BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini,"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. Pengertian Audit Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini, terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang auditing. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi mengenai pengertian auditing yang dikemukakan oleh beberapa ahli : 1. Agoes. S (2004) mendefinisikan auditing sebagai Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. (h.2). 2. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing dilakukan oleh seorang yang berkompeten dan independen. (h.1). 3. Mulyadi (2002) mendefinisikan auditing sebagai Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria 8

2 yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. (h.9). Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian data-data atau bukti-bukti tentang informasi mengenai kejadian ekonomi yang dilakukan oleh seorang atau lebih independen serta yang berkompeten untuk menentukan objektivitas dan keandalan informasi yang disampaikan oleh manajemen. II.1.2. Tujuan Audit Mengacu pada Arens dan Loebbecke tujuan audit adalah : 1. Eksistensi Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang dimasukkan dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan dan bagaimana auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai keberadaan atau keterjadian. 2. Kelengkapan Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan memang diikutsertakan secara lengkap sesuai dengan asersi manajemen. 3. Akurasi Tujuan ini mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar. Asersi yang memenuhi adalah asersi penilaian atau alokasi 4. Klasifikasi Tujuan untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan dalam akun yang telah diklasifikasikan dengan tepat. 9

3 5. Penyajian dan pengungkapan adalah saldo perkiraan dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan. Tujuan ini merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai penyajian dan pengungkapan. II.1.3. Jenis-Jenis Audit Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003), jenis-jenis audit terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Audit Laporan Keuangan (Financial Audit). Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria-kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan tersebut akan dimanfaatkan kelompok-kelompok berbeda untuk maksud berbeda. 2. Audit Operasional (Operational Audit). Yaitu penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomis. Efisiensi, efektifitas dan ekonomis opersi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya secara obyektif dibandingkan dengan penerapan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cendrung subyektif. Pada prakteknya, audit operasional cenderung memberikan saran perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan kerja yang sekarang. 10

4 3. Audit Ketaatan (Compliance Audit). Yaitu audit yang bertujuan untuk mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Hasil audit ketaatan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit ketaatan banyak dijumpai di dalam pemerintah. Oleh sebab itu, sebagian besar dari pekerjaan pemeriksaan ketaatan dilakukan oleh internal auditor. Tapi bisa juga dilakukan mendapatkan kepastian bahwa seluruh individu yang berda di dalam perusahaan telah mematuhi semua prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan. 4. Audit Spesial (Special Audit). Yaitu audit yang bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan yang dilaksanakan ada terjadi penyelewengan atau tindak pidana korupsi. Kepolisian dan kejaksaan sesuai dengan Undang-undang yang mengatur dari lembaga-lembaga ini, mempunyai kewenangan untuk menangani terhadap suatu kasus Tindak Pidana Korupsi (TPK). (h.4). II.2. Audit Operasional II.2.1. Pengertian Audit Operasional Menurut Agoes (2004) mendefinisikan, Audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akunting dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut seudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. (h.175). 11

5 Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2003) mendefinisikan, Audit operasional adalah penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Pada umumnya, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. (h.4). Menurut Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi, I.S., Wibowo, H. (2003) mendefinisikan, Audit operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektifitas, efisiensi, dan ekonomis operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan. (h.498). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah salah satu jenis pemeriksaan yang dilakukan atas proses operasi perusahaan oleh orang yang independen, misalnya bagian suatu kegiatan dilaksanakan, bagian prosedur pelaksanaan, termasuk jalannya arus pelaksanaan dari suatu sub kegiatan ke sub kegiatan yang lain, sampai seluruh kegiatan selesai dilaksanakan. Pengertian efisiensi, efektifitas dan ekonomis menurut James AF. Stoner, R.Edward Freemon, Daniel R Gilbert Jr adalah : 1. Efisiensi Kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi (melakukan dengan tepat). 2. Efektifitas Kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai. 3. Ekonomis 12

6 Konsep kehematan berhubungan dengan meminimalkan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk suatu kegiatan untuk memperhatikan pada kualitas yang tepat dan juga berhubungan dengan cara berbagai sumber daya disediakan. II.2.2. Tujuan Audit Operasional Menurut Agoes, S. (2004) tujuan dilakukannya audit operasional adalah sebagi berikut: 1. Untuk menilai kinerja dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan. 2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. 3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan top management. 4. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan, rencana-rencana prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah. 5. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan pencegahan yang akan diambil. 6. untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada top mangement untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan keefektivitas dari kegiatan perusahaan. (h.175). Pada umumnya, tujuan audit operasional untuk memeriksa apakah suatu fungsi dalam perusahaan telah dilaksanakan dengan efisien, efektif, dan ekonomis serta 13

7 memberikan saran untuk memperbaiki fungsi tersebut. Audit operasional dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan. II.2.3. Ruang Lingkup Audit Operasional Tunggal, A.W. (2001) menyatakan bahwa audit operasional dibatasi oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Waktu berkaitan dengan kekomprehensifan audit. 2. Pengetahuan auditor hanya akan sensitif terhadap masalah-masalah yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki saja. 3. Biaya dan data. 4. Standar bidang yang berada diluar standar atau kriteria keefektifan adalah diluar ruang lingkup audit operasional. 5. Orang auditor tidak boleh menyinggung soal ketidakmampuan seseorang dalam melakukan fungsinya, tetapi hanya boleh menunjukkan bahwa suatu pekerjaan atau tugas dilaksanakan dengan tidak efektif. 6. Entitas audit pembatasan audit operasional pada suatu fungsi tertentu atau unit dalam beberapa hal menyampaikan aspek-aspek yang mempengaruhi entitas audit, tetapi aspek-aspek tersebut berada dalam lingkup suatu fungsi atau unit lain. (h.74). II.2.4. Manfaat Audit Operasional 14

8 Audit Opersional sama pentingnya dengan audit finansial, karena kedua pemeriksaan ini memiliki manfaat masing-masing bagi organisasi perusahaan. Manfaat audit operasional menurut Tunggal (2001) adalah sebagai berikut : 1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan. 2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan pengendalian. 3. Memastikan ketaatan terhadap ketaatan manajerial yang ditetapkan, rencanarencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah. 4. Menilai ekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan. 5. Menilai efektifitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. (h.14). II.2.5. Jenis Audit Operasional Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003), Audit Operasional terbagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu : 1. Audit Fungsional (Functional Audit) Audit fungsional adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas perusahaan atau suatu alat penggolongan kegiatan suatu perusahaan, seperti fungsi penjualan atau fungsi penagihan. 2. Audit Organisasional (Organizational Audit) 15

9 Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan audit organisasional adalah seberapa efisien dan efekrif fungsi-fungsi dalam organisasi berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitasaktivitas merupakan hal yang penting dalam jenis pemeriksaan ini. 3. Audit penugasan Khusus (Special assigment Audtt) Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada banyak variasi dalam pemeriksaan tersebut, misalnya penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam suatu divisi. (h.767). II.2.6. Tahap-tahap Audit Operasional Menurut Agoes, S. (2004), Ada 4 (empat) tahapan dalam suatu audit operasional, yaitu: 1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survery). Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai bisnis perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan staff perusahaan serta penggunaan questionnaires. 2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and Testing of Management Control System). Untuk mengevaluasi dan menguji efektifitas dari pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan biasanya digunakan internal control questionnaires (ICQ), flowchart dan penjelasan narrative serta dilakukan pengetesan atas beberapa transaksi (walk through the documents). 3. Pengujian Terinci (Detailed Examination). 16

10 Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat di perusahaan. 4. Pengembangan Laporan (Report Development). Dalam menyusun laporan pemeriksaan auditor tidak memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Laporan yang dibuat mirip dengan management letter, karena berisi audit findings mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku ang menimbulkan inefisiensi, inefektifitas, dan ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen (management control system) yang terdapat di perusahaan. (h.12). II.2.7. Kriteria untuk Mengevaluasi Efisiensi, Efektifitas dan Ekonomis Kesulitan utama yang dihadapi dalam audit operasional adalah menentukan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektifitas telah tercapai, karena dalam audit operasional tidak ada kriteria standar seperti dalam audit keuangan. Arens dan Loebbecke (2003) yang diterjemahkan oleh Jusuf menulis, ada beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan auditor operasional dalam mengembangkan kriteria khusus. Ini mencakup : 1. Kinerja historis Seperangkat kinerja sederhana yang dapat didasarkan pada hasil sebenarnya atau hasil audit dan periode sebelumnya. Tujuannya untuk membandingkan apakah yang telah dilakukan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Manfaat kriteria ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin 17

11 tidak memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau buruknya sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu. 2. Kinerja yang dapat diperbandingkan Sebagian besar kesatuan yang menjalani audit operasional tidak bersifat unit, terdapat banyak kesatuan yang sama di dalam keseluruhan organisasi atau diluarnya. Dalam hal demikian, data kinerja dari kesatuan yang dapat diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk mengembangkan kriteria. Untuk kesatuan yang dapat diperbandingkan berada diluar organisasi, mereka seringkali bersedia menyediakan informasi seperti itu. Data ini sering kali juga tersedia pada kelompok industri dan lembaga pemerintah yang berwewenang. 3. Standar rekayasa Dalam banyak jenis penugasan audit operasional adalah mungkin dan layak untuk mengembangkan kriteria berdasarkan standar rekayasa misalnya studi waktu dan gerak untuk menentukan tingkat keluaran produksi. Kriteria ini sering memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya karena banyak memerlukan keahlian, akan tetapi hal itu mungkin sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan biaya yang dikeluarkan akan berharga. 4. Diskusi dan kesepakatan Kadang-kadang kriteria objektif sangat sulit didapat dan sangat memakan biaya, tetapi adakalanya kriteria dapat dikembangkan melalui diskusi dan kesepakatan yang sederhana. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini harus meliputi manajemen kesatuan yang diperiksa, auditor operasional dan 18

12 kesatuan atau orang-orang yang akan mendapat laporan tentang temuantemuan yang didapat. II.3. Sistem Pengendalian Intern II.3.1. Pengertian Pengendalian Intern Sistem pengendalian intern yang diterapkan pada perusahaan akan sangat berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari tujuan semula yang akan dicapai utaupun kecurangan-kecurangan. Selain itu, dapat digunakan untuk melacak kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi sehingga dapat dikoreksi. Menurut IAI (2007), Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan efektifitas dan efisiensi operasi. (h.319.2). Menurut Mulyadi (2001), Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhnya kebijakan manajemen. (h.163). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern sangat penting bagi setiap perusahaan. Jika suatu perusahaan memiliki sistem pengendalian intern yang tidak memadai maka kemungkinan bisa terjadinya kekeliruan semakin besar dan dapat mengganggu efektifitas operasional perusahaan akibat banyak keputusan yang diambil bersumber dari informasi yang keliru. 19

13 II.3.2. Tujuan dan Jenis Pengendalian Intern Menurut Mulyadi (2001), Tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut : 1. Menjaga kekayaan organisasi 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (h.163). Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu: pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian intern administratif (internal administrative control). II.3.3 Unsur-unsur Pengendalian Intern Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, P.A., Gania, G., Budi, I.S. (2002) menulis, Struktur pengendalian intern terdiri dari lima unsur pokok, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendali merupakan suatu organisai yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur. Sejumlah faktor membentuk lingkungan pengendali dalam suatu entitas diantaranya adalah sebagai berikut: a. Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Dewan direksi dan komite audit 20

14 d. Filosofi dan gaya operasi manajemen e. Struktur organisasi 2. Penaksiran Resiko (Risk Assessment) Penaksiran resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendali yang ditujukan untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum, dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat. Penaksiran resiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti: a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru c. Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi d. Pertumbuhan yang cepat e. Teknologi yang baru f. Lini, produk atau aktivitas baru g. Restrukturisasi perusahaan h. Operasi di luar negeri i. Pernyataan akuntansi 3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi yang digunakan sebagai fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian intern berkaitan dengan sistem akuntansi, yaitu bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji dalam asersi manajemen dalam laporan keuangan. 21

15 Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. 4. Aktivitas Pengendali (Control Activities) Aktivitas pengendali adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendali yang relevan dapat digolongkan ke dalam berbagai kelompok sebagai berikut: a. Pemisahan tugas b. Pengendalian pemrosesan informasi Pengendalian umum, meliputi : organisasi pusat pengolahan data, prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data. Pengendalian aplikasi, dikelompokkan menjadi : prosedur otorisasi yang memadai, perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup, dan pengecekan secara independen. c. Pengendalian fisik d. Review kinerja 5. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan 22

16 pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. (h ) Adapun unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pengendalian intern yang mengacu pada pendapat Mulyadi (2001) adalah : 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Pemisahan tanggung jawab fungsional dalam unit-unit organisasi yang dibentuk sangat penting karena merupakan pengendalian untuk mencegah terjadinya kecurangan. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dengan adanya sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang baik dalam suatu perusahaan akan menjamin dihasilkannya informasi yang dapat dipercaya. 3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi Dalam pembagian tanggung jawab fungsional, sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana denan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat, seperti penggunaan formulir bernomor urut tercetak, pemeriksaan mendadak, tidak adanya perputaran jabatan, diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya, pembentukan staf intern. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Bagaimanapun baiknya sistem, baik itu ditunjang oleh kejujuran serta kecakapan karyawannya, maka sistem tersebut tidak akan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Agar memperoleh karyawan yang jujur dan cakap, hal yang perlu 23

17 dilakukan manajemen adalah sewaktu di mulai dilakukannya penyaringan penerimaan karyawan baru dengan cara wawancara yang ketat mengenati latar belakang dan pengalaman dari pelamar. II.3.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Pemeriksaan Operasional Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2003) hubungan antara audit opersional dengan sistem pengendalian internal adalah sistem pengendalian internal dibentuk untuk membantu mencapai sasaran perusahaan, dan sasaran penting semua organisasi adalah efisiensi dan efektivitas. Tujuan hal penting dalam menyusun struktur pengendalian internal yang baik adalah : 1. Keandalan pelaporan keuangan 2. Ketaatan pada hukum dan peraturan yang sudah ditetapkan 3. Efisiensi dan efektivitas operasional Masing-masing dari ketiganya ini dapat menjadi bagian audit operasional jika tujuannya adalah operasi yang efisien, efektif, dan ekonomis. (h.766). II.4. Fungsi Pengelolaan Persediaan Dalam Rangka Audit Operasional II.4.1 Pengertian Persediaan Dalam perusahaan dagang atau industri, biasanya persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi merupakan komponen aktiva yang cukup besar nilainya serta transaksinya. Terjadinya kesalahan dalam menentukan nilai persediaan akan berpengaruh terhadap neraca dan perhitungan rugi laba, baik tahun berjalan maupun tahun yang akan datang. Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang memiliki porporsi yang besar dan merupakan bagian modal kerja yang jumlahnya cukup besar. Persediaan membutuhkan suatu investasi yang cukup besar serta sensitif karena 24

18 penurunan harga, pencurian, dan kerusakan. Oleh karena itu, persediaan perlu dikelola dengan baik. Menurut Assauri (2000), Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barangbarang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau masih dalam proses maupun menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. (h.164). Menurut Standar Akuntansi Keuangan atau SAK nomor 14 (2007), Persediaan adalah aktiva : 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (h.14.1). Menurut Hendriksen dan Van Breda (2002) yang diterjemahkan oleh Wibowo menyatakan bahwa, Persediaan mencakup barang yang ditujukan untuk dijual dalam pelaksanaan normal usaha, serta bahan baku dan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi untuk penjualan. II.4.2. Jenis-jenis persediaan Menurut Assauri (2000), persediaan dapat dibedakan menurut beberapa cara berdasarkan jenis dan posisi barang di dalam urutan pengerjaan produk sebagai berikut: 1. Persediaan bahan baku (raw materials) Yaitu persediaan barang yang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok 25

19 dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts or components stock) Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung dirakit dengan komponen lain tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock) Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process or progress stock) Yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods) Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual maupun dikirim kepada pelanggan-pelanggan ataupun perusahaan lain. (h.171). II.4.3. Pengelolaan Persediaan yang Efektif dan Efisien Menurut Rayburn, L.G. (2000) yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait, pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien memusatkan perhatian pada hal-hal pokok sebagai berikut : 26

20 1. Banyaknya persediaan yang harus disimpan Persediaan yang disimpan digunakan untuk menjamin kelancaran proses produksi dari akibat kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan, atau dikenal dengan istilah persediaan pengaman (safety stock). Manajemen cederung konservatif dan menyimpan persediaan dalam jumlah besar. Hal ini bisa memerlukan biaya besar, khususnya untuk biaya penyimpanan. Jika perusahaan menyimpan persediaan pengaman yang tidak mencukupi maka dapat terjadi kerumitan operasi dan stock out bisa sering timbul. Stok pengaman dalam jumlah yang ideal akan memperkecil kemungkinan terjadinya stock out dan biaya penyimpanan persediaan. 2. Kuantitas pesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ) Pendekatan EOQ mengasumsikan permintaan yang stabil dan diketahui secara pasti. EOQ adalah jumlah persediaan yang harus dipesan pada suatu saat dengan tujuan untuk meminimumkan jumlah biaya pemesanan serta biaya penyimpanan persediaan. Dengan informasi seperti kuantitas yang dibutuhkan, harga per unit, persentase biaya pemilikan persediaan, dan biaya setiap pesanan. Maka dapat dihitung jumlah pesanan yang ekonomis dengan rumus : EOQ= 2 x RU x CO CU x CC Keterangan : EOQ = Economic Order Quantity (kuantitas pesanan yang ekonomis) RU = Annual Required Units (unit kebutuhan setahun) CO = Cost of Order (biaya per pesanan) 27

21 CU = Cost per Unit of Material (biaya bahan per unit) CC = Carrying Cost Percentage (persentase biaya pemilikan) 3. Tenggang waktu pemesanan (Lead time) Analisis EOQ menentukan ukuran pemesanan yang optimal. Masalah yang timbul selanjutnya adalah kapan pemesanan akan dilakukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan ini adalah lead time yaitu waktu yang diperlukan sejak pesanan dilakukan sampai barang yang dipesan diterima. Jika supplier dapat diandalkan maka perusahaan dapat memperkirakan lead time yang cukup cepat. Akan tetapi untuk kebanyakan produk sulit memperkirakan lead time karena besarnya ketidakpastian dalam jadwal pengiriman. Selain itu, mungkin sukar untuk memperhitungkan jumlah bahan baku yang akan digunakan selama lead time. 4. Titik pemesanan kembali (Reorder Point) Setelah menentukan persediaan pengaman, kita dapat menentukan titik pemesanan kembali (Reorder Point) yaitu jumlah persediaan yang ada pada saat pemesanan harus dilakukan serta menghitung titik pemesanan kembali dengan menambahkan persediaan pengaman ke pemakaian rata-rata selama lead time. Maka dapat dicari titik pemesanan kembali (Reorder Point) dengan rumus : Reorder Point = (LD x AU) + SS Keterangan : LD = Lead time (tenggang waktu pemesanan) AU = Average Usage (pemakaian rata-rata) SS = Safety Stock (persediaan pengaman) (h. 57, 64-66). 28

22 Konsep pengendalian persediaan Just in Time (JIT) Beberapa hal penting dalam konsep JIT adalah : Semua material adalah bagian aktif dari sistem produksi dan tidak boleh menimbulkan masalah yang menyebabkan timbulnya persediaan. Persediaan seminim mungkin untuk menjaga kelangsungan produksi dan harus tersedia dalam jumlah, waktu, serta kualitas yang tepat. Manfaat Just in Time dapat mengurangi biaya dan dapat meningkatkan pengendalian mutu. II.4.4. Tujuan Audit Operasional atas Fungsi Persediaan Berdasarkan pada pendapat Agoes (2004), tujuan audit operasional atas fungsi persediaan adalah : 1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas persediaan. 2. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 3. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal/neraca. 4. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian atau penjualan persediaan yang membawa pengaruh besar terhadap laporan keuangan. 5. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit dan apakah ada asuransi persediaan. 29

23 6. Untuk memeriksa apakah terjadinya barang rusak, kurang laku atau ketinggalan mode sudah dibuat allowance yang cukup. 7. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (h.176). II.4.5. Sistem Pencatatan dan Metode Penilaian Persediaan Menurut Horngren, Harrison dan Bamber (2002) menyatakan bahwa ada 2(dua) sistem pencatatan persediaan yaitu: 1. Sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system) Dalam sistem ini, perusahaan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan sehingga akun persediaan selalu mencerminkan nilai sisa persediaan perusahaan yang paling akhir. 2. Sistem persediaan periodik (periodic inventory system) Dalam sistem ini, perusahaan tidak mencatat seluruh mutasi yang terjadi dalam akun persediaan. Akibatnya pada akhir periode, perusahaan harus mengadakan penghitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah barang yang dimiliki, yang kemudian dikalikan dengan per unit biaya untuk mendapatkan biaya persediaan di akhir periode. Terdapat empat metode biaya yang dapat digunakan dalam menentukan nilai persediaan yang ada yaitu: 1. Metode harga pokok spesifik (specific unit cost) Metode harga pokok spesifik ini didasarkan atas penilaian persediaan yang dipergunakan untuk menilai biaya dari suatu persediaan yang secara spesifik dapat kita identifikasikan. 30

24 2. Metode rata-rata tertimbang (weighted average cost) Metode penilaian persediaan ini didasarkan pada harga pokok rata-rata persediaan dalam suatu periode tertentu. Harga pokok rata-rata tertimbang diperoleh dengan membagi harga pokok barang yang dapat dijual dengan jumlah barang yang dapat dijual. 3. Metode masuk pertama keluar pertama (first in first out / FIFO) Metode penilaian persediaan ini didasarkan pada harga pokok dari barang yang pertama kali masuk yang akan dibebankan pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Persediaan akhir dinilai berdasarkan biaya dari pembelian yang dilakukan paling akhir. 4. Metode masuk terakhir keluar pertama (last in first out / LIFO) Metode penilaian persediaan ini didasarkan pada biaya persediaan yang paling akhir adalah yang petama kali dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Metode ini mengakibatkan biaya persediaan akhir dinilai berdasarkan harga beli persediaan yang paling awal. II.4.6. Fungsi-Fungsi Di Dalam Siklus Dan Pengendalian Intern Pengelolaan Persediaan Menurut Arens et. Al (2000) bahwa siklus persediaan dan pergudangan dapat dipandang sebagai perbandingan dua sistem yang terpisah tetapi satu sama lain saling berhubungan erat, dimana yang satu menyangkut arus fisik barang-barang (physical flow of goods) dan yang lain berupa biaya-biaya yang berhubungan (related cost). Pada saat persediaan bergerak di sepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang memadai baik atas pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan. 31

25 Hal ini bertujuan agar lebih memahami pengendalian tersebut dan bukti-bukti audit yang dibutuhkan untuk menguji keefektifannya. Berikut akan dijelaskan suatu peninjauan singkat terhadap keenam fungsi yang membentuk siklus persediaan dan pergudangan, yaitu: 1. Memproses order pembelian Setiap permintaan pembelian digunakan untuk meminta bagian pembelian membuat order atas barang-barang persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh pegawai gudang penyimpanan kalau persediaan telah mencapai jumlah minimal yang telah ditetapkan, order dapat juga dibuat untuk bahan baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu pesanan atau order dapat pula diajukan berdasarkan perhitungan persediaan secara periodik oleh orang yang bertanggung jawab akan hal tersebut. Tanpa memperhatikan metode yang digunakan, pengendalian terhadap setiap pernmintaan pembelian dan order pembelian yang bersangkutan, umumnya dievaluasi dan diuji terlebih dahulu sebagai bagian dari siklus perolehan dan pembayaran. 2. Menerima bahan baku baru Penerimaan barang yang di order merupakan bagian dari siklus perolehan dan pembayaran. Barang yang diterima harus diperiksa kuantitas dan kualitasnya. Bagian yang menerima membuat suatu laporan penerimaan barang yang menjadi bagian dari dokumentasi yang dilakukan sebelum pembayaran. Setelah inspeksi, barang dikirim ke gudang, dokumen penerimaan dikirimkan ke bagian pembelian, gudang dan hutang usaha. 3. Menyimpan bahan baku 32

26 Setelah bahan diterima, lalu disimpan di dalam gudang penyimpanan sampai bahan dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Bahan-bahan dikeluarkan dari gudang ke bagian produksi setelah adanya penyerahan permintaan bahan yang disetujui sebagaimana mestinya, order pekerjaan atau dokumen sejenisnya yang menunjukkan jenis dan jumlah unit bahan yang dibutuhkan. Dokumen permintaan ini digunakan untuk membukukan catatan persediaan perpetual dan untuk melakukan pemindahbukuan dari perkiraan bahan baku ke dalam barang dalam proses. 4. Memproses barang Proses pengerjaan barang dalam siklus persediaan dan pergudangan sangat bervariasi untuk masing-masing perusahaan. Struktur pengendalian intern amat dibutuhkan untuk menunjukkan profitabilitas relatif dari berbagai macam hasil produksi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen dalam menilai persediaan untuk tujuan penyajian laporan keuangan. 5. Menyimpan barang jadi Setelah barang jadi selesai dikerjakan bagian produksi, penyimpanan dilakukan di gudang menunggu pengiriman. Dalam perusahaan dengan sistem pengendaian intern yang baik, maka akan dilakukan pengendalian fisik atas barang jadi dengan memisahkannya dalam beberapa area dengan akses terbatas. Pengendalian barang umumnya dianggap bagian dari siklus penjualan dan penerimaan kas. 6. Mengirim barang jadi 33

27 Pengiriman barang jadi merupakan bagian integral dari siklus penjualan dan penerimaan kas. Tiap pengiriman atau pengeluaran barang jadi harus didukung dokumen pengiriman yang diotorisasi dengan memadai. 34

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Sistem Pengendalian Intern II.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan pengendalian intern tanpa terkecuali.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Definisi Auditing Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo, H.(2006:4), Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) yaitu Auditing adalah suatu proses sistematis BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai audit. Salah satunya menurut William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Audit Secara Umum II.1.1 Pengertian Audit Pengertian auditing menurut Arens dan Loebbecke (2006:15), yang telah dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional merupakan audit atas operasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional merupakan audit atas operasi yang BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Ada beberapa pengertian mengenai audit operasional menurut para ahli. Menurut Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Audit dan Jenis-jenis Audit II.1.1. Pengertian Audit Perusahaan-perusahaan harus melakukan audit atas laporan keuangan maupun audit atas operasi dan audit atas ketaatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang jenis audit ini

BAB II LANDASAN TEORI. dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Kadang-kadang jenis audit ini BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Audit operasional (Operational Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, Sistem dan Metode Pencatatan Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan atau sering disebut dengan persediaan barang dagang (merchandise inventory) secara umum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kondisi perekonomian yang tidak menentu,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON EVA SELVIANTI ( )

PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON EVA SELVIANTI ( ) PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON EVA SELVIANTI (100462201282) FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI Universitas Maritim Raja Ali Haji 2014 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Sistem informasi akuntansi persediaan merupakan sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan sebagai berikut Operational

BAB II LANDASAN TEORI. ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan sebagai berikut Operational BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Ada beberapa pengertian mengenai audit operasional yang dikemukakan para ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi

BAB II LANDASAN TEORI. Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Audit II.1.1. Pengertian Audit Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003), Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Menurut Elder (2013) akuntansi adalah pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran peristiwa-peristiwa ekonomi dengan cara yang

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Materials : Controlling, Costing, and Planning Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Definisi Bahan Baku adalah Bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002), definisi auditing adalah :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002), definisi auditing adalah : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. Pengertian Audit Untuk lebih memahami tentang audit operasional yang merupakan topik pembahasan skripsi ini, tentunya diperlukan pemahaman mendasar mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam kegiatan operasional, baik untuk perusahaan dagang maupun untuk perusahaan manufaktur. Tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dibutuhkan suatu sistem akuntansi yang dapat membantu perusahaan dalam mengelola sumber data keuangannya. Namun sebelum

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Penelitian : Fifi Irmalinda (2004) Judul Penelitian : Perencanaan dan Pengawasan Persediaan pada PT. Samafitro Perwakilan Medan Perumusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. auditing. Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai auditing yang

BAB II LANDASAN TEORI. auditing. Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai auditing yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemeriksaan (Auditing) II.1.1 Pengertian auditing Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan audit operasional, terlebih dahulu diperlukan pemahaman mendasar mengenai pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit Secara garis besar Auditing dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya audit bertujuan

Lebih terperinci

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014

CHAPTER VI. Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA. Politeknik Negeri Bali 2014 CHAPTER VI Nyoman Darmayasa, Ak., CPMA., CPHR., BKP., CA., CPA Politeknik Negeri Bali 2014 SPAP Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pengendalian Intern 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENGELOLAAN PERSEDIAAN DI PT BANGUNREKSA MILLENIUM JAYA IV.1 Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit operasional di PT Bangunreksa Millenium Jaya akan dimulai dari tahap

Lebih terperinci

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA BIAYA BAHAN Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA Permasalahan Bahan Keterlambatan bahan akan mempengaruhi kelancaran produksi, sedangkan persediaan bahan yang berlebihan berarti pemborosan modal kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Akuntansi dan Sistem Informasi Akuntansi. keuangan yang berfungsi sebagai media control bagi manajemen villa untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Akuntansi dan Sistem Informasi Akuntansi. keuangan yang berfungsi sebagai media control bagi manajemen villa untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi dan Sistem Informasi Akuntansi Sistem Akuntansi Villa adalah kumpulan formulir, catatan, dan prosedur yang digunakan sedemikian rupa untuk menyediakan dan mengelola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern Menurut Mulyadi ( 2005 : 163 ) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelian Pembelian dapat juga dikatakan sebagai procurement atau pangadaan barang. Mulyadi (2008:298) mengatakan bahwa Pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PEMBELIAN BAHAN BAKU PT KARYADINAMIKA GRAHA MANDIRI IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, kita di tuntut untuk dapat memberikan yang terbaik agar dapat bersaing dalam mencapai tujuan. Sama halnya dengan sebuah organisasi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal dan Ruang Lingkup Setiap perusahaan memerlukan pengendalian internal untuk mengendalikan seluruh fungsi di dalamnya.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERN 1

PENGENDALIAN INTERN 1 PENGENDALIAN INTERN 1 Pengertian Pengendalian Intern Standar pekerjaan lapangan yang kedua (PSA No. 01 (SA 150)) menyebutkan Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan BAB IV Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Pada PT Aneka Medium Garment IV.1. Survei Pendahuluan Kegiatan awal dalam melakukan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL

MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL MAKALAH TENTANG INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS Dosen: Putri Taqwa Prasetaningrum Disusun Oleh: Nama : Irwandi Nim : 14121041 Kelas : 21/pagi PRODI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKONOLOGI

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Internal 1. Pengertian Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan, memastikan bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Audit II.1.1. Pengertian Audit Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi (2003:h.5) mendefinisikan, Auditing sebagai suatu proses sistematis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1. Pengertian Sistem Menurut James A. Hall (2011 : 6) Sistem adalah kelompok dari dua orang atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan

BAB IV PEMBAHASAN. PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Sumber Karunia Anugerah. Pembahasan ini dibatasi pada fungsi penjualan dan piutang usaha modern market seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit II.1.1. Pengertian Audit Untuk memahami lebih jauh mengenai audit operasional, ada baiknya terlebih dahulu memahami apa itu audit. Dalam menguraikan definisi-definisi

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan

BAB 4 PEMBAHASAN. Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan BAB 4 PEMBAHASAN Pembahasan audit operasional atas fungsi pembelian dan pengelolaan bahan baku pada PT Urasima Putra Gamalindo difokuskan untuk hal-hal berikut ini: a) Mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Audit Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003) sebagai berikut, audit adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen) DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL (Variabel Independen) No Pertanyaan Jawaban Kuesioner I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 6. 7. 8. 9. Independensi Auditor internal mengemukakan pendapatnya dengan bebas tanpa mendapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pengendalian internal

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pengendalian internal BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh

Lebih terperinci

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS INTERNAL CONTROL OLEH: ERWIN FEBRIAN (14121005) PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA 2015 1 A. PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Menurut Ikatan Akuntasi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntan Publik (SAK ETAP) No.11 tahun 2013, pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Pengertian Audit Menurut William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan oleh Nuri, H (2005:16) mendifinisikan auditing yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perusahaan atau organisasi yang relatif kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi dan mengendalikan sendiri semua operasi perusahaan tetapi jika perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang sedang ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fungsi Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:201) adalah sebagai berikut: Kegunaan suatu hal; pekerjaan yang dilakukan (jabatan yang dilaksanakan);

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit BAB IV PEMBAHASAN IV. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perusahaan harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Persediaan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal. Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengendalian Internal II.1.1 Pengertian Pengendalian Internal Pengertian pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengendalian Intern. Pengendalian intern merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengendalian Intern. Pengendalian intern merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengendalian Intern Pengendalian intern merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak intern perusahaan untuk mengendalikan setiap komponen perusahaan seperti struktur

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT

PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis audit termasuk didalamnya adalah audit khusus atau investigasi. Melalui pembelajaran ini,

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat.

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil. ini belum menerapkan praktek yang sehat. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Rateksi (2012), menganalisis sistem pengendalian internal fungsi penjualan pada PT. Kembang Jawa Motor di Trenggalek. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode

BAB II LANDASAN TEORI. audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2006), audit operasional merupakan penelaahan atas bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Perencanaan Kegiatan Evaluasi Pengendalian Internal Evaluasi pengendalian internal adalah suatu kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN

KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN KUESIONER PEMERIKSAAN INTERNAL VARIABEL INDEPENDEN Jawaban Kuesioner No Pernyataan SS S N TS STS I. Kualifikasi Pemeriksaan Internal Independensi, Kompetensi, Integritas, Objektivitas, dan Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting

BAB II LANDASAN TEORI. Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Pengertian Auditing Boynton, Johnson, & Kell (2003:5) mendefinisikan auditing sebagai berikut: Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja persaingan yang berasal dari perusahaan-perusahaan nasional saja tetapi lebih merupakan world

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat satu dengan yang lainnya, yang berfungsi secara bersama-sama

Lebih terperinci

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas

KUESIONER. Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas LAMPIRAN I KUESIONER Responden yang terhormat, Saya bernama Natalia Elisabeth (mahasiswi fakultas ekonomi Universitas Kristen Maranatha) mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Pengertian Auditing Dalam bukunya, Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, P.A., Gania, G., & Budi, I.S. (2003:5) mendefinisikan auditing sebagai

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap perusahaan mengharapkan mendapat keuntungan untuk mencapai hal tersebut manajemen harus dapat mengelola faktor-faktor produksi dimana dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sebagaimana penulis ketahui pihak manajemen di dalam suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang optimal di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia usaha semakin ketat. Untuk meningkatkan daya saingnya, perusahaan hendaknya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern dalam menunjang pembelian bahan baku yang efisien dan efektif maka dapat

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Secara Umum II.1.1. Pengertian Audit Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, & Budi (2003:5) memberikan definisi : Auditing sebagai suatu proses

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT Definisi Materialitas FASB mendefinisikan materialitas sebagai berikut: Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi 1 2 3 4 5 6 Apakah internal auditor memiliki kedudukan yang independen dalam melakukan pemeriksaan

Lebih terperinci