Global Production Sharing
|
|
- Glenna Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rubrik Utama Global Production Sharing Oleh: Tiara Kencana Ayu, S. Stat Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB Dr. Ir. Hari Wijayanto, MSi Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB Prof. Dr. Noer Azam Achsani Asisten Direktur Bidang Umum dan Sumberdaya MB-IPB Dina Lianita Sari, SSi, MSi Brighten Institute Bogor 20 Volume 18 No. 1 Juni 2013
2 Integrasi ekonomi regional yang diaplikasikan dengan adanya kerja sama di bidang ekonomi telah diterapkan di wilayah Asia selama beberapa dekade yang lalu. Salah satu bentuk integrasi ekonomi ini adalah dengan adanya kerjasama dalam hal investasi dan perdagangan di antara negara-negara Asia, khususnya wilayah Asia Timur (China, Jepang, dan Republik Korea) dan ASEAN (ASEAN+3). Salah satu hal yang melandasi terciptanya integrasi ekonomi regional di negara ASEAN+3 adalah adanya keinginan untuk memperkecil ketergantungan pada dominasi dari institusi perdagangan Amerika dan berusaha menstabilkan perekonomian melalui kerjasama negara-negara yang dekat secara geografis saja atau sering disebut hubungan regional (Yap 2005). Namun tak hanya antara negara ASEAN+3, negara di wilayah lain yang masih berdekatan seperti India, Australia, dan New Zealand ikut bergabung dalam kerjasama ekonomi ASEAN+3 (Masahiro & Ganeshan 2008). Salah satu fenomena yang telah menjadi karakteristik dari perdagangan antar negara adalah Global Production Sharing, yaitu pemisahan proses produksi menjadi tahap-tahap yang terpisah secara vertikal dan dilakukan di beberapa negara (Athukorala & Menont 2010). Global production sharing dibangun dengan perdagangan bagian-bagian barang jadi atau komponen untuk menghasilkan barang jadi. Proses ini memungkinkan adanya pengurangan biaya produksi karena adanya penempatan proses produksi bagianbagian barang jadi di negara yang berbeda. Terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai pengaruh Global production sharing dalam hubungannya dengan derajat kesensitivan arus perdagangan terhadap perubahan harga relatif. Pandangan pertama menyatakan bahwa Global production sharing dapat meningkatkan kesensitifan arus perdagangan terhadap perubahan harga relatif, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dari kebijakan nilai tukar (Obstfeld 2002, diacu dalam Athukorala & Menont 2010). Pandangan yang lain menyatakan bahwa Global production sharing dapat memperlemah hubungan antara perubahan harga dan arus perdagangan (Arndt 2008; Jones & Kierzkowski 2001 diacu dalam Athukorala & Menont 2010). Perbedaan pandangan ini yang melatarbelakangi pentingnya untuk mengetahui pengaruh perubahan harga relatif terhadap arus perdagangan. Volume arus perdagangan sendiri dapat ditandai oleh dua kegiatan, yaitu kegiatan impor dan ekspor. Dalam tulisan ini hanya akan membahas hubungan antara harga relatif dan nilai import Indonesia dengan kelompok-kelompok negara dan model untuk setiap jenis barang import yang diteliti. Data ekonomi diamati dalam periode waktu yang berbeda-beda, dengan menggunakan analisis data panel yang melibatkan data cross section untuk periode waktu yang berbeda. Sehingga akan diperoleh gambaran pengaruh harga relatif terhadap nilai import barang-barang komponen di Indonesia. Model ini digambarkan untuk kelompok negara ASEAN+6, ASEAN+3, dan Amerika. Sumber: en.wikipedia.org Volume 18 No. 1 Juni
3 Rubrik Utama Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi tiga variabel yaitu variabel nilai import Indonesia, indeks harga produsen barang domestik untuk Indonesia, dan indeks harga produsen delapan negara, yaitu negara Malaysia, Singapura, China, Jepang, India, Australia, New Zaeland dan Amerika. Data nilai import yang digunakan adalah data untuk delapan kategori barang berdasarkan ISIC, yaitu : 1) Tekstil dan barang kulit, 2) Barang kayu dan hasil hutan lainnya, 3) Kertas dan barang cetakan, 4) Pupuk, kimia, dan barang dari karet, 5) Semen dan barang galian bukan logam, 6) Logam dari besi dan baja, 7) Alat angkutan, mesin, dan peralatannya, 8) Barang lainnya. Data nilai import ini dapat diakses dari situs UNCOMTRADE. Data Indeks Harga Produsen masing-masing Negara diperoleh dari software BLOOMBERG dan dari situs biro statistik atau bank sentral masing-masing negara. Keseluruhan data baik nilai import atau pun data Indeks Harga Produsen adalah data tahunan sejak tahun Namun tidak semua negara memiliki data yang lengkap untuk setiap kategori barang dan setiap tahunnya. Tahapan analisis yang dilakukan meliputi: 1. Menghitung nilai harga relatif untuk seluruh data. 2. Mentransformasi data menjadi dalam bentuk log natural. 3. Melakukan analisis deskriptif untuk melihat tingkat import Indonesia terhadap masing-masing negara dan melihat secara deskriptif hubungan antara harga relatif dan nilai import Indonesia untuk masingmasing negara. 4. Melakukan analisis data panel tidak lengkap (untuk memperoleh model yang terbaik dalam menggambarkan tingkat import Indonesia akibat perubahan harga relatif terhadap: 1) seluruh negara, 2) negara-negara di Asia, 3) negara yang termasuk dalam ASEAN+3, 4) negara yang termasuk dalam ASEAN+6, 5) Amerika. 6) model untuk setiap jenis barang. Deskripsi Nilai Import Indonesia dan Harga Relatif Nilai import Indonesia untuk delapan negara sejak tahun dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa nilai import tertinggi adalah nilai import dari negara Jepang, diikuti oleh Singapura dan China. Namun perlu diketahui, bahwa pada data tersebut nilai import China hanya dihitung dari tahun , sehingga untuk nilai import China yang sebenarnya sejak tahun , pasti jauh lebih tinggi. Tingginya nilai import Indonesia dari negaranegara yang tergabung dalam ASEAN+3, menunjukkan majunya integrasi regional yang terjadi antara negaranegara ASEAN+3. Dalam hal ini, nilai import Indonesia terhadap negara ASEAN+3 diwakili oleh negara Jepang, China, Singapura, dan Malaysia. Selain negara-negara ASEAN+3, dapat dilihat bahwa nilai import Amerika juga cukup tinggi. Nilai harga relatif yang tinggi (RPM>1) menunjukkan bahwa harga barang setengah jadi produsen domestik lebih rendah dari harga produsen luar negeri, Tabel 2 menunjukkan bahwa negara yang memiliki nilai rataan harga relatif tertinggi adalah negara India, diikuti oleh Malaysia dan Amerika. Sedangkan negara yang memiliki harga relatif terendah adalah negara Cina, Jepang dan Malaysia. Tabel 1. Nilai Import Indonesia (US dollar) Negara Total Australia Cina India Japan Malaysia New Zealand Singapura Amerika Total Tabel 2. Rataan Harga Relatif Negara Total Australia Cina India Japan Malaysia NewZea Singapura Amerika Volume 18 No. 1 Juni 2013
4 Sumber: google.com Deskripsi Hubungan Nilai Import dan Harga Relatif Untuk kasus barang jadi (final good), berlaku hukum permintaan yang menyebutkan bahwa permintaan barang dan jasa akan meningkat seiring dengan turunnya harga. Hukum ini ternyata berlaku untuk menggambarkan aktivitas import Indonesia terhadap delapan negara yang diteliti, kecuali Amerika. Seperti dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2, terlihat bahwa nilai import Indonesia pada negara Jepang, China, dan Singapura sangat tinggi, namun harga relatif ketiga negara terhadap Indonesia rendah. Sebaliknya, negara Malaysia, India, New Zaeland dan Australia memiliki nilai import yang rendah dan harga relatif terhadap Indonesia tinggi. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan. Namun untuk negara Amerika, untuk nilai harga relatif yang tinggi, nilai importnya pun masih relatif tinggi Secara keseluruhan, hubungan nilai import dan harga relatif antara Indonesia dan delapan negara menunjukkan hubungan linear yang negatif. Untuk masing masing negara, dapat dilihat pada Lampiran bahwa hanya Cina, Jepang, Malaysia, dan Singapura yang menunjukkan hubungan linear yang nyata. Seluruh negara kecuali Amerika menunjukkan nilai koefisien yang negatif. Hasil Analisis Data Panel Analisis data panel untuk seluruh negara dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan harga relatif terhadap nilai import di beberapa kelompok negara. Data yang digunakan dalam membangun model adalah data yang telah ditransformasi dalam bentuk logaritma natural. Dalam kasus ekonomi, nilai koefisien kemiringan dalam model regresi logaritma natural dapat diinterpretasikan sebagai nilai perubahan persentase peubah respon untuk perubahan 1% peubah bebasnya. Model pertama yang dicari adalah model dari seluruh negara yang diteliti, yaitu negara Cina, Jepang, Malaysia, Singapura, India, New Zealand, Australia, dan Amerika. Hasil analisis data panel untuk keseluruhan negara ini menunjukkan bahwa koefisien harga relatif dalam model tidak nyata dalam taraf nyata 5%. Ini berarti perubahan harga relatif tidak mempengaruhi nilai import Indonesia sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia belum terintegrasi dalam fenomena global production sharing untuk kelompok keseluruhan negara. Model yang adalah model fixed dengan nilai R-square 98%. Namun dengan hasil model tersebut, tidak berarti Indonesia sama sekali tidak terintegrasi. Kelompok seluruh negara melibatkan negara-negara yang memiliki karakteristik berbeda dari benua yang berbeda, sehingga perlu digunakan model yang hanya melibatkan kelompok negara yang lebih kecil. Gambar 1. Grafik Total Impor Volume 18 No. 1 Juni
5 Rubrik Utama Gambar 2. Grafik Rataan Harga Relatif Wilayah ASIA yang diteliti adalah Malaysia, Singapura, Jepang, China, dan India. Tidak berbeda jauh dengan hasil analisis untuk seluruh negara, hasil analisis regresi data panel untuk wilayah ASIA juga menunjukkan nilai koefisien kemiringan yang tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%. Maka dapat disimpulkan kembali, bahwa Indonesia belum terintegrasi dengan wilayah ASIA. Negara yang dilibatkan dalam analisis ini adalah Malaysia, Singapura, China, Jepang, dan India. Model yang terpilih oleh uji hausman adalah model random. Seperti dapat dilihat pada Tabel 3, ini memiliki nilai R-Square yang sangat kecil. Wilayah ASEAN+3 adalah suatu wilayah yang sedang gencar melakukan integrasi ekonomi regional, yaitu kerja sama dengan negara-negara disekitarnya. ASEAN+3 meliputi negara ASEAN, China, Jepang, dan Republik Korea. Dalam penelitian ini, negara ASEAN+3 yang diteliti adalah Malaysia, Singapura, Jepang, dan China. Model tebaik untuk hasil analisis regresi data panel pada wilayah ASEAN+3 seperti dapat dilihat pada Tabel 4, jauh berbeda dari dua model sebelumnya. Koefisien kemiringan nyata dan bernilai negatif, yaitu sebesar Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa bila harga relatif naik 1%, maka nila import akan berkurang sebesar 1,59%. Hal ini menunjukkan, bahwa Indonesia sudah terintegrasi dalam fenomena global production sharing di antara negara-negara ASEAN+3. Secara ekonomi, hasil ini dapat juga menunjukkan gencarnya integrasi ekonomi di wilayah ASEAN+3, khususnya integrasi yang dilakukan Asia Timur (Kawai 2004 dan Rahman 2008). Integrasi ini menyebabkan tingginya import Indonesia terhadap negara di Asia Timur akibat harga barang import yang masuk relatif rendah seperti eksplorasi yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2 di atas. Model yang terpilih pada proses Hausman Test adalah model random dengan nilai R-square 9%. Walaupun nilai R-square kecil, namun nilai koefisien model random dan model fixed tidak jauh berbeda. Model Fixed memiliki R-square sebesar 94%. Sumber: inweh.unu.edu 24 Volume 18 No. 1 Juni 2013
6 Tabel 4. Model Terbaik Hasil Regresi Data Panel Untuk ASEAN+3 Statistik Fixed Model Terbaik Intersep P-value Intersep RPM P-value RPM R-square Durbin Watson Selain negara-negara di Asia, negara yang dewasa ini kerap terlibat dalam fenomena integrasi ekonomi adalah negara New Zealand dan negara-negara di Australia. Gabungan antara negara-negara di Asia dengan dua negara ini membentuk perhimpunan ASEAN+6. Negara-negara di ASEAN+6 yang diteliti adalah Cina, Jepang, Malaysia, Singapura, India, New Zealand, dan Australia. Hasil analisis data panel untuk kelompok negara ini, masih tidak berbeda jauh dengan analisis kelompok negara ASEAN+3. Model akhir menunjukkan bahwa baik intersep maupun koefisien kemiringan RPM nyata pada taraf nyata 5%. Model akhir yang diperoleh pun sama dengan sebelumnya, merupakan model fixed yang terboboti dengan nilai koefisien harga relatif -0,66 seperti dapat dilihat pada Tabel 5. Ini dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan harga relatif sebesar 1% menyebabkan penurunan permintaan import sebesar 0,65%. Hal ini juga menunjukkan bahwa Indonesia sudah terintegrasi dalam fenomena global production sharing di antara negara-negara ASEAN+6. Tabel 5. Model Terbaik Hasil Regresi Data Panel Untuk ASEAN+6 Statistik Model terbaik Intersep P-value RPM P-value R-square Durbin watson Selain model untuk setiap kelompok negara, model yang dibangun adalah model untuk setiap jenis barang. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat apakah fenomena global production sharing terjadi untuk setiap jenis barang atau terdominasi pada jenis barang tertentu. Dari tujuh model yang dibangun, terhanya hanya satu model yang koefisien kemiringan harga relatifnya nyata pada taraf 5%. Ini adalah model untuk kategori barang perlengkapan Transportasi dan Mesin. Nilai koefisien harga relatif pada model ini bernilai -3,37%. Ini dapat di interpretasikan bahwa bila harga relatif naik sebesar 1%, maka nilai import terhadap barang perlengkapan transportasi dan mesin akan turun sebesar 3,37%. Nilai koefisien ini tidak jauh berbeda antara model fixed dan model random, namun yang terpilih menurut hausman test adalah model random dengan nilai R-square 35%. Hasil analisis untuk model transportasi ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nababan (2006) yang menyatakan bahwa aktivitas perekonomian terbesar adalah barang Transportasi dan komunikasi. Dari hasil model panel dapat diketahui bahwa fenomena global production sharing belum secara signifikan terjadi pada enam jenis barang yang lain. Hal ini dapat disebabkan masih tingginya produksi dalam negeri dalam mensuplai ke enam jenis barang. Seluruh model terbaik yang terpilih pada model barang-barang per sektor adalah model random. Salah satu kelebihan dari data panel adalah informasi mengenai setiap cross section dapat diketahui dengan melihat nilai cross section effect. Cross section effect adalah suatu statistik yang dapat diinterpretasikan sebagai nilai perubahan variabel respon untuk cross section tertentu akibat perubahan variabel bebas antar waktu maupun antar individu. Nilai cross section effect untuk setiap individu cross section berbeda. Dengan ini, dapat diperoleh informasi tambahan seberapa besar pengaruh setiap cross section pada suatu model. Pada model ASEAN+3 dan ASEAN+6, cross section barang pupuk, kimia, dan karet dari negara Singapura, Jepang, dan China. Selain itu jenis barang pelengkapan transportasi dan mesin dari Jepang dan China juga memiliki effect yang cukup tinggi. Pada model transportasi dan mesin, negara Jepang, China, dan Amerika ternyata memiliki pengaruh yang paling tinggi dalam model. Secara keseluruhan, Jepang dan China memegang dominasi pengaruh import untuk Indonesia. Volume 18 No. 1 Juni
7 Rubrik Utama Kesimpulan Berdasarkan hasil eksplorasi dan pemodelan dengan menggunakan analisis data panel, beberapa negara membuktikan secara nyata bahwa perubahan harga relatif dapat mempengaruhi permintaan import barangbarang komponen. Ada pun negara yang menunjukkan hubungan ini secara kuat adalah negara-negara di Asia, terutama negara-negara di Asia Timur dan ASEAN. Hubungan yang ditunjukkan adalah hubungan negatif yang berarti kenaikan harga relative (dalam persentase) akan menurunkan permintaan import dari Indonesia. Untuk model setiap jenis barang, hanya perlengkapan transportasi dan mesin yang secara nyata terintegrasi dalam fenomena global production sharing sedangkan enam barang yang lain hubungan antara harga relatif dan nilai import tidak nyata. Artikel ini mencari model untuk kasus global production sharing atau perdagangan barang komponen. Perlu dibandingkan model untuk perdagangan barang komponen dan model untuk perdagangan barang jadi untuk melihat bagaimana pengaruh perubahan harga relatif terhadap nilai import bagi kedua jenis perdagangan. Untuk mengetahui model yang lebih baik untuk model yang melibatkan negara Amerika, dapat dicoba menggunakan analisis data panel non linier. Referensi Athukorala PC, Jayant Menon Global Production Sharing, Trade Patterns, and Determinants of Trade Flows in East Asia. ADB Working Paper Series on Regional Economic Integration, No.41 : January, pp Arndt, S. W Production Networks and the Open Macroeconomy. Singapore Economic Review. 53(3). pp Kierzkowski, H Joining the Global Economy: Experience and Prospects of the Transition Economies. In Arndt, S.W. and H. Kierzkowski, eds. Fragmentation: New Production Patterns in the World Economy. Oxford, UK: Oxford University Press. pp Kawai, Masahiro Regional Economic Integration and Cooperation in East Asia. Experts Seminar on the Impact and coherence of OECD Country Policies on Asian Developing Economies ; Paris, 10 Nov Kawai, Masahiro and Ganeshan W Regionalism as an Engine of Multilateralism : A Case for a Single East Asian FTA : Asian Development Bank. Obstfeld, M Exchange Rates and Adjustment: Perspectives from the New Open-economy Macroeconomics. Centre for Economic Policy Research (CPER) Discussion Paper London, UK: CPER. Yap, JT Economic Integration and Regional Cooperation in East Asia : A Pragmatic View. Philippine Institute for Development Studies Discussion Paper Series N :32. Sumber: 26 Volume 18 No. 1 Juni 2013
PERUBAHAN HARGA RELATIF TERHADAP NILAI IMPORT DALAM GLOBAL PRODUCTION SHARING DI INDONESIA TIARAA KENCANA AYU
ANALISIS DATA PANEL UNTUK MELIHAT PENGARUH PERUBAHAN HARGA RELATIF TERHADAP NILAI IMPORT DALAM GLOBAL PRODUCTION SHARING DI INDONESIA TIARAA KENCANA AYU DEPARTEMEN STATISTIKAA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas
Lebih terperinciTABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia, dimana menganalisis permintaan tenaga kerja perusahaan industri manufaktur tahun 2000-2016. Alasan memilih karena terdapat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun 2005-2009 yang berasal dari World Integrated Trade Solutions (WITS), United
Lebih terperinciV. HASIL DAN ANALISIS
53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak
Lebih terperinciTABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL
ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016
No. 054/10/15/Th.X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 AGUSTUS Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 160,46 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,57 Juta. Nilai ekspor asal
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciPengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sembilan Negara Asia Tahun
Pengaruh Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sembilan Negara Asia Tahun 2011-2014 Yosafat Charisma Aloysius Gunadi Brata Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015
No. 07/02/16/Th.X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 172,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 16,62 Juta. Nilai ekspor
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kota Malang. Pemilihan obyek penelitian di Kota Malang adalah dengan pertimbangan bahwa Kota Malang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016
No. 23/05/16/Th.X, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 MARET Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 155,15 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 3,29 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017
No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,
Lebih terperinciLAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013
LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
65 BAB 4 ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISA DESKRIPTIF Sebelum dilakukan pembahasan mengenai hasil regresi ekonometrika dari model pada penelitian ini, pada bagian ini akan dijelaskan analisa umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Entrepreneurship capital..., Eduardus Chrismas P., FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran entrepreneurship dalam perekonomian selalu menjadi kontroversi. Menurut Schumpeter (1934), entrepreneurship memegang peranan yang vital dalam pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA TAHUN SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE NEGARA MITRA DAGANG UTAMA TAHUN 2000-2012 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random
67 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Estimasi Model Data Panel Estimasi model yang digunakan adalah regresi data panel yang dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015
No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data
43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017
No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
Ekspor dan Impor Provinsi DKI Jakarta No. 30/06/31/Th.XIX, 2 Juni EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan April mencapai 3.830,69 juta dollar Amerika, turun 10,45 persen dari
Lebih terperinciAdapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :
BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciPendapatan Domestik Regional Bruto Jakarta Periode
LAMPIRAN Pendapatan Domestik Regional Bruto Jakarta Periode 1995-1998 SEKTOR TAHUN 1995 1996 1997 1998 AGRARIS Tanaman bahan makanan 7,34 67,44 71,756 52,374 Tanaman hias 9,89 11,147 11,377 9,25 Peternakan
Lebih terperinciANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG
1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016
No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014
No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JULI 2017
No.49/09/15/Th.XI, 4 September 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JULI 2017 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 216,13 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 5,84 Juta. Nilai ekspor asal
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016
Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016
No. 19/04/16/Th.X, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 FEBRUARI Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 136,24 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 8,21 Juta. Nilai ekspor asal
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017
No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2010
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2010 No. 11/03/61/Th. XIII, 1 Maret 2010 Ekspor Kalimantan Barat pada bulan 2010 mengalami peningkatan sebesar 9,15
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 50/11/31/Th.XIX, 1 November EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan tember mencapai 4.479,47 juta dollar Amerika. Nilai ekspor produk-produk
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 14/03/31/Th. XV, 1 Maret 2013 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, adalah menjadikan Indonesia
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 38/08/31/Th.XIX, 1 Agustus EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JUNI TURUN 21,69 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN SEBELUMNYA Nilai ekspor melalui
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore.
5. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian pada analisis Bab IV tentang analisis faktor penentu Foreign Direct Investment otomotif di 5 negara ASEAN, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa research and development,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.
digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 06/02/31/Th. XVI, 3 Februari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER 2013 MENCAPAI 953,15 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016
Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2013
da BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 49/09/61/Th. XVI, 2 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI MENCAPAI US$140,76 JUTA Nilai ekspor Kalimantan
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016
No. 41/08/15/Th.X, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 176,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,44 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017
No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 33/07/31/Th.XIX, 3 Juli EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan mencapai 4.536,64 juta dollar Amerika. Nilai ekspor produk-produk DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 sampai 1998 lalu. Peristiwa ini telah membawa dampak yang merugikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan penulis dan tidak semata-mata mencerminkan pandangan DKM atau Bank Indonesia.
1 Peneliti Ekonomi di Grup Riset Ekonomi Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter (DKM), Bank Indonesia. Pandangan dalam paper ini merupakan pandangan penulis dan tidak semata-mata mencerminkan pandangan
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016
No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 02/01/31/Th.XVI, 2 Januari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN NOVEMBER 2013 MENCAPAI 921,44 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas
Lebih terperincigula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.
5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinci