LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI"

Transkripsi

1 HALAMAN JUDUL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI Disusun Oleh : PRANOWO IBNU KHAKIM JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2013 i

2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti responsi akhir praktikum Kristalografi dan Mineralogi pada semester I tahun ajaran 2012/2013, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Penyusun PRANOWO IBNU KHAKIM Asisten I Menyetujui, Asisten II Asisten III Robby Wahyudi Joanito Fernandes Asisten IV Romi Budiarto Asisten V Jose Soares Nano Asisten VI Asisten VII Nur A isyah Putri Rahmawati Pandu Haryo Wicaksono Mengetahui, Kepala Laboratorium Geologi Ir. H. Siwi Sanjoto, MT NIK E ii

3 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini dibuat sebagai syarat untuk menempuh responsi daripada mata kuliah Praktikum Kristalografi dan Mineralogi pada semester satu.tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk pedoman kami dan juga sebagai literatur dalam pembelajaran matakuliah dan pratikum Kristalografi dan Mineralogi di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Dan tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua asisten dosen Kristalografi dan Mineralogi atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. iii

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PRAKATA... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1.Latar Belakang Masalah... 1 I.2.Maksud dan Tujuan... 1 I.3.Alat dan Bahan... 2 BAB II TINJAUAN UMUM... 3 BAB III KRISTALOGRAFI... 6 III.1.Isometrik... 6 III.1.1.Ketentuan Sistem Kristal Isometrik... 7 III.1.2.Cara Menggambar Sistem Kristal Isometrik... 7 Lampiran Sistem Kristal Isometrik... 8 III.1.2.Hexagonal... 9 III Ketentuan Sistem Kristal Hexagonal III Cara Penggambaran Sistem Kristal Hexagonal: Lampiran Sistem Kristal Heksagonal III.1.3.Orthorombik III Ketentuan Sistem Kristal Orthorombik III Cara Penggambaran Sistem Kristal Orthorombik : Lampiran Sistem Kristal Orthorombik III.1.4.Tetragonal III Ketentuan Sistem Kristal Tetragonal III Cara Penggambaran Sistem Kristal Tetragonal: Lampiran Sistem Kristal Tetragonal III.1.Monoklin iv

5 III Ketentuan Sistem Kristal Monoklin III Cara Penggambaran Sistem Kristal Monoklin Lampiran Sistem Kristal Monoklin III.1.6.Triklin III Ketentuan Sistem Kristal Triklin III Cara Penggambaran Sistem Kristal Triklin : Lampiran Sistem Kristal Triklin III.1.7.Trigonal III Ketentuan Sistem Kristal Trigonal III Cara Penggambaran Sistem Kristal Trigonal: Lampiran Sistem Kristal Trigonal BAB IV MINERALOGI VI.I.Dasar Teori Mineralogi IV.2.Klasifikasi Mineral BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA v

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Sistem Kristal Isometrik (Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi) 6 Gambar 2 Sistem Kristal Heksagonal (Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi) 7 Gambar 3 Sistem Kristal Orthorombik (Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi) 7 Gambar 4 Sistem Kristal Tetragonal (Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi) 8 Gambar 5 Sistem Kristal Monoklin (Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi) 9 Gambar 6 Sistem Kristal Triklin (Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi) 10 Gambar 7 Sistem Kristal Trigonal (Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi) 10 vi

7 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Masalah Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang Bumi meliputi komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah dan proses pembentukannya. Dalam Geologi, kita akan mempelajari semua hal tentang seluk-beluk Bumi ini secara keseluruhan. Dari mulai gunung-gunung dengan tinggi ribuan meter, hingga palung-palung didasar samudera. Dan untuk mengetahui semua itu, tentunya kita harus mempelajari apa-apa sajakah materi pembentuk Bumi ini,itulah yang akan dilakukan oleh para geologist Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana batuan sendiri adalah kumpulan dari mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Jadi dasarnya, untuk dapat mempelajari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi. Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu menguasai tentang kristal sebelum mempelajari tingkat selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu kristal adalah syarat untuk dapat mempelajari Geologi. I.2.Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan mempelajari kristalografi terutama dalam pengenalan bentuk kristal yang ada pada setiap bentuk kristal, menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsur simetri, menggambarakan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh setiap kristal baik proyeksi orthogonal maupun stereografis. 1

8 2 I.3.Alat dan Bahan a. Penggaris b. Busur Derajat c. Jangka d. Pensil Warna e. Papan Alas f. Pensil mekanik ukuran 0,5 dan 0,7 g. Kertas Deskripsi h. Satu set penggaris segitiga

9 BAB II TINJAUAN UMUM Kristalografi adalah sains eksperimental yang bertujuan menentukan susunan atom dalam zat padat. Kata "kristalografi" berasaldari kata bahasa Yunani crystallon = tetesan dingin/beku, dengan makna meluas kepada semua padatan transparan pada derajat tertentu, dan graphein = menulis. Sebelum perkembangan kristalografi difraksi sinar X, studi Kristal didasarkan kepada geometrikristal. Ini termasuk mengukur sudut permukaan Kristal relative terhadap sumbu referensi teoretis (sumbu kristalografik), dan menetapkan kesetangkupan kristal yang bersangkutan. Yang pertama dilaksanakan menggunakan goniometer. Metode kristalografis saat ini tergantung kepada analisis pola hamburan yang muncul dari sampel yang dibidik oleh berkas sinar tertentu. Berkas tersebut tidak mesti selalu radias ielek tromagnetik, meskipun sinar X merupakan pilihan yang paling umum. Untuk beberapa keperluan elektron atau neutron juga digunakan, yang dimungkinkan karena sifat gelombang partikel tersebut. Para ahli kristalografi sering menyatakan secara eksplisit jenis berkas yang digunakan. Ketiga jenis radiasiini (sinar X, elektron, dan neutron) berinteraksi dengan specimen dengan cara yang berbeda. Sinar X berinteraksi dengan agihan (distribusi) spasial elektron valensi, sementara elektron merupakan partikel bermuatan, dan karena itu merasakan agihan total inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Neutron dihamburkan oleh inti atom lewat gaya nuklir kuat, dan tambahan lagi, momen magnetik neutron tidaklah nol. Karena itu neutron juga dihamburkan oleh medan magnet. Bila neutron dihamburkan oleh bahan yang mengandung hidrogen, berkas tersebut menghasilkan poladifraksi dengan tingkat derau tinggi. Karena bentuk-bentuk interaksi yang berbeda ini, ketiga jenis radiasi tersebut cocok untuk studi kristalografi berbeda-beda. Kristal adalah bahan padat Homogen, biasanya Anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidangnya- bidangnya 3

10 4 mengikuti hukum Geometri, jumlah dan kedudukan dari bidang- bidangnya tertentu dan teratur Bahan padat homogen, biasanya Anisotrop dan tembus air, mengandung pengertian : a. Tidak termasuk di dalamnya cair dan gas b. Tidak dapat di uraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses proses Fisika c. Menuruti hukum- hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian : a. Jumlah bidang dari suatu bentuk Kristal tetap b. Macam dan bentuk dari bidang Kristal tetap c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat sifat geometri dari Kristal terutama perkembangan, pertumbuhan,kenampakan bentuk luar, struktur dalam ( Internal ) dan sifat sifat fisis lainnya. a. Sifat Geometri Memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu adan jumnlah serta bentuk bidang luar yang membatasinya. b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar Bahwa di samping mempelajari bentuk bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal yang lain yang masih dalam satu system Kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian

11 5 c. Struktur Dalam Membicarakan susunan dan jumlah sumbu sumbu kristal, juga menghitung Parameter dan parameter Rasio d. Sifat Fisis Kristal Sangat tergantung pada struktur ( susunan atom atomnya ). Besar kecilnya kristal tidaka mempengaruhi, yang penting bentuk yang di batasi oleh bidang bidang kristal, sehingga akan di kenal dua zat yaitu kristalin dan Nonkristalin e. Daya Ikat dalam Kristal Daya yang mengikat atom (atau ion atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan,belahan daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara lansung terhadap daya ikat. Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi, 4 macam,yaitu : ionik, kovalen, logam dan van der waals.

12 BAB III KRISTALOGRAFI III.1.Isometrik c + a - b b a + c - Gambar 1. Sistem Kristal Isometrik Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi Sistem isometric ini juga dikenal sebagai system kristal kubus atau kubik.jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus satu dengan lainnya.dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya. Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 Kelas: 1. Tetartoidal 2. Gyroidal 3. Diploidal 4. Hextetrahedral 5. Hexoctahedral Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal isometrik ini adalah Gold,Pyrite,Galena dan Halite 6

13 7 III.1.1.Ketentuan Sistem Kristal Isometrik Dalam sistem kristal isometrik (regular) terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut: Dalam keadaan sebenarnya : a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a = b = c disebut juga sumbu a b. α = β = γ = 90 º III.1.2.Cara Menggambar Sistem Kristal Isometrik a. Sudut a + dengan b - = 30 º (Sudut a + / b + = 30 0 ) b. Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3 (a : b : c = 1 : 3 : 3)

14 Lampiran Sistem Kristal Isometrik 8

15 9 III.1.2.Hexagonal c + a - b b a + c - Gambar 2.Sistem Kristal Hexagonal Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi Sistem kristal ini mempunyai 4 sumbu kristal,dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnnya.sumbu a,b,dan d masing-masing membentuk sudut terhadap satu sama lain.sumbu a,b,dan d memiliki panjang sama.sedangkan panjang c berbeda,dapat lebih panjang maupun lebih pendek (pada umumnya lebih panjang) Sistem Heksagonal dibagi menjadi 7 kelas: 1. Heksagonal Piramidal 2. Hexagonal Bipiramidal 3. Diheksagonal Piramidal 4. Diheksagonal Dipiramidal 5. Trigonal Bipiramidal 6. Ditrigonal Bipiramidal 7. Heksagonal Trapezohedral

16 10 Beberapa contoh mineral dengan system kristal heksagonal adalah quartz,corundum,hematite,calcite,dolomite,apatite (Mondadori,Arlondo.1997) III Ketentuan Sistem Kristal Hexagonal Dalam sistem kristal hexagonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut : Dalam keadaan sebenarnya : a. Jumlah sumbu ada 4 yaitu sumbu a = b = d c b. Sudut β 1 = β 2 = β 3 = 90 º dan γ 1 = γ 2 = γ 3 = 120 º c. Sumbu c bisa lebih panjang atau pendek dari sumbu a. d. Sumbu a, b dan d terletak dalam bidang horisontal membentuk sudut 60º III Cara Penggambaran Sistem Kristal Hexagonal: a. Sudut a + dengan b - = 17 º dan sudut b + dengan d - = 39 º b. Perbandingan panjang sumbu b: d : c = 3 : 1 :6

17 Lampiran Sistem Kristal Heksagonal 11

18 12 III.1.3.Orthorombik c + a - b - a + 30 b + c - Gambar 5.Sistem Kristal Orthorombik Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi Sistem ini juga disebut Sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.ketiga sumbu tersebut memiliki panjang yang berbeda. Sistem Orthorombik dibagi menjadi 3 kelas : 1. Bisfenoid 2. Piramid 3. Bipiramid Beberapa contoh mineral dengan system kristal orthorombik adalah stibnite,chrysoberyl,aragonite,dan witherite (Pellant,Chris.1992)

19 13 III Ketentuan Sistem Kristal Orthorombik Dalam sistem kristal Orthorombik terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut: Dalam keadaan sebenarnya : a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c b. Sudut α = β = γ = 90 º c. Sumbu c terpanjang dan sumbu a terpendek. d. Sumbu a = brachy Sumbu b = macro Sumbu c = basal III Cara Penggambaran Sistem Kristal Orthorombik : a. Sudut a + dengan b - = 30 º b. Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 : 6

20 Lampiran Sistem Kristal Orthorombik 14

21 15 III.1.4.Tetragonal c + a - b b a + c - Gambar 7. Sistem Kristal Tetragonal Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi III Ketentuan Sistem Kristal Tetragonal Sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus.sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama.sedangkan sumbu c berlainan,dapat lebih panjang atau lebih pendek. Sitem Tetragonal dibagi menjadi 7 kelas yaitu : 1. Piramidal 2. Bipiramidal 3. Bisfenoidal 4. Trapezohedral 5. Ditetragonal Piramidal 6. Skalenohedral 7. Ditetragonal Bipiramidal

22 16 Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal tetragonal ini adalah rutile,autunite,pyrolusite,leucite,scapolite (Pellant,Chris.1992) Dalam sistem kristal Tetragonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut : Dalam keadaan sebenarnya : a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a = b c b. Sudut α = β = γ = 90 º c. Sumbu c bila lebih panjang dari sumbu a atau b maka disebut Columnar ( panjang )bila lebih pendek disebut Stout ( gemuk ). III Cara Penggambaran Sistem Kristal Tetragonal: a. Sudut a + dengan b - = 30 º b. Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 :6

23 Lampiran Sistem Kristal Tetragonal 17

24 18 III.1.Monoklin c + a - b - 45 b + a + c - Gambar 9. Sistem Kristal Monoklin Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi III Ketentuan Sistem Kristal Monoklin Monoklin artinya hanya memiliki satu sumbu yang miring dari ketiga sumbu yang dimilikinya.sumbu terletak tegak lurus dengan sumbu b,sumbu b tegak lurus terhadap sumbu c,tetapi sumbu c tidak tegak lurus dengan sumbu a.ketiga sumbu tersebut tidak memiliki panjang yang sama,umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Sistem Monoklin dibagi menjad 3 kelas yaitu : 1. Sfenoidal 2. Doma 3. Prisma

25 19 Beberapa contoh mineral dengan system kristal monoklin adalah azurite,malachite,colemanite,gypsum dan epidote (Pellant,Chris.1992) Dalam sistem kristal Monoklin terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut: Dalam keadaan sebenarnya : a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c b. Sudut α = γ = 90 º, β 90 º c. Sumbu c terpanjang dan sumbu a terpendek. d. Sumbu a = clino,sumbu b = ortho,sumbu c = basal III Cara Penggambaran Sistem Kristal Monoklin a. Sudut a + dengan b - = 45 º b. Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 : 6

26 Lampiran Sistem Kristal Monoklin 20

27 21 III.1.6.Triklin c + a - b a + b + c - Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus.demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama panjang. Sistem kristal Triklin dibagi menjadi 2 kelas yaitu : 1. Pedial 2. Pinakoidal Gambar 11. Sistem Kristal Triklin Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi Beberapa contoh mineral dengansistem kristal triklin adalah albite,anorthite,labradorite,kaolinite,microcline,dan anorthoclase.

28 22 III Ketentuan Sistem Kristal Triklin Dalam sistem kristal Triklin terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut : Dalam keadaan sebenarnya : a. Jumlah sumbu ada 3 yaitu sumbu a b c b. Sudut α β γ 90 º c. Semua sumbu saling berpotongan dan membetuk sudut miring tidak sama besar. d. Sumbu a = brachy Sumbu b = macro Sumbu c = basal III Cara Penggambaran Sistem Kristal Triklin : a. Sudut a + dengan c - = 45 º dan b + dengan c - = 80 º b. Perbandingan panjang sumbu a: b : c = 1 : 4 : 6

29 Lampiran Sistem Kristal Triklin 23

30 24 III.1.7.Trigonal c + d + a - b - a b + d - c - Gambar 13.Sistem Trigonal Sumber:Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi Sistem ini bidang dasar berbentuk segienam,kemudian membentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudutyang melewati satu titik sudutnya. Sistem kristal Trigonal dibagi menjadi 5 kelas yaitu : 1. Trigonal Piramidal 2. Trigonal Trapezohedral 3. Ditrigonal Skalenohedral 4. Ditrigonal Piramidal 5. Rhombohedral Beberapa contoh mineral dengan system kristal trigonal adalah tourmaline,dan cinnabar (Mondadori,Arlondo.1997)

31 25 III Ketentuan Sistem Kristal Trigonal Dalam sistem kristal Trigonal terdapat beberapa ketentuan seperti sebagai berikut Dalam keadaan sebenarnya : a. Jumlah sumbu ada 4 yaitu sumbu a = b = d c b. Sudut β 1 = β 2 = β 3 = 90 º dan γ 1 = γ 2 = γ 3 = 120 º c. Sumbu a, b dan d terletak dalam bidang horisontal membentuk sudut 60º d. Sumbu c bernilai 3 III Cara Penggambaran Sistem Kristal Trigonal: a. Sudut a + dengan b - = 17 º dan sudut b + dengan d - = 39 º b. Perbandingan panjang sumbu b: d : c = 3 : 1 : 6

32 Lampiran Sistem Kristal Trigonal 26

33 BAB IV MINERALOGI VI.I.Dasar Teori Mineralogi Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai ìkristalî. Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan caracara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi. Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari Bumi ini disebut litosfer, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu, dan sphere yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu Karbon. Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua unsur Natrium dan Chlorit dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu.studi yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut Mineralogi, didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang Kristal, yang merupakan unsur 27

34 28 utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan pengenalan mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari dasar-dasar geologi atau Geologi Fisik, dimana batuan, yang terdiri dari mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah dijelaskan bahwa salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan yang membentuk litosfer ini, adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang membentuk batuan tersebut. IV.2.Klasifikasi Mineral A.Sifat Fisik Mineral Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama. Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral secara cepat, yaitu: 1. Bentuk kristal (crystall form): Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan kristalnya didalam. Untuk dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan padat yang terdiri dari mineral dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi, kita contohkan suatu cairan panas yang terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorite. Selama suhunya tetap dalam keadaan tinggi, maka ion-ion tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat satu dengan lainnya. Namun begitu suhu cairan tersebut turun, maka kebebasan bergeraknya akan berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai terikat dan berkelompok untuk membentuk persenyawaan Natrium Chlorida.

35 29 Dengan semakin menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin, kelompok tersebut semakin tumbuh membesar dan membentuk mineral Halite yang padat. Mineral kuarsa, dapat kita jumpai hampir disemua batuan, namun umumnya pertumbuhannya terbatas. Meskipun demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut masih tetap dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur kristalnya yang khas, yaitu bentuknya yang berupa prisma bersisi enam. Tidak perduli apakah ukurannya sangat kecil atau besar karena pertumbuhannya yang sempurna, bagian dari prisma segi enam dan besarnya sudut antara bidang-bidangnya akan tetap dapat dikenali. Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau oktahedron dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom karbonnya yang berbeda. 2. Berat jenis (specific gravity): Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya ìmineral-mineral pembentuk batuanî, mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis ratarata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis Bidang belah (fracture): Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang ìlemahî yang dimiliki oleh suatu mineral. 4. Warna (color): Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral,

36 30 mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium. 5. Kekarasan (hardness): Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs. 6. Goresan pada bidang (streak): Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan pyrite, yang sangat jelas dan khas. 7. Kilap (luster): Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non-Logam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap tanah. B.Sifat Kimiawi Mineral Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Nonsilikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halit, Karbonat, Hidroksida, dan Phospate. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan Mineral pembentuk batuan, atau Rock-forming minerals, yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3) Sulfida dan (4) Karbonat dan Sulfat.

37 31 1. Mineral Silikat Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium. Berikut adalah Mineral Silikat: 1. Kuarsa: ( SiO 2 ) 2. Felspar Alkali: ( KAlSi 3 O 8 ) 3. Felspar Plagiklas: (Ca,Na)AlSi 3 O 8 ) 4. Mika Muskovit: (K 2 Al 4 (Si 6 Al 2 O 20 )(OH,F) 2 5. Mika Biotit: K 2 (Mg,Fe) 6 Si 3 O 10 (OH) 2 6. Amfibol: (Na,Ca) 2 (Mg,Fe,Al) 3 (Si,Al) 8 O 22 (OH) 7. Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si 2 O 6 8. Olivin: (Mg,Fe) 2 SiO 4 Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah mineral ferromagnesium. 2. Mineral ferromagnesium: Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar. Olivine: dikenal karena warnanya yang olive. Berat jenis berkisar antara , tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.

38 32 Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende. Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56 dan 124 yang sangat membantu dalam cara mengenalnya. Biotite: adalah mineral ìmikaî bentuknya pipih yang dengan mudah dapat dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD Mineral non-ferromagnesium. Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda, coklat,hijau atau merah. BD. berkisar antara Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak. Namanya juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. Feld dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah plagioklas dan orthoklas. Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, albit dan anorthit. Orthoklas adalah yang mengandung Kalium, albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung Kalsium. Orthoklas: mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD Kuarsa: Kadang disebut silika. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti asap atau smooky, disebut juga smooky quartz. Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut amethyst, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna

39 33 yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih. 4. Mineral oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah es (H 2 O), korondum (Al 2 O 3 ), hematit (Fe 2 O 3 ) dan kassiterit (SnO 2 ). 5. Mineral Sulfida. Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti pirit (FeS 3 ), chalcocite (Cu 2 S), galena (PbS), dan sphalerite (ZnS). 6. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan persenyawaan dengan ion (CO 3 ) 2, dan disebut karbonat, umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO 3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen. mineral-mineral yang umum dijumpai pada batuan beku, yaitu plagioclase feldspar, K-feldspar, quartz, muscovite mica, biotite mica, amphibole, olivine, dan calcite. Mineral mineral tersebut mudah dikenali, baik secara megaskopis maupun mikroskopis berdasarkan dari sifat sifat fisik mineral masing-masing.

40 34 1.Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk-bentuk sistem kristal ditentukan oleh panjang sumbu, jumlah sumbu, dan kedudukan sumbu (besar derajat sumbu). Berdasarkan panjang sumbu, jumlah sumbu, dan kedudukan sumbu terdapat 7 sistem kristal yaitu : Isometrik, Tetragonal, Trigonal, Heksagonal, orthorombik (rombis), Monoklin, dan Triklin. Berdasarkan panjang sumbu, jumlah sumbu, dan kedudukan sumbunya maka dapat disimpulkan : 1. Pada pendeskripsian sistem trigonal, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar seperti yang dijelaskan, sehingga dapat digolongkan dalam kelas hexagonal scalenohedral 2. Pada pendeskripsian sistem tetragonal, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar seperti penjelasan sebelumnya, maka dapat digolongkan sebagai kelas ditetragonal-dipiramidal. 3. Pada pendeskripsian sistem monoklin, pada gambar tidak terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri tetapi terdapat simetri putar maka, digolongkan sebagai kelas spenoidal 4. Pada pendeskripsian sistem triklin, pada gambar tidak terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan sebagai kristal kelas pedial dan gambar kedua termasuk kedalam kelas pinachoidal karena mempunyai pusat simetri. 5. Pada pendeskripsian sistem orthorombik, pada gambar terdapat sumbu simetri, pusat sumbu simetri dan bidang simetri serta simetri putar maka, digolongkan sebagai kelas dipiramidal

41 35 2.Saran 1. Hendaknya para asisten menyediakan alat peraga terutama pada materi kristalografi karena sumbu-sumbu pada kristal sukar untuk di bayangkan bagi praktikan,sehingga praktikan membutuhkan alat peraga. 2. Rutin diadakan Pretest karena akhir-akhir praktikum jarang sekali diadakan pretest,sehingga praktikan kurang begitu paham mengenai materi yang diberikan Mudah-mudahan saran ini dapat diterima oleh para asisten demi kualitas mengajar yang akan datang

42 DAFTAR PUSTAKA Noor Djauhari.2009.Ebook Pengantar Geologi Batuan dan Mineral. Universitas Pakuan.Bogor Miftahussalam dkk.1999.buku Pedoman Praktikum Geologi Fisik. IST Akprind.Yogyakarta Staf Asisten Mineralogi Buku Petunjuk Praktikum Mineralogi. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi UGM : Yogyakarta Setiawan Y.2009.Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi.Institut Sains dan Teknologi Akprind.Yogyakarta

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain : MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom

Lebih terperinci

KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I

KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI I A. Definisi Kristal Kristal merupakan zat padat yang memiliki atom atau senyawa yang mempunyai susunan secara teratur dan berulang hingga membentuk bidang bidang kristal. Kristal

Lebih terperinci

Mineralogi. By : Asri Oktaviani

Mineralogi. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan Olimpiade Sains Mineralogi By : Asri Oktaviani Batuan Beku-Sedimen-Metamorf Mineral sebagai komponen batuan Contoh pada Batuan Beku: Granit Foto: Thompson & Turk,

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM OKSIDA MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) SARI BACAAN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM OKSIDA MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) SARI BACAAN ANALISIS KANDUNGAN LOGAM OKSIDA MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) Jamaluddin 1,Muh.Altin Massinai 1, Dahlang Tahir 2 1 Program StudiGeofisika 2 Program Studi Fisika Fakultas MatematikadanIlmuPengetahuan

Lebih terperinci

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur); 01 : STRUKTUR MIKRO Data mengenai berbagai sifat logam yang mesti dipertimbangkan selama proses akan ditampilkan dalam berbagai sifat mekanik, fisik, dan kimiawi bahan pada kondisi tertentu. Untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

To be classified as a "true" mineral, a substance must be a solid and have a crystalline structure. (Mineral - Wikipedia, the free encyclopedia.htm).

To be classified as a true mineral, a substance must be a solid and have a crystalline structure. (Mineral - Wikipedia, the free encyclopedia.htm). To be classified as a "true" mineral, a substance must be a solid and have a crystalline structure. (Mineral - Wikipedia, the free encyclopedia.htm). A mineral is an element or chemical compound that is

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Kimia Unsur (Bagian I) A. KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM a. Struktur Lapisan Bumi. b. Komposisi Lapisan Bumi

KIMIA. Sesi. Kimia Unsur (Bagian I) A. KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM a. Struktur Lapisan Bumi. b. Komposisi Lapisan Bumi KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 09 Sesi NGAN Kimia Unsur (Bagian I) A. KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM a. Struktur Lapisan Bumi Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan senyawa-senyawa

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA Keteraturan sifat keperiodikan unsur dalam satu periode dapat diamati pada unsur-unsur periode

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 05 SUMBERDAYA AIR SUMBERDAYA ALAM Sumberdaya alam adalah semua sumberdaya, baik yang bersifat terbarukan (renewable resources) ) maupun sumberdaya tak terbarukan (non-renewable

Lebih terperinci

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS)

DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) DESKRIPSI MINERAL PENGOTOR (GANGUE MINERALS) QUARTZ Rumus kimia : SiO 2 : bening atau putih : kaca (viteorus luster) : tidak ada 7 2,65 heksagonal mineral kuarsa dialam ditemukan didalam batuan beku dan

Lebih terperinci

Mineral Seri Reaksi Bowen

Mineral Seri Reaksi Bowen Mineral Seri Reaksi Bowen No Deret Diskontinu Deskripsi Megaskopis 1 Olivin Warna : Hijau Tua, Kehitaman Belahan : Konkoida Pecahan : Gelas Kiilap : Putih Berat Jenis : 3,27-3,37 Kekerasan : 6,5-7 2 Piroksen

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

Kristalografi dan Mineralogi

Kristalografi dan Mineralogi Kristalografi dan Mineralogi 2-Kristalografi Ver. 1.1/20131029 Dr. I Wayan Warmada Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ Twitter: @warmada Tentang Material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-Sifat Optik Mineral Sifat-sifat optik pada suatu mineral terbagi menjadi dua, yakni sifat optik yang dapat diamati pada saat nikol sejajar dan sifat yang dapat diamati

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). Dan segala sesuatu kami ciptakan

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Zuhrotul Ainy (2411 100 019) 2. Evita Wahyundari (2411 100 031) 3. Dhira Gunawan (2411 100

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN

IKATAN KIMIA DALAM BAHAN IKATAN KIMIA DALAM BAHAN Sifat Atom dan Ikatan Kimia Suatu partikel baik berupa ion bermuatan, inti atom dan elektron, dimana diantara mereka, akan membentuk ikatan kimia yang akan menurunkan energi potensial

Lebih terperinci

1. Kristal dan Mineral

1. Kristal dan Mineral 1. Kristal dan Mineral 1.1 Definisi Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur kristal karakteristik

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Direktur Pembinaan SMK. iii

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Direktur Pembinaan SMK. iii i PENULIS ii Kata Pengantar Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta

Lebih terperinci

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi BAB I MATERI 1.1 Pengertian Materi Dalam Ilmu Kimia kita mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan yang dialami materi, baik dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan.

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS

KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP. Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN CAIR-UAP & PADAT-UAP Prof. Heru Setyawan Jurusan Teknik Kimia FTI ITS 2 Kesetimbangan Fasa Satu Komponen Perubahan fasa yang terjadi ketika cairan yang dipanaskan dalam wadah

Lebih terperinci

d) Sistem Trigonal e) Sistem Orthorombic f) Sistem Triclinic g) Sistem Monoclin

d) Sistem Trigonal e) Sistem Orthorombic f) Sistem Triclinic g) Sistem Monoclin d) Sistem Trigonal e) Sistem Orthorombic f) Sistem Triclinic g) Sistem Monoclin 1.2 Pengertian Kristal Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu crustallos yang berarti es atau sesuatu yang menyerupai es.

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar

Tembaga 12/3/2013. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA ZAT PADAT Prinsip dasar Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur

Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur Soal dan jawaban tentang Kimia Unsur 1. Identifikasi suatu unsur dapat dilakukan melalui pengamatan fisis maupun kimia. Berikut yang bukan merupakan pengamatan kimia adalah. A. perubahan warna B. perubahan

Lebih terperinci

BAB III DASAR-DASAR MINERALOGI

BAB III DASAR-DASAR MINERALOGI BAB III DASAR-DASAR MINERALOGI 3.1. Kimia Mineral Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati SUSUNAN ATOM DALAM BENDA PADAT 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi 3. M. Cakra Megasakti 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D 6. Joko Prianto 7. Venti Nuryati Anggota Kelompok 1 Joko Prianto Irfa Hambali Rezki

Lebih terperinci

Partikel Materi. Bab. Peta Konsep. Gambar 8.1 Molekul senyawa. Atom. bermuatan listrik. jenisnya Ion. bergabung menjadi. Molekul

Partikel Materi. Bab. Peta Konsep. Gambar 8.1 Molekul senyawa. Atom. bermuatan listrik. jenisnya Ion. bergabung menjadi. Molekul Bab 8 Partikel Materi Sumber: Encarta 2005 Gambar 8.1 Molekul senyawa Perhatikan gambar molekul senyawa (lihat Gambar 8.1). Molekul senyawa tersebut disusun oleh atom-atom dari unsur yang berbeda. Molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The petroleum geologist. Geologi fisika Geologi sejarah Geologi struktur Paleontologi Stratigrafi

BAB I PENDAHULUAN. The petroleum geologist. Geologi fisika Geologi sejarah Geologi struktur Paleontologi Stratigrafi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan terutama tentang kulit bumi baik mengenai komposisi struktur dan sejarahnya. Geologi atau perolehan geologi

Lebih terperinci

DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS

DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS DESKRIPSI MINERAL BERDASARKAN SKALA MOHS Oktober 21, 2011 flutecast09 Geologi Fisik, Pengenalan Mineral Tinggalkan Komentar TALK Kategori: Mineral Silikat Rumus Kimia: Mg 3Si 4O 10(OH) 2 Komposisi: Hydrated

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI Materi ( zat ) adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Batu, kayu, daun, padi, nasi, air, udara merupakan beberapa contoh materi. Sifat Ekstensif

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL Kekristalan Zat Padat Zat padat dapat dibedakan menjadi: Kristal yaitu bila atom atau molekul penyusun tersusun dalam bentuk pengulangan kontinu untuk rentang

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Kelas : 7 Waktu : 09.30-11.00 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1. Isikan

Lebih terperinci

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan.

KULIAH III KEMASAN GELAS. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. KULIAH III KEMASAN GELAS Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu menjelaskan aplikasi kemasan gelas pada bahan pangan. SEJARAH PERKEMBANGAN Asal : pelaut Venezia membuat tungku

Lebih terperinci

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI edy wiyono 2004 PENDAHULUAN Pada umumnya atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia, maka atom atom

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM 1.1 STRUKTUR ATOM Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron, dan di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB 7 KERAMIK Part 2 BAB 7 KERAMIK Part 2 PENGERTIAN KERAMIK Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam KLASIFIKASI ZAT Pola konsep 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam Di antara berbagai zat yang ada di alam semesta ini, asam,basa, dan garam merupakan zat yang paling penting yang diamati oleh para

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA BAB 3. Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.

IKATAN KIMIA BAB 3. Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam. BAB 3 IKATAN KIMIA Gambar 3.1 Kisi Kristal Senyawa NaCl. Sumber: amparan Dunia Ilmu Time life Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam. Ikatan Kimia

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA BAB II ZAT DAN WUJUDNYA Zat adalah : Sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Wujud zat ada 3 macam : padat, cair, dan gas 1. MASSA JENIS ZAT ( ) Yaitu perbandingan antara massa dan volume zat

Lebih terperinci

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah mineralogi Dosen pengampu : Dra. Sri Wardhani Disusun oleh Vanisa Syahra 115090700111001

Lebih terperinci

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( )

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( ) Sn & Pb Kelompok I Anggota: Dian Agustin (1113023010) Diantini (1113023012) Ika Nurul Sannah (1113023030) M Weddy Saputra (1113023036) Sumber dan Kelimpahan Sumber dan Kelimpahan Sn Kelimpahan timah di

Lebih terperinci

MINERAL DAN BATUAN. Bab Mineral Definisi dan klasifikasi Mineral

MINERAL DAN BATUAN. Bab Mineral Definisi dan klasifikasi Mineral Bab 3 MINERAL DAN BATUAN 3.1 Mineral 3.1.1 Definisi dan klasifikasi Mineral Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal

BAB 3 IKATAN KRISTAL. 3.1 Macam-Macam Ikatan Kristal BAB 3 IKATAN KRISTAL Zat padat berdasarkan susunan atomnya dapat diklasifikasikan atas kristal dan amorf. Sebuah kristal mempunyai susunan atom yang teratur sehingga dapat berbentuk kubus, tetragonal atau

Lebih terperinci

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam BAB III BAHAN KERAMIK Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan bahan bukan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam (metallic) dan non logam (non metallic) dengan

Lebih terperinci

Kimia unsur. Klasifikasi Materi. Tabel Periodik. Kuantitas materi : Atom dan konsep mol. Atom dan konsep mol

Kimia unsur. Klasifikasi Materi. Tabel Periodik. Kuantitas materi : Atom dan konsep mol. Atom dan konsep mol Klasifikasi Materi Kimia unsur Iqmal Tahir Jurusan Kimia FMIPA UGM Kuantitas materi : Atom dan konsep mol Mol - Jumlah materi yang terkandung sebagai kuantitas dasar dalam bentuk atom, molekul atau partikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Propinsi Kalimantan Barat. I.2. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup DASAR-DASAR KEHIDUPAN Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup 1.Reproduksi/Keturunan 2.Pertumbuhan dan perkembangan 3.Pemanfaatan energi 4.Respon terhadap lingkungan 5.Beradaptasi dengan lingkungan 6.Mampu

Lebih terperinci

MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA

MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA MATERI KURSUS GEOLOGY FOR NON-GEOLOGIST MINERALOGI, PETROLOGI DAN TERAPANNYA OLEH : DR. HILL. GENDOET HARTONO, ST., MT. DR.RER.NAT. ARIFUDIN IDRUS IKATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent mustofa PERUBAHAN MATERI A. PENGERTIAN MATERI Gambar apakah itu? Pengeboran minyak bumi selalu diikuti dengan pembakaran sisa pengeboran minyak bumi. Perubahan materi apakah yang terjadi pada pengeboran

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

KIMIA ANORGANIK TIO DAN POLISULFIDA, SULFIDA DAN HALIDA S. Oleh: 1. Yosephine Liliana I.D.S / Trifena Victoria /

KIMIA ANORGANIK TIO DAN POLISULFIDA, SULFIDA DAN HALIDA S. Oleh: 1. Yosephine Liliana I.D.S / Trifena Victoria / KIMIA ANORGANIK TIO DAN POLISULFIDA, SULFIDA DAN HALIDA S Oleh: 1. Yosephine Liliana I.D.S / 652012024 2. Trifena Victoria / 6520120 3. Desi Tri Astuti / 652012022 Program Studi Kimia FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

Handout Materi Ikatan Kimia

Handout Materi Ikatan Kimia Handout Materi Ikatan Kimia HANDOUT MATERI IKATAN KIMIA Handouts merupakan selebaran yang di bagikan (to hand out) oleh dosen/guru kepada mahasiswa/siswa berisi tentang bagian materi pelajaran, kutipan,

Lebih terperinci

Struktur Penyusun Bumi

Struktur Penyusun Bumi Struktur Penyusun Bumi Lithosphere -> Lapisan terluar kulit bumi SiAl yaitu lapisankulit bumi yang tersusun dari logam Silisium dan Alumunium (dalam bentuk senyawa SiO2 dan Al2O3) SiMa yaitu lapisan kulit

Lebih terperinci

Kamu dapat menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul, serta mengomunikasikannya. Senyawa Homogen. Partikel senyawa. Senyawa molekul Senyawa ion

Kamu dapat menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul, serta mengomunikasikannya. Senyawa Homogen. Partikel senyawa. Senyawa molekul Senyawa ion Bab X PARTIKEL MATERI Tujuan Pembelajaran Kamu dapat menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul, serta mengomunikasikannya. Peta Konsep Materi terdiri atas Zat tunggal terdiri atas Campuran terdiri atas

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Citra LANDSAT Semarang

Citra LANDSAT Semarang Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan

Lebih terperinci

Tutorial Aplikasi Kimia Hyperchem

Tutorial Aplikasi Kimia Hyperchem Video Praktikum Berikut merupakan Video praktikum untuk menentukan suatu larutan polar atau non polar. Jika suatu larutan polar maka akan berpengaruh terhadap magnet dan jika larutan itu non polar maka

Lebih terperinci

Sistem Kristal Hexagonal

Sistem Kristal Hexagonal Sistem Kristal Hexagonal A. Pengertian Sistem Kristal Hexagonal Sistem heksagonal adalah uniaksial, yang berarti itu didasarkan pada satu sumbu utama, dalam hal ini sumbu rotasi enam kali lipat, yang unik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar

ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6. Pengantar ILMU BAHAN LISTRIK_edysabara. 1 of 6 Pengantar Bahan listrik dalam sistem tanaga listrik merupakan salah satu elemen penting yang akan menentukan kualitas penyaluran energi listrik itu sendiri. Bahan listrik

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

e) Sebatian karbonat - Kebanyakan adalah tidak stabil - Terurai kepada oksida & karbon dioksida apabila dipanaskan - Contohnya:

e) Sebatian karbonat - Kebanyakan adalah tidak stabil - Terurai kepada oksida & karbon dioksida apabila dipanaskan - Contohnya: Mineral di Kerak Bumi 1. Mineral adalah unsur@sebatian yang wujud secara semula jadi di dalam kerak bumi. 2. Kebanyakan mineral adalah sebatian semula jadi yang terbentuk daripada tindak balas kimia di

Lebih terperinci

TEORI ATOM. Ramadoni Syahputra

TEORI ATOM. Ramadoni Syahputra TEORI ATOM Ramadoni Syahputra STRUKTUR ATOM Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh filsafat Yunani yaitu Leoclipus dan Democritus, pada abad ke-5 sebelum Masehi. Atom berasal dari kata Yunani:

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB III TABEL PERIODIK

BAB III TABEL PERIODIK BAB III TABEL PERIODIK 1. Pengelompokan Unsur-Unsur dan Perkembangannya Pengetahuan berbagai sifat fisis dan kimia yang dimiliki oleh unsur dan senyawanya telah banyak dikumpulkan oleh para ahli sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.1

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.1 1. perhatikan data di bawah ini! 1. NaCl 2. Na 3. KOH 4. Fe 5. NH 3 Unsur ditunjukan oleh nomor... SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.1 1 dan 2 2 dan 3 3 dan 5 4 dan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 6 BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA A. Rumus Kimia Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Rumus kimia terdiri dari

Lebih terperinci

22 Desember 2006 Telp. (022) , Faks. (022) s/d 21 Desember 2010 Lingkup Akreditasi

22 Desember 2006 Telp. (022) , Faks. (022) s/d 21 Desember 2010 Lingkup Akreditasi LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-051-IDN Kimia Batuan dan mineral / Preparasi contoh SNI 13-3496-1994 bahan galian Clay mineral SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, MgO, K 2 O, SNI 13-3608-1994

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. I. Landasan Teori

Bab 1 Pendahuluan. I. Landasan Teori I. Landasan Teori Bab 1 Pendahuluan Logam alkali dan alkali tanah memberikan warna nyala yang khas, warna nyala dari logam alkali tanah dapat digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi adanya unsur

Lebih terperinci

MAKALAH IKATAN KRISTAL

MAKALAH IKATAN KRISTAL Pendahuluan Fisika Zat Padat MAKALAH IKATAN KRISTAL KELOMPOK I Nama Mahasiswa 1. NURHIDAYAH 2. ELYNA WAHYUNITA 3. AMIN RAIS 4. ANDI SRI WAHYUNI 5. ARMITA CAHYANI Kelas : FISIKA A JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

Magma dalam kerak bumi

Magma dalam kerak bumi MAGMA Pengertian Magma : adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobil, suhu antara 900-1200 derajat Celcius atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah.

Lebih terperinci