hijau) dan kaleng (merah) Gambar 4.8 menampilkan pengaruh bahan terhadap proses pendinginan dengan melihat waktu yang diperlukan untuk penurunan suhu tertentu. Penurunan suhu yang dilihat dari suhu 71⁰C sampai 10⁰C di titik P, Q, dan R. Pada titik P, tp merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan penurunan suhu bejana berbahan kaleng sebesar 1.84 jam. Sedangkan tq adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan penurunan suhu bejana berbahan kaca sebesar 2.01 jam. Adapun tr merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan penurunan suhu bejana berbahan plastik sebesar 2.05 jam. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tabel 4.9 ditampilkan waktu penurunan suhu terhadap bejana berbahan kaca, kaleng, dan plastik dari suhu 71⁰C sampai 10⁰C sebagai berikut:

58 41 Tabel 4.9. Waktu Penurunan Suhu dari Suhu 71⁰C sampai 10⁰C terhadap Bejana Berbahan Kaca, Kaleng, dan Plastik No. Bahan Bejana Waktu (Jam) 1. Kaca Kaleng Plastik 2.05 Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa bahan bejana mempengaruhi cepat atau lambatnya proses pendinginan. Oleh sebab itu, pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan secara berurutan dari cepat ke lambat yaitu kaleng, kaca, dan plastik. Berdasarkan persamaan (2.3) dapat dilihat pula pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan dengan melihat nilai konduktivitas k. Hal tersebut dikarenakan selama proses pendinginan, air kontak secara langsung dengan bejana. Setiap bejana memiliki nilai konduktivitas yang berbeda-beda. Bejana berbahan kaca memiliki nilai konduktivitas yang kecil sehingga proses pendinginan yang terjadi lambat. Adapun bejana berbahan kaleng memiliki nilai konduktivitas yang besar yang menyebabkan proses pendinginan yang terjadi lebih cepat. Bejana berbahan plasik memiliki nilai konduktivitas yang sangat kecil sehingga proses pendinginan yang terjadi lebih lambat dibandingkan dengan bejana berbahan kaca maupun kaleng. Pengambilan data proses pendinginan dengan menggunakan software LoggerPro sangat mudah dilakukan. Software LoggerPro dapat memonitor serta mencatat data lebih teliti. Sehingga pengambilan data menggunakan software LoggerPro tidak membutuhkan perhatian yang lebih untuk melakukan pembacaan suhu karena software LoggerPro secara otomatis akan mencatat data

59 42 pada selang waktu yang telah disetting. Selain digunakan untuk pengambilan data, software ini juga digunakan untuk menganalisa dengan cara fitting data sesuai dengan persamaan. Software LoggerPro dapat pula digunakan untuk menampilkan grafik sesuai kebutuhan. Ketika pengambilan data terjadi hal yang tidak diinginkan seperti mati listrik, maka data yang sudah diperoleh software LoggerPro tidak akan hilang. Data yang tidak hilang dikarenakan data telah disimpan terlebih dahulu, dan untuk pengambilan data dilanjutkan kembali dengan memilih append to the latest setelah mengklik collect. Append to the latest berfungsi untuk melanjutkan pengambilan data tanpa menghapus data yang sudah disimpan sebelumnya. Berdasarkan pemaparan diatas, software Logger dapat digunakan oleh siswa menengah atas untuk setiap praktikum yang memungkinkan menggunakan software ini. Penggunaan software ini dapat pula digunakan mahasiswa untuk setiap praktikum perkuliahan maupun penelitian-penelitian, baik untuk pengambilan data, menganalisa maupun menampilkan grafik yang sesuai kebutuhan.

60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada penelitian ini telah dilakukan analisa proses pendinginan untuk beberapa bahan bejana, serta pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan. Pengamatan dilakukan dengan bantuan sensor suhu dan software LoggerPro. Dari keseluruhan penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Persamaan proses pendinginan dengan tidak adanya pendekatan perpindahan panas secara radiasi seperti persamaan (2.15) baik digunakan pada beda suhu yang tinggi yaitu ΔT > 50⁰C. 2. Bahan bejana berpengaruh terhadap proses pendinginan. Pengaruh bahan bejana terhadap proses pendinginan secara berurutan dari cepat ke lambat yaitu kaleng, kaca, plastik. B. Saran Berdasarkan penelitian ini, penulis menyarankan kepada pembaca yang ingin melakukan penelitian selanjutnya untuk: 1. Ekperimen proses pendinginan dengan bantuan komputer dapat digunakan pada praktikum termofisika pada tingkat sekolah menengah atas atau universitas. 43

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD Kalor dan Perpindahannya BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk perubahan suhu benda? 4. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN KONDUKTIVITAS TERMAL PADA BEBERAPA JENIS KAYU MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN LOGGER PRO

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN KONDUKTIVITAS TERMAL PADA BEBERAPA JENIS KAYU MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN LOGGER PRO PENENTUAN NILAI KOEFISIEN KONDUKTIVITAS TERMAL PADA BEBERAPA JENIS KAYU MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN LOGGER PRO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program

Lebih terperinci

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan

Lebih terperinci

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744 A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK TUNTAS 5 Siswa 5 40 TIDAK TUNTAS 6 Siswa 6 40 TIDAK

Lebih terperinci

PENGANTAR PINDAH PANAS

PENGANTAR PINDAH PANAS 1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL LOGAM DENGAN METODE TRANSIEN

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL LOGAM DENGAN METODE TRANSIEN PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL LOGAM DENGAN METODE TRANSIEN OLEH : LYLYAWATI WIDYANARKO 1113006021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk Menentukan Koefisien Konveksi Udara dengan Metode Pendinginan Air

Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk Menentukan Koefisien Konveksi Udara dengan Metode Pendinginan Air Jurnal EduMatSains, 1 (2) Januari 2017, 165-176 Penggunaan Pasco Capstone 14.1 untuk Menentukan Koefisien Konveksi Udara dengan Metode Pendinginan Air Taat Guswantoro * Program Studi Pendidikan Fisika,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU SKRIPSI Oleh Dewi Puspitasari NIM 080210102054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini (minggu 6) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA Edu Physic Vol. 3, Tahun 2012 PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA Vandri Ahmad Isnaini, S.Si., M.Si Program Studi Pendidikan Fisika IAIN

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR. = skala fahrenheit. 1 skala Celcius = skala Reamur. = skala Reamur

SUHU DAN KALOR. = skala fahrenheit. 1 skala Celcius = skala Reamur. = skala Reamur SUHU DAN KALOR 1. Definisi Suhu Suhu merupakan derajat/tingkatan panas atau dinginnya suatu benda. Suhu termasuk besaran skalar denagn satuan pokoknya kelvin (K). Alat utnuk mengukur suhu adalah termometer.termometer

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam II. DASAR TEORI III. Kalor itu sendiri sering kita identikkan dengan panas,

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

KALOR DAN KALOR REAKSI

KALOR DAN KALOR REAKSI KALOR DAN KALOR REAKSI PENGERTIAN KALOR Kalor Adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Satuan kalor adalah Joule (J)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR

TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02 MODUL PERKULIAHAN Perpindahan Panas Secara Konduksi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Mesin 02 13029 Abstract Salah satu mekanisme perpindahan panas adalah perpindahan

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMA BERBAGAI OGAM DENGAN METODE GANDENGAN A. Tujuan Percobaan. Memahami konsep konduktivitas termal. 2. Menentukan nilai konduktivitas termal berbagai logam dengan metode

Lebih terperinci

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5 PENGERTIAN KALOR Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C.

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C. LATIHAN SOAL PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS BAB 1 ELASTISITAS A. Soal Konsep 1. Sifat benda yan dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan merupakan penjelasan dari...

Lebih terperinci

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.

Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Kalor dan Suhu Anda dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, menganalisis cara perpindahan kalor, dan menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah. Sebuah gunung es mempunyai kalor yang lebih

Lebih terperinci

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 i KONDUKTIVITAS TERMAL LAPORAN Oleh: LESTARI ANDALURI 100308066 I LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 ii KONDUKTIVITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal No No Induk Jenis Kelamin Skor Ketuntasan > 75 1 8710 P 91 Tuntas 2 8712 L 83 Tuntas 3 8716 L 68 Tidak Tuntas 4 8720 P 59 Tidak Tuntas 5 8721

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK POLA DISTRIBUSI SUHU PADA PLAT LOGAM DENGAN METODE BEDA HINGGA

SIMULASI NUMERIK POLA DISTRIBUSI SUHU PADA PLAT LOGAM DENGAN METODE BEDA HINGGA SIMULASI NUMERIK POLA DISTRIBUSI SUHU PADA PLAT LOGAM DENGAN METODE BEDA HINGGA SKRIPSI oleh RO SIL QOHHAR L W NIM 080210192046 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi.

: Arus listrik, tumbukan antar elektron, panas, hukum joule, kalorimeter, transfer energi. HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1) ZAHROTUN NISA 1413100014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA ABSTRAK Telah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l

Secara matematis faktor-faktor di atas dirumuskan menjadi: H= Q / t = (k x A x T) / l SUHU DAN KALOR A. Perpindahan Kalor Kalor juga dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Proses inilah yang disebut perpindahan kalor/ panas/ energi. Ada tiga jenis perpindahan kalor, yaitu:

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM

STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL. Oleh: DewiPuspitasari NIM STUDI PENGARUH DIAMETER RONGGA PENAMPANG KONDUKTOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU ARTIKEL Oleh: DewiPuspitasari NIM 080210102054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Pengertian Sifat Termal Zat. Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami : - Perubahan suhu / temperatur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT Diajukan sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA WAKTU KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR. Skripsi

PENENTUAN KONSTANTA WAKTU KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR. Skripsi PENENTUAN KONSTANTA WAKTU KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Jurusan Fisika Oleh : Imanuel Sairo Awang NIM : 023214001

Lebih terperinci

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN MATERI POKOK 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memformulasikan konsep kalor jenis dan kapasitas kalor. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

Fisika Dasar 13:11:24

Fisika Dasar 13:11:24 13:11:24 Coba anda gosok-gosok tangan anda, apa yang anda rasakan? 13:11:24 Apakah tangan anda menghangat? Kenapa bisa terjadi seperti itu? Mempelajari pengaruhdarikerja, aliranpanas, dan energi di dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB SUHU DAN KALOR. 7.1 Suhu dan Termometer

BAB SUHU DAN KALOR. 7.1 Suhu dan Termometer 1 BAB SUHU DAN KALOR 7.1 Suhu dan Termometer Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda atau sistem. Pada hakikatnya suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1 By The Nest We do you Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya 1. Sebuah benda diukur menggunakan termometer Celcius menunjukan 20 o C jika diukur menggunakan termometer Fahrenheit menunjukan.

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila. - - KALOR - - KALOR Definisi Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor.

KALOR. system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif pertukaran kalor. 59 60 system yang lain; ini merupakan dasar kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitati pertukaran kalor. KALOR. Energi termal, atau energi dalam, U, mengacu pada energi total semua molekul pada

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU DISTRIBUSI SUHU DAN ENERGI PANAS PADA SEBUAH BALOK BESI MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIFFUSION EQUATION DENGAN DEFINITE ELEMENT METHOD

PENENTUAN LAJU DISTRIBUSI SUHU DAN ENERGI PANAS PADA SEBUAH BALOK BESI MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIFFUSION EQUATION DENGAN DEFINITE ELEMENT METHOD PENENTUAN LAJU DISTRIBUSI SUHU DAN ENERGI PANAS PADA SEBUAH BALOK BESI MENGGUNAKAN PENDEKATAN DIFFUSION EQUATION DENGAN DEFINITE ELEMENT METHOD SKRIPSI Oleh: Ido Hilka Zirahya NIM. 090210102056 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses. Pada kebanyakan proses diperlukan pemasukan atau pengeluaran ka1or untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pengeringan (drying) adalah pemisahan sejumlah air dari suatu benda atau objek yang didalamnya terdapat kandungan air, sehingga benda atau objek tersebut kandungan

Lebih terperinci

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR A. Kalor Sebagai Bentuk Energi Kalor adalah suatu jenis energy yang dapat menimbulkan perubahan suhu pada suatu benda. Secara alami kalor berpindah dari benda yang bersuhu

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH) TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT 1. USAHA Sebuah benda bermassa 50 kg terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan 30 terhadap bidang horizontal. Jika

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Berikut adalah diagram alir penelitian konduksi pada arah radial dari pembangkit energy berbentuk silinder. Gambar 3.1 diagram alir penelitian konduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Energi Surya Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi panas surya (Matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.

Lebih terperinci

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004

Lebih terperinci

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan Nama : Ahmad Sulaiman NIM : 5202414055 Rombel :2 PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan energi yang berpindah antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas ke suatu tempat yang temperaturnya

Lebih terperinci

Arus Listrik dan Resistansi

Arus Listrik dan Resistansi TOPIK 5 Arus Listrik dan Resistansi Kuliah Fisika Dasar II TIP,TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA UGM ikhsan_s@ugm.ac.id Arus Listrik (Electric Current) Lambang : i atau I. Yaitu:

Lebih terperinci

Kalor dan Hukum Termodinamika

Kalor dan Hukum Termodinamika Kalor dan Hukum Termodinamika 1 Sensor suhu dengan menggunakan tangan tidak akurat 2 A. SUHU / TEMPERATUR Suhu benda menunjukkan derajat panas suatu Benda. Suhu suatu benda juga merupakan berapa besarnya

Lebih terperinci

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi

pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi Standar kompetensi : memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi dasar : Mendiskripsikan peran dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya

Lebih terperinci

BAB 7 SUHU DAN KALOR

BAB 7 SUHU DAN KALOR BB 7 SUHU DN OR 65 66 Peta onsep 67 7. PENGUURN TEMPERTUR Temperatur biasanya dinyatakan sebagai fungsi salah satu koordinat termodinamika lainnya. oordinat ini disebut sebagai sifat termodinamikannya.

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR

KALOR (HEAT) Kalor. padat KALOR PERPINDAHAN KALOR KALOR (HEAT) Peta konsep (Concept map) Kalor Memerlukan kalor Memerlukankalor ASAS BLACK kalor padat Melepaskan kalor cair Melepaskan kalor gas Mengubah wujud zat KALOR Mengubah wujud zat.. Bergantung

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. No., Juli 2016 (1 6) Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara I Kadek Danu Wiranugraha, Hendra Wijaksana dan Ketut

Lebih terperinci

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENDINGIN TERMOELEKTRIK BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDINGIN TERMOELEKTRIK Dua logam yang berbeda disambungkan dan kedua ujung logam tersebut dijaga pada temperatur yang berbeda, maka akan ada lima fenomena yang terjadi, yaitu fenomena

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN KALOR OLEH SAEFUL KARIM JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI SUHU DAN PENGUKURAN SUHU Untuk mempelajari KONSEP SUHU dan hukum ke-nol termodinamika, Kita perlu mendefinisikan pengertian sistem,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Termal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau (Juni Oktober 2016). 3.2 Jenis

Lebih terperinci

Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor

Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 270 Alat Peraga Pembelajaran Laju Hantaran Kalor Konduksi Intan Nurul Rokhimi 1, Pujayanto 2 Program Studi Pendidikan Fisika PMIPA

Lebih terperinci

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu KALOR Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Bab IV Kalor dan Konservasi Energi

Bab IV Kalor dan Konservasi Energi Bab IV Kalor dan Konservasi Energi Sumber : Ilmu Pengetahuan Populer 5 Energi matahari diubah menjadi energi termal kalor - dengan menggunakan kolektor parabolik matahari. Fisika SMA/MA X 105 Peta Konsep

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci