BAB I PENDAHULUAN. masih berada di dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. masih berada di dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya pembangunan manusia yang berkualitas, sejak manusia masih berada di dalam kandungan sudah dipantau pertumbuhan dan perkembangannya sehingga suatu kelainan bisa segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu, dapat diciptakan anak yang berkualitas tinggi dan mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Teori perkembangan menurut Sigmund Freud, Erick Erikson, Jean Piaget, dan Robert Sears mengatakan bahwa proses perkembangan terjadi selangkah demi selangkah secara urut dan teratur (AH Markum, 1996). Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulus yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Bahkan dikatakan bahwa The Child is the father of man. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila

2 tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak di kemudian hari. Oleh karena itu, fungsi keluarga sangat penting sehingga dalam perkembangan seorang anak memerlukan perhatian terutama ibu karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak (Soetjiningsih, 1995). Keluarga adalah langkah awal dari perkembangan anak, dengan demikian peranan orang tua, ayah dan ibu sebagai penanggung jawab keluarga sangat penting. Ibu pada umumnya merupakan orang yang paling peduli terhadap kualitas kehidupan, ibu juga merupakan orang terdekat dengan anak dengan demikian maka sangatlah penting peranan ibu dalam melatih anak dalam perkembangan motorik kasar anak yaitu melalui stimulasi kinetik yang dapat menimbulkan keberanian anak dalam perkembangan anak selanjutnya. Kurangnya stimulasi kinetik pada anak dapat menimbulkan hambatan perkembangan motorik selanjutnya, karena perkembangan motorik seorang anak berjalan secara teratur dan stimulasi kinetik merupakan sarana untuk melatih seorang anak untuk dapat melalui tahap perkembangan anak sesuai umur anak (Soetjiningsih, 1995). Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sedini mungkin dan memberikan stimulus pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental dan sosial (Hurlock, 1999).

3 Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program BKB (Bina Keluarga Berencana) untuk anak prasekolah (3-5 tahun) yang bertujuan menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin dengan menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif). Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Oleh karena itu, keluarga perlu mengetahui pentingnya stimulasi serta cara memberikan stimulasi yang efektif pada anak, karena sekarang ini banyak keluarga yang secara berlebihan memberikan alat permainan kepada anak yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah adalah penting, karena pada saat ini masih banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui adanya keterlambatan kemampuan anak yang dapat mengakibatkan gangguan perkembangan pada anak, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Pada masa anak usia prasekolah merupakan masa menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang akan menjadi dasar terbentuknya manusia seutuhnya (Soetjiningsih, 1995). Berdasarkan hasil penelitian Eni Hidayati (2005) yang dilakukan di kelurahan Sarirejo Guntur Demak mengenai hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun, hasil pengetahuan ibu baik (50.1%) dan tidak baik (49.9%), hasilnya

4 menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun tidak ada hubungan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Februari 2006 di Puskesmas Gemuh didapatkan 50% dari 60 orang ibu-ibu yang datang ke posyandu menyatakan bahwa anaknya pada usia prasekolah mengalami keterlambatan dalam perkembangan, misalnya; berjinjit, berdiri dengan satu kaki, menangkap bola. Padahal puskesmas dan kader-kader dalam pelaksanaan posyandu telah bekerja sama mengadakan penyuluhan tentang pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Dalam penyuluhan tersebut telah menunjukan gambar-gambar atau poster-poster yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak melalui KMS. Hasil survei pendahuluan di Desa Pucangrejo wilayah kerja puskesmas Gemuh Kendal sebelum penelitian ini dilakukan bahwa ibu yang berpendidikan rendah masih relatif besar, hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak didaerah ini. Sementara itu, penelitian akan hal ini belum pernah dilakukan di desa Pucangrejo. B. Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal. b. Menggambarkan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal. c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di Desa Pucangrejo Gemuh Kendal. D. Manfaat Penelitian Untuk memberikan masukan data tentang pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dan tingkat perkembangan motorik kasar anak prasekolah serta mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang diteliti oleh peneliti adalah Keperawatan Anak.

6

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan 1. Pengertian Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan psikomotor, atau biasa disingkat menjadi perkembangan motor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot (Satoto, 1990). Perkembangan psikomotor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot. Dimulai dengan gerakan kasar yang melibatkan bagian besar dari tubuh dari fungsi duduk, berjalan, berlari, meloncat dan lainlain. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi gerakan halus seperti meraih, memegang, melempar dan sebagainya. Pencapaian kemampuan tersebut mengarah pada pembentukan ketrampilan (Sakti, 2000).

8 Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Proses dalam menuju kesesuaian ini paling tidak mencakup 3 komponen yaitu berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, bermain dalam peranan dan perkembangan sikap sosial. Secara umum anak yang dikatakan perkembangan sosialnya baik adalah anak yang dapat melakukan kerjasama, persaingan sehat, kemampuan berbagi, simpati, empati dan bersahabat (Sakti, 2000). Perkembangan bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan (Soetjiningsih, 1995). 2. Aspek-aspek perkembangan Perkembangan pada masa usia toddler, petumbuhan fisiknya relatif lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya lebih cepat. Anak belajar berdiri, berlari, menaiki tangga, menggenggam dan memotong kertas, kemudian anak akan lebih perhatian terhadap lingkungannya dibandingkan masa sebelumnya. Menurut Soetjiningsih perkembangan anak dibagi menjadi 4 kelompok yang disebut sektor perkembangan yang meliputi : a. Perkembangan motorik kasar Perkembangan motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh yang dilakuakan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga (Nursalam, 2005), kemampuan kontrol ini berasal dari berkembangannya reflek-reflek dan aktivitas otot yang telah

9 muncul sejak bayi dilahirkan. Jika kemampuan ini tidak berkembang, maka seorang anak akan tetap tinggal tidak berdaya (Gamayanti, 1997). 1) Usia 1 tahun Anak usia 1 tahun perkembangan motorik kasarnya seperti : dapat berdiri sendiri, merangkak naik tangga, berjalan belum mantap dengan kaki lebar, lengan agak tertekuk dan diletakkan di atas kepala atau setinggi bahu untuk keseimbangan. 2) Usia 18 bulan Anak usia 18 bulan perkembangan motorik kasarnya antara lain berjalan dengan baik dengan kaki sedikit merenggang. Mulai berjalan dan berhenti dengan aman, berjalan menaiki tangga dengan bimbingan, merangkak mundur menuruni tangga.. 3) Usia 2 tahun Anak usia 2 tahun perkembangan motorik kasarnya meliputi berjalan dengan aman, berjalan ke arah bola besar jika ingin menendangnya, menunggangi mainan besar yang berada dan mendorong ke depan dengan kaki di lantai. 4) Usia 3 tahun Anak usia 3 tahun motorik kasarnya adalah naik sepeda roda tiga dan dapat membelok, dapat berjalan berjingkat. b. Perkembangan motorik halus

10 Perkembangan motorik halus adalah kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan tenaga (Depkes, 1994). 1) Usia 1 tahun Perkembangan motorik halusnya antara lain anak mampu mengambil gula kecil antara ibu jari dan jari lain dengan gerakan menjepit, menunjuk dengan sabar pada obyek yang ingin dilihatnya, membenturkan kubus. 2) Usia 18 bulan Perkembangan motorik halusnya meliputi mencorat - coret dengan spontan bila diberi krayon dan kertas dengan tangan yang disenan, menyusun menara dari 3 kubus sesudah diajari 3) Usia 2 tahun Perkembangan motorik halusnya meliputi meniru garis tegak, lebih jelas tangan yang disukai, mengenali orang dewasa yang dikenal pada foto sesudah ditunjukkan sekali. 4) Usia 3 tahun Motorik halusnya meliputi memotong dengan gunting, membandingkan 2-3 warna dasar (biasanya menyebut merah dan kuning dengan benar tetapi masih bingung antara biru dan hijau).

11 c. Perkembangan bahasa Bahasa merupakan suatu aspek perkembangan yang erat kaitanya dengan berpikir, karena bahasa merupakan suatu hal yang dipakai untuk mempresentasikan ide - ide atau apa yang dipikirkanya. Bahasa merupakan suatu rangkaian kata yang disusun menggunakan tata bahasa yang komplek, yang merupakan suatu hal sifatnya dipelajari sekaligus dipengaruhi oleh faktor kematangan. Anak belajar berbahasa secara otomatis dan kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan latihan, karena pada dasarnya belajar bahasa adalah melalui peniruan maupun pengalaman sehingga anak bisa menyebut benda arau nama orang disekitarnya (Hurlock, 1985). 1) Usia 1 tahun Perkembangan yang dapat dicapai pada anak usia ini adalah menunjuk orang yang dikenal, binatang, mainan dan lain-lain bila disuruh, berbicara 2-6 kata dengan jelas dan mengerti beberapa kata lain. 2) Usia 18 bulan Perkembangan yang dicapai pada usia ini adala anak menggunakan 6-20 kata yang dimengerti dan mengerti lebih banyak kata, menunjuk rambut, sepatu, hidungnya sendiri atau milik bonekanya. 3) Usia 2 tahun

12 Perkembangan yang dapat dicapai pada usia ini adalah anak menyusun 2 kata atau lebih untuk membentuk kalimat tunggal, menggunakan 50 atau lebih kata yang jelas dan mengerti lebih banyak lagi. 4) Usia 3 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak menyebutkan nama lengkap dan jenis kelaminnya, menanyakan banyak pertanyaan yang dimulai dengan apa, dimana dan siapa. d. Perkembangan Sosial Perkembangan sosial anak sebenarnya sudah dimulai sejak awal, yaitu pada saat seorang bayi telah dapat bereaksi terhadap lingkungan sosialnya, walaupun masih sangat sederhana, yaitu dengan adanya reaksi terhadap suara dan mulai memperhatikan wajah orang. Dengan bertambahnya usia dan kesempatan untuk bersosialisasi bagi anak, maka tingkah laku lekat juga mengalami perubahan. Kebutuhan anak untuk berhubungan dengan orang lain akan bertambah. Adanya kontak sosial dengan lingkungannya akan menghasilkan beberapa tingkah laku sosial antara lain negatifisme, tingkah laku agresif, bertengkar, menggoda, mengganggu, persaingan, kerja sama, berkuasa, sikap mementingkan diri sendiri, sikap simpatik. Bentuk-bentuk tingkah laku ini nantinya akan besar sekali pengaruhnya dalam kemasakan sosial (Hurlock, 1985).

13 1) Usia 1 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak dapat minum dari cangkir dengan sedikit bantuan, mengunyah, menaruh kotak kayu keluar masuk mangkuk atau kotak, menemukan mainan yang disembunyikan dengan cepat. 2) Usia 18 bulan Perkembangan dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak mengangkat dan memegang cangkir diantara 2 tangan dan minum tanpa menumpahkan, menunjukkan keinginan berak / BAB dengan gelisah atau bersuara. 3) Usia 2 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak dapat mengangkat dan minum dari cangkir dan mengembalikan ke meja, makan dengan sendok tanpa menumpahkan, tidak ngompol di siang hari. Bermain dekat anak lain tetapi tidak bermain bersama mereka. 4) Usia 3 tahun Perkembangan yang dapat dicapai anak pada usia ini adalah anak dapat makan menggunakan sendok garpu, dapat menarik atau menaikkan celana, tidak ngompol malam hari, bergabung dalam permainan dengan anak lain di dalam atau di luar ruangan.

14 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Menurut Soetjiningsih (1995) faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah: a. Faktor genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak, yang termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. b. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya 1) Faktor pranatal Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin / zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres dan imunitas. 2) faktor natal

15 Faktor lingkungan natal adalah faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak selama kelahiran, antara lain: meningitis, distosia, asfiksia. 3) Faktor postnatal a) Lingkungan biologis, antara lain: ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon (somatotropin, tiroid, glukokortikoid, hormon seks, insulin like growth factors (IGFs)). b) Faktor fisik antara lain: cuaca, musim, sanitasi dan keadaan rumah serta radiasi. c) Faktor psikososial antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua. d) Faktor keluarga dan adat istiadat antara lain: pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga., kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama dan urbanisasi. e) Karakteristik ibu Karakteristik merupakan akhlak yang membedakan seseorang daripada yang lain (Purwadarminta, 1982). Karakteristik ibu terdiri dari:

16 (1) Umur Umur / usia adalah lama seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang. Umur / usia seorang ibu dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, karena pemahaman seorang ibu dipengaruhi pengalamannya dalam memberikan perawatan dan stimulus terhadap perkembangan anaknya (Satoto, 1990). (2) Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mengembangkan secara aktif potensi dirinya dengan menggunakan metode-metode tertentu sehingga mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Poerbawatja, 1984). Sedang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

17 Disebutkan dalam UU No 20 tahun 2003 jenjang pendidikan dibagi atas: (a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang berbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. (b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang meliputi: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. (c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi Berdasarkan UU tersebut dapat disimpulkan tingkat pendidikan meliputi: pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat menggambarkan status sosial dan dapat menjadi modal dasar untuk pengambilan keputusan dan bertindak. Semakin tinggi

18 pendidikan semakin mudah seseorang menerima informasi serta lebih tanggap terhadap masalah yang dihadapi, sehingga dapat menentukan alternatif terbaik terhadap suatu hal (Suhardjo, 2003). Dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1995). Pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kenyataan bahwa bayi dari ibu yang mempunyai pendidikan tinggi mendapat kesempatan hidup, tumbuh, berkembang dengan baik (Kardjati, 1989). (3) Pekerjaan Peran ibu terhadap keluarga dapat dilihat dari waktu yang diberikan ibu untuk keluarga. Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu, tempat ibu bekerja serta banyaknya waktu yang dipergunakan ibu untuk bekerja (Pudjiadi, 2001). Dampak ibu bekerja terhadap anak sangatlah luas, yaitu dapat menyangkut kesehatan, keamanan, kebahagiaan, pendidikan anak dan sebagainya. Dalam masa pertumbuhan

19 dan perkembangan seharusnya anak mendapatkan rangsangan atau stimulasi yang tepat sesuai dengan tahap perkembangannya. Jika ibu sebagai pengasuh utama banyak meninggalkannya untuk bekerja, maka kemungkinan akan terjadi kemunduran perkembangan kognitif dan perilaku anak yang berakibat pada gangguan jangka panjang (Sakti, 2000). (4) Pengetahuan (a) Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). (b) Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003). (1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

20 dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,2003). (2) Memahami (Comprehension) Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepetasikan materi tesebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyabutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2003). (3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003).

21 (4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain (Notoatmodjo,2003). (5) Sintetis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada (Notoatmodjo,2003). (6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,2003).

22 B. Kerangka teori Menurut Soetjiningsih (1995), untuk mencapai tumbuh kembang tergantung pada potensi biologisnya, dan dalam proses perkembangan ini juga dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Menurut Satoto (1990) dan Sakti (2000) status ibu yang bekerja dan umur ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Berdasarkan landasan teori diatas maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut: Faktor lingkungan Genetik Periode post natal : a) Lingkungan biologis b) Faktor fisik c) Faktor psikososial d) Keluarga/adat istiadat e) Karakteristik keluarga/ibu : 1. Umur 2. Pendidikan Periode prenatal Perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosial). 3. Pekerjaan Perkembangan 4. Pengetahuan anak baik Anak sehat dan berkualitas

23 C. Kerangka Konsep Karakteristik ibu Pendidikan Pengetahuan Umur Pekerjaan Perkembangan anak yang meliputi : Motorik kasar, Motorik halus, Bahasa, Sosial Normal Tidak normal Keterangan : : diteliti : tidak diteliti D. Hipotesis Penelitian Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun). Ha: Ada hubungan antara karakteristik ibu dengan perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Di dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan komprehensif mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu mengukur variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetic dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah (3-5 tahun) dalam waktu yang sama atau sesaat. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak prasekolah yang tinggal di Desa Pucangrejo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh Kendal, yaitu berjumlah 194 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh

25 Kendal dan anak tidak mengalami gangguan kesehatan dan atau tidak mengalami cacat fisik atau mental. Besar sampel diperoleh dengan rumus : n = N 1+ N(d 2 ) Keterangan : N n : Populasi : Sampel d 2 : Tingkat ketepatan Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel sebesar 130 orang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. C. Definisi Operasional Pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik adalah tingkat pemahaman ibu mengenai stimulasi kinetik pada anak prasekolah yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, cara stimulasi. Pengetahuan ibu diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk multiple choice (pilihan ganda). Skala pengukuran pada variabel bebas ini adalah interval yaitu : dengan kemungkinan jawaban skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah sehingga rentang nilainya adalah hasilnya kemudian dikategorikan tinggi bila skornya 18-25, sedang bila skornya dan rendah bila skornya 0-9.

26 Tingkat perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) adalah kemampuan motorik kasar yang mampu dicapai anak usia prasekolah, yang diukur dengan lembar observasi KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan). Skala pengukuran variabel terikat ini adalah interval yaitu nilai 1 bila anak bisa melakukan dan nilai 0 bila anak tidak bisa melakukan sehingga rentang nilainya adalah 1-6. Hasilnya kemudian dikategorikan baik bila skornya 5-6, cukup bila skornya 3-4 dan kurang bila skornya 1-2. D. Metode Pengumpulan Data 1. Metode pengumpulan data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membagikan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dan lembar observasi KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) yang digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. 2. Instrumen Penelitian Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian diantaranya bagian pertama untuk melengkapi data sosio demografi responden, bagian kedua untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik, bagian ketiga lembar observasi KPSP untuk mengukur tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.

27 Kuesioner yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti dan sesuai dengan referensi yang ada, oleh karena itu perlu diuji validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut. 3. Uji validitas dan uji reliabilitas a. Uji validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2003). Untuk menguji validitas dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut : r = N X Y ( N N( xy) ( x y) x ( x )( n y ( : Jumlah sampel : Nomer pertanyaan : Skore total y) 2 )) XY : Skore pertanyaan nomer dikalikan skore total Instrumen dikatakan valid apabila hasil penghitungan menunjukan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf kesalahan α = Harga kritis product moment (r tabel) dengan jumlah 15 sampel dan taraf signifikan 0.05 adalah Harga r xy atau r hitung 25 item

28 pertanyaan adalah antara yang lebih besar dari r tabel (0.514), berarti 25 item tersebut valid. b. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal konsistensi dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekalian saja (Arikunto, 2002). Pengujian realibitas dengan tehnik Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut : r 2 = K ΣSi St K 1- (K + 1) St Si 2 2 : Mean kuadran antara obyek : Mean kuadran kesalahan : Variasi total Instrument penelitian telah dilakukan uji coba pada 15 sampel dengan Alfa Cronbach, nilai alpha pada uji reliabilitas adalah dan lebih besar dari 0.60, berarti instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Sedangkan 5 soal yang tidak valid sudah dikeluarkan dari kuesioner. E. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :

29 Editing yaitu melakukan pengecekan jawaban kuesioner, apakah jawaban yang diberikan sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi. Coding yaitu merubah data berbentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah dalam analisa data. Setelah data terkumpul masing-masing jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam analisa data. Untuk variabel pengetahuan jika jawaban responden benar maka diberi kode 1 dan jika jawaban responden salah maka diberi kode 0, sehingga nilai berada pada rentang Sedangkan pada variabel perkembangan jika responden dapat melakukan diberi kode 1 dan jika tidak bisa melakukan diberi kode 0. Tabulating yaitu menyusun data-data dalam bentuk tabel. Kegiatan mengelompokkan data-data hasil penelitian yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel. Entry data yaitu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk dilakukan pengolahan data sesuai kriteria. 2. Analisa data Analisa Univariat diukur dengan menggunakan mean dan standar deviasi karena data berskala numerik (interval), sedangkan untuk analisa bivariat yaitu menggunakan uji Spearmen Correlation karena pada saat dilakukan uji kenormalan didapatkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Berdasarkan uji tersebut, maka Ho diterima dan Ha ditolak, bila didapatkan

30 nilai p > 0,05 sebaliknya Ho ditolak dan Ha diterima bila diperoleh nilai p 0,05, dimana : Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah. Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimilasi kinetik dengan tingkat pekembangan motorik kasar anak usia prasekolah. F. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti akan memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi: Informed Consent, yaitu lembar persetujuan penelitian yang diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria yang sebelumnya telah diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian dan bila bersedia dimohon untuk menandatangani surat persetujuan responden; Anonymity (kerahasiaan identitas), kerahasiaan identitas responden penelitian dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dengan cara memberikan kode atau tanda pada lembar kuesioner yang kode itu hanya diketahui oleh peneliti; dan Confidentiality (kerahasiaan informasi), dimana kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara cross sectional terhadap 130 orang ibu dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, yang dilakukan pada tanggal 12 April sampai dengan 8 Mei Adapun hasil-hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik Responden (Ibu) Responden dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia prasekolah (3-5 tahun) yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal yang telah memenuhi kriteria sampel. Adapun jumlah populasi sebanyak 194 orang, sehingga didapatkan sampel sebanyak 130 orang. Tabel 4.1. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur,Pendidikan, Pekerjaan). di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun Karakteristik responden n % Umur Dewasa muda Dewasa Dewasa tua Pendidikan Tidak sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT Pekerjaan PNS Swasta ,4 56,2 18,5 Total ,8 19,2 40,8 24,6 11,5 Total ,6 18,5

32 Buruh Tani ,5 25,4 Total Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun), yang berumur dewasa muda sebesar 25,4%, dewasa 56,2%, dewasa tua 18,5%. Sedangkan responden yang tidak tamat sekolah sebesar 3,8%, tamat SD sebesar 19,2%, tamat SLTP sebesar 40,8%, tamat SLTA sebesar 24,6%, tamat PT sebesar 11,5%. Kemudian sebagian besar responden bekerja sebagai buruh yaitu sebesar (41,5%). 2. Karakteristik anak Tabel 4.2. Distribusi frekuensi Karakteristik Responden (Umur ibu).di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun Variabel n % 3 tahun 4 tahun 5 tahun ,9 46,2 16,9 Total Berdasarkan tabel di atas, dari 130 anak yang menjadi sampel didapatkan jumlah anak yang berusia 3 tahun sebanyak 48 anak (36,9%), 4 tahun sebanyak 60 anak (46,2%), dan 5 tahun sebanyak 22 (16,9%). 3. Pengetahuan responden. Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun Variabel n % Rendah Sedang Tinggi ,3 36,9 30,8 Total Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun), yang tingkat pengetahuannya rendah sebanyak

33 42 orang (32,3%), berpengetahuan sedang sebanyak 49 orang (36,9%),dan yang berpengetahuan rendah sebanyak 39 orang (30,8%). 4. Perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun). Tabel 4.4. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun Variabel n % Kurang Cukup Baik ,0 31,5 38,5 Total Berdasarkan tabel diatas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun), anak yang perkembangannya kurang sebanyak 39 orang (30,0%), perkembangan cukup sebanyak 41 orang (31,5%), sedang anak yang tingkat baik sebanyak 50 orang (38,5%). 5. Hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan Tabel 4.5. Analisa hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal tahun Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi Total Perkembangan Total Kurang Cukup Baik n % n % n % n % 21 50, ,1 5 11, , , , ,4 5 12, , , , ,5 130 p value 0,001 Berdasarkan tabel di atas, dari 130 jumlah responden dengan anak usia prasekolah (3-5 tahun) dari hasil analisa statistik dengan uji Spearman didapatkan p value sebesar 0,001. Hasil tersebut menunjukan bahwa P value

34 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan perkembangan anak. B. Pembahasan Setelah dilakukan penelitian, kondisi anak yang tinggal di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, ternyata sebagian besar perkembangannya normal atau baik. Dimana hasil pengukuran perkembangan ini dengan menggunakan pedoman Denver II yang sudah sesuai dengan standar internasional melalui lembar observasi Kuesioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP). Menurut Suganda (2002) Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat kualitatif sehinggga pengukurannya lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan yang biasa dilakukan. Proses tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut akan saling berhubungan dengan proses perkembang baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah ibu, kondisi ibu pada saat mengasuh anaknya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuh kembang seorang anak. Dimana latarbelakang pendidikan ibu, pengetahuan, umur dan keadaaan ibu yang bekerja berakumulasi dalam membentuk perkembangan seorang anak (Anwar, 2005). Hasil penelitian di desa Puncangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal, menujukan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi sebagian besar

35 (71,8%) perkembangan anakya baik, sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah separuh (50,0%) perkembangan anaknya kurang. Sebelum dilakukan uji hubungan antara pengetahuan dengan perkembangan dilakukan uji kenormalan, ini dilakukan untuk menentukan uji yang nantinya akan dilakukan. Dari hasil uji kenormalan didapatkan P value : 0,001, ini menunjukan bahwa data berdistribusi tidak normal. Dari hasil tersebut maka uji yang dilakukan adalah spearman, hasil yang didapat setelah dilakukan analisa adalah nilai p value sebesar Hal ini menunjukan terdapat hubungan yang bermakna karena nilai p value < 0,05. pada data awal sebelum dilakuakan penelitian peneliti melakukan studi pendahuluan, dimana 50% dari 60 orang ibu yang datang ke posyandu menyatakan bahwa anaknya mengalami keterlambantan dalam perkembangan sedangkan hasil yang didapatkan separuh lebih perkembangan anaknya baik, ini dimungkinkan karena ibu belum begitu mengetahui tingkat perkembangan yang harus dicapai oleh anaknya, dan didapatkan juga data saat studi pendahuluan bahwa ibu yang berpendidikan rendah masih relatif besar. Saat memberikan asuhan dan stimulus terhadap anak, ibu dipengaruhi oleh sikap dan kondisinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (1999), bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak dapat dilihat dari sikap ibu yang berpengalaman, luwes, aktif atau mempunyai rasa keingin tahuannya yang tinggi, tidak melindungi anak secara berlebihan, tidak permisivitas (tidak membiasakan anak untuk berbuat sesuka hati), tidak memanjakan, dapat menerima keadaan anak secara keseluruhan, dan dapat

36 berbuat sadar. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang perkembangan anak, maka ibu akan mampu mendidik anaknya sesuai dengan usia dari tugas perkembangan anak. Keadaan ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak dapat dilihat dari sikapnya yang demokratis, dapat menerima keadaan anak atau dapat mengetahui sifat anak pada usia 3-5 tahun dalam pemberian pola asuh, sikap ini dalam bentuk seperti: sabar, penuh kasih sayang, dan konsisten dengan teguran halus terhadap larangan yang diberikan. Menurut Hariweni (2003) bahwa seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan kebutuhan dasar pada anak untuk tumbuh kembangnya. Dimana orang tua (ibu) berperan sebagai panutan bagi anak dalam melakukan beberapa ketrampilan, dan anak akan beradaptasi dengan lingkungan serta melakukan interaksi dengan cepat bila anak mengalami kegagalan sesuai dengan tahap dan tugas perkembangannya. Perkembangan motorik kasar anak adalah hal yang penting, dan peran ibu sebagai seorang pengasuh sangat berpengaruh terhadap perkembangan anaknya. Dimana pengetahuan seorang ibu akan perkembangan sangat berpengaruh terhadap pola dan cara ibu dalam memberikan asuhan dan stimulasi terhadap anak, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Menurut Hurlock (1999), kesempatan untuk menggerakkan semua anggota tubuh, rangsangan dan dorongan kepada anak mempercepat tercapainya kemampuan motorik. Perkembangan motorik yang kurang atau gagal meskipun ibunya mempunyai tingkat pengetahuan baik kemungkinan

37 disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota tubuhnya, serta adanya perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik anak. Menurut pendapat Pramusinta (2002) agar orang tua mampu melakukan fungsinya dengan baik maka orang tua perlu memahami tingkat perkembangan anak dan mempunyai motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang anak. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dan faktor tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, dimana saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Peran orangtua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, terutama ibu. Keadaan ibu dalam memberikan asuhan dan stimulasi terkadang mengalami hambatan, keterbatasan ibu dalam memberikan asuhan ini karena kondisinya dalam pemahaman mengenai perkembangan anak kurang, yang menyebabkan ibu tidak bisa memberikan kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalani oleh anaknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang perkembangan psikomotor maka ibu akan mendidik anaknya sesuai dengan usia dari tugas perkembangan psikomotor anak, sehingga anak dapat memenuhi perkembangannya sesuai dengan tahap usia perkembangan yang harus dicapainya. C. Keterbatasan Penelitian 1. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan konsep teori, meskipun telah dilakukan uji coba untuk menguji

38 validitas dan realibilitas namun kuesioner yang digunakan tersebut tidak luput dari kekurangan. 2. Jumlah sampel yang sedikit sehingga penelitian tidak dapat digeneralisasikan. 3. Faktor-faktor lain yang belum dapat diteliti, baik faktor internal maupun eksternalnya yang mempengaruhi perkembangan anak.

39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah tinggi (71,8%) 2. Tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah di desa Pucangrejo wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal adalah baik (38,5%) 3. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi kinetik dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah (3-5 tahun). B. Saran Perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat (pengetahuan ibu) tentang pola asuh anak, cara stimulasi dan pemantauan perkembangan anak sesuai usia, dalam hal ini perlu keterlibatan aktif dari tenaga kesehatan terutama perawat puskesmas untuk memberikan penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. subjek (Notoatmodjo, 2005). Di dalam penelitian ini diharapkan mampu

BAB III METODE PENELITIAN. subjek (Notoatmodjo, 2005). Di dalam penelitian ini diharapkan mampu 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA Nurlaila*, Nurchairina* Masa balita adalah Masa Keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independent dan dependent, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK. OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK. OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E. 1211011066 PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 RENCANA PROSES PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PERMOHONAN CALON RESPONDEN. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

PERMOHONAN CALON RESPONDEN. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : PERMOHONAN CALON RESPONDEN Semarang, Maret 2006 Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Marisa Aprilina NIM : G2A204022 Alamat : Ds.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang BAB I METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA USIA 3-5 TAHUN DI POSYANDU DESA CISAYONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA REPI SEPTIANI RUHENDI MA0712020 INTISARI Setiap

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang Anak dan Cara Deteksi Dini menggunakan KPSP Sasaran : Keluarga Bapak S Hari/Tanggal : Senin, 01 Agustus 2016 Tempat : Rumah Bapak S Waktu : Pukul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pada pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar

Lebih terperinci

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat.

sedangkan status gizi pada balita sebagai variabel terikat. 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independen dan dependen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (tingkat pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu metode menelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering ditemukan oleh tenaga kesehatan. Semenjak dari masa kehamilan sampai meninggal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak adalah dambaan dari setiap orang tua untuk melanjutkan keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 13-59 BULAN OLEH : ASTIK UMIYAH Email: astikyoyok@gmail.com PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa

= 141,1 dibulatkan menjadi 141 siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian komparasi untuk membandingkan pengetahuan dan sikap remaja perokok dan bukan perokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL SKRIPSI Disusun oleh: Dani Agus Triana Putriningtyas 201510104379

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yang bertujuan menerangkan masalah penelitian yang terjadi pada anak

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *) STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO Sarmini Moedjiarto *) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. Cross sectional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelational untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelational untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan metode Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelational untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas yaitu peran pengawas minum

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe

BAB III METODE PENELITIAN. (umur, status pendidikan, status ekonomi (pendapatan), pengetahuan, tipe BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (umur, status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. Pendekatan ini merupakan rancangan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik, yaitu untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif study korelasi (Correlation Study ) dengan pendekatan belah lintang (cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi deskriptif korelasi yang merupakan penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antar variabel (Alimul, 2003). Rancangan penelitian

Lebih terperinci

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF BALITA 1-3 TAHUN DI POSYANDU JINTEN 12 RW XII BADRAN,BUMIJO, JETIS,YOGYAKARTA Sudarti 1, Afroh Fauziah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua. Pengertian ini memberi gambaran bahwa anak tersebut adalah turunan dari ayah dan ibu sebagai turunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan korelatif antara dua variabel, variabel independent (tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Analitik bertujuan mencari hubungan pengetahuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Analitik bertujuan mencari hubungan pengetahuan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melaui pengujian hipotesa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen (bebas) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 % BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational research) yang bertujuan untuk menentukan besar variasi variasi pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Diskriptif Korelasi yaitu mendiskripsikan variabel bebas dan terikat, kemudian melakukan analisis korelasi antara kedua

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN FAKTOR POSTNATAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI WILAYAH LAMPUNG UTARA Ricca Dini Lestari*, Nora Isa Tri Novadela* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang e-mail

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini pengukuran perilaku menggunakan kuesioner. Dengan 15 pernyataan yang berisikan tentang perawatan kejang demam pada balita usia 0-5 tahun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah salah satu bentuk kegiatan dibidang kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup keperawatan adalah keperawatan anak.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dengan variabel terikat (Nursalam, 2003). Variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dengan variabel terikat (Nursalam, 2003). Variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penlitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi diskriptif kolelaxional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu pengetahuan, pendidikan, sarana, dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu. menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu. menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskritif korelasi, yaitu bertujuan untuk menggambarkan suatu kejadian pada variabel dan menentukan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional, untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menjelaskan hubungan variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional yaitu studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kenyataan atau data objektif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan bisa terjadi, kemudian

Lebih terperinci