BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi salah satu dari aktivitas dasar manusia pada umumnya. Di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi salah satu dari aktivitas dasar manusia pada umumnya. Di"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi salah satu dari aktivitas dasar manusia pada umumnya. Di kehidupan sehari-harinya, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi menurut hakikatnya adalah proses pernyataan antara manusia dengan manusia yang lainnya (Effendy, 2003:8). Komunikasi juga dapat dimaknai sebagai bentuk interaksi manusia yang saling memiliki pengaruh satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Komunikasi dalam bentuknya tidak hanya terbatas menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dapat dilihat dari ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2002:20). Organisasi ataupun perusahaan juga membutuhkan komunikasi dalam beraktivitas. Komunikasi ini digolongkan dalam salah satu bidang komunikasi yaitu komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia (human communication) yang berlangsung dalam lingkungan organisasi (Sendjaja, 1994:133). Komunikasi dapat terjadi antara pimpinan dan bawahan (komunikasi vertikal), antar karyawan (komunikasi horizontal) dan antara perusahaan dengan masyarakat umum (komunikasi eksternal) atau sering disebut juga komunikasi antara pimpinan perusahaan dan khalayak diluar organisasi/ perusahaan (Effendy, 2007). Khalayak di luar organisasi/ perusahaan yang dimaksud yaitu pelanggan, masyarakat sekitar, pemerintahan, dan media massa. 1

2 2 Perusahaan adalah tempat berlangsung kegiatan produksi dan tempat berkumpulnya semua faktor produksi. Dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1982 Pasal 1 Huruf (b) disebutkan, bahwa perusahaan adalah bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. Pada prinsipnya, perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, perusahaan mempunyai peranan yang penting demi kelangsungan hidup perekonomian nasional dan masyarakat luas. Mereka telah berperan penting bagi negara dalam menciptakan lapangan kerja, pembayaran pajak, kekayaan, produk dan jasa. Namun di sisi lain, aktivitas perusahaan khususnya di bidang industri telah menyebabkan permasalahan baru pada lingkungan dan terjadinya kesenjangan perekonomian antara masyarakat dan perusahaan. Kejadian ini menyebabkan adanya tekanan pada bisnis untuk berperan dalam isu-isu sosial yang melibatkan karyawan, stakeholder, masyarakat, lingkungan, dan pemerintah terus meningkat. Saat ini, konsep tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) mengalami perkembangan pesat dalam dunia usaha. Salah satu ide pokoknya terkait dengan perusahaan untuk tidak hanya mencari keuntungan, namun harus juga bersikap etis dan berperan dalam menciptakan investasi sosial. Di antaranya, yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat serta kegiatan karitas (Nursahid, 2006: 48).

3 3 Ide Corporate Social Responsibility (CSR) mulai dikenal sejak tahun 1970-an, dan sampai sekarang ide ini masih dianggap relevan digunakan oleh perusahaan. Namun di Indonesia, penerapan CSR baru digunakan pada tahun 1990-an. Di Indonesia, CSR saat ini merupakan kebijakan dari Pemerintah yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 dalam Undang-Undang tersebut mengamanahkan bahwa setiap perusahaan berkewajiban melaksanakan CSR. Pasal tersebut mencantumkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan/usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib menyisihkan dana sebesar 5-10% dari laba bersih untuk dialokasi sebagai aktivitas kepedulian terhadap lingkungan perusahaan dan sosial atau dalam konsepnya sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (Susanto, 2009: 19). Konsep CSR dapat menguntungkan bagi pemerintah setempat karena merupakan konsep pembangunan baru dalam menggalang dukungan dari pihak swasta, sehingga pemerintah dan swasta dapat bekerja bersama-sama dalam penyelenggaraan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani (2015) mengemukakan hal yang sama, pihaknya berharap program corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dapat terintegrasi dengan pemerintah. Khususnya dalam pembangunan wilayah-wilayah yang masih terpencil di Indonesia (ekbis.sindonews.com). Kami berharap CSR perusahaan swasta ini bisa membantu pemerintah dalam membangun daerah terpencil, seperti halnya pembangunan

4 4 perumahan, sanitasi, dan air bersih. Menyejahterakan masyarakat tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi kami juga perlu dukungan dari pihak swasta, Selama ini hanya pemerintah yang memiliki tanggung jawab terhadap pembangunan khususnya pembangunan masyarakat. Walaupun ada pihak swasta yang turut andil dalam berpartisipasi namun hanya berbentuk hibah dan bantuan sekedarnya. Kekurangannya, kegiatan yang dilaksanakan tidak berkelanjutan (Fadhli, 2011). Konsep CSR seharusnya lebih mengedepankan pembangunan yang berkelanjutan dan penguatanpenguatan ekonomi kerakyatan berupa program-program sosial jangka panjang. CSR juga merupakan suatu sikap yang diambil pelaku dunia usaha melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab kepada masyarakat, karena mereka telah mencemari lingkungan sekitar perusahaan. Biasanya terjadi pada perusahaan industri, karena perusahaan industri menghasilkan limbah yang merupakan sisa dari proses produksi perusahaan tersebut. Sesuai dengan pernyataan Moertinah (2010) yang mengatakan akibat pesatnya pembangunan industri, selain memiliki dampak positif namun juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Suatu fakta yang harus diselesaikan bahwa dalam proses produksi suatu industri selain produk yang bernilai juga dihasilkan limbah. Limbah tersebut berdampak sangat luas dan mengancam kehidupan masyarakat, baik langsung maupun jangka panjang apabila tidak dikelola dengan benar (Moertinah, 2010: ). Perusahaan memiliki peran terhadap kemerosotan kualitas lingkungan hidup, seperti timbulnya polusi, adanya eksploitasi tenaga kerja dan

5 5 eksploitasi sumber energi besar-besaran, kerusakan lingkungan sekitar dan penggunaan energi yang tidak bertanggung jawab. Kemerosotan kualitas lingkungan hidup seperti tersebut sebelumnya ini membawa dampak negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat (Sukarno,2006:62). Sehingga dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya pada kehidupan dan kesejahteraan manusia di sekitar perusahaan itu, pelaku dunia usaha atau pemilik perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal utama, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan, hal ini difokuskan sebagai kegiatan yang berkesinambungan atau berkelanjutan (Sari, 2013: ). Budimanta, A., Prasetijo, A., Rudito, B. (2004:28) menyatakan bahwa CSR pada perusahaan adalah suatu komitmen perusahaan untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bersama stakeholder terkait, terutama masyarakat di sekeliling perusahaan tersebut berada. Seyogjanya program CSR dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan. CSR yang awalnya hanya untuk memperoleh izin sosial dari masyarakat, saat ini peran CSR semakin penting dalam menganjurkan semakin luasnya tanggung jawab sosial perusahaan demi terciptanya keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial maupun lingkungan (Irwandar, 2014: 21). Hal ini juga menyadarkan kita bahwa perusahaan bukan hanya sebuah wujud bisnis belaka, tetapi juga wujud sosial sehingga keberadaannya dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Budimanta, et al., 2004).

6 6 Program CSR pada sebuah perusahaan biasanya berada di bawah Departemen Hubungan Masyarakat (Humas)/ Departemen Public Relations (PR). Hal ini dikarenakan Program CSR selain dilaksanakan dengan baik namun harus dapat dikomunikasikan dengan pihak lain. Divisi humas bertanggung jawab agar program-program yang ada di perusahaan dapat tersampaikan informasinya kepada stakeholder internal dan juga eksternal dari perusahaan itu sendiri. Salah satunya program CSR ini karena penting untuk diketahui oleh karyawan perusahaan yang merupakan internal stakeholder perusahaan ( Sejak tahun 1976 telah berdiri perusahaan-perusahaan bertaraf international di daerah Aceh, khususnya Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. Salah satunya adalah PT Arun Natural Gas Liquefaction (PT Arun NGL). Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan minyak dan gas yang dimiliki dan dibangun oleh Pertamina yang berlokasi di Desa Blang Lancang, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Kilang ini dicatatkan sebagai yang paling modern hasil temuan revolusioner teknologi minyak dan gas. Teknologi kilang ini dibangun dengan rekayasa konstruksi oleh perusahaan ternama dunia Bechtel. Pada tahun berdirinya, kilang tersebut merupakan sebuah terobosan diversifikasi energy untuk mendapatkan gas alam guna memisahkan unsur consedate sejenis minyak lainnya yang pengapalannya diekspor ke Selandia Baru, serta elpiji yang dijual ke pasar domestik sebagai produk ikutan ( Berdirinya PT Arun, NGL menjadi magnet bagi industri-industri yang lainnya, seperti berdirinya industri Pupuk PT Pupuk Iskandar Muda (PT

7 7 PIM) dan PT Asean Aceh Fertilizer (PT AAF) serta Industri Kertas PT Kertas Kraft Aceh (PT KKA). Ini dikarenakan bahan baku untuk memproduksi pupuk dan kertas tersebut berasal dari gas alam hasil pengolahan dari perusahaan ExxonMobil Oil Indonesia-Inc yang merupakan operator lapangan gas PT Arun, NGL. Menurut buku Aceh Utara Dari Kerajaan Samudera Pasai Menuju Era Industrialisasi, PT AAF dibangun pada 12 April 1979 oleh Toyo Engineering Corporation, perusahaan asal Jepang. PT AAF dibangun pada lahan seluas 307 hektare, masing-masing pabrik dan pelabuhan seluas 130 hektare, perumahan karyawan 88 hektare, jalur hijau 60 hektare, dan jalur pipa 29 hektare ( Pada pada tahun 1982 berdiri Pabrik PT Pupuk Iskandar Muda disingkat PT PIM. Pabrik ini merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia. PT. Pupuk Indonesia merupakan perusahaan yang membidangi industri pupuk urea dan industri kimia lainnya. PT PIM adalah pabrik pupuk urea pertama di Indonesia. Perusahaan ini dibangun oleh PT Rekayasa Industri yang merupakan kontraktor nasional. Pemerintah mempercayakan PT Rekayasa Industri sebagai kontraktor nasional pertama yang melaksanakan proyek berskala besar. Pada tanggal 24 Februari 1982 dengan nama PT Pupuk Iskandar Muda, PT PIM resmi didirikan berdasarkan akta notaris Soeleman Ardjasasmita, SH No. 54. Penentuan lokasi pembangunan pabrik PT PIM ditetapkan di Lhokseumawe-Aceh Utara. Hai ini didasarkan karena area Lhokseumawe-Aceh Utara memiliki faktor ketersediaan cadangan gas bumi sebagai sumber bahan baku, fasilitas water intake dan

8 8 adanya sarana pelabuhan sebagai tempat bongkar muat peralatan pabrik, serta letak yang sangat strategis bagi negara tujuan ekspor (PT PIM,2015:16). Setahun berselang, pada tahun 1985 PT Kertas Kraft Aceh (Persero) juga dibangun. PT Kertas Kraft Aceh (Persero) disingkat dengan PT KKA adalah salah satu perusahaan BUMN yang menghasilkan kertas kantong semen. Kompleks perumahan karyawan dan pabrik PT KKA dibangun dengan nilai investasi USD 424,650,151,- pada Tahun Lokasinya terletak di atas lahan seluas 219,2 ha di desa Jamuan, Kecamatan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. PT KKA mengoperasikan mesinnya pada tahun 1989 dan mulai berproduksi secara komersil pada tahun Sejak berdirinya pabrik-pabrik di atas, Aceh Utara terkenal dengan julukan kota Petro Dollar, bagaimana tidak? Terlepas dari konflik yang terjadi di Aceh sejak tahun 1976, wilayah Kabupaten Aceh Utara berubah menjadi kawasan industri dengan berdirinya pabrik-pabrik besar yang disebutkan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi di kawasan Aceh Utara terus meningkat di setiap tahun. Sehingga Kota Lhokseumawe sebagai Ibukota Aceh Utara pada saat itu menjadi kota kedua terbesar setelah Kota Banda Aceh yang merupakan Ibukota Provinsi Aceh ( Kemegahan pabrik-pabrik ini harus berakhir pada Tahun Satu per satu pabrik-pabrik tersebut berhenti beroperasi bahkan ditutup. Seperti disampaikan sebelumnya, bahwa untuk mengoperasikan pabrik tersebut sangat bergantung dari ketersediaan pasokan gas dari PT Arun. Sejak tahun

9 terjadi penurunan produksi gas oleh PT Arun sehingga prioritas utama pasokan gas hanya akan diekspor ke jepang dan Korea Selatan yang kontrak kerjanya berakhir sampai dengan tahun 2014 ( Pada tahun 2005 pabrik pupuk PT AAF harus tutup, karena pasokan gas dari Arun sudah tidak didistribusikan lagi ke perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh negara-negara Asean tersebut. Disusul pabrik kertas PT KKA yang menghentikan operasionalnya di tanggal 31 Desember 2007, karena kekurangan bahan baku dan gas ( Saat ini hanya Pabrik Pupuk PT PIM yang masih beroperasi untuk memproduksi urea. PT PIM menjadi satu-satunya pabrik yang tersisa setelah pada tanggal 15 Oktober 2014 menjadi hari terakhir bagi PT Arun mengapalkan gasnya ke luar negeri. Dan hari itu juga menjadi hari dimana pabrik PT Arun menghentikan operasionalnya ( Dalam perjalanan beroperasinya pabrik-pabrik di atas, banyak manfaatmanfaat yang diterima oleh masyarakat sekitar seperti: terbukanya lapangan kerja, (2) Terpenuhi kebutuhan masyarakat, (3) Peningkatan kesejahteraan/ pendapatan, (4) penghematan devisa negara, (5) Mendorong masyarakat untuk berfikir maju, (6). Terbukanya usaha-usaha lain diluar bidang perusahaan tersebut (Irwandar, 2014: 25). Bantuan sosial dan dana Program CSR pun sangat banyak dialokasikan untuk lingkungan di sekitar perusahaan. Program CSR ini tidak hanya berupa sumbangan material namun bersifat memberdayakan masyarakat agar masyarakat dapat berdiri sendiri, dapat mengembangkan keterampilan, dan kualitas yang dimilikinya dengan berbagai macam program CSR yang

10 10 dikhususkan kepada masyarakat agar terciptanya masyarakat yang sejahtera dan mengurangi kemiskinan (Nursahid, 2006:54). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustien (2010) menemukan bahwa peranan program CSR bidang pemberdayaan manusia dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningrum, T., Noor, I, dan Wachid, A juga menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dan parsial antara Program CSR di bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat. Menurut Anwas (2014), CSR hendaknya dilakukan dalam bentuk pemberdayaan. Potensi dan kebutuhan yang ada dalam diri dan lingkungan masyarakat yang perlu dibangun dan diberdayakan. Masyarakat perlu disadarkan agar berkeinginan membangun dirinya sendiri dan mampu membangun dirinya, dapat meningkatkan nilai kehidupannya ke arah yang lebih baik. CSR harus diarahkan untuk menggali potensi-potensi yang ada di masyarakat untuk dikembangkan (Anwas, 2014: 144). Potensi-potensi tersebut berasal dari sumber daya manusia, potensi sumber daya alam, potensi budaya, dan juga potensi sosial kemasyarakatan. Potensi itu selanjutnya dibina melalui berbagai kegiatan yang berkelanjutan dan berkesinambungan di dalam masyarakat. Tujuan pembinaan potensi ini adalah peningkatan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat serta peningkatan kemandirian, dan pada akhirnya kesejahteraannya juga meningkat. CSR harus memiliki peran yang nyata dalam masyarakat yaitu membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan

11 11 manusia yang mandiri dan mampu bersaing di era global (Anwas, 2014: 145). Dalam menjalankan Program CSRnya, perusahaan memfokuskan pada tiga hal utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan (Budimanta, et al., 2004). Menurut Anwas (2014) Implementasi pemberdayaan CSR dapat dilakukan melalui beberapa bentuk/ model. Model ini harus ditemukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan potensi sasaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2015) menemukan bahwa model CSR yang sesuai untuk Usaha Mikro Kecil Menengah di Madura adalah mengadakan pelatihan desain, pemberian permodalan dan promosi/ pemasaran (Kurniasari,2015). PT PIM sangat yakin bahwa kegiatan CSR tidak hanya pemberian sukarela, juga merupakan komitmen setiap kegiatan bisnis perusahaan ( Menurut mereka, perusahaan yang bertanggung jawab sudah semestinya memberikan sumbangsih dan pengabdian yang nyata bagi kemaslahatan masyarakat di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi. PT PIM telah menjalankan program tanggung jawab sosial (CSR) untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan menjadi nilai tambah bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Program CSR perusahaan ini meliputi bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan dan budaya (Sosial), pelestarian alam (lingkungan), dan pengembangan masyarakat (ekonomi) (PT PIM, 2015:94). PT PIM membagi daerah-daerah untuk diprioritaskan dalam hal mengalokasikan program CSR yang akan dilaksanakan, pembagian wilayah

12 12 tersebut terdiri dari Lingkaran I, Lingkaran II dan Lingkaran III (PT PIM, 2015: 94-95), berikut rinciannya: 1) Lingkaran I yaitu wilayah yang paling dekat dengan lokasi areal pabrik dan perumahan PT PIM, terdiri dari 5 desa, antara lain: Tambon Tunong, Tambon Baroh, Keude Krueng Geukueh, Paloh Gadeng dan Blang Naleung Mameh. 2) Lingkaran II yaitu wilayah selain desa Lingkaran I yang masih berada dalam wilayah kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. 3) Lingkaran III, yaitu seluruh wilayah yang ada diluar Lingkaran I dan Lingkaran II tetapi masih berada di Provinsi Aceh. Program CSR PT PIM di bidang pendidikan memiliki tujuan untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) dengan memprioritaskan bantuan kepada anak yatim dan fakir miskin yang berprestasi untuk seluruh tingkat pendidikan. Bantuan diberikan berupa perlengkapan sekolah bagi anak yatim piatu, beasiswa pendidikan, pelatihan bagi pemuda putus sekolah, pembangunan sarana prasarana sekolah, dan bekerjasama dengan perguruan tinggi. Di bidang kesehatan, Program CSRnya berupa bantuan biaya pengobatan fakir miskin, bantuan pengobatan massal, menyelenggarakan sunat massal, dan bantuan obat-obatan melalui lembaga swadaya masyarakat ( CSR PIM juga berpartisipasi untuk membantu pembangunan di lingkungan sekitar perusahaan, khususnya pembangunan yang berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat seperti membantu pengadaan sarana dan pemeliharaan fasilitas umum, bantuan bencana alam, bantuan

13 13 fasilitas dan perlengkapan olah raga khususnya pemuda, penanaman pohon trembesi dan pohon mangrove, bantuan bibit tanaman penghijauan, bantuan sarana dan fasilitas ibadah, serta bantuan kegiatan keagamaan dan bantuan hewan qurban ( Dalam pengembangan masyarakat sekitarnya, CSR PT PIM juga melakukan program di bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat. Program tersebut bertujuan untuk menciptakan usaha dan lapangan kerja baru. Terciptanya usaha dan lapangan kerja diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial. Bantuannya seperti: bantuan modal usaha kecil kepada para janda dan fakir miskin, membantu modal usaha kelompok pertanian dan peternakan, dan mengadakan fasilitas perlengkapan kelompok tani ( Namun demikian, walaupun dana dan Program CSR telah bergulir sedemikian banyaknya, belum tentu dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Karena menurut temuan peneliti dari Buku Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh 2015, angka kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara masih tinggi. Data BPS Aceh dalam Buku Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh 2015 menunjukkan pada tahun 2013 persentase penduduk miskin di Kabupaten Aceh Utara sebesar 20,34. Lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penduduk miskin Aceh sebesar 17,60 dan persentase penduduk miskin secara nasional 11,13. (BPS Aceh, 2015).

14 14 25,00% 20,00% 20,34% 17,60% 15,00% 10,00% 11,13% 5,00% 0,00% Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Utara Popinsi Aceh Nasional Gambar 1.1 Perbandingan Penduduk Miskin Tahun 2013 Di sektor ketenagakerjaan, ketenagakerjaan juga merupakan gambaran aktivitas masyarakat dalam mencapai kesejahteraan dan kelancaran ekonomi. Indikator ketenagakerjaan dapat memberikan gambaran tentang daya serap ekonomi terhadap pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja. Besaran Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan salah satu indikator untuk melihat Angka ketenagakerjaan. TPT adalah persentase jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang menjadi pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Besaran TPT di Aceh Utara sebesar 8,68 persen, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan TPT Aceh sebesar 7,43 persen dan Nasional sebesar 6,18 persen (BPS Aceh, 2015).

15 15 10,00% 8,00% 6,00% 8,68% 7,43% 6,18% Kabupaten Aceh Utara Propinsi Aceh 4,00% 2,00% 0,00% Tingkat Pengangguran Terbuka Gambar 1.2 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2015 Didasarkan atas hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti kembali berkenaan dengan terdapatnya hubungan antara Program Corporate Social Responsibility PT PIM di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. Program CSR pada PT PIM dan wilayah Lingkaran I PT PIM ditentukan sebagai lokasi penelitian ini, mengingat PT PIM merupakan satusatunya perusahaan industri raksasa yang masih beroperasional yang berada di Kota Lhokseumawe Aceh Utara. Alokasi dana yang dianggarkan PT PIM pada Program CSR bagi masyarakat sekitar periode tahun 2014 sebesar Rp ,-. Pemilihan PT PIM sebagai objek penelitian juga tidak lepas dari berbagai prestasi yang diraih pada tahun 2014 ( antara lain: 1) Mendapatkan predikat dengan sertifikat Proper Biru oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

16 16 2) Realisasi Hari Tanpa Kecelakaan Kerja tahun 2014 mencapai 1015 hari, dan tercatat hari tanpa kecelakaan kerja fatal dari tahun ) Realisasi Survey Kepuasan Lingkungan tahun 2014 mendapat skor, % dan masuk dalam Kategori Sangat Baik. 4) Realisasi Survey Kepuasan Karyawan tahun 2014 mendapat skor, 74,79% dan masuk dalam Kategori Puas. 5) Realisasi Assessment Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) tahun 2014 oleh Tim Eksternal PT Pupuk Indonesia (Persero) mendapat skor 479,75 Poin dan masuk dalam kategori band Good Performance. Wilayah Lingkaran I PT PIM yang terdiri dari 5 (lima) desa ini merupakan prioritas pertama ketika perusahaan tersebut menyusun dan merencanakan Program CSR. Lokasi penelitian ini dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian mudah diakses oleh peneliti. Lokasi penelitian juga mudah ditempuh, karena hanya berjarak km dari tempat domisili peneliti. Sehingga keterbatasan biaya dan waktu dalam pelaksanaan penelitian ini juga dapat ditanggulangi Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja Program-Program CSR yang dilakukan oleh PT PIM kepada masyarakat sekitarnya? 2. Seberapa besar hubungan antara program Corporate Social Responsibility PT PIM di Bidang Sosial, Lingkungan dan Ekonomi dengan pemberdayaan masyarakat sekitar?

17 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas yang telah saya uraikan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Program-Program CSR yang dilakukan oleh PT PIM kepada masyarakat sekitarnya. 2. Untuk melihat seberapa besar hubungan Program CSR PT PIM di Bidang Sosial, Lingkungan dan Ekonomi dengan pemberdayaan masyarakat sekitar Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya ilmu komunikasi. 2. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, acuan dan referensi pelaksanaan program yang akan dilakukan perusahaan di dalam memberdayakan masyarakat dan menjadi evaluasi serta acuan dalam mengimplementasikan CSR sehingga bermanfaat bagi masyarakat secara berkesinambungan. 3. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini menjadi titik awal bagi Pemerintah untuk dapat memanfaatkan program CSR dari berbagai perusahaan yang berada di wilayahnya sebagai program tambahan dalam mencapai tujuannya yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. 4. Bagi akademik, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wacana dalam perkembangan ilmu komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Program pembangunan yang demikian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang No.28, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEREKONOMIAN. Kawasan Ekonomi Khusus. Arun Lhokseumawe. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6021). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Inggris dan mulai sangat populer hingga dekade ke 20. Definisi Humas menurut Denny Griswold dalam buku Dasar- Dasar Public

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di Inggris dan mulai sangat populer hingga dekade ke 20. Definisi Humas menurut Denny Griswold dalam buku Dasar- Dasar Public BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Public Relations Hubungan Masyarakat atau Public Relations saat ini sangat populer di Indonesia, banyaknya jumlah perusahaan swasta maupun instansi pemerintahan yang

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan dikembangkan. Citra pada dasarnya merupakan salah satu harapan yang ingin dicapai perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari, Tingkat persaingan bisnis akan makin meningkat dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya, ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat

Lebih terperinci

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY STRATEGI DAN KEBIJAKAN Tanggung jawab perusahaan tersebut dituangkan dalam bentuk kepedulian Bank Riau Kepri dengan menyediakan dana bagi kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan bisnis saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk mampu memiliki langkahlangkah inovatif yang mampu memberi daya saing dengan kompetitor. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dianggap sebagai suatu lembaga yang memberikan banyak sekali dampak positif bagi masyarakat umumnya. Misalnya, menyediakan lapangan pekerjaan, menyediakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai makhluk yang mutlak memerlukan aktifitas berkomunikasi demi terselenggaranya kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto

Lebih terperinci

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017 PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup perekonomian dalam suatu negara yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi isu global yang fenomenal di dunia usaha atau bisnis, bahkan saat ini pengambilan keputusan ekonomi tidak

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan yang dihadapi dunia begitu cepat dan dinamis. Perkembangan ekonomi tentunya memberikan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaman ini banyak sekali perusahaan ataupun organisasi yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini menjadikan terciptanya persaingan antar perusahaan atau organisasi

Lebih terperinci

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Kegiatan bisnis tersebut memiliki tujuan untuk. sumber daya alam dan lingkungan di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Kegiatan bisnis tersebut memiliki tujuan untuk. sumber daya alam dan lingkungan di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebuah perusahaan atau badan usaha memiliki kegiatan bisnis dalam menjalankan usahanya. Kegiatan bisnis tersebut memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan hasil bumi, baik itu perkebunan, pertanian, pertambangan, dan lain sebagainya. Kekayaan yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan (Sawir, 2001:2).

BAB 1 PENDAHULUAN. ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan (Sawir, 2001:2). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu informasi yang dibutuhkan investor adalah informasi keuangan atau laporan tahunan. Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang

Lebih terperinci

Aceh Besar, Banda Aceh, Sabang, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. 5. Bantuan kepada masyarakat terdiri dari bantuan korban bencana alam,

Aceh Besar, Banda Aceh, Sabang, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. 5. Bantuan kepada masyarakat terdiri dari bantuan korban bencana alam, Hasil Wawancara : 1. Apakah kehadiran perusahaan serta kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara I Langsa sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat? 2. Apakah kontribusi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi seefisien mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. teknologi seefisien mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan semakin menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi global

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) tidak lepas dari pengoperasian perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang selalu bersinggungan dengan kehidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I SUMBER DAYA AIR. Air Minum. Penyediaan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 345 Tahun 2015) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam

PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN Oleh : Muhammad Islam PROGRAM EKONOMI PDI PERJUANGAN 2015-2019 Oleh : Muhammad Islam Outline. 1. Latar Belakang Platform Ekonomi PDI Perjuangan 1.GROUP BOSOWA 2. Beberapa Isu Strategis 3. Program-program PDI Perjuangan BERDAULAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah menyadari pemberdayaan usaha kecil menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility P.T. Pupuk Iskandar Muda dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitarnya

Corporate Social Responsibility P.T. Pupuk Iskandar Muda dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitarnya Corporate Social Responsibility P.T. Pupuk Iskandar Muda dan Pemberdayaan Masyarakat Sekitarnya Kana Rishky Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara kanarishky@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

n.a n.a

n.a n.a 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa memerlukan aspek pokok yang disebut dengan sumberdaya (resources) baik sumberdaya alam atau natural resources maupun sumberdaya manusia atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus acuan bertindak bagi para staf atau professional Public Relations (PR)

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus acuan bertindak bagi para staf atau professional Public Relations (PR) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan antara organisasi dengan masyarakat atau komunitas lebih tepat dipandang sebagai relasi yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi terwujudnya tanggung

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini wacana tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan - Corporate Social Responsibity (CSR) menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat luas,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebuah perusahaan berdiri untuk dapat berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebuah perusahaan berdiri untuk dapat berkembang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya sebuah perusahaan berdiri untuk dapat berkembang, beroperasi secara terus menerus dan dapat memperoleh laba. Tujuan ini bukanlah suatu hasil yang terjadi

Lebih terperinci