PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA Kadek Wawan Anggraena 1, I Gusti Agung Oka Negara 2, Ni Wayan Suniasih 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Kadekwawan_anggraena@yahoo.com 1, okanegaragustiagung@gmail.com 2, wyn_suniasih@yahoo.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan 1) aktivitas, 2) penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 7 Pemecutan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus tindakan. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VB SD Negeri 7 Pemecutan sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Data mengenai aktivitas belajar siswa diperoleh menggunakan metode non tes dengan instrumennya yaitu lembar observasi. Data mengenai diperoleh menggunakan metode tes dengan jenis objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Hasil penelitian aktivitas belajar siswa menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 20,9%. Persentase ratarata aktivitas belajar siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 67,5% berada pada kriteria cukup aktif sedangkan pada siklus II sebesar 88,4% berada pada kriteria aktif. Hasil penelitian siswa menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 15,1% untuk persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 75,9% berada pada kriteria sedang sedangkan pada siklus II sebesar 91,0% berada pada kriteria sangat tinggi. Terjadi pula peningkatan pada ketuntasan klasikal siswa sebesar 20% yang diperoleh dari siklus I 76,7% sedangkan pada siklus II 96,7%. Dengan demikian dapat disimpulkan, terjadi peningkatan aktivitas dan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 7 Pemecutan. Kata kunci: model pembelajaran inkuiri, aktivitas, penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, media lingkungan Abstract This study aims to improve 1) activity, 2) competence mastery of science knowledge IPA through the implementation of inquiry learning model aided media environment the theme of the history of civilization Indonesia graders VB SD Negeri 7 Pernecutan. Type of research is a class act consisting of two cycles of action in each cycle consist of planning, action, observation, and reflection. Subjects in this 1

2 study were all students of class VB SD Negeri 7 Pemecutan as many as 30 students consisting of 16 students male and 14 female students. Data on student activity obtained using the method of non-test with the instrument namely the observation sheet. Data on the mastery of competencies of knowledge IPA obtained using test method with the kind of objective multiple choice. Exceptional research results of student learning activities showed an increase of 21.2%. Average percentage of student activity obtained in cycle l amounted to 67.5% at criteria quite active. While in cycle II of 88.7% in the current criteria of competence mastery of research results science knowledge of students showed an increase of 14% on the average percentage of students' mastery of competencies IPA knowledge gained on a cycle l of 75.6% in the middle criteria and in cycle II of 89.6% in the high criteria. There was also an increase in the classical completeness students' mastery of competencies IPA knowledge gained by 20% of the cycle l 76.7% while in cycle II 96.7%. It can be concluded, occur increased activity and mastery of competencies science knowledge through the application of media-aided model of inquiry learning environment the theme of the history of civilization Indonesia VB grade students of SD Negeri 7 Pemecutan. keywords: inquiry learning model, activity, competence mastery of science knowledge IPA, media environment PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor penting dalam tatanan kehidupan suatu bangsa dan negara. Dengan sistem pendidikan yang baik akan dapat meningkatkan mutu pendidikan untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan. Usaha-usaha tersebut ditandai dengan adanya perubahanperubahan kurikulum dan model-model pembelajaran yang dilakukan oleh para pengelola pendidikan maupun praktisi pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional disusunlah suatu kurikulum, dalam perjalanannya kurikulum senantiasa mengalami pengembangan dan penyesuaian sesuai dengan kemajuan jaman (S agala, 2012: 230). Konsep pembelajaran menurut (Sagala, 2012: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Tidak hanya itu, pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana yang terjadi untuk hasil belajar saja, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang mengapa itu terjadi dan bagaimana aktivitas sebagai proses. Dari observasi yang dilakukan pada kelas VB di SD Negeri 7 Pemecutan dengan melakukan wawancara dan pengamatan bersama wali kelas, permasalahan yang ditemukan adalah aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Dalam proses pembelajaran berlangsung siswa dituntut untuk berperan lebih aktif, partisipasi siswa sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan mencapai tujuan dari pembelajaran akan tetapi dalam observasi yang dilakukan siswa terlihat hanya mencatat, mendengar, tanpa adanya respon yang aktif dari siswa. Interaksi dalam kelompok yang dilakukan siswa masih menunjukkan interaksi yang kurang aktif, sehingga dapat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam muatan materi IPA, aktivitas belajar siswa sangat penting karena berhubungan dengan 2

3 mencari tahu, melakukan penemuan/percobaan, dengan proses ini siswa akan terlibat secara langsung untuk menambah pengalaman siswa mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan permasalan tersebut, usaha untuk mengatasinya adalah dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri berbantu media lingkungan. Pembelajaran inkuiri termasuk rumpun pembelajaran pemrosesan informasi. Dalam pembelajaran inkuiri, siswa akan dituntun untuk terlibat secara maksimal sehingga semua siswa akan berusaha untuk meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. (Gulo 2009: 166), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan penemuannya dengan penuh percaya diri. pelaksanaan pembelajaran Inkuiri diperlukan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yaitu dimulai dengan mengajukan pernyataan atau pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisi data dan membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru. Media pembelajaran diartikan sebagai suatu alat atau bahan yang mengandung informasi atau pesan pembelajaran. Penggunaan media dalam hal ini ditujukan untuk memperlancar jalannya komunikasi dalam pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran secara nyata dapat diarahkan untuk membentuk sikap baru dalam proses pembelajaran. Sikap ini antara lain adalah dengan menjadikan siswa sebagai pembelajar yang aktif dan guru sebagai fasilitator proses pembelajaran. kehadiran media dan teknologi dalam proses pembelajaran, telah mengubah peran guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut. (Nourie 2011: 1.7) men yatakan bahwa, penggunaan alat peraga dalam mengawali proses pembelajaran akan merangsang dan menyalakan jalur syaraf sehingga memunculkan beribu-ribu asosiasi dalam kesadaran siswa. Berbagai fakta-fakta tentang semakin buruknya kebersihan lingkungan hidup siswa dapat disampaikan sebagai bahan untuk pengetahuan siswa, namun pemaparan fakta-fakta ini hanya sebatas memberikan kesadaran secara umum. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah tidak pernah berdiri sendiri. Misalnya muatan materi IPA tentu tidak lepas dari IPS, dan lingkungan hidup semua memiliki keterkaitan antara aspek manusia, kebiasaan hidup, dan lingkungan hidup. (Marisa 2011: 6.9) menyatakan, dalam mengembangkan program pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah bagi siswa terdapat beberapa prinsip yang perlu diterapkan adalah (1) Belajar dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, (2) Belajar dengan cara yang menyenangkan, (3) Belajar dengan mengasah kemampuan berfikir kritis dan kreatif, (4) belajar melalui kolaborasi. Peranan media lingkungan dalam proses pembelajaran dapat menarik perhatian dan mempercepat daya serap siswa dalam memahami muatan materi serta meningkatkan aktivitas siswa sehingga hasil belajar khususnya penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dapat tercapai secara maksimal. Jadi penerapan model pembelajaran inkuri berbantuan media lingkungan memiliki sebuah keterkaitan dalam proses pembelajaran mengenai muatan materi IPA yang berkaitan dengan melakukan percobaan/penemuan sehingga siswa diminta untuk aktif melakukan pembelajaran secara mandiri atau dengan bekerja dalam sistem kelompok yang diberikan suatu masalah dan dipecahkan dengan melakukan suatu percobaan/penemuan. Menurut Sriyono (2008:1), aktivitas siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu 3

4 indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang muncul dalam suatu proses pembelajaran baik kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati (Dimyati, 2009:56). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan berbagai kegiatan fisik maupun psikis yang dilakukan siswa berkaitan dengan upaya membangun pengetahuannya selama proses pembelajaran berlangsung. Melihat betapa pentingnya aktivitas dalam proses pembelajaran, maka hendaknya dilakukan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan aktivitas belajar sehingga pembelajaran menjadi efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul. B. Diedrich (dalam Sadirman, 2011:101) menggolongkan aktivitas belajar siswa menjadi 8 yaitu: (1) visual activites, (2) oral activites, ( 3) listening activites, (4) writing activites, (5) drawing activites, (6) motor activites, (7) mental activites, (8) emosional activites. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran diperlukan adanya dorongan maupun motivasi yang diberikan dari orang tua maupun dari guru dan teman-teman di sekolah. Menurut Jessica (2009:1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu (1) faktor internal (dari dalam individu yang belajar), (2) faktor ekternal (dari luar individu yang belajar). Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan prilaku yang relatif tetap baik, dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah. Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya. Kompetensi pengetahuan merupakan kegiatan pembelajaran yang menuntut kemampuan berpikir mulai dari yang paling sederhana hanya sekedar tahu sampai kepada yang paling kompleks yaitu memberikan penilaian tentang sesuatu baik atau buruk, benar atau salah, bermanfaat atau tidak bermanfaat (Supardi, 2015:152). Permendikbud No. 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar menyatakan bahwa Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. Pada pasal 3 ayat 3 menyatakan Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk: (a) mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, (b) menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi (c) menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi dan (d) memperbaiki proses pembelajaran. Sasaran Penilaian Hasil Belajar dalam penelitian ini khusunya dimensi penguasaan kompetensi pengetahuan IPA (diadaptasi dari Permendikbud No. 104 tahun 2014) adalah (1) Faktual, yaitu p engetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu muatan materi, (2) Konseptual, yaitu pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan 4

5 antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VB di SD Negeri 7 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Dalam pelaksanaan model PTK ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas VB SD Negeri 7 Pemecutan. Untuk penelitian ini dirancang menggunakan siklus, seperti digambarkan sebagai berikut. Dalam gambar 3.1 dapat dilihat bahwa penelitian ini setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Ada beberapa kegiatan yang direncanakan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan tahap refleksi. Refleksi Refleksi Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Pelaksanaan Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas. (Sumber : Arikunto, ) Lokasi penelitian ini di SD Negeri 7 Pemecutan, Denpasar Barat Tahun Ajaran 2015/2016. Jalan Gunung Krakatau No. 14 Denpasar. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 7 Pemecutan Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Dalam penelitian ini menganalisis data menggunakan metode metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2014: 142) menyatakan metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributif frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek/variabel sehingga diperoleh kesimpulan umum. Adapun analisis data mengenai aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Menurut Arikunto (2010: 134) instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar dalam melaksanakan penelitian lebih mudah dan memperoleh hasil yang baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Instrumen observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kegiatan-kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Pada setiap deskriptor yang dilakukan siswa diberikan tanda cek ( ) sebagai tanda bahwa siswa telah melakukan aktivitas tersebut. Data aktivitas belajar dikumpulkan terlebih dahulu dengan metode observasi menggunakan lembar observasi dengan berpedoman pada rubrik Aktivitas belajar melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri. Pemberian skor pada siswa sesuai dengan deskripsi yang telah ditentukan. Pada setiap deskriptor yang dilakukan siswa diberikan tanda cek ( ) sebagai tanda bahwa siswa telah melakukan aktivitas tersebut. Skor maksimal aktivitas belajar siswa pada setiap pelaksanaan pembelajaran adalah 25. Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA, instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar soal yang berisi butir-butir soal objektif. Untuk 5

6 mengetahui ketepatan suatu butir soal dapat dilakukan dengan melakukan uji validitas. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi dengan menyusun kisi-kisi soal dirancang dan dikonsultasikan kepada dosen IPA di lingkungan UNDIKSHA. Hal ini juga dinyatakan oleh Sanjaya (2014: 254) bahwa Oleh karena validitas isi berhubungan dengan kandungan materi, maka yang dapat menentukan validitas ini adalah bidang ahli yang relevan. Dalam penskoran tes objektif, jawaban benar pada tiap butir tes/soal diberi skor 1 dan skor 0 untuk jawaban salah pada tiap butir tes/soal (Agung, 2014:40).. Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA diperoleh dengan menggunakan metode tes dalam bentuk (PGB) Pilihan Ganda Biasa. Skor yang diperoleh siswa dalam tes disesuaikan dengan jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi dan mencatat keadaan kelas untuk dapat dilihat aktivitas dan siswa kelas VB. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat masalah mengenai aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa masih rendah. Adapun hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang tercatat dari dokumen nilai ulangan muatan materi IPA yang dilaksanakan oleh guru kelas VB sebelum penelitian atau pra siklus. pencapaian penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebelum penelitian, persentase rata-rata yaitu 59,1% dengan ketuntasan klasikal hanya 30% pada kelas VB, karena yang memenuhi nilai ketuntasan belajar (73,3) hanya 9 siswa dari 30 siswa. Berdasarakan hasil analisis persentase rata-rata aktivitas pada Siklus I diperoleh 67,5%. Jika dikonversikan ke dalam tabel jawaban benar siswa. Setiap soal yang dijawab benar oleh siswa bernilai 1. Skor maksimal yang diperoleh siswa jika berhasil menjawab dengan benar 30 soal yang diberikan adalah 30. Indikator keberhasilan penelitian merupakan pencapaian-pencapaian yang mencerminkan keberhasilan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, sehingga indikator keberhasilan penelitian yaitu sebagai berikut: (1) Persentase aktivitas siswa kelas VB mencapai kriteria Aktif atau minimal 80%, (2) Persentase siswa kelas VB mencapai kriteria Tinggi atau minimal 80% dan ketuntasan klasikal mencapai 80% memperoleh skor 73,3. pedoman konversi PAP skala lima tentang Aktivitas, maka persentase rata-rata aktivitas siswa pada Siklus I berada pada kriteria Cukup Aktif. Hasil tersebut belum menunjukkan kriteria aktivitas yang diharapkan minimal mencapai kriteria Aktif yaitu 80%. Menyajikan data Aktivitas Siklus I ke dalam Grafik Poligon. f Grafik Data Aktivitas 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5 Gambar 2. Grafik data aktivitas Siklus I Berdasarkan grafik poligon sebelumnya, terlihat Mo = 63,7 < Md = 64,8 < M = 67,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data aktivitas pada Siklus I merupakan kurva juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar nilai aktivitas cenderung berada pada kriteria kurang aktif. Berdasarkan hasil analisis mengenai pada siklus I, diperoleh persentase ratarata penguasaan kompetensi 6

7 pengetahuan IPA 75,9% dan ketuntasan klasikal diperoleh 76,7%, dengan 23 siswa yang tuntas dari 30 siswa. Jika dikonversikan dalam tabel pedoman konversi PAP skala lima tentang pada siklus I, persentase rata-rata berada pada kriteria Sedang. Menyajikan data ke dalam Grafik Poligon penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. F Grafik Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA 62,5 68,5 74,5 80,5 86,5 92,5 Gambar 3. Grafik data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus I Berdasarkan grafik poligon sesbelumnya, terlihat Mo = 74,6 < Md = 75,1 < M = 75,9. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada Siklus I merupakan kurva juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA cenderung berada pada kriteria sedang. Karena hasil analisis data dari Siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, pada aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri berbantuan media lingkungan Sekolah di kelas VB pada Siklus I belum tuntas sehingga dilanjutkan pada Siklus II. Secara keseluruhan hasil analisis data yang dilakukan mengenai perolehan nilai aktivitas dan penguasan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Aktivitas dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas VB pada Siklus I Kriteria Hasil Aktivitas Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 67,5% Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa mencapai 75,9% dan ketuntasan klasikal mencapai 76,7% Berdasarkan pelaksanaan tindakan dengan penerapan Model Pembelajaran Inkuiri berbantuan Media Lingkungan pada Siklus ini, masih diperlukan adanya perbaikan pada proses pembelajaran. Maka berkolaborasi melakukan refleksi bersama guru mitra untuk merancang kegiatan selanjutnya agar kendalakendala tersebut dapat diatasi. Perbaikan merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Dari pencatatan yang dilakukan, ditemukan beberapa kendala pada siklus I adalah sebagai berikut. (1) Kerjasama dalam kelompok masih kurang, hal ini disebabkan adanya beberapa siswa yang tidak mau berbagi kepada temannya karena merasa lebih pintar dari temannya, (2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang. Siswa yang aktif dalam 7

8 proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang memiliki kemampuan lebih dari siswa lainnya. Siswa yang masih memiliki kemampuan kurang hanya menjadi pendengar, serta hanya mengikuti proses pembelajaran tanpa adanya partisipasi untuk bertanya kepada guru maupun kelompok, (3) Beberapa siswa masih malu untuk bertanya kepada guru maupun temannya mengenai muatan materi yang belum dipahami. Untuk menindaklanjuti permasalahan yang ditemukan pada siklus ini, diupayakan solusi yang dikonsultasikan bersama guru kelas VB, dapat dilakukan pada siklus selanjutnya yaitu sebagai berikut. (1) Permasalahan kerja sama dalam kelompok diupayakan dengan membimbing dan menyampaikan aturan diskusi kepada masing-masing kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil dengan baik, untuk memotivasi kelompok lain agar bersaing secara sportif, (2) Memberikan motivasi dan penghargaan kepada siswa, agar lebih aktif dalam proses pembelajaran dan berpartisipasi dalam kelompok, (3) Memotivasi siswa agar tidak malu bertanya, jika ada muatan materi yang belum dipahami dan siswa berani mengemukakan pendapat pada proses pembelajaran. Berdasarakan hasil analisis persentase rata-rata aktivitas pada Siklus II diperoleh 88,4%. Jika dikonversikan ke dalam tabel pedoman konversi PAP skala lima tentang Aktivitas, maka persentase rata-rata aktivitas siswa pada Siklus II berada kriteria Aktif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sudah memenuhi kriteria keberhasilan aktivitas yang diharapkan minimal mencapai kriteria Aktif yaitu 80%. Menyajikan data Aktivitas Siklus II ke dalam Grafik Poligon. F Grafik Data Aktivitas 59,5 67,5 75,5 83,5 91,5 99,5 8 Gambar 4. Grafik data Aktivitas siklus II Berdasarkan grafik poligon sebelumnya, terlihat Mo = 92,3 > Md = 90,8 > M = 88,4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data aktivitas pada Siklus I merupakan kurva juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar nilai aktivitas cenderung berada pada kriteria sangat aktif. Berdasarkan hasil analisis mengenai pada siklus II, diperoleh persentase ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA 89,6% dan ketuntasan klasikal diperoleh 96,7%, dengan 29 siswa F Grafik Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA yang tuntas dari 30 siswa. Jika dikonversikan dalam tabel pedoman konversi PAP skala lima tentang maka persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA berada pada kriteria Tinggi. Menyajikan data ke dalam Grafik Poligon. Gambar 5. Grafik Data Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus II Berdasarkan grafik poligon sesbelumnya, terlihat Mo = 93,4 > Md = 92,6 > M = 91,0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada Siklus II merupakan kurva juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA cenderung berada pada kriteria sangat tinggi. Persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan mencapai kriteria Aktif dan

9 persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan mencapai kriteria Tinggi dan ketuntasan klasikal 80% memperoleh skor minimal 73,3, maka penelitian ini sudah dapat dihentikan. Secara keseluruhan hasil analisis data yang dilakukan mengenai perolehan nilai aktivitas dan penguasan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus II dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Hasil Analisis Aktivitas dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas VB pada Siklus II Kriteria Hasil Aktivitas Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 88,4% Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa mencapai 91,0% dan ketuntasan klasikal mencapai 96,7% Peningkatan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal yang diperoleh. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Tabel Data Aktivitas dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas VB Objek Siklus I Siklus II Peningkatan Persentase rata-rata aktivitas 67,5% 88,4% 20,9% Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA Ketuntasan klasikal Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA 75,9% 91,0% 15,1% 76,7% 96,7% 20% Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri berbantuan media lingkungan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas dan tema sejarah peradaban Indonesia siswa kela VB SD Negeri 7 Pemecutan. Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 67,5% yang berada pada kriteria cukup aktif dan menjadi 88,4% yang tergolong kriteria aktif pada siklus II. Penerapan model pembelajaran Inkuiri mengarahkan siswa untuk aktif dan berinteraksi bersama kelompok melalui penemuan atau percobaan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa mencapai 75,9% yang berada pada kriteria Sedang menjadi 91,0% berada pada kriteria Sangat Tinggi pada siklus II. Data ketuntasan klasikal siklus I menunjukkan bahwa dari 30 siswa hanya 9

10 21 siswa yang tuntas mencapai 75,6% sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 96,7%, dimana dari 30 siswa sudah 29 siswa yang tuntas memenuhi skor ketuntasan belajar. Mencermati peningkatan yang terjadi baik ditinjau dari aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri berbantuan media lingkungan memberikan kemajuan yang positif untuk peningkatan keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik. Model pembelajaran Inkuiri berbantuan media lingkungan dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA karena pembentukan kelompok secara heterogen memungkinkan siswa untuk bertukar ide maupun pendapat sehingga siswa yang lebih mampu dapat membantu siswa yang kurang dalam memahami suatu muatan materi. Dari uraian sebelumnya, terdapat beberapa temuan yang menonjol dan berpengaruh langsung dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri berbantuan media lingkungan dapat dibahas secara singkat sebagai berikut (1) Penerapan model pembelajaran Inkuiri berbantuan media lingkungan dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA di kelas VB karena, siswa diberikan kesempatan untuk membangun sikap percaya diri untuk melakukan suatu penemuan melalui percobaan/penemuan bersama kelompok, (2) Adanya kegiatan diskusi kelompok sebelum melaksanakan tes, dapat memudahkan siswa untuk lebih memahami muatan materi IPA yang dipelajari. Hal tersebut disebabkan adanya berbagai pendapat positif dalam interaksi siswa dengan siswa maupun dengan kelompok. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan pada muatan materi IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 7 Pemecutan. Hal ini terlihat dari persentase rata-rata aktivitas pada siklus I mencapai 67,5% berada pada kriteria cukup aktif dan pada siklus II mencapai 88,4% berada pada kriteria aktif. (2) Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan media lingkungan pada muatan materi IPA dapat meningkatkan pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 7 Pemecutan. Hal ini terlihat dari persentase rata-rata pada siklus I mencapai 75,9% berada pada kriterian sedang dan pada siklus II mencapai 91,0% berada pada kriteria Sangat Tinggi dan ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 76,7% mengalami peningkatan pada siklus II mencapai 96,7%. Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat disampaikan, sebagai berikut. (1) Disarankan kepada guru-guru dapat menerapkan model pembelajaran Inkuiri berbantuan media lingkungan dalam muatan materi lainnya, karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. (2) Diharapkan kepada Kepala Sekolah untuk selanjutnya lebih menambah variasi media pembelajaran, seperti memanfaatkan media lingkungan dalam proses pembelajaran agar lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan siswa dan memotivasi siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran. (3) Diharapkan bagi peneliti lain yang tertarik dapat digunakan sebagai motivasi untuk meneliti faktorfaktor lain yang lebih mendalam mengenai aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. 10

11 Arikunto, Suharsimi, Dkk Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman Interkasi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Supardi Penilaian Autentik Pembelajaran Aktif, Kognitif, dan Psikomotor. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Gulo Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Jessica Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran. Bandung: Indah Harapan. Marisa Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Nourie Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Permendikbud Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud. Sagala, Syaiful Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. 11