BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. Peran Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia (lembaga) menjalankan suatu peran keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung yang lain dan sebaliknya. Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Pentingnya peran adalah bahwa hal itu mengatur perikelakuan seseorang atau lembaga dan juga menyebabkan seseorang atau lembaga pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain, sehingga orang atau lembaga yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perikelakukan sendiri dengan perikelakuan orang-orang kelompoknya. Peran tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, tepatnya adalah bahwa seseorang (lembaga) menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran. Soekanto (2005) menerangkan bahwa terdapat tiga hal yang mencakup suatu peran, yaitu: a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini meliputi rangkaian 13

2 peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. b. Peran adalah konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat dalam organisasi. c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Pembahasan peran-peran tertentu yang melekat pada lembaga dalam lembaga masyarakat menjadi penting karena peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya. Peran tersebut seyogyanya diletakkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus terlebih dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk melaksanakannya. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan perannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, oleh karena mungkin pelaksanannya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan pribadinya. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakannya perannya, belum tentu masyarakat dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut. Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SCC yang merupakan suatu Komunitas Honda CB yang melestarikan dan mempertahankan identitas bertransportasi dengan sarana Motor tua atau klasik yaitu Honda CB di Kota Surakarta. Maka dalam penelitian ini peran diartikan sebagai perilaku yang diharapkan dari seseorang (lembaga) yang mempunyai status tertentu di dalam suatu masyarakat untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan cara mengadakan Interaksi dengan orang lain (baik dengan individu atau kelompok) yang dalam Interaksi ini akan terjadi adanya tindakan sebagai suatu rangsangan dan tanggapan sebagai suatu respon. 14

3 2. Komunitas Ada banyak definisi untuk dapat menjelaskan tentang arti Komunitas dalam konteks sosiologis. Hillery (1955) menjelaskan bahwa Komunitas dijelaskan dengan empat pendekatan yaitu terbentuk dari sekelompok orang, saling berinteraksi secara sosial di antara anggota kelompok itu, berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang lain, dan adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain. Puspito (1989) menerangkan bahwa Komunitas adalah suatu kelompok teritorial yang membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan sarana-sarana yang sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Kesatuan hidup yang teratur dan tetap Komunitas bukanlah suatu kumpulan sementara atau kerumunan, maka harus dikatakan bahwa Komunitas termasuk jenis kelompok sosial yang memiliki warna tersendiri dalam hal kebersamaannya. Dari sudut pandangan ini pengertian Komunitas tidak sama dengan pengertian masyarakat karena lingkup masyarakat lebih luas daripada lingkup Komunitas. Dengan kata lain Komunitas adalah bagian dari masyarakat atau satu segmen dari masyarakat. b. Bersifat teritorial Unsur utama dan khas yang menandai suatu kelompok sosial sebagai Komunitas adalah unsur tanah daerah yang sama tempat kelompok itu berada. Dengan kata lain, anggota-anggota dari Komunitas benar-benar terpaku dan terpadu pada tanah. Mungkin terjadi anggota Komunitas 15

4 mempunyai darah, tradisi dan nasib yang sama, tetapi itu semua bukan merupakan sudut pandangan yang khas dari Komunitas. Begitu pula sosiologi menyatakan unsur teritorial sebagai unsur terpenting dari Komunitas. c. Tidak mengandung pengertian regionalisme Kata regio berarti wilayah yang cukup luas, dapat meliputi satu propinsi atau lebih. Gagasan regionalisme hendak menonjolkan nilai-nilai kebesaran dan keunggulan suatu wilayah atau propinsi atas wilayah atau propinsi lain. Dalam bahasa politik wilayah disebut daerah istimewa dan memiliki tersendiri sedangkan Komunitas sosial tidak demikian. Lebih lanjut Komunitas juga diartikan sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam Komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti kesamaan, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak (id.wikipedia.org/wiki/komunitas). Dari beberapa definisi di atas, Komunitas juga dapat diartikan sebagai suatu kelompok yang anggotanya memiliki ciri-ciri serupa, yang biasanya dihimpun oleh rasa memiliki atau bisa pula ikatan dan interaksi sosial tertentu yang menjadikan kelompok itu sebagai suatu identitas sosial tersendiri. Dengan kata lain, bahwa melalui pengalaman berkelompok atau bermasyarakat dapat mengeluarkan pendapat dengan cara berinteraksi di dalam Komunitas. Dalam suatu Komunitas, hubungan sosial antar anggota merupakan hal yang sangat penting karena ini merupakan landasan dari Komunitas tersebut. Hubungan sosial didefinisikan Weber sebagai tindakan yang dilakukan oleh beberapa 16

5 orang atau aktor yang berbeda-beda, sejauh tindakan itu mengandung makna dan dihubungkan serta diarahkan pada tindakan orang lain. Supaya keberadaan suatu Komunitas diakui, maka suatu Komunitas harus dapat bertahan. Menurut Talcott Parsons agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat fungsi (AGIL) antara lain: a. Adaptation (Adaptasi) Sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhan. b. Goal attainment (Pencapaian tujuan) Sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. c. Integration (Integrasi) Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi lainnya. d. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola) Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Komunitas termasuk ke dalam kajian Sosiologi karena dalam Komunitas biasanya terdapat mekanisme-mekanisme tertentu, seperti difusi, konflik sosial, gerakan sosial dan lain-lain yang mendukung atau menghambat sebuah perubahan. Disamping itu, Komunitas juga memainkan sebuah peran dalam masyarakat sehingga menarik untuk diteliti. Komunitas yang dimaksud adalah kelompok orang yang tergabung dalam SCC yang menduduki wilayah Kota Surakarta dan bertindak secara kolektif untuk menjadi Komunitas yang kreatif. 17

6 Tentunya tindakan sosial perlu dilakukan oleh SCC agar mereka mengenal, memahami dan kemudian melakukannya. Tindakan sosial tersebut kemudian diwujudkan dalam kegiatan seperti bakti sosial memberi kampanye tentang mentaati tata tertib berlalu lintas, memberi pengarahan tentang pentingnya memakai peralatan brkendara yang sesuai standar, berkeliling Kota Surakarta mengajak masyarakat untuk mengenal Komunitas motor tua ini. Tindakan yang dilakukan oleh SCC didasari oleh beberapa faktor, antara lain: berkurangnya kesadaran masyarakat untuk mentaati peraturan berlalu lintas, mulai langka bahkan hilangnya motor tua seperti Honda CB akibat banyaknya model motor baru dipasaran dan perkembangan arus transportasi darat khususnya kendaraan bermotor semakin tidak terkendali. Berawal dari keprihatinan tersebut, kemudian memunculkan beberapa Komunitas motor tua selain SCC di Kota Surakarta, antara lain: CBS (CB Bengawan Solo), STICC (Solo Timur CB Club), dan S90C (Solo s90 Club), dll. SCC merupakan Komunitas motor tua yang mempunyai gambaran tentang ciri khas mereka sendiri dibandingkan Komunitas motor tua lainnya. Selain itu, SCC mempunyai pandangan yang berbeda dalam memaknai motor tua yang semakin memperdalam kecintaan mereka terhadap motor tua. Namun, pada umumnya SCC sebagai salah satu Komunitas motor tua juga mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin melestarikan salah satu alat transportasi yang pernah menjadi gaya hidup di Kota Surakarta dan kembali menggunakan transportasi ini sebagaimana mestinya bukan hanya sebagai motor tua yang sudah tidak bisa dipakai dan terkesan ketinggalan zaman. Maka dalam penelitian ini Komunitas diartikan sebagai kelompok orang tertentu yang menduduki wilayah geografis tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan mampu bertindak secara kolektif untuk mencapai sesuatu. Pemaknaan adalah suatu usaha menafsirkan dan memahami aksi atau tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada suatu penjelasan kausal (Marsanto, 2003). Dalam konteks komunikasi makna atau pemaknaan akan selalu muncul 18

7 dalam episode pembuatan pesan, penerimaan pesan dan proses yang berlangsung di dalamnya. Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk paling elementer dan yang paling pokok dalam komunikasi. Tetapi, pada masyarakat isyarat komunikasi yang dipakai tidaklah terbatas pada bentuk komunikasi ini. Hal ini disebabkan karena manusia mampu menjadi objek untuk dirinya sendiri (dan juga sebagai objek yang bertindak) dan melihat tindakan-tindakannya seperti orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain, manusia dapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut pandangan orang lain. Sebagai akibatnya, mereka dapat mengkonsentrasikan perilakunya dengan sengaja untuk membangkitkan tipe respon tertentu dari orang lain (Narwoko dan Suyanto, 2004). Manusia berkomunikasi menggunakan kata-kata, yakni simbol-simbol suara yang mengandung arti bersama dan bersifat standar. Dalam hal ini, tidak perlu selalu ada hubungan yang intrinsik antara bunyi tertentu dengan respons yang disimbolkannya. Namun, perlu diingat makna dari simbol tertentu tidak selalu bersifat universal, berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Nilai atau makna sebuah simbol tergantung kepada kesepakatan orang-orang atau kelompok yang mempergunakan simbol itu. Menurut White (1968), makna suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara-cara nonsensoris, yakni melalui proses penafsiran (interpretative process). Makna dari suatu simbol tertentu dalam proses interaksi sosial tidak begitu saja bisa langsung diterima dan dimengerti oleh semua orang, melainkan harus terlebih dulu ditafsirkan. Maka dari itu, suatu simbol tergantung konteks situasi dan daerah di mana simbol itu dipergunakan (Narwoko dan Suyanto, 2004). Jadi, dapat dijelaskan bahwa simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemaknaan adalah memberi makna motor 19

8 tua dari suatu simbol yang dipergunakan SCC yang menjalankan peran dalam melestarikan Honda CB di Kota Surakarta. Maka Pemaknaan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu usaha menafsirkan dan memahami aksi atau tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada suatu penjelasan kausal. Glen menerangkan bahwa aksi Komunitas melibatkan masyarakat untuk menyampaikan tuntutan mereka pada para pembuat kebijakan dan menunjukkan apa yang menjadi minat dan kepentingan mereka serta mereka mengharapkan agar para pembuat kebijakan mau menanggapi tuntutan mereka (Adi, 2008). Aksi Komunitas biasanya terkait dengan suatu isu khusus yang dirasa merisaukan oleh suatu Komunitas, dimana isu tersebut mungkin merupakan isu yang khusus bagi sekelompok orang yang berada di wilayah tertentu atau mungkin merupakan isu yang dirasakan oleh masyarakat secara umum (Glen, 1993). Kesamaan pengalaman terhadap hal yang dianggap tidak menyenangkan tersebut dapat menjadi tenaga penggerak untuk mengorganisasi kekuatan yang akan memunculkan solidaritas kolektif. Solidaritas kolektif ini merupakan tenaga penggerak yang utama untuk munculnya suatu gerakan Komunitas (community movement). Tanpa adanya solidaritas kolektif sebagai energi utama dari gerakan ini, aksi-aksi yang akan dilakukan menjadi lemah dan tidak mempunyai cukup kekuatan untuk memengaruhi para pembuat kebijakan. Ketika masyarakat (Komunitas) ingin menggoyang suatu sistem yang sudah mapan, mereka sangat membutuhkan adanya solidaritas kolektif untuk menjamin keberhasilan gerakan mereka (Adi, 2008). Sesuai dengan penelitian ini yang bertujuan mengetahui peran SCC melalui peran Komunitas dalam mempertahankan sebuah identitas Honda CB di Kota Surakara, peran yang dimaksud adalah perilaku yang disengaja dalam melakukan suatu tindakan sosial yang dilakukan oleh SCC dengan tujuan mempertahankan Honda CB sebagai salah satu motor tua di Kota Surakarta. Maka dalam penelitian ini aksi diartikan sebagai perilaku yang disengaja dalam melakukan suatu tindakan sosial baik individu maupun kelompok yang 20

9 mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Upaya pelestarian tentunya merupakan sebuah bentuk penegasan eksistensi. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, eksistensi memiliki arti adanya; keberadaan (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Jadi, eksistensi adalah sebuah filsafat yang memandang segala gejala yang berpangkal pada keberadaan dan titik sentralnya adalah manusia dalam menjalankan peran dan kedudukannya di dalam masyarakat melalui sikap, tindakan dan perilakunya untuk mempertahankan apa yang menjadi salah satu di antara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas. Artinya, dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan sesuai penelitian ini bahwa eksistensi merupakan sekelompok orang yang berpangkal pada keberadaan dalam menjalankan peran dan kedudukannya melalui tindakan sosial untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, dan dalam penelitian ini yang dimaksud para anggota SCC terhadap keberadaan tersebut adalah Honda CB. Maka dalam penelitian ini eksistensi diartikan sebagai sebuah filsafat yang memandang segala gejala berpangkal pada keberadaan dan titik sentralnya adalah manusia dalam menjalankan peran dan kedudukannya di dalam masyarakat melalui sikap, tindakan dan perilakunya untuk mempertahankan apa yang menjadi salah satu di antara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas. Tindakan pelestarian sendiri berasal dari kata sifat yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian terhadap sesuatu yang memiliki makna. Kelestarian berasal dari kata lestari, berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang artinya kekal; langgeng; tetap seperti keadaan semula (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Kelestarian adalah keadaan yang tetap seperti semula atau keadaan yang tidak berubah-ubah dengan tujuan mempertahankan, baik sifat maupun bentuknya. Kata lestari itu sendiri dapat diartikan bagian dari lingkungan di sekitar masyarakat. Misalnya menjaga kelestarian lingkungan hidup, menjaga kelestarian budaya tradisonal dan sebagainya, Namun, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kelestarian merupakan menghantarkan 21

10 suatu individu maupun kelompok untuk mempertahankan identitas motor tua ke dalam gagasan atau konsep masa lalu dan masa depan di Kota Surakarta. Maka dalam penelitian ini kelestarian diartikan sebagai keadaan yang tetap seperti semula atau keadaan yang tidak berubah-ubah dengan tujuan mempertahankan, baik sifat maupun bentuknya. 3. Identitas Adakah sesuatu tanpa nama, sehingga hanya dapat disebut sebagai sesuatu atau bukan sesuatu. Sesuatu dapat dinamakan sebagai sesuatu walaupun tidak dengan sendirinya menamakan diri sebagai sesuatu itu, karena sesuatu di luar dirinya akan menamakannya kategori sesuatu. Dalam hal ini sama halnya dalam mendefinisikan konsep identitas. Dengan identitas maka apa yang disebut sesuatu dikatakan sebagai sesuatu. Nama, jenis kelamin, bahasa, agama dan lain sebagainya merupakan kategori identitas-identitas tertentu. Penelurusan terhadap makna dan konsep identitas merupakan suatu usaha yang berkelanjutan tanpa akhir. Identitas bukan merupakan suatu entitas yang final, statis dan berturut-turut, melainkan sesuatu yang terus tumbuh. Kata identitas sendiri adalah satu kata kunci yang bisa mengacu pada konotasi apa saja seperti; sosial, politik, budaya dan sebagainya. Identitas bagi situasi-situasi tertentu bisa bermakna kekhawatiran, ketakutan, dan keakuan. Ini terjadi ketika term identitas ada dalam posisi defensif (Abdillah, 2002). Berger juga menjelaskan bahwa identitas meliputi segala hal pada seseorang yang dapat menyatakan secara sah dan dapat dipercaya tentang dirinya sendiri, status, nama, kepribadian dan masa lalunya. Oleh karena itu, apabila konteks sosialnya tidak dapat dipercaya maka seseorang tidak dapat menyatakan apapun secara sah dan dapat dipercaya tentang dirinya sendiri. Sejalan dengan pemikiran diatas, Giddens (dalam Barker, 1999) memperkenalkan konsep identitas diri yaitu sesuatu yang tercipta dari kemampuan untuk mempertahankan narasi perihal diri, dan dengan membangun perasaan yang konsisten perihal kesinambungan biografis. Acuan dari Giddens 22

11 tersebut menjelaskan bahwa identitas bukanlah sesuatu yang dimiliki atau sebuah entitas yang bisa ditunjuk, karena hal tersebut merupakan cara berpikir tentang diri yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan ruang dan waktu, dari lingkungan satu ke lingkungan yang lain. Sedangkan di satu sisi, Bozilovic menjelaskan bahwa, identitas merupakan proses identifikasi seorang individu terhadap nilai yang ada pada sebuah kelompok tertentu (seperti keluarga, Komunitas ataupun kelompok dalam satu wilayah yang sama). Identitas merupakan sebuah keadaan dan proses afiliasi yang dilakukan inividu dengan berbagai cara dan juga gaya hidup. Karakteristik dari sebuah identitas yang paling penting adalah bentuk solidaritas yang dipahami sebagai wujud perasaan aman ketika berada pada ruang komunal. Proses internalisasi identitas seseorang juga ditentukan dari bagaimana individu membentuk identitas yang bangunnya, baik secara personal maupun kelompok (Bozilovic, 2010). Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh tersebut dapat dikatakan bahwa konsep identitas dapat dikatakan sebagai hubungan individu dengan kelompok sosial secara komunal yang terbentuk karena pemahaman terhadap perasaan aman dalam ruang komunal yang diwujudkan dalam berbagai cara dan gaya hidup. Identitas bukan merupakan sesuatu yang dimiliki, melainkan proses yang dibangun individu dengan sebuah kelompok komunal melalui pola berpikir dan juga praktek sosial yang dilakukan oleh mereka. B. Penelitian Terdahulu Dilihat dari fungsi utamanya, berkendara dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu yang berkendara dengan motor tua untuk sarana transportasi (kebutuhan hidup) dan untuk hobi (kesenangan hiburan). Namun, jika kita melihat lebih dalam lagi, terdapat pula keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang lain, misalnya eksistensi diri, rasa bangga berkendara dengan motor tua, memenuhi rasa ingin mencoba sesuatu yang berbeda dari yang sudah 23

12 ada sekarang ini atau ingin masuk ke dalam Komunitas. Untuk mengurai berbagai hal tersebut, maka terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam merekam jejak penelitian sejenis agar dapat dicari perbedaannya sehingga memungkinkan penelitian ini menjadi penelitian yang masih tergolong baru dan belum ada yang melakukan. Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut yakni: Penelitian yang berada dalam E-Journal dengan judul Unity In The Motorcycle Community: Kajian mengenai Sosial Role pada Komunitas motor Flaming Knight di Los Angeles oleh Monica Anke, dan diambil dari E-journal Lab. Sosio FISIP UNS Edisi tahun 2008 ( Di dalam jurnal penelitian tersebut menyatakan bahwa peran sosial di dalam klub motor Flaming Knight dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Komunitas motor Flaming Knights, Komunitas motor ini menggangap bahwa berkendara menggunakan sepeda motor tidak hanya berkaitan dengan balapan atau ugal ugalan dijalan raya tetapi lebih dari itu seperti semua anggota Flaming Knight dapat berfungsi untuk masyarakat lain anatara lain dengan bakti sosial, menjadi sukarelawan untuk membantu para siswa yang kurang mampu di daerah yang mereka lewati sepanjang perjalanan. Hal ini di tunjukan oleh Komunitas Flaming Knight sebagai eksistensi bahwa Komunitas motor dapat melakukan hal hal yang berguna utuk masyarakat umum. Bolden, sebagai President Flaming Knight mengatakan semua hal yang dilakukan oleh kelompok dan anggotanya bertujuan untuk memenuhi visi dan misi mereka sebagai Komunitas motor terbesar di dunia. Social role dalam kelompok tersebut dapat berjalan berkat dukungan trust atau kepercayaan yang cukup kuat, mekanisme kontrol sosial, tujuan sebagai bikers yang menyukai motor sebagai hobi dan mengisi waktu luang mereka. Relevansi jurnal penelitan di atas terkait dengan penelitian ini, yaitu peran Komunitas motor dalam hal ini SCC dalam melestarikan Honda CB sebagai motor tua di Surakarta yang memungkinkan dapat pula memiliki 24

13 keberfungsian secara sosial bagi masyarakat Kota Surakarta. Hasil penelitian di atas berkaitan dengan cara saling mempertahankan sebuah kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhan kelompok dan anggota mereka dengan berlandaskan atas rasa percaya, dengan pekerjaan dan tujuan untuk mempertahankan suatu kelompok sosial serta untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Dalam penelitan tentang peran dan eksistensi anggota SCC hal ini saling berkaitan yaitu tentang tujuan anggota suatu kelompok yang sama yaitu mempertahankan obyek yang mereka perankan sebagai Komunitas yang melestarikan motor tua yakni Honda CB. Penelitian lain berjudul Kehidupan Berorganisasi sebagai Modal Sosial Komunitas Jakarta, oleh Linda Darmajanti Ibrahim pada tahun 2002, yang diambil dari Jurnal Masyarakat terbitan Lab. Sosio FISIP UI Edisi no 11 tahun Hasil penelitian ini ditemukan bahwa kehidupan berorganisasi di tingkat Komunitas ketetanggaan dapat dikembangkan dengan keberadaan aktor individual-sosial agar mampu mengakses sumberdaya lokal. Bahkan organisasi dapat menjadi wadah dan alat untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi warga agar lebih mandiri berswasembada sebagai penduduk Jakarta. Kehidupan berorganisasi antar dan di rumah tangga Komunitas menjadi suatu cerminan proses saling mengisi modal sosial dan modal manusia. Sumbangan dari penelitian tersebut adalah dari hasil penelitiannya yang menjadi referensi dan gambaran mengenai modal sosial di sebuah Komunitas, penelitan di atas dapat digunakan sebagai acuan karena di dalamnya terdapat perbedaan antara penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan, salah satunya adalah kajian antara modal sosial dan peran sosial, banyak kesamaan fokus penelitian yaitu Komunitas, peran, dan eksistensi aktor yang di sini merupakan anggota Komunitas. Lebih lanjut terdapat pula Penelitian berjudul Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendidikan Berbasis Komunitas: Studi Deskriptif Pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Mandiri, Kelurahan Bukit Duri, 25

14 Jakarta Selatan (2009) oleh Ardiego Herviantoro. Penelitian ini menjelaskan mengenai pemberdayan masyarakat melalui pendidikan berbasis Komunitas yang dilakukan PKBM Bina Mandiri di dalam program pembelajarannya. Penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis Komunitas telah dilaksanakan sesuai dengan tahapan pemberdayaan masyarakat, walaupun belum dilaksanakan secara optimal. Kondisi ini terjadi karena kurangnya keterlibatan Komunitas sasaran yang belum menyadari kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. Program pembelajaran ini telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan Komunitas sasaran dan telah dirasakan kebermanfaatannya dalam meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan dari Komunitas sasaran yang mengikuti program ini. Kaitan penelitian ini adalah terletak bahwa pemberdayaan secara yang dilakukan samasama ditujukan untuk komnunitas yang berjenis kualitatif. Sedangkan dari segi perbedaan dapat dilihat dari masyarakat sasaran dimana pada penelitian ini lebih ditujukan kepada kaum perempuan. Selanjutnya terdapat penelitian berjudul Modal Sosial dan Refleksivitas dalam Masyarakat Risiko: Suatu Kajian terhadap Anggota Klub Motor Wonogiri King Club (WKC), oleh Maya Atri Komalasari (2012). Penelitian ini bertujuan menggambarkan modal sosial dan refleksivitas anggota Klub Motor WKC, motivasi menjadi anggota dan keterkaitan antara modal sosial dan reflektivitas tersebut. Beberapa teori digunakan dalam penelitian ini, teori modal sosial dari Robert Putnam, teori masyarakat risiko dari Ulrich Beck dan teori motivasi ERG dari Clayton Adelfer serta teori tindakan sosial Tallcott Parsons. Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan pada Komunitas SCC adalah bahwa kedua penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial yang sama sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain dalam hal implikasi teoritisnya. 26

15 Penelitian berjudul Pemanfaatan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas di Kelompok Perempuan Rukun Makmur Boyolali (2015) oleh Santoso. Penelitian ini bertujuan menggambarkan praktik pemanfaatan kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat berbasis Komunitas di Kelompok Perempuan Rukun Makmur Boyolali beserta faktor pendukung dan faktor penghambatnya melalui teori struktural fungsional yang dikemukakan oleh Talcott Parsons dengan skema AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency). Relevansi penelitian ini dipilih sebagai bahan acuan adalah karena dari penelitian ini didapati bahwa dengan teori fungsional struktural dapat dipergunakan dalam menggambarkan tindakan dari aktor dalam upayanya, dan penelitian di Komunitas SCC ini juga menggunakan teori yang sama sehingga dapat dianalisa implikasinya apakah teori struktural fungsional relevan dalam menjawab fokus penelitian terkait atau tidak. Berdasar hasil temuan di atas, penelitian mengenai tindakan sosial dalam kerangka Talcott Parsons ditandai dengan analisa terkait tindakan individu berupa Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan atas dasar kesepakatan dari para individu yang berada di dalamnya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu menanggulangi perbedaanperbedaan, hal ini menjadikan masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Asumsi semacam inilah yang kemudian dipergunakan dalam menggambarkan upaya pelestarian yang dilakukan oleh Komunitas SCC melalui berbagai aksi Komunitasnya. Lebih lanjut, penelitian terkait Komunitas SCC di Surakarta ini berdasar literasi yang ada belum pernah dilakukan, sehingga penelitian dengan tema dan objek lokasi ini tergolong baru pertama kali dilakukan. 27

16 C. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan paradigma kelompok sosial. Emile Durkheim tokoh sosiologi yang berasal dari Perancis sebagai peletak dasar sosiologi modern membagi kelompok sosial atas dua jenis berdasarkan ikatan sosial yang disebut dengan solidaritas sosial. Solidaritas sosial itu berasal dari individu yang berarti individu tersebut saling bekerja sama. Masyarakat mempunyai solidaritas sosial yaitu biasa disebut dengan ikatan kesamaan. Adapun dua solidaritas sosial yang dimaksud adalah solidaritas mekanik dan solidaritas organik. a. Solidaritas Mekanik Solidaritas mekanik adalah ciri yang menandai bagi masyarakat sederhana yang hidup terpisah dalam kelompok-kelompok kecil. Pada masyarakat ini belum ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam hal pekerjaan karena pada dasarnya setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Masyarakat ini juga terikat oleh kesamaan dan kesadaran bersama yang kuat. Hubungan sosial yang terjadi di antara anggota masyarakat cenderung akrab dan didasarkan pada sistem nilai yang sama. Contoh masyarakat dengan solidaritas ini adalah masyarakat pedesaan yang masih tradisional. Pada umumnya masyarakat tersebut mempunyai pekerjaan yang sama, yaitu sebagai petani. Ciri-ciri solidaritas mekanik adalah solidaritas yang merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama. Disebut dengan mekanik itu karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku atau Kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok-kelompok lain. Ciri-ciri masyarakat dalam solidaritas mekanik adalah adanya keteraturan, keteraturan dalam ikatan mekanik merupakan ikatan kesamaan yang segmentis yaitu artinya 28

17 terbatas. Ikatan mekanik juga muncul kesadaran baru yaitu biasa disebut dengan konsisten yang artinya memaksa diri sendiri. Hukum represif, dalam artian tidak bisa dipaksa oleh diri yaitu sama dengan kelompok kita. Order adalah keteraturan yang berarti suatu ketaatan yang membutuhkan kesadaran moral dari setiap individu-individu. Dalam ikatan mekanik, order dan kesadaran moral ini sangat penting dan mendukung sekali.dipaksa (penal law). b. Solidaritas Organik Solidaritas organik adalah bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks atau beragam yang telah mengenal pembagian kerja secara rinci. Dengan demikian muncul keahlian tertentu yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang mengakibatkan setiap golongan dalam masyarakat saling tergantung satu sama lain dan tidak dapat hidup secara sendiri tanpa melakukan hubungan atau kerja sama dengan golongan lain dalam masyarakat. Namun demikian kesadaran bersama di antara mereka lemah. Misalnya kehidupan pada masyarakat Kota. Ada banyak jenis pekerjaan pada masyarakat Kota, seperti karyawan swasta, pengusaha, buruh, guru, pegawai negeri, dan lain-lain, di mana mereka saling membutuhkan atau berhubungan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan masing-masing, bukan atas ikatan moral (kebersamaan). Keadaan demikian dapat disamakan dengan bagian-bagian suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena apabila salah satu bagian rusak maka organisme tersebut akan macet. Ciri-ciri solidaritas organik adalah menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat, yang merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya yaitu daerah perkotaan. Bersandar pada pembagian kerja yang rumit dan didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda. Dalam pembagian kerja yang rumit ini, Emile Durkheim melihat adanya kebebasan yang lebih besar untuk semua masyarakat. Solidaritas mekanik dan solidaritas organik mempunyai berbagai macam perbedaandiantaranya yaitu: 29

18 Solidaritas mekanik, relatif berdiri sendiri (tidak bergantung kepada orang lain) dalam keefisienan kerja, terjadi di masyarakat sederhana, primitif, dan tradisional, merupakan ciri dari masyarakat tradisional, kerja tidak terorganisir, beban lebih berat, individualis rendah, dan represif yaitu tidak bisa dipaksa diri. Sedangkan solidaritas organik adalah saling berkaitan dan mempengaruhi dalam keefesienan kerja, dilangsungkan oleh masyarakat yang kompleks, ciri dari masyarakat modern atau perkotaan, kerja terorganisir dengan baik, beban ringan, individualis tinggi, dan adanya pembagian kerja. Penelitian ini merupakan penelitian dengan paradigma fakta sosial, dimana fakta sosial menurut Emile Durkheim adalah cara bertindak baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal, atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual (Ritzer, 2011). Salah satu pendekatan dalam paradigma fakta sosial adalah tindakan sosial yang dikembangkan oleh Talcott Parsons. Tindakan sosial dalam kerangka Parsons berupa asumsi dasar mengenai Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan atas dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling memiliki ketergantungan. Teori struktural fungsional mengansumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup 30

19 sistem sosial. Fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan. Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah sistem bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Pemeliharaan Pola atau yang biasa disingkat AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, Latent pattern-maintenance). a. Adaptation (adaptasi) : fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut. b. Goal Attainment (pencapaian tujuan) : fungsi yang dimiliki sebuah sistem untuk dapat mendefinisikan dan mencapai tujuannya. c. Integration (integrasi) : fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka mengkoordinasikan hubungan bagian-bagian dalam komponen sistem tersebut dan aktor-aktor didalamnya. Fungsi ini juga berperan dalam mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya dalam skema AGIL sehingga seluruhnya fungsional. d. Latent pattern-maintenance (pemeliharaan pola) : fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kultural. D. Kerangka Berpikir Setiap kehidupan manusia baik individu maupun dalam suatu Komunitas masyarakat, kebutuhan akan transportasi selalu mewarnai kehidupan. Transportasi itu sendiri digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia mengenal alat transportasi 31

20 modern bermula dengan diketemukannya roda, hal ini merupakan awal terbentuknya sepeda lalu sepeda bermotor yang pada akhirnya menjadi transportasi andalan. Namun, seiring perkembangan teknologi yang cukup pesat muncul alat transportasi seperti sepeda motor, mobil, bus, kereta api dan pesawat terbang. Kehidupan makin terpacu yang mempengaruhi kebutuhan itu menciptakan gaya hidup melalui alat transportasi untuk lebih bersifat efisien dan efektif hal ini membuat motor atau mobil tua atau klasik mulai terpinggirkan. Semakin menguat dan ketergantungan masyarakat terhadap sepeda motor, mobil serta alat transportasi lain yang lebih modern sangat tinggi, menyebabkan memudarnya budaya memiliki dan menggunakan alat transportasi yang sudah ada yaitu seperti motor tua yang sudah ada untuk kembali digunakan di masyarakat sebagai alat transportasi sehari hari. Perubahan pada masyarakat yang terbiasa hidup mengikuti arus modern yang selalu praktis dan bersifat konsumtif dengan produk baru dipasaran serta terkesan memakan banyak waktu karena notabenya motor tua lebih memerlukan perawatan yang lebih dibandingkan motor model baru saat ini. Hal ini yang menyebabkan masyarakat saat ini yang cenderung lebih memilih mengendarai sepeda motor, mobil jenis baru dari pada menggunakan motor, mobil serta alat transportasi tua yang sudah ada sebelumnya dan notabenya sebagian orang atau kelompok menggangapnya masih layak digunakan. Dewasa ini, berkendara dengan motor tua atau klasik yang merupakan simbol dari kesederhanaan dan terkesan unik dianggap tidak efisien dalam menunjang kebutuhan masyarakat akan transportasi. Namun, ada suatu Komunitas yang menggunakan motor tua yaitu Honda CB tidak hanya dimanfaatkan untuk berkendara yang identik dengan masyarakat modern. Komunitas ini menampilkan proses dialog yang disatukan dalam sebuah kebudayaan yang dapat mencerminkan sikap untuk berinteraksi mengikuti arus modernisasi. Hal ini cukup menarik, mengingat banyaknya motor atau mobil 32

21 jenis baru yang semakin banyak di jalan raya dan semakin tidak terpakainya motor atau mobil dan jenis transportasi tua yang sudah tidak terapakai hanya karena alasan tidak efisien lambat dan terkesan ketinggalan jaman. Kegiatan dalam menggunakan motor klasik untuk transportasi sehari hari dapat memberikan suatu gambaran akan keberadaan motor tua salah satunya Honda CB agar tetap eksis yang secara umum terlihat dari peran Komunitas tersebut dalam mempertahankan identitas Honda CB di Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menggali suatu Komunitas motor tua yang memaknai dan mempunyai peran dalam mencapai tujuannya, yaitu melestarikan Honda CB sebagai salah satu motor tua atau klasik. Di mana pada saat sekarang, bergabung dengan Komunitas motor tua bukan sekedar tempat berkumpulnya para pecinta motor tua saja, namun lebih dari itu mempunyai tujuan untuk melawan arus modernisasi dalam mempertahankan eksistensi motor tua khususnya Honda CB sebagai alat transportasi yang pernah ada di Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Sosiologis, dan yang menjadi obyek dari Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut pandang hubungan antar manusia dan proses timbal balik yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Oleh sebab itu, pendekatan yang dirasa paling mendekati untuk penelitian ini adalah Paradigma Definisi Sosial dan teori yang paling mendekati adalah Teori Aksi dan kelompok sosial, sebab penelitian ini ingin menggali informasi dari suatu Komunitas motor tua di Kota Surakarta yang mempunyai peran dalam mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini terdapat gambaran 4 skema, yaitu pemaknaan, aksi, eksistensi, dan kelestarian yang menjadi fokus untuk mengetahui keberadaan Honda CB di Kota Surakarta dengan adanya peran Komunitas motor tua atau klasik dalam hal ini SCC sehingga menimbulkan respons dari masyarakat terhadap keberadaan Komunitas ini, agar dapat diketahui gambarannya secara mendalam. Teori parsons digunakan dalam penelitian ini untuk mendukung kerangka 33

22 berfikir agar tujuan dari penelitian ini yaitu mempertahankan sebuah identitas melalui aksi komunitas dapat tercapai. Komunitas Honda CB SCC Pemaknaan Aksi Peran Komunitas SCC ADAPTASI TUJUAN INTEGRASI PEMELIHARAAN POLA *Memodifikasi * Belajar CB * Menyiapkan Dana * simbol komunikasi * identifikasi CB * Melestarikan CB * eksistensi Komunitas * pelestarian warisan * pertimbangan Harga * Ruang Bisnis * pemenuhan Hobi * Menambah Relasi * Touring * Arisan Komunitas * Diklat Anggota * Bakti Sosial * Kontribusi Event * SCC sebagai Penyelenggara Event * Interaksi Anggota * SCC sebagai EO * Pengembangan Skill * SCC sebagai pergerakan komunitas IDENTITAS KOMUNITAS SCC Gambar 01. Skema Kerangka Berfikir Penelitian 34

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas adalah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berasal dari berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. yang semakin pesat, mempertinggi mobilitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. yang semakin pesat, mempertinggi mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang semakin pesat, mempertinggi mobilitas kehidupan di Jakarta. Berbagai merk kendaraan bermotor baik roda dua seperti merk Honda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut sosio-kultur bangsa ini, khususnya di kota besar seperti Medan untuk terus membuat citra akan penampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sejak dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang perubahan-perubahan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini memang telah berlangsung sejak dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang perubahan-perubahan tersebut telah

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 90 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Aksesibilitas Ibu Menyusui di Ruang Laktasi Solo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil

BAB I PENDAHULUAN. yang padat dengan kemacetan lalu lintas sampai dengan jalanan kecil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era perkembangan zaman saat ini, seseorang dituntut untuk mobilitas yang tinggi. Dengan didukung dengan adanya sarana transportasi yang baik. Seperti yang terlihat

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. kawasan Eropa seperti Italia, Inggris, Perancis dan Rusia. Ciri khas utama

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. kawasan Eropa seperti Italia, Inggris, Perancis dan Rusia. Ciri khas utama 10 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Definisi Skuter Skuter merupakan sepeda motor roda dua yang popoler berasal dari kawasan Eropa seperti Italia, Inggris, Perancis dan Rusia.

Lebih terperinci

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Masyarakat merupakan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Struktural Fungsional Struktur menunjuk pada kegiatan membangun sesuatu dan menghasilkan produk akhir yaitu mengembangkan suatu tindakan. Dimana tindakan tersebut membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT INTERAKSI SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT 1. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial 2. Manusia berada di dalam sistem

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat di dunia tertarik pada jaringan modernisasi, baik itu yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat di dunia tertarik pada jaringan modernisasi, baik itu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat di dunia tertarik pada jaringan modernisasi, baik itu yang baru memasukinya maupun yang sedang meneruskan tradisi modernisasi. Secara historis, modernisasi

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI (Studi Kasus Di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dengan makin berkembangnya jaman, maka seseorang di tuntut untuk mobilitas yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik. Tampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. 35 BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS A. AGIL Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling 49 BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM Kerangka teori adalah teori-teori yang dianggap relevan untuk menganalisis objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang komunitas klub motor mengingatkan kita kepada orangorang yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor ini memang sering

Lebih terperinci

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA 1. Pendekatan Sosiologi Terhadap Agama. Beberapa cara melihat agama; menurut Soedjito (1977) ada empat cara, yaitu: memahami atau melihat sejarah perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam proses meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pada saat ini jelas terlihat negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pekerjaan, kemunculan komuitas hobi ini menjadi hal yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia pekerjaan, kemunculan komuitas hobi ini menjadi hal yang menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini semakin pesat dan sarat akan perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di berbagai sektor. Salah satu yang mulai

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI 189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Menurut Wahyudi (Ruwiyanto,1994:10), peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tahap Pengembangan Masyarakat Masyarakat senantiasa akan mengalami perubahan dikarenakan masyarakat adalah mahluk yang tidak statis melainkan selalu berubah secara dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang sangat vital, karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung kebutuhan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu kota yang dikenal sebagai kota kembang, Bandung menyediakan sarana pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas dan perguruan tinggi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya.

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis 368 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Sasaran utama penelitian ini adalah untuk memberi jawaban terhadap permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

MENCOBA MENGULAS KETAHANAN SOSIAL

MENCOBA MENGULAS KETAHANAN SOSIAL REVIEW BUKU ISSN : 0215-9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 MENCOBA MENGULAS KETAHANAN SOSIAL (Mengaitkan Perspektif Fungsionalisme Terhadap Ketahanan Sosial) Atik Catur Budiati Dosen Program Studi Sosiologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial

Lebih terperinci

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya, BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain. Perbedaan suku bangsa yang

Lebih terperinci

Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret

Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret Peranan Pemuda Karang Taruna dalam Kegiatan Gotong Royong Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri) Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret Abstrak:

Lebih terperinci

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang manusia ke arah yang lebih rasional. Perubahan arus yang begitu kencang yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skuter yang dirancang pabrikan Yamaha di Negara asal negeri sakura Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. Skuter yang dirancang pabrikan Yamaha di Negara asal negeri sakura Jepang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kendaraan Yamaha NMAX, merupakan jenis otomotif roda dua bermesin Skuter yang dirancang pabrikan Yamaha di Negara asal negeri sakura Jepang, Nmax pertama kali diproduksi

Lebih terperinci

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan, pendapat-pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan, pendapat-pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah komunitas. Dimana PR merupakan suatu organisasi dengan informais manajemen yang diharapkan, pendapat-pendapat

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 185 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian yang berjudul pengembangan kemandirian bagi kaum difabel yang difokuskan pada peran Paguyuban Sehati dalam pemberdayaan difabel di

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali komunitas sepeda motor di kota Bandung, mulai dari komunitas sepeda motor tua sampai komunitas sepeda motor merk tertentu. Komunitas itu sendiri

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA

ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ( Studi Pada Fenomena Sosial di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KHALAYAK Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id SOSIOLOGI KHALAYAK Ilmu sosiologi mengenal istilah interaksi

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER A.Kajian Teori Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan dengan temapembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori tindakan sosial

Lebih terperinci

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. empat membuat jalanan di kota-kota menjadi terganggu arus lalu-lintasnya, tidak heran

I. PENDAHULUAN. empat membuat jalanan di kota-kota menjadi terganggu arus lalu-lintasnya, tidak heran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling digemari sebagian besar masyarakat perkotaan di Indonesia. Dengan semakin meningkatnya volume kendaraan roda dua dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1

BAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1 31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretik 1. Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons Salah satu teori yang bisa digunakan untuk melihat kerukunan adalah pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Dalam Ritzer dan Goodman (2010) penekanan yang terjadi pada teori struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut mencakup

Lebih terperinci