4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pembiayaan Koperasi Sejahtera Bangsaku mulai beroperasi tahun Sampai tahun 2013 sudah melayani 6452 debitur dengan total pembiayaan Rp5,35 milyar. Pembiayaan menggunakan metode kelompok tanggung renteng yang dikenal dengan metode Grameen Bank. Visi KSB adalah mewujudkan keluarga sejahtera melalui 4 unit pelayanan keuangan syariah yang mandiri di wilayah Tasikmalaya dan Ciamis. Misi KSB adalah 1) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih memilih transaksi dengan system syariah; 2) Melayani masyarakat miskin di berbagai pelosok Indonesia; 3) Memberdayakan potensi yang ada di masyarakat; 4) Meningkatkan kesejahteraan kaum mustadh afin. Segmen Pasar Pembiayaan Gambaran penerima pembiayaan Koperasi Sejahtera Bangsaku dijelaskan oleh Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Segmen pasar pembiayaan KSB Hal Segmen Jenis kelamin Perempuan yang sudah menikah Lokasi Pedesaan, perkotaan dan pinggiran perkotaan Kelompok Usia 20 tahun sampai 50 tahun (80% dalam satu majelis) Pendapatan Kotor Rp 200,000 - Rp 500,000 per pekan (80% dalam satu majelis) Jumlah Tanggungan 2-4 orang (80% dalam satu majelis) Agama, Suku bangsa Terbuka untuk semua agama dan suku bangsa (kondisi kini : 99% Islam dan suku Sunda) Mayoritas Jenis Usaha petani, home industri, buruh, pedagang. Alokasi Penggunaan Modal perdagangan, perumahan, pendidikan dan lainnya Pembiayaan Sumber : KSB (2014) Pelayanan transaksi pembiayaan dilakukan dalam pertemuan mingguan majelis yang terdiri dari 2-4 kelompok di sekitar rumah tinggal nasabah. Satu kelompok terdiri dari 5 orang. Pembiayaan tidak mensyaratkan adanya jaminan/cholateral. Syarat mendapatkan pembiayaan adalah lulus Latihan Wajib Kelompok (LWK) selama 5 hari maksimum 1 jam per hari. Dalam LWK itulah konsep dan tatacara tanggung renteng disosialisasikan. Tanggung renteng dilakukan di dalam kelompok dan antar kelompok dalam majelis yang sama. Tanggung renteng mewajibkan kepada anggota kelompok untuk menalangi anggota kelompok yang menunggak pembayaran angsuran. Bila kelompok belum seluruhnya bisa menalangi, maka pembayaran ditanggung oleh anggota kelompok lain dalam 1 majelis. Karena kelompok harus melakukan tanggung renteng, maka proses pembentukan kelompok dilakukan oleh dan antara mereka sendiri. Antara anggota saling menyeleksi untuk memastikan bahwa yang masuk

2 28 kelompoknya adalah orang yang bisa dipercaya dan mampu membayar pembiayaan yang akan diterima. Di dalam pertemuan mingguan, dilakukan transaksi pembayaran angsuran, tabungan dan proses pengajuan pembiayaan sampai pencairan. Pertemuan dilakukan seminggu sekali selama 1 jam. Kedisiplinan melakukan pertemuan dilakukan secara ketat, karena ini merupakan bentuk monitoring pembiayaan. Selain ketepatan waktu pembayaran, kehadiran juga mempengaruhi persetujuan pembiayaan berikutnya. Proses persetujuan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kehadiran anggota tersebut sekurangnya 80%. Apabila kehadiran anggota kurang dari 80%, maka yang bersangkutan akan dikenakan sanksi penundaan pembiayaan sampai tingkat kehadirannya terpenuhi. (RAT KSB 2014) Jangka waktu pembiayaan 50 minggu, plafond pembiayaan minimal Rp200 ribu, paling besar Rp2,5 juta. Dengan demikian pembiayaan pada KSB seluruhnya adalah pembiayaan mikro. Angsuran setiap minggu paling kecil Rp6,5 ribu, paling besar Rp64 ribu. Mayoritas anggota mendapat plafond diatas Rp500 ribu sampai dengan Rp1 juta. Komposisi anggota berdasarkan plafond pembiayaan yang diterima digambarkan oleh diagram di bawah ini: 202, 7% 25, 1% 390, 13% 412, 14% 1925, 65% 200 <= P<= < P <= < P <= < P <= < P <= 2500 Sumber : Data diolah (2014) Gambar 2. Diagram Komposisi debitur KSB berdasarkan plafond KSB beroperasi di 7 kecamatan dan menjangkau 167 majelis dengan jumlah anggota pada bulan Juni 2014 sebanyak 3050 orang. Sebaran Anggota dan wilayah layanan KSB digambarkan oleh tabel 4 dibawah ini: Tabel 4. Sebaran debitur KSB di wilayah layanan Wilayah Kecamatan Desa Majelis Anggota Kabupaten Tasikmalaya ,614 Kota Tasikmalaya Kabupaten Ciamis TOTAL ,726 Sumber : KSB (2014)

3 29 Sebagian besar debitur menggunakan pembiayaan untuk modal kerja perdagangan. Penggunaan pembiayaan lainnya adalah untuk pendidikan, biaya kesehatan, perumahan, modal usaha jasa, modal kerja pertanian, konsumtif dan terkecil untuk membeli asset rumah tangga atau usaha. Grafik gambar 3 dibawah ini menggambarkan alokasi pembiayaan debitur KSB pada tahun Gambar 3. Diagram alokasi pembiayaan KSB tahun 2013 (KSB 2014) Kriteria Pembiayaan Bermasalah KSB membagi kualitas pembiayaan berdasarkan tunggakan sebagai berikut : 1. PAR 0 : Tanpa tunggakan angsuran 2. PAR 30 : Menunggak angsuran 1-30 hari 3. PAR 60 : Menunggak angsuran hari 4. PAR 90 : Menunggak angsuran hari 5. PAR 120 : Menunggak angsuran hari 6. PAR > 120 : Menunggak angsuran lebih dari 120 hari Berdasarkan penggolongan diatas, yang termasuk pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF ) adalah PAR 60, PAR 90, PAR 120 dan PAR >120. Tarif untuk penghitungan PPAP sebagai berikut : 1. PAR 0 : 0% saldo pembiayaan 2. PAR 30 : 10% saldo pembiayaan 3. PAR 60 : 25% saldo pembiayaan 4. PAR 90 : 50% saldo pembiayaan 5. PAR 120 : 75% saldo pembiayaan 6. PAR > 120 : 100% saldo pembiayaan Komposisi Portofolio Pembiayaan KSB Metode dalam pengukuran risiko kredit ini adalah CreditRisk+ yang merupakan pendekatan Default Mode. Data portofolio kredit dikelompokkan dalam kategori Non Default (Performing Financing) yang terdiri dari eksposur

4 30 dengan PAR 0 dan PAR 30 dan Default (Non Performing Financing ) yaitu eksposur dengan PAR 60, PAR 90, PAR 120 dan PAR > 120. Komposisi pembiayaan dan NPF periode Juli 2013 sampai dengan Juni 2014 digambarkan oleh tabel lampiran 4. Hasil pengolahan data pembiayaan LKMS KSB, menunjukkan eksposur resiko pembiayaan yang sangat kecil untuk pembiayaan mikro model Grameen Bank di KSB. Tingkat NPF maksimum 0,234 % pada bulan September 2013 dan jumlah orang yang tergolong NPF paling banyak pada bulan September 2013 sebanyak 17 orang atau 0,081% dari total penerima pembiayaan. Perhitungan Risiko Pembiayaan dengan Metode CreditRisk+ 1) Pengelompokan pembiayan dan eksposur dalam Band (banding) Langkah petama dalam metode CreditRisk+ adalah penyusunan band. Langkah ini dilakukan untuk memudahkan proses pengukuran resiko pembiayaan (Tjahyowidjoyo 2005 ). Penyusunan band dengan cara memperkecil jumlah data dengan mengelompokkan total eksposur dalam dalam beberapa kelompok atas dasar besarnya eksposur pembiayaan. Eksposur adalah besarnya risiko kerugian yang melekat pada besarnya pembiayaan yang menghadapi risiko gagal bayar. Dalam metode CreditRisk+ ini nilai eksposur diperoleh dari pembiayaan yang tergolong NPF yang belum tertagih. Karena plafond pembiayaan berkisar antara Rp200 ribu sampai dengan Rp2,5 juta, maka ekposur dikelompokkan dalam 10 unit band dengan unit of exposure masing-masing Rp250 ribu. Hasil penyusunan band dijelaskan sebagai berikut: Tabel 5. Pembagian band No band nilai eksposur (Rp) Berdasarkan kelompok band tersebut, nilai saldo pembiayaan KSB periode Juli 2013 Juni 2014 digambarkan dalam tabel pada Lampiran 5. Berdasarkan komposisi band trend saldo pembiayaan terkonsentrasi pada band 3 dan 4 dengan nilai antara 47% sampai dengan 57%. Ini sesuai dengan penerima pembiayaan yaitu sebesar 65% terkonsentrasi pada plafond lebih dari Rp500 ribu sampai dengan Rp1 juta. Untuk lebih jelasnya, komposisi saldo pembiayaan berdasar band dijelaskan tabel lampiran 6. Berdasar tabel eksposur pembiayaan mikro LKMS KSB pada lampiran 7 maka band 1, 2 dan band 3 adalah band yang mengalami default. Sedangkan Band yang lain tidak mengalami default. Hal ini karena 40% alokasi

5 31 pembiayaan adalah untuk modal kerja perdagangan sehingga tunggakan angsuran terjadi pada menjelang jatuh tempo pembiayaan. Pada awal pembiayaan modal yang berputar masih besar sehingga keuntungan yang diperoleh pun besar, sedangkan menjelang akhir pembiayaan, modal kerja mereka sudah berkurang karena terpakai konsumtif ataupun angsuran ke koperasi sehingga mempengaruhi kepada kemampuan mengangsur debitur. 2) Penghitungan Default Rates Setelah mendapatkan nilai eksposur, langkah berikutnya adalah menghitung default rates. Cara menghitung default rates adalah dengan membagi nilai eksposur (lampiran 7) dengan nilai batas atas band nya. Sebagai contoh, penghitungan default rates (DR) bulan September 2013 untuk band 1 sebagai berikut : Rp DR = = 7.76 Rp Secara lengkap hasil penghitungan DR untuk setiap band disajikan dalam tabel yang dilampirkan lampiran 8. 3) Penghitungan Probability of Default Model Poisson digunakan untuk menghitung probability of default yang bertujuan menghitung distribusi kerugian masing-masing band. Rumus yang digunakan rumus 1. Sebagai contoh, perhitungan untuk probability of default band 1 bulan September 2013 untuk n = 0 sebagai berikut : Prob (0) = = ! Untuk perhitungan cumulative probability of default diperoleh dengan menjumlahkan probability of default dari Prob (0) sampai Prob (n). Berikut contoh perhitungan cumulative prob (1) pada bulan September 2013 band 1: Cum Prob (1) = Prob (0)+ Prob (1) = = Contoh Hasil dari perhitungan probability of default dan cumulative probability of default disajikan dalam Lampiran 10.

6 32 Nilai probability of default tertinggi menunjukkan jumlah n kejadian tersebut adalah terjadi rata-rata default pada band tersebut. Untuk cumulative probability of default pada signifikansi tertentu, menunjukkan peluang terjadinya saat n kejadian tersebut adalah default maksimum pada band tersebut. Dari tabel hasil perhitungan PD dan cumpd bulan September 2013 pada lampiran 9, dapat dijelaskan bahwa untuk band 1, kejadian default tertinggi ada pada n = 7 dengan nilai 0, Artinya, akan ada kejadian 7 kali default untuk band 1 pada bulan September 2013 dengan nilai peluangnya Sedangkan untuk tingkat keyakinan 95%, n terjadi pada n = 12 dengan nilai peluang cumulative default dan peluangnya Artinya, kejadian default maksimum adalah 12 kali /orang dengan nilai peluang kejadian itu salah adalah 0, ) Menghitung LGD, EL dan UL Sebagai Estimasi Kerugian Pembiayaan a. Menghitung Loss Given Default (LGD) atau Severity of Loss. LGD digunakan untuk ukuran kerugian masing-masing band saat default. Pada penelitian ini Recovery Rates = 0. Dengan demikian, nilai LGD untuk bulan September 2013 band 1 adalah Rp1, seperti yang diperoleh oleh hitungan berikut ini : LGD = 7,76 Rp (1-0) = Rp1,940,000 b. Selanjutnya adalah menghitung Expected Loss (EL) dan Unexpected Loss (UL). EL adalah rata-rata kerugian akibat default pada band sedangkan UL adalah maksimum kerugian pada band yang diakibatkan default. Rumus untuk menghitung EL disampaikan oleh persamaan 6 dan rumus UL oleh persamaan 8. Hasil PD dan cumpd memberikan informasi bahwa nilai peluang tertinggi terjadi pada saat n=7, sedangkan kumulatif PD pada selang kepercayaan 95% diperoleh saat n=12. Dengan demikian perhitungan UL dan EL untuk band 1 bulan September 2013 adalah : EL = 7 Rp = Rp UL = 12 Rp = Rp Hasil perhitungan EL dan UL diatas berarti rata-rata kerugian untuk band 1 pada bulan September 2013 adalah Rp juta untuk 7 nasabah dengan tingkat peluang 0, Adapun nilai kerugian maksimum untuk band 1 pada bulan September 2013 adalah 12 nasabah dengan nilai kerugian Rp pada tingkat keyakinan 95%. Selanjutnya besarnya EL dan UL untuk bulan September 2013 adalah penjumlahan masing-masing EL dan UL dari 10 band yang ada. Total

7 33 EL September 2013 adalah Rp , sedangkan total UL adalah Rp Hasil Perhitungan LGD, EL dan UL bulan September 2013 secara lengkap dijelaskan oleh tabel pada lampiran 11. Hasil perhitungan UL dan EL selama Periode Juli 2013 sampai dengan Juni 2014 KSB disajikan dalam tabel 6 dibawah. Dari tabel 6 terlihat bahwa bulan September 2013 sampai dengan November 2013 adalah bulan yang beresiko untuk pembiayaan pada KSB. Secara nominal bulan September 2013 mencatat UL dan EL terbesar. Tabel 6 di atas juga menjelaskan bahwa resiko pembiayaan pada LKMS KSB sangat rendah. Untuk bulan September 2013 sebagai bulan yang sangat beresiko, nilai EL adalah 1,27% dari total pembiayaan, sementara nilai UL adalah 2,26% dari total pembiayaan. Tabel 6 EL dan UL pembiayaan mikro KSB Juli 2013 Juni 2014 (Rp) Bulan Expected Loss Unexpected Loss Juli ,069,090 Agust ,374,541 Sept 13 14,266,360 25,339,080 Okt 13 6,650,000 11,970,000 Nov 13 4,200,000 8,400,001 Des Jan ,000 Feb Maret ,140,000 April Mei Juni ,326,916 Sumber : Data diolah (2014) Tabel 7. berikut menyajikan perbandingan EL dan UL terhadap total saldo pembiayaan pada Koperasi Sejahtera Bangsaku. Bila EL dan UL dibandingkan terhadap nilai saldo pembiayaan, maka tata-rata rasio maksimum kerugian terhadap total pembiayaan periode juli 2013 sampai dengan Juni 2014 adalah 0,352%. Sementara rata-rata default selama 12 bulan adalah %. Rasio maksimum kerugian menunjukkan nilai resiko maksimum dari pembiayaan pada KSB. EL sebagai estimasi rata-rata kerugian perbulan akan dicover oleh Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) yang dibiayakan pada tiap bulan dengan nilai tarif tertentu. Sebagai contoh, nilai PPAP bulan September 2013 adalah Rp22,2 juta. Hasil ini diperoleh dari nilai saldo pinjaman setiap PAR pada September 2013 yang dikalikan dengan nilai tarifnya.

8 34 Tabel 7. Persentasi EL dan UL terhadap total saldo pembiayaan Bulan EL/Pembiayaan (%) UL/Pembiayaan (%) Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Rataan Sumber : Data diolah (2014) Nilai PPAP ini di atas nilai EL pada bulan September 2013 sebesar Rp14,27 juta. Hal ini menunjukkan pembentukan PPAP yang dilakukan KSB dapat menutupi estimasi rata-rata kerugian pembiayaan mikro pada bulan September 2013 tersebut. Perbandingan nilai EL dan PPAP LKMS KSB periode Junli 2013 sampai dengan Juni 2014 sebagai berikut ini: Tabel 8. Expected Loss dan PPAP KSB Juli 2013 Juni 2014 Bulan Expected Loss PPAP Juli ,066,645 Agust 0 5,034, Sept 13 14,266,360 22,207,960 Okt 13 6,650,000 12,662,100 Nov 13 4,200,000 10,366,000 Des ,213,845 Jan ,500,100 Feb ,000 Maret 0 3,701, April ,092,500 Mei ,397 Juni ,165 Sumber : Data diolah (2014) Dari tabel 8, terlihat bahwa nilai PPAP selalu di atas EL selama Juli 2013 sampai dengan Juni 2014.

9 35 5) Uji Validitas Model Back Testing Pengujian model secara Back Testing dengan cara membandingkan nilai actual loss dengan perkiraan maksimum kerugian. Perkiraan maksimum kerugian diperoleh dari nilai UL pada setiap periode. Actual loss adalah nilai NPF pada periode pengamatan. Perbandingan actual loss dengan UL disajikan oleh pada Lampiran 12. Tabel pada lampiran 12 memperlihatkan nilai UL selalu diatas actual loss. Ini berarti bahwa model bisa memproyeksikan secara akurat kerugian yang terjadi akibat default. Secara jelas, hal ini bisa dilihat pada grafik gambar 4 di bawah ini VAR (Rp ) NPF (Rp ) Sumber : Data diolah (2014 Gambar 4. Grafik perbandingan NPF dengan proyeksi kerugian Maksimum (UL/VAR)

10 36 Likelihood Ratio Test Likelihood Ratio (LR) Test adalah metode uji validasi model dengan menghitung jumlah banyaknya actual loss yang melebihi nilai UL selama periode obeservasi. Nilai ini dibandingkan dengan toleransi jumlah kesalahan pada selang kepercayaan tertentu. Bila jumlah kesalahan proyeksi masih dibawah ambang toleransi, maka model ini valid. Gambar 4 meperlihatkan bahwa actual loss (NPF) selama periode observasi selalu dibawah UL. Dengan demikian jumlah kesalahan estimasi adalah 0 dari 12 pengamatan. Rumus uji LR disajikan oleh pesamaan 10. Dengan memasukkan p = 5 %, N= 0 dan T = 12 ke dalam rumus di atas, hasil LR adalah 0,5346. Nilai sebaran Chi-Square pada derajat bebas 1 dengan selang kepercayaan 95% adalah 3,841. Nilai LR test tersebut (0,5346) dibawah nilai Chi-Square (3,841), sehingga dapat dikatakan bahwa model creditrisk+ ini valid dan bisa diterima untuk perhitungan resiko pembiayaan pada LKMS KSB. Perhitungan Hasil Metode CreditRisk+ untuk Menghitung CAR Hasil perhitungan estimasi rata-rata kerugian pembiayaan akibat default (expected loss) menunjukkan bahwa nilainya lebih kecil dari PPAP yang dibentuk oleh KSB dengan menggunakan tarif seperti yang disarankan Microsave (tabel 8 ). Ini menunjukkan bahwa PPAP yang dibentuk sudah mampu menutup resiko rata-rata kerugian yang terjadi akibat default. Demikian pula hasil perhitungan estimasi kerugian maskimum (unexpected loss) yang nilainya diatas actual loss (NPF) pada periode observasi (Gambar 4 ). Ini menunjukkan bahwa estimasi kerugian maksimum bisa mengcover kerugian maksimum yang terjadi akibat default. Dengan demikian nilai UL bisa dijadikan alat untuk mengukur resiko pembiayaan maksimal pada KSB. Perhitungan CAR untuk BPRS sebagai entitas LKM Bank mengacu pada PBI no 8/22/PBI/2006 dan SE no Dpbs serta Permeneg Koperasi dan UKM no 20/per/M.KUKM/XI/2008 menghitung resiko pembiayaan dengan bobot 100% sebagai bagian dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Suatu LKM dikatagorikan sehat bila memiliki nilai CAR lebih dari 8%. Untuk BPRS, dikatakan sehat apabila memiliki nilai CAR minimum 12,5%. Perhitungan CAR disajikan dalam persamaan 1. Perhitungan ATMR untuk KSB menghasilkan nilai 2,537,297,774 sehingga CAR menghasilkan 18,47 %. Pendekatan yang berbeda dilakukan untuk menghitung ATMR dengan menggunakan hasil metode CreditRisk+. Resiko pembiayaan dihitung sebagai hasil dari perbandingan nilai UL terhadap total saldo pembiayaan. Rata-rata Rasio UL terhadap saldo pembiayaan berdasar tabel 18 adalah menghasilkan 0,35 %, sehingga dengan menggunakan metode ini, nilai ATMR LKMS KSB menjadi 234,045,893 dan CAR menjadi 194,62%. Implikasi dari hasil ini, dengan mengacu pada CAR 8% sebagai minimum capital requirement, maka LKMS KSB bisa menerima pembiayaan modal kerja dari investor untuk melakukan ekspansi pembiayaan sampai dengan Rp1,497 trilyun atau meningkat 650 kali lipat dari posisi Juni 2014.

11 37 Peningkatan jangkauan layanan pembiayaan menjadi orang dari 3050 debitur pada posisi juni Ini jauh lebih besar dibanding peningkatan pelayanan 2 kali lipat saja bila bobot resiko pembiayaan dihitung 100% atau menjadi 6100 debitur. Pendekatan lain untuk menghitung potensi kemampuan ekspansi adalah dengan menghitung rasio maksimum kerugian terhadap pembiayaan dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Modal LKMS KSB bulan Juni 2014 adalah Rp451,1 juta. Rata-rata rasio Unexpected Loan (estimasi kredit macet maksimum ) terhadap pembiayaan adalah 0,352%. Dengan rasio ini, maka Rp451,1 juta bila diasumsikan untuk mengcover kerugian maksimum pembiayaan, maka total pembiayaan yang bisa diberikan adalah Rp 128,2 milyar dengan jangkauan debitur. Analisis Internal dan Eksternal Koperasi Sejahtera Bangsaku Berdasarkan analisa kondisi lingkungan internal dan eksternal koperasi Sejahtera Bangsaku, didapat hasil keukuatan, kelemahan serta peluang dan ancaman sebagai berikut : 1. Identifikasi Kekuatan (Strength) a. Metode Pembiayaan dengan model Gramen sudah teruji dan dikuasai oleh LKMS KSB. Parameter yang mencerminkan hal ini adalah : Debitur tumbuh Gambar 5. Diagram batang perkembangan debitur LKMS KSB (KSB 2014) Pertumbuhan debitur dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan. Akhir tahun 2013 debitur sebanyak orang. Selama Tahun 2013 terbentuk 76 majelis dengan debitur baru sebanyak orang di cabang Tasikmalaya dan

12 38 Cabang Ciamis. Hal ini bertambah sekitar 80% dari tahun sebelumnya, akselerasi layanan ini merupakan akibat langsung dari tersedianya sumber dana tambahan untuk perputaran dan pertambahan staff Lapangan. Rasio anggota per pendamping lapangan adalah 1 : 340. Pembiayaan berkembang pesat Pembiayaan berkembang sangat pesat. Terlihat dari grafik di bawah, pembiayaan tahun 2013 tumbuh 120%. Selain karena adanya debitur baru, tumbuhnya pembiayaan juga karena debitur lama yang telah lunas bertambah plafondnya. Tingkat kepuasaan debitur pun cukup baik. Ada 312 orang pada tahun 2013 yang mundur sebagai debitur Koperasi. Sebanyak 31% diantaranya mundur karena tidak mau mengikuti pertemuan mingguan. Gambar 6. Grafik pembiayaan KSB tahun (KSB 2014) PAR rendah Nilai PAR rendah, sebagaimanana ditunjukkan oleh tabel 10, maksimal PAR 0,23% pada bulan September 2013, bulan Juni 2014 nilai PAR 0,028%. Bila dibandingkan dengan beberapa LKM sejenis, misal Mitra Bisnis Keluaraga (MBK) dengan PAR 0,003%, KPP UMKM syariah dengan PAR 0,11 % dan Koperasi Baik dengan PAR 0,03%, nilai PAR KSB sama dibawah 0,5%. Rasio Keuangan di atas rataan industri Parameter lain yang menunjukakan kinerja Koperasi dengan metode Grameen Bank sudah baik adalah beberapa indikator rasio keuangan. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh tabel 22 dibawah ini, OSS, ROA dan ROE sudah masuk dalam kisaran rasio LKM yang sustainable di Asia.

13 39 Tabel 9. Rasio keuangan penting KSB 2013 Rasio Operating Self Sufficiency (OSS) Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE) Sumber : KSB ( 2014) Rumus Perhitungan Nilai Kop SB Benchmarking untuk LKM yg berkelanjutan di Asia Pendapatan Finansial Biaya Dana+CPP+BOP 110% - 119% 123% -127% Net Operating Income+Pajak Rataan Aset Net Operating Income + Pajak Rataan Modal 2.96% 1.7% - 3.4% 13.83% 12.3% % b. Dukungan dari pendiri KSB didirikan oleh aktivis yayasan Peramu dengan beberapa orang dosen Tazkia yang pendanaannya berasal dari group Soetrisno Bahir. Dukungan dari Peramu terlihat dari penempatan manager dan ketua pengurus serta dari aspek pendanaan. Direkur operasional adalah mantan pengurus Koperasi BAIK yang sudah pengalaman dalam model Grameen Bank, manager adalah aktivis senior di Peramu. Dengan menempatkan seniornya yang berpengalaman, maka proses pengendalian risiko pembiayaan bisa dilakukan dengan baik. Pendanaan sebesar 63% diperoleh dari kerjasama penempatan dana LKMS di Bogor yang merupakan bagian dari networking Peramu. Ketersediaan dana sangat penting terutama untuk memenuhi permintaan peningkatan plafond pembiayaan dari debitur lama maupun ketepatan waktu pemberian pembiayaan. Keterangan 1)KHU: Khoiru Ummah; 2)TBU: Tadbiirul Ummah; 3) KU: Khidmatul Ummah; 4) Wihdatul Ummah. Semuany adalah koperasi jaringan Peramu di Bogor Gambar 7. Diagram Sumber KSB 2013 c. Loyalitas SDM tinggi Staf manajemen koperasi berjumlah 13 orang dengan 2 orang sebagai staf manajemen pusat. Seluruh staf lapangan/cabang merupakan SDM lokal, yaitu Tasikmalaya dan Ciamis dengan rentang usia tahun. Semua staf manajemen yang telah masuk masa kontrak (honorer) diberikan gaji sesuai dengan standar UMR Kabupaten Tasikmalaya. Sejak tahun 2008, hanya 1 orang keluar dari KSB. Loyalitas sdm sangat penting bagi lembaga keuangan

14 40 mikro, karena biasanya debitur membangun hubungan kepercayaan yang tinggi dengan staff lembaga. 2. Identifikasi Kelemahan a. Pengembangan SDM belum terencana dengan baik Selama Tahun 2013 LKMS KSB telah melakukan beberapa pelatihan internal untuk para karyawan, diantaranya Pelatihan Aqad-Aqad Syariah, Pelatihan Wawasan Ikhtiar dan Motivasi SDM, Desain Produk Tabungan Berencana dan Pelatihan Literasi Keuangan. Tetapi pelatihan tersebut masih berdasarkan kebutuhan sesaat, bukan sesuatu yang terencana dalam kegiatan pengembangan SDM. Ini karena dengan masih fokusnya KSB pada ekspansi lembaga agar mencapai skala ekonomis seperti yang dijelaskan oleh Gambar 11 tentang Rekam jejak LKMS KSB sejak berdiri pada tahun 2008 sampai tahun b. Produk Funding belum mampu memobisasi dana sehingga Modal Kerja untuk Pembiayaan terbatas. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat masih sedikit, karena Tasikmalaya sebagai daerah untuk lending bukan menghimpun dana masyarakat. BPS Tasikmalaya mencatat bahwa untuk tahun 2012 dana pihak III perbankan sebesar 5,993 trilyun rupiah di kabupaten Tasikmalaya dan 342 milyar rupiah di kota Tasiklmaya. Sementara kredit yang diserap tahun 2012 sebesar 9,303 trilyun rupiah di kabupaten dan 547 Milyar rupiah di kota Tasilmalaya. c. Ekuiti Sulit Bertambah. Sejak berdiri tahun 2008, modal tidak bertambah, tetap Rp ,00. Ini dikarenakan sulit bertambahnya dana modal dari masyarakat. Sementara pendiri belum menambah modalnya. Rincian modal sebagai berikut : simpanan pokok anggota Rp65,000, simpanan wajib anggota Rp31,200, setoran LWK Rp5,220, penyertaan Rp307,260, jumlah Rp408,680, Identifikasi Peluang a. Segmen pasar pembiayaan mikro kepada masyarakat miskin masih tinggi untuk daerah Tasikmalaya dan Ciamis. Tahun 2010, penduduk Tasikmalaya yang miskin sebanyak orang. Sementara yang dilayani oleh koperasi sampai dengan maret debitur. Wilayah operasi KSB baru beroperasi di 4 kecamatan dari total 39 kecamatan di Tasikmalaya dan 2 kecamatan di Ciamis dari total 36 kecamatan. b. Bank umum syariah sebagai sumber pendanaan Tahun 2014, Bank Muamalat sudah melakukan kerjasama pembiayaan dengan KSB sebesar 1 milyar rupiah.

15 41 c. Jumlah LKM lain yang beroperasi di Tasikmalaya masih sedikit Di Kabupaten Tasikmalaya, ada 354 koperasi sementara ciamis 892 koperasi. Tetapi belum ada koperasi simpan pinjam yang melakukan kredit dengan model Grameen Bank. d. Kultur masyarakat dalam wirausaha tinggi. Karakter wirausaha adalah logis dan senantiasa berhitung dalam berbuat. Ini berdampak pada logisnya debitur koperasi dalam mengajukan plafond pembiayaan yang selalu dihitung dengan kemampuan mengangsur, Sehingga hal ini turut berdampak pada rendahnya NPF. REKAM JEJAK 2008 Set up program perguliran zakat SB kerjasama antara LPPM STEI Tazkia-SB Foundation dengan operator lapangan Peramu. November 2008 terbentuk 2 majelis pertama di Kp. Sukaruji, Ds. Sukaraja, Kec. Rajapolah, Tasikmalaya sebanyak Fokus pada pengamatan melihat respon masyarakat sekitar terhadap program, penguatan SDM lokal, penguatan anggota majelis. Jumlah anggota sampai akhir tahun 2009 sebanyak 127 orang Penguatan institusi, 5 Okt 2010 menjadi hari jadi Koperasi Sejahtera Bangsaku, dikukuhkan sbg badan hukum oleh Notaris Widijono, SH., MM., M.Kn (27 Okt 2010) dan SK MenKop & UKM No. 01 oleh Kantor Dinas Koperasi & UKM Jawa Barat (2011) dengan lingkup wilayah operasional Jawa Barat. Para pendiri terdiri 33 orang mewakili unsur-unsur SB, Tazkia, dan Peramu Manajemen Koperasi mulai terstruktur & kinerja staff semakin produktif. Selama tahun 2011 anggota bertambah hampir dua kali lipat dari total anggota tahun Di akhir tahun 2011 anggota menjadi anggota Perluasan wilayah layanan; Desember 2012 mulai perluasan wilayah ke Kabupaten Ciamis. Total Staff Manajemen 13 orang dengan jumlah anggota anggota Penguatan majelis dan anggota layanan, terutama untuk majelis-majelis awal yang hampir 5 tahun bergabung. Terjadi dinamika pada majlis-majlis rentan sehingga beberapa majelis awal bubar. Di akhir tahun 2013 ini, total anggota layanan sebanyak anggota. Gambar 7. Rekam jejak LKMS KSB (KSB 2014) 4. Identikasi Ancaman a. Persaingan dengan Lembaga lain, khususnya Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan Mitra Bisnis Keluarga (MBK). MBK adalah LKM model Grameen Bank terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2008 sudah beroperasi di Tasikmalaya. Sementara BTPN juga mengembangkan model Grameen di tingkat nasional. Sejak tahun 2012 juga memberikan pembiayaan di Tasikmalaya. Ancaman untuk KSB adalah kedua lembaga itu mempunyai dana yang kuat. b. Bencana alam (longsor dan gempa) Daerah Tasikmalaya dan Ciamis termasuk dataran tinggi. Ancaman longsor dan gempa kerap terjadi. Tahun 2012, terjadi 20 kali longsor di Ciamis (BPS Ciamis). Sementara itu 73 desa di Tasikmalaya, tergolong tinggi rawan longsor. (BPS Tasikmalaya 2013)

16 42 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) KSB Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) disusun berdasarkan identifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, faktor strategis dari lingkungan internal yang diperoleh dirangkum dalam sebuah tabel IFE. Adapun matriks IFE untuk KSB berdasarkan hasil kuosiner disajikan dalam tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, KSB memiliki kekuatan utama metode gramen yang sudah teruji dan dikuasai dengan baik oleh koperasi dengan skor 0,691. Penguasaan model gramen sebagai kekuatan utama harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan untuk mendukung kemampuan koperasi dalam mengelola risiko pembiayaan. Kekuatan lainnya adalah dukungan Peramu yang kuat dengan skor 0,632 dan loyalitas SDM dengan skor 0,592. Kelemahan utama produk funding belum mampu memobilisasi dana sehingga modal kerja yang terbatas untuk melakukan ekspansi pembiayaan dengan skor 0,322. Ini bisa diatasi dengan networking LKM peramu di Bogor seperti yang diperlihatkan gambar 8. Kelemahan terkecil adalah ekuiti yang sulit bertambah (skor 0,197). Meskipun kecil jumlah ekuitinya, secara rasio CAR dengan perhitungan standardized approach model masih sangat bagus, yaitu 18,47 % untuk bulan Juni Tetapi kelemahan ini akan terasa bila asset KSB makin besar yang mengakibatkan secara tingkat kesehatan nilai CAR menjadi tidak cukup. Total skor 2,711 menunjukkan posisi koperasi kuat secara internal dalam pengertian kekuatan bisa digunakan untuk menutup kelemahan yang ada pada KSB. Tabel 10. Matriks IFE KSB Juni 2014 No Faktor Internal Rating Bobot Skor Kekuatan 1 Metode grameen Sudah teruji Dukungan Pendiri (peramu) kuat Loyalitas SDM tinggi Kelemahan 1 Pengembangan SDM belum terencana Produk Funding belum mampu memobilisasi dana sehingga modal kerja pembiayaan terbatas Ekuiti sulit bertambah Total Sumber : Data diolah (2014) Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) KSB Matriks External Factor Evaluation (EFE) dpakai untuk menghitung seberapa besar pengaruh faktor-faktor eksternal yang dihadapi perusahaan. Matriks EFE disusun berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi lingkungan eksternal perusahaan sehingga diperoleh beberapa peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Hasil perhitungan dari matriks EFE dapat dilihat pada pada Tabel 11.

17 43 Total skor 3,129 menunjukkan posisi KSB sangat bagus merespon peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan. Peluang utama koperasi adalah segmen pasar pembiayaan mikro yang sangat besar dan kultur masyarakat sebagai wirausahan yang tinggi dengan masing-masing skor 0,879. Peluang ini direspon dengan pelayanan pada wilayah yang terkonsentrasi dan memanfaatkan pertemuan mingguan untuk meningkatkan daya kritis debitur dalam mengajukan pembiayaan. KSB tidak tergesa-gesa melakukan ekspansi wilayah maupun ekspansi dalam bentuk kenaikan plafond pembiayaan untuk debitur lama. Ancaman utama adalah persaingan dengan BTPN dan NBK (skor 0,211). Ini direspon dengan penguatan pelayanan pada model Grameen Bank yang dilakukan KSB. Hal-hal yang sifatnya teknis pada pelayanan grameen yang secara ketat dilakukan disampaikan secara fleksibel. Misalnya, ikrar pertemuan mingguan tidak mesti dihapal pada LWK. Tabel 11. Matriks EFE KSB Juni 2014 No Faktor Eksternal Rating Bobot Skor Peluang 1 Segmen Pasar pembiayaan mikro masih besar Bank Umum Syariah sebagai sumber pendanaan Sedikitnya LKM lain model grameen di Tasik Kultur Masyarakat Sebagai wirausahaan Tinggi Ancaman 1 Persaingan dengan lembaga keuangan lain (BTPN dan MBK) Bencana alam (longsor dan gempa) Total Sumber : Data diolah (2014) Analisis Matriks IE KSB Matriks IE (internal eksternal) disusun dari total skor matriks IFE dan EFE. Ini akan menunjukkan perusahaan terletak pada kuadran tertentu yang mencerminkan posisi perusahaan. Matriks IFE bagi KSB menghasilkan skor 2,711, sementara matriks EFE menghasilkan skore 3,129. Skor ini menempatkan KSB pada posisi kuadran II yaitu posisi tumbuh dan kembangkan. Posisi ini menjelaskan bahwa KSB harus mempunyai kebijakan ekspansi karena peluang yang sangat besar bisa dijadikan keuntungan dengan kekuatan yang dimiliki. Hal ini juga karena ancaman yang ada masih belum besar. Adapun kelemahan internal, bisa ditutupi oleh kekuatan yang dimiliki.

18 44 Skor Total IFE Skor Total EFE Kuat (3,0 4,0) Rataan (2,0 2,99) Rendah (1,0 1,99) Kuat (3,0 4,0) I Tumbuh dan Kembangkan IV Tumbuh dan Kembangkan VII Jaga dan Pertahankan Rataan (2,0 2,99) II Tumbuh dan Kembangkan V Jaga dan Pertahankan VIII Tuai atau Divestasi Lemah (1,0 1,99) III Jaga dan Pertahankan VI Tuai atau Divestasi IX Tuai atau Divestasi Sumber : Data diolah (2014) Gambar 9. Matriks IE KSB Juni 2014 Analisis Matriks SWOT Berdasakan hasil identifikasi dengan menggunakan matriks IFE dan EFE diperoleh alternatif strategi dengan mengkombinasikan faktor-faktor internal dan eksternal utama perusahaan. Matriks SWOT menghasilkan empat tipe strategi, yaitu strategi SO (Strenghts-Opportunities), strategi WO (Weakness- Opportunities), strategi ST (Strenghts-Threats) dan strategi WT (Weaknesses- Threats). 1. Strategi SO (Strenghts-Opportunities) Kekuatan utama adalah Metode Gramen yang sudah teruji dan dikuasai (skor 0,691). Adapun peluang utama adalah Segmen pasar pembiayaan mikro yang masih besar dan kultur masyarakat sebagai wirausahawan tinggi (skor 0,879). Rumusan strategi SO adalah ekspansi pembiayaan mikro pada masyarakat miskin di Tasikmalaya dan Ciamis dengan Model Grameen Bank yang mengedepankan nilai-nilai yang logis dan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan koperasi. Strategi ini adalah strategi kombinasi dari strategi penetrasi pasar, Ini adalah penerapan strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar cocok untuk KSB karena pasar pembiayaan mikro di Ciamis dan Tasikmalaya belum jenuh dengan produk pembiayaan mikro Grameen serta debitur yang ada bisa ditingkatkan pembiayaannya karena maksimal plafond yang diberikan masih maksimal Rp2,5 juta. Koperasi BAIK di Bogor setelah 10 tahun beroperasi sudah bisa melayani palfond sampai 8 juta rupiah (BAIK 2014). Strategi pengembangan produk bisa diterapkan untuk debitur yang lama dengan cara model Grameen yang ditawarkan dikemas dengan cara logis, masuk akal dan menguntungkan bagi debitur sehingga cocok dengan karakter masyarakat Ciamis dan Tasikmalaya. Pengembangan pasar bisa sebagai strategi karena KSB baru beroperasi di 2 kecamatan dari 36 kecamatan di Ciamis dan 4 kecamatan dari 39 kecamatan di Tasikmalaya.

19 45 2. Strategi WO (Weakness-Opportunities) Kelemahan utama dalah produk funding belum mampu memobilisasi dana masyarakat sehingga modal kerja untuk pembiayaan terbatas, skore 0,322. Peluang Utama adalah segmen pasar pembiayaan mikro yang masih besar dan kultur masyarakat sebagai wirausahawan tinggi (skore 0,879). Rumusan strategi WO adalah pengembangan produk model Grameen Bank (+) yaitu model Grameen Bank dengan pendampingan usaha. Strategi ini adalah bentuk strategi pengembangan produk yaitu dengan membuat model grameen yang dikombinasi dengan pendampingan usaha. Diharapkan dengan strategi ini maka meskipun pembiayaan yang ditawarkan belum sesuai kebutuhan, dengan adanya pendampingan usaha maka debitur tetap akan loyal kepada KSB. 3. Strategi ST (Strenghts-Threats) Kekuatan utama adalah Metode Gramen Bank yang sudah teruji dan dikuasai (skore 0,691). Sementara ancaman utama adalah persaingan dengan MBK dan BTPN (skore 0,211). Rumusan strategi ST adalah Penerapan SOP Metode Grameen secara ketat, bermutu dan mengedepankan kepuasan pelanggan. MBK dan BTPN mempunyai sumber dana yang jauh lebih kuat. KSB harus membuat diferensiasi produk agar debitur yang ada tidak direbut pesaing. Strategi diferensiasi cocok untuk pasar pembiayaan mikro karena segmennya tidak peka terhadap harga. Dengan mengedepankan pelayanan yang memuaskan pelanggan, maka diharapkan debitur tetap loyal kepada KSB. IFE Strength Weakness EFE Metode Grameen sudah teruji dan dikuasai modal kerja penyaluran pembiayaan terbatas Opportunity Pasar pembiayaan Mikro di Tasikmalaya masih besar Kultur wirausaha masyarakat tinggi Treath Persaingan dengan MBK dan BTPN Strategi S-O Ekspansi pembiayaan mikro dengan model Gramen yang mengedepankan nilai2 logis, transparans dan saling menguntungkan Strategi S-T Penerapan SOP Metode Grameen secara ketat, bermutu dan mengedepankan kepuasan pelanggan Strategi W-O Pengembangan produk model garmeen (+) yaitu model Grameen dengan pendampingan usaha Strategi W-T Perencanaan kebutuhan pembiayaan pada debitur secara tepat jumlah dan tepat waktu Sumber : Data diolah (2014) Gambar 10. Matriks Strategi Kunci SWOT untuk KSB Strategi WT (Weaknesses-Threats) Kelemahan utama adalah produk funding belum mampu memobilisasi dana masyarakat sehingga modal kerja untuk pembiayaan terbatas, skor 0,322. Ancaman utama adalah persaingan dengan MBK dan BTPN (skor 0,211). Rumusan strategi WT adalah pembiayaan model grameen dengan menekankan pada perencanaan kebutuhan pembiayaan debitur secara tepat jumlah dan tepat waktu. Strategi ini adalah strategi diferensiasi yaitu dengan menekankan

20 46 pembiayaan grameen yang juga membuat rencana kebutuhan pembiayaan, maka KSB bisa memperkirakan kebutuhan dana dari sisi jumlah dan waktu. Dengan diketahuinya informasi ini, kebutuhan debitur akan dipenuhi sehingga tidak direbut pesaing. Matriks SWOT LKMS KSB disajikan dalam gambar 10. Analisa Quantitative Strategic Planning Model (QSPM) Hasil analisa IFE, EFE dan analisa IE dijadikan input dalam analisa matriks QSPM untuk memilih strategi mana yang akan diterapkan. Dari Tabel 12 terlihat strategi penerapan standar model Grameen Bank secara ketat, bermutu dan mengedepankan kepuasan pelanggan memiliki nilai TAS tertinggi, yaitu 1,9959. Demikian pula strategi Pembiayaan model Grameen dengan menekankan perencanaan pembiayaan pada debitur secara tepat waktu dan tepat jumlah mendapat skor TAS 1,9959. Strategi ekspansi pembiayaan mikro dengan mengedepankan nilai-nilai logis, transparan dan saling menguntungkan mendapat skore 1,4934 dan terakhir adalah pengembangan produk model Gramen yang menekankan pada pengembangan usaha mendapat skore 1,259. Dengan demikian, strategi penerapan standar model Grameen secara ketat, bermutu dan mengedepankan kepuasan pelanggan dan strategi Pembiayaan model Grameen dengan menekankan perencanaan pembiayaan pada debitur secara tepat waktu dan tepat jumlah srtategi adalah strategi yang menjadi prioritas pada KSB. Tabel 12. Hasil matriks QSPM KSB Juni 2014 Urutan Strategi Nilai TAS 1 Penerapan Standar Metode Gramen secara ketat, bermutu dan mengedepankan kepuasaan pelanggan 2 Pembiayaan Model Grameen dengan menekankan pada perencanaan pembiayaan pada debitur secara tepat waktu dan tepat jumlah 3 Ekspansi Pembiayaan Mikro dengan mengedepankan nilainilai logis, transparan dan saling menguntungkan 4 Pengembangan produk model grameen yang menekankan pada kebutuhan pengembangan usaha Keterangan : TAS = total Attractiveness Score) Sumber : Data diolah (2014) Implikasi Manajerial Persoalan kurangnya modal kerja bagi LKM adalah masalah yang sering dihadapi oleh lembaga keuangan mikro untuk memperluas jangkauan pelayanan pemberian pembiayaan kepada masyarakat miskin yang menjadi misi utamanya. Selain itu masalah lainnya adalah bagaimana mengelola pembiayaan agar risikonya bisa terukur dan dikelola dengan baik. Metode Grameen Bank telah

21 47 menunjukkan hasil bahwa pembiayaan macet yang terjadi dari penyaluran pembiayaan kepada masyarakat miskin sangat rendah. Risiko pembiayaan bisa dihitung dengan berbagai model yang beragam dengan tujuan untuk melihat besaran risiko kredit terhadap kredit yang telah diberikan. Dalam hal ini pengukuran risiko kredit mencerminkan mutu dan kuantitas risiko kredit dapat dilakukan dengan menggunakan metode CreditRisk+. Dengan CreditRisk+ dapat diperkirakan kerugian yang akan terjadi, sehingga bank memiliki cadangan dana untuk mengantisipasi risiko. Penggunaan Internal rating base Approach belum dikenal dalam oleh lembaga keuangan mikro untuk mengukur risiko pembiayaan, padahal metode Internal rating base Approach seperti CreditRisk+ memberikan insentif bagi lembaga keuangan karena bisa menurunkan kewajiban penyediaan modal. Hasil penghitungan CreditRisk+ yaitu perkiraan kerugian maksimum dari pembiayaan yang dikelola KSB dapat disampaikan kepada kreditur, terutama bank umum dengan harapan dapat menghilangkan keraguan dalam menyalurkan pembiayaannya kepada KSB. Hasil perhitungan risiko kredit dengan menggunakan metode CreditRisk+ juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan aktifitas monitoring yang efektif, memfokuskan perhatian lebih pada kelompok debitur dengan nilai eksposur tinggi dan memiliki probability of default tertinggi. Jika terjadi gejala yang mengarah default dapat segera dilakukan langkah-langkah antisipasi sedini mungkin. Dari penilaian matriks Internal Eksternal (IE), posisi LKMS KSB ada pada posisi tumbuh dan kembangkan. Ancaman yang dihadapi adalah persaingan dengan BTPN dan MBK yang mengembangkan pendekatan model grameen dan memiliki kekuatan modal kerja yang kuat. Dengan demikian strategi yang paling tepat untuk diterapkan oleh KSB adalah Penerapan SOP Metode Grameen Bank secara ketat, bermutu dan mengedepankan kepuasan pelanggan serta Pembiayaan odel Grameen dengan menerapkan perencanaan kebutuhan pembiayaan pada debitur secara tepat jumlah dan tepat waktu. Dengan strategi itu, kualitas pembiayaan akan tetap terjaga dengan nilai PAR yang rendah serta likuiditas untuk pemberian pembiayaan kepada debitur terutama debitur lama akan terpenuhi karena bisa diperkirakan dengan tepat waktu dan besarnya plafond kebutuhan pembiayaan debitur. Meskipun metode Grameen telah teruji untuk mengelola risiko pembiayaan pada masyarakat miskin, mengingat situasi sosial ekonomi masyarakat yang terus berubah, Koperasi Sejahtera Bangsaku tetap harus melakukan monitoring secara terus menerus kepada SOP pelaksanaan metode grameen yang dilakukan agar perbaikan dan penyempurnaan bisa dilakukan sehingga mutu pembiayaan bisa terus dikendalikan. Pengendalian mutu atas pelaksanaan SOP pemberian model Grameen Bank harus dilakukan. Koperasi Sejahtera Bangsaku bisa melakukannya dengan membentuk satuan internal audit yang bertugas menjaga kepatuhan terhadap pelaksanaan SOP pembiayaan. Dengan adanya satuan internal audit diharapkan ada early warning system dalam pencegahan penyimpangan SOP yang akan berdampak pada meningkatnya risiko pembiayaan. Tentunya penambahan struktur ini akan menambah biaya. KSB bisa melakukan benchmarking pada LKMS sejenis pada skala usaha berapa pembentukan satuan internal audit bisa dilakukan.

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan

Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan LAMPIRAN 53 54 55 Lampiran 1. Hasil penelitian terdahulu yang relevan No Tahun Peneliti Judul Metode Hasil 1 2004 Dewi CreditRisk Corry + 3 2006 Prias moro 4 2010 Meilani, A 5 2010 N.Nuruz zaman Penerapan

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian

3. METODE. Kerangka Pemikiran Penelitian 18 3. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu parameter kinerja jangkauan layanan LKM mencakup adalah luasnya jangkauan kepada nasabah berupa besarnya jumlah nasabah yang dilayani LKM. Untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam karya akhir ini pengukuran risiko yang ditunjukan terhadap pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan menggunakan Metode CreditRisk +, Dalam penerapan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan pemecahan masalah dalam mengukur risiko kredit dengan menggunakan metode Credit Risk +. Dimana pemecahan masalah tersebut akan sesuai mengikuti metodologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab 4 ini akan dibahas mengenai, analisis pengukuran risiko kredit consumer khususnya mortgage (KPR) pada Bank X dengan menggunakan Internal Model CreditRisk+. Dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian dalam karya akhir ini dilakukan melalui studi pustaka, pengumpulan data dan analisa kuantitatif. Studi pustaka digunakan untuk menyusun landasan

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian BNI Syariah memiliki visi menjadi bank umum syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian untuk karya akhir ini akan dilakukan perhitungan risiko Kartu Kredit dengan menggunakan metode CreditRisk dalam mengukur nilai risiko kredit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai hasil perhitungan statistik dalam mengukur risiko kredit menggunakan metode CreditRisk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Portofolio Kartu Kredit Secara umum portofolio kartu kredit di Bank X mengalami peningkatan selama kurang lebih dua tahun terakhir. Secara umum total eksposur mengalami

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas seacara deskriptif mengenai hasil pengukuran risiko kredit pada segmen Kredit Tanpa Agunan pada bank XYZ dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan dari Bab III adalah nilai minimum capital requirement Divisi Usaha Menengah PT. Bank X, selama tahun tahun 2007 yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Minimum

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada sub bab 1.2, yaitu besarnya Capital Charge yang harus disediakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 31 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Risiko kredit atau dalam bahasa asing disebut credit risk adalah suatu potensi kerugian yang disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi tantangan dunia usaha dan industri

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA 1 No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja keuangan Bank Muamalat Bank Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah.

Lebih terperinci

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 08 & 09 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Hingga tahun 2011, tercatat sekitar 99,99 persen usaha di Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 48 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Return On Assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas perusahaan perbankan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum. No.6/44/DPNP Jakarta, 22 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/25/PBI/2004 tanggal 22

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat ini, perekonomian Indonesia berada diurutan keenambelas dan pada 2030, diperkirakan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Menurut Hermawan Darmawi (2011) Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Organisasi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUKM) adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh Kementerian Negara

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Kredit UKM di Bank XYZ Penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

MANAJEMEN DANA UNTUK LKM OLEH :.OYONG LISA,SE.MM.

MANAJEMEN DANA UNTUK LKM OLEH :.OYONG LISA,SE.MM. MANAJEMEN DANA UNTUK LKM OLEH :.OYONG LISA,SE.MM. MANAJEMEN DANA : Suatau proses yang meliputi bagaimana sebuah lembaga keuangan menetapkan kebijaksanaan di bidang pendanaan, Permodalan, pengalokasian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.03/2016 TENTANG TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO KONVENSIONAL MENJADI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.03/2016 TENTANG TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO KONVENSIONAL MENJADI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan pada bab satu juga berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab empat dan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena banyak sekali menimbulkan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Salah satu permasalahan yang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 6.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Analisis rasio keuangan KBI dilakukan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan lembaga. Analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. BAB II LANDASAN TEORI A. Profitabilitas Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin

Lebih terperinci

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut : Berikut ini adalah analisis CAMEL terhadap Laporan Keuangan PT Bank Mandiri periode 2011-2012 yang digunakan untuk menganalisis kesehatan bank tersebut. 1. Capital (Permodalan) Rasio permodalan diukur

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica Buah carica atau pepaya gunung merupakan rumpun buah pepaya yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Di dunia, buah carica hanya tumbuh di tiga negara yaitu Amerika Latin,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan regional atau nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN 7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi internal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis pengukuran..., Fatchur Rochman, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi dewasa ini di mana perekonomian berkembang dengan pesat, perbankan merupakan salah satu institusi yang mempunyai peran dalam upaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan yang pesat menjadikan iklim persaingan dalam dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa berdasarkan prinsip syariah yang sesuai dengan prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perekonomian Indonesia triwulan III 2012 tumbuh solid 6,17%. Pertumbuhan yang tetap berada pada kisaran 6% ini melanjutkan kinerja positif triwulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Deskriptif Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing variabel yang diteliti. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas di dalam dunia perbankan sangat penting baik untuk pemilik, penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit Pengelolaan Risiko Kredit Manajemen Risiko, Sesi 6 Latar Belakang 1. Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. 2. Pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis yang belum begitu terkenal, di mana bank tidak perlu mencari nasabah tetapi sebaliknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran Bank

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Institusi Perbankan Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, pengertian bank diatur dalam Pasal 1 ayat 2. Bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Keberadaan UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sangat besar jumlahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan perekonomian,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemberian kredit merupakan salah satu bisnis yang rentan dengan risiko. sehingga bank dituntut untuk mengelola risiko kredit agar kualitas aset tetap baik. Salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan kinerja perekonomian Indonesia menurun. Pengelolaan perekonomian dan sektor usaha yang

Lebih terperinci

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan berlakunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan /atau bentuk

Lebih terperinci

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian 31 III..METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kajian 1. Lokasi Kajian Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Lembaga yang menjadi subyek kajian ialah Unit Pelaksana Kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk salah satunya adalah penyaluran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berupa analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati aspek-aspek tertentu dari laporan keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci