BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan 1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan 1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Mengetahui sifat-sifat optik mineral Mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol sejajar dan nikol bersilang Mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi. 1.2 Tujuan Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral Dapat mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol sejajar dan nikol bersilang Dapat mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi. 1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum mineralogi mineral optik ini dilaksanakan pada : Hari / tanggal : - Kamis, 19 Mei Senin, 23 Mei Senin, 30 Mei 2011 Waktu : s.d selesai Tempat : Gedung Pertamina Sukowati Lt. 2, Ruang GS-203 1

2 BAB II DASAR TEORI Dalam mempelajari mineral yang terdapat di berbagai batuan diperlukan sebuah mikroskop untuk mengamati sifat-sifat dari mineral yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Sifat-sifat tersebut adalah sifat optik dari sebuah mineral. Mikroskop yang digunakan untuk pengamatan sifat-sifat optik berbeda dengan mkiroskop yang digunakan pada bidang biologi atau kedokteran. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop Polarisasi, yang pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasaya dipergunakan dalam ilmu biologi ataupun kedokteran. Perbedannya yaitu mikroskop dalam bidang kedokteran atau biologi hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang terbias/ dibelokkan, bukan cahaya terpantul. 2.1 Bagian-bagian mikroskop polarisasi dan fungsinya 1. Kaki mikroskop Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya pengganti cermin. Gambar 2.1 Mikroskop 2

3 2. Lengan Mikroskop, terdiri atas : - Substage Unit Bagian-bagiannya : Polarisator atau lower nicol, Diafragma Iris, dan Kondensor. Polarisator ( lower nicol ) Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid (Gambar 2-E), berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W. Diafragma Iris Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda. Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan garis becke. 3. Meja Objek Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0 o sampai 360 o. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering). 3

4 Tubus Mikroskop Bagian ini terletidak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong, yang terdiri atas beberapa bagian antara lain lensa objektif, lubang kompensator, analisator, lensa amici bertrand dan lensa okuler. Lensa objektif Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x. Analisator Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang) Lensa okuler Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek pengamatan. 2.2 Pengaturan Mikroskop Pengaturan yang paling penting adalah memusatkan perputaran meja objek/centering, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, dan pengaturan arah getar analisator agar tegak lurusarah getar polarisator. Centering penting dilakukan agar dapat pada saat pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang 4

5 kita amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan). 2.3 Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan bahwa analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari jalan cahaya di dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar sampai sejajar dengan arah polarisator), sedang polarisator tetap dipasang pada tempatnya dengan arah getarannya sejajar dengan salah satu benang silang. Cahaya yang dipergunakan adalah cahaya terpolarisir dalam satu arah getar (satu bidang getar). Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop tanpa nikol dibagi menjadi dua golongan sbb: a. Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbusumbu kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu, misalnya: bentuk, belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat diamati baik dengan mikroskop binokular yang memakai cahaya yang tidak terpolarisir maupun pada contoh setangan dengan mata biasa. b. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu sinar/sumbu optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan pleokroisme. Perlu diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat tersebut yang nampak di bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu adalah kejadian dari sinar atau komponen sinar yang pada posisi tersebut bergetar searah dengan polarisator. Sifat-sifat ini harus diamati dengan cahaya terpolarisir. Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran, bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme. Ketembusan Cahaya Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya. 5

6 Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai butiran yang gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna. Inklusi Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas. Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa. Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral 6

7 Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral Parameter lain untuk menyatidakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristalkristal yang euhedral. Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya. Untuk kristal yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau juga terhalang magma yang kental, sering menghasilkan bentuk incipient crystals. Gambar 2.2 Parameter lain 7

8 Belahan Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis mineral yang menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya. a. Belahan satu arah Pada mineral yang disayat tegak lurus atau miring terhadap arah bidang belahan, akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu sama lain. Pada mineral yang disayat sejajar bidang belahan tidak menunjukkan belahan. b. Belahan dua arah Pada mineral yang disayat sejajar sumbu C, akan nampak sebagai satu bidang belahan. Pada mineral yang disayat miring atau tegak lurus sumbu C, akan nampak dua belahan. Cleavage dibagi menjadi : 1. Perfect Cleavage/sempurna 2. Good Cleavage/baik 3. Poor Cleavage/jelek 8

9 c. Belahan tiga arah Mineral yang mempunyai belahan tiga arah, akan menampakkan belahan dua arah disetiap jenis sayatan. Pecahan Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong pada olivin, ortopiroksen dan nefelin. Indeks Bias dan Relief Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas kontidak kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan harga 9

10 indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media balsam kanada yang mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = R e l i e f R e l R e l i e f Relief tinggi n < Contoh: fluorit (n=1.434) Relief sedang n = Zeolit (n=1.480) Relief rendah n = Plagioklas asam(n= ) nefelin (n= ) Balsam kanada n = atau kuarsa nω = Relief rendah n = Plagioklas basa, klorit,muskovit Relief sedang n = amfibol, turmalin, andalusit, apatit, Biotit, piroksen, Relief tinggi n > Olivin, piroksen, kianit, sfen Tabel 2.1 Harga index bias dan relief beberapa jenis mineral dibandingkan dengan n standar 2.4 Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan bahwa dalam pengamatannya digunakan analisator bersilangan dengan polarisator (sinar diserap dalam dua arah yang saling tegak lurus). Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan 10

11 dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran. Gambar Hasil Pengamatan nikol bersilang Warna Interferensi Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara bertahap. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya. Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel interferensi Michel Levy Chart (lampiran). - polariser + analyser - polariser + isotropic mineral + analyser - polariser + anisotropic mineral + analyser (position perpendicular to the optic axis) - polariser + anisotropic mineral + analyser. Specific position: extinction position 11

12 - polariser + anisotropic mineral + analyser. General position: interference colour. Benang Silang Benang silang berada pada lensa okular, satu benang melintang ke kanan-kiri dan benang yang lain melintang ke atas dan ke bawah. Berfungsi untuk mengetahui kedudukan koordinat bidang sumbu mineral, atau sudut interfacial kristall. Meja obyektif harus berkedudukan centered dengan perpotongan benang silang, jika tidak centered maka benang silang tidak akan terlihat. Pembacaan akan dapat dilakukan jika salah satu sisi kristal sejajar dengan benang silang kanan-kiri, selanjutnya meja obyektif diputar sampai benang silang yang lain sejajar dengan arah lain dari meja obyektif tetetapi berlawanan dengan center-nya Gambar.2.7. Benang silang Tanda rentang optik Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z). Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral (sumbu c). Jenis tanda rentang optik yaitu : - Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu 12

13 penambahan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan. - Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar cepat (sumbu x). Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan. Kembaran Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran. Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan. Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda yaitu kembaran tumbuh, transformasi, dan deformasi. 1. Kembaran tumbuh/growth Twins Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau pertumbuhan kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi yang sama dengan orientasi berlawananjenis kembaran ini terbagi atas kembaran kontidak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis kembaran ini adalah kembaran carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada plagioklas. Gambar 2.8 Kembaran tumbuh 13

14 2. Kembaran transformasi Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi karena perubahan P dan T terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi pada kristal yang mempunyai struktur dan simetri yang berbeda pada kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat P&T berubah, bagian tertentu dari kristal ada yang stabil ada yang mengalami perubahan orientasi kisi, sehingga terjadi perbedaan orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran dauphin dan kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah menjadi mikroklin (triklin, low T). Gambar 2.9 Kembaran transformasi 3. Kembaran Deformasi/Deformation Twins Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat. Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari posisi semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada susunan yang simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini adalah polisintetik pada kalsit. Gambar 2.10 Kembaran deformasi (kanan: kembaran polisintetik plagioklas) 14

15 BAB III HASIL DESKRIPSI 3.1 No. Preparat 11-B2 1. Deskripsi Nikol Sejajar Warna : Cokelat Kehitaman Ukuran : 1 x 1,3 mm Bentuk : Subhedral Belahan : Tidak ada Pecahan : Ada, banyak dan teratur Inklusi : Ada Relief : Sedang Pleokroisme : Monokroik 2. Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan : Ada, sejajar Sudut Gelapan : 90 Kembaran : - Sudut Kembaran : - Warna Interferensi : Kuning orde II kuning orde III TRO : Addisi (+) Sign of Elongation : Length slow Gambar : Nikol Sejajar Nikol Bersilang Gambar 3.7 Nikol Sejajar 11-B2 Gambar 3.8 Nikol Bersilang 11-B2 Nama Mineral : Biotit 15

16 3.2 No. Preparat 11-BM9 1. Deskripsi Nikol Sejajar Warna : Colorless Ukuran : < 1 mm Bentuk : Anhedral, prismatik Belahan : Ada, 3 arah Pecahan : Ada, teratur, banyak Inklusi : - Relief : Rendah Pleokroisme : Monokroik 2. Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan : Ada, miring Sudut Gelapan : = 25 0 Kembaran : - Sudut Kembaran : - Warna Interferensi : Pink orde II cokelat orde I TRO : Substraksi (-) Sign of Elongation : Lenght fast Gambar : Nikol Sejajar Nikol Bersilang Gambar 3.9 Nikol Sejajar 11-BM9 Gambar 3.10 Nikol Bersilang 11-BM9 Nama Mineral : Kalsit 16

17 3.3 No. Preparat BM-2 1. Deskripsi Nikol Sejajar Warna : Colorless Ukuran : - Bentuk : Anhedral, granular Belahan : - Pecahan : choncoidal Inklusi : - Relief : Rendah Pleokroisme : Monokroik 2. Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan : Ada, bergelombang Sudut Gelapan : - Kembaran : - Sudut Kembaran : - Warna Interferensi : Putih orde I pink tua orde III TRO : Addisi (+) Sign of Elongation : Length slow Gambar : Nikol Sejajar Nikol Bersilang Gambar 3.11 Nikol Sejajar BM-2 Gambar 3.12 Nikol Bersilang BM-2 Nama Mineral : Kuarsa 17

18 3.4 No. Preparat 11-B1 1. Deskripsi Nikol Sejajar Warna : Kecoklatan Ukuran : 4 x 0,5 mm (perbesaran 4 kali) Bentuk : Euhedral, columnar Belahan : 2 arah Pecahan : Ada, sedikit, tidak beraturan Inklusi : Ada Relief : tinggi Pleokroisme : dikroik 2. Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan : Ada, miring Sudut Gelapan : = 28 0 Kembaran : - Sudut Kembaran : - Warna Interferensi : Kuning muda orde II Kuning orde III TRO : Addisi (+) Sign of Elongation : Length fast Gambar : Nikol Sejajar Nikol Bersilang Gambar 3.13 Nikol Sejajar 11-B1 Gambar 3.14 Nikol Bersilang 11-B1 Nama Mineral : Hornblende 18

19 3.5 No. Preparat 11-B10 1. Deskripsi Nikol Sejajar Warna : Colorless Ukuran : 3mm Bentuk : lathlike, subhedral-euhedral Belahan : Ada, 1 arah Pecahan : Ada, sedikit, tidak teratur Inklusi : Ada Relief : Rendah-sedang Pleokroisme : Monokroik 2. Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan : Tidak ada Sudut Gelapan : Tidak ada Kembaran : ada, carlsbad Sudut Kembaran : 48 Warna Interferensi : Orange orde I merah muda orde I TRO : Adisi (+) Sign of Elongation : lenght slow Gambar : Nikol Sejajar Nikol Bersilang Gambar 3.15 Nikol Sejajar 11-B10 Gambar 3.16 Nikol Bersilang 11-B10 Nama Mineral : Orthoklas 19

20 3.6 No. Preparat 11B-7 1. Deskripsi Nikol Sejajar Warna : colorless Ukuran : 3mm Bentuk : lathlike Belahan : 1 arah Pecahan : Ada, teratur, banyak Inklusi : Tidak ada Relief : Rendah Pleokroisme : Monokroik 2. Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan : Ada, miring Sudut Gelapan : = 39 0 Kembaran : - Sudut Kembaran : - Warna Interferensi :Putih orde I kuning orde I TRO : Adisi (+) Sign of Elongation : Length slow Gambar : Nikol Sejajar Nikol Bersilang Gambar 3.17 Nikol Sejajar 11-B7 Gambar 3.18 Nikol Bersilang 11-B7 Nama Mineral : Klinopiroksen(diopsid) 20

21 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 No. Preparat 11-B2 (biotit) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B2 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interference colors. Pada mineral yang di amati ini dengan nikol sejajar terlihat warna yang cokelat kehitaman. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil 1x1,3 mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah subhedral karena kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian kristalnya sendiri. Pada mineral ini kemungkinan adalah mineral yang terbentuk setelah adanya mineral lain. Pada mineral ini tidak terlihat kenampakan belahannya. Pecahan pada mineral ini ada, cukup banyak, dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang cukup tinggi. Lalu pada pengamatan ini terlihatanya adanya inklusi yang memungkinkan selama proses kristalisasi ini sebagian material asing terkumpul dan terperangkap dalam kristal. Relief pada mineral yang di amati adalah relief sedang karena kenampakkan bidang batas mineral tidak terlihat jelas namun tidak juga kabur. Relief sedang pada mineral ini dikarenakan tidak besar tetapi tidak kecil juga perbedaan harga indeks bias. Pada pengamatan relief ini menggunakan balsam kanada untuk 21

22 mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop karena dengan menggunakan media balsam kanada memiliki relief nol. Mineral ini bersifat isotropik, karena pada saat meja objek diputar hanya terdapat satu warna saja. Dengan demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme. Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali adalah adanya kembaran atau belahan. Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Pada mineral ini memiliki gelapan sejajar yang terjadi dimana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan arah getar PP dan atau AA. Sehingga dapat dikatan sumbu optik berimpit dengan sumbu kristalografi dan dari perhitungan sudut yaitu 90. Interferensi warna yang terjadi adalah kuning orde II sampai pada kuning orde III. Tanda rentang optik ini adalah addisi karena menambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan, yang berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat. Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol sejajar dan nikol bersilang, mineral yang di amati adalah biotit. 4.2 No. Preparat 11-BM9 (kalsit) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-BM9 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interferebce colors. Pada mineral yang di amati pada nikol sejajar ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya. Mineral tembus cahaya dapat dibagi dua jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna. Pada mineral yang di amati termasuk pada jenis mineral tidak berwarna. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau 22

23 cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil <1 mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah anhedral karena kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri. Pada mineral ini terlihat kenampakan belahannya yaitu belahan tiga arah biasanya belahan tiga arah ini terdapat pada mineral yang disayat miring atau tegak lurus sumbu c. Pecahan pada mineral ini ada, cukup banyak, dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang cukup tinggi. Lalu pada pengamatan ini tidak terlihatanya adanya inklusi. Relief pada mineral yang di amati adalah relief rendah karena kenampakkan bidang batas mineral tidak terlihat jelas. Kenampakan relief rendah ini dikarenakan kecilnya indeks bias dan mengakibatkan kenampakkan bidang batas antar mineral akan semakin kabur. Pada pengamatan relief ini menggunakan balsam kanada untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop karena dengan menggunakan media balsam kanada memiliki relief nol. Mineral ini bersifat isotropik karena pada saat meja objek diputar hanya terdapat satu warna saja. Dengan demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme. Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan yang terjadi karena karena tidak ada cahaya yang di teruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Kedudukan gelapan ini miring dimana sumbu panjang kristal(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA dan dari perhitungan sudutnya di dapatkan hasil 25. Interferensi warna yang terjadi adalah merah muda orde II sampai pada cokelat orde I. Tanda rentang optik ini adalah substraksi karena berkurangnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan. yang berarti sign of elongation nya adalah lenght 23

24 fast, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat. Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol sejajar dan nikol bersilang mineral yang di amati adalah kalsit. 4.3 No. Preparat BM-2 (kuarsa) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor BM-2 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interferebce colors. Pada mineral yang di amati ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah anhedral karena kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri dan juga bentuk mineralnya granural. Pada mineral ini tidak terlihat kenampakan belahannya. Pecahan pada mineral ini ada dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. Lalu pada pengamatan ini tidak terlihatanya adanya inklusi. Relief pada mineral yang di amati adalah relief rendah karena kenampakkan bidang batas mineral tidak terlihat jelas. Mineral ini bersifat isotropik karena pada saat meja objek diputar hanya terdapat satu warna saja. Dengan demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme. Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan 24

25 bergelombang yang terjadi karena pada mineral yang mengalami teganganatau distorsi sehingga orientasi sebagian sisi kristal mengalami perubahan berangsur dan kedudukan gelapan masing-maing agak berbeda. Interferensi warna yang terjadi adalah putih orde I sampai pada merah muda orde II. Tanda rentang optik ini adalah adisi karena bertambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan yang berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat(sumbu z). Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol sejajar dan nikol bersilang mineral yang di amati adalah kuarsa. 4.4 No. Preparat 11-B2 (hornblende) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B1 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interferebce colors. Pada mineral yang di amati ini terlihatnya warna kecoklatan. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil 4x0,5 mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah euhedral karena kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan dan juga bentuk mineralnya columnar. Pada mineral ini terlihat kenampakan belahannya yaitu belahan dua arah. Pecahan pada mineral ini ada, sedikit, dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. Lalu 25

26 pada pengamatan ini terlihatanya adanya inklusi. Relief pada mineral yang di amati adalah relief tinggi karena kenampakkan bidang batas mineral terlihat jelas. Mineral ini bersifat anisotropik karena pada saat meja objek diputar terdapat kenampakan dua warna. Dengan demikian mineral yang anisotropik mempunyai pleokroisme. Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan yang terjadi karena karena tidak ada cahaya yang di teruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Kedudukan gelapan ini miring dimana sumbu panjang kristal(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA dan dari perhitungan sudut yaitu 28. Interferensi warna yang terjadi adalah hijau orde III sampai dengan cokelat II. Tanda rentang optik ini adalah substraksi karena berkurangnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan yang berarti sign of elongation nya adalah lenght fast, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat. Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol sejajar dan nikol bersilangmineral yang di amati adalah hornblende. 4.5 No. Preparat 11-B10 (orthoklas) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B10 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interferebce colors. Pada mineral yang di amati ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil 3x3mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah lathlike, subhedral-euhedral. Pada mineral ini terlihat kenampakan 26

27 belahannya yaitu belahan satu arah terlihat dari bidang-bidang belahan yang nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain. Pecahan pada mineral ini ada, sedikit, dan juga tidak teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan semakin kebawah pada tabel Bowens Reaction Series maka resistensi pada mineral akan semakin kuat, yang berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang cukup tinggilalu pada pengamatan ini terlihatanya adanya inklusi. Relief pada mineral yang di amati adalah relief rendah sampai sedang karena kenampakkan bidang batas mineral tidak terlihat jelas. Kenampakan relief rendah sampai sedang ini dikarenakan kecilnya harga indeks bias antara kedua media yang mengakibatkan kenampakan biadang batas antar mineral akan semakin kabur. Mineral ini bersifat isotropik karena pada saat meja objek diputar hanya terdapat kenampakan satu warna saja. Dengan demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme. Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral tidak ini memiliki gelapan, namun terlihat kembaran carlsbad. Kembaran terjadi selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Twinning angle nya di dapatkan hasil 48. Interferensi warna yang terjadi adalah orange orde I sampai dengan merah muda orde I. Tanda rentang optik ini adalah addisi karena bertambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan yang berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat(sumbu z). Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol sejajar dan nikol bersilangmineral yang di amati adalah orthoklas. 27

28 4.6 No. Preparat 11B-7 (klinopiroksen) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B7 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interferebce colors. Pada mineral yang di amati ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil 3mm dengan perbesaran 10 kali. Bentuk mineral pada mineral ini adalah lathlike. Pada mineral ini terlihat kenampakan belahannya yaitu belahan satu arah terlihat dari bidang-bidang belahan yang nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain. Pecahan pada mineral ini ada, banyak, dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang cukup tinggi. Lalu pada pengamatan ini tidak terlihat adanya inklusi. Relief pada mineral yang di amati adalah relief rendah karena kenampakkan bidang batas mineral tidak terlihat jelas. Kenampakan relief rendah ini dikarenakan kecilnya perbedaan harga indeks bias yang mengakibatkan kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin kabur Mineral ini bersifat isotropik karena pada saat meja objek diputar hanya terdapat kenampakan satu warna saja. Dengan demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme. Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali adalah adanya kembaran atau belahan. Pada mineral ini memiliki gelapan yang terjadi karena karena tidak ada cahaya yang di teruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Kedudukan gelapan ini miring dimana sumbu panjang 28

29 kristal(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA dan dari perhitungan sudut yaitu 39. Interferensi warna yang terjadi adalah putih orde I sampai pada kuning orde I. Tanda rentang optik ini adalah adisi karena menambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan yang berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat(sumbu z). Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol sejajar dan nikol bersilang mineral yang di amati adalah klinopiroksen(diopsid). 29

30 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B2 yang telah dilakukan pada nikol sejajar dan bersilang yaitu memiliki warna kehitaman, bentuk berlembar, plekroisme kuat, dan juga gelapan miring, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah biotit. Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-BM9 yang telah dilakukan pada nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, belahan sempurna tiga arah, tanda optik nya substraksi, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah kalsit. Berdasarkan pengamatan preparat nomor BM-2 yang telah dilakukan pada nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, bentuk tak beraturan, anhedral granural, tidak memiliki belahan, gelapan bergelombang, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah kuarsa. Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B1 yang telah dilakukan pada nikol sejajar dan bersilang yaitu memiliki warna hijau kecoklatan, relief tinggi, juga gelapan miring, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah hornblende. Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B10 yang telah dilakukan pada nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, relief rendah, kembaran carlsbad, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah orthoklas. Berdasarkan pengamatan preparat nomor 11-B7 yang telah dilakukan pada nikol sejajar dan bersilang yaitu colorless, relief rendah, gelapan miring, dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah klinopiroksen(diopsid). 30

31 DAFTAR PUSTAKA 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-Sifat Optik Mineral Sifat-sifat optik pada suatu mineral terbagi menjadi dua, yakni sifat optik yang dapat diamati pada saat nikol sejajar dan sifat yang dapat diamati

Lebih terperinci

ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT

ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT ACARA II MINERALOGI OPTIK SIFAT-SIFAT OPTIS MINERAL DALAM PENGAMATAN PLANE POLARIZED LIGHT I. Pengamatan Plane Polarized Light Pengamatan PPL (plane polarized light) merupakan pengamatan yang hanya mengunakan

Lebih terperinci

Pengenalan Mineral Optik & Petrografi. Fahri Adrian Teknik Geologi dan Geofisika Universitas Syah Kuala

Pengenalan Mineral Optik & Petrografi. Fahri Adrian Teknik Geologi dan Geofisika Universitas Syah Kuala Pengenalan Mineral Optik & Petrografi Fahri Adrian Teknik Geologi dan Geofisika Universitas Syah Kuala Nama : Fahri Adrian B.Sc., M.Sc. Pendidikan: S1, Geologi (Petroleum) Universiti Kebangsaan Malaysia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MINERAL PADA POSISI NIKOL SILANG PERTEMUAN III

IDENTIFIKASI MINERAL PADA POSISI NIKOL SILANG PERTEMUAN III IDENTIFIKASI MINERAL PADA POSISI NIKOL SILANG PERTEMUAN III DEFINISI NIKOL SILANG Mineral diamati secara terpolarisasi Metode pengamatan: Memasang analizer hingga menghalangi sinar yang dikirim ke okuler

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHSAN. 1. Lensa Okuler berfungsi untuk melihat objek yang akan di teliti.

BAB III HASIL DAN PEMBAHSAN. 1. Lensa Okuler berfungsi untuk melihat objek yang akan di teliti. BAB III HASIL DAN PEMBAHSAN Bagian Bagian Mikroskop Polarisasi serta fungsinya A.Tubus Atas A.1. Tubus Atas Bagian Atas 1. Lensa Okuler berfungsi untuk melihat objek yang akan di teliti. 2. Eye Peace berfungsi

Lebih terperinci

ACARA I MINERALOGI OPTIK PENGENALAN MIKROSKOP DAN PREPARASI SAYATAN

ACARA I MINERALOGI OPTIK PENGENALAN MIKROSKOP DAN PREPARASI SAYATAN ACARA I MINERALOGI OPTIK I. Bagian-Bagian Mikroskop Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang menggunakan cahaya terpolarisasi untuk mengamati objek yang salah satunya merupakan sayatan tipis (thin section)

Lebih terperinci

ACARA IV MINERALOGI OPTIK PENGAMATAN MINERAL SECARA KONOSKOPIK

ACARA IV MINERALOGI OPTIK PENGAMATAN MINERAL SECARA KONOSKOPIK ACARA IV MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Pengamatan secara konoskopik dilakukan sebagai langkah pengamatan lanjut apabila ada mineral-mineral yang tidak dapat/sulit dibedakan dengan menggunakan nikol sejajar

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi Lampiran. Analisis Petrografi No.Conto : GE- Satuan : Tbr (Masadasar) Lokasi : Kendeng Nama Batuan : Andesit Piroksen \\ A B mm E F X A B mm E F Sayatan tipis andesit piroksen, hipokristalin, alotriomorfik

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI LAPORAN MINGGUAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI LAPORAN MINGGUAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI LAPORAN MINGGUAN ACARA I PENGENALAN MIKROSKOP POLARISASI NAMA : INDAH AMALIA

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG

DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG DESKRIPSI OPTIS MINERAL DENGAN PENGAMATAN NIKOL SEJAJAR & NIKOL SILANG MONTICELLITE (CaMgSiO4) Orthorhombic 2V = 750-800 Tidak berwarna. Granular agregate dari kristal anhedral subhedral, kristal prismatik

Lebih terperinci

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain : MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom

Lebih terperinci

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm No conto : Napal hulu Zona ubahan: sub propilitik Lokasi : Alur S. Napal Nama batuan: lava andesit 0 0.5 mm P1 0 0.5 mm Sayatan andesit terubah dengan intensitas sedang, bertekstur hipokristalin, porfiritik,

Lebih terperinci

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) Abstrak Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif, dengan alat yang digunakan yaitu polarimeter. Dimana Sinar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Konoskop Pengamatan mokroskop dengan konoskopik merupakan pengamatan yang dilakukan bukan terhadap mineral, melainkan lebih terhadap sifat-sifat yang ditimbulkan oleh kelakuan

Lebih terperinci

MODUL I MIKROSKOP. TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop optik, untuk pengamatan preparat biologi.

MODUL I MIKROSKOP. TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop optik, untuk pengamatan preparat biologi. 1 MODUL I MIKROSKOP TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop optik, untuk pengamatan preparat biologi. TEORI Mikroskop digunakan untuk memperbesar gambaran dari benda yang terlalu kecil untuk dilihat

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.3 1. Pengamatan dengan mikroskop dimulai dengan menggunakan lensa objektif... Cahaya lemah Cahaya kuat Perbesaran lemah

Lebih terperinci

1.1 Hasil Analisis Petrografi 1.2. Lampiran 1

1.1 Hasil Analisis Petrografi 1.2. Lampiran 1 1.1 Hasil Analisis Petrografi 1.2 Lampiran 1 Lampiran 1a. Hasil Analisis Sayatan Tipis Batuan, Daerah Danau Ranau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung No. Urut : 1 No. Sampel : DR-80 Lokasi : ; X=

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

Mineral Seri Reaksi Bowen

Mineral Seri Reaksi Bowen Mineral Seri Reaksi Bowen No Deret Diskontinu Deskripsi Megaskopis 1 Olivin Warna : Hijau Tua, Kehitaman Belahan : Konkoida Pecahan : Gelas Kiilap : Putih Berat Jenis : 3,27-3,37 Kekerasan : 6,5-7 2 Piroksen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam prakteknya,

Lebih terperinci

CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP DENGAN BAIK DAN BENAR. By :

CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP DENGAN BAIK DAN BENAR. By : CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP DENGAN BAIK DAN BENAR By : T r i Intan Jati P. (G0C015034) Universitas Muhammadyah Semarang DEFINISI MIKROSKOP BAGIAN BAGIAN MIKROSKOP TAHAP PERSIAPAN CARA PENGGUNAAN SELESAI

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung Alat ukur sudut Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu sudut. Sudut dapat diartikan sebagai harga besar kecilnya pembukaan antara dua garis (lurus) yang bertemu pada suatu titik.

Lebih terperinci

UNlVERSITI SAINS MALAYSIA. Peperiksaan Semester Kedua. Sidang Akademik 1997/98. Februari 1998 EBS 202/3 -MINERALOGI OPTIK DAN BERANALISIS

UNlVERSITI SAINS MALAYSIA. Peperiksaan Semester Kedua. Sidang Akademik 1997/98. Februari 1998 EBS 202/3 -MINERALOGI OPTIK DAN BERANALISIS UNlVERSITI SAINS MALAYSIA Peperiksaan Semester Kedua Sidang Akademik 1997/98 Februari 1998 EBS 202/3 -MINERALOGI OPTIK AN BERANALISIS Masa: [3 jam] Arahan Kepada Calon : Sila pastikan kertas peperiksaan

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah prisma mempunyai indeks bias 1,5 dan sudut pembiasnya 60 0. Apabila pada prisma itu dijatuhkan seberkas cahaya monokromatik pada salah satu sisi prisma dengan sudut datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2.1 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2.1 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan keilmuan geologi berkembang semakin pesat seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban manusia. Hal ini ditunjang dengan semakin pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN MIKROSKOP A. PENDAHULUAN Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek

Lebih terperinci

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Oleh Lenia W Sugiyanto BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah penemuan Mikroskop Sejarah ditemukannya mikroskop sejalan dengan penelitian terhadap. mikrobiologi.yang memasuki masa keemasan saat berhasil mengamati

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5 LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR Disusun Oleh : JOSSY KOLATA (1007121681) KELOMPOK 5 LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

g. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan

g. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan g. Lensa Cembung Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh bidang lengkung. Pada pembahasan lensa dianggap tipis sehingga dapat diabaikan apa yang terjadi dengan sinar didalam lensa dan pembahasan hanya

Lebih terperinci

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G No. Sample : BJL- Nama batuan : Andesit Piroksen Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat :. mt,.00.0 mu Sayatan batuan beku, berwarna abu-abu, kondisi segar, bertekstur porfiritik, terdiri

Lebih terperinci

fisika CAHAYA DAN OPTIK

fisika CAHAYA DAN OPTIK Persiapan UN SMP 2017 fisika CAHAYA DAN OPTIK A. Sifat-Sifat Cahaya Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik sehingga cahaya dapat merambat di dalam ruang hampa udara. Kecepatan cahaya merambat

Lebih terperinci

MINERALOGI Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,

MINERALOGI Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, MINERALOGI Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya mempelajari tentang sifat - sifat fisik, cara

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop

I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop II. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mampu menera mikroskop dengan bermacam-macam kombinasi okuler dan objektif 2. Mampu melakukan pengukuran benda / partikel yang Berukuran

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I

KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I A. Definisi Kristal Kristal merupakan zat padat yang memiliki atom atau senyawa yang mempunyai susunan secara teratur dan berulang hingga membentuk bidang bidang kristal. Kristal

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 2. MIKROSKOPLatihan Soal 2.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 2. MIKROSKOPLatihan Soal 2.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 2. MIKROSKOPLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio7-mikroskop-2.1-01.jpg Fungsi bagian yang bertanda A adalah...

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

OPTIKA FISIS. Celah Ganda Young Layar Putih

OPTIKA FISIS. Celah Ganda Young Layar Putih OPTIKA FISIS A. Interferensi Cahaya : Peraduan antara dua atau lebih gelombang cahaya yang menghasilkan ola tertentu. Untuk engamatan Interferensi gelombang cahaya, agar hasilnya daat diamati dierlukan

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB . Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai sifatsifat. ) merupakan gelombang medan listrik dan medan magnetik ) merupakan gelombang longitudinal ) dapat dipolarisasikan ) rambatannya memerlukan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL Kelompok 4 Kelas A Anggota : 1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad

Lebih terperinci

6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR

6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR 6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR 17 Menurunkan hukum pembiasan. 21 Mendeskripsikan pengertian bayangan nyata dan bayangan maya. INDIKATOR KD - 6.4 ( B. LENSA ) 18 Menjelaskan makna indeks bias medium. 19 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK

BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK KOMPETENSI INTI 3. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia, proses pembentukan bayangan pada mata serangga,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, R.W., van, 949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed Office, The Hague, 7 p. Duda, W. H, 976, Cement Data Book, ed- Mc. Donald dan Evans, London, 60 hal. Dunham, R.J.,

Lebih terperinci

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s.

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. CAHAYA 1. Siat Gelombang Cahaya Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Siat2 cahaya : Dapat

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

D. massa E. volume. D. mhv E. h/(mv) 3. Warna-warna yang tampak pada gelembung sabun menunjukkan gejala : A. diraksi B. refraksi C.

D. massa E. volume. D. mhv E. h/(mv) 3. Warna-warna yang tampak pada gelembung sabun menunjukkan gejala : A. diraksi B. refraksi C. 1. Besaran-besaran dibawah ini yang TIDAK merupakan besaran turunan adalah : A. momentum B. kecepatan C. gaya D. massa E. volume 2. Sebuah partikel yang mempunyai massa m bergerak dengan kecepatan v. Jika

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on: Pertemuan 3 1. Alat Ukur Tanah 2. Pengukuran dengan Menyipat Datar Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ 1 Pendahuluan Konstruksi alat ukur disesuaikan dengan maksud dan penggunaan

Lebih terperinci

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3 Latihan 7.3 1. Bagaimanakah bunyi hukum pemantulan cahaya? 2. Bagaimanakah bunyi hukum pembiasan cahaya? 3. Apa hubungan pembiasan dengan peristiwa terebntuknya pelangi setelah hujan? Jelaskan! 4. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

SPEKTROMETER. I. TUJUAN UMUM Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan mampu menggunakan spectrometer untuk menentukan panjang gelombang cahaya

SPEKTROMETER. I. TUJUAN UMUM Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan mampu menggunakan spectrometer untuk menentukan panjang gelombang cahaya SPEKTROMETER I. TUJUAN UMUM Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan mampu menggunakan spectrometer untuk menentukan panjang gelombang cahaya II. TUJUAN KHUSUS 1.Mengungkapkan prinsip kerja spectrometer

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 1 BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK.1 Gelombang Elektromagnetik Energi gelombang elektromagnetik terbagi sama dalam bentuk medan magnetik dan medan listrik. Maxwell menyatakan bahwa gangguan pada gelombang

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI CAHAYA

PENDALAMAN MATERI CAHAYA PENDALAMAN MATERI CAHAYA Cahaya digolongkan sebagai suatu bentuk radiasi. Radiasi adalah sesuatu yang memancar keluar dari suatu sumber tetapi bukan merupakan zat. Cahaya dapat dilihat mata manusia. Cahaya

Lebih terperinci

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Lampiran Petrografi 1 KODE SAYATAN : Y1 LINTASAN : TERMINAL MS 3 FORMASI : Steenkool PERBESARAN : 10 X d = 2 mm DESKRIPSI : LEMBAR DESKRIPSI

Lebih terperinci

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar

Lebih terperinci

Cara Menggunakan Mikroskop dengan Baik dan Benar

Cara Menggunakan Mikroskop dengan Baik dan Benar Cara Menggunakan Mikroskop dengan Baik dan Benar Tugas I Disusun untuk memenuhi tugas browsing artikel webpage Disusun oleh : Tri Intan Jati Pamungkas (G0C015034) PROGRAM DIII ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK...2 24.1 Prinsip Huygen dan Difraksi...2 24.2 Hukum-Hukum Pembiasan...2 24.3 Interferensi Cahaya...3 24.4 Dispersi...5 24.5 Spektrometer...5 24.6

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA I: PETROGRAFI BATUAN BEKU Asisten Acara: 1. 2. 3. 4. Nama Praktikan

Lebih terperinci

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK Sepertinya bunyi dalam padatan hanya berperan kecil dibandingkan bunyi dalam zat alir, terutama, di udara. Kesan ini mungkin timbul karena kita tidak dapat

Lebih terperinci

A. MATA Merupakan alat Indra kita untuk melihat keadaan disekitar kita. Bagian-bagian mata No Bagian Mata Fungsinya 1 Lensa mata Memfokuskan bayangan

A. MATA Merupakan alat Indra kita untuk melihat keadaan disekitar kita. Bagian-bagian mata No Bagian Mata Fungsinya 1 Lensa mata Memfokuskan bayangan A. MATA Merupakan alat Indra kita untuk melihat keadaan disekitar kita. Bagian-bagian mata No Bagian Mata Fungsinya 1 Lensa mata Memfokuskan bayangan 2 Iris Mengatur besar kecil pupil 3 Pupil Mengatur

Lebih terperinci

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS TEGUH YUWONO, S.T ILMU BATUAN SMK N 1 PADAHERANG DEFINISI merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan magma dan merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SMP : SMP Negeri 1 Berbah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Kelas/Semester : VII/1 Materi Pokok : Makhluk Hidup Submateri : Mikroskop Alokasi Waktu

Lebih terperinci

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung. Bab 7 Cahaya Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 7. Pensil yang dicelupkan ke dalam air Coba kamu perhatikan Gambar 7.. Sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air akan tampak bengkok jika dilihat

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu. OPTIK A. OPTIKA GEOMETRI Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. 1. Pemantulan Cahaya Cahaya adalah kelompok sinar yang kita lihat.

Lebih terperinci

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA A. SIFAT-SIFAT CAHAYA Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Cahaya menurut sumber berasalnya ada 2 macam, yaitu: 1. cahaya

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pendahuluan Optika geometri adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat cahaya Sifat-sifat Cahaya yang dipelajari meliputi. Pemantulam cahaya 2. Pembiasan cahaya 3. Alat-alat optik Cahaya

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN BAB IV BIOOPTIK Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat: a. Menentukan posisi dan pembesaran bayangan dari cermin dan lensa b. Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata c. Menjelaskan

Lebih terperinci

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI OPTIK GEOMETRI (Kelas XI SMA) TRI KURNIAWAN 15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI 1 K o m p u t e r i s a s i P e m b e l a j a r a n F i s i k a OPTIK GEOMETRI A. Kompetensi

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN PERALATAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JEMBER

INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN PERALATAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JEMBER INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN PERALATAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JEMBER LABORATORIUM??? Laboratorium mempunyai peran sentral di sekolah lanjutan yaitu sebagai tempat

Lebih terperinci

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong ALAT-ALAT OPTIK UNTUK SMk KELAS XII SEMESTER 1 OLEH : MUJIYONO,S.Pd SMK GAJAH TUNGGAL METRO MATERI : ALAT-ALAT OPTIK TUJUAN PEMBELAJARAN : Standar Kompetensi: 3. Menerapkan prinsip kerja alat-alat optik

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik (tekstur dan komposisinya) serta perilaku mineral-mineral penyusun dalam batuan (beku, sedimen dan

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah:

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah: ALAT-ALAT OPTIK Kemajuan teknologi telah membawa dampak yang positif bagi kehidupan manusia, berbagai peralatan elektronik diciptakan untuk dapat menggantikan berbagai fungsi organ atau menyelidiki fungsi

Lebih terperinci

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA 4.1 Tinjauan Umum Menurut kamus The Penguin Dictionary of Geology (1974 dalam Rusman dan Zulkifli, 1998), mineralisasi adalah proses introduksi (penetrasi atau akumulasi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer

Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer Oleh : I Gede Dika Virga Saputra (1108105034) Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana 2013 Abstrak Tujuan dari percobaan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Spektrum gelombang elektromagnetik jika diurutkan dari frekuensi terkecil ke yang paling besar adalah...

Lebih terperinci

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja

YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008. Selamat Bekerja YAYASAN PENDIDIKAN JAMBI SEKOLAH MENENGAH ATAS TITIAN TERAS UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/Program : X/Inti Hari/ Tanggal : Kamis, 5 Juni 2008 Waktu : 120

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi 1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah

Lebih terperinci

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan kelajuan 5000 m/s. Jika massa jenis besi tersebut adalah 8 g/cm 3, maka besar modulus elastik besi adalah... (2x10 11 N/m 2 ) 2. Besar kecepatan bunyi pada suatu

Lebih terperinci

Polarisasi karena pemantulan. Suatu sinar yang datang pada suatu cermin dengan sudut 57 akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi.

Polarisasi karena pemantulan. Suatu sinar yang datang pada suatu cermin dengan sudut 57 akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi. POLARISASI CAHAYA Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang sehingga hanya tinggal memiliki satu arah getar saja. Cahaya dapat terpolar karena peristiwa: Pemantulan Pembiasan

Lebih terperinci

ALAT OPTIK ALAT OPTIK

ALAT OPTIK ALAT OPTIK 3 ALAT OPTIK Setelah mempelajari materi "Alat Optik" diharapkan Anda mampu menganalisis fungsi bagian-bagian, dan pembentukan bayangan pada alat optik mata, kacamata, kamera, lup, mikroskop, dan teropong

Lebih terperinci