Analisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong"

Transkripsi

1 Analisis Usulan Pengenaan Bea Keluar Atas Ekspor Mete Gelondong Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Jakarta 2014

2 Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Gedung Utama Lt. 16 Telp Fax

3 KATA PENGANTAR Kajian ini merupakan kajian jangka pendek yang menjadi salah satu kegiatan pada Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Tujuan kajian ini adalah melakukan analisis terhadap usulan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong. Usulan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong dilatarbelakangi oleh surat yang disampaikan oleh PT. Comextra Majora No. 0563/SRK/CM/IV/10 tanggal 26 April 2010 tentang Bea Keluar Ekspor Jambu Mete Gelondong. Usulan lain juga diajukan oleh Paguyuban Pengusaha dan Pengrajin Mete Wonogiri (GUYUBRAME) melalui surat dengan nomor 018/UM-Grm/III/2011 tertanggal 2 Maret Usulan dari GUYUBRAME adalah pemberian regulasi yang lebih tegas dan mampu memberikan stimulus bagi berkembangnya dunia usaha dan industri serta keluarkannya regulasi Pemerintah untuk memberikan larangan ekspor mete gelondong. Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri telah melakukan kajian singkat mengenai usulan pengenaan Bea Keluar (BK) atas ekspor mete gelondong pada tahun 2011, namun dirasa perlu untuk kembali mengajukan usulan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong pada tahun 2014 ini karena mete adalah produk yang memiliki manfaat sosial dan ekonomi tinggi. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak untuk tahap pengembangan dan penyempurnaan kajian ini di masa datang. Besar harapan penulis bahwa informasi sekecil apapun yang terdapat dalam kajian ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Jakarta, Maret 2014 Tim Kajian i

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... III DAFTAR GAMBAR... IV PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN PENELITIAN RUANG LINGKUP KAJIAN METODOLOGI KAJIAN... 4 PERDAGANGAN LUAR NEGERI METE DAN OLAHANNYA KINERJA EKSPOR DAN IMPOR METE INDONESIA PETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL METE GELONDONG METE KUPAS HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS DAYA SAING METE GELONDONG METE KUPAS HASIL SURVEI ANALISIS RANTAI NILAI INDUSTRI METE USULAN PENGENAAN BEA KELUAR METE GELONDONG KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA ii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Produsen Utama Mete Gelondong Dunia, Tabel 2.1. Kode HS Mete... 5 Tabel 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete, Tabel 2.3. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, Tabel 2.4. Negara Eksportir Mete Gelondong, Tabel 2.5. Negara Importir Mete Gelondong, Tabel 2.6. Negara Eksportir Mete Kupas, Tabel 2.7. Negara Importir Mete Kupas, Tabel 3.1. Analisis CMSA Mete Gelondong Tabel 3.2. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar Vietnam, Tabel 3.3. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar India, Tabel 3.4. Analisis CMSA Mete Kupas Tabel 3.5. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Amerika Serikat, Tabel 3.6. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Australia, Tabel 3.7. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Jerman, Tabel 3.8. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Taiwan, Tabel 3.9. Kemampuan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Olahan Mete iii

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Pangsa Nilai dan Volume Mete, 2012 dan Gambar 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete dan Pertumbuhannya, Gambar 2.3. Negara Tujuan Ekspor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia, Gambar 2.4. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, Gambar 2.5. Nilai dan Volume Impor Mete dan Pertumbuhannya, Gambar 2.6. Negara Asal Impor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia, Gambar 3.1. Rantai Nilai Harga Mete Berdasarkan Hasil Survei iv

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman mete dikenal di Indonesia sebagai jambu mete atau jambu monyet. Produk utama dari tanaman mete ini adalah buah sejatinya yang keras dan tergantung di bagian bawah berbentuk biji. Biji inilah yang yang dapat diolah menjadi kacang mete yang lezat. Yang dikenal umum sebagai buah yang berwarna merah dan lunak sebenarnya adalah buah semu yang merupakan dasar atau tanggai bunga yang membengkak setelah pembuahan. Tanaman mete dikenal memiliki banyak manfaat antara lain adalah 1) buah semu jambu mete yang berasa agak asam dapat dimakan sebagai rujak atau dibuat menjadi juice, selai, difermentasi sehingga menghasilkan minuman beralkohol. Sisa buahnya juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, 2) daun jambu mete dapat dimanfaatkan sebagai campuran lalap, daun yang sudah tua dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit, 3) Akarnya dapat untuk dimanfaatkan sebagai obat pencahar, 4) Kulit batang dimanfaatkan antara lain sebagai obat diare dan obat kumur bagi penderita sariawan, obat penyamak kulit, bahan batik, bahan tinta, bahan pewarna, bahan perekat dan obat anti ngengat, dan 5) kulit biji mete dapat diolah menjadi minyak yang disebut dengan Chasew Nut Shell Liquid (CNSL) yang dapat diolah menjadi bahan pelumas dan pernis. Selain manfaat pohon mete yang cukup banyak, pohon mete telah dibudidayakan oleh penduduk Indonesia sejak lama. Selain itu Indonesia juga termasuk dalam produsen utama mete di dunia. Berdasarkan data FAOSTAT , pada tahun 2012 Indonesia berada pada posisi ke-9 sebagai produsen mete gelondong terbesar di dunia dengan volume ekspor mencapai 117,4 ribu ton atau nilai produksi mencapai USD 102,8 juta. Namun posisi ke-9 ini menurun dibandingkan tahun 2008 sampai dengan 2010 yang pernah mencapai posisi ke-6 produsen terbesar dunia seperti dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. 1

8 Tabel 1.1. Produsen Utama Mete Gelondong Dunia, No. Negara Produksi Mete Gelondong ('1000 MT) Trend (%) Viet Nam 1.234, , , , ,9 1,00 2 Nigeria 727,6 800,0 830,0 835,0 836,5 1,03 3 India 665,0 695,0 613,0 674,6 680,0 1,00 4 Côte d'ivoire 330,0 350,0 380,0 393,0 450,0 1,08 5 Benin 86,0 117,0 102,1 163,0 170,0 1,19 6 Philippines 112,3 112,0 134,7 133,4 132,5 1,05 7 Guinea-Bissau 99,0 99,5 108,0 128,7 130,0 1,08 8 United Republic of Tanzania 99,1 79,1 74,2 122,3 122,3 1,09 9 Indonesia 156,7 147,4 115,0 114,6 117,4 0,92 10 Brazil 243,3 220,5 104,3 230,8 80,6 0,80 11 Mozambique 85,0 64,0 96,6 112,8 64,7 1,00 12 Ghana 22,0 27,0 30,0 35,7 36,5 1,14 13 Thailand 40,6 38,2 37,9 29,1 31,5 0,92 14 Kenya 17,0 17,7 17,6 20,9 29,0 1,14 15 Malaysia 12,9 12,8 13,5 15,1 16,0 1,07 16 Guinea 7,0 7,5 7,1 8,5 8,5 1,06 17 Madagascar 7,6 5,9 5,6 6,7 7,0 1,00 18 Togo ,7 6,8-19 Senegal 5,1 5,5 6,0 6,5 6,7 1,09 20 Sri Lanka 7,1 6,8 7,0 6,9 6,5 0,98 Sumber: FAOSTAT, 2014 Selain produksi yang menurun, ditengarai telah terjadi ekspor besar-besaran mete gelondong sejak tahun Ekspor mete gelondong dalam jumlah besar ini menyebabkan industri pengolahan mete di tanah air kekurangan bahan baku. Untuk mengatasi hal ini, usulan pengenaan Bea Keluar (BK)atas ekspor mete gelondong disampaikan oleh pelaku usaha. Usulan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong pernah diajukan oleh PT. Comextra Majora melalui suratnya No. 0563/SRK/CM/IV/10 tanggal 26 April 2010 tentang Bea Keluar Ekspor Jambu Mete Gelondong. Pada surat tersebut PT Comextra Majora mengusulkan pengenaan Bea Keluar (BK) atas ekspor mete gelondong dan pembebasan PPN dalam rantai nilai mete. Alasan PT Comextra Majora mengajukan usulan tersebut antara lain adalah: 1. Hilangnya nilai tambah karena hasil akhir olahan tidak dilakukan di dalam negeri; 2. Hilangnya peluang penyerapan tenaga kerja di dalam negeri; 3. Menghambat tumbuh kembangnya industri pengolahan mete di dalam negeri; dan 4. Hilangnya potensi ekonomi ikutan lainnya yang terkait jambu mete. 2

9 Dalam suratnya PT Comextra Majora menyatakan bahwa pengenaaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong akan dapat merangsang tumbuhnya industri pengolahan mete. Selain itu, kebijakan tersebuta juga akan dapat membuka dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pedesaan karena proses kerja pengolahan mete umumnya masih bersifat manual dan dilakukan oleh rakyat pedesaan. Selain itu, Paguyuban Pengusaha dan pengrajin Mete Wonogiri (GUYUBRAME) juga telah menyampaikan usulan melalui surat dengan nomor 018/UM-Grm/III/2011 tertanggal 2 Maret 2011 untuk melarang ekspor mete gelondong agar industri olahan kacang mete mampu meningkatkan nilai tambah. Usulan kebijakan ini ditujukan untuk menyelamatkan industri kecil skala rumah tangga dan nilai tambah yang dapat diciptakan melalui proses pengolahan. Kebijakan Bea Keluar termaktub dalam Undang-undang No 17 tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Pada Pasal 2A ayat 1 Peraturan tersebut menyatakan bahwa Barang Ekspor Dapat Dikenakan Bea Keluar. Pada Pasal 2A ayat 2 dinyatakan bahwa Bea Keluar dikenakan terhadap barang ekspor dengan tujuan untuk: 1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; 2. Melindungi kelestarian sumber daya alam; 3. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional; atau 4. Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Dalam usulan yang disampaikan oleh PT. Comextra Majora dinyatakan bahwa mete gelondong lebih banyak diekspor sehingga industri dalam negeri merasa kekurangan bahan baku. Oleh karena itu, salah satu tujuan pengenaan BK telah dapat dipenuhi oleh usulan tersebut. Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri telah melakukan kajian singkat yang berjudul Usulan Pengenaan Bea Keluar Ekspor Mete Gelondong pada tahun Kajian singkat di tahun 2014 ini dilakukan untuk menilai apakah kebijakan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong masih relevan untuk diusulkan kembali ataukah tidak. 3

10 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan kajian singkat ini adalah melakukan analisis terhadap usulan pengenaan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong. Dalam kajian singkat ini akan dikaji berapa besaran tarif BK yang optimal atas ekspor mete gelondong berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh Ruang Lingkup Kajian Ruang lingkup kajian ini adalah hanya membahas kebijakan Bea Keluar atas ekspor mete gelondong dan tidak membahas kebijakan ekspor lainnya seperti larangan ekspor dan tata niaga ekspor Metodologi Kajian 1. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam kajian terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan dalam kajian ini diperoleh dari BPS dan UN Comtrade. Sementara survai dan pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden di lapangan. 2. Alat Analisa Analisis yang digunakan pada kajian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif ditujukan untuk memaparkan hasil temuan berupa data dan informasi baik yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif. 4

11 BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI METE DAN OLAHANNYA 2.1. Kinerja Ekspor dan Impor Mete Indonesia Untuk keperluan analisis, tim kajian membagi produk mete ke dalam dua produk. Pengelompokan ini dibuat untuk memudahkan dalam diketahui menganalisis perkembangan kinerja ekspor dan impor mete. Tabel 2.1. Kode HS Mete Kelompok No. HS Uraian Mete Gelondong Kacang mede, segar atau dikeringkan, dikuliti Mete Kupas Kacang mede, segar atau dikeringkan, berkulit Sumber: Kementerian Keuangan, 2012 Beberapa hal yang menjadi catatan dalam ekspor dan impor mete adalah: 1. Ekspor Indonesia didominasi dengan mete gelondong dibandingkan dengan mete olahan berupa mete kupas sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah. Pangsa nilai dan volume ekspor mete gelondong pada tahun 2013 sebesar 63,7% dan 90,7% menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 73,8% dan 94,1%. Hal ini bisa diindikasikan sebagai peningkatan ekspor mete olahan. Pangsa nilai dan volume ekspor mete kupas tahun 2013 tersebut sebesar 36,3% dan 9,3%, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. 5

12 Nilai Ekspor 2012 Nilai Ekspor 2013 Mete Kupas 26.2% Mete Gelondong 73.8% Mete Kupas 36.3% Mete Gelondong 63.7% Mete Kupas 5.9% Volume Ekspor 2012 Mete Kupas 9.3% Volume Ekspor 2013 Mete Gelondong 94.1% Mete Gelondong 90.7% Gambar 2.1. Pangsa Nilai dan Volume Mete, 2012 dan 2013 Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 2. Terjadi peningkatan nilai dan volume ekspor mete kupas pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 29,27% dan 30,83%. Sementara itu, terjadi penurunan nilai dan volume ekspor mete gelondong pada periode yang sama tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 sebesar 19,58% dan 20,42% (Tabel 2.2). Tabel 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete, Uraian Nilai Ekspor (Juta US$) Perubahan(%) Trend(%) / Mete Gelondong 63,0 49,0 56,3 70,4 56,6-19,58 1,51 Mete Kupas 19,7 22,6 22,5 25,0 32,3 29,27-40,32 Uraian Volume Ekspor (Ribu Ton) Perubahan (%) Trend(%) / Mete Gelondong 60,6 38,5 42,0 58,9 46,9-20,42-0,87 Mete Kupas 7,6 7,1 4,1 3,7 4,8 30,83-37,98 Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 6

13 3. Data perkembangan ekspor mete Indonesia menunjukkan bahwa volume ekspor mete gelondong selama periode mencapai titik tertinggi pada tahun 2012 yang mencapai 58,9 ribu ton dan turun sebesar 20,4% di tahun 2013 sehingga volume ekspor di tahun 2013 sebesar 46,9 ribu ton. Sementara itu, ekspor mete kupas tahun 2008 sampai dengan 2012 selalu tumbuh negatif, namun tumbuh positif di tahun 2013 sebesar 30,8% untuk volume ekspor mete kupas dan 29,3% untuk nilai ekspor mete kupas (Gambar 2.2). USD Juta Ekspor Mete Gelondong Ribu Ton Nilai (LHS) Volume (RHS) Pertumbuhan Ekspor Mete Gelondong 2013 (20.4) (19.6) (36.5) (22.2) Volume Nilai USD Juta Ekspor Mete Kupas Ribu Ton Nilai (LHS) Volume (RHS) Pertumbuhan Ekspor Mete Kupas (9.5) (43.0) (0.2) 2010 Volume Nilai (6.8) (26.7) (26.4) (60.0) (40.0) (20.0) (60.0) (40.0) (20.0) Gambar 2.2. Nilai dan Volume Ekspor Mete dan Pertumbuhannya, Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 4. Ekspor mete gelondong Indonesia ditujukan ke dua negara utama, Vietnam dan India (Gambar 2.3). Nilai ekspor mete gelondong yang ditujukan ke dua negara tersebut mencapai 99,7% di tahun 2012 dan 99,3% di tahun Sementara itu, negara tujuan ekspor mete kupas Indonesia cukup beragam. Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor mete kupas utama Indonesia dengan pangsa sebesar 44,1% pada tahun 2013, disusul oleh Australia (12,1%), Jerman (9,3%), dan Taiwan (8,3%). 7

14 Taiwan UEA 0.4% 0.0% India 66.1% SingapuraLainnya 0.0% 0.4% 2012 Vietnam 33.2% Singapura 0.2% Mete Gelondong Taiwan 0.2% India 41.3% 2013 UEA 0.4% Vietnam 57.7% Lainnya 0.2% Kanada 3.2% Taiwan 8.6% Lainnya 28.1% 2012 Jerman 14.2% Amerika Serikat 37.5% Australia 8.3% Mete Kupas Kanada 6.6% Taiwan 8.3% Jerman 9.3% Lainnya 19.7% 2013 Amerika Serikat 44.1% Australia 12.1% Gambar 2.3. Negara Tujuan Ekspor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia, Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 5. Impor mete Indonesia didominasi oleh mete kupas. Pangsa nilai dan volume impor mete kupas pada tahun 2013 sebesar 91,0% dan 66,0% menurun dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 99,3% dan 96,1% (Gambar 2.4). Hal ini bisa diindikasikan sebagai peningkatan industri olahan mete. Selain itu juga dapat diindikasikan terjadinya peningkatan harga mete kupas dunia. Hal ini menunjukkan perlunya dilakukan pengolahan mete di dalam negeri. 8

15 Nilai Impor 2012 Nilai Impor 2013 Mete Kupas 99.3% Mete Kupas 91.0% Mete Gelondong 0.7% Mete Gelondong 9.0% Volume Impor 2012 Volume Impor 2013 Mete Kupas 96.1% Mete Kupas 66.0% Mete Gelondong 3.9% Mete Gelondong 34.0% Gambar 2.4. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 6. Tabel 2.3 di bawah menunjukkan terjadi peningkatan nilai dan volume impor mete gelondong yang sangat besar pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2.397,1% dan 2.366,0%. Nilai dan volume impor mete kupas juga meningkat sebesar 71,6% dan 96,6% pada tahun 2013 (Tabel 3). Tabel 2.3. Nilai dan Volume Impor Mete Indonesia, Uraian Nilai Impor (Juta US$) Perubahan(%) Trend(%) / Mete Gelondong 1,9 1,5 5,5 0,0 0, ,1 (43,8) Mete Kupas 2,1 1,7 10,0 4,4 7,5 71,6 41,3 Uraian Volume Impor (Ribu Ton) Perubahan(%) Trend(%) / Mete Gelondong 2,2 1,7 3,8 0,0 0, ,0 (45,7) Mete Kupas 0,5 0,4 1,3 0,8 1,5 96,6 36,6 Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 7. Data perkembangan impor mete Indonesia menunjukkan bahwa volume impor mete gelondong selama periode mencapai titik tertinggi pada tahun

16 mencapai 3,8 juta ton (Gambar 2.5). Namun, volume pertumbuhan ekspor tahunan tertinggi terjadi di tahun 2013 yang mencapai angka 2366,0% dibanding tahun sebelumnya. Titik tertinggi impor mete kupas pada periode tahun juga terjadi pada tahhun 2011 yang mencapai 1,3 juta ton. Pertumbuhan impor mete kupas tertinggi juga terjadi pada tahun 2011 dimana volume impornya tumbuh mencapai 279,4% dibanding tahun sebelumnya. USD Ribu Impor Mete Gelendong 6,000 3, ,000 4,000 2, ,000 2, , , , , , Ton 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, USD Ribu 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Impor Mete Kupas Ton 1,800 1, ,600 1,400 1, ,200 1, , , , , , , Nilai (LHS) Volume (RHS) Nilai (LHS) Volume (RHS) Pertumbuhan Impor Mete Gelendong Pertumbuhan Impor Mete Kupas Nilai Volume 2, , Nilai Volume (500.0) , , , , ,000.0 (100.0) Gambar 2.5. Nilai dan Volume Impor Mete dan Pertumbuhannya, Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 8. Negara asal impor mete gelondong Indonesia pada tahun 2012 berasal dari hanya 1 negara yaitu Benin (Gambar 2.6). Namun, pada tahun 2013 impor mete gelondong telah terdiversifikasi dari Benin sebanyak 70,1%, Afrika Selatan 23,3% dan Nigeria 6,6%. Sama seperti impor mete gelondong, impor kupas Indonesia pada tahun 2012 juga hanya diperoleh dari 1 negara, yaitu Vietnam. Pada tahun 2013 Vietnam tetap menjadi negara asal impor utama mete kupas Indonesia dengan pangsa mencapai 10

17 95,2%. Disusul oleh Amerika Serikat sebesar 4,7% dan Australia 0,1%. Patut menjadi cacatan bahwa Vietnam adalah negara tujuan ekspor utama mete gelondong Indonesia. Amerika Serikat dan Australia juga merupakan negara tujuan ekspor mete kupas Indonesia. Ini menunjukkan bahwa Indonesia membeli kembali barang jadi yang bahan bakunya diekspor di luar negeri. Hal ini menunjukkan pentingnya Indonesia untuk meningkatkan olahan mete di dalam negeri agar bahwa Indonesia sehingga nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan mete dapat diterima di dalam negeri Benin 100.0% Mete Gelondong Afrika Selatan 23.3% Nigeria 6.6% 2013 Benin 70.1% 2012 Vietnam 100.0% Mete Kupas Amerika Serikat 4.7% 2013 Vietnam 95.2% Australia 0.1% Gambar 2.6. Negara Asal Impor Mete Gelondong dan Mete Kupas Indonesia, Sumber: Pusat Data dan Informasi Kemendag, 2014 (diolah) 2.2. Peta Perdagangan Internasional Mete Gelondong Sepuluh negara eksportir mete gelondong di dunia dapat dilihat pada Tabel 2.4. Berada pada posisi pertama adalah Ghana dan Indonesia berada pada posisi ke-enam. Ghana mensuplai 72,1% mete gelondong dunia, sementara Indonesia hanya sebesar 11

18 1,6%. Pertumbuhan rata-rata ekspor Indonesia ke dunia pada tahun sebesar 5,46%. Tabel 2.4. Negara Eksportir Mete Gelondong, Peringkat Negara Eksportir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia , , Ghana , Nigeria Pantai Gading Tanzania Guineabissau (52.66) Indonesia Benin Burkina Faso (51.14) Gambia , Vietnam Lainnya (61.71) Sumber: Trademap, 2014 (diolah) Sementara itu, importir mete gelondong dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dikuasai oleh Vietnam dan India. Sejak tahun 2008 kedua negara ini mengimpor lebih dari 90% mete gelondong dari dunia (Tabel 4). Yang perlu menjadi catatan adalah Vietnam adalah salah satu negara eksportir mete gelondong dalam daftar sepeuluh negara eksportir mete gelondong dunia sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.5, walaupun pangsa ekspornya ke dunia pada tahun 2013 sangat kecil, hanya sebesar 0,36%. Tabel 2.5. Negara Importir Mete Gelondong, Peringkat Negara Importir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia , , Vietnam , India , (19.13) Brasil Perancis (22.59) Amerika Serikat (38.01) (0.56) Emirat Arab (46.99) RRT Inggris (72.42) Spanyol Italia Lainnya (58.84) (5.89) 0.50 Sumber: Trademap, 2014 (diolah) 12

19 Mete Kupas Indonesia berada pada posisi ke tujuh sebagai eksportir mete kupas di dunia. Kedua negara yang merupakan negara pengimpor utama mete gelondong dunia, Vietnam dan India, adalah negara pengekspor utama mete kupas dunia (Tabel 2.6). Di tempat pertama adalah Vietnam dengan pangsa tahun 2013 sebesar 41,4%, disusul dengan India dengan pangsa ekspor 29,2% pada tahun yang sama. Ekspor mete kupas kedua negara ini lebih dari 70% pangsa ekspor dunia selama periode tahun 2008 sampai dengan Hal ini jelas mengindikasikan upaya Vietnam dan India untuk memperoleh nilai tambah pengolahan mete di dalam negerinya. Tabel 2.6. Negara Eksportir Mete Kupas, Peringkat Negara Eksportir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia 2, , , , ,626.2 (13.09) Vietnam , , ,085.9 (24.93) India (14.30) Brasil (18.07) (1.30) Belanda Nigeria , Jerman Indonesia (0.01) Belgia Tanzania (8.47) Pantai Gading Lainnya (35.50) Sumber: Trademap, 2014 (diolah) Sementara itu, Amerika Serikat menempati posisi pertama sebagai importir mete kupas pada tahun 2013 sebesar USD 817,5 juta dan mengimpor sebesar 32,6% mete kupas dunia. Disusul dengan Belanda pada tempat kedua yang mengimpor sebesar USD 278,6 juta pada tahun yang sama atau sebesar 11,1% dari impor mete kupas dunia. Tabel 2.7. Negara Importir Mete Kupas, Peringkat Negara Importir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia (4.35) Amerika Serikat (8.64) Belanda (7.08) Jerman Australia Inggris (5.39) Emirat Arab (45.17) Kanada (1.41) Jepang Rusia Perancis Lainnya Sumber: Trademap, 2014 (diolah) 13

20 BAB III HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Daya Saing Dalam rangka melakukan analisis daya saing mete Indonesia digunakan Constant Market Share Analysis (CSMA). Metode ini dipilih untuk mengukur daya saing karena dengan CMSA juga dapat aspek-aspek yang paling signifikan yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor suatu produk. Selain itu CMSA dipilih karena daya saing produk Indonesia dapat dilihat berdasarkan perkembangkan impornya oleh negara tujuan ekspornya. Dengan kata lain, analisis CMSA adalah analisis dari sisi demand. Negara-negara yang dipilih dalam perhitungan CMSA adalah Vietnam, India, Amerika Serikat, Australia, Jerman dan Taiwan. Kelima negara ini dipilih karena merupakan negara/teritori ekonomi yang menjadi importir utama mete gelondong dan mete kupas dari Indonesia. Vietnam dan India adalah tujuan utama ekspor Indonesia untuk produk mete gelondong. Sementara itu, Amerika Serikat, Australia, Jerman dan Taiwan dan Jerman adalah empat negara/teritori ekonomi importir utama mete kupas dari Indonesia. Data ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Untuk melihat perkembangan dinamika ekspor dan pangsa ekspor maka analisis CMSA dibagi dalam periode tahun dan periode Mete Gelondong Dari hasil analisis dengan menggunakan metode CMSA yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 diketahui bahwa kelompok produk mete gelondong mempunyai nilai efek perdagangan dunia yang positif pada setiap periode analisis dan kedua pasar tujuan ekspor. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor disebabkan oleh perdagangan dunia yang juga tumbuh. Pertumbuhan ekspor ini terutama disebabkan oleh kedua negara tersebut merupakan pasar yang tumbuh relatif cepat, dalam arti terjadi peningkatan pangsa pasar. Peningkatan perdagangan ini disebabkan oleh pertumbuhan permintaan negara tersebut terhadap produk mete gelondong dibandingkan pertumbuhan total ekspor seluruh komoditi dunia. Hal ini ditunjukkan dari efek distribusi yang bernilai negatif di Vietnam 14

21 pada periode Efek distribusi pasar di India bahkan bernilai negatif untuk kedua periode analisis. Nilai positif pada efek distribusi pasar hanya terjadi di Vietnam pada periode tahun Nilai positif pada efek distribusi di Vietnam pada periode menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor disebabkan lebih banyak oleh pertumbuhan perdagangan dunia secara total dibandingkan pertumbuhan ekspor dunia pada produk mete gelondong. Tabel 3.1. Analisis CMSA Mete Gelondong VIETNAM Komponen Nilai Share Nilai Share (000 US$) (%) (000 US$) (%) Efek Perdagangan Dunia 584, ,346, Efek Komposisi Komoditi 129, ,800, Efek Distribusi Pasar 19, (2,309,409.59) (141.10) Efek Daya Saing (244,715.95) (50.12) (15,201,124.81) (928.72) Total Perubahan 488, ,636, INDIA Komponen Nilai Share Nilai Share (000 US$) (%) (000 US$) (%) Efek Perdagangan Dunia 584, ,346, Efek Komposisi Komoditi 490, ,438, Efek Distribusi Pasar (1,384,957.72) (1,432.41) (5,299,736.97) (111.52) Efek Daya Saing 406, (733,821.11) (15.44) Total Perubahan 96, ,752, Efek komposisi komoditi yang positif pada kedua pasar pada dua periode analisis menunjukkan adanya pertumbuhan ekspor dunia pada mete gelondong dunia yang berpengaruh pada ekspor mete gelondong Indonesia. Atau dengan kata lain adanya peningkatan demand terhadap produk mete gelondong Indonesia di masing-masing pasar tujuan ekspor. Namun, hasil analisis menunjukkan daya saing produk mete gelondong Indonesia relatif rendah. Hal ini ditunjukkan oleh efek daya saing yang bernilai negatif untuk pasar Vietnam pada kedua periode analisis dan pada periode tahun di pasar India. Efek daya saing yang bernilai positif hanya diperoleh pada periode untuk pasar India. Efek daya saing yang bernilai negatif menunjukkan pertumbuhan ekspor mete gelondong Indonesia ke dua pasar tersebut kalah dibandingkan total pertumbuhan ekspor dari negara lain. 15

22 Untuk mengetahui negara-negara yang menjadi pesaing di kedua pasar tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3 di bawah. Tabel 3.2 menunjukkan sepuluh negara eksportir mete gelondong di pasar Vietnam. Indonesia berada di posisi keenam dari sepuluh negara tersebut dengan pangsa sebesar 9,48% dari total impor mete gelondong Vietnam. Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2012 sebesar USD 0.07 juta. Pada posisi pertama ditempati oleh Ghana dengan pangsa sebesar 72,10% dari impor mete gelondong Vietnam dengan nilai sebesar USD 3,12 juta. Disusul oleh Negeria dengan pangsa sebesar 10,33% dan nilai ekspor USD 0,45 juta dan Pantai Gading dengan pangsa 6,26% dan nilai ekspor USD 0,27 juta. Pada Tabel 3.3 jelas terlihat bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia di tahun 2012 yang sebesar 25,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan impor Vietnam dari seluruh dunia (182,63%). Pertumbuhan rata-rata impor Vietnam dari dunia pada periode tahun yang mencapai 65,42% juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan rata-rata ekspor Indonesia ke Vietnam yang hanya sebesar 5,46%. Ghana dan Nigeria adalah negara yang memiliki pertumbuhan ekspor mete gelondong lebih tinggi dari pertumbuhan impor Vietnam dari dunia. Tabel 3.2. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar Vietnam, Peringkat Negara Eksportir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia 0,60 0,52 0,74 1,53 4,33 182,63 65,42 100,00 1 Ghana 0,11 0,02 0,01 0,47 3,12 564,60 171,67 72,10 2 Nigeria 0,04 0,04 0,14 0,19 0,45 138,32 92,76 10,33 3 Pantai Gading 0,17 0,17 0,31 0,26 0,27 3,20 14,49 6,26 4 Tanzania 0,04 0,07 0,10 0,11 0,14 34,62 32,78 3,29 5 Guineabissau 0,12 0,09 0,07 0,27 0,13 (52,66) 11,41 2,91 6 Indonesia 0,05 0,06 0,05 0,06 0,07 25,07 5,46 1,63 7 Benin 0,03 0,03 0,02 0,04 0,05 26,81 16,66 1,16 8 Burkina Faso 0,00 0,00 0,01 0,06 0,03 (51,14) 115,71 0,63 9 Gambia 0,00 0,00 0,00 0,00 0, ,27 58,79 0,59 10 Meksiko 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 55,12 14,17 1,10 Lainnya 0,03 0,03 0,02 0,08 0,04 (50,67) 22,06 0,92 Sumber: Trademap, 2014 (diolah) Indonesia juga berada pada posisi keenam dari sepuluh negara pengekspor terbesar mete gelondong ke India dengan pangsa ekspor sebesar 5,84% dan nilai ekspor USD 0,05 juta. Berada di posisi pertama adalah Pantai Gading dengan pangsa ekspor ke pasar India sebesar 25,7% dan nilai ekspor USD 0,24 juta. Disusul oleh Benin dengan nilai 16

23 ekspor USD 0,17 juta dan pangsa ekspor 18,11% dan di posisi ketiga Tanzania dengan nilai ekspor USD 0,16 juta dan pangsa ekspor 17,26%. Tabel 3.3. Negara Eksportir Mete Gelondong Di Pasar India, Peringkat Negara Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) Eksportir / Dunia (19.13) Pantai Gading Benin Tanzania Guineabissau (43.64) Ghana (49.38) Indonesia (1.60) Nigeria Gambia (30.48) Sinegal (42.54) Guinea (66.44) Lainnya (74.95) Sumber: Trademap, 2014 (diolah) Berdasarkan Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 di atas diketahui bahwa yang menjadi pesaing utama Indonesia untuk ekspor mete gelondong di pasar Vietnam dan India adalah negara-negara produsen mete gelondong yang berada di Afrika. Mereka adalah Ghana, Nigeria, Pantai Gading, Tanzania, Benin, Guineabissau Mete Kupas Tabel 3.4 menunjukkan hasil CMSA pada produk mete kupas. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa sama seperti mete gelondong, pertumbuhan ekspor terjadi di semua pasar yang ditunjukkan dengan efek perdagangan dunia yang positif di semua pasar tujuan ekspor yang dianalisis. Namun, berbeda dengan hasil analisis pada mete gelondong, pertumbuhan ekspor ini disebabkan lebih banyak oleh pertumbuhan perdagangan dunia secara total dibandingkan pertumbuhan ekspor dunia pada produk mete kupas. Hal ini ditunjukkan dengan hasil positif pada efek distribusi pasar di pasar Amerika Serikat, Jerman dan Taiwan pada kedua periode analisis. Efek distribusi pasar negatif hanya terjadi di pasar Australia pada periode Nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa peningkatan perdagangan disebabkan oleh pertumbuhan permintaan Australia terhadap mete kupas dibandingkan pertumbuhan total ekspor seluruh komoditi di dunia. 17

24 Tabel 3.4. Analisis CMSA Mete Kupas AMERIKA SERIKAT Komponen Nilai Share Nilai Share (000 US$) (%) (000 US$) (%) Efek Perdagangan Dunia 305, ,924, Efek Komposisi Komoditi (35,104.88) (18.85) (748,212.30) (35.93) Efek Distribusi Pasar 6, , Efek Daya Saing (90,733.45) (48.73) (99,537.11) (4.78) Total Perubahan 186, ,082, AUSTRALIA Komponen Nilai Share Nilai Share (000 US$) (%) (000 US$) (%) Efek Perdagangan Dunia 305, ,924, Efek Komposisi Komoditi (4,291.56) (1.47) (194,707.20) (7.20) Efek Distribusi Pasar (8,402.21) (2.88) 21, Efek Daya Saing (1,028.59) (0.35) (46,627.64) (1.72) Total Perubahan 292, ,705, JERMAN Komponen Nilai Share Nilai Share (000 US$) (%) (000 US$) (%) Efek Perdagangan Dunia 305, ,924, Efek Komposisi Komoditi (5,642.41) (1.95) (138,404.94) (4.99) Efek Distribusi Pasar 47, ,694, Efek Daya Saing (58,933.17) (20.40) (1,710,404.41) (61.73) Total Perubahan 288, ,770, TAIWAN Komponen Nilai Share Nilai Share (000 US$) (%) (000 US$) (%) Efek Perdagangan Dunia 305, ,924, Efek Komposisi Komoditi (5,230.23) (1.81) (313,962.50) (12.22) Efek Distribusi Pasar 69, , Efek Daya Saing (81,499.31) (28.20) (238,812.92) (9.29) Total Perubahan 289, ,569, Efek komposisi komoditi yang bernilai negatif pada keempat pasar impor di semua periode analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia akibat pertumbuhan ekspor mete kupas di dunia tidak secepat pertumbuhan ekspor Indonesia akibat pertumbuhan ekspor dunia ke semua pasar tersebut. Hal ini menunjukkan daya saing ekspor mete kupas Indonesia relatif rendah dibanding produk lain dan dibandingkan negara lain pada produk yang sama. 18

25 Hasil analisis juga menunjukkan bahwa daya saing produk mete kupas Indonesia relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai efek daya saing yang bernilai negatif di keempat negara pada dua periode analisis. Nilai negatif pada efek daya saing menunjukkan pertumbuhan ekspor mete kupas Indonesia ke Amerika Serikat, Australia, Jerman dan Taiwan tidak secepat pertumbuhan ekspor mete kupas negara-negara lain yang ditujukan ke empat negara tersebut. Untuk mengetahui negara-negara yang menjadi pesaing di keempat pasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5 sampai dengan Tabel 3.8 di bawah. Indonesia berada di posisi keenam sebagai negara eksportir mete kupas di pasar Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD 9,1 juta dan pangsa ekspor 1,1% pada tahun Berada di posisi pertama adalah Vietnam dengan nilai ekspor USD 393,1 juta dan pangsa ekspor 48,1%. Disusul oleh India dengan nilai ekspor USD 268,4 juta dan pangsa ekspor 32,8% dan Brasil di posisi ketiga dengan nilai ekspor USD 100,6 juta dan pangsa ekspor 12,31%. Pada posisi keempat adalah Pantai Gading dengan nilai ekspor USD 12 juta dan pangsa ekspor 1,47%. Dan untuk posisi kelima adalah Mozambik dengan ekspor USD 11,4 juta dan pangsa ekspor 1,39%. Tabel 3.5. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Amerika Serikat, Peringkat Negara Eksportir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia 650,7 596,9 706,6 894,8 817,5 (8,64) 8,99 100,00 1 Vietnam 264,0 251,4 347,9 405,6 393,1 (3,08) 13,59 48,08 2 India 237,4 172,4 187,9 311,6 268,4 (13,87) 8,73 32,83 3 Brasil 117,2 143,1 130,9 134,2 100,6 (25,06) (3,63) 12,31 4 Pantai Gading 1,2 2,5 3,5 5,1 12,0 137,40 69,19 1,47 5 Mozambik 1,9 4,0 9,2 8,6 11,4 32,86 54,02 1,39 6 Indonesia 11,9 6,8 7,1 6,8 9,1 33,30 (5,21) 1,11 7 Thailand 0,0 3,0 5,0 7,9 8,5 7,72 239,00 1,04 8 Nigeria 2,6 3,0 3,3 4,4 2,9 (33,50) 6,68 0,36 9 Ghana - 0,2 0,5 1,7 2,8 64,45-0,34 10 Kenya 1,7 0,9 1,9 3,2 2,0 (38,25) 15,82 0,24 Lainnya 12,6 9,6 9,5 5,7 6,7 17,41 (16,41) 0,82 Sumber: Trademap, 2014 (diolah) Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara eksportir mete kupas di pasar Australia dengan nilai ekspor USD 1,9 juta dan pangsa ekspor 1,7% pada tahun Ekspor Indonesia ke pasar Australia di tahun 2012 turun sebesar 32,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Berada di posisi pertama adalah Vietnam dengan nilai ekspor USD 19

26 101,9 juta dan pangsa ekspor 90,9%. Disusul oleh India dengan nilai ekspor USD 6,7 juta dan pangsa ekspor 5,9%. Tabel 3.6. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Australia, Peringkat Negara Eksportir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia 86,8 67,7 87,8 111,2 112,1 0,82 10,62 100,00 1 Vietnam 69,6 56,9 78,0 96,2 101,9 5,86 13,76 90,85 2 India 14,6 8,2 5,9 9,1 6,7 (27,03) (13,54) 5,94 3 Indonesia 1,1 1,4 1,9 2,8 1,9 (32,41) 19,59 1,68 4 Brasil 0,8 0,8 0,6 1,7 1,4 (14,43) 22,86 1,28 5 Amerika Serikat 0,1-0,1 0,1 0,2 25,18-0,16 6 Singapura - - 1,2 0,8 0,1 (90,79) - 0,07 7 Selandia Baru - - 0,0 0,0 0,0 50,00-0,01 8 Australia 0,1 0,2 0,0 0,0 0,0 (64,29) (40,34) 0,01 9 Tanzania 0,1 0,1-0,3 - (100,00) RRT - 0,1-0,1 - (100,00) - - Lainnya 0,5 0,2 0,2 0,0 0,0 (80,00) (79,95) 0,00 Sumber: Trademap, 2014 (diolah) Indonesia berada di posisi keempat sebagai negara eksportir mete kupas di pasar Jerman dengan nilai ekspor USD 4,7 juta dan pangsa ekspor 2,2% pada tahun Ekspor Indonesia ke pasar Australia di tahun 2012 turun sebesar 17,9% dibandingkan tahun sebelumnya dan pertumbuhan ekspor rata-rata dari tahun sebesar 33,9%. Berada di posisi pertama adalah India dengan nilai ekspor USD 154,4 juta dan pangsa ekspor 71,4%. Disusul oleh Vietnam dengan nilai ekspor USD 32,9 juta dan pangsa ekspor 15,2%. Ditempat ketiga adalah Belanda dengan nilai ekspor USD 12,9 juta dan pangsa ekspor 6,0%. Tabel 3.7. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Jerman, Peringkat Negara Eksportir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia 109,3 147,3 150,0 192,9 216,2 12,04 17,75 100,00 1 India 83,6 121,1 115,2 144,5 154,4 6,85 15,07 71,41 2 Vietnam 14,9 15,0 20,2 27,4 32,9 19,79 24,47 15,20 3 Belanda 2,4 1,8 5,4 8,3 12,9 55,15 63,95 5,99 4 Indonesia 1,4 2,4 3,4 4,0 4,7 17,90 33,91 2,15 5 Brasil 3,8 3,9 3,4 2,4 2,8 16,02 (10,49) 1,29 6 Austria 0,1 0, , ,06 7 Singapura 0,1 0,1 0,1 0,2 1,9 684,65 93,11 0,87 8 Honduras 0,5 0,8 0,5 2,5 1,4 (42,33) 36,86 0,67 9 Tanzania 0,7 0,4 0,0 0,1 0,8 535,54 (7,52) 0,36 10 Burkina Faso 0,1 0,0 0,0 0,2 0,6 224,87 143,63 0,30 Lainnya 1,9 1,8 1,9 3,3 1,5 (53,79) 1,55 0,70 Sumber: Trademap, 2014 (diolah) 20

27 Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara eksportir mete kupas di pasar taiwan dengan nilai ekspor USD 2,9 juta dan pangsa ekspor 21,0% pada tahun Ekspor Indonesia ke pasar Taiwan pada tahun 2012 tersebut tumbuh sebesar 23,8% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor rata-rata dari tahun sebesar 19,1%. Berada di posisi pertama adalah Vietnam dengan nilai ekspor USD 7,2 juta dan pangsa ekspor 52,5%. Disusul oleh Vietnam dengan nilai ekspor USD 3,4 juta dan pangsa ekspor 24,7%. Tabel 3.8. Negara Eksportir Mete Kupas Di Pasar Taiwan, Peringkat Negara Eksportir Nilai (USD Juta) Perubahan(%) Trend(%) Pangsa(%) / Dunia 6,0 7,7 7,3 11,9 13,7 15,66 23,21 100,00 1 Vietnam 3,9 4,4 5,3 7,7 7,2 (6,03) 19,56 52,48 2 India 0,6 1,5 0,6 1,7 3,4 102,56 41,76 24,73 3 Indonesia 1,4 1,7 1,3 2,3 2,9 23,81 19,07 21,03 4 Myanmar 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 62,79 35,85 1,53 5 Amerika Serikat , ,23 6 Brasil Kamboja ,1 - (100,00) Kanada RRT - - 0, Jerman Lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 - (100,00) - - Sumber: Trademap, 2014 (diolah) Berdasarkan Tabel 3.5 sampai dengan Tabel 3.8 di atas dapat diketahui bahwa negara yang menjadi pesaing utama Indonesia untuk ekspor mete kupas di keempat pasar tersebut terutama adalah Vietnam dan India. Di pasar Amerika Serikat, Indonesia juga kalah bersaing dengan Brasil, Pantai Gading dan Mozambik yang juga mengekspor mete kupas. Untuk pasar Jerman, Belanda juga menjadi pesaing ekspor mete kupas Indonesia selain Vietnam dan India Hasil Survei Survei untuk kajian ini dilakukan di Wonogiri dan Surabaya. Wonogiri dipilih sebagai daerah survei karena daerah ini adalah sentra pengolahan mete yang dilakukan oleh pengusaha kecil atau usaha kecil menengah. Semetara, Surabaya dipilih sebagai daerah survei karena daerah ini merupakan daerah yang penjadi perantara distribusi mete gelondong dari sentra produksi mete gelondong di Sulawesi ke industria 21

28 pengolahan yang berada di Wonogiri. Selain itu, di daerah ini juga terdapat beberapa eksportir mete. Informasi yang diperoleh dari survei di Wonogiri adalah sebagai berikut: a. Informasi yang diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kabupaten Wonogiri: Pasokan kacang mete Wonogiri yang berasal dari produksi petani di Wonogiri sendiri hanya sekitar 30%, sedangkan 70% sisanya berasal dari provinsi lain diantaranya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan dan Bali. Desa Kerjo Lor, Tukluk, Kecamatan Ngadirojo memiliki 2 koperasi pengrajin mete yaitu Koperasi Bunga Ros dan Koperasi Kerjo Utomo. Para pengrajin mete di Ngadirojo melakukan proses pengkacipan sesuai order (pemesanan) dari para pengusaha mete yang tersebar di Surabaya, Jakarta dan Bandung. Masyarakat di Ngadirojo melakukan pengkacipan sendiri-sendiri kemudian hasilnya disetorkan ke langsung ke pihak pemesan, atau bisa juga dikumpulkan terlebih dahulu melalui pedagang pengumpul. b. Informasi yang diperoleh dari pengrajin mete atau pengusaha skala rumah tangga di Desa Kejolor, Dukuh Dungkluk, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri (Bapak Winarman dan Ibu Atik): Panen utama mete di Wonogiri berlangsung selama 3-4 bulan (Juli - Oktober) setiap tahun. Mete yang telah dikeringkan memiliki daya tahan sampai 1 tahun, karena itu jika terdapat kelebihan produksi saat panen raya, maka para pengrajin membeli cukup banyak sesuai kemampuan modalnya untuk menjadi pasokan bahan baku olahan mete dalam waktu 1 tahun. Jika pasokan dari lahan sendiri kurang, maka pengrajin umumnya membeli mete gelondong dari pasar. Harga mete gelondong di pasar saat ini sebesar Rp /kg. Sedangkan pada saat panen raya harga mete gelondong bisa turun menjadi Rp Rp /kg. 22

29 Terdapat perbedaan harga sekitar Rp Rp 1.500/kg antara membeli mete gelondong di pasar dibandingkan membeli dari pedagang pengumpul. Harga mete gelondong yang dibeli dari pedagang pengumpul sekitar Rp /kg. Upah pengrajin mete (mengkacip sampai dengan mengupas kulit ari mete yang telah dikeringkan) saat ini sekitar Rp 8000/kg. Setelah dikupas dan menjadi mete yang siap digoreng harganya menjadi Rp /kg, sedangkan harga mete yang sudah digoreng dan siap dikonsumsi berkisar Rp Rp /kg (mete utuh atau tipe A). Harga mete yang siap digoreng belah 2 (tipe B) sebesar Rp /kg dan harga mete yang siap digoreng belah 3 (tipe C) sebesar Rp /kg. Mete gelondong dengan kualitas terbaik memiliki perbandingan 4:1 antara mete gelondong dibandingkan mete kupas, atau dengan kata lain 1 kg mete gelondong akan menjadi 0,25 kg mete kupas dan 0,75 kg kulit mete. Mete gelondong dengan kualitas sedang memiliki perbandingan 5:1 dengan mete kupas, mete gelondong dengan kualitas kurang baik memiliki perbandingan 6:1 atau 7:1 dengan mete kupas. Limbah kulit mete yang hasil pengacipan dapat digunakan sebagai bahan baku Chasew Nut Shell Liquid (CNSL) dijual oleh pengrajin dengan harga Rp /karung (1 karung ukuran sekitar 40 Kg). Fungsi koperasi bagi pengrajin mete adalah sebagai tempat simpan pinjam, penyediaan fasilitas kerja dan informasi pemasaran. c. Informasi yang diperoleh dari Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Giri Jaya Mete di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri adalah: Maksud awal dari usulan dari Paguyuban Pengusaha dan Perajin Mete Wonogiri (GUYUBRAME) yang melarang ekspor mete gelondong adalah untuk mempertahankan pekerjaan bagi masyarakat Wonogiri yang memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin mete. Disinyalir pada tahun 2010 terjadi ekspor mete gelondong besar-besaran sehingga menyebabkan ribuan pengrajin mete di Wonogiri menganggur. Di sisi lain, mete setelah dikacip memiliki nilai tambah tinggi dibandingkan mete 23

30 gelondong. Dengan melakukan pengolahan mete di dalam negeri, maka diharapkan nilai tambah tersebut diserap oleh pasar domestik. Usulan pribadi dari Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Giri Jaya Mete adalah pemerintah menetapkan kebijakan yang dapat mengurangi ekspor mete gelondong, tidak perlu sampai melarang ekspor mete gelondong. Diperkirakan lebih dari kepala keluarga termasuk dalam tenaga kerja yang terlibat di industri mete di Kabupaten Wonogiri. Produksi mete yang berasal dari Wonogiri saat ini hanya mampu memenuhi 50% kebutuhan industri makanan dan minuman nasional, yang berlokasi di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja dan Solo. Sebelum tahun 1998, pengrajin mete banyak yang berhutang untuk mendapatkan modal ke pedagang pengumpul sehingga harga ditentukan oleh pedagang pengumpul. Setelah tahun 1998, pengrajin mete umumnya meminjam modal ke koperasi. Oleh karena itu setelah tahun 1998, harga mete gelondong dan mete kupas ditentukan oleh supply dan demand. Umumnya pengrajin mete membeli mete gelondong di pasar atau dari pedagang pengumpul di Wonogiri yang membeli dari pedagang besar di Surabaya. Pengusaha di Wonogiri belum dapat membeli mete gelondong langsung dari NTB, NTT, Sulawesi Tenggara atau lokasi produsen mete gelondong lainnya karena terkendala ketersediaan dana. Untuk pembelian langsung, para pedagang di lokasi tersebut (NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, dan lainnya) meminta pembeli mete gelondong di daerah lain untuk membuat gudang di daerah produsen sebagai jaminan kontinuitas pembelian mete gelondong. Jumlah anggota KSU saat ini 91 orang terdiri dari pengrajin dan pedagang pengumpul. Koperasi sendiri hanya bertindak sebagai mediator antara pengrajin mete dan pedagang pengumpul. Manfaat KSU hanya simpan pinjam bagi anggota koperasi. Permasalahan yang dihadapi oleh koperasi ini adalah ketersediaan bahan baku (mete gelondong) yang masih kurang. Ketua KSU mengharapkan agar pemerintah lebih tegas dalam mengambil kebijakan mete gelondong ini dan berpihak pada masyarakat pengrajin mete. 24

31 d. Informasi yang diperoleh dari U.D. Sari Indah di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri adalah: Perusahaan ini merupakan produsen CNSL yang menggunakan kulit mete sebagai bahan baku utamanya. Harga kulit mete yang digunakan sebagai bahan baku sebesar Rp / karung (1 karung sekitar 40 kg) yang diperoleh dari para pengepul di Wonogiri dan juga turun ke desa-desa tempat para pengrajin mete tinggal. Harga minyak CNSL yang dihasilkan sebesar Rp 5.000/kg. Perusahaan menghasilkan sekitar 1 ton per hari dengan menggunakan bahan baku kulit mete 100 karung per hari. Namun, kapasitas mesin yang digunakan belum mencapai kapasitas produksi maksimum. Perusahaan memiliki 8 tenaga kerja untuk mengoperasikan 4 unit mesin dengan upah sebesar Rp /hari. Selama ini produk yang dihasilkan dijual ke perusahaan dalam negeri seperti PT Wijaya (Jakarta), PT JTI (Semarang) dan PT Pengasih Jaya (Surabaya). Produk minyak tersebut kemudian diolah di perusahan-perusahaan tersebut untuk dijadikan sebagai bahan campuran cat dan kampas rem. Ampas sisa kulit mete yang menjadi sisa hasil olahan dapat digunakan sebagai bahan bakar. Ampas tersebut dijual dengan harga Rp /karung (1 karung sekitar 40 kg). Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh industri CNSL ini adalah keterbatasan modal untuk membeli bahan baku (kulit mete). Dari hasil survey di Surabaya diketahui bahwa pedagang besar (eksportir), pedagang pengumpul dan pelaku usaha lainnya sangat mendukung terhadap rencana pengenaan BK ekspor mete gelondongan tersebut. Namun demikian, diharapkan perlu adanya sosialisasi rencana pengenaan BK ekspor dimaksud untuk mendapatkan masukan dari para stakeholders berapa besaran BK ekspor mete gelondongan tersebut akan dikenakan untuk dapat diterima oleh semua pihak. Informasi lain yang diperoleh dari survei di Surabaya adalah sebagai berikut: a. PT. Mandiri Jaya Prima, Pedagang Besar (Eksportir): 25

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahap I Indonesia telah mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer dalam PDB masih sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman mete atau Anacardium occidentale.l sangat cocok untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman mete atau Anacardium occidentale.l sangat cocok untuk BAB I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanaman mete atau Anacardium occidentale.l sangat cocok untuk dikembangkan di daerah Nusa Tenggara khususnya Nusa Tenggara Timur. Dari NTT mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Indonesia Tahun 2011 Melampaui Target USD 200 Miliar

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 8 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Pencarian data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain: 1. Buku literatur 2. Internet

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$62,45 juta, turun 29,68 persen dibanding

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Indonesia (Bukhari, 2011), kontribusi industri terhadap PDB Indonesia tahun 2000-2010, sektor tekstil, barang kulit dan alas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/06/62/Th. IX, 1 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$124,19 juta, turun 13,01 persen dibanding bulan yang

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/11/72/Th. XV, 01 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH SEPTEMBER EKSPOR SENILAI US$ 32,12 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan ember (angka sementara) dibanding bulan us

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/07/62/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Mei 2015 sebesar US$121,89 juta, turun 1,85 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

III. PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE

III. PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE III. PROYEK AGROINDUSTRI JAMBU METE 3.1 Agroindustri Jambu Mete Austin (1992) mengidentifikasikan agroindustri sebagai pengolahan bahan baku yang bersumber dari tanaman atau binatang. Pengolahan yang dimaksud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia: Defisit Neraca Perdagangan Mei 2012 Dapat Ditekan

Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia: Defisit Neraca Perdagangan Mei 2012 Dapat Ditekan SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia: Defisit Neraca

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/05/62/Th. X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR Selama et, Nilai Ekspor US$ 74,95 Juta dan Impor US$ 0,89 Juta Selama et, total ekspor senilai US$ 74,95 juta, turun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 Komoditi teh dengan kode HS 090210 merupakan teh hijau yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Desember sebesar US$69,62 juta, naik 49,17 persen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT jmn PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JANUARI 2016 No. 14/02/52/Th. VI, 15 Februari 2016 Data ekspor impor yang disajikan adalah data yang diolah dari dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/11/62/Th. IX, 2 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015 Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan ember 2015 sebesar US$49,69 juta, turun 7,90

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015 No. 02/01/Th. VII, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 9,52 juta atau mengalami penurunan sebesar 10,19

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JUNI 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JUNI 2015 49/08/51/Th. IX, 3 Agustus 2015 A. EKSPOR Nilai ekspor barang asal Provinsi Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Juni 2015 mencapai

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

Lebih terperinci

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kacang Tanah PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KACANG TANAH ISSN : 1907 1507 Ukuran

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS ISSN 1907-1507 OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK KAPAS

Lebih terperinci

Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN DAN PEREKONOMIAN PERTANIAN INDONESIA MENURUT SUBSEKTOR Hortikultura Tanaman Pangan

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 No. 70/12/72/Th.XX, 15 Desember 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017 Selama Oktober 2017, Nilai Ekspor US$ 285,57 Juta dan Impor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/08/62/Th. VI,1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Juni sebesar US$92,40 juta, turun

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA BAB I KONSUMSI BATUBARA DUNIA Grafik 1.1. Pertumbuhan Konsumsi Batubara Dunia, 1980 2017 Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi dan Impor Batubara China,

Lebih terperinci

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp/Fax: 021-3860371 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/10/72/Th.XVIII, 01 Oktober 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Agustus 2015, Nilai Ekspor US$ 42,49 Juta dan Impor US$ 53,06 Juta Selama Agustus 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2017 No. 23/05/Th. VIII, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Maret tercatat US$12,96 juta atau mengalami kenaikan sebesar 4,52 persen dibanding

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/01/72/Th. XIV, 03 Januari 2011 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH NOVEMBER EKSPOR SENILAI US$ 33,68 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan ember (angka sementara) dibanding bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama November 2015, Nilai Ekspor US$ 106,27 Juta dan Impor US$ 87,33 Juta Selama November 2015, total ekspor senilai US$ 106,27 juta, naik US$ 21,06 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 51/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2015, Nilai Ekspor US$ 21,82 Juta dan Impor US$ 82,70 Juta Selama Juli 2015, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015 No. 02/02/Th. VII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 30,04 juta atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 02/03/72/Th. XIV, 01 Maret 2011 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH JANUARI 2011 EKSPOR SENILAI US$ 24,15 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan uari 2011 (angka sementara) dibanding

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/12/62/Th. VI, 3 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH OKTOBER Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Oktober sebesar US$62,93

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 41/07/72/Th.XIX, 15 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2016, Nilai Ekspor US$ 145,17 Juta dan Impor US$ 124,22 Juta Selama Juni 2016, total ekspor senilai US$ 145,17

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XIX, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2016, Nilai Ekspor US$ 94,59 Juta dan Impor US$ 33,35 Juta Selama Juli 2016, total ekspor senilai US$ 94,59

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, September 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, September 2017 No. 58/10/72/Th.XX, 16 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGAH Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, September 2017 Selama September 2017, Nilai Ekspor US$ 237,50 Juta dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 69/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015 Selama Oktober 2015, Nilai Ekspor US$ 85,21 Juta dan Impor US$ 71,73 Juta Selama Oktober 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 05/01/72/Th.XX, 16 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Desember 2016, Nilai Ekspor US$ 200,01 Juta dan Impor US$ 190,26 Juta Selama Desember 2016, total ekspor senilai

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat kapas yang berasal dari tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) merupakan salah satu bahan baku penting untuk mendukung perkembangan industri Tekstil dan Produk Tekstil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 35/06/72/Th.XX, 15 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2017, Nilai Ekspor US$ 311,29 Juta dan Impor US$ 95,63 Juta Selama Mei 2017, total ekspor senilai US$ 311,29 juta,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XX, 15 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2017, Nilai Ekspor US$ 225,91 Juta dan Impor US$ 60,15 Juta Selama Juni 2017, total ekspor senilai US$ 225,91

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015 No. 02/10/Th. VI, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Agustus 2015 tercatat US$ 11,48 juta atau mengalami penurunan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 21/04/72/Th.XX, 17 April 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2017, Nilai Ekspor US$ 208,38 Juta dan Impor US$ 200,92 Juta Selama Maret 2017, total ekspor senilai US$ 208,38

Lebih terperinci