BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kegiatan pariwisata berfungsi sebagai penggerak seluruh potensi

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepariwisataan merupakan suatu kegiatan yang memiliki fungsi strategis dan bersifat multidimensional serta melibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kegiatan pariwisata berfungsi sebagai penggerak seluruh potensi yang dimiliki daerah dan menjadi pemicu pengembangan kegiatan lain yang memerlukan penanganan secara terpadu, khususnya perencanaan kegiatan pariwisata, pengawasan mutu produk, pembinaan, perizinan dan pengembangan pariwisata daerah menjadi wewenang daerah Kabupaten/Kota. Potensi Jawa Tengah dalam sektor pariwisata khususnya menyangkut obyek wisata turut serta mengundang wisatawan tiap tahunnya. Provinsi ini mempunyai wilayah-wilayah wisata yang potensial dan wisata budaya yang telah dikenal secara nasional. 1 Pembangunan kepariwisataan yang terus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya melalui usaha-usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar. Peranan pemerintah lebih diarahkan untuk mendorong peranan swasta dalam usaha menciptakan produk wisata. Berkembangnya peranan swasta akan memajukan pariwisata di Jawa Tengah. Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari satu 1 Data Strategis Kabupaten Semarang 2014,halaman 14

2 2 daerah ke daerah lain. Kunjungan wisatawan akan terjalin interaksi sosial dengan penduduk di sekitar tempat wisata dan menimbulkan timbal balik masyarakat sekitarnya sesuai dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi baik di bidang perekonomian, kemasyarakatan maupun kebudayaan mereka. Pariwisata dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek wisata. Budaya-budaya yang berbeda dan saling bersentuhan itu akan membawa pengaruh yang menimbulkan dampak terhadap segala aspek kehidupan dalam masyarakat sekitar obyek wisata. Pada hakekatnya ada empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh usaha pengembangan pariwisata, yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Dampak positif yang menguntungkan dalam bidang ekonomi yaitu bahwa kegiatan pariwisata mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di daerah tujuan wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup mereka. Dampak positif yang lain adalah perkembangan atau kemajuan kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi dan sistem pengetahuan yang maju. Dampak negatif dari pengembangan pariwisata tampak menonjol pada bidang sosial, yaitu pada gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Gaya hidup ini meliputi perubahan sikap, tingkah laku, dan perilaku karena kontak langsung dengan para wisatawan yang berasal dari budaya berbeda. 2 2 Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana (Jakarta: PT. Pradana Paramita, 1990), hlm

3 3 Terkait pengembangan sektor industri pariwisata yang merupakan salah satu sumber pemasukan daerah, maka hal tersebut harus diatur kedalam suatu peraturan perundang-undangan sebagai landasan atau suatu dasar hukum dalam mekanisme pelaksanaannya. Hal tersebut berkaitan dengan bagian dari tugastugas negara baik itu tugas mengatur, maupun tugas mengurus (ordenende en verzogende taken). Tugas-tugas mengatur penguasa ialah menyangkut peraturan peraturan yang harus dipatuhi oleh warga, dalam hal ini terkait pada tugas memerintah dan melarang yang melahirkan sistem sistem perijnan, yang pada hakekat utamanya adalah perencanaan dan pengawasan. 3 Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi wisata yang bagus. Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang kaya akan objek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, peninggalan sejarah dan sejarah teknologi. Mengingat letaknya Kabupaten Semarang mempunyai posisi yang menguntungkan, yaitu sebagai daerah penyangga (Hinterland) Ibu Kota Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Semarang kian tahun kian banyak menjadi perhatian pengunjung, baik yang berasal dari Semarang sendiri maupun dari kota-kota sekitarnya, dengan jumlah tingkat kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Di Kabupaten Semarang terdapat 36 obyek wisata yang tersebar di seluruh wilayahnya. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Semarang mengeluarkan 3 J.B. J.M. ten Berge, Besturen Door De Overheid, Deventer, 1996, disunting Philipus M. Hadjon, hlm 1

4 4 program INTANPARI (Industri, Pertanian, dan Pariwisata) yang merupakan program penggalakkan di bidang industri, pertanian, dan pariwisata. 4 Berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang tahun 2015 dapat diketahui tentang kunjungan wisata seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Capaian Kunjuangan Wisatawan di Kabupaten Semarang No Indikator Satuan Capaian 2012 Target Realisasi 2013 % 1 Kunjungan Wisata Orang , ,05 2 Restoran/Rumah Unit ,91 Makan 3 Hotel/Penginapan Hotel Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Rp (juta , , ,58 134,46 Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Semarang 5 Jumlah kunjungan wisata tahun 2013 sebanyak wisatawan, melebihi target RPJMD sebanyak orang atau meningkat sebesar 117,05%. Bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisata tahun 2012 yang berjumlah wisatawan, meningkat sebanyak wisatawan atau 6,84%. Jumlah kunjungan wisata tersebut terdiri dari wisatawan domestik dan wisatawan asing. Meningkatnya jumlah kunjungan wisata dikarenakan adanya kegiatan promosi bersama dengan pelaku pariwisata antara lain biro perjalanan dan pengelola obyek wisata swasta serta informasi pariwisata melalui media cetak dan media elektronik. Jumlah kunjungan wisata ini 4 Anonim, Potensi INTANPARI Sebagai Produk Unggulan Kabupaten Semarang (Semarang: Pemerintah kabupaten Semarang, 2003), hlm Data Strategis Kabupaten Semarang 2014, halaman 238

5 5 berdampak langsung pada peningkatan jumlah PAD dari retribusi tempat wisata tahun 2013 sebesar Rp ,00, naik dari realisasi tahun 2012 sebesar Rp ,00 atau mengalami kenaikan sebesar 123,70%. 6 Di bidang kepariwisataan Kabupaten Semarang dikenal sebagai Surganya Jawa Tengah, segala aspek pengaturan penyelenggaraan kepariwisataan harus diatur sedemikian rupa sehingga terwujud kepastian hukum terhadap usaha pariwisata. Selama ini Pemerintah Daerah dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap pelaku usaha pariwisata mendasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Usaha Akomodasi, Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Usaha Rumah Makan, Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Obyek Daya Tarik Wisata dan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Rekreasi Dan Hiburan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Semarang dalam mengembangkan sektor pariwisata berdampak pada industri pariwisata di Kabupaten Semarang yang berkembang sangat pesat, hal ini terlihat dari cukup banyak tempat tempat usaha rekreasi dan hiburan umum, sehingga dalam pelaksanaan perlu suatu pengaturan agar industri pariwisata ini dapat berjalan sesuai dengan nilai nilai budaya, etika, agama, moral, hukum serta untuk mencegah dampak dampak negatif yang ditimbulkan serta untuk melindungi masyarakat, maka dibentuklah sistem perijinan usaha kepariwisataan. 6 Ibid, halaman 14-15

6 6 Kewenangan memberikan izin biasanya ditentukan dalam peraturan perizinan, yaitu organ atau pejabat yang paling terkait dengan materi yang dimohonkan izin. Hal ini merupakan prinsip yang mendasar dalam hukum perizinan. Pemberian izin didasarkan atas permohonan dengan memenuhi syaratsyarat yang diwajibkan. Sebelum pelaku usaha baik perorangan maupun badan hukum yang mengadakan kegiatan usaha kepariwisataan langkah awal yang harus dilakukan adalah mengajukan permohonan izin usaha kepada Pemerintah atau Kepala Instansi atau Dinas tertentu dalam hal ini adalah Kepala Dinas Perizinan serta Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang disertai identitas pemohon serta persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan di Kabupaten Semarang. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Semarang adalah instansi pemerintah yang berwenang dalam memberikan ijin usaha pariwisata di wilayah Kabupaten Semarang. BPMPT Kabupaten Semarang dalam memberikan ijin pariwisata dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, misalnya upaya instansi yang berwenang dalam memberikan jaminan kepastian hukum atas usaha yang dimiliki sehingga dapat menjamin segala aktivitas. Berkaitan dengan pelayanan perizinan, pemerintah berusaha menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses

7 7 pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Usaha kepariwisataan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan di kabupaten Semarang terdiri dari: a. usaha daya tarik wisata; b. usaha kawasan pariwisata; c. usaha jasa transportasi wisata; d. usaha jasa perjalanan wisata; e. usaha jasa makanan dan minuman; f. usaha penyediaan akomodasi; g. usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h. usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i. usaha jasa informasi pariwisata; j. usaha jasa konsultan pariwisata; k. usaha wisata tirta; l. usaha spa; dan m. usaha jasa pramuwisata. 7 Salah satu jenis usaha kepariwisataan yang marak di wilayah pariwisata Kabupaten Semarang yaitu usaha hotel kelas melati yang termasuk dalam usaha penyedia akomodasi. 7 Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan di kabupaten Semarang

8 8 Setiap pelaku usaha hotel kelas melati agar bisa mengoperasionalkan kegiatan usahanya, harus memiliki izin kegiatan usaha biasanya dalam bentuk Surat Keputusan atau biasa disebut SK. Tanpa adanya izin usaha, kegiatan usaha dalam bentuk apapun di bidang pariwisata dianggap sebagai bentuk kegiatan usaha yang ilegal. Penerbitan izin atau perpanjangan izin usaha hotel di Kabupaten Semarang merupakan bagian dari keputusan atau beschikking yang bersifat hukum publik dalam hukum administrasi yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dalam hal ini adalah Kepala BMPT Kabupaten Semarang. Setiap keputusan Tata Usaha Negara terutama dibidang perizinan usaha hotel mempunyai akibat hukum karena di dalam keputusan tersebut memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau larangan-larangan bagi pelaku usaha, yang apabila di langgar akan mendapat sanksi. Data dari Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (KPMPT) Kabupaten Semarang menunjukkan, setidaknya ada delapan perizinan yang harus dipenuhi para pengusaha untuk mendirikan tempat hiburan. Delapan izin tersebut meliputi: 1. izin gangguan, 2. izin mendirikan bangunan (IMB); 3. surat izin usaha perdagangan (SIUP); 4. tanda daftar perusahaan (TDP); 5. izin usaha; 6. izin reklame; 7. izin air bawah tanah (ABT); dan

9 9 8. izin rumah makan, bagi tempat hiburan yang menyediakan fasilitas rumah makan Salah satu pengusaha hotel di Bandungan mengatakan bahwa sebenarnya para pengusaha tidak keberatan untuk mengurus izin. Namun, selama ini proses pengurusan izin bagi pengusaha hiburan terkesan dipersulit sedangkan untuk besarnya biaya perizinan tidak menjadi masalah asalkan prosesnya berjalan lancar sesuai aturan. Pelaksanaan permohonan perizinan hotel, tidak semua permohonan akan dikabulkan oleh BPMPT Kabupaten Semarang. Permohonan yang ditolak tersebut akan dilampiri dengan alasan kenapa permohonan tersebut ditolak. 8 Tetapi dalam praktiknya sering terjadi pendirian hotel-hotel kelas melati tidak memiliki ijin usaha. Contoh kasus pembangunan hotel di Lingkungan Junggul, Bandungan tepatnya di Bukit Hollywood belum mendaptkan ijin tetapi sudah melakukan pembangunan hotel. Begitu juga di Bawen dan Banyubiru, pembangunan tidak sesuai dengan ijin, masalah ini telah ditindaklanjuti oleh Kepala Satpol PP Kabupaten Semarang dengan cara memberikan surat peringatan pertama hingga ketiga akan dilayangkan sebelum proses penghentian paksa dilakukan. Begitu pula dengan surat undangan klarifikasi kepada yang bertanggungjawab terhadap pembangunan, namun; kasus-kasus terus terjadi. 9 Hasil penelusuran yang peneliti lakukan pada berita berita daerah, terdapat seorang anggota Satpol PP yang menyatakan bahwa: Hotel-hotel di wilayah 8 Hasil Wawancara, 27 Agustus 2015, pukul WIB 9 Pembangunan-Hotel-Tanpa-Izin diakses pada tanggal diakses pada tanggal 22 Mei pada pukul WIB

10 10 pariwisata seperti Bandungan masih terdapat banyak sekali penginapanpenginapan tanpa ijin, standar pelayanan penginapan/hotel tidak sesuai dengan peraturan, penggunaan bangunan yang tidak sesuai perijinan dan yang terakhir adalah adanya proses pembangunan hotel atau penginapan padahal ijinnya belum ada. Kemudian pendirian bangunan Hotel Citra Puri yang belum jadi di Jalan Widosari, Kauman, Bandungan, Kabupaten Semarang, disegel petugas Satuan Polis Pamong Praja. Menurut Kepala Satpol PP dalam wawancara yaitu Penyegelan dilakukan berdasarkan Perda 16 tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Penyegelan ini terpaksa kami lakukan karena tidak ada izinnya. Surat teguran sudah kami sampaikan sepekan lalu tetapi tidak ada respons. 10 Meskipun banyak permasalahan dalam perijinan pendirian hotel, saat ini pembangunan hotel kelas melati semakin kian banyak beroperasi, hal ini dapat dilihat dari banyaknya hotel-hotel kelas melati bermunculan khususnya dilingkungan tempat-tempat pariwisata bandungan. Jumlah hotel/penginapan di Kabupaten Semarang tahun 2013 sebanyak 230 buah, tidak mencapai target sebanyak 289 buah atau hanya mencapai 79,58%. Tidak tercapainya target ini karena adanya kebijakan Peraturan Bupati Semarang Nomor 53 Tahun 2011 pada Bab III pasal 3 sampai dengan pasal 5 tentang pengendalian atau pembatasan pendirian hotel melati, karaoke dan panti mandi uap di Kawasan Bandungan. 11 Tabel 1.2 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Kabupaten Semarang Tahun emilik.dan.satpol.pp# diakses pada tanggal 15 April 2015, pukul diakses pada tanggal 15 April 2015, pukul WIB

11 11 No Kec. Tahun 2012 Tahun 2013 Hotel Kamar Tamu Hotel Kamar Tamu 1 Getasan Tengaran Tuntang Ambarawa Bandungan Bawen Bergas Ungaran barat Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Semarang 12 Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengunjung/tamu yang menginap di hotel Kabupaten Semarang menunjukkan peningkatan namun jumlah hotel dari tahun 2012 ke tahun 2013 tidak menunjukkan peningkatan seperti yang ditargetkan. Tidak adanya peningkatan jumlah hotel ini merupakan dampak dari kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang yang menghentikan perijinan pembangunan hotel baru dan lebih berfokus pada penertiban hotel-hotel yang telah ada. Fakta yang menarik bagi peneliti yaitu mengenai mekanisme perijinan terutama pengawasan bagi tempat tempat usaha rekreasi dan hiburan umum yang merupakan bagian dari industri pariwisata. Meskipun dalam perijinan kepariwisataan mengedepankan aspek pengawasan, namun hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara kepada anggota Satpol PP tersebut masih ditemukan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan atau pelanggaran terhadap nilai nilai budaya, etikam agama, moral, maupun kesusilaan. Terjadinya pelanggaran pelanggaran tersebut dapat menunjukkan bahwa sistem pengawasan maupun kinerja pemerintah didalam 12 Data Strategis Kabupaten Semarang 2014, halaman 248

12 12 mengawasi usaha kepariwisataan belum berjalan optimal. Serta keberanian pemerintah daerah menerapkan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 53 Tahun 2011 yang otomatis menghentikan pemberian ijin pendirian pembangunan hotel kelas melati di wiayah Bandungan. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam tentang pelaksanaan perijinan usaha kepariwisataan khusus bidang perhotelan dengan judul Tinjauan Mengenai Pemberian Ijin Pengusahaan Kepariwisataan Terkait Kebijakan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pengendalian Pembangunan Hotel di Bandungan - Kabupaten Semarang. Pembatasan Masalah Masalah-masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Ijin Usaha dibatasi pada usaha hotel. 2. Pelaksanaan penelitian hanya di wilayah Bandungan, Kabupaten Semarang 3. Informan penelitian di batasi hanya kepada pihak Satpol PP, BPMPT Kabupaten Semarang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang dan pengusaha hotel di Kabupaten Semarang. B. Rumusan Masalah ini adalah: Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

13 13 1. Bagaimana implementasi kebijakan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 53 Tahun 2011 dalam rangka pengendalian pembangunan hotel di Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana peran dari dinas terkait dalam upaya mewujudkan kebijakan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 53 Tahun 2011 dalam rangka pengendalian pembangunan hotel di Kabupaten Semarang? 3. Apa yang menjadi kendala dalam pengurusan ijin usaha hotel di wilayah Bandungan Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 53 Tahun 2011 dalam rangka pengendalian pembangunan hotel di Kabupaten Semarang. 2. Untuk mengetahui peran dari dinas terkait dalam upaya mewujudkan kebijakan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 53 Tahun 2011 dalam rangka pengendalian pembangunan hotel di Kabupaten Semarang. 3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pengurusan ijin usaha hotel di wilayah Bandungan Kabupaten Semarang. D. Manfaat penelitian Berdasarkan hasil dari penelitian ini, dapat dilihat manfaatnya secara teoritis dan praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

14 14 a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan Ilmu Hukum khususnya berkaitan dengan Hukum Pariwisata yakni sejauh mana peran hotel kelas melati dalam mendukung perkembangan pariwisata di Kabupaten Semarang telah sesuai dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan di Kabupaten Semarang. b. Memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan ijin pengusahaan kepariwisataan dan mekanisme terkait penegakkan hukum pada perijinan pengusahaan kepariwisataan di bidang hotel melati di kabupten Semarang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Satpol PP Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha hotel sehingga dapat mengambil kebijakan dalam penertiban ijin hotel. b. Bagi Dinas terkait yaitu BPMPT dan Dinas Pariwisata Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi dan pertimbangan kebijakan dalam memberikan perijinan pada pelaku usaha hotel kelas melati di wilayah Kabupten Semarang sebagai upaya penegakkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan di Kabupaten Semarang. c. Bagi pelaku usaha

15 15 Memberikan motivasi kepada pelaku usaha hotel kelas melati untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung pengembangan pariwisata di wilayah Kabupaten Semarang dengan mentaati peraturan yang ada. E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulisan hukum dengan judul Tinjauan Mengenai Pemberian Ijin Pengusahaan Kepariwisataan Terkait Kebijakan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 53 Tahun 2011 Tentang Pengendalian Pembangunan Hotel di Kabupaten Semarang, belum ada yang meneliti sebelumnya. Namun, ada penulisan yang memiliki kesamaan unsur, diantaranya: 1. Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Guna Mempertahankan Predikat Kota Yogyakarta Sebagai Kota Pariwisata, Kota Budaya Dan Kota Perjuangan. Nama NIM Bagian : Envia Inoshenta : 03/167492/HK/16329 : Hukum Administrasi Negara Tahun : Peranan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul Dalam Rangka Meningkatkan Daya Tarik Kepariwisataan Daerah Untuk Menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

16 16 Nama NIM Bagian : Canisia Rayi Anggitaningrum : 09/286412/HK/18215 : Hukum Administrasi Negara Tahun : Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bantul Dalam Melindungi, Melestarikan Dan Mengembangkan Kebudayaan Rakyat Di Kabupaten Bantul Nama NIM Bagian : Taufek Sultoni : 09/282792/HK/18174 : Hukum Administrasi Negara Tahun : 2014 Persamaan dari penulisan diatas dengan penulis adalah sama sama memengkritisi peranan dinas terkait serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Sedangkan pembeda dari penelitian yang penulis lakukan, selain dari rumusan masalah yang berbeda, juga lokasi penelitian yang penulis lakukan, yaitu di Bandungan Kabupaten Semarang. Selama penulis melakukan penelusuran belum ada penulisan hukum yang meneliti tentang hal tersebut, sehingga penelitian penulisan hukum ini dapat dipastikan keasliannya.