TINJAUAN PERAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA DENGAN FOKUS INTERNAL PADA WIRAUSAHAWAN PELAKU BISNIS KULINER DI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PERAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA DENGAN FOKUS INTERNAL PADA WIRAUSAHAWAN PELAKU BISNIS KULINER DI JAKARTA"

Transkripsi

1 TINJAUAN PERAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA DENGAN FOKUS INTERNAL PADA WIRAUSAHAWAN PELAKU BISNIS KULINER DI JAKARTA Aristo Surya Gunawan Program Studi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya, Jakarta, ABSTRAK: Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan pasca krisis ekonomi tahun jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat. Sampai tahun 2014 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 57,9 juta pelaku usaha dengan total kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 58,92% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,3%. Peranan UMKM ini sangat penting bagi perekonomian nasional Indonesia. UMKM kelompok usaha perdagangan, hotel dan restoran (termasuk jasa pangan atau kuliner) memiliki proporsi sebanyak 28,3% dari total jumlah UMKM dan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memberikan sumbangan besar terhadap PDB. Kepemimpinan wirausaha (entrepreneurial leadership) yang dikemukakan oleh Thornberry (2006) membagi berdasarkan fokus internal dan eksternal. Kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal terdiri atas peran sebagai aktivis dan katalis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal tersebut dalam diri para wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta. Studi ini merupakan penelitian deskriptif dengan data kuantitatif yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 150 orang responden wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta. Analisis yang dilakukan adalah dengan nilai rata-rata (mean score). Hasil penelitian menyimpulkan peranan kepemimpinan wirausaha yang menonjol adalah pada peran sebagai miner dengan aspek kreatif dalam mengelola bisnis serta mendukung pada perubahanperubahan pada organisasi bisnis agar lebih baik serta memprioritaskan pelanggan. Kata Kunci: Kewirausahaan, Kepemimpinan wirausaha, Bisnis kuliner ABSTRACT: Data from Central Bureau of Statistics shows that after the economic crisis,, the number of Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) increased. Until 2014, the number of MSMEs in Indonesia reached 57.9 million businesses with the total contribution to the Gross Domestic Product (GDP) amounted at 58.92% and the employment rate amounted at 97.3%. The role of MSMEs is very important for the national Indonesian economy. MSMEs business groups of trade, hotel and restaurant (including food or culinary) have a proportion of 28.3% to the total number of MSMEs and this group is one of the economic sectors that contribute significantly to GDP. Entrepreneurial leadership according to Thornberry (2006) divides by internal and external focus. Entrepreneurial leadership with an internal focus consists of the role of activist and catalyst. This study aims to observe the role of entrepreneurial leadership with internal focus among the entrepreneurs in culinary business in Jakarta. This study is a descriptive study with quantitative data obtained through distributing questionnaires to 150 respondents. The analysis is using mean score technique. The results of this study conclude that the prominent role of entrepreneurial leadership is miner, which means creatively managing the business by encouraging business organization to adapt the changes in order to perform better and more prioritize customer. Keywords: Entrepreneurship, Entrepreneurial leadership, Culinary business 195

2 PENDAHULUAN Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan pasca krisis ekonomi tahun jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkat. Sampai tahun 2014 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 57,9 juta pelaku usaha dengan total kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 58,92% dan penyerapan tenaga kerja sebesar 97,3%. Peranan UMKM ini sangat penting bagi perekonomian nasional Indonesia. Dikala krisis, seperti krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998, UMKM relatif lebih mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Hal ini disebabkan mayoritas usaha berskala kecil dan menengah tidak terlalu tergantung pada modal besar atau pinjaman dalam mata uang asing. Dengan demikian ketika ada fluktuasi nilai tukar, perusahaan berskala besarlah yang secara umum paling berpotensi mengalami imbas krisis, bukan UMKM (Profil Bisnis UMKM : 2015) Berdasarkan konsep ISIC (International Standard Classification of All Economic Activities), UMKM dikelompokan ke dalam 9 sektor sesuai jenis kegiatan ekonomi. Salah satu adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan Profil Bisnis UMKM (2015), usaha restoran disebut sebagai kegiatan penyediaan makan minum yang didefinisikan sebagai usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen yang menjual dan menyajikan makan dan minuman untuk umum ditempat usahanya. UMKM kelompok usaha perdagangan, hotel dan restoran (termasuk jasa pangan atau kuliner) memiliki proporsi sebanyak 28,3% dari total jumlah UMKM, atau kedua terbesar dibawah sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Bila dilihat kontribusinya terhadap PDB (data tahun ), maka sektor perdagangan, hotel dan restoran juga tercatat sebagai sektor kedua terbesar yang memberikan sumbangan terhadap PDB (Profil Bisnis UMKM : 2015). Kuliner didefinisikan sebagai kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi dan/atau kearifan lokal sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan citarasa dan nilai produk tersebut (Kemenparekraf : 2014). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif menjelaskan bahwa ekonomi kreatif terdiri atas 16 sub-sektor, dimana kuliner sebagai salah satu sub-sektornya. Berdasarkan Rencana Strategis Kementrian Koordinator Perekonomian, ekonomi kreatif memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sektor yang dapat mendukung perekonomian nasional. Pada tahun 2013, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional sebesar 7.05 % (atau setara Rp.641,81 triliun). Sektor kuliner merupakan sektor yang menyumbang PDB terbesar dengan kontribusi sebesar 32,51 persen. Menteri Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), A.A.G.N Puspayoga sebagaimana dikutip dari Swaonline ( menilai sektor kuliner sebagai bidang ekonomi kreatif yang mempunyai potensi besar. Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kementrian Pariwisata M.Ahman Sya, juga mengatakan bahwa kuliner adalah sebuah destinasi sekaligus penyedap destinasi. Kuliner mempunyai dampak positif dalam pengembangan pariwisata. Ahman juga menjelaskan bahwa sektor kuliner menyumbang pendapatan Rp.200 triliun, lebih besar dari sektor fashion dan kerajinan. Untuk menumbuhkembangkan UMKM, dibutuhkan wirausahawan yang tangguh. Agar UMKM bisa terus bertahan dan sukses dibutuhkan kepribadian yang kuat dari para 196

3 wirausahawan. Kepemimpinan, bagi seorang kewirausahan, adalah modal penting untuk menyelaraskan sumber-sumber daya yang dimilikinya menjadi suatu usaha/bisnis yang berhasil. Tanpa kepemimpinan yang kuat, tidak ada visi besar yang dapat dibangun menjadi sebuah usaha besar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan atas peran kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal pada wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta agar didapatkan gambaran bagaimana para wirausahawan tersebut menjalankan fungsi sebagai pemimpin dalam mengelola bisnisnya. TINJAUAN LITERATUR Menurut Darling et.al (2007), entrepreneurial leadership merupakan suatu proses menghubungkan inovasi dan kemampuan untuk mengambil peluang. Goossen (2007) menambahkan bahwa entrepreneurial leadership merupakan proses penciptaan dan pengembangan budaya kewirausahaan melalui inisiatif baru yang brilian. Fernald et.al (2005) mengatakan proses perkembangan entrepreneurial leadership disebabkan oleh perubahan teknologi sistem informasi, pembaharuan bahan baku, dan perubahan bentuk organisasi. Karakteristik entrepreneurial leadership menurut Fernald et al. (2005): 1. Able to motivate: entrepreneurial leader tidak hanya dapat mengarahkan orang lain untuk bekerja dengan benar, tetapi juga harus dapat memotivasi agar pekerjaan yang dikerjakan menjadi baik. 2. Achievement orientated: entrepreneurial leader sebagai pemimpin yang tepat waktu, terampil, produktif, dan kompeten dalam membangun sebuah bisnis atau usahanya, 3. Persistent: entrepreneurial leader juga adalah seorang yang gigih dalam memperjuangkan apa yang menjadi impiannya, memiliki keteguhan, sikap ulet, dan tidak mudah menyerah apabila mengalami kegagalan. 4. Risk taking: entrepreneurial leader harus berani mengambil resiko, tidak takut mencoba sesuatu. Bukan semata berdasarkan insting atau naluri semata, tetapi semuanya telah diperhitungkan dan direncanakan dengan baik sebelumnya. 5. Visionary: entrepreneurial leader harus memiliki gambaran masa depan usahanya, sehingga ia dapat memiliki keyakinan dan dapat meyakinkan orang lain untuk bersama-sama mencapai tujuan masa depan. Bila konsep gaya kepemimpinan ini dimasukan dalam konteks wirausahawan yaitu pemilik bisnis sebagai pemimpin, Thornberry (2006) mengemukakannya dengan konsep kepemimpinan wirausaha (entrepreneurial leadership). Thornberry mengemukakan dua prediktor yaitu entrepreneurial leadership focus dan entrepreneurial leadership roles untuk pengelompokan gaya kepemimpinan wirausaha. Pada entrepreneurial leadership focus terbagi atas internal dan eksternal, sementara entrepreneurial leadership roles terbagi atas activist dan catalyst. Peran entrepreneur/wirausahawan sebagai aktivis berarti berorientasi pada penciptaan nilai, identifikasi, dan pengembangan untuk menangkap peluang bisnis yang baru. Wirausahawan mencoba memperoleh keunggulan kompetitif untuk mengembangkan bisnisnya. Sedangkan peran Peran entrepreneur/wirausahawan sebagai katalis berarti berorientasi pada inovasi, dengan berani mengambil resiko serta pembelajaran terus menerus demi pencapaian inovasi tersebut. Untuk peran entrepreneur sebagai aktivis dengan fokus internal disebut miners, sedangkan untuk peran entrepreneur sebagai katalis dengan fokus internal disebut accelerators. 197

4 Gambar 1 Entrepreneurial Leadership Focus Internal Seorang miners berupaya senantiasa menata bisnis mereka untuk lebih baik lagi dengan tujuan menciptakan nilai baru bagi pelanggan, sehingga berdampak pada pertumbuhan bisnis. Miners berupaya mencari cara untuk mengidentifikasi dan menggali peluang pada kegiatan operasional bisnis dan prosesnya. Miners merupakan tipe pemimpin yang secara operasional berusaha mencari cara lebih murah atau efisien dalam menjalankan bisnis. Miners membuat bisnis berjalan lebih baik, oleh karenanya dia dianggap sebagai aktivitas yang berfokus kedalam (internal) perusahaan. Seorang accelerators pada umumnya berupaya mempercepat inovasi di internal dengan mendorong dan menstimulasi para pekerja atau karyawannya melakukan proses pembelajaran, mempelajari keterampilan baru dan mencoba hal yang berbeda. Tujuan accelerators berusaha menciptakan manusia (pekerja atau karyawan) yang memiliki value sehingga dalam jangka panjang tercipta iklim inovasi dan kewirausahaan dalam bisnis/perusahaannya. Accelerators berperan sebagai instruktur bagi karyawannya dan memberikan kebebasan karyawan berkreatifitas dalam pekerjaan mereka. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah para wirausahawan kuliner di Jakarta. Metode pengumpulan data adalah dengan menyebarkan kuesioner melalui surat elektronik. Peneliti menggunakan teknik sampel snowball yaitu menyebarkan kuesioner dengan mengirimkan surat elektronik kepada komunitas wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta yang dikenal penulis, yaiitu para alumni Prodi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya. Peneliti meminta untuk menyebarkan surat elektronik berisi kuesioner itu kepada rekan-rekan mereka. Selain dengan snowball sampling, peneliti juga menggunakan purposive sampling yaitu para wirausahawan yang memiliki bisnis kuliner berlokasi di Jakarta. Pada awalnya peneliti mengirimkan ke 10 orang saja. Periode pengumpulan data adalah Juli-September Total responden yang mengirimkan jawaban/kuesioner terisi ke peneliti sebanyak 21 orang. Operasionalisasi variabel yang dikemukakan dalam penelitian ini oleh peneliti adalah sesuai Entrepreneurial Leadership Questionnaires (Thornberry : 2006) sebagai berikut: 198

5 Miner: Berkomunikasi secara tegas dan jelas kepada karyawan Kreatif dalam mengelola bisnis Memastikan bahwa pelanggan tetap menjadi prioritas utama Mendorong karyawan untuk senantiasa kreatif Menganalisis cara kerja yang efektif dan efisien Memecahkan masalah bisnis secara positif Mendukung terjadinya perubahan organisasi ke arah yang lebih baik Accelerators: Mendorong diri sendiri untuk memikirkan cara-cara baru dan lebih baik dalam bekerja Terbuka untuk menerima saran bagi kemajuan bisnis Mendorong untuk melakukan perubahan Mendorong inovasi dalam menjalankan proses bisnis Antusias untuk mempelajari hal baru Memiliki rencana alternatif bila menemui kegagalan Mendorong karyawan agar memiliki inisiatif Memotivasi karyawan untuk melakukan terobosan dalam bekerja Membantu karyawan untuk meningkatkan daya saing perusahaan Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang mendukung kreativitas karyawan Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis berdasarkan skoring yang menunjukan peran kepemimpinan wirausaha rendah, sedang dan tinggi, dengan kriteria sebagai berikut: Miner: Skor : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha miner tinggi (high) Skor : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha miner sedang (medium) Skor : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha miner rendah (low) Accelerators: Skor : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha accelerators tinggi (high) Skor : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha accelerators sedang (medium) Skor : responden memiliki peran kepemimpinan wirausaha accelerators rendah (low) Selain dianalisis dengan menggunakan skoring, hasil tabulasi data juga akan dianalisis dengan menggunakan metode rata-rata keseluruhan (overall mean score). Interpretasi terhadap nilai rata-rata keseluruhan adalah sebagai berikut : Sangat Setuju : Setuju : Cukup Setuju : Kurang Setuju : Tidak Setuju 199

6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut akan dijabarkan mengenai profil responden dalam penelitian ini dan pada tabel 1 dijabarkan mengenai hasil skoring peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner dan accelerators.: Berdasarkan jenis kelamin: pria (48%) dan wanita (52%) Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir: berpendidikan minimal sarjana (57%) dan berpendidikan non-sarjana (43%) Bedasarkan usia: berusia 30 tahun (52%) dan berusia >30 tahun (48%) Berdasarkan status keluarga: belum berkeluarga (43%) dan sudah berkeluarga (57%). Untuk responden yang sudah berkeluarga, 42% memiliki pasangan yang berprofesi sebagai wirausahawan juga dan 58% memiliki pasangan yang berprofesi bukan sebagai wirausahawan. Berdasarkan pengalaman: sudah berwirausaha selama 5 tahun (33%) dan berwirausaha < 5 tahun (67%) Berdasarkan jumlah karyawan: responden yang memiliki karyawan > 10 orang (38%) dan responden yang memiliki karyawan 10 orang (62%). Tabel 1. Skoring Peran Kepemimpinan Wirausaha Responden Miner Accelerators Resp Nilai Skor Interpretasi Skor Nilai Skor Interpretasi Skor 1 27 HIGH 39 MED 2 32 HIGH 39 MED 3 34 HIGH 47 HIGH 4 31 HIGH 36 MED 5 34 HIGH 49 HIGH 6 25 MED 37 MED 7 32 HIGH 38 MED 8 32 HIGH 46 HIGH 9 34 HIGH 49 HIGH HIGH 47 HIGH HIGH 46 HIGH HIGH 42 HIGH HIGH 49 HIGH HIGH 41 MED HIGH 46 HIGH HIGH 46 HIGH HIGH 42 HIGH HIGH 43 HIGH HIGH 43 HIGH HIGH 43 HIGH HIGH 45 HIGH Sumber: hasil pengolahan data Terlihat bahwa untuk peran sebagai miner hanya ada 1 orang responden yang memiliki skor sedang, sementara 20 orang responden menunjukan skor tinggi. Ini 200

7 menunjukan bahwa responden sudah menjalankan peran miner di dalam mengelola bisnisnya, yaitu menata proses bisnis atau kegiatan operasionalnya dengan berupaya memperbaikinya berkesinambungan untuk mencapai kepuasan pelanggan sehingga bisnisnya bisa bertumbuh. Ini dapat dipahami melihat profil responden secara latar belakang pendidikan dimana dominan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga mereka memiliki keterampilan yang cukup untuk melakukan analisis perbaikan proses bisnis apa yang diperlukan. Selain itu profil responden secara usia dimana masih berusia muda 30 tahun, yang artinya berjiwa dinamis sehingga senantiasa terus berupaya melakukan perbaikan maupun penataan pada proses kegiatan operasional bisnisnya lebih baik lagi. Sedangkan untuk peran sebagai accelerators terlihat bahwa ada 6 orang responden yang memiliki skor sedang, sementara 15 orang lainnya menunjukan skor tinggi. Ini menunjukan bahwa responden sudah membangun budaya organisasi dengan mendorong karyawannya untuk mempelajari atau menerapkan sesuatu hal yang baru. Walaupun demikian terlihat bahwa peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner lebih dominan ketimbang accelerators. Ini dapat dipahami jika melihat profil responden secara pengalaman serta jumlah karyawan. Dengan dominasi responden yang memiliki pengalaman berwirausaha < 5 tahun serta memiliki karyawan 10 orang, dapat dikatakan bahwa responden masih dalam tahap merintis bisnisnya, sehingga belum terlalu fokus (atau masih dalam tahap awal) dalam upaya menciptakan iklim inovasi dalam organisasi bisnisnya. Lebih jauh pada tabel 2 dan tabel 3 akan dijabarkan mengenai nilai rata-rata untuk tiap pertanyaan yang mewakili sub-variabel pada peran sebagai kepemimpinan wirausaha miner dan accelerators yang diujikan Tabel 2. Nilai Rata-Rata Untuk Peran Kepemimpinan Wirausaha Sebagai Miner No Sub-Variabel Nilai Rata- Interpretasi Rata 1 Berkomunikasi secara tegas dan jelas kepada karyawan 4.57 Sangat Penting 2 Kreatif dalam mengelola bisnis 4.71 Sangat Penting 3 Memastikan bahwa pelanggan tetap menjadi prioritas 4.71 Sangat Penting utama 4 Mendorong karyawan untuk senantiasa kreatif 4.14 Penting 5 Menganalisis cara kerja yang efektif dan efisien 4.67 Sangat Penting 6 Memecahkan masalah bisnis secara positif 4.67 Sangat Penting 7 Mendukung terjadinya perubahan organisasi ke arah yang 4.71 Sangat Penting lebih baik Nilai Rata-Rata Keseluruhan (OMS) 4.60 Sangat Penting Sumber: hasil pengolahan data Pada tabel 2 terlihat bahwa untuk peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner menghasilkan nilai rata-rata keseluruhan pada skala Sangat Penting. Dari 7 pertanyaan yang diujikan ada 6 pertanyaan yang menghasilkan skala Sangat Penting dan hanya ada 1 pertanyaan yang menghasilkan skala Penting yaitu: terkait mendorong karyawan untuk kreatif. 201

8 Tabel 3. Nilai Rata-Rata Untuk Peran Kepemimpinan Wirausaha Sebagai Accelerators No Sub-Variabel Nilai Rata- Interpretasi Rata 1 Mendorong diri sendiri untuk memikirkan cara-cara baru 4.52 Sangat Penting dan lebih baik dalam bekerja 2 Terbuka untuk menerima saran bagi kemajuan bisnis 4.62 Sangat Penting 3 Mendorong untuk melakukan perubahan 4.24 Sangat Penting 4 Mendorong inovasi dalam menjalankan proses bisnis 4.48 Sangat Penting 5 Antusias untuk mempelajari hal baru 4.52 Sangat Penting 6 Memiliki rencana alternatif bila menemui kegagalan 4.48 Sangat Penting 7 Mendorong karyawan agar memiliki inisiatif 4.38 Sangat Penting 8 Memotivasi karyawan untuk melakukan terobosan dalam 4.00 Penting bekerja 9 Membantu karyawan untuk meningkatkan daya saing 4.19 Penting perusahaan 10 Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang 4.29 Sangat Penting mendukung kreativitas karyawan Nilai Rata-Rata (OMS) 4.37 Sangat Penting Sumber: hasil pengolahan data Pada tabel 3 terlihat bahwa untuk peran kepemimpinan wirausaha sebagai accelerators menghasilkan nilai rata-rata keseluruhan pada skala Sangat Penting. Dari 10 pertanyaan yang diujikan ada 8 pertanyaan yang menghasilkan skala Sangat Penting dan hanya ada 2 pertanyaan yang menghasilkan skala Penting yaitu: terkait mendorong karyawan untuk melakukan terobosan dalam bekerja dan mendorong karyawan untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Dengan membandingkan hasil pada tabel 2 dan tabel 3 terlihat bahwa kendati peran kepemimpinan wirausaha sebagai miner dan accelerators sama-sama menghasilkan nilai rata-rata pada skala Sangat Penting, namun peran miner lebih menonjol dibandingkan peran sebagai accelerators pada responden yang diteliti. Hasil ini senada dengan tabel 1. Melihat profil responden secara usia, pengalaman serta jumlah karyawan tampak bahwa peran kepemimpinan wirausahawan yang dijalankan oleh responden baru pada tahap activist dengan mengidentifikasi peluang-peluang bisnis baru, untuk mencapai pertumbuhan bisnis melalaui perbaikan/penataan kegiatan proses bisnis operasionalnya. Responden masih dalam tahap awal (belum terlalu fokus) pada tahap catalyst dengan menciptakan/mendorong iklim inovasi dalam organisasi bisnisnya. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Peran kepemimpinan wirausaha dengan fokus internal pada responden yang diteliti yaitu wirausahawan pelaku bisnis kuliner di Jakarta menunjukan dominan skala tinggi baik untuk peran miner dan peran accelerators. Begitu juga dengan nilai rata-rata yang dihasilkan juga menunjukan skala Sangat Penting baik untuk peran miner maupun peran accelerators. Namun demikian tampak bahwa peran miner lebih dominan 202

9 dibandingkan peran accelerators pada responden yang diteliti. Ini berarti fokus internal yang dijalankan oleh responden adalah sebagai activist ketimbang catalyst. Penelitian ini perlu diperluas dengan penelitian lanjutan pada komunitas yang sama namun dengan jumlah responden yang lebih banyak agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Disamping itu penelitian ini juga dapat diperdalam dengan penelitian lanjutan secara kualitatif, yaitu melalui wawancara mendalam terhadap responden untuk menggali lebih dalam mengenai implementasi dari peran miner dan accelerators dalam menjalankan bisnis mereka. DAFTAR PUSTAKA Darling, J., Keeffe, M., & Ross, J Entrepreneurial Leadership Strategies and Values: Keys to Operational Excellence, Journal of Small Business and Entrepreneurship. 16(2), Fernald, L. W. Jr., G. T. Solomon and A. Tarabishy, 2005, A New Paradigm: Entrepreneurial Leadership, Southern Business Review, vol.30, no. 2, 2005, pp Goossen, Richard J., 2007, Entrepreneurial Leaders: Reflection on Faith at Work, Trinity Western University Publishing Vancouver. Gunawan, Aristo Surya, Ati Cahayani, Rusminto Wibowo, 2016, Tinjauan Atas Kepemimpinan Wirausaha Pada Wirausahawan Pelaku Ekonomi Kreatif di DKI Jakarta, penelitian internal belum dipublikasikan. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2015, Rencana Strategis , diakses pada 11 September 2017 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014, Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025, Jakarta. Swaonline, 2015, Ekonomi Melambat, UKM Kuliner Terus Melaju, diakses pada 11 September 2017 Thornberry, N Lead Like an Entrepreneur. New York: McGraw-Hill. Tim Bank Indonesia dan Tim LPPI, 2015, Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), kerjasama Bank Indonesia dengan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. BIODATA Aristo Surya Gunawan meraih gelar Sarjana Ekonomi Prodi Akuntansi dan Magister Manajemen dari Unika Atma Jaya Jakarta. Sejak tahun 2003 hingga sekarang menjadi staf pengajar kewirausahaan, keuangan dan akuntansi di Prodi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya. Memiliki minat penelitian dan menulis buku dalam bidang kewirausahaan khususnya wirausahawan muda dan kreatif, serta keuangan. 203

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan dapat menjadi sukses dalam waktu jangka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sebuah perusahaan dapat menjadi sukses dalam waktu jangka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dapat menjadi sukses dalam waktu jangka panjang sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya yang ada didalamnya. Khususnya sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA BERDASARKAN PENGALAMAN DAN SKALA USAHA (STUDI KASUS PADA WIRAUSAHAWAN MUDA DI JAKARTA)

ANALISIS PERBEDAAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA BERDASARKAN PENGALAMAN DAN SKALA USAHA (STUDI KASUS PADA WIRAUSAHAWAN MUDA DI JAKARTA) ANALISIS PERBEDAAN KEPEMIMPINAN WIRAUSAHA BERDASARKAN PENGALAMAN DAN SKALA USAHA (STUDI KASUS PADA WIRAUSAHAWAN MUDA DI JAKARTA) Rusminto Wibowo 1 1 Prodi Magister Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK YANG PENTING BAGI WIRAUSAHAWAN INDUSTRI KREATIF BIDANG KULINER DAN NON KULINER DI WILAYAH DKI JAKARTA

ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK YANG PENTING BAGI WIRAUSAHAWAN INDUSTRI KREATIF BIDANG KULINER DAN NON KULINER DI WILAYAH DKI JAKARTA ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK YANG PENTING BAGI WIRAUSAHAWAN INDUSTRI KREATIF BIDANG KULINER DAN NON KULINER DI WILAYAH DKI JAKARTA Rusminto Wibowo Prodi Administrasi Bisnis Unika Atma Jaya, Jakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi suatu negara dalam membantu laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika krisis moneter

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG

PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG PENGEMBANGAN MODEL DAYA SAING UNTUK PERUSAHAAN KECIL MENENGAH DI ANTARA INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG Abstrak Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam penciptaan lapangan kerja,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: kompetensi kewirausahaan, keberhasilan usaha. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci: kompetensi kewirausahaan, keberhasilan usaha. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Usaha mikro dan kecil memiliki peran yang tidak kalah penting dalam mendukung perekonomian suatu negara karena dapat menjadi ujung tombak industri nasional, menciptakan lapangan pekerjaan tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia selalu menarik untuk diteliti dan diperbincangkan. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur kegiatan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN UMKM DI KECAMATAN BANGIL

PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN UMKM DI KECAMATAN BANGIL PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN UMKM DI KECAMATAN BANGIL Nur Qomariah Informasi Artikel Riwayat Artikel Kata Kunci Kemitraan, Motivasi, Kinerja karyawan

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA Esti Dwi Rinawiyanti Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut 1, Surabaya, Indonesia E-mail: estidwi@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki kontribusi yang cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan dimasa krisis

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. beberapa negara khususnya Negara-negara yang menganut teori ekonomi

BABI PENDAHULUAN. beberapa negara khususnya Negara-negara yang menganut teori ekonomi BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi telah menjadi tujuan dan prioritas dari beberapa negara khususnya Negara-negara yang menganut teori ekonomi klasik maupun neoklasik dengan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang menakutkan bagi perekonomian Indonesia. Krisis pada saat itu telah mengganggu seluruh

Lebih terperinci

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA AHMAD RAIHAN NUARI Email : ahmadraihannuari@yahoo.com Graduate Student, Economic Department, State University of Medan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 1. RELAKSASI KETENTUAN PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PENITIPAN

Lebih terperinci

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Safaruddin 1 1 Jurusan Adminstrasi Niagaˏ Politeknik Negeri Medanˏ Medan 20155 E-mail: safaruddin_60@yahoo.com ABSTRAK Peran penting keberadaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Faktor Sukses Wirausahawan Wanita di Kota Bandung yang dapat dilihat di

BAB V PENUTUP. Faktor Sukses Wirausahawan Wanita di Kota Bandung yang dapat dilihat di BAB V PENUTUP Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, pada bab ini peneliti menarik kesimpulan, menjelaskan keterbatasan penelitian, implikasi penelitian serta memberikan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN II MENENTUKAN HAL-HAL YANG PERLU DI PERSIAPAN KETIKA MULAI BERBISNIS. Saepudin. Modul ke: Fakultas FEB

KEWIRAUSAHAAN II MENENTUKAN HAL-HAL YANG PERLU DI PERSIAPAN KETIKA MULAI BERBISNIS. Saepudin. Modul ke: Fakultas FEB KEWIRAUSAHAAN II Modul ke: MENENTUKAN HAL-HAL YANG PERLU DI PERSIAPAN KETIKA MULAI BERBISNIS Fakultas FEB Saepudin Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN Sikap dan

Lebih terperinci

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan, Implementasi Manajemen Inovasi dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta 4.1.1 Kondisi Impelementasi Manajemen Pengetahuan 4.1.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada sampel pada

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada sampel pada BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan kepada sampel pada penelitian ini adalah 1 orang pemilik, 1 orang sekretaris dan 2 orang

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM:

ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG. Penelitian Proyek Akhir. Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: ANALISIS BUDAYA ENTREPRENEURIAL DI PT. BANK MANDIRI, Tbk. CABANG SURAPATI BANDUNG Penelitian Proyek Akhir Oleh: AULIA NURUL HUDA NIM: 29105340 Program Magister Administrasi Bisnis Sekolah Bisnis dan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil 50 Juta 500 Juta Maksimal 300 Juta

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil 50 Juta 500 Juta Maksimal 300 Juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

Lab. Penyuluhan dan Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Lab. Penyuluhan dan Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI DESA ABIANSEMAL, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG, DALAM RANGKA MENCIPTAKAN WANITA TANI YANG KREATIF DAN INOVATIF B.R.T.Putri 1, I.K.W. Parimartha 2, I.W. Budiartha 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring waktu berlalu, kondisi dunia bisnis yang kian kompetitif membuat banyak perusahaan harus mengatasi beratnya kondisi tersebut dengan membuat strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Pada beberapa bagian penting, budaya organisasi dalam suatu perusahaan dibangun oleh beberapa orang utama (main figures) yang ada masuk ke dalam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 Abstract FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang

I. PENDAHULUAN. beberapa pihak yang berkompeten menyatakan bahwa sukses usaha di bidang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri restoran merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek yang bagus, bahkan dalam kondisi krisis sekalipun. Menurut beberapa pihak yang berkompeten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan UMKM di Indonesia tidak bisa dipungkiri merupakan suatu badan usaha yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang dilakukan dalam penelitian dan dapat dijabarkan seperti pada gambar 3.1 berikut: Gambar. 3.1. Metodologi Penelitian Keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk pembangunan di bidang ekonomi adalah sektor perindustrian. Dalam era globalisasi,

Lebih terperinci

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA TERHADAP KOMUNIKASI ORGANISASI PADA UMKM WARUNG KOPI BLANDONGAN YOGYAKARTA

PENGARUH BUDAYA TERHADAP KOMUNIKASI ORGANISASI PADA UMKM WARUNG KOPI BLANDONGAN YOGYAKARTA PENGARUH BUDAYA TERHADAP KOMUNIKASI ORGANISASI PADA UMKM WARUNG KOPI BLANDONGAN YOGYAKARTA Hendry Kurniawan *) *) Program Studi Sistem Informasi, Universitas Pasir Pengaraian *) hkurniawan354@gmail.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat Ekonomi Indonesia dari krisis global. Saat ini UMKM telah melibatkan 96% tenaga kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Indonesia sibuk melakukan perbaikan dari berbagai aspek dimulai dari infrastruktur sampai usaha kecil menengah. Lebih dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia, ini bisa dilihat dari proporsi UMKM sebesar 99,99% dari total keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Usaha mikro kecil menengah (UMKM) mempunyai peran yang vital dalam perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan (Kompas, 2015). Sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun 2015-2019 tentang kebijakan dan program pemberdayaan koperasi dan pada butir ke enam yaitu meningkatkan produktivitas rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wirausahawan atau Entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani

BAB I PENDAHULUAN. Wirausahawan atau Entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Wirausahawan atau Entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini selain karena usaha tersebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung, Indonesia ABSTRAK

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, Bandung, Indonesia ABSTRAK PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA DISTRO DI KOTA BANDUNG 2015 (STUDI PADA DISTRO YANG TERDAFTAR PADA KICK DI KOTA BANDUNG) Farah Balqish (Balqishfarah@yahoo.co.id) Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bidang yang sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR digilib.uns.ac.id DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di Indonesia mampu membuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu semata-mata ditujukan untuk membawa pada suatu keadaan perekonomian yang diharapkan. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Perekonomiaan yang baik adalah perekonomian yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Perekonomiaan yang baik adalah perekonomian yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu tonggak yang paling penting bagi suatu negara. Suatu negara harus memiliki perekonomian yang baik bagi terciptanya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menjelaskan bahwa pengertian UMKM: usaha mikro adalah usaha produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang terjadi secara mendadak dan di luar perkiraan pada akhir 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang sering dijumpai di negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. pertumbuhan ekonomi pasca krisis tahun 1998 dimana saat itu banyak perusahaanperusahaan

BAB I. Pendahuluan. pertumbuhan ekonomi pasca krisis tahun 1998 dimana saat itu banyak perusahaanperusahaan BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Usaha kecil memiliki pengaruh yang sangat besar untuk memajukan perekonomian suatu negara. Usaha kecil juga bisa menjadi salah satu alternatif lapangan kerja baru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. Wirausaha berperan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja pada dasarnya merupakan kunci utama dalam mengetahui apakah suatu organisasi beroperasi secara efektif dan efisien atau sebaliknya. Dalam menghasilkan kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu mengalami kemunduran, baik

Lebih terperinci

MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE

MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE FAKULTAS KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN Oleh : Agus Supriyanto, SE POKOK BAHASAN Peranan Kewirausahaan dalam Meningkatkan Kesejarhteraan Masyarakat DESKRIPSI Dalam perkulihan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro kecil dan Menengah adalah salah satu sektor yang memiliki kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan disuatu Negara. Dari perspektif

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN DAN KONTROL PADA KEPRIBADIAN KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA YANG SUDAH BERWIRAUSAHA (PADA MAHASISWA ENTREPRENEUR TELKOM UNIVERSITY)

ANALISIS PENCAPAIAN DAN KONTROL PADA KEPRIBADIAN KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA YANG SUDAH BERWIRAUSAHA (PADA MAHASISWA ENTREPRENEUR TELKOM UNIVERSITY) ANALISIS PENCAPAIAN DAN KONTROL PADA KEPRIBADIAN KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA YANG SUDAH BERWIRAUSAHA (PADA MAHASISWA ENTREPRENEUR TELKOM UNIVERSITY) ANALYSIS OF ACHIEVEMENT AND CONTROL ON STUDENTS ENTREPRENEURIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Peranan UMKM di Indonesia sangat penting sebagai penggerak ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat kesulitan dalam menemukan lapangan pekerjaan. Banyak sarjana yang menjadi pengangguran, akibatnya pendidikan yang dulunya begitu diagung-agungkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ABSTRAK PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Edy Suandi Hamid Rektor Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Pertumbuhan ekonomi nasional sangat ditentukan oleh dinamika perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan (negara maupun swasta) untuk bersaing sangat ketat baik terhadap perusahaan lain yang sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro dan kecil memiliki peran yang tidak kalah penting dalam mendukung perekonomian suatu negara karena dapat menjadi ujung tombak industri nasional, menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia telah memberikan suatu pelajaran penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor korporasi yang semula menjadi primadona perekonomian ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci