GAMBARAN STATISTIK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008 DEVI KNS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN STATISTIK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008 DEVI KNS"

Transkripsi

1 GAMBARAN STATISTIK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008 TUGAS AKHIR DEVI KNS PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 PERSETUJUAN Judul : GAMBARAN STATISTIKA KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008 Kategori : TUGAS AKHIR Nama : DEVI KNS NIM : Program Studi : DIPLOMA-3 STATISTIK Departemen : MATEMATIKA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di Medan, Mei 2008 Diketahui/ Disetujui oleh Ketua Departemen Mahasiswa Matematika FMIPA USU Pembimbing Dr. Saib Suwilo, M.sc Drs. Henry Rani Sitepu, M.si NIP NIP

3 PERNYATAAN GAMBARAN STATISTIK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008 TUGAS AKHIR Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, 31 Mei 2008 DEVI KNS

4 DAFTAR ISI Persetujuan Pernyataan Penghargaan Daftar Isi Daftar Tabel Halaman Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Batasan Masalah Metode Penelitian Sistematika Penulisan 6 Bab 2 Tinjauan Teoritis Pengertian Peramalan Kegunaan Peramalan Jenis Peramalan Metode Peramalan Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan Penentuan Pola Data Metode Pemulusan Metode Perataan Metode Pemulusan Eksponensial Metode Smoothing yang digunakan 16 Bab 3 Sejarah Singkat Tempat Riset Sejarah Singkat Masa Pemerintahan Hindia Belanda Masa Pemerintah Jepang Masa Orde Baru-Sekarang Visi dan Misi BPS Kegiatan BPS Kedudukan, Tugas, dan Fungsi BPS Tata Kerja BPS 24

5 3.3.3 Struktur Organisasi BPS Tugas BPS Fungsi BPS Sejarah Singkat Kabupaten Labuhan Batu Kondisi Geografis Visi, Misi dan Strategi 34 Bab 4 Analisis Data Analaisis Data Kependudukan PDRB Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB Perkapita Keuangan APBD 94 Bab 5 Implementasi Sistem Tahapan Implementasi Microsoft Excel Langkah-langkah Memulai Pengolahan Data Pengisian Data 101 Bab 6 Penutup Kesimpulan Saran 102 Daftar pustaka Lampiran

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Menuut Jenis Kelamin 39 Tabel 4.2 Proyeksi penduduk Kabupaten Labuhan Batu 41 Tabel 4.3 PDRB Kabupaten PDRB Labuhanbatu Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tabel 4.4 Peramalan PDRB Atas Dasar harga Berlaku 44 Tabel 4.5 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 45 Tabel 4.6 Peramalan PDRB Atas Dasar harga Konstan 46 Tabel 4.7 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 47 Tabel 4.8 Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Labuhan Batu atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 4.9 Peramalan Sektor Pertanian 49 Tabel 4.10 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 50 Tabel 4.11 Peramalan Sektor Pertambangan dan Penggalian 51 Tabel 4.12 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 52 Tabel 4.13 Peramalan Sektor Industi Pengolahan 53 Tabel 4.14 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 54 Tabel 4.15 Peramalan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 55 Tabel 4.16 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 56 Tabel 4.17 Peramalan Sektor Bangunan 57 Tabel 4.18 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 58 Tabel 4.19 Peramalan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 59 Tabel 4.20 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 60 Tabel 4.21 Peramalan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 61 Tabel 4.22 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 62 Tabel 4.23 Peramalan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 63 Tabel 4.24 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 64 Tabel 4.25 Peramalan Sektor Jasa 65 Tabel 4.26 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 66 Tabel 4.27 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasr Harga Berlaku

7 Menurut Lapangan Usaha (persen) 68 Tabel 4.28 Peramalan Sektor Pertanian 68 Tabel 4.29 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 69 Tabel 4.30 Peramalan Sektor Pertambangan dan Penggalian 70 Tabel 4.31 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 71 Tabel 4.32 Peramalan Sektor Industi Pengolahan 72 Tabel 4.33 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 73 Tabel 4.34 Peramalan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 74 Tabel 4.35 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 75 Tabel 4.36 Peramalan Sektor Bangunan 76 Tabel 4.37 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 77 Tabel 4.38 Peramalan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 78 Tabel 4.39 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 79 Tabel 4.40 Peramalan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 80 Tabel 4.41 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 81 Tabel 4.42 Peramalan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 83 Tabel 4.43 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 84 Tabel 4.44 Peramalan Sektor Jasa 85 Tabel 4.45 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 85 Tabel 4.6 PDRB Perkapita Tahun Tabel 4.47 Peramalan PDRB Perkapita 87 Tabel 4.48 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 88 Tabel 4.49 Peramalan Sektor Pertumbuhan PDRB 89 Tabel 4.50 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 90 Tabel 4.51 Pendapatan Daerah 91 Tabel 4.52 Peramalan Pendapatan Daerah 92 Tabel 4.53 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 93 Tabel 4.7 Belanja Daerah 95 Tabel 4.54 Peramalan APBD 96 Tabel 4.55 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) 97 PENGHARGAAN

8 Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih-nya memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Laporan yang berjudul GAMBARAN STATISTIK KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2008 ini dimaksudkan adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir pendidikan Program Diploma III Statistik USU. Sesuai dngan judulnya, dalam laporan ini akan dibahas mengenai perhitungan demografi Kabupaten Labuhan Batu Tahun Dalam proses pembuatan laporan ini, penulis telah mendapatkan bimbinga dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi, maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada Drs. Henry Rani Sitepu, M.si selaku pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga kepada Dr.Saib Suwilo, M.sc sebagai ketua Departemen Matematika FMIPA USU, dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya, tidak terlupakan kepada orang tua dan semua keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang sangat berarti buat penulis, dan juga ucapan terima kasih untuk teman saya Fitriani, Rany, dan Eka yang telah membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini. Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis juga menyadari kemungkinan terdapat kekurangan dan kesilapan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritikan yang dapat memperbaiki laporan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Medan, Mei 2008 Hormat kami penulis DEVI KNS NIM

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Labuhan Batu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantau Prapat. Kabupaten Labuhan Batu terkenal dengan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet. Wilayah kabupaten yang dilalui tiga sungai besar yaitu Sungai Bilah, Sungai Kualuh dan Sungai Barumun merupakan daerah yang subur. Hal ini dapat dilihat dari 58persen wilayahnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, dimana di dalamnya didominasi subsektor perkebunan. Perkebunan sendiri menyita lahan hektar atau 46% luas wilayah Kabupaten Labuhan Batu. Hasil utama dari perkebunan adalah kelapa sawit dan karet. Kelapa sawit, misalnya pada tahun 2000 dapat memproduksi 4,3 juta ton dari lahan seluas hektar. Dari lahan seluas hektar kebun karet, pada tahun 2000 dapat diproduksi 109,3 ribu ton karet. Sebagian besar industri di kabupaten ini merupakan industri pengolahan hasil pertanian, khususnya perkebunan. Produk yang dihasilkan dari sekitar 39 industri besar dan sedang, 77 persen berupa minyal sawit mentah dan inti sawit yang menggunakan bahan baku kelapa sawit. Karena itu, Kabupaten Labuhan

10 Batu merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang mempunyai perkembangan yang cukup pesat di bidang perekonomian. Kabupaten ini mempunyai sumber daya manusia yang cukup berkualitas, karena pemerintah setempat benar benar memprioritaskan pendidikan kepada masyarakatnya. Sehingga penduduk Kota Rantauprapat ini mempunyai taraf hidup yang cukpu tinggi. Ini dapat dibuktikan dari rumah rumah yang terdapat di kota Rantauprapat dan jarang sekali ditemukan pengemis di kota ini karena penduduk kota Rantauprapat lebih baik menjadi pkerja kasar daripada jadi pengemis. Kabupaten Labuhan Batu mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar, yaitu jiwa disertai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi yaitu 101,98% dan persebarannya yang tidak merata besarnya. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal tetapi juga akan merupakan beban dalam pembangunan. Karena itu, pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan kualitas serta pengarahan mobilitas sehingga mempunyai ciri dan karakteristik yang menguntungkan pembangunan. Sejak tahun 1971 penduduk perkotaan terus meningkat dengan pesat. Hal ini disebabkan proses urbanisasi yang terus menerus terjadi karena kehidupan di perkotaan dianggap lebih baik dan menjanjikan, mudah memperoleh kesempatan kerja dan usaha daripada di pedesaan sehingga dapat disebutkan pula bahwa meningkatnya penduduk kota tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh keadaan sosial dan pertumbuhan pembangunan secara nasional.

11 Dengan data produksi perkebunan, kependudukan, perekonomian, pendapatan daerah, belanja daerah, hasil hutan dan pariwisata, kita dapat membuat gambaran tentang keadaan demografi Kabupaten Labuhan Batu pada tahun Dari gambaran demografi tersebut kita dapat melihat apakah perkembangan dan pembangunan di Kabupaten Labuhan Batu ini semakin meningkat atau semakin menurun pada tahun tahun yang akan datang dan juga dapat diukur tingkat sosial masyarakatnya sekaligus juga dapat digunakan untuk mengevaluasi program pembangunan yang telah dilaksanakan. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana menentukan keadaan demografi Kabupaten Labuhan Batu dimasa yang akan datang diperlukan data dasar yang menggambarkan perkembangan demografi dimasa sebelumnya dimana dapat mengetahui perkembangan demografi setiap tahun. Adapun rumusan masalahnya adalah untuk mengetahui perkembangan demografi Kabupaten Labuhan Batu pada tahun Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari penulisan ini adalah untuk mengamati dam memberikan penyajian data tentang demografi Kabupaten Labuhan Batu disegala bidang yang diharapkan

12 dapat dipergunakan bagi pihak pihak yang membutuhkannya untuk dapat mengambil suatu keputusan atau kebijakan yang dapat membangun kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Untuk melihat demografi Kabupaten Labuhan Batu, apakah perkembangannya meningkat atau menurun pada tahun berikutnya. 2. Untuk melihat perkembangan statistik kependudukan, perekonomian, dan pendidikan di Kabupaten Labuhan Batu. 3. Untuk melihat keuangan Kabupaten Labuhan Batu pada tahun- tahun berikutnya. 4. Agar pemerintah pusat dan daerah Kabupaten Labuhan Batu dapat mengambil tindakan yang akan dilaksanakan untuk tahun-tahun berikutnya dalam mengatasi perkembangan demografinya. 1.3 Rumusan Masalah Untuk menentukan demogrfi Kabupaten Labuhan Batu dimasa yang akan datang diperlukan data dasar yang menggambarkan perkembangan demografi dimasa sebelumnya di mana kita dapat mengetahui perkembangan demografi setiap tahun. Untuk membahas permasalahan yang di hadapi perlu diadakan perumusan masalah, antara lain : 1. Menghitung laju pertumbuhan perekonomian penduduk Kabupaten Labuhan Batu pada tahun Menghitung PDRB Kabupaten Labuhan Batu tahun

13 3. Menghitung laju pertumbuhan penduduk tahun menurut jumlah penduduk tahun Memperkirakan jumlah penduduk pada tahun dengan menggunakan data penduduk tahun Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang, maka penulis hanya membatasi tentang proyeksi (ramalan) pertumbuhan penduduk untuk tahun , menghitung pertumbuhan penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menghitung laju pertumbuhan perekonomian penduduk, dan juga menghitung PDRB Kabupaten Labuhan Batu. 1.5 Metodologi Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang terdiri dari langkah-langkah atau urutan kegiatan yang berfungsi sebagai pedoman umum yang digunakan untuk melaksanakan penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian itu terwujud. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Kepustakaan Penulis melakukan penelitian kepustakaan yaitu dengan mencari informasi di internet, membaca buku-buku di perpustakaan dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang ada kaitannya dengan Kabupaten Labuhanbatu dan Kependudukan di Kabupaten Labuhan Batu. 2. Pengumpulan Data Sekunder

14 a. Data sekunder yaitu data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti tetapi dikumpulkan oleh pihak lain, misalnya dari internet, Badan Pusat Statistik (BPS), kantor-kantor yang ada hubungannya atau publikasi lainnya. Adapun data yang digunakan penulis adalah data sekunder yang diperoleh dari internet dan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan tersebut kemudian diatur, disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang data tersebut. 3. Teknik dan Analisa Data Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode proyeksi secara Geometric Rate of Growth (pertumbuhan penduduk). Adapun rumus Geometric Rate of Growth (pertumbuhan penduduk) adalah sebagai berikut: Pt = Po ( 1 + r ) t dimana: P t = Jumlah penduduk pada tahun t P o = Jumlah penduduk pada dasar tahun r t = Tingkat pertumbuhan penduduk = Jangka waktu

15 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang akan dikemukakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB 1 : Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan penelitian, perumusan masalah, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2 : Tinjauan Teoritis Bab ini menjelaskan tentang pengertian dari demografi, sumber-sumber data kependudukan, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan juga model yang digunakan untuk proyeksi (ramalan) serta atribut yang mendukung perhitungan dalam kependudukan, dan juga atribut- atribut yang mendukung perhitungan laju pertumbuhan ekonomi, dan perhitungan PDRB. BAB 3: Gambaran Umum Tempat Riset Bab ini memaparkan tentang sejarah singkat tempat riset yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), visi dan misi BPS, sejarah singkat Kabupaten Labuhan Batu, dan juga visi dan misi Kabupaten Labuhan Batu. BAB 4 : Analisa dan Evaluasi

16 Bab ini menjelaskan tentang perhitungan yang dilakukan untuk memproyeksikan jumlah penduduk di tahun-tahun yang akan datang, persentase perubahan penduduk, dan melihat struktur penduduk dari hasil gambaran penduduk pada tahun , menghitung laju pertumbuhan perekonomian penduduk, dan juga menghitung PDRB Kabupaten Labuhan Batu. BAB 5 : Implementasi Sistem Bab ini memaparkan tentang implementasi sistem yang digunakan untuk analisi penelitian. BAB 6 : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang diambil setelah pengolahan data dan analisa perhitungan serta saran-saran yang berupa masukan-masukan yang mungkin dapat bermanfaat untuk masa yang akan data

17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Menurut Assauri peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut ada bermacam- macam cara yaitu metode Pemulusan Eksponensial atau Rata- rata Bergerak, Metode Box Jenkins, dan Metode Regresi, semuanya dikenal dengan metode peramalan. Metode peramalan adalah cara untuk memperkirakan secara kuantitatif apa

18 yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan dasar data yang relevan pada masa lalu. Baik tidaknya suatu peramalan yang disusun, disamping ditentukan oleh metode yang digunakan, juga ditentukan baik tidaknya informasi yang digunakan. Jika informasi yang digunakan tidak dapat meyakinkan, maka hasil peramalanyang disusun juga akan sukar dipercaya akan ketepatannya. 2.2 Kegunaan Peramalan Sering terdapat waktu tenggang (time lag) antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatabg dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang (time lag) ini merupakan alasan utama bagi perencanaan dan peramalan. Dalam situasi seperti ini peramalan diperlukan untuk menetapkan kapan suatu peristiwa akan terjadi atau timbul, sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan. Organisasi selalu menentukan saran dan tujuan, berusaha menduga faktor- faktor lingkungan, lalu memilih tindakan yang diharapkan akan menghasilkan pencapaian sasaran dan tujuan tersebut. Dalam hal ini peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen yang diharapakan dapat mengurangi ketergantungan manajemen pada hal- hal yang belum pasti. Ada 3 (tiga) peranan peramalan yang penting, yaitu : 1. Penjadwalan sumber daya yang tersedia.

19 2. Penyediaan sumber daya tambahan. 3. Penentuan sumber daya yang diinginkan. Walaupun terdapat banyak bidang lain yang memerlukan peramalan. Namun 3 (tiga) kelompok diatas merupakan bentuk khas dari kegunaan peramalan jangka pendek, menengah, dan panjang. 2.3 Jenis Peramalan Berdasarkan sifat penyusunannya, peramalan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Peramalan yang subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan tersebut. 2. Peramalan yang objektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik dan metode dalam penganalisaan data tersebut. Berdasarkan jangka waktu ramalan yang disusun maka peramalan dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Peramalan Jangka Panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunana hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau 3 semester. Peramalan seperti ini misalnya diperlukan dalam penyusunan rencana

20 pembangunan suatu negara atau daerah, coorporate planning, rencana investasi atau rencana ekspansi dari suatu perusahaan. 2. Peramalan Jangka Pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dalam jangka waktu tang kurang dari satu setengah tahun, atau 3 semester. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan, rencana kerja operasional, dan anggaran., contohnya penyusunan rencana produksi, rencana penjualan, dan anggaran produksi. Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Peramalan Kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentuka berdasarkan pemikiran yanh bersifat intuisi, pendapat dan pengetahuan dari orang yang menyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan. 2. Peramalan Kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Dengan metode yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda. Baik tidaknya metode yang digunakan ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi.

21 Peramalan kuantitatif dapat dibagi dalam deret berkala (time series) dan metode kausal. Peramalan kuantitatif dapat digunakan bila terdapat 3 (tiga) kondisi sebagai berikut : a). Adanya informasi tentang masa lalu. b). Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data. c). Informasi tersebut dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang. Dari uraian diatas dapatlah diketahui bahwa jenis- jenis peramalan sangat bergantung dari segi mana memandangnya. 2.4 Metode Peramalan Metode- metode peramaln dengan analisa deret waktu, yaitu : 1. Metode Pemulusa Eksponensial dan Rata- rata Bergerak, sering digunakan untuk ramalan jangka pendek dan jarang dipakai untuk peramalan jangka panjang. 2. Metode Regresi, metode ini biasa digunakan untuk ramalan jangka menengah dan jangka panjang. 3. Metode Box Jenkins, metode ini jarang dipakai tetapi baik untuk jangka pendek, jangka menengah dn jangka panjang. 2.5 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan

22 Ada 6 (enam) faktor utama yang diidentifikasikan sebagi teknik dan metode peramalan, yaitu : a). Horizon Waktu Ada 2 (dua) aspek dari Horizon Waktu yang berhubungan dengan masingmasing metode peramalan. Pertama adalah cakupan waktu dimasa yang akan datang, kedua adalah jumlah periode untuk peramalan yang diinginkan. b). Pola Data Dasar utama dari metode peramalan adalh anggapan bahwa macam- macam dari pola yang didapati dalam data yang diramalkan akan berkelanjutan. c). Jenis dari Model Model- model perlu diperhatikan karena masing- masing model mempunyai kemampuan yang berbeda dalam analisa keadaan untuk pengambilan keputusan. d). Biaya yang Dibutuhkan Umumnya ada 4 (empat) unsur biaya yang tercakup didalam penggunaan suatu prosedur peramalan, yaitu biaya- biaya pengembangan, penyimpanan data, operasi pelaksanaan dan kesempatan dalam penggunaan teknik- teknik dan metode lainnya. e). Ketepatan Metode Peramalan Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat kaitannya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. f). Kemudahan dalam Penerapan

23 Metode- metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan sudah merupakan suatu prinsip umum bagi pengambil keputusan. 2.6 Penentuan Pola Data Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi 4 jenis siklis dan trend, yaitu sebagi berikut : 1. Pola Data Horizontal (H), terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata- rata yang konstan. Y Gambar 2.1 Pola Data Horizontal waktu 2. Pola Data Musiman (S), terjadi bilaman deret dipengaruhi oleh faktor musiman misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan atau hari- hari pada minggu tertentu. y

24 waktu Gambar 2.2. Pola Data Musiman 3. Pola Data Siklis (C), terjdi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. y Gambar 2.3 Pola Data Siklis Waktu 4. Pola Data Trend (T), terjadi bilaman terdapat kenaikan atau penurunan jangka panjang dalam data. y Gambar 2.4 Pola Data Trend Waktu 2.7 Metode Pemulusan (Smoothing)

25 Metode pemulusan adalah suatu peramalan dengan mengadakan penghalusan terhadap masa lalu, yaitu dengan mengambil rata- rata dari nilai beberapa tahun untuk menakar nilai pada beberapa tahun kedepn. Secara umum metode smoothing diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Metode Perataan (Average) Metode perataan bertujuan untuk memanfaatkan data masa lalu untuk mengembangkan suatu sistem peramalan pada periode mendatang. Metode ini dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu : a. Nilai Tengah (Mean) b. Rata- rata Bergerak Tunggal (Single Moving Average) c. Rata- rata Bergerak Ganda (Double Moving Averge) d. Kombinasi Rata- rata Bergerak lainnya. 2. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial. Bentuk umum dari Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial ini adalah : F t+1 = αx t + (1 - α) F t Dimana : F t+1 : Ramalan suatu periode kedepan X t F t : Data pada periode t : Ramalan pada periode t α : Parameter pemulusan (0 < α < 1) Bila bentuk umum tersebut diperluas maka akan didapat :

26 F t+1 = αx t + α (1 - α) X t+1 + α (1 - α) 2 X t (1 - α) N F t-(n-1) Metode pemulusan ini terdiri atas : a. Smoothing Eksponensial Tunggal a.1 Satu Parameter a.2 Pendekatan Aditif (ARRSES) b. Smoothing Eksponensial Ganda b.1 Metode Linier Satu-Parameter dari Brown b.2 Metode Dua-Parameter dari Holt c. Smoothing Eksponensial Triple c.1 Metode Kuadrtik Satu-Parameter dri Brown c.2 Metode Kecenderungan dan Musiman Tiga-Parameter dari Writer d. Metode Pemulusan Lainnya d.1 Metode Kontrol Adaptif dari Chow d.2 Metode Adaptif Satu-Parameter dari Brown d.3 Pemulusan Tiga-Parameter Box Jenkis d.4 Metode Pemulusan Harmonis dari Harrison d.5 Sistem Pemantauan dari Trigg (Tracing Signal) Metode Smoothing yang Digunakan Metode peramalan analisa Time Series yang digunakan untuk meramalkan demografi Kabupten Labuhan Batu pada pemecahan permasalahan yaitu Smoothing Eksponensial Satu-Parameter dari Brown sedangkan metode yang digunakan untuk

27 meramalkan jumlah penduduk Kabupaten Batu menggunakan Metode Growth Geometric. a. Smoothing Eksponensial Satu-Parameter dari Brown Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial satu-parameter dari Brown adalah serupa dengan Rata-rata Linier karena kedua nilai pemulusan tunggal dan ketinggalan dari data sebenarnya bilamana terdapat unsur Trend, perbedaan nilai pemulusan tunggal dan ganda dapat ditambahkan kepada nilai pemulusan tunggal dan disesuaikan untuk trend. Persamaan yang dipakai pada metode ini adalah : S t = αx t + ( 1 α) S t-1 Dimana : S t : Smoothing pertama periode t X t : Nilai riil periode t S t-1 : Smoothing pertama peride t-1 α : Parameter pemulusan (0 < α < 1) Pada periode ini proses penentuan peramalan dimulai dengan menetukan besarnya α. Sedangkan tahap-tahap dalam menentukan a\ramalan adalah sebagai berikut : a. Menetukan Smoothing Pertama (S t ) S t = αx t + ( 1 α) S t-1 S t : Smoothing Eksponensial Tunggal

28 b. Menentukan Smoothing Kedua (S t ) S t = αs t + ( 1 α) S t-1 S t : Smoothing Eksponensial Ganda c. Menentukan Besarnya Konstanta (a t ) α t = S t + (S t - S t ) = 2 S t - S t d. Menentukan Besarnya Slope (b t ) b t = α 1 α ( S' t S" t) e. Menentukan Besarnya Hasil Ramalan/ Forecase (F t+m ) F t+m = a t + b tm, dimana m adalah jangka waktu forecase b. Beberapa kesalahan dan ukuran statistic standarad, antara lain : 1. Nilai Tengah Galat (Mean Error) N ME = t = 1 et N 2. Tengah Galat Absolute (Mean Absolute Error) N MAE = t = 1 et N 3. Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Square Error)

29 N e MSE = t = 1 2 t N 4. Galat Persentase (Percentage Error) X F X t t t PE t = ( 100) 5. Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error) N MPE = t = 1 PEt N 6. Nilai Tengah Galat Persentase Absolute (Mean Absolute Percentage Error) N MAPE = t = 1 PEt N Dengan : e t : X t - F t (Kesalahan pada periode t) X t : Data aktual pada periode t F t : Nilai ramalan periode t N : Banyaknya periode waktu c. Geometric Growth Untuk meramalkan pertumbuhan penduduk pada masa yanga akan datang digunakan rumus pertumbuhan geometri. Pertumbuhan penduduk geometric adalah pertumbuhan bertahap dimana grafik setiap tahun merupakan satu tahap. Adapun rumus pertumbuhan penduduk geometri adalah :

30 P t = P o (1+ r ) t dimana: Pt = Jumlah penduduk pada tahun t Po = Jumlah penduduk pada dasar tahun r t = Tingkat pertumbuhan penduduk = Jangka waktu Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu : kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.

31 BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) Masa pemerintahan Hindia Belanda 1. Pada bulan Februari 1920 di kantor Statistik untuk pertama kalinya didirikan oleh Direktur Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan dan berkedudukan di Bogor. Kantor ini diserahi tugas untuk mengolah dan mempublikasikan data statistik. 2. Pada bulan Maret 1923 dibentuk suatu komisi yang bernama Komisi untuk Statistik yang anggotanya merupakan wakil dari tiap tiap departemen. Komisi tersebut diberi tugas untuk merencanakan tindakan tindakan yang mengarah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan dalam kegiatan di bidang statistik di

32 Indonesia. Selain dari itu, Komisi ini mengurus terutama bagian statistik yang dimuat di dalam Laporan Indonesia yang sebelumnya disebut Laporan Kolonial. 3. Pada bulan September 1924 nama lembaga tersebut diganti menjadi Kantor Pusat Statistik dan dipindahkan ke Jakarta. Bersamaan dengan itu beralih pula pekerjaan mekanisme Statistik Perdagangan yang sekarang disebut Kantor Bea Cukai. Kantor Pusat Statistik selain mencakup bidang administrasi mencakup juga bagian yang menangani Urusan Umum, Statistik Perdagangan, Statistik Pertanian, Statistik Kerajinan, Statistik Konjungtor, Statistik Sosial. Kegiatan statistik pada era ini diarahkan untuk mendukung kebijskan yang ditenpuh oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Komisi ini juga pernah melakukan suatu kegiatan statistik yang bersifat monumental yaitu Sensus Penduduk 1930, yang merupakan sensus penduduk yang pertama kali dilakukan di Indonesia Masa Pemerintahan Jepang Pada Juni 1942 Pemerintah Jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang utamanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang/militer. Dan tugas serta fungsi kegiatan statistik pada saat itu lebih terkonsentrasi untuk keperluan militer Masa Pemerintahan RI Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 kegiatan statistik ditangani oleh lembaga baru yaitu Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia ( KAPPURI ). Perkembangan berikutnya KAPPURI dilebur

33 menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS) dan berada dibawah dan bertangggungjawab kepada Mentri Kemakmuran. Dengan Keputusan Presiden RI Nomor 172 Tahun 1957, terhitung mulai 1 Juni 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik, dan urusan statistik yang semula menjadi tanggung jawab dan wewenang Menteri Perekonomian dialihkan menjadi wewenang dan berada di bawah Perdana Menteri. Berdasarkan Keppres ini pula secara formal nama Biro Pusat Statistik dipergunakan Masa Orde Baru Sekarang Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya pada pemerintahan Orde Baru, untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, mutlak dibutuhkan data statistik. Untuk mendapatkan data secara tepat dan akurat, salah satu unsurnya adalah pembenahan organisasi BPS. Dalam masa orde baru ini, BPS telah mengalami empat kali perubahan stuktur organisasi : 1. peraturan pemerintah No.16 Tahun 1980 tentang organisasi BPS. 2. Peraturan pemerintah No.6 tahun 1980 tentang organisasi BPS. 3. Peraturan pemerintah No.2 Tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan dan tata kerja BPS. 4. Undang undang No.16 tahun 1997 tentang statistik 5. Keputusan presiden RI No.86 tahun 1998 tentang BPS.

34 6. Keputusan kepala BPS No.100 tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPS. 7. PP 51 tahun 1998 tentang penyelenggaraan statistik. Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintah No.16 tahun 1968 yaitu yang mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan daerah. Tahun 1980, peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti peraturan pemerintah No.16 tahun berdasarkan peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 di tiap provinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama kantor satistik provinsi dan di kabupaten atau kotamadya terdapat cabang perwakilan BPS dengan nama kantor statistik kabupaten atau kotamadya. Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU No.6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998 dengan keputusan presiden RI No. 89 tahun 1998, ditetapkan BPS sekaligus mengatur tata kerja dan stuktur organisasi BPS yang baru. 3.2 Visi dan Misi Adapun visi Badan Pusat Statistik adalah menjadi sumber informasi statistik sebagai tulang punggung informasi pembangunan nasional dan regional, didukung sumber daya manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang muktahir. Sedangkan misi Badan Pusat Statistik adalah untuk menjunjung pembangunan nasional BPS mengembangkan misi mengarahkan pembangunan statistik pada penyediaan data statistik yang handal dan bermutu, efektif dan efesien, peningkatan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik dan pengembangan ilmu statistik.

35 3.3 Kegiatan Badan Pusat Statistik Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik sebagai lembaga pemerintah non departemen yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada presiden (Keppres No. 86 tahun 1998), dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan beberapa ketentuan perundangan : 1. UU No.16 tentang statistik 2. Keputusan presiden No. 86 tahun 1998 tentang BPS 3. Peraturan pemerintah No.51 tahun 1999 tentang penyelenggaraan statistik. Berdasarkan keputusan presiden No. 86 tahun 1998 dalam menyelenggarakan statistik dasar melaksanakan koordinasi dan kerja sama serta mengembangkan dan membina statistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik adalah : 1. Perumusan kebijaksanaan perencanaan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data, dan analisis di bidang statistik produksi dan kependudukan serta bidang statistik distribusi dan neraca nasional. 2. Pembinaan dan pelaksanaan kooordinasi kegiatan statistik dengan departemen dan instansi lainnya dalam mengembangkan bebagai jenis statistik yang diperlukan, serta pelaksanaan kerjasama di bidang statistik dengan lembaga/organisasi lain baik di dalam maupun luar negeri.

36 3. Penyajian data kepada pemerintah dan masyarakat dari hasil kegiatan statistik produksi dan kependudukan serta statistik distribusi dan neraca nasional secara berkala baik dari hasil penelitian sendiri maupun dari data sekunder. 4. Penyebarluasan statistik melalui berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung. 5. Pengelolaan keuangan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan dan perbekalan, serta memberikan pelayanan administrasi di lingkungan BPS Tata Kerja Badan Pusat Statistik Para deputi wajib melaksanakan koordinasi dan kerja sama teknis statistik di dalam dan di luar negeri sesuai dengan bidang tugas masing masing dan harus melaporkan kepada kepala BPS. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sibronisasi dan sinlifiksi, baik dalam lingkungan masing-masing antara satuan unit organisasi di lingkungan BPS maupun dengan instansi lainnya di luar BPS sesuai bidang masing masing Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik Struktur organisasi BPS dipimpim oleh seorang kepala dibantu oleh bagian tata usaha. Tata usaha terdiri dari : 1. Sub bagian urusan dalam 2. Sub bagian perlengkapan dan perbekalan

37 3. Sub bagian keuangan Uraian tugas bagian Tata Usaha: 1. Menyusun program kerja tahunan bagian 2. Mengatur dan melaksanakan perhimpunan dan penyusunan program kerja tahunan, baik rutin maupun proyek kantor BPS provinsi dan menyimpannya ke BPS. 3. Mengatur dan melaksanakan urusan dalam yang meliputi surat menyurat, pengadaan dan percetakan arsip, rumah tangga, pemeliharaa gedung, keamanan dan ketertiban lingkungan, serta perjalanan dinas dalam dan luar negeri. 4. Mengatur dan melaksanakan urusan perlengkapan dan perbekalan yang meliputi penyusunan rencana kebutuhan, penyaluran dan pengemasan, penyimpanan pergudangan, inventaris, penghapusan, serta pemeliharaan peralatan dan perlengkapan. 5. Mengatur dan melaksanakan urusan keuangan yang meliputi tata usaha keuangan, perbendaharaan, verifikasi dan pembukuan. Organisasi BPS berdasarkan Keppres RI Nomor 6 Tahun 1992 terdiri atas : 1. Kepala 2. Wakil Kepala 3. Deputi Administrasi 4. Deputi Perencanaan dan Analisis Statistik 5. Deputi Statistik Produksi dan Kependudukan 6. Deputi Statistik Produksi dan Neraca Nasional

38 7. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Statistik 8. Perwakilan BPS di Daerah 9. Unit Pelaksanaan Teknis Deputi Perencanaan dan Analisis Statistik ( PAS ) mengkoordinasi 3 biro yakni : 1. Biro Perencanaan dan Pengendalian 2. Biro Pengolahan dan Penyajian 3. Biro Analisa dan Pengembangan Deputi Pembinaan Statistik mengkoordinir 4 Biro, yakni : 1. Biro Statistik dan Industri 2. Biro Statistik Distribusi 3. Biro Statistik Sosial dan Kpendudukan 4. Biro Statistik Neraca Nasional Tugas BPS Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 1992 tugas BPS adalah : 1. Melakukan kegiatan statistik yang ditugaskan kepadanya oleh pemerintah, antara lain dibidang pertanian, agraria, pertambangan, perindustrian, perhubungan, perdagangan, kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan, pendapatan nasional, pendidikan, dan keagamaan. 2. Atas nama pemerintah malaksanakan koordinasi di lapangan kegiatan statistik dari segenap instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah dengan tujuan

39 mencegah dilakukannya pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih instansi, memajukan keseragaman dalam penggunaan definisi, klasifikasi, dan lain lain. 3. Mengadakan segala daya agar masyarakat menyadari akan tujuan dan kegunaan statistik. Berdasarkan Keppres ini Kepala berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden serta mempunyai tugas : 1. Memimpin BPS sesuai dengan tugas dan fungsi BPS serta membina aparatur BPS agar berdayaguna dan berhasilguna. 2. Menentukan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang statistik yang secara fungsional menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku serta kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. 3. Membina dan melaksanakan koordinasi dengan departemen dan instansi lainnya dalam mengembangkan berbagai jenis statistik yang diperlukan, serta melaksanakan kerjasama di bidang statistik dengan lembaga/organisasi lain baik di dalam maupun di luar negeri. Wakil Kepala BPS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BPS serta mempunyai tugas : 1. Membantu Kepala BPS dalam membina dan mengembangkan administrasi BPS agar berdayaguna dan berhasilguna. 2. Membantu Kepala BPS dalam mengkoordinasikan tugas-tugas Deputi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Statistik dan Perwakilan BPS di daerah. 3. Mewakili Kepala BPS dalam hal Kepala BPS berhalangan.

40 Deputi Administrasi mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan pengelolaan keuangan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan dan perbekalan, pengendalian, serta memberikan pelayanan administrasi di lingkungan BPS. Deputi Perencanaan dan Analisis Statistik adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPS yang mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan kegiatan perencanaan program dan metodologi statistik, system informasi statistik, pengolahan hasil sensus, survei dan data sekunder serta analisis dan pengembangan statistik. Deputi Statistik Produksi dan Kependudukan adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPS yang mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan kegiatan statistik pertanian, industri, konstruksi, pertambangan dan energi, kesejahteraan rakyat, serta statistik demografi dan ketenagakerjaan. Deputi Statistik Produksi dan Neraca Nasional adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPS yang mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan kegiatan statistik harga dan keuangan, perdagangan dan jasa, serta neraca nasional Fungsi BPS Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 1992 BPS menyelenggarakan fungsi yaitu:

41 1. Perumusan kebijaksanaan perencanaan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data, dan analisis di bidang statistik produksi dan kependudukan serta bidang statistik distribusi dan neraca nasional. 2. Pembinaan dan pelaksanaan kooordinasi kegiatan statistik dengan departemen dan instansi lainnya dalam mengembangkan bebagai jenis statistik yang diperlukan, serta pelaksanaan kerjasama di bidang statistik dengan lembaga/organisasi lain baik di dalam maupun luar negeri. 3. Penyajian data kepada pemerintah dan masyarakat dari hasil kegiatan statistik produksi dan kependudukan serta statistik distribusi dan neraca nasional secara berkala baik dari hasil penelitian sendiri maupun dari data sekunder. 4. Penyebarluasan statistik melalui berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung. 5. Pengelolaan keuangan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan dan perbekalan, serta memberikan pelayanan administrasi di lingkungan BPS. 3.4 SEJARAH SINGKAT KABUPATEN LABUHAN BATU KONDISI GEOGRAFIS

42 Kabupaten Labuhan Batu dengan Ibukota Rantauprapat merupakan salah satu Kabupaten yang berada pada kawasan pantai timur Propinsi Sumatera Utara yang terletak pada koordinat Lintang Utara dan Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. - Sebelah Timur dengan Propinsi Riau. - Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. - Sebelah Barat dengan Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara. Kabupaten ini mempunyai wilayah terluas di Propinsi Sumatera Utara yaitu Ha (9.223,18 Km2) atau 12,87 % dari luas Provinsi Sumatera Utara. Secara administratif wilayahnya terdiri dari 22 Kecamatan, 209 Desa dan 33 Kelurahan.Kabupaten Labuhanbatu mempunyai kedudukan yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Secara topografis sekitar 7.633,26 Ha atau 82,76% wilayahnya mempunyai tingkat kemiringan lahan Kabupaten Labuhan Batu terbagi atas kawasan pantai dan kawasan lainnya yang terletak pada ketinggian 0 s/d m dari permukaan laut.

43 Secara hidrologi Labuhan Batu mempunyai 3 sungai besar yaitu Sungai Kualuh, Bilah dan Barumun dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)nya sebagai berikut: - DAS Barumun meliputi Kecamatan Sungai Kanan, Kota Pinang, Torgamba, Silangkitang, KampungRakyat dan Kecamatan Panai Tengah. Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupten Labuhan Batu tahun DAS Bilah meliputi Kecamatan Bilah Barat, Rantau Utara, Rantau Selatan, Bilah Hulu, Pangkatan, Bilah Hilir, Panai Hulu dan Kecamatan Panai Hilir. - DAS Kualuh meliputi Kecamatan Kualuh Hulu, Kualuh Selatan, Aek Natas, Aek Kuo, Marbau, Na.IX-X, Kualuh Hilir dan Kecamatan Kualuh Leidong. Sebelum penjajahan Belanda memasuki daerah Labuhan Batu, sistem pemerintahan Labuhanbatu bersifat monarkhi yang Kepala Pemerintahan disebut Sultan atau Raja yang dibantu oleh seorang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja yang bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari (semacam Perdana Menteri). Kesultanan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhan Batu pada waktu itu terdiri dari empat kesultanan, yaitu : 1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang 2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir 3. Kesultanan Panai berkeduduka n di Labuhan Bilik 4. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama.

44 5. Ditambah satu Half-Bestuur Kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan. Penjajah Belanda memasuki wilayah Labuhan Batu berkisar tahun 1825, disamping itu ada pula keterangan yang menyatakan setelah selesai Perang Paderi (berkisar tahun 1831). Pada tahun 1861 kesatuan angkatan laut Belanda di bawah pimpinan Bevel Hebee datang ke Kampung Labuhanbatu (di hulu Kota Labuhan Bilik sekarang) melalui sungai Barumun. Kemudian di perkampungan dibangun pelabuhan yang terbuat dari beton sebagai tanda pendaratan persinggahan kapal-kapal berbobot 3000 s/d 5000 ton. Kemudia pada lokasi pelabuhan tersebut berkembang menjadi sebuah perkampungan (desa) yang lebih dikenal dengan nama PeLabuhanbatu. Pada awalnya Contreleur Labuhanbatu berkedudukan di Kampung Labuhanbatu, kemudian pada tahun 1895 dipindahkan ke Labuhan Bilik, tahun 1924 dipindahkan ke Marbau, tahun 1928 dipindahkan ke Aek Kota Batu dan pada tahun 1932 dipindahkan ke Rantauprapat sampai kemerdekaan diproklamirkan 17 Agustus Pada masa Pemerintahan Jepang sistem pemerintahan Zaman Hindia Belanda dilanjutkan dan untuk memonitoring kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sultan/Raja, pemerintahan Jepang membentuk Tuk Fuku Bunsyuco. Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan dan tepatnya pada tanggal 16 malam 17 Oktober 1945 bertempat di Rumah Dinas Kepala PLN Rantauprapat diadakan rapat untuk pembentukan Komite Nasional Daerah Labuhanbatu sekaligus ditetapkannya Ketua (Abdul Rahman) sebagai Kepala Pemerintahan

45 3.5 VISI,MISI & STRATEGI VISI "LABUHANBATU SEJAHTERA 2020" Labuhanbatu yang masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya baik secara material maupun spritual dengan kondisi : Masyarakat yang cerdas karena dapat menikmati kesempatan memperoleh pendidikan yang cukup Masyarakat yang mempunyai derajat kesehatan yang optimal Masyarakat yang makmur dalam arti mempunyai pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya Masyarakat yang aman dan tentram Masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa MISI 1. Meningkatkan kecerdasan intelektual, spritual dan emosional melalui peningkatan pelayanan pendidikan yang merata dan berkualitas dengan memberdayakan partisipasi masyarakat.

46 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan berkeadilan serta memberdayakan masyarakat dan keluarga untuk mendorong tumbuhnya paradigma hidup sehat. 3. Meningkatkan perekonomian masyarakat dengan berbasis potensi daerah. 4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan pengamalan ajaran agama. 5. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur dan pelayanan publik. STRATEGI Strategi memenuhi kebutuhan hidup masyarakat ; Tujuan terpenuhinya kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat yang meliputi kebutuhan pangan, papan, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan dasar Strategi meningkatkan kualitas hidup masyarakat ; Untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat baik dari segi aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kehidupan sosial menuju tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Strategi meningkatkan keamanan dan ketertiban ; Untuk menciptakan suasana aman, tertib dan damai didalam kehidupan masyarakat baik dari aspek sosial budaya, ekonomi dan politik. Strategi meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur ; Tujuan tertatanya fungsi-fungsi kelembagaan dan meningkatnya kapasitas sumber daya manusia aparatur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

47 Prioritas Pembangunan Misi 1 Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang berkualitas Pengembangan kebudayaan Peningkatan pembinaan pemuda dan olah raga Misi 2 Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan KB Misi 3 Pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan. Pemberdayaan koperasi dan UKM Peningkatan ketenagakerjaan Pembangunan industri dan perdagangan Peningkatan investasi

48 Misi 4 Peningkatan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat. Peningkatan kewaspadaan terhadap bencana Misi 5 Penataan kelembagaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur Pembangunan infrastruktur Peningkatan kehidupan sosial masyarakat Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup

49 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Analisa data dilakukan agar diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menganalisa data yang akan diolah, penulis harus memproleh nilai m periode kedepan sebagai perbandingannya terhadap data tahun sebelumnya. Dalam bab ini penulis akan menganalisa tentang perkembangan demografi Kabupaten Labuhan Batu serta meramalkan demografi Kabupaten Labuhan Batu untuk tahun 2008 berdasarkan tahuntahun dasar sebelumnya.

50 Untuk mengolah data tersebut, penulis menggunakan Smoothing Peramalan Ganda Metode Linier Satu Parameter dari Brown dengan α = 0.7 karena pada α = 0.7 diperoleh nilai MSE yang paling kecil Kependudukan Penduduk Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2005 tercatat yang terdiri dari lakilaki jiwa dan perempuan jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Torgamba yaitu sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk 79 jiwa per Km 2 sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Silangkitang sebesar jiwa dengan kepadatan penduduk 83 jiwa per Km 2. Kecamatan Rantau Selatan merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 744 jiwa per Km 2 dan Kecamatan Aek Natas merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 46 jiwa per Km 2. Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin yaitu : Penduduk Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

51 P o = P 2001 = P t = P 2005 = t = 4 r =? P t = P o (1+r) t P t t r = 1 Po r = r = r = r = * 100 % r = 3.16 % Dengan tingkat pertumbuhan penduduk tetap 3.16 % pertahun, maka perkiraan penduduk Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut : P o = P 2005 = P t = Po(1+r) t P 2006 = P 2005 ( ) 1 P 2006 = (1.0316) 1

52 P 2006 = P 2007 = P 2005 ( ) 2 P 2007 = ( ) 2 P 2007 = P 2008 = P 2005 ( ) 3 P 2008 = (1.0316) 3 P 2008 = Dari hasil proyeksi diatas maka jumlah penduduk tahun 2008 adalah sebanyak jiwa. Pertumbuhan penduduk hasil perhitungan secara matematis tersebut akan semakin jelas terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Proyeksi penduduk Kabupaten Labuhan Batu tahun Tahun Jumlah penduduk ^ ^ ^ Ket : ^ merupakan jumlah penduduk hasil proyeksi PDRB Kabupaten Labuhan Batu.

53 Dapat dilihat bahwa selama periode tahun , PDRB Kabupaten Labuhan Batu telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan rata-rata perkembangan sebesar Rp ,35 juta (atas dasar harga berlaku) dan Rp ,99 juta (atas dasar harga konstan 2000). Pada tahun 2005, PDRB Kabupaten Labuhanbatu atas dasar harga berlaku mengalami perkembangan sebesar Rp ,33 juta dari tahun sebelumnya sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mengalami perkembangan sebesar Rp ,08 juta, sebagaimana dapat dilihat lebih jelas dibawah ini : TABEL 4.3 PDRB Kabupaten Labuhanbatu Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun (juta rupiah) PDRB Atas Dasar Harga PDRB Atas Dasar Harga Tahun Berlaku Konstan , , , , *) , , *) , , **) , ,57 *) Angka perbaikan. **) Angka sementara.

54 4.1.1 Proyeksi PDRB Kabupaten Labuhan Batu Atas Dasar Harga Berlaku dengan menggunakan metode Smoothing Eksponensial Ganda Linier Satu- Parameter dari BROWN. Adapun proyeksi PDRB Kabupaten Labuhan Batu Atas Dasar Harga Berlaku sebagai berikut : Tahun ke-1 a. S t ditentukan sebesar PDRB tahun pertama (2001), yaitu sebesar ,95 b. S t ditentukan sebesar PDRB tahun pertama (2001), yaitu sebesar ,95 c. a t belum bisa ditentukan d. bt belum bisa ditentukan e. F t+m Forecase tahun kedua ditentukan sebesar PDRB tahun pertama yaitu Sebesar ,95 Tahun ke-2 (2002) X t = ,99 a. S t = αxt+ (1-α)S t-1 = 0.1 ( ) ( ) = b. S t = α S t (1-α)S t-1 = 0.1 ( ) ( ) =

55 c. at = 2S t S t = 2 ( ) = α d. b t = ( S' t S" t ) 1 α 0.1 = ( ) 0.9 = e. Forecase tahun ke 3 (2003) (m=1) F t+m = a t + b t (m) F = a b 2001 (m) F = Perhitungan proyeksi secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Forecase PDRB Thn PDRB S S at b t Forecase ^ ^ ^

56 Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (m) F = a b 2005 (1) F = (1) F = Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Forecase dan Mean Square Error (α = 1)

57 Tahun PDRB Forecase Error Absolute Square Error E E E E ^ ^ ^ Jumlah E+13 N E t MSE = n t = E + 13 = 4 = E + 12 Tabel 4.6 Forecase PDRB Thn PDRB S S a t b t Forecase ^ ^ ^ Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (m) F = a b 2005 (1) F = (1) F =

58 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Thn PDRB Forecase Error Absolute Square Error E E E+11

59 2006^ ^ ^ Jumlah Rata- rata E E+11 N E t MSE = n t = E + 12 = 4 = E Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan data statistik, sektor yang mempunyai pertumbuhan tertinggi pada tahun 2005 adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan sekitar 9,54 persen, diikuti sektor listrik, gas dan air bersih yaitu 7,73 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 5,53%. Sedangkan sektor yang mempunyai pertumbuhan terkecil adalah sektor pertanian dengan pertumbuhan 0,57 persen. Tabel 4.8 Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Labuhan Batu atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun No. Lapangan Usaha *) 2004*) 2005**) 1. Pertanian 5,29 1,92 0,09 (0,02) 0,57

60 2. Pertambangan dan 26,78 10,89 13,12 12,01 9,54 penggalian 3. Industri pengolahan 4,50 5,06 5,04 4,83 5,51 4. Listrik, gas dan air bersih 9,60 7,36 10,28 8,28 7,73 5. Bangunan 3,20 4,34 4,45 3,20 4,81 6. Perdagangan, hotel dan 3,91 4,38 5,44 3,93 5,53 restoran 7. Pengangkutan dan 6,77 13,51 14,29 13,18 5,18 komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan 8,13 11,35 10,25 9,27 3,93 jasa perusahaan 9. Jasa-jasa 3,25 4,89 14,63 5,64 3,50 Pertumbuhan 4,79 4,37 4,68 3,80 4,14 ( ) Minus, *) angka perbaikan **) angka sementar Tabel 4.9 Forecase sektor Pertanian Tahun Pertanian S S at bt Forecase ^ 2.29 (m=1) 2007^ 2.15 (m=2) 2008^ 4.51 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 2.29 Forecase tahun 2007 (m=2) F = (2)

61 F = 2.15 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 4.51 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun PDRB Forecase Error Absolute Square Error ^ 2.29 (m=1) 2007^ 2.15 (m=2) 2008^ 4.51 (m=3) Jumlah

62 N E t MSE = n = t = = Tabel 4.11 Forecase sektor Pertambangan dan Penggaliandengan Tahun Pertambangan dan Penggalian S S at bt Forecase ^ ^ ^ Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2)

63 F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Pertambangan Tahun dan Forecase Error Absolute Square Error Penggalian ^ ^ ^ 16.02

64 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.13 Forecase sektor Industri Pengolahan Tahun Industri Pengolahan S S at bt Forecase ^ 4.91 (m=1) 2007^ 4.93 (m=2) 2008^ 4.95 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 4.91 Forecase tahun 2007 (m=2)

65 F = a b 2005 (2) F = (2) F = 4.93 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 4.95 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = Xt - F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.14 berikut : Tabel 4.14 Forecase dan Mean Square Error (α = 1) Tahun Industri Square Forecase Error Absolute Pengolahan Error ^ ^ ^ 4.95

66 Jumlah Rata- rata N E t MSE = t = 1 n = 4 = Tabel 4.15 Forecase sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Tahun Listrik, Gas dan Air Bersih S S at bt Forecase ^ 8.85 (m=1) 2007^ 8.81 (m=2) 2008^ 8.78 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 8.85 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 8.81 Forecase tahun 2008 (m=3)

67 F = a b 2005 (3) F = (3) F = 8.78 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.16 berikut : Tabel 4.16 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Listrik, Square Gas dan Forecase Error Absolute Error Air Bersih ^ ^ ^ 8.78 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = 1 2

68 = = Tabel 4.17 Forecase sektor Bangunan Tahun Bangunan S S at bt Forecase ^ 3.83 (m=1) 2007^ 3.86 (m=2) 2008^ 4.07 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 3.83 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 3.86

69 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 4.07 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.18 berikut : Tabel 4.18 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Bangunan Forecase Error Absolute Square Error ^ ^ ^ 4.07 Jumlah Rata- rata

70 N E t MSE = n = t = = Tabel 4.19 Forecase sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan, Tahun Hotel, dan S S at bt Forecase Restoran ^ 4.50 (m=1) 2007^ 4.53 (m=2) 2008^ 4.56 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 4.50

71 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 4.53 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 4.56 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.20 berikut : Tabel 4.20 Forecase dan Mean Square Error (α = 1) Tahun Perdagangan, Square Hotel dan Forecase Error Absolute Error Restoran

72 2006^ ^ ^ 4.56 N E t MSE = n = t = 1 Jumlah Rata- rata = Tabel 4.21 Forecase sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun Pemgangkutan dan Komunikasi S S a t b t Forecase ^ 9.43 (m=1) 2007^ 9.54 (m=2) 2008^ 9.65 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1)

73 F = 9.43 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 9.54 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 9.65 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.22 berikut : Tabel 4.22 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Pengangkutan Square dan Forecase Error Absolute Error Komunikasi

74 ^ ^ ^ 9.65 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.23 Forecase sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan Keuangan, Tahun Persewaan dan S S a t b t Forecase Jasa Perusahaan ^ 8.16 (m=1) 2007^ 8.16 (m=2) 2008^ 8.16 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1)

75 F = a b 2005 (1) F = (1) F = 8.16 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 8.16 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 8.16 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.24 berikut : Tabel 4.24 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Keuangan, Persewaan dan Jasa Forecase Error Absolute Square Error

76 Perusahaan ^ ^ ^ 8.16 N E t MSE = n = t = 1 Jumlah Rata- rata = Tabel 4.25 Forecase sektor Jasa Tahun Jasa- jasa S S a t b t Forecase ^ 5.54 (m=1) 2007^ 5.64 (m=2) 2008^ 5.74 (m=3)

77 Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 5.54 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 5.64 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 5.74 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.26 berikut : Tabel 4.26 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7)

78 Tahun Jasa- jasa Forecase Error Absolute Square Error ^ ^ ^ 5.74 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Struktur Ekonomi Untuk melihat peranan masing-masing sektor dan sub sektor di dalam kinerja perekenomian di suatu wilayah dan kaitannya dengan prioritas pembangunan yang dilaksanakan, maka penyajian data PDRB dalam bentuk persentase distribusi (sumbangan) sektoral terhadap PDRB sangatlah penting. Kotribusi tiap-tiap sektor ekonomi tersebut merupakan gambaran struktur ekonomi di daerah.

79 Sejak tahun 2000, peranan sektor primer cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2000 kontribusi sektor primer terhadap total PDRB Kabupaten Labuhanbatu sebesar 28,62% menurun menjadi 25,40% pada tahun Sedangkan kontribusi sektor sekunder sebesar 46,60% meningkat menjadi 47,82% pada tahun 2005, demikian juga sektor tersier dari 24,79% tahun 2000 menjadi 26,78% pada tahun Apabila dilihat dari kontribusi setiap sektor ekonomi pada tahun 2005, sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih memegang peranan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Labuhanbatu. Kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 45,09 persen, sektor pertanian sebesar 24,04 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,89 persen. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 85,02 persen. Gambaran ini menunjukkan bahwa Kabupaten Labuhanbatu sangat tergantung pada ketiga sektor ini. Untuk lebih jelasnya, distribusi persentase PDRB Kabupaten Labuhanbatu dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.7 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun (persen) No. Lapangan Usaha *) 2004*) 2005**) PRIMER 28,62 28,17 28,00 26,41 26,05 25,40 1. Pertanian 27,86 27,16 26,88 25,40 24,74 24,04 2. Pertambangan dan 0,76 1,01 1,12 1,01 1,31 1,36

80 penggalian SEKUNDER 46,60 46,84 46,72 47,58 47,62 47,82 3. Industri pengolahan 43,82 44,01 43,87 44,78 44,81 45,09 4. Listrik, gas dan air bersih 0,25 0,27 0,34 0,40 0,40 0,40 5. Bangunan 2,53 2,56 2,51 2,40 2,41 2,33 TERSIER 24,79 24,99 25,28 26,03 26,31 26,78 6. Perdagangan, hotel dan restoran 15,65 15,54 15,35 15,60 15,42 15,89 7. Pengangkutan dan komunikasi 2,29 2,53 2,89 2,79 3,26 3,46 8. Keuangan, persewaan dan 1,00 jasa perusahaan 1,06 1,15 1,20 1,25 1,21 9. Jasa-jasa 5,85 5,86 5,89 6,44 6,38 6,22 Labuhanbatu 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 4.28 Forecase sektor Pertanian Tahun Pertanian S S a t b t Forecase ^ (m=1) 2007^ (m=2) 2008^ (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 25.84

81 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.29 berikut : Tabel 4.29 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Pertanian Forecase Error Absolute Square Error

82 ^ ^ ^ Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.30 Forecase sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun Pertambangan dan Penggalian S S a t b t Forecase ^ 2.65 (m=1) 2007^ 2.68 (m=2) 2008^ 2.71 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1)

83 F = a b 2005 (1) F = (1) F = 2.65 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 2.68 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 2.71 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.31 berikut :

84 Tabel 4.31 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Pertambangan Dan Penggalian Forecase Error Absolute Square Error ^ ^ ^ 2.71 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.32 Forecase sektor industri Pengolahan Tahun Industri Pengolahan S S at bt Forecase ^ (m=1) 2007^ (m=2) 2008^ (m=3)

85 Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.33 berikut :

86 Tabel 4.33 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Industri Forecase Error Absolute Square Error ^ ^ ^ Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.34 Forecase sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Tahun Listrik, Gas dan Air Bersih S S a t b t Forecase ^ 0.61 (m=1)

87 2007^ 2008^ 0.64 (m=2) 0.67 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 0.61 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 0.64 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 0.67 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2

88 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.35 berikut : Tabel 4.35 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Listrik, Gas dan Air Bersih Forecase Error Absolute Square Error ^ ^ ^ 0.67 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.36 Forecase sektor Bangunan Tahun Bangunan S S a t b t Forecase

89 ^ 2.46 (m=1) 2007^ 2.45 (m=2) 2008^ 2.45 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 2.46 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 2.45 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 2.45 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t

90 Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.37 berikut : Tabel 4.37 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Bangunan Forecase Error Absolute Square Error ^ ^ ^ 2.45 N E t MSE = n = t = 1 Jumlah = Tabel 4.38 Forecase sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan, Tahun Hotel dan S S a t b t Forecase Restoran ^ (m=1) 2007^ (m=2) 2008^ (m=3)

91 Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.39 berikut : Tabel 4.39 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Perdagangan, Hotel dan Forecase Error Absolute Square Error

92 Restoran ^ ^ ^ N E t MSE = n = Tahun t = 1 Jumlah Rata- rata = Tabel 4.40 Forecase sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pengangkutan dan Komunikasi S S a t b t Forecase ^ 2007^ 2008^ 2.93 (m=1) 2.95 (m=2) 2.97 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = 2.93

93 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 2.95 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 2.97 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.41 berikut : Tabel 4.41 Forecase dan Mean Square Error (α = 1) Pengangkutan Tahun dan Forecase Error Absolute Square Error Komunikasi

94 2006^ ^ ^ 2.97 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.42 Forecase sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Tahun Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan S S a t b t Forecase ^ 1.15 (m=1) 2007^ 1.16 (m=2) 2008^ 1.16 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1)

95 F = 1.15 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 1.16 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 1.16 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.43 berikut : Tabel 4.43 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Keuangan, Tahun Persewaan dan Forecase Error Absolute Square Error Jasa Perusahaan

96 ^ ^ ^ 1.16 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Tabel 4.44 Forecase sektor Jasa Tahun Jasa- jasa S S at bt Forecase ^ 6.12 (m=1) 2007^ 6.13 (m=2) 2008^ 6.15 (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1)

97 F = (1) F = 6.12 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = 6.13 Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = 6.15 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.45 berikut : Tabel 4.45 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Jasa- jasa Forecase Error Absolute Square Error

98 ^ ^ ^ 6.15 Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = PDRB Perkapita. PDRB per kapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah atau daerah. Statistik ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator kemakmuran, walaupun ukuran ini belum tentu langsung digunakan sebagai ukuran tingkat pemerataan pendapatan. Adanya peningkatan perekonomian dengan melambatnya perkembangan pertumbuhan penduduk, akan mengakibatkan terjadinya peningkatan PDRB perkapitan.

99 PDRB perkapita Labuhanbatu selalu mengalami peningkatan. Namun PDRB perkapita yang selalu meningkat tersebut belum tentu mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sangat tergantung kepada perkembangan jumlah penduduk. Jika pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pertumbuhan PDRB pada tahun yang sama, maka PDRB per kapitanya akan semakin kecil atau sebaliknya. Pertumbuhan PDRB perkapita pada tahun 2005 sebesar 14,73 persen atau meningkat dari Rp ,60 pada tahun 2004 menjadi Rp ,16 pada tahun 2005 dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.6 PDRB Perkapita Kabupaten Labuhanbatu Tahun PDRB Perkapita Tahun Nilai (Rp.000) Pertumbuhan (%) , , , *) , *) , **) ,16 14,73 *) angka perbaikan **) angka sementara Tabel 4.47 Forecase PDRB Perkapita Tahun PDRB S S at bt Forecase ^ (m=1) 2007^ (m=2)

100 2008^ (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.48 berikut :

101 Tabel 4.48 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun PDRB Forecase Error Absolute Square Error E E E E ^ ^ ^ Jumlah E+13 Rata- rata E+12 N E t MSE = n t = E + 13 = 4 = E Tabel 4.49 Forecase sektor Pertumbuhan PDRB Tahun Pertumbuhan PDRB S S a t b t Forecase

102 ^ (m=1) 2007^ (m=2) 2008^ (m=3) Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = (1) F = Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = (2) F = Forecase tahun 2008 (m=3) F = a b 2005 (3) F = (3) F = Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2

103 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.50 Forecase dan Mean Square Error (α = 1) Tahun Pertumbuhan PDRB Forecase Error Absolute Square Error ^ ^ ^ Jumlah Rata- rata N E t MSE = n t = = 4 = Keuangan Tabel 4.51 Pendapatan daerah

104 No. Jenis penerimaan Tahun Anggaran Realisasi (Rp.) Naik/Turun (%) , ,23 93,84 1 Sisa lebih perhitungan anggaran 2002 yang lalu ,29 64, *) ,49 85, ,49 (3,44) ,30 2. Pendapatan Asli Daerah ,11 153, ,39 94, ,58 5, , ,95 433,59 3. Dana Perimbangan ,86 18, , ,00 2, , Lain-lain penerimaan yang sah ,04 112, ,00 (6,73) Jumlah Pendapatan Daerah ,00 (18,70) ,34 --

105 ,77 121, ,24 27, ,39 26, ,58 1,50 Tabel 4.52 Forecase sektor Pendapatan Daerah Tahun Pendapatan Daerah S S at bt Forecase E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E ^ E ^ E ^ E ^ E+11 Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = ( E+11) + ( ) (1) F = E+11 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = ( E+11) + ( ) (2) F = E+11

106 Forecase tahun 2008 (m=3) F = ( E+11) + ( ) (3) F = E+11 Forecase tahun 2008 (m=4) F = ( E+11) + ( ) (4) F = E+11 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada tabel 4.53 berikut : Tabel 4.53 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun Pendapatan Square Forecase Error Absolute Daerah Error E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E ^ E ^ E ^ E ^ E+11

107 Jumlah Rata- rata E E+22 N E t MSE = n t = E + 23 = 4 = E Tabel 4.54 Forecase APBD Tahun APBD S S at bt Forecase E E E E E E E E E E E E E E E E E E ^ E ^ E ^ E ^ E+11 Forecase tahun 2006 (m=1) F = a b 2005 (1) F = ( E+11) + ( ) (1) F = E+11 Forecase tahun 2007 (m=2) F = a b 2005 (2) F = ( E+11) + ( ) (2) F = E+11 Forecase tahun 2008 (m=3)

108 F = a b 2005 (3) F = ( E+11) + ( ) (3) F = E+11 Forecase tahun 2008 (m=4) F = a b2005 (4) F = ( E+11) + ( ) (4) F = E+11 Dari tabel diatas dapat dicari kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai berikut : N E t MSE = n Dimana : t = 1 2 e t = X t F t Sehingga hasil perhitungannya secara lengkap adalah seperti yang tertera pada ta bel 4.56 berikut Tabel 4.56 Forecase dan Mean Square Error (α = 0.7) Tahun APBD Forecase Error Absolute Square Error E E E E E E E E E E E E E ^ E+11

109 2006^ 2007^ 2008^ Jumlah Rata- rata E E E E E+21 N E t MSE = n t = E + 22 = 4 = E

110 BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Tahapan Implementasi Tahapan implementasi merupakan tahapan penerapan hasil desain tertulis ke dalam programming. Pada tahapan inilah seluruh hasil desain dituangkan ke dalam bahasa pemrograman tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem informasi yang sesuai dengan hasil desain tertulis. Tahapan implementasi harus dapat menentukan basis apa yang akan diterapkan dalam menuangkan hasil desain tertulis sehingga sistem yang diketik memiliki kelemahan kelemahan tersendiri. Contoh dalam hal efisien baik itu efisiensi pemakai maupun dalam waktu proses mengakses data.

111 Implementasi yang sudah selesai harus diuji coba kehandalannya sehingga dapat diketahui kehandalan dari sistem yang ada dan telah sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam pengolahan data jumlah penduduk, implementasi yang dipergunakan adalah dengan menggunakan software excel. Selain berfungsi sebagai pengolah angka atau memanipulasi angka, excel juga dapat digunakan untuk memanipulasi teks komputer, untuk dapat mendayagunakan excel dengan maksimal, kita harus menguasai sistem operasi microsoft windows. 5.2 Microsoft Excel Microsoft excel 2002 merupakan program aplikasi lembar kerja elektronik dari program microsoft office. Sheet/lembar kerja excel terdiri dari 256 kolom dan baris. Kolom diberi nama dengan huruf A, B, C,, Z dilanjutkan AA, AB, AC, sampai dengan IV dan baris ditandai dengan angka 1, 2, 3,, Excel 2002 hadir dengan berbagai penyempurnaan, tampil lebih terintegrasi dengan berbagai software lain under windows seperti Words, Acces maupun Powerpoint dan sebagainya. Keunggulan program speadsheet ini adalah mudah dipakai, fleksibel,, mudah berintegrasi dengan aplikasi berbasis windows. 5.3 Langkah Langkah Memulai Pengolahan Data Dengan Excel

112 Sebelum mengoperasikan software ini, pastikan bahwa pada komputer telah terpasang program excel. Langkah langkah memulai pengolahan data dengan excel adalah sebagai berikut: 1. Klik tombol Start pada taskbar, lalu klik Program 2. Klik Microsoft Excel 3. Setelah itu akan muncul tampilan lembaran kerja seperti di bawah. Gambar 5.1 Lembaran kerja microsoft excel 5.4 Pengisian Data Pengisian data ke dalam lembar kerja excel adalah dama dengan pemasukan atau penulisan data kedalamnya. Ada 2 alternatif pengisian data, yakni menggunakan keyboard atau melalui submenu yang terdapat pada menu excel.

113 Dalam mengisi data ke dalam lembar kerja dengan keyboard, diperlukan langkah langkah sebagai berikut: 1. Letakkan pointer pada sel yang ingin diisi data. 2. Ketik data yang diinginkan 3. Tekan enter atau klik tombol kiri mouse pada sel yang lain untuk konfirmasi atau mengakhirinya Sedangkan alternatif yang kedua dalam mengisi data adalah menggunakan sub menu pada menu edit di excel. Dengan alternatif ini maka memiliki lebih banyak pilihan yaitu : Down, Up, Right, Left, dan Series (autofill). Tampilan lembar kerja setelah diisi data tampak pada gambar berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat. Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat. Kabupaten BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat. Kabupaten Labuhanbatu

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM. Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. BPS

BAB 2 GAMBARAN UMUM. Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. BPS BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga Negara Non Departemen. BPS melakukan kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah antara bidang pertanian,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Sebelah Utara dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka. Sebelah Timur dengan Provinsi Riau. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Demografi Penduduk Demografi adalah uraian tentang penduduk, terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah penduduk,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB III SEJARAH DAN STRUKTUR BPS

BAB III SEJARAH DAN STRUKTUR BPS BAB III SEJARAH DA STRUKTUR BPS 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) Badan Pusat Statistik (BPS) adalah Lembaga egara on Departemen. Badan Pusat Statistik melakukan kegiatan yang ditugaskan oleh pemerintah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RESTI FERONIKA PURBA

TUGAS AKHIR RESTI FERONIKA PURBA PERAMALAN BANYAKNYA JUMLAH AIR MINUM YANG DIPRODUKSI PDAM TIRTAULI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2008-2010 DENGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA TUGAS AKHIR RESTI FERONIKA PURBA 062407139 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Peramalan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi diwilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini, perkembangan zaman semankin maju dan berkembang pesat, di antaranya banyak pernikahan dini yang menyebabkan salah satu faktor bertambahnya

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH CALON MAHASISWA BARU TAHUN 2010 DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA.

ANALISIS JUMLAH CALON MAHASISWA BARU TAHUN 2010 DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA. ANALISIS JUMLAH CALON MAHASISWA BARU TAHUN 2010 DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA. TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya AULIA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama ( assaury, 1991). Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan diperlukan karena adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara Sejarah Singkat Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian terhadap populasi yang sangat besar, kita perlu melakukan suatu penarikan sampel. Hal ini dikarenakan tidak selamanya kita dapat

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI PADI DI SUMATERA UTARA UNTUK TAHUN 2008 TUGAS AKHIR EFRINA SINAGA

PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI PADI DI SUMATERA UTARA UNTUK TAHUN 2008 TUGAS AKHIR EFRINA SINAGA 1 PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI PADI DI SUMATERA UTARA UNTUK TAHUN 2008 TUGAS AKHIR EFRINA SINAGA 052407041 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN NIAS PADA TAHUN RIZKA RAHMI ZEBUA

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN NIAS PADA TAHUN RIZKA RAHMI ZEBUA PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN NIAS PADA TAHUN 2010-2011 TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya RIZKA RAHMI ZEBUA 062407011

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi jahe

Lebih terperinci

PERAMALAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA TAHUN 2011 DI KABUPATEN DELI SERDANG BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR

PERAMALAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA TAHUN 2011 DI KABUPATEN DELI SERDANG BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR PERAMALAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA TAHUN 2011 DI KABUPATEN DELI SERDANG BERDASARKAN DATA TAHUN 2005-2009 TUGAS AKHIR SAHAT MANIK 082407116 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERAMALAN BANYAKNYA JUMLAH SURAT KILAT YANG DIKIRIM DAN DITERIMA KANTOR POS MEDAN DAN BELAWAN TAHUN 2011 TUGAS AKHIR

PERAMALAN BANYAKNYA JUMLAH SURAT KILAT YANG DIKIRIM DAN DITERIMA KANTOR POS MEDAN DAN BELAWAN TAHUN 2011 TUGAS AKHIR PERAMALAN BANYAKNYA JUMLAH SURAT KILAT YANG DIKIRIM DAN DITERIMA KANTOR POS MEDAN DAN BELAWAN TAHUN 2011 TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya FRISKA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR NOVITA PRASASTI GRACELYA SIANTURI

TUGAS AKHIR NOVITA PRASASTI GRACELYA SIANTURI PERAMALAN JUMLAH AIR MINUM YANG DISALURKAN PDAM TIRTA WAMPU KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008-2010 DENGAN METODE PEMULUSAN (SMOOTHING) EKSPONENSIAL GANDA TUGAS AKHIR NOVITA PRASASTI GRACELYA SIANTURI 062407132

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dalam waktu yang relatif lama, peramalan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah atau daerah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan berinteraksi satu sama lain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR

PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN BERDASARKAN DATA TAHUN TUGAS AKHIR PROYEKSI NILAI EKSPOR KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TAHUN 2010-2012 BERDASARKAN DATA TAHUN 2008-2009 TUGAS AKHIR SERASINTA TARIGAN 072407040 PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

Lebih terperinci

PROYEKSI JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR MENURUT JENISNYA DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 TUGAS AKHIR JULFIANI

PROYEKSI JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR MENURUT JENISNYA DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 TUGAS AKHIR JULFIANI PROYEKSI JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR MENURUT JENISNYA DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 TUGAS AKHIR JULFIANI 062407142 PROGRAM STUDI D3 ILMU KOMPUTER / STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kain adalah bahan mentah yang dapat dikelola menjadi suatu pakaian yang mempunyai nilai financial dan konsumtif dalam kehidupan, seperti pembuatan baju. Contohnya

Lebih terperinci

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR BANGUNAN ATAU KONSTRUKSI TAHUN 2012 TUGAS AKHIR OLEH

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR BANGUNAN ATAU KONSTRUKSI TAHUN 2012 TUGAS AKHIR OLEH MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR BANGUNAN ATAU KONSTRUKSI TAHUN 2012 TUGAS AKHIR OLEH WILLY RAMSAL 092407028 PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEPPRES 6/1992, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

KEPPRES 6/1992, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK KEPPRES 6/1992, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 6 TAHUN 1992 (6/1992) Tanggal: 9 JANUARI 1992 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Objek penelitian dalam meramalkan partisipasi angkatan kerja dan tingkat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Objek penelitian dalam meramalkan partisipasi angkatan kerja dan tingkat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Objek Penelitian Objek penelitian dalam meramalkan partisipasi angkatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah para penduduk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian dan Peranan Peramalan Aktivitas manajerial khususnya dalam proses perencanaan, seringkali membutuhkan pengetahuan tentang kondisi yang akan datang. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi perekonomian nasional. Oleh karena itu, informasi mengenai perkembangan dan kondisi perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB 3 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)

BAB 3 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 20 BAB 3 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) Seiring dengan adanya perkembangan jaman, khususnya pada pemerintahan Orde Baru, untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengertian Pengolahan Data Pengolahan data dapat diartikan sebagai penjabaran atas pengukuran data kuantitatif menjadi suatu penyajian yang lebih mudah dimengerti dan menguraikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peramalan Dalam melakukan analisa ekonomi atau analisa kegiatan perusahaan, haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dunia usaha pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena memiliki tanah yang subur. Karena memiliki tanah yang subur, sebagian besar penduduk Indonesia banyak yang bekerja di bidang

Lebih terperinci

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA DARI TAHUN

MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA DARI TAHUN MENGHITUNG UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) KOTA MEDAN MENURUT LAPANGAN USAHA PADA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2011 BERDASARKAN DATA DARI TAHUN 2000-2009 TUGAS AKHIR OLEH NURHAYATI 082407016 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri, barang dari luar negeri,

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri, barang dari luar negeri, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari dalam negeri ke luar negeri, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dari dalam negeri, barang dari luar negeri,

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam dunia usaha

diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam dunia usaha BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Dalam melakukan analisa ekonomi atau analisa kegiatan perusahaan, haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam dunia usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi regional pada hakekatnya adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 1.1.1 Prediksi Prediksi adalah sama dengan ramalan atau perkiraan. Menurut kamus besar bahasa indonesia, prediksi adalah hasil dari kegiatan memprediksi atau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004). PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

BAB 2 TINJAUAN TEORI. akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Didirikan tahun 1920 dengan tugas mengumpulkan data statistik Bea & Cukai dan bernaung di bawah department Landbouw Nijverheid en Handel. Pada tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan antar negara terjadi seiring dengan berkembangnya kehidupan ekonomi manusia. Berkembangnya kebutuhan ekonomi itu sendiri didorong akibat berkembangnya peradaban

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan pada dasarnya merupakan perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan juga dapat

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA TAHUN 2014 DI PROPINSI ACEH KHARINA PRATIWI

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA TAHUN 2014 DI PROPINSI ACEH KHARINA PRATIWI PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA TAHUN 2014 DI PROPINSI ACEH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya KHARINA PRATIWI 102407093 PROGRAM STUDI D3

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah situasi atau kondisi yang akan diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Kedelai Dalam ketersediaan kedelai sangat diperlukan diberbagai penjuru masyarakat dimana produksi kedelai merupakan suatu hasil dari bercocok tanam dimana dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI PENJUALAN ENERGI LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) CABANG BINJAI UNTUK TAHUN 2008

PERAMALAN NILAI PENJUALAN ENERGI LISTRIK DI PT. PLN (PERSERO) CABANG BINJAI UNTUK TAHUN 2008 PERAMALA ILAI PEJUALA EERGI LISTRIK DI PT. PL (PERSERO) CABAG BIJAI UTUK TAHU 2008 TUGAS AKHIR MAGDALEA LUMBATOBIG 052407060 DEPARTEME MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM UIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR MENURUT JENISNYA DI MEDAN TAHUN 2013 TUGAS AKHIR ANDRI DWI ANUGRAH

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR MENURUT JENISNYA DI MEDAN TAHUN 2013 TUGAS AKHIR ANDRI DWI ANUGRAH PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR MENURUT JENISNYA DI MEDAN TAHUN 2013 TUGAS AKHIR ANDRI DWI ANUGRAH 082407020 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pencemaran udara di beberapa kota besar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jumlah transportasi terus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim yang mempunyai belasan ribu pulau dengan teritori laut yang sangat luas. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNANORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNANORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1992 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNANORGANISASI, DAN TATA KERJA BIRO PUSAT STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999) UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999) Tanggal: 20 APRIL 1999 (JAKARTA) Tentang: PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Amsyah (2005), definisi sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan kerja dari prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan (Assauri, Sofyan. 1991) adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan adalah alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien (Makridakis,1991). Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegitan yang memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Kegunaan peramalan

Lebih terperinci

RAMALAN JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BINJAI PADA TAHUN 2013 TUGAS AKHIR EMIR AL QADRI HRP

RAMALAN JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BINJAI PADA TAHUN 2013 TUGAS AKHIR EMIR AL QADRI HRP RAMALAN JUMLAH PENDUDUK DI KOTA BINJAI PADA TAHUN 2013 TUGAS AKHIR EMIR AL QADRI HRP 112407031 PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator untuk menentukan atau menilai apakah suatu negara pembangunannya berhasil atau tidak. Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA PADA TAHUN 2010 TUGAS AKHIR IRENA VERONICA DAMANIK

PERAMALAN JUMLAH PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA PADA TAHUN 2010 TUGAS AKHIR IRENA VERONICA DAMANIK PERAMALAN JUMLAH PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA PADA TAHUN 2010 TUGAS AKHIR IRENA VERONICA DAMANIK 062407008 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012 TUGAS AKHIR

PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012 TUGAS AKHIR PERAMALAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012 TUGAS AKHIR MAHYULY SUAIDAH SIREGAR 072407080 PROGRAM STUDI D-3 STATISTIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era globalisasi, banyak sekali kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank sebagai salah satu alternatif pengganti transaksi dengan uang tunai. Sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. 2.1.1 Pengertian Peramalan. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci