DESAIN DAN UJI KINERJA PROTOTIPE ALAT PENGUPAS SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PISAU SETENGAH MELINGKAR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN DAN UJI KINERJA PROTOTIPE ALAT PENGUPAS SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PISAU SETENGAH MELINGKAR SKRIPSI"

Transkripsi

1 DESAIN DAN UJI KINERJA PROTOTIPE ALAT PENGUPAS SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PISAU SETENGAH MELINGKAR SKRIPSI TAUFIQ AZHARY SIREGAR F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 DESIGN AND PERFORMANCE TEST OF CASSAVA (Manihot esculenta Crantz) PEELER PROTOTYPE WITH A HALF CIRCULAR BLADE Taufiq Azhary Siregar and I Dewa Made Subrata Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone , taufiq.azhary@gmail.com ; dewamadesubrata@yahoo.com ABSTRACT Physical shape and size of cassava which is diverse causing the cassava peeler rarely to be developed, however for the cassava slicer has already a lot developed, therefore cassava peeler is needed. The cassava peeler on the previous research (Ubaidillah s. 2009)has the circular blade. The objective of this reseach is to create a type of circular half blade and to examine the tool. The test to peel the cassava skin using the first tool has average peeler velocity of second/cassava. Looking at peeler velocity, first tools is quite slow, in the other hand, this tools can only peel cassava with fixed diameter about 5 cm. The test to peel the cassava skin using the second tool has average peeler velocity of second/cassava. This second tools can peel cassava with a diameter of cm or the diverse diameter. While the peeler that cassava farmer has done is using an ordinary blade with the average peel velocity of second. The measurement of work load in the second peeler has using the heart rate tool. Damage level that usually hapen on ordinary blade is low level damage, first tool usually high level damage, and for second tool is low level damage. Keywords: cassava, peeler, semi circular blade

3 Taufiq Azhary Siregar. F DESAIN DAN UJI KINERJA PROTOTIPE ALAT PENGUPAS SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PISAU SETENGAH MELINGKAR. Di bawah bimbingan I Dewa Made Subrata RINGKASAN Singkong termasuk jenis tanaman umbi-umbian. Singkong dapat beradaptasi secara luas di daerah yang beriklim tropis. Di Indonesia, tanaman singkong dapat tumbuh dan berproduksi di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, dari ketinggian sampai meter di atas permukaan laut. Singkong juga sangat cocok dikembangkan di lahan-lahan marjinal, kurang subur, dan kurang sumber air. Oleh karena itu, hasil singkong di Indonesia memiliki kapasitas yang cukup besar pada tahun 2010 sebesar 23.5 juta ton singkong basah. Petani singkong di Indonesia mampu menghasilkan ton/ha. Bentuk fisik singkong dan ukuran singkong yang beragam menyebabkan jarang dikembangkan alat pengupas singkong, namun pada alat pemotong singkong sangat banyak perkembangannya, oleh karena itu dibuatlah alat pengupas singkong. Alat pengupas singkong yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya (Ubaidillah s. 2009) berbentuk pisau melingkar. Tujuan penelitian ini adalah membuat alat pengupas singkong dengan tipe pisau setengah melingkar dan menguji kenerja alat tersebut. Alat pengupas singkong yang pertama terdiri dari beberapa bagian yaitu pisau penyayat, pisau pengupas, dan gagang alat dengan motode pengupasan vertikal dimana pisau pengupas didorong searah vertikal pengupasan apabila singkong tegak lurus dengan bidang datar. Dan alat pengupas singkong yang kedua terdiri dari beberapa bagian yaitu pisau pengupas sekaligus sebagai pemotong, penyangga jari, dan engsel dengan motode pengupasan melintang dimana pada pengupasan alat dalam posisi tetap dan singkong diputar searah melintang apabila singkong tegak lurus dengan bidang datar. Dimana ukuran diameter alat pengupas tersebut adalah 5 cm yang didapat dari hasil pengukuran. Percobaan pengupasan kulit singkong dengan alat yang pertama sebanyak 100 buah atau ± 35kg dengan panjang bebas dan diameter singkong 5cm dengan menggunakan alat yang pertama membutuhkan kecepatan untuk mengupas rataan sebesar detik/batang. Pada alat pengupas yang pertama (I) ini masih tergolong lambat dalam prose pengupasan dan hanya mampu mengupas singkong dengan diameter tetap yaitu 5cm. Percobaan pengupasan kulit singkong dengan alat yang kedua sebanyak 100 buah atau ± 35kg dengan panjang bebas dan diameter 5-8.5cm menggunakan alat yang kedua (II) membutuhkan kecepatan untuk mengupas rataan sebesar detik/batang. Alat yang kedua ini dapat mengupas singkong dengan diameter 5-8.5cm atau diameter tidak tetap. Sedangkan pengupasan oleh petani singkong menggunakan pisau biasa dengan jumlah yang sama membutuhkan kecepatan untuk mengupas rataan sebesar detik/batang. Dari hasil penilaian tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan pisau biasa menyatakan bahwa 26 singkong dengan tingkat kerusakan rendah, 3 singkong dengan kerusakan sedang dan 1 singkong dengan kerusakann tinggi, dimana tingkat kerusakan singkong yang mendominasi adalah tingkat kerusakan yang rendah. Dan hasil penilaian tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas I menyatakan bahwa 3 singkong dengan tingkat kerusakan rendah, 11 singkong dengan kerusakan sedang dan 16 singkong dengan kerusakann tinggi, dimana tingkat kerusakan singkong yang mendominasi adalah tingkat kerusakan yang tinggi. Lalu hasil penilaian tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas II menyatakan bahwa 20 singkong dengan tingkat kerusakan rendah, 10 singkong dengan kerusakan

4 sedang dan tidak ada singkong dengan kerusakan tinggi, dimana tingkat kerusakan singkong yang mendominasi adalah tingkat kerusakan yang rendah. Pengukuran beban kerja pada alat pengupas kedua dengan menggunakan alat ukur denyut jantung (heart rate). Singkong yang dikupas sebanyak 150 buah dengan diameter 5-8.5cm dan didapatkan nilai rataan 95 denyut per menit atau setara dengan kkal/menit, nilai tersebut tergolong pada tingkat kerja yang ringan. Hasil dari evaluasi alat melalui kuesioner dengan 10 orang responden yang membandingkan dengan menngunakan pisau biasa. Yang memlilih alat pengupas lebih aman digunakan daripada pisau biasa sebanyak 7 orang, 6 orang memlilih alat pengupas nyaman digunakan, dari segi kecepatan pengupasan sebanyak 3 orang, dan dari hasil pengupasan sebanyak 5 orang.

5 DESAIN DAN UJI KINERJA PROTOTIPE ALAT PENGUPAS SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN PISAU SETENGAH MELINGKAR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh TAUFIQ AZHARY SIREGAR F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

6 Judul Skripsi Nama NIM : Desain Dan Uji Kinerja prototipe Alat Pengupas Singkong (Manihot esculenta Crantz) Dengan Pisau Setengah Melingkar : Taufiq Azhary Siregar : F Menyetujui, Pembimbing Akademik I, Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr NIP Mengetahui : Ketua Departemen, (Dr.Ir. Desrial, M.Eng) NIP Tanggal lulus :

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Desain Dan Uji Kinerja Prototype Alat Pengupas Singkong (Manihot esculenta Crantz) Dengan Pisau Setengah Melingkar adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2012 Yang Membuat Pernyataan Taufiq Azhary Siregar F

8 Hak cipta milik Taufiq Azhary Siregar, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya.

9 BIODATA PENULIS Taufiq Azhary Siregar. Lahir di Medan, 21 Oktober 1991 dari ayah Maradoli Siregar SH dan ibu Nurmasani Harahap, sebagai putra pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Gunung Tua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 3 Gunung Tua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara hingga tahun Penulis menamatkan SMA pada tahun 2008 dari SMAN 2 Plus Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada bulan Juni - Agustus 2011, penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan di PT Perkebunan Nusantara III Aek Nabara, Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Dan Kebun Kelapa Sawit Aek Nabara, Kab. Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian di Bengkel Appasco Indonesia dengan judul Desain Dan Uji Kinerja Prototipe Alat Pengupas Singkong (Manihot esculenta Crantz) Dengan Pisau Setengah Melingkar di bawah bimbingan Dr. Ir.I Dewa Made Subrata, M.Agr.

10 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Desain Dan Uji Kinerja Prototipe Alat Pengupas Singkong (Manihot esculenta Crantz) Dengan Pisau Setengah Melingkar. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Appasco Indonesia, Bogor sejak bulan Februari hingga Mei Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr. sebagai dosen pembimbing, atas semua bimbingan dan masukan serta perhatiannya dalam pelaksanaan Praktek Lapang dan laporan tugas akhir. 2. Ir. Sri Endah Agustina, MS. sebagai dosen penguji, atas semua bimbingan dan masukan serta perhatiannya dalam penulisan laporan tugas akhir ini. 3. Dr. Ir. Radite PAS, M.Agr. sebagai dosen penguji, atas semua bimbingan dan masukan serta perhatiannya dalam penulisan laporan tugas akhir ini. 4. Ayah MaraDoli Siregar S.H dan Ibu Nurmasani Harahap selaku orangtua, serta Mhd. Ihksan Humala Siregar selaku adik penulis atas kasih sayang, perhatian, dan dukungannya kepada penulis. 5. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan departemen TMB yang telah membantu kelancaran studi dan penelitian. 6. Teman-teman mahasiswa Lab Ergo serta seluruh teman-teman Departemen Teknik Mesin Dan Biosistem angkatan 45 yang telah mendukung dan membantu kelancaran penelitian. 7. Teman-teman satu bimbingan Didik Rahmawan, Galih Barmadi Putra, Ahmad Nurman Sajuri, dan Liba Silvia Bunga Kasih atas bantuan dan dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman Teknik Pertanian 2008 (MAGENTA 45) atas kebersamaan, kerja sama, dan dukungan selama penulis melaksanakan studi di IPB. 9. Teman-teman kosan Al-izzah A & B Babakan Lebak. 10. Teman-teman geng aink GPK, ZERO, PK dan SMA 2 Plus SIPIROK (Temple Band). 11. Dan semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga membantu kelancaran penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pangan. Bogor, Juni 2012 Taufiq Azhary Siregar i

11 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Taksonomi Tanaman Singkong... 3 B. Karakteristik Fisik Singkong... 4 C. Kulit Singkong... 5 D. Umbi Singkong... 6 E. Sudut Mata Pisau dan Ketajaman Pisau... 6 F. Desain Peralatan Tangan... 7 G. Tingkat Beban Kerja... 9 H. Alat dan Mesin Pengupas Singkong Sebelumnya... 9 III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Rancanagn Alat Pengupas Singkong Tipe Pisau Setengah Melingkar(Alat Pengupas Singkong Tipe I) B. Alat Pengupas Singkong Tipe II C. Analisis Gaya Tekan Pisau Terhadap Singkong D. Analisis Kecepatan Pengupasan E. Tingkat Kerusakan Singkong Dari Hasil Pengupasan F. Pengukuran Beban Kerja G.Tingkat Penerimaan Teknologi Alat Pengupas Singkong OlehMasyarakat V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tingkat kerja fisik yang diukur berdasarkan tingkat penggunaan energinya (untuk pria dewasa sehat) Table 2. Data pengukuran gaya tekan pisau Table 3. Rataan kecepatan pengupasan masing-masing alat Table 4. Tingkat kerusakan singkong yang dikupas iii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Singkong... 4 Gambar 2. Lapisan umbi singkong... 6 Gambar 3. Bentuk mata pisau. (a) Tajam, (b) runcing... 7 Gambar 4. Kopling atau grip antara tangan dan handle Gambar 5. Alat pengupas kulit singkong tipe pisau melingkar... 9 Gambar 6. Mesin pengupas kulit singkong dengan dua silinder berputar Gambar 7. Mesin pengupas singkong tipe bed knife konveyor Gambar 8. Mesin pengupas singkong tipe drum berduri (1) dan sketsa mesin (2) Gambar 9. Mesin pengupas singkong tipe sikat pengupas Gambar 10. Diagram Tahapan Rancang Bangun Alat Gambar 11. Tahapan desain alat pengupas singkong Gambar 12. Konsep desain alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar Gambar 13. Rancangan struktural alat pengupas singkong I Gambar 14. Ukuran pisau penyayat Gambar 15. Ukuran pisau pengupas Gambar 16. Ukuran gagang pisau Gambar 17. Beberapa bentuk gagang alat pengupas Gambar 18. Prototipe alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I Gambar 19. Hasil pengupasan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I Gambar 20. Rancangan struktural alat pengupas singkong II Gambar 21. Ukuran pisau pengupas dan pemotong kulit singkong Gambar 22. Ukuran penyangga jari alat pengupas Gambar 23. Ukuran engsel alat pengupas Gambar 24. Prototipe alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II Gambar 25. Hasil pengupasan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II Gambar 26. Ilustrasi pengukuran Gambar 27. Gaya yang bekerja pada singkong pada saat pengupasan Gambar 28. Diagram hasil kuesioner iv

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data ukuran diameter singkong yang diukur sebanyak 50 buah Lampiran 2. Data ukuran ketebalan kulit singkong yang diukur sebanyak 50 buah Lampiran 3. Data kecepatan pengupasan singkong dengan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I Lampiran 4. Data kecepatan pengupasan singkong dengan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II Lampiran 5. Data kecepatan pengupasan singkong dengan menggunakan pisau biasa Lampiran 6. Kuesioner alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar Lampiran 7. Data pengukuran denyut jantung dengan menggunakan alat ukur denyut jantung (heart rate) Lampiran 8. Hasil uji KruskalWallis untuk kecepatan pengupasan Lampiran 9. Table tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan pisau biasa Lampiran 10. Table tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas I Lampiran 11. Table tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas II Lampiran 12. Gambar teknik alat pengupas I Lampiran 13. Gambar teknik alat pengupas II v

15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong termasuk jenis tanaman umbi-umbian. Singkong dapat beradaptasi secara luas di daerah yang beriklim tropis. Di Indonesia, tanaman singkong dapat tumbuh dan berproduksi di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, dari ketinggian sampai meter di atas permukaan laut. Singkong juga sangat cocok dikembangkan di lahan-lahan marjinal, kurang subur, dan kurang sumber air, karena ditanam dilahan yang kurang subur hasilnya baik. Petani singkong di Indonesia mampu menghasilkan ton/ha. Saat ini produk singkong banyak diekspor ke luar negeri terutama dalam bentuk tapioka. Data menunjukan tahun 2011 ekspor ubi kayu atau singkong berupa gaplek mencapai 40,9 juta ton, berupa tapioka mencapai 83,15 juta ton dan bentuk lain mencapai 1,2 juta ton ( Di negara-negara tersebut, singkong juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pembuatan alkohol, etanol dan gasohol. Sebaliknya, di dalam negeri, singkong biasanya digunakan sebagai bahan baku tepung tapioka dan bahan pangan tradisional nomor tiga (3) setelah beras dan jagung, di super market juga dijual dalam bentuk keripik yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Karakteristik singkong yang mudah ditanam dan dari segi ekonomis menguntungkan karena produk olahan singkong beragam menyebabkan banyak berkembang usaha kecil dan mikro yang bergerak dibidang pengolahan singkong baik sebagai bahan pangan atau pun bahan bakar. Proses yang dilakukan pertama kali dalam pengolahan singkong adalah membuang kulit dalam dan luar singkong. Pembuangan kulit dalam dan luar singkong dilakukan sebab bagian ini sangat jarang sekali digunakan sebagai bahan pangan namun dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak atau pupuk kompos. Kandungan HCN yang bersifat racun bagi tubuh manusia, banyak terkandung dalam bagian kulit singkong yang berwarna putih, menyatu bersama getah singkong. Karena itu, proses pengupasan sebelum dilakukan proses selanjutnya seperti pencucian atau perendaman, sangat penting dilakukan agar singkong aman untuk dikonsumsi. Bentuk fisik singkong dan ukuran singkong yang beragam menyebabkan jarang dikembangkan alat pengupas singkong namun untuk alat pemotong singkong sangat banyak perkembangannya, oleh karena itu dibuatlah alat pengupas singkong. Alat pengupas singkong yang telah dibuat sebelumnya berbentuk pisau melingkar yang mampu mengupas singkong dengan rendemen sebesar 75.46% (Ubaidillah S. 2009), sehingga perlu dikembangkan alat pengupas singkong yang mampu menghasilkan rendemen lebih tinggi. 1

16 B. Tujuan Penelitian ini bertujuan merancangbangun alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar serta menguji kinerja prototype dari alat pengupas singkong hasil rancangan tersebut. 2

17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Tanaman Singkong. Singkong (Manihot utilissima), termasuk dalam Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan, Divisi: Spermathophyta atau tumbuhan berbiji, Sub divisi: Angiospermae atau berbiji tertutup, Kelas: Dicotyledoneae atau biji berkeping dua, Ordo: Euphorbiales, Family: Euphorbiaceae, Genus: Manihot, dan Spesies: Manihot utilissima pohl dan Manihot esculenta Crantz sin. Singkong merupakan tanaman pangan yang berasal dari benua Amerika berupa perdu, memiliki nama lain ubi kayu, singkong, kasepe, dan dalam Bahasa Inggris disebut cassava. Singkong termasuk famili Euphorbiaceae yang umbinya dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dan daunnya dikonsumsi sebagai sayuran. Di Indonesia, singkong menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan jagung (Lidiasari et al. 2006). Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan diameter dan tinggi yang beragam tergantung dari varietas singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan disimpan lama meskipun di dalam lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat, namun sangat miskin protein. Sumber protein terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino dan metionin. Singkong merupakan salah satu sumber pati. Pati merupakan senyawa karbohidrat yang kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Dalam penguraian pati diperlukan bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan ini akan menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase yang akan berperan dalam mengurai pati menjadi glukosa atau gula sederhana. Setelah menjadi gula baru difermentasi menjadi etanol (Kusumastuti.2007). Singkong merupakan tanaman perdu yang berasal dari Amerika Selatan dengan lembah sungai Amazon sebagai tempat penyebarannya. Penyebarannya hampir ke seluruh negara termasuk Indonesia. Singkong ditanam di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810 yang diperkenalkan oleh orang Portugis dan Brazil. Singkong merupakan tanaman yang penting bagi negara beriklim tropis seperti Nigeria, Brazil, Thailand, dan Indonesia. Keempat negara tersebut merupakan negara penghasil singkong terbesar di dunia. Di Indonesia, singkong menjadi salah satu tanaman yang banyak ditanam hampir di seluruh wilayah dan menjadi sumber karbohidrat utama setelah beras dan jagung. Daerah penghasil singkong terbesar di Indonesia terletak di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut: 3

18 Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Manihot : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin. Singkong merupakan tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk dimanfaatkan patinya. Bagian dari singkong yang dapat dimakan mencapai 80-90%. Bentuknya dapat berupa silinder, kerucut, atau oval. Pada umur tanaman 7 bulan panjang singkong berkisar 15 hingga 40 cm dan diameternya 3 hingga 8 cm. Bobot singkong kayu berkisar beberapa ratus gram hingga 15 kg. Daging umbinya ada yang berwarna putih atau kekuning-kuningan. Singkong yang matang terdiri atas tiga lapisan, yaitu peridermis luar, kortex, dan daging bagian tengah. Singkong kaya akan karbohidrat yaitu sekitar 80-90% (bb) dengan pati sebagai komponen utamanya. Namun singkong ini tidak dapat langsung dikonsumsi dalam bentuk segar tapi selalu dilakukan pengolahan setelah dikupas seperti pemanasan, perendaman dalam air, penghancuran, atau beberapa proses tradisional lainnya dengan tujuan untuk detoksifikasi atau membuang HCN yang bersifat mematikan yang dikandung dari semua varietas singkong. Gambar 1. Singkong ( B. Karakteristik Fisik Singkong Ada lebih dari 200 jenis singkong yang tumbuh di daerah tropis. setiap jenis singkong tersebut memiliki perbedaan dalam hal berat, ukuran dan bentuk. Pada perancangan alat pengupas singkong, karakteristik fisik singkong yang berupa bentuk kebundaran perlu diketahui agar pada perancangan sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya singkong berbentuk conic atau mengecil ke arah ujung dan kebulatan (roundness) singkong berkisar antara (Odigboh,1976). Angka kebulatan 1.0 menunjukkan bahwa bahan bulat sempurna. Perhitungan nilai kebundaran menggunakan formula berikut: 4

19 roundness = (1) Ket. A p = luas proyeksi terbesar A c = luas lingkaran luar terkecil Karakteristik fisik lainnya yang mempengaruhi pengupasan singkong adalah ketebalan, tekstur dan kekuatan adhesi dari daging dan kulit singkong. Karakteristik fisik tersebut sangat bergantung pada umur panen dari singkong itu sendiri. C. Kulit Singkong Hampir semua bagian dari pohon singkong bisa dimanfaatkan mulai dari umbi hingga daunnya. Umbi Singkong biasanya hanya diambil dagingnya untuk digoreng dan direbus. Sedangkan kulitnya dibuang begitu saja atau dijadikan makanan untuk hewan ternak. Kulit singkong selama ini memang sering disepelekan dan dianggap sebagai limbah dari tanaman singkong. Kulit singkong mempunyai komposisi yang terdiri dari karbohidrat dan serat. Menurut Djaeni (1989) dalam (Hidayah. 2011), kulit singkong mengandung ikatan glikosida sianogenik yaitu suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun dalam jumlah 0.1% yang dikenal sebagai racun biru (linamarin). Oleh karena itu, pemanfaatan kulit singkong belum terlalu luas. Namun sebenarnya racun tersebut dapat dihilangkan dengan cara menguapkannya atau mengeringkannya pada suhu tinggi dan jika diolah menjadi karbon aktif racun biru tersebut akan hilang. Sampah kulit singkong termasuk dalam kategori sampah organik karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Pengolahan limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai: a). Kompos : Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yang kemudian disebut sebagi pupuk kompos. Kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. b). Pakan ternak : Kulit singkong sebagai pengganti rumput lapang. Karena kulit singkong yang mengandung karbohidrat tinggi dapat dengan cepat menggemukkan hewan ternak. c). Bio energi : Kulit singkong bisa berpotensi untuk diproduksi menjadi bietanol yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. Teknologi pembuatan bioetanol dari limbah kulit singkong melalui proses hidrolisa asam dan enzimatis merupakan suatu alternatif dalam rangka mendukung program pemerintah tentang penyediaan bahan bakar non migas yang terbarukan yaitu BBN ( bahan bakar nabati ) sebagai pengganti bensin. 5

20 D. Umbi Singkong. Umbi singkong memiliki diameter 3-10 cm dan panjang antara cm.bentuk umbi singkong lonjong dan tidak beraturan.tanaman singkong terdiri dari kulit luar, kulit dalam, lapisan kambium, daging buah, dan inti buah. Kulit luar Kulit dalam Inti Lapisan kambium Daging Gambar 2. Lapisan umbi singkong Kulit lapisan luar merupakan bagian umbi singkong yang bersentuhan dengan tanah. Dibawah kulit luar terdapat kulit dalam. Lapisan kulit dalam ini berupa kortex sehingga lapisan ini saling terikat dan sedikit keras. Lapisan inilah yang nantinya akan dikupas. Antara kulit dalam dan daging buah terdapat lapisan kambium. Ditengah-tengah umbi singkong terdapat inti buah. E. Sudut Mata Pisau dan Ketajaman Pisau Menurut Lisyanto (2007) ketajaman (sharpness) dan keruncingan (fineness) merupakan dua sifat yang berbeda pada sebuah mata pisau. Pisau dikatakan tajam (sharp) (Gambar 3 (a) apabila pisau tersebut memiliki radius dan ketebalan mata pisau yang kecil, sedangkan dikatakan runcing (fine) (Gambar 3 (b)) apabila pisau tersebut memiliki sudut mata pisau yang kecil. Kebalikan dari ketajaman adalah ketumpulan (dullness), sedangkan kebalikan dari keruncingan disebut tidak runcing (bluntness). 6

21 Gambar 3. Bentuk mata pisau. (a) Tajam, (b) runcing (Lisyanto.2007) Sudut mata pisau memiliki efek yang signifikan terhadap gaya pemotongan maksimum. Pisau yang memiliki sudut mata pisau yang kecil (fine) membutuhkan gaya pemotongan maksimum yang relatif rendah. Penelitian yang dilakukan Chancellor (1957) dalam Lisyanto (2007) menunjukkan bahwa pada sudut mata pisau dari 20 sampai 30 membutuhkan gaya pemotongan maksimum yang relatif rendah. Sudut mata pisau yang kecil (fine) menghasilkan penampang mata pisau yang kecil sehingga gaya yang diperlukan untuk penetrasi pisau ke material yang dipotong juga relatif rendah. F. Desain Peralatan Tangan Dalam suatu gerakan menggenggam, tangan membentuk suatu rantai kinetik tertutup yang meliputi objek yang digenggam; dalam suatu gerakan bukan-menggenggam, tangan digunakan dalam bentuk rantai terbuka. Beberapa kebiasaan gerakan sehari-hari terletak di antara dua kategori ini, yaitu pada rantai tertutup gerakan tangan seperti pada hal yang telah disampaikan sebelumnya, sebagai contoh, gerakan mengait pada saat membawa barang yang berat dan gerakan menyendok/mengeduk barang yang kecil dengan hati-hati. Tangan manusia memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas, mulai dari aktivitas yang memerlukan kontrol penuh hingga yang memerlukan tenaga besar. Secara garis besar terdapat 3 tipe kebutuhan penggunaan tangan (Kroemer et al. 2001) yaitu untuk ketepatan, perpindahan, dan kekuatan. Dari jari-jari yang ada, ibu jari merupakan jari terkuat dan kelingking merupakan jari terlemah. Kombinasi dari jari-jari tersebut dapat menghasilkan bermacam-macam bentuk pencengkraman dengan kekuatan yang berbeda-beda. Suatu cengkraman dan genggaman seluruh tangan akan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan cengkraman dan genggaman beberapa jari, tetapi hal ini juga dipengaruhi oleh handle yang digenggam oleh tangan. Beberapa jenis kopling atau grip antara tangan dan handle dijelaskan oleh Kroemer et al (2001) seperti pada gambar berikut : 7

22 Gambar 4. Kopling atau grip antara tangan dan handle (Kroemer et al. 2001) 8

23 G. TINGKAT BEBAN KERJA. Menurut Sanders dan Mccormick pendugaan beban kerja fisik yang dilakukan manusia dapat dilakukan dengan mengukur banyaknya oksigen yang digunakan tubuh dalam keadaan aerobic, jumlah kalori yang dibutuhkan, dan denyut jantung seperti terlihat pada table berikut : Tabel 1. Tingkat kerja fisik yang diukur berdasarkan tingkat penggunaan energinya (untuk pria dewasa sehat) Tingkat kerja Istirahat Sangat ringan Ringan Sedang Berat Sangat berat Luar biasa berat Konsumsi energi dalam 8 jam (kkal) < > 6000 Konsumsi energi (kkal/menit) < > 12.5 Konsumsi Oksigen (L/menit) < > 2.5 Denyut jantung per menit > 180 Sumber: American Industrial Hygiene Association(1971) dalam Mccormick and Sanders H. Alat dan Mesin Pengupas Singkong Sebelumnya Alat pengupas singkong yang telah dibuat sebelumnya adalah alat pengupas yang menggunakan piasu melingkar dengan kayu pendorong yang berbentuk seperti tabung yang didorong dengan tenaga dorong tangan manusia dan ukuran singkong yang dapat dikupas oleh alat tersebut bersifat tetap yaitu dapat mengupas singkong dengan ukuran diameter tertentu dan panjang tertentu saja yaitu singkong dengan ukuran diameter 37 mm dan panjang 15 mm (Ubaidillah s. 2009). Kekurangan alat tersebut yaitu : Hanya mampu mangupas singkong dengan diameter dan panjang yang tertentu. Dalam melakukan pengupasan singkong diperlukan tenaga yang besar sehingga menyebabkan tangan pengguna sakit. Berikut gambar dari alat tersebut: Gambar 5. Alat pengupas kulit singkong tipe pisau melingkar (Ubaidillah s. 2009) 9

24 Gambar 6. Mesin pengupas kulit singkong dengan dua silinder berputar (Odigboh EU. 1976) Mesin diatas dapat mengupas singkong dengan berbagai ukuran diameter. Penggunaan mesin ini harus dengan memakai sarung tangan agar tidak terluka. Mesin ini menggunakan silinder pisau berputar dan silinder dengan permukaan kasar dimana masing-masing silinder berputar searah jarum jam dan singkong diletakkan menuruni kedua silinder tersebut. Dimana kapasitas dari mesin ini sebesar 185 kg /jam tetapi cenderung tergantung pada bentuk singkongnya tersebut. Mesin pengupas singkong selanjutnya adalah mesin pengupas yang menggunakan prinsip konveyor dimana susunan pisau sejajar berada pada bagian atas dan pada bagian bawah terdapat bantalan konveyor dengan sedikit penekanan dan pengupasan kulit singkong secara melintang. Pengupasan dilakukan pada saat singkong dimasukkan secara melebar. Berikut gambar dari mesin pengupas singkong tersebut : 10

25 Pisau pengupas Bed konveyor Gambar 7. Mesin pengupas singkong tipe bed knife konveyor (Adetan, et al. 2006) Selanjutnya mesin pengupas singkong dengan menggunakan drum berduri yang digunakan untuk mengupas singkong. Berikut gambar dari mesin tersebut : 1 2 Gambar 8. Mesin pengupas singkong tipe drum berduri (1) dan sketsa mesin (2) (Akintunde,et al.2005) 11

26 Selanjutnya mesin pengupas kulit singkong yang menggunakan sikat pengupas. Berikut gambar dari alat/mesin tersebut : Gambar 9. Mesin pengupas singkong tipe sikat pengupas (Olukunle.2007) 12

27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : - Komputer - Printer - Alat tulis - Kamera digital - Penggaris - Jangka - Mikro meter - Timbangan - Alat ukur denyut jantung - Las - Gerinda (gerinda tangan, gerinda duduk dan gerinda potong) - Alat ukur denyut jantung (heart rate) - Dan fasilitas bengkel lainnya. Bahan yang digunakan pada pengukuran diameter dan ketebalan kulit singkong ini adalah umbi singkong sebanyak lima puluh (50) buah dengan ukuran diameter 3-8cm dan bentuk yang lurus atau melengkung. Lalu 100 buah pada pengujian kecepatan kupasan alat tipe I, 100 buah untuk pengujian kecepatan kupasan alat II, 100 buah untuk pengujian kecepatan kupsan dengan pisau biasa oleh operator petani singkong lalu untuk pengujian hasil pengupasan masing-masing alat sebanyak 30 buah dan 150 buah untuk pengujian beban kerja. 13

28 C. Prosedur Penelitian Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 10. Mulai Identifikasi Masalah Pengambilan Data Ukuran Ketebalan Kulit Dan Diameter Singkong 50 Buah Rancangan Fungsional Dan Struktural Analisis Teknik Pembuatan Prototipe Alat Tidak Uji Kinerja Sesuai YA Pengukuran Kecepatan Pengupasan Alat Dan Pengolahan Data Pengukuran Beban Kerja, Penilaian Tingkat Kerusakan Singkong Dan Pengolahan Penilaian Alat Melalui Kuesioner Selesai Gambar 10. Diagram Tahapan Rancang Bangun Alat 14

29 1. Identifikasi Masalah Singkong merupakan tanaman umbi-umbian yang terdiri dari bagian kulit dan daging buah dan singkong memilki bentuk yang beragam. Bagian dari singkong yang dapat dikonsumsi oleh manusia adalah bagian daging umbi, sehingga harus dilakukan pengupasan untuk memisahkan kulit dan daging. Bagian kulit singkong ini merupakan lapisan kortex, sehingga memiliki ikatan yang kuat dengan bagian daging buah. Akan tetapi pada kulit ini, arah melintang lebih lemah ikatannya dibandingkan arah vertikal apabila posisi singkong tersebut tegak lurus terhadap bidang datar. Dalam pengupasan kulit singkong secara manual yang pertama perlu dilakukan adalah melakukan pemotongan kulit secara memanjang arah vertikal, kemudian kulit tersebut diangkat atau dicongkel supaya kulit tersebut sedikit terbuka. Setelah kulit terbuka baru kulit tersebut ditarik secara melintang hingga kulit terlepas semua dari daging buah singkong. 2. Pengambilan Data Ukuran Diameter Singkong dan Ketebalan Kulit Singkong Pengambilan data ukuran diameter singkong dilakukan secara langsung ke kebun petani singkong yang ada di daerah sekitar kawasan kampus IPB. Sampel singkong yang diukur diameter dan ketebalan kulitnya sebanyak lima puluh (50) buah singkong yang diambil secara acak oleh penulis dimana diameter terbesar dari badan singkong yang akan diukur, lalu diperoleh rataan ukuran diameter dan ketebalan kulit singkong yang mewakili seluruh ukuran diameter dan ketebal kulit singkong. Setelah ukuran diameter dan ketebalan kulit diperoleh lalu akan dibuat alat pengupas singkong yang sesuai dengan ukuran yang telah diperoleh sebelumnya.. Hasil rataan dari ukuran tersebut menjadi pacuan dalam pembuatan ukuran alat pengupas singkong yang akan dibuat nantinya. Data pengukuran terdapat pada lampiran 1&2. Dimana rataan diameter yang didapatkan dari hasil pengukuran adalah 4.45cm dan rataan ketebalan kulit singkong adalah 0.248cm. Disini penulis memperbesar ukuran diameter alat pengupas sehingga menjadi 5cm guna mempermudah pada proses pembuatan alat tersebut, dan ketebalan pisau yang digunakan pada alat ini juga diperbesar sehingga menjadi 0.5cm hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pembuatan alat pengupas tersebut. 3. Rancangan Fungsional dan Struktural Pada alat pengupasan singkong ini diperlukan pendekatan metode yang menyerupai metode pengupasan alat secara manual dan dikembang kan dengan membuat alat pengupas singkong. Sehingga pada konsep alat pengupas tersebut terdapat metode pengupasan yang berupa pemotongan kulit secara vertikal dan tidak menutup kemungkinan juga secara horizontal, pengangkatan atau pencongkelan kulit, penyayatan dan penarikan kulit. Desain konsep dilakukan dengan menggunakan software AutoCad dan Solid Work. Proses desain perancangan ini dilakukan untuk memperoleh bentuk dari alat yang akan dibuat dan juga untuk mempermudah proses pabrikasi alat. Gambar teknik alat dapat dilihat pada lampiran 12&13. 15

30 Tahapan desain alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar Desain Bentuk Pisau Penyayat Desain Bentuk Pisau Pengupas Desain Bentuk Pisau Pengupas Desain Bentuk Genggaman Alat Desain Konsep Alat Pengupas Singkong Gambar 11. Tahapan desain alat pengupas singkong. Pertama dilakukan mendesain bentuk pisau penyayat, pisau pengupas dan genggaman alat. Setelah itu dilakukan penentuan konsep alat pengupas singkong yang berupa sketsa dimana ada 4 konsep yang dibuat oleh penulis. Berikut konsep yang dibuat tersebut : Gambar 12. Konsep desain alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar 16

31 Kedua, setelah konsep dibuat maka dilakukan pemilihan konsep yang akan pabrikasi nantinya. Konsep desain alat pengupas singkong yang dipilih adalah konsep 3 dan 4 dimana konsep ini yang memungkinkan untuk mengupas singkong. Setelah itu dilakukan pemilihan bahan yang digunakan untuk membuat alat tersebut, penulis memilih bahan besi silinder sebagai bahan utama dan plat besi sebagai pisau penyayat serta pemotong. Dalam rancangan fungsional alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini menguraikan beberapa kompenen utama dari alat tersebut. Berikut adalah komponen utama penyusun alat pengupas singkong: Pisau penyayat : bagian ini berfungsi untuk menyayat kulit luar singkong Pisau pengupas : bagian ini berfungsi untuk mengupas kulit singkong Gagang alat : bagian ini berfungsi sebagai pegangan tangan terhadap alat Setelah rancangan fungsional alat pengupas singkong ditentukan oleh penulis maka ditentukan lagi rancangan struktural alat yang akan dibuat tersebut. Pada bagian ini ukuran dari alat pengupas singkong secara detail dilampirkan pada bagian lampiran gambar. Berikut rancangan struktural alat pengupas singkong : Pisau pengupas Gagang pisau Pisau penyayat Gambar 13. Rancangan struktural alat pengupas singkong I 4. Analisis Teknik Analisis teknik ini dibuat untuk mendapatkan ukuran komponen utama alat yang akan dibuat. Dengan menggunakan data-data yang sudah diukur sebelumnya. 17

32 Bentuk pisau penyayat Dari gambar dibawah memperlihatkan ukuran pisau penyayat yang dibuat pada penelitian ini. Bentuk pisau tersebut adalah tidak runcing sesuai dengan literatur yang ada. Dimana perhitungan untuk mencari nilai kemiringan pisau adalah menggunakan theorema phytaghoras dimana yang diketahui sebelumnya dari hasil pengukuran ketebalan kulit singkong. Dimana rataan diameter yang didapatkan dari hasil pengukuran adalah 4.45cm dan rataan ketebalan kulit singkong adalah 0.248cm dapat dilihat pada lampiran 1&2. Disini penulis memperbesar ukuran diameter alat pengupas sehingga menjadi 5cm, dan ketebalan pisau yang digunakan pada alat ini juga diperbesar sehingga menjadi 0.5cm hal ini dilakukan untuk antisipasi kekurangan ukuran pada pisau penyayat tersebut dan ternyata tidak terlalu mempengaruhi. Dan nilai alas pisau penyayat ditentukan oleh penulis. Gambar 14. Ukuran pisau penyayat Bentuk pisau pengupas 18

33 Gambar 15. Ukuran pisau pengupas Gambar diatas memperlihatkan ukuran pisau pengupas yang dibuat. pada sudut mata pisau dari 20 sampai 30 membutuhkan gaya pemotongan maksimum yang relatif rendah Lisyanto (2007). Ukuran pisau penyangga ditentukan oleh penulis untuk mendapatkan sudut pisau yang diharapkan. Bentuk gagang alat pengupas Gambar 16. Ukuran gagang pisau 19

34 Pada bagian ini panjang gagang pisau yang akan dibuat sama dengan lebar telapak tangan (4 jari) diacu dari penelitian sebelumnya. Panjang gagang pisau yang akan dibuat adalah 9.5 cm untuk mengantisipasi kekurangan ukuran gagang alat sehingga dilebihkan sedikit. Dimana persentil ke-95 untuk dimensi lebar tangan adalah 8.8 cm (Pratama DR. 2011). Sebelumnya ada dua konsep bentuk gagang alat pengupas ini dan dipilih satu konsep yang dianggang lebih nyaman untuk ganggaman tangan. Dan konsep yang dipilih yaitu konsep yang pertama. Berikut gambar konsep bentuk gagang alat pengupas tersebut : 1 2 Gambar 17. Beberapa bentuk gagang alat pengupas 5. Pembuatan Prototipe Setelah rancangan dibuat maka dilakukan pula pembuatan prototipe, apabila sesuai maka akan dilakukan pengujian secara fungsional. Pembuatan prototipe tersebut dilakukan di bengkel Appasco Indonesia. Rancangan yang telah dibuat akan dipabrikasi di bengkel tersebut dan tidak menutup kemungkinan akan dipabrikasi dibengkel lain. 6. Uji Kinerja Alat pengupas singkong yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhannya maka akan dilakukan percobaan pengupasan kulit singkong. Langkah pengupasan singkong ini dimulai dengan mempersiapkan singkong dengan diameter 5-8.5cm atau < 5cm dan bentuk yang lurus sebanyak 100 buah singkong atau ± 35kg kemudian dilakukan pengupasan singkong ke arah vertikal/horizontal hingga singkong terkupas sempurna. Parameter uji kinerja ini adalah kecepatan alat dalam mengupas kulit singkong, hasil kupasan alat dan beban kerja. Pengukuran beban kerja ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerja yang dibutuhkan manusia untuk mengupas kulit singkong dengan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur denyut jantung (heart rate) sehingga didapatkan tingkat kerja yang dibutuhkan dalam proses pengupasan singkong dengan menggunakan prototype tersebut. Sampel singkong yang akan dikupas adalah sebanyak 150 buah atau ± 50kg singkong dengan diameter 5-8.5cm. 20

35 7. Penilaian Alat Oleh Responden Penilaian alat ini dilakukan untuk mengetahui 4 kriteria yaitu keamanan, kecepatan, kenyamanan dan hasil pengupasan dari alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar melalui kuesioner. Kuesioner ini ditujukan kepada ibu rumah tangga sebagai respondennya sebanyak 10 orang responden, dimana para responden menggunakan langsung alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar untuk mengupas singkong dan membandingkannya dengan mengupas menggunakan pisau biasa. 21

36 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Rancanagn Alat Pengupas Singkong Tipe Pisau Setengah Melingkar (Alat Pengupas Singkong Tipe I) Setelah dilakukan perancangan alat maka pembuatan prototipe alat pengupas singkong. Berikut prototype alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar : Gambar 18. Prototipe alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I Setelah alat dipabrikasi lalu dilakukan pengujian kinerja alat pengupas singkong tersebut. Pengujian kinerja yang dilakukan pada alat tipe I ini adalah kecepatan pengupasan. Percobaan pengupasan kulit singkong dilakukan untuk memastikan kesempurnaan alat yang telah dibuat. Sampel yang digunakan pada pengujian kinerja ini adalah sebanyak 100 buah singkong atau ± 35 kg singkong dengan diameter 5cm atau lebih kecil dari 5 dengan panjang singkong yang bebas. Hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut gambar hasil dari pengupasan alat I : Gambar 19. Hasil pengupasan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I 22

37 Dari data pengukuran kecepatan dan hasil kupasan dengan menggunakan alat pengupas I tergolong lambat dan hasil kupasan yang kurang bagus oleh sebab itu perlu ditingkatkan lagi. Hasil pengupasan yang dihasilkan dari alat yang dibuat masih belum sempurna dimana masih banyak daging singkong yang terbuang dan waktu yang diperlukan untuk mengupas masih lama. Dari alat tersebut pada dasarnya menggunakan prinsip pengupasan kulit singkong secara vertical dimana singkong tegak lurus terhadap bidang datar dan hasil pengupasan dari alat yang dibuat tersebut masih belum sempurna dalam proses pengupasan kulit singkong. Maka penulis membuat alat yang menggunakan prinsip pengupasan kulit singkong secara horizontal (alat pengupas singkong tipe II). B. Alat Pengupas Singkong Tipe II Alat ini menggunakan prinsip pengupasan kulit singkong secara horizontal yaitu dilakukan dengan cara memutar singkong yang dimana alat digenggam dengan tangan dalam keadaan menahan arah putaran singkong tersebut sehingga didapatkan proses pengupasan yang bekerja dengan baik. Berikut rancangan fungsional dari alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II : Pisau pengupas dan pemotong : bagian ini berfungsi untuk mengupas dan memotong kulit kulit singkong Penyangga jari : bagian ini berfungsi untuk menggenggam alat Engsel : bagian ini berfungsi untuk membuka dan menutup alat pengupas agar dapat mengupas singkong dengan selang diameter 5-8.5cm. Setelah bagian rancangan fungsional ditentukan lalu dibuat rancangan struktural alat pengupas singkong tersebut. Berikut rancangan struktural alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar: Penyangga Jari Engsel Pisau pengupas dan pemotong kulit singkong 23 Gambar 20. Rancangan struktural alat pengupas singkong II

38 Ukuran pisau pengupas dan pemotong kulit singkong adalah sebagai berikut : Gambar 21. Ukuran pisau pengupas dan pemotong kulit singkong Dari gambar diatas memperlihatkan ukuran pisau yang akan dibuat untuk alat yang baru dimana panjang penampang segitiga pisau diperbesar sebesar 1cm guna untuk mendapatkan nilai sudut yang tumpul agar pada saat pengupasan singkong tidak banyak daging singkong yang terbuang. Panjang pisau tersebut adalah 2 cm dimana asumsi yang digunakan penulis adalah setiap 2 cm singkong memiliki diameter yang sama agar tidak banyak daging singkong yang ikut terkupas. Dimana perhitungan untuk mencari nilai kemiringan pisau adalah menggunakan theorema phytaghoras dimana yang diketahui sebelumnya dari hasil pengukuran ketebalan kulit singkong. Dimana rataan diameter yang didapatkan dari hasil pengukuran adalah 4.45cm dan rataan ketebalan kulit singkong adalah 0.248cm. Disini penulis memperbesar ukuran diameter alat pengupas sehingga menjadi 5cm dan ketebalan pisau yang digunakan pada alat ini juga diperbesar sehingga menjadi 0.5cm hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan ukuran pisau tersebut. Dan nilai alas pisau penyayat ditentukan oleh penulis. Ukuran penyangga jari alat pengupas adalah sebagai berikut : Gambar 22. Ukuran penyangga jari alat pengupas 24

39 Ukuran wadah jari pada alat pengupas tersebut ditentukan oleh penulis dengan memberi jarak yang lebih agar jari tengah tidak sakit pada saat dimasukkan. Ukuran wadah jari didapatkan dari hasil pengukuran jari tengah penulis tersebut dengan asumsi ukuran jari penulis mewakili ukuran jari manusia indonesia. Ukuran engsel alat pengupas singkong sebagai berikut : Gambar 23. Ukuran engsel alat pengupas Ukuran alat diatas ditentukan oleh penulis untuk kemudahan pada saat proses pembuatan alat pengupas tersebut. Setelah ukuran ditentukan pada semua bagian maka alat tersebut dipabrikasi di bengkel. Berikut alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II : Gambar 24. Prototipe alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II Alat pengupas singkong terakhir ini dapat mengupas singkong dengan baik, alat ini dapat mengupas singkong dengan kisaran diameter cm yang artinya tidak tergantung pada diameter singkong yang konstan atau tetap. Sedangkan pada alat sebelumnya hanya tergantung pada diameter singkong yang tertentu dalam proses pengupasan kulit singkong. Setelah itu dilakukan 25

40 pengujian kinerja alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II ini. Data pengukuran kecepatan pengupasan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II ini dapat dilihat pada lampiran 4. Berikut hasil dari pengupasan alat pengupas singkong yang baru tersebut : Gambar 25. Hasil pengupasan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II Pengupasan yang dihasilkan dari alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini sudah cukup memuaskan walaupun hasil kupasan alat masih belum bersih seutuhnya dan masih banyak juga daging singkong yang terkupas pada saat proses pengupasan singkong yang bentuknya melengkung. C. Analisis Gaya Tekan Pisau Terhadap Singkong Analisis gaya yang terjadi pada saat pemotongan kulit singkong dilakukan dengan menghubungkan Hukum Newton Kedua. Hokum Newton Kedua berbunyi, percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang berkerja padanya (Giancoli.2001) F tekan = m x a (2) Diman : F = Gaya (N) m = massa (kg) a = percepatan (m /s ) Pengukuran gaya tekan pisau pada alat ini dilakukan dengan menggunakan peralatan timbangan untuk mengukur berat awal singkong dan berat tekanan pisau terhadap singkong sampai pisau membelah permukaan kulit singkong tetapi tidak menembus permukaan daging singkong, selisih dari berat tekanan pisau dengan berat awal singkong adalah berat tekan pisau terhadap singkong. Lalu konversi dalam bentuk gaya dengan mengalikan nilai berat tekan pisau dengan gaya gravitasi sebesar 9.8 m /s. Sehingga diperoleh gaya tekan pisau terhadap kulit 26

41 singkong. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 10 kali ulangan. Berikut ilustrasi pengukuran dan data pengukuran yang dilakukan : Table 2. Data pengukuran gaya tekan pisau. berat awal berat tekan pisau selisih berat gaya gravitasi gaya tekan ulangan (kg) (kg) (kg) (m/s2) (N) ratarata Dari table diatas diperoleh nilai gaya tekan pisau sebesar 50.4N F tekan = (mi-mo) x g (3) Dimana : mo = massa awal singkong (kg) mi = massa singkong saat ditekan (kg) g = percepatan (m/s ) F tekan = ( kg) x 9.8 m/s 2 = 3.8 kg x 9.8 m/s 2 = N Gambar 26. Ilustrasi pengukuran 27

42 Gambar 27. Gaya yang bekerja pada singkong pada saat pengupasan D. Analisis Kecepatan Pengupasan Tahapan proses percobaan pengukuran kecepatan singkong yaitu pensortiran singkong yang berdiameter cm sebanyak 100 buah atau ± 35kg untuk dikupas dengan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I dan II dengan jumlah yang sama. Lalu dikupas dengan jumlah yang sama menggunakan pisau biasa atau pengupasan secara manual yang dioperasikan oleh petani singkong. Pengukuran kecepatan pengupasan tersebut menggunakan alat ukur stopwatch. Hasil dari pengukuran kecepatan pengupasan masing-masing alat dapat dilihat pada lampiran 3,4, dan 5. Berikut table rataan kecepatan pengupasan masing-masing alat: Table 3. Rataan kecepatan pengupasan masing-masing alat. Alat Pengupas Singkong I Alat Pengupas Singkong II Pisau Biasa Kecepatan Pengupasan detik/batang detik/batang detik/batang Data kecepatan pengupasan yang sudah diperoleh di uji dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan menngunakan program aplikasi statistic (SPSS). Dimana uji ini menguji tiga sample tidak berhubungan (independent). Hipotesis yang digunakan dengan uji Kruskal- Wallis untuk kecepatan pengupasan ini adalah sebagai berikut: Hipotesis: H0 : kecepatan pengupasan singkong antara alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar (I dan II) dengan menggunakan pisau biasa adalah sama. H1 : kecepatan pengupasan singkong antara alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar (I dan II) dengan menggunakan pisau biasa berbeda signifikan. 28

43 Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS dapat dilihat lampiran 8. Dari hasil uji Kruskal-Wallis untuk kecepatan pengupasan dihasilkan nilai p value adalah 0.00 dengan nilai α=0.05, karena p value (Asymp. sig. <0.05 maka hipotesa H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan pengupasan singkong antara alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar (I dan II) dengan menggunakan pisau biasa berbeda signifikan. E. Tingkat Kerusakan Singkong Dari Hasil Pengupasan Penilaian tingkat kerusakan singkong dilakukan dengan mengupas singkong masing-masing alat sebanyak 30 buah atau ±10kg singkong. Kemudian hasil pengupasan dimasukkan kedalam kategori tingkat kerusakan rendah, sedang, dan tinggi. Dimana tingkat kerusakan rendah dengan persentase kerusakan 0-35%, tingkat kerusakan sedang dengan persentase 35%-70% dan tingkat kerusakan tinggi dengan persentase 70%-100%. Penilaian tingkat kerusakan dilakukan oleh penulis dimana singkong yang telah dikupas dan dibelah menjadi dua bagian, masing-masing bagian bernilai 50%. Setelah itu singkong tersebut difoto dan dinilai tingkat kerusakannya oleh penulis. Hasil penilaian tingkat kerusakan singkong dari masing-masing alat dapat dilihat pada lampiran 9,10, dan 11. Dari hasil penilaian tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan pisau biasa menyatakan bahwa 26 singkong dengan tingkat kerusakan rendah, 3 singkong dengan kerusakan sedang dan 1 singkong dengan kerusakan tinggi, dimana tingkat kerusakan singkong yang mendominasi adalah tingkat kerusakan yang rendah. Dan hasil penilaian tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas I menyatakan bahwa 3 singkong dengan tingkat kerusakan rendah, 11 singkong dengan kerusakan sedang dan 16 singkong dengan kerusakann tinggi, dimana tingkat kerusakan singkong yang mendominasi adalah tingkat kerusakan yang tinggi. Lalu hasil penilaian tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas II menyatakan bahwa 20 singkong dengan tingkat kerusakan rendah, 10 singkong dengan kerusakan sedang dan tidak ada singkong dengan kerusakan tinggi, dimana tingkat kerusakan singkong yang mendominasi adalah tingkat kerusakan yang rendah. Berikut adalah table penyajian dari hasil data diatas : Tabel 4. Tingkat kerusakan singkong yang dikupas. Tingkat kerusakan Tingkat kerusakan Tingkat kerusakan No Jumlah sampel Alat pengupas rendah sedang tinggi 1 30 Tipe I 10% (3 buah) 36.7% (11 buah) 53.3% (16 buah) 2 30 Tipe II 66.7% (20 buah) 33.3% (10 buah) 0% (0 buah) 3 30 Pisau biasa 86.7% (26 buah) 10% (3 buah) 3.3% (1 buah) Dari data table diatas menunjukkan bahwa alat pengupas singkong tipe II memiliki tingkat kerusakan yang rendah dalam proses pengupasannya dan alat pengupas singkong tipe I memiliki tingkat kerusakan yang tinggi dalam proses pengupasannya. 29

44 F. Pengukuran Beban Kerja Di dalam pengukuran beban kerja ini pertama-tama dilakukan adalah mempersiapkan singkong yang akan dikupas dengan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II sebanyak 150 buah atau ± 50kg dengan diameter 5-8.5cm dan panjang bebas. Setelah itu dilakukan pemasangan alat ukur denyut jantung (heart rate) pada pengguna alat tersebut. Setelah pemasangan selesai lalu dilakukan pengupasan singkong sebanyak 150 buah sampai selesai pengupasan, data denyut jantung sudah direkam oleh alat ukur setiap 5 detik. Data hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 7. Dari hasil pengukuran denyut jantung pada lampiran tersebut didapatkan denyut jantung rata-rata per menit adalah 95 dimana pada table 1, nilai denyut jantung rata-rata pengukuran berada pada tingkat kerja ringan. Dengan demikian penggunaan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini memilki tingkat kerja yang ringan. G. Tingkat Penerimaan Teknologi Alat Pengupas Singkong Oleh Masyarakat Alat yang sudah dibuat sebelumnya harus dinilai oleh masyarakat/ibu-ibu melalui kuesioner agar dapat diketahui kekurangan alat tersebut. Pembagian kuesioner ini dilakukan di daerah babakan lebak sebanyak 10. Sebelum pengisian kuesioner ini para responden terlebih dahulu melihat cara kerja alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar yang diperagakan oleh penulis. Lalu para responden ditanya untuk pengisian kuesioner tersebut, dimana pisau sebagai pembanding nya. Ada 4 kriteria yang ditanyakan pada kuesioner yaitu segi keamanan, kecepatan pengupasan, kenyamanan dan hasil pengupasan. Kuesioner yang dibagikan kepada para responden dapat dilihat pada bagian lampiran 6. Berikut hasil dari kuesioner tersebut : Responden Pisau Pengupas 2 0 Keamanan Kecepatan Kenyamanan Hasil Kupas Kriteria Penilaian Gambar 28. Diagram hasil kuesioner 30

45 Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar aman digunakan. Dimana 7 dari 10 orang responden memilih alat pengupas singkong alat yang aman digunakan dalam mengupas singkong. Dari segi kecepatan alat pengupas singkong lebih lambat dalam proses pengupasan daripada menggunakan pisau. Dimana 7 dari 10 orang responden memilih pisau sebagai yang tercepat dalam proses pengupasan kulit singkong. Dari segi kenyamanan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi daripada pisau. Dimana 7 dari 10 orang responden memilih alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar. Dan dari hasil pengupasan dari alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar sama dengan menggunakan pisau. Dimana 5 dari 10 orang responden memilih alat pengupas singkong tipe pisau melingkar begitu juga dengan pisau. 31

46 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian yang berjudul rancang bangun alat pengupas singkong dengan pisau setengah melingkar antara lain adalah : 1. Alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar telah dibuat yang terdiri atas pisau pengupas, penyayat dan wadah jari tangan. 2. Secara fungsional alat pengupas kulit singkong tipe pisau setengah melingkar I dan II ini berhasil memisahkan kulit singkong dengan diameter 5-8.5cm dan < 5cm 3. Kecepatan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I dan II dalam proses pengupasan singkong tergolong masih lambat dibandingkan dengan menggunakan pisau biasa dimana kecepatan rataan menggunakan pisau biasa sebesar detik/batang dan kecepatan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I dan II masing-masing adalah detik/batang dan detik/batang. 4. Dari perbandingan kecepatan pengupasan dengan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I,II dan pisau biasa berbeda signifikan berdasarkan uji Kruskal Wallis. 5. Tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan pisau biasa adalah 26 buah dengan tingkat kerusakan rendah, 3 buah dengan tingkat kerusakan sedang dan 1 buah singkong dengan tingkat kerusakan tinggi. 6. Tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas tipe I adalah 3 buah dengan tingkat kerusakan rendah, 11 buah dengan tingkat kerusakan sedang dan 16 buah singkong dengan tingkat kerusakan tinggi. 7. Tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengypas tipe II adalah 20 buah dengan tingkat kerusakan rendah, 10 buah dengan tingkat kerusakan sedang dan 0 buah singkong dengan tingkat kerusakan tinggi. 8. Tingkat kerja penggunaan alat ini adalah ringan berdasarkan pengukuran denyut jantung dengan nilai rata-rata per menit adalah 95 denyut per menit atau kkal/menit. 9. Dari segi keamanan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini aman digunakan berdasarkan hasil kuesioner dimana, 7 dari 10 responden memilih alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar aman digunakan. 10. Dari segi kenyamanan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar tergolong nyaman digunakan berdasarkan hasil kuesioner dimana, 6 dari 10 responden memilih alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar nyaman digunakan. B. Saran 1. Perlu pengembangan dan penelitian lebih lanjut untuk alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini dengan modifikasi atau memperpanjang pisau pengupas sekaligus penyayat dan juga silinder alat agar proses pengupasan pada alat dapat lebih cepat daripada menggunakan pisau. 32

47 DAFTAR PUSTAKA Adetan DA, Adekoya LA and Aluko OB Theory of a mechanical method of peeling cassava tubers with knives. Int. Agrophysics(20): Akintunde BO, Oyawale FA, and Tunde-Akintunde TY Design and Fabrication of a Cassava Peeling Machine. Nigerian food journal, vol. 23. ( issn BAPPENAS Budidaya Pertanian Ketela Pohon/Singkong Manihot utilissima Pohl. [3 Jan 2012] [DEPTAN]. Departemen Pertanian Jakarta Pengembangan Usaha Pengolahan Tepung Tapioka. Giancoli DC Physics: Prinsiple With Applications. Fifth Edition. Erlangga. Jakarta Hidayah N Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Singkong (Manihot Utilissima) Berbasis Produksi dan Kadar Pati Daerah Bogor, Sukabumi dan Karawang dalam Rangka Pengambangan Bioenergi. [Skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor. [26 Juni 2012] Kroemer KHE, Kroemer HB, and Kroemer-Elbert KE. 2001, Ergonomice: How to Design for Ease and Efficiency. Prentice-Hall Inc. New Jersey. Kusumastuti CT Singkong Sebagai Salah Satu Sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) [makalah]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Lidiasari E, Syafutri MI, dan Syaiful F Influence of Drying Temperature Difference On Physical And Chemical Qualities of Partially Fermented Cassava Flour, Jurnal Ilmuilmu Pertanian Indonesia, 2006, vol. 8, pp Lisyanto Evaluasi Parameter Desain Piring Pengolah Tanah Diputar Untuk Pengepras Tebu Lahan Kering. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mccormick EJ. And Sander MS Human Factor in Engineering and Design. Mcgraw-Hill Chong moh, Ltd. Singapore Odigboh EU A Cassava Peeling Machine: Development, Design and Construction. J. Agric Engng Res(21): Olukunle OJ Development of a Cassava Peeling Machine for Cottage Industries. Paper presented at the Conference on International Agricultural Research for Development. Innovations. Tropentag 2007 University of Kassel-Witzenhausen and University of Göttingen, October 9-11, Pratama DR Antropometri Petani Wanita dan Aplikasinya pada Desain Gagang Sabit. [Skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor. 33

48 Ubaidillah S Studi Pengupasan Kulit Singkong dengan Pisau Melingkar. [Skripsi].Bogor: Institut Pertanian Bogor. 34

49 LAMPIRAN 35

50 Lampiran 1. Data ukuran diameter singkong yang diukur sebanyak 50 buah No keliling singkong (cm) jari-jari singkong (cm) diameter (cm)

51 No keliling singkong (cm) jari-jari singkong (cm) diameter (cm) jumlah rata-rata Lampiran 2. Data ukuran ketebalan kulit singkong yang diukur sebanyak 50 buah. No tebal kulit singkong (cm) No tebal kulit singkong (cm)

52 No tebal kulit singkong (cm) No tebal kulit singkong (cm) rata-rata

53 Lampiran 3. Data kecepatan pengupasan singkong dengan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar I. berat awal kecepatan no berat akhir (kg) (kg) (detik)

54

55 rata-rata

56 Lampiran 4. Data kecepatan pengupasan singkong dengan menggunakan alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar II. no berat awal (kg) berat akhir (kg) kecepatan (detik)

57

58 rata-rata

59 Lampiran 5. Data kecepatan pengupasan singkong dengan menggunakan pisau biasa. berat akhir kecepatan no berat awal (kg) (kg) (detik)

60

61 rata-rata

62 Lampiran 6. Kuesioner alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar. Kuisoner Alat Pengupas Singkong Tipe Pisau Setengah Melingkar Nama : Umur : Jenis kelamin : Pendidikan : Pekerjaan : 1. apakah ibu sering mengupas singkong? a) ya b) kadang kadang 2. setelah mencoba alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini, manakah yang ibu pilih dari segi keamanan pada saat mengupas? a) Pisau b) Alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar. 3. setelah mencoba alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini, manakah yang ibu pilih dari segi kecepatan pengupasan? a) Pisau b) Alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar 4. setelah mencoba alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini, manakah yang ibu pilih dari segi kenyamanan pada saat mengupas? a) Pisau b) Alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar 5. setelah mencoba alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar ini, manakah yang ibu pilih dari segi hasil kupasan? a) Pisau b) Alat pengupas singkong tipe pisau setengah melingkar 48

63 Lampiran 7. data pengukuran denyut jantung dengan menggunakan alat ukur denyut jantung (heart rate). rata-rata per denyut rata-rata per detik ke- denyut jantung detik kemenit jantung menit

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84 rata-rata

85 Lampiran 8. Hasil uji KruskalWallis untuk kecepatan pengupasan. Ranks perlaku an N Mean Rank Kecepatan Total 300 Ket : Dimana perlakuan 1 adalah menggunakan alat tipe I, perlakuan 2 adalah menggunakan alat tipe II, dan perlakuan 3 adalah menggunakan pisau biasa. Test Statistics a,b Rendemen Chi-Square df 2 Asymp. Sig..000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan 71

86 Lampiran 9. Table tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan pisau biasa TINGKAT KERUSAKAN no FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

87 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

88 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

89 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

90 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

91 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

92 Lampiran 10. Table tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas I TINGKAT KERUSAKAN No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

93 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

94 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

95 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

96 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

97 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

98 Lampiran 11. Table tingkat kerusakan singkong dengan menggunakan alat pengupas II TINGKAT KERUSAKAN No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

99 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

100 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

101 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

102 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

103 No FOTO HASIL KUPASAN Rendah (0-35%) TINGKAT KERUSAKAN Sedang (35%-70%) Tinggi (70%- 100%)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi Tanaman Singkong.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi Tanaman Singkong. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Tanaman Singkong. Singkong (Manihot utilissima), termasuk dalam Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan, Divisi: Spermathophyta atau tumbuhan berbiji, Sub divisi: Angiospermae

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012 BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl) merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya Brasil dan Paraguay.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya Brasil dan Paraguay. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Singkong atau ketela pohon Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya Brasil dan Paraguay. Penyebarannya hampir ke seluruh negara termasuk Indonesia.. Singkong ditanam di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Autoklaf Autoklaf merupakan alat pemanas tertutup yang biasa digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap dengan temperatur 121 C sampai 134 C dan tekanan maksimum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau

BAB II DASAR TEORI. sangat penting, yaitu untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan panganyang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Singkong Singkong merupakan tumbuhan umbi-umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan iklim panas dan lembab. Daerah beriklim tropis dibutuhkan singkong untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Singkong ( Manihot utilissima

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Singkong ( Manihot utilissima 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Singkong (Manihot utilissima) Singkong (Manihot utilissima), termasuk dalam Kingdom Plantae atau tumbuh-tumbuhan, Divisi Spermathophyta atau tumbuhan berbiji,

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak Nama :Rhizky Eva Marisda NIM :10.11.4462 Kelas : S1TI-2L PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA Bab I Pendahuluan Abstrak Peluang bisnis yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011 pada PT Socfindo yang berlokasi di Jalan KL. Yos Sudarso No.27 Medan

Lebih terperinci

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA 0 KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain singkong,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain singkong, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Singkong Singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain singkong, ubi kayu atau cassava. Klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Biologi Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat beragam. Umbi-umbian yang dihasilkan banyak yang diekspor. Salah satu jenis umbi-umbian yang cukup

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ALAT PEMBERSIH SISIK IKAN DENGAN PENGGERAK DINAMO DAN SUMBER TENAGA BATU BATERAI BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ALAT PEMBERSIH SISIK IKAN DENGAN PENGGERAK DINAMO DAN SUMBER TENAGA BATU BATERAI BIDANG KEGIATAN: PKM-GT PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM ALAT PEMBERSIH SISIK IKAN DENGAN PENGGERAK DINAMO DAN SUMBER TENAGA BATU BATERAI BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan oleh: Arie Tambosoe F14070107 (2007, Ketua

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah umbi-umbian, salah satunya adalah singkong yang mempunyai potensi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tepung Tapioka Skala Rakyat Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri

Lebih terperinci

Studi Pengupasan Kulit Singkong Dengan Pisau Melingkar

Studi Pengupasan Kulit Singkong Dengan Pisau Melingkar SKRIPSI Studi Pengupasan Kulit Singkong Dengan Pisau Melingkar OLEH: SYARIF UBAIDILLAH F14050891 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 di Bengkel Daud Teknik, Cibereum, Bogor. B. Tahapan Penelitian

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : FERI F14103127 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS

Lebih terperinci

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan Laboratorium Biondustri TIN IPB, Laboratorium Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan limbah tapioka berupa onggok menjadi bioetanol merupakan alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi Kayu Ubi kayu merupakan tanaman tropis, namun demikian tetap mampu beradaptasi dan tumbuh baik di daerah subtropis. Di Indonesia, tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1. Latar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubi kayu: Taksonomi dan Morfologi Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *) Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE III BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan dari bulan Februari hingga Agustus 2009, dan dilaksanakan di IPB yaitu di laboratorium lapangan Departemen

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot Esculenta) merupakan tanaman umbi berupa perdu dengan nama lain singkong atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika Selatan, tepatnya dari negara

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI Oleh: OKTAFIL ULYA F14054386 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang dapat dijadikan sumber protein hewani di Indonesia. Sampai saat ini masih sangat sedikit peternak yang mengembangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Waluh Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), pumpkin (Inggris) merupakan jenis buah sayur-sayuran yang berwarna kuning dan berbentuk lonjong

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK Qomaruddin 1), Eko Darmanto 2) 1) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352 2) Program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau telo jendal adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae.

BAB I PENDAHULUAN. atau telo jendal adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong dikenal juga dengan nama cassava, ubi kayu, ketela pohon, telo puhung atau telo jendal adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga euphorbiaceae.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BIKA SINGKONG Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis Kelompok G Oleh Nama : Akhmad Noor NIM : 11.12.5525 Kelas : SI S1 03 Jurusan : Sistem Informasi SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA 0 KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2002. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG. Oleh: MIFTAHUDDIN F

RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG. Oleh: MIFTAHUDDIN F RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG Oleh: MIFTAHUDDIN F14104109 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Singkong Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu adalah pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F14104084 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR vii UJI

Lebih terperinci

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) I ndonesia merupakan salah satu negara produsen pisang yang penting di dunia, dengan beberapa daerah sentra produksi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan N TB. Daerah-daerah ini beriklim hangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu adalah/singkong yang juga disebut Kaspe, dalam bahasa Latin disebut Manihot Esculenta Crantz, merupakan tanaman yang banyak yang mengandung karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Banyak sekali produk olahan yang berasal dari singkong, salah satunya adalah tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bioetanol merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol digunakan pada etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi.

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaplek (Manihot esculenta Crantz) Gaplek (Manihot Esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu. Gaplek berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubikayu Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun 1827

Lebih terperinci

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL Gatot Pramuhadi 1), Abdul Wahhaab 2), Gina Rahmayanti 2), Nurwan Wahyudi 2), Syahidin Nurul Ikhwan 2) 1) Dosen Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI AERATOR KINCIR TIPE PEDAL LENGKUNG PADA PENINGKATAN KADAR OKSIGEN AIR. Oleh: SARI ROSMAWATI F

PENGARUH MODIFIKASI AERATOR KINCIR TIPE PEDAL LENGKUNG PADA PENINGKATAN KADAR OKSIGEN AIR. Oleh: SARI ROSMAWATI F PENGARUH MODIFIKASI AERATOR KINCIR TIPE PEDAL LENGKUNG PADA PENINGKATAN KADAR OKSIGEN AIR Oleh: SARI ROSMAWATI F14102049 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya sudah sangat popular dan digemari sebagai buah segar.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya sudah sangat popular dan digemari sebagai buah segar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam di daerah tropis, seperti Indonesia. Tanaman ini cukup dikenal di seluruh dunia. Dalam bahasa Inggris disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki konsumsi yang besar terhadap produk tepung terigu baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu nasional masih belum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penanganan Awal Kacang Tanah Proses pengupasan kulit merupakan salah satu proses penting dalam dalam rangkaian proses penanganan kacang tanah dan dilakukan dengan maksud untuk

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI GADUNG

PENGOLAHAN UMBI GADUNG PENGOLAHAN UMBI GADUNG Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerupuk merupakan suatu jenis makanan kecil yang sudah lama dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan dikonsumsi sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hijauan Pakan Dalam meningkatkan meningkatkan produksi ternak, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan bagian yang terpenting, karena lebih dari 70% ransum ternak terdiri

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, kimia dan pakan ternak. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Ubi Kayu Singkong (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan, kemudian dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Jumlah energi yang dibutuhkan akan meningkat seiring berjalannya waktu dan meningkatnya jumlah penduduk.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mie merupakan salah satu masakan yang sangat populer di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku mie di Indonesia berupa tepung terigu

Lebih terperinci

MODIFIKASI PROTOTIPE MESIN PEMANGKAS RUMPUT POTRUM MODEL BBE-01 MENJADI BBE-02 (BACK PACK BRUSH CUTTER ENGINE-02) SKRIPSI

MODIFIKASI PROTOTIPE MESIN PEMANGKAS RUMPUT POTRUM MODEL BBE-01 MENJADI BBE-02 (BACK PACK BRUSH CUTTER ENGINE-02) SKRIPSI MODIFIKASI PROTOTIPE MESIN PEMANGKAS RUMPUT POTRUM MODEL BBE-01 MENJADI BBE-02 (BACK PACK BRUSH CUTTER ENGINE-02) SKRIPSI Oleh: REZA PAHLEVI F141051251 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima). 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber perolehan protein untuk ternak berasal dari bahan nabati dan hewani. Bahan-bahan sumber protein nabati diperoleh dari tanaman. Bagian tanaman yang banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci