BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN SARANA AKOMODASI PARIWISATA DI KABUPATEN BADUNG

Transkripsi

1 BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN SARANA AKOMODASI PARIWISATA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan usaha Akomodasi Pariwisata di Kabupaten Badung menunjukkan perkembangan yang cukup pesat sejalan dengan perkembangan Kabupaten Badung sebagai Daerah Pariwisata; b. bahwa perkembangan pembangunan yang sangat pesat tanpa disertai pemahaman tentang Tata Ruang dan Perijinan, menimbulkan banyak penggunaan bangunan yang operasionalnya sebagai usaha sarana akomodasi pariwisata tidak sesuai dengan Tata Ruang dan tidak memenuhi persyaratan perijinan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas, serta memperhatikan Surat Edaran Gubernur Bali tanggal 29 Agustus 2006 Nomor / 1590 / I / Diparda perihal Penataan Sarana Akomodasi Pariwisata di Bali, maka dipandang perlu untuk mengadakan penataan dan pengaturan usaha akomodasi pariwisata dengan menetapkan Peraturan Bupati Badung tentang Penataan Sarana Akomodasi Pariwisata di Kabupaten Badung; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara

2 Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3421); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5301); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

3 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : Tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota; 11. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya; 12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 29 Tahun 1995 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kabupaten Daerah Tingkat II Badung; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 14 Tahun 1996 Tentang Usaha Hotel Melati; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 15 Tahun 1996 Tentang Usaha Pondok Wisata; 16. Keputusan Bupati Badung nomor 74 Tahun 2000 tentang Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kecamatan Petang; 17. Keputusan Bupati Badung Nomor 1045 Tahun 2002 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Abiansemal; 18. Keputusan Bupati Badung Nomor 637 Tahun 2003 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Utara; 19. Keputusan Bupati Badung Nomor 638 Tahun 2003 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta; 20. Keputusan Bupati Badung Nomor 639 Tahun 2003 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan; 21. Keputusan Bupati Badung Nomor 533 Tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Mengwi; 22. Peraturan Bupati badung Nomor 20 Tahun 2006 tentang Usaha Rumah Sewa;

4 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENATAAN SARANA AKOMODASI PARIWISATA DI KABUPATEN BADUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Badung; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Badung; 4. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Badung; 5. Usaha Akomodasi Pariwisata adalah sarana untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya; 6. Pengusaha Usaha Akomodasi Pariwisata adalah orang atau badan hukum yang mengelola dan bertanggung jawab atas usaha Akomodasi; 7. Hotel Melati adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh jasa pelayanan penginapan; 8. Pondok Wisata adalah suatu usaha perorangan dengan menggunakan sebagaian atau seluruh dari Rumah Tinggalnya untuk penginapan bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian atau dengan system pembayaran lainnya; 9. Ijin Usaha adalah ijin operasi komersial Usaha Akomodasi Pariwisata yang dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk kepada perseorangan atau badan hukum yang berbentuk Ijin Usaha Hotel Melati dan Usaha Pondok Wisata.

5 BAB II SUBYEK DAN OBYEK PENATAAN USAHA AKOMODASI PARIWISATA Pasal 2 (1) Subyek penataan Usaha Akomodasi Pariwisata adalah Pengusaha Usaha Akomodasi Pariwisata. (2) Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki Ijin Usaha dari Bupati Badung atau pejabat yang ditunjuk dalam operasional kegiatan usahanya. Pasal 3 Obyek Penataan Usaha Akomodasi Pariwisata adalah setiap kegiatan Usaha akomodasi di Daerah dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pembangunan sarana akomodasi Pariwisata yang telah ada dan belum memiliki ijin usaha; b. Bagi pembangunan Sarana Akomodasi Pariwisata yang berada diluar kawasan peruntukan harus dilengkapi dengan Rekomendasi dari Tim Pembina dan Penertiban Usaha Sarana Akomodasi Pariwisata Kabupaten Badung; c. Khusus untuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang sudah terlanjur membangun sarana akomodasi pariwisata dilokasi yang berada diluar kawasan pariwisata, diperkenankan mengajukan ijin usaha akomodasi pariwisata untuk klasifikasi Hotel Melati dengan syarat harus bekerja sama dengan pengusaha lokal (local partner).

6 BAB III IJIN USAHA Pasal 4 Bagi usaha akomodasi pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 yang belum memiliki ijin usaha, harus mengurus ijin usahanya paling lama sampai dengan tanggal 29 Agustus 2007 sejak diundangkannya Peraturan Bupati ini. Pasal 5 Pengusaha Usaha Akomodasi Pariwisata yang melaksanakan kegiatan perluasan usaha atau menyediakan jasa pelayanan lainnya wajib mengurus ijin sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 6 Untuk Usaha Akomodasi Pariwisata yang fasilitas fisik dan operasionalnya dinyatakan secara teknis sesuai dengan ketentuan Usaha Hotel Melati atau Usaha Pondok Wisata, maka perijinannya akan diproses sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya. BAB IV TATA CARA DAN SYARAT-SYARAT PEMBERIAN IJIN Pasal 7 Pengusaha Usaha Akomodasi Pariwisata akan diarahkan untuk mendapatkan perijinan sesuai dengan jumlah kamar dan fasilitas yang dimiliki serta persyaratan teknis tertentu lainnya yang akan disesuaikan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

7 Pasal 8 (1) Untuk memperoleh Ijin Usaha,Pemohon mengisi formulir Permohonan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut : a. Identitas Pemohon; b. Salinan Persetujuan Prinsip; c. Salinan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); d. Salinan HO/SITU; e. Data jumlah kamar serta fasilitas; f. Daftar Karyawan; g. Dokumen UKL/UPL/DPL; dan h. Denah lokasi. (2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan Ijin Usaha, setelah memperhatikan pertimbangan Tim Pembina dan Penertiban Usaha Sarana Akomodasi Pariwisata Kabupaten Badung serta mengarahkan Ijin Usaha pada jenis usaha akomodasi pariwitasa yaitu Hotel Melati atau Pondok Wisata. (3) Permohonan Ijin Usaha yang ditolak harus disertai dengan alasan-alasan penolakan. Pasal 9 (1) Ijin Usaha yang telah diterbitkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berlaku selama kegiatan tersebut beroperasi dan sesuai dengan ketentuan didalam perijinan serta wajib mendaftar ulang setiap 5 (lima) tahun sekali kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Ijin Usaha dapat dicabut apabila : a. Memperoleh ijin secara tidak sah ; b. Melakukan kegiatan usaha tidak sesuai dengan perijinan; c. Tidak memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku..

8 BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 10 (1) Pembinaan dan pengawasan atas kegiatan usaha dalam rangka penataan sarana akomodasi pariwisata di daerah dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Dalam upaya pembinaan dan pengawasan tersebut pada ayat (1), Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan bimbingan dan petunjuk baik teknis maupun operasional. (3) Apabila dipandang perlu Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat meminta laporan dari pengusaha Usaha Akomodasi Pariwisata. BAB VI SANKSI Pasal 11 Apabila pengurusan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 tidak dilakukan oleh pengusaha usaha akomodasi / pemiliknya dalam kurun waktu yang sudah ditentukan, akan dikenakan sanksi berupa penghentian kegiatan usaha dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan guna penataan sarana akomodasi Pariwisata di daerah, Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mengenakan sanksi administrasi berupa : a. Peringatan tertulis ; b. Penutupan sementara kegiatan usaha ; c. Penutupan kegiatan usaha. (2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan sebanyak 3 (tiga) kali berturut turut dengan tenggang waktu

9 7 (tujuh) hari antara peringatan yang pertama dengan peringatan yang kedua, demikian seterusnya. Pasal 13 (1) Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a tidak diindahkan, maka dikenakan sanksi administrasi berupa penutupan sementara kegiatan usaha selama-lamanya 6 (enam) bulan. (2) Selama penutupan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap orang yang bersangkutan dilarang melakukan kegiatan usahanya. (3) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat beroperasional kembali apabila yang bersangkutan telah mengindahkan peringatan dan melakukan penyesuaian menurut Peraturan Bupati ini. Pasal 14 Apabila jangka waktu penutupan sementara sebagimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) tidak ditindak lanjuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), maka Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat menutup kegiatan usaha dengan mencabut izin usaha yang bersangkutan.

10 BAB VII PENUTUP Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Badung. Ditetapkan di Badung pada tanggal 22 Mei 2007 BUPATI BADUNG, ttd. ANAK AGUNG GDE AGUNG Diundangkan di Badung pada tanggal 22 Mei 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG, ttd. I WAYAN SUBAWA BERITA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2007 NOMOR 15