BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Leony Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Dasar Skabies a. Definisi Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh (Djuanda, 2007). Di Indonesia skabies sering disebut kudis, orang Jawa menyebutnya gudik, sedangkan orang sunda menyebutnya budug (Cakmioki, 2007). Skabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, dapat mengenai semua golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Al-Falakh, 2009). Skabies merupakan erupsi kulit yang disebabkan oleh investasi lesi popular, pustule, vesikel dan kadang-kadang erosi serta krusta yang menimbulkan gatal yang ditemukan terutama pada tubuh daerah celah dan lipatan, penyakit ini biasanya ditemukan pada orang-orang yang kondisi higienenya kurang, tetapi bisa juga dijumpai pada orang yang higiene bersih yang melakukan kontak langsung ataupun tidak dengan penderita skabies. b. Etiologi Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk 11
2 12 filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acariiesna, super family Sarcoptes (Sudirman, 2006). Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan perut, tidak berwarna, yang betina berukuran mikron, sedangkan yang jantan berukuran mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulan. Sarcoptes scabiei betina terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu cambuk demikian hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3 saja (Iskandar, 2000). c. Klasifikasi Menurut Sudirman (2006) skabies dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Skabies pada orang bersih (Scabies in the clean) Tipe ini sering ditemukan bersamaan dengan penyakit menular lain. Ditandai dengan gejala minimal dan sukar ditemukan terowongan, kutu biasanya menghilang akibat mandi secara teratur. 2) Skabies pada bayi dan anak kecil Gambaran klinis tidak khas, terowongan sulit ditemukan namun vesikel lebih banyak, dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki.
3 13 3) Skabies noduler (Nodular scabies) Lesi berupa nodul coklat kemerahan yang gatal pada daerah tertutup. Nodul dapat bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun walaupun telah diberikan obat anti skabies. 4) Skabies in cognito Skabies akibat pengobatan dengan menggunakan kostikosteroid topikal atau sistemik. Pemberian obat ini hanya dapat memperbaiki gejala klinik (rasa gatal) tapi penyakitnya tetap ada dan tetap menular. 6) Skabies yang ditularkan oleh hewan (Animal transmited scabies) Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dapat sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang bersih. 7) Skabies krustosa (Crustes scabies / Scabies keratorik ) Tipe ini jarang terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi keterlambatan diagnosis maka kondisi ini akan sangat menular. 8) Skabies terbaring di tempat tidur (Bed ridden) Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus terbaring di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. 9) Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain Apabila ada skabies di daerah genital perlu dicari kemungkinan penyakit menular seksual yang lain, dimulai dengan pemeriksaan biakan atau gonore dan pemeriksaan serologi untuk sifilis.
4 14 10) Skabies dan Aquired Immuodeficiency Syndrome (AIDS) Ditemukan skabies atipik dan pneumonia pada seorang penderita. 11) Skabies dishidrosiform Jenis ini di tandai oleh lesi berupa kelompok vesikel dan pustule pada tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh dengan obat antiskabies (Sudirman, 2006). d. Cara Penularan Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung seperti bersentuhan langsung dengan penderita skabies, berjabat tangan atau melalui hubungan seksual. Sedangkan penularan secara tidak langsung yaitu memakai pakaian secara bergantian, handuk, selimut dan peralatan lainnya secara bersamasama dengan penderita skabies (Djuanda, 2007) Penularan biasanya melalui Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh larva. Dikenal pula Sarcoptes scabieivar. Animalis yang kadang-kadang menulari manusia (Djuanda, 2007). Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, kebersihan perseorangan dan sanitasi lingkungan, yang disebabkan oleh. antara lain : 1) Tingkat pengetahuan yang rendah, sehingga tidak memahami betapa pentingnya kebersihan diri sendiri 2) Tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan yang masih sangat rendah. 3) Tingkat ekonomi yang rendah sehingga mempengaruhi dalam memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan standar kesehatan
5 15 4) Faktor kemiskinan, sehingga masyarakat tinggal ditempat yang tidak layak dan kumuh. 5) Biasanya skabies mudah menular ditempat yang orang-orangnya hidup berkelompok seperti asrama, pondok pesantren dan lainnya. 6) Penggunaan fasilitas umum secara bersamaan didaerah yang padat penduduknya seperti wc umum, kamar mandi umum dan sebagainya. e. Gambaran Klinis Keluhan pertama yang dirasakan oleh penderita adalah rasa gatal terutama pada malam hari (Pruritus nokturnal) atau bila cuaca panas pasien berkeringat (Sudirman, 2006). Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini (Al-Falakh,2009). 1) Proritus nokturnal yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. 2) Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam keluarga biasanya seluruh anggota keluarga, pemukiman yang padat penduduknya, sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut yang dikenal dengan istilah hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarga terkena. 3) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata rata 1 centimeter, pada ujung terowongan ditemukan tonjolan padat (papula) atau kantung cairan (vesikel) dan jika ada infeksi sekunder, timbul gelembung leokosit (polimorf)
6 16 4) Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau, gatal yang hebat terutama pada malam hari dan adanya tanda bintil (papula), bintil bernanah (pustule), bekas garukan (ekskoriasi) dan bekas-bekas lesi yang berwarna hitam (Sudirman, 2006). f. Diagnosis Diagnosis penyakit skabies sampai saat ini masih menjadi masalah dalam dermatologi (Sudirman, 2006). Penetapan diagnosa Skabies ditegakkan atas dasar : 1) Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok berwarna putih abu-abu, panjangnya beberapa millimeter sampai satu sentimeter dan pada ujungnya tanpak vesikel, papule atau pustule. 2) Tempat pedileksi : sela jari, pergelangan tanganbagian volar, lipat siku, lipat ketiak bagian depan, sekitar umbilikus, abdomen bagian bawah dan genitalia eksterna pria. 3) Adanya gatal hebat pada malam hari dan ada anggota keluarga yang menderita skabies, maka dicurigai adanya skabies. 4) Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies yang efektif. 5) Diagnosis pasti baru bisa ditegakkan bila dalam pemeriksaan langsung melalui kerokan lesi ditemukan kutu dewasa, telur, larva atau skibala dalam terowongan.
7 17 6) Melalui pemeriksaan mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya (Cakmoki, 2007). g. Pengobatan Menurut Al-Falakh (2009) syarat obat yang ideal adalah : 1) Harus efektif terhadap semua stadium tungau 2) Harus tidak menimbulkan iritasi ataupun toksik. 3) Tidak berbau, kotor dan merusak warna pakaian. 4) Mudah diperoleh dan murah harganya Cara pengobatannya adalah seluruh anggota keluarga harus diobati termasuk penderita yang hiposensitisasi (Al-Falakh, 2009). Obat-obat yang biasa digunakan dalam pengobatan skabies antara lain : a. Obat Topikal oles 1) Belerang Endap Dengan kadar 4-20% dalam bentu zalf atau krim, preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangan zalf ini berbau dan mengotori pakaian dan terkadang menimbulkan iritasi, zalf ini boleh digunakan pada balita berumur dari 2 tahun. 2) Emulsi Benzil Benzoas Dengan kadar 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari, obat ini sulit diperoleh, sering membuat iritasi dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
8 18 3) Gama benzena heks klorida Dengan kadar 1% dalam bentuk krim dan lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak-anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, jika masih ada gejala maka diulangi seminggu kemudian. 4) Krotamiton Dengan kadar 10% dalam bentuk krim atau lotion, merupakan obat pilihan yang mempunya dua efek yaitu sebagai anti skabies dan anti gatal. 5)Premetrin Dengan kadar 5% dalam bentuk krim yang pemakaiannya hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam, bila belum sembuh diulangi lagi selama seminggu dan obat tidak dianjurkan pada bayi dibawah 2 bulan. b. Sistemik 1. Antibiotik, jika terdapat infeksi sekunder atau pustulasi 2. Antihistamin sedative untuk mengurangi rasa gatal, sebaiknya diminum pada malam hari 3. Apabila gatal sangat hebat dan menetap, maka diberikan Prednison 20mg tablet selama 3 hari.
9 19 c. Edukasi 1) Obati seluruh anggota keluarga dan orang-orang terdekat secara bersamaan yang juga mengalami gatal-gatal. 2) Cuci pakaian, seprei, selimut, sarung dan bantal yang digunakan selama pengobatan dengan air panas, serta menjemur kasur dan bantal dipanas matahari yang terik agar kuman kabies mati. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya Skabies. a. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (Overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni : 1). Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2). Memahami (Comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.
10 20 3). Aplikasi (Aplication ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan unt uk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4). Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tertentu, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5). Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungklan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. 6). Evaluasi (Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan disini adalah segala sesuatu yang diketahui responden dalam usaha pencegahan penyakit skabies. Meliputi pengertian penyakit skabies, cara penularan baik langsung maupun tidak langsung, masa inkubasi kuman skabies, gejala -gejala penyakit skabies, daerah yang paling sering terkena, dan cara-cara pencegahan agar tidak tertular (Andayani, 2005) Ukuran Pengetahuan : a) Jika jawaban benar akan diberi nilai satu (1)
11 21 b) Jika jawaban salah akan diberi nilai nol (0) b. Personal Higiene Personal higiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan kesehatannya dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan (Pratiwi, 2008). Menurut Mubarak (2008), personal higiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan personal higiene diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit, praktek personal higiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan, dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi tindakan higiene pasien atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan higiene pasien atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan (Potter & Perry, 2005) Menurut Potter danperry (2005), sikap seseorang melakukan personal higiene dipengaruhi oleh dan sejumlah faktor antara lain : 1) Citra tubuh (Body Image) penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya personal higiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal higiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sudeen, 1999 dalam setiadi, 2005). Citra tubuh
12 22 dapat berubah, karena operasi, pembedahan atau penyakit fisik dimana citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan higiene. Body image seseorang berpengaruhi dalam pemenuhan personal higiene karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. Praktik sosial kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien berhubungan dapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal higiene. 2) Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi menurut Friedman (1998), pendapatan keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik personal higiene. Untuk melakukan personal higiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya. sabun, sikat gigi, sampo, dll). 3) Kebudayaan dan nilai pribadi Hal ini juga mempengaruhi kemampuan perawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek perawatan personal higiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan defenisi tentang
13 23 kesehatan dan perawatan diri. Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang berbeda, perawat menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya (Potter & Perry, 2005). 4) Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan personal higiene. Seorang pasien yang menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan traksi membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi jantung, neurologis, paru-paru, dan metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan pasien tidak mampu dan memerlukan perawatan personal higiene total. Pemeliharaan personal higiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal higiene baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam personal higiene dan tujuannya adalah :
14 24 (a). Perawatan kulit Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal higiene. Seorang pasien yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit akan beresiko terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan yang tergantung dan terpapar tekanan dari dasar permukaan tubuh (misalnya matrasi gips tubuh atau lapisan linen yang berkerut), akan mengurangi sirkulasi pada bagian tubuh yang terkena sehingga dapat menyebabkan dekubitus. Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan drainase luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi. Pasien yang menggunakan beberapa jenis alat eksternal pada kulit seperti gips, baju pengikat, pembalut, balutan, dan jaket ortopedik dapat menimbulkan tekanan atau friksi terhadap permukaan kulit
15 25 sehinggga menyebabkan kerusakan kulit. Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit. (b). Perawatan Higienis Total. Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan personal higiene total. Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene, terbaring ditempat tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering.
16 26 Perawat atau anggota keluarga mungkin perlu membantu pasien berjalan ke kamar mandi atau kembali dari kamar mandi. Perawat atau anggota keluarga harus ada untuk membantu pasien. Menurut Tarwoto (2004) dampak yang sering timbul pada masalah personal higiene adalah: (a). Dampak fisik Ini merupakan salah satu masalah yang sering timbul pada personal higiene, banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal higiene dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. (b). Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal higiene pada pasien immobilisasi adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial. Selain itu pada masalah sosial dengan orang lain juga akan terganggu, karena orang dengan personal hygiene yang buruk maka akan dijauhi orang lain. Hasil ukur yang digunakan pada pertanyaan yang berhubungan dengan personal higiene yang diajukan kepada responden yaitu : 1) Baik = jika responden menjawab pertanyaan dengan benar nilai mean. 2) Kurang baik = jika responen menjawab pertanyaan < nilai mean.
17 27 c. Sanitasi lingkungan Berdasarkan penelitian Wardhani (2007), 33 orang (84,6%) yang menderita skabies. Penyakit skabies adalah penyakit kulit yang berhubungan erat dengan sanitasi lingkungan sekitarnya, yang termasuk dalam sanitasi lingkungan adalah : 1) Air Merupakan hal yang paling penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup, selain itu juga merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik (minum, masak, mandi, dll.) Promosi yang meningkat dari penyakit-penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang tercemar, pada daerah padat penduduk yang tempat mandi cuci kakus (MCK) dilakukan secara umum dan tidak sesuai dengan standar kesehatan. Sedikitnya 200 juta orang terinfeksi melalui kontak dengan air yang terinvestasi oleh parasit, sebagian penyakityang berkaitan dengan air bersifat menular. 2) Kelembaban Udara Faktor ini juga sangat mendukung, karena kuman mudah hidup dan berkembang pada keadaan yang udaranya lembab dan kotor seperti kondisi rumah kotor dan rumah yang tidak terkena matahari langsung, ventilasi udara yang buruk serta rumah yang sering tergenang air pada pemukiman yang berada dibantaran sungai.
18 28 3) Kepadatan Penduduk Berdasarkan penelitian Andayani (2005), permasalahan yang berkaitan dengan kejadian Skabies dipondok pesantren,penyakit Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak diderita oleh santri, ini dikarenakan karena seingnya bersama dalam satu tempat dan biasanya sering dijumpai kasus pada daerah yang pemukiman padat penduduk dan ekonomi yang rendah yang otomatis akan mempermudah penularan penyakit skabies. Hasil ukur yang digunakan pada pertanyaan yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan yang diajukan kepada responden yaitu : 1) Baik = jika responden menjawab pertanyaan dengan benar nilai mean. 2) Kurang baik = jika responden menjawab pertanyaan dengan benar < nilai mean. d. Faktor Prilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mempraktekkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
19 29 Dengan berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), diharapkan kita terhindar dari penyakit, seperti melakukan cuci tangan pakai sabun, mandi dan sikat gigi dengan teratur, tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan tempat tinggal dan lingkungan sekitar. Berdasarkan penelitian Kurnitasari (2004), menunjukkan 70 orang (54%) menderita penyakit skabies, ada hubungan antara kepadatan penghuni, kebiasaan mandi, kebiasaan ganti baju, kebiasaan menggunkan alat-alat bersama dengan penderita penyakit skabies. Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2007)menunjukkan 44 orang (62,9%) terkena Skabies dan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan pemakaian sabun mandi, pemakaian handuk, kebiasaan berganti pakaian, kebiasaan tidur bersama,kebiasaan pemakaian selimut dan kebiasaan mencuci pakaian bersama dengan kejadian skabies. e. Perekonomian Yang Rendah Laporan terbaru tentang skabies sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya) namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus scabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek.
20 30 Pada masyarakat yang ekonominya rendah, pada umumnya akan sulit untuk melakukan hidup sehat yang sesuai dengan standar kesehatan, mereka hanya fokus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari tanpa memikirkan hal lain terutama tentang kebersihan diri dan kesehatan Misalnya orang dengan pekerjaan sebagai pemulung, ini berhubungan dengan pemenuhan gizi nutrisi dan cara hidupnya sehari-hari, namun tidak semua orang dengan ekonomi rendah identik dengan penyakit Skabies. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat (Keneth dalam Kartika, 2008). 3. Penelitian Terkait penelitian lain yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Budi (2013), tentang hubungan pengetahuan dan sikap santri Al-Falah dengan kejadian skabies daerah Mandiangin Kabupaten Sarolangun Jambi. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, jumlah populasi 350 orang dengan sampel 125 orang santri
21 31 dengan teknik random sampling dan menggunakan instrumen kuesioner, wawancara dan observasi. Hasil penelitian di dapatkan penderita scabies berpengetahuan kurang sebesar 72 orang (62,2%), yang berpengetahuaan baik sebesar 53 orang (55,6%). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna (p= 0,002) antara pengetahuan santri dengan kejadian skabies dan ada hubungan yang bermakna (p= 0,010) antara sikap positif dengan kejadian skabies. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Majid (2012), mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap kejadian skabies pada anak SDN 006 di wilayah Puskesmas Andang Kabupaten Boyalali. Metode penelitian adalah non experiment dengan studi korelasional. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 46 orang responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan Tingkat pengetahuan baik tentang PHBS memiliki angka kejadian yang rendah terhadap skabies yaitu 3,1 %, dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah memiliki angka penderita skabies di SDN 06 kategori besar 65%. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna (p= 0,001) antara tingkat pengetahuan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) siswa sekolah dasar 006 dengan kejadian Skabies diwilayah kerja Puskesmas Andang Boyolali.
22 32 B. Kerangka Teori Kerangka teori dalam penelitian ini yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies pada siswa SDN 013 desa Pulau Palas wilayah kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil tahun 2016 dapat dilihat pada skema 2.1 Skema 2.1 Kerangka Teori Faktor pengetahuan tentang skabies Faktor personal higiene 1. kebersihan diri 2. pakaian 3. mandi 4. mencuci tangan pakai sabun 5. Buang air pada tempatnya Faktor sanitasi lingkungan 1. Air 2. pembuangan sampah 3. jamban 4. kelembaban udara 5. kebersihan rumah Kejadian skabies Faktor prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 1. Mencuci tangan pakai sabun 2. Mandi yang teratur 3. memakai pakaian yang besih 4. membuang sampah ditempat sampah 5. Menguras bak mandi Faktor perekonomian 1. Pekerjaan 2. penghasilan Keterangan : = Diteliti ( Sumber: Koes Irianto,2015) = Tidak diteliti
23 33 D. Kerangka Konsep Kerangka dalam penelitian ini yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Skabies pada anak Sekolah Dasar desa Pulau Palas wilayah kerja Puskesmas Tembilahan Hulu Kabupaten Inhil Tahun 2016 dapat dilihat pada Skema 2.1 : Variabel independent 1. Pengetahuan tentang Skabies 2. Personal higiene 3. Sanitasi lingkungan Variabel dependent Kejadian Skabies Skema 2.1 Kerangka Konsep E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan sementara. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994, dalam Nursalam, 2008) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha : 1. Ada hubungan antara faktor pengetahuan anak dengan kejadian skabies 2. Ada hubungan antara personal higiene anak dengan kejadian skabies 3. Ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. SKABIES A.1. Pengertian Skabies Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Definisi Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Ronny, 2007). 2. Morfologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Skabies adalah penyakit kulit
Lebih terperinci6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemenuhan Personal Hygiene 1. Pengertian Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian
Lebih terperinciSkripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar tentang kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangan
Lebih terperinciA. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya
A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gambaran Umum Skabies 1.1 Definisi Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998) adalah penyakit kulit yang menular disebabkan oleh Sarcoptes scabiei
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 2.1.1 Definisi Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.
Lebih terperinciPERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU
PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar dihampir semua negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota
34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, dengan Luas wilayah 17,9 KM². Kelurahan Buol
Lebih terperinci6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...
6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan... 7. Lembar Kuesioner Pengumpulan Data Pengaruh Sanitasi Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
Lebih terperinciHubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016
Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperincigatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck,
Lebih terperinciPENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA
PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciKebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH
Kebutuhan Personal Higiene Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Pendahuluan Kebersihan merupakan hal yang penting Dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan Konsep Dasar Berasal dari bahasa Yunani,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN 2014 Eko ¹,Marta²* 1,2 STIKes Prima Prodi Kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan S. scabiei varietas hominis. 1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. PHBS
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Scabies 1. Definisi Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NAILIN NI MAH 201210201120
Lebih terperinciPENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES
PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES Mujib Hannan, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep, e-mail;mujib@wiraraja.ac.id Syaifurrahman Hidayat, Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi
Lampiran 2 LEMBAR INFORMASI Kepada Yth, Saudara/i Di tempat Saudar/i yang saya hormati, Saya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang Progam Studi D III Keperawatan Malang yang sedang dalam proses penyelesaian
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Jumlah santri Pondok Pesantren An Nawawi yang terdiagnosis menderita penyakit skabies
Lebih terperinciKonsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang
KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN RAHMAD GURUSINGA Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang kurang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Skabies 1. Gambaran kejadian skabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei dan produknya (Djuanda, 2007). Menurut
Lebih terperinciBAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan
58 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Peneliti Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, seperti metodologi, penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien
BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN
HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN Dwi Setyowati, Wahyuni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017
FAKTOR RISIKO HYGIENE PERORANGAN SANTRI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES DI PESANTREN AL- BAQIYATUSHSHALIHAT TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2017 Parman 1, Hamdani, Irwandi Rachman, Angga Pratama Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciBuku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan
Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan diri merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Hidayat, 2007). Manfaat dalam menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Pengertian Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh (Djuanda,2007).
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE) Di Ruang Cendana V RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. PERSONAL HYGIENE 1.1. Defenisi personal hygiene Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Lebih terperinciAll about Tinea pedis
All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.
Lebih terperincidan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (Habif et al., 2011). Penyakit ini menular dari manusia ke manusia melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi
Lebih terperinciPEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 66 PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Riane Wulandari¹, Sudewi Yogha², Rita Patriasih²
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Peran tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciNanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK
Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Darul Amanah Desa Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 5 LAMONGAN Lilis Maghfuroh, S.Kep., Ns., M.Kes.*, Fenty Dwi Anggraini**
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman penyakit bagi diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di rumah tangga,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN SUMBER AIR BERSIH DENGAN GEJALA PENYAKIT KULIT JAMUR DI KELURAHAN RANTAU INDAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2013 *V.A
Lebih terperinciLampiran 1 KUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA PEKANBARU TAHUN 2011 IDENTITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG PENYAKIT SCABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES Ida Nuryani Ani Rosita Nindy Yunitasari 05Idanur95@gmail.com ABSTRAK Scabies merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Skabies atau yang biasa disebut kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah kulit. 1,2
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah Analitik Kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu penelitian ini
Lebih terperinciTindakan keperawatan (Implementasi)
LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada tahun 2008 dilaporkan ada separuh penduduk dunia tinggal diperkotaan. Proses urbanisasi tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dapat diartikan sebagai keadaan sehat baik secara fisik, mentderajat kesehatan seseorang dipengarual dan spiritual dan sosial sehingga memungkinkan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan Sarcoptes scabiei varietas hominis (S. scabiei). 1-3 Penyakit ini tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asrama Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Personal hygiene (kebersihan perorangan) salah satu upaya mengatasi masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal yang sangat penting
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kejadian Scabies 1.1. Pengertian Scabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,
Lebih terperinciPOTENSI SANTRI DALAM PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PONDOK PESANTREN
POTENSI SANTRI DALAM PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PONDOK PESANTREN Suharmanto 1), Dewi Nur Sukma Purqoti 2), Harlina Putri Rusiana 3) 1,2,3) STIKES Yarsi Mataram suhar_manto46@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)
BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis
Lebih terperinciRUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)
PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran I KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KELUHAN KULIT PADA PEMULUNG DAN GAMBARAN FASILITAS SANITASI DI TPA TERJUN KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 Keterangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan
Lebih terperinciMasalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.
Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Ditempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit scabies dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Scabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi (Handoko, 2008). Scabies
Lebih terperinci