PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAPAT MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN MATEMATIKA SISWA

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAPAT MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN MATEMATIKA SISWA Ni Putu Ega Yuliantari 1, I Wayan Wiarta 2, I B Gede Surya Abadi 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia egantari14@gmail.com 1, wayan.wiarta@yahoo.com 2, suryaabadi31@yahoo.co.id 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan belajar matematika melalui penerapan model Problem Based Learning siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian, (2) meningkatkan penguasaan melalui penerapan model Problem Based Learning siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian sebanyak 45 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Data yang telah dikumpulkan, dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis statistik deskriptif. Keaktifan belajar siswa diukur dengan menggunakan lembar observasi. Pada prasiklus persentase rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 58,33% berada pada kriteria kurang aktif. Setelah mendapat tindakan pada siklus I meningkat menjadi 71,42% dan selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 82,52% berada pada kriteria aktif. Terjadi peningkatan persentase rata-rata keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 11,1%. Kompetensi pengetahuan matematika diukur dengan menggunakan tes uraian. Pada prasiklus 42,22% atau sebanyak 19 siswa dari 45 siswa yang mendapat predikat B. Setelah mendapat tindakan pada siklus I meningkat menjadi 62,22%, dan selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 84,43% atau 38 siswa dari 45 siswa mendapat predikat B. Terjadi peningkatan persentase penguasaan sebesar 22,21%. Berdasarkan hasil penelitian ini membuktikan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan pada siswa kelas VB di SDN 8 Padangsambian tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci : problem based learning, keaktifan, matematika. Abstract This research was aimed to (1) increase the activeness of learning mathematics through the implementation of Problem Based Learning model in class VB of SDN 8 Padangsambian (2) increase the mastery competence of mathematics knowledge through the implementation of Problem Based Learning model in class VB of SDN 8 Padangsambian. This research was a classroom action research (PTK). The subjects were students of class VB as many as 45 students to 21 male students and 24 female students. This research was conducted in two cycles. Every cycle there were steps activities reflection, the action plans, the action, and evaluation. The data were obtained then analyzed by using analysis of descriptive quantitative and analysis of statistic descriptive. Activeness of students learning mathematics was measured using observation sheet. In prasiklus the average percentage of students activeness was 1

2 58,33% in less active criteria. After obtaining the action in cycle I increased to 71,42% and on the cycle II increased to 82.52% in active criteria. It is showing the improvement is 11,1%. Mastery competence of mathematics knowledge is measured by using a essay test, In prasiklus 42.22% or as many as 19 students from 45 students who have get predicate B. After obtaining the action in cycle I increased to 62.22%, and on the cycle II increased to 84.43% or 38 students out of 45 students that have get predicate B. It is showing the improvement is 22.21%. Based on these result, it can conclude that the application of Problem Based Learning model can enhance the activeness and competence of mathematics knowledge in class VB of SDN 8 Padangsambian in the academic year 2015/2016. Keywords : problem based learning, activeness, mathematics. PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003). Untuk itu, guru harus pandai mendesain pembelajaran yang disenangi dan bermakna bagi siswa serta yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi, aktif, dan kreatif terhadap materi yang diajarkan. Proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan berpedoman pada kurikulum. Kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia tingkat sekolah dasar adalah Kurikulum Pembelajaran kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik terpadu dan materi ajar disampaikan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Matematika adalah salah satu muatan pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD). Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta hasil belajar siswa. Pada kenyataannya banyak siswa yang belum menyadari manfaatnya. Sebagai contoh siswa belum mampu mengaitkan pengetahuan matematika yang dimilikinya dengan kehidupan nyata. Selain itu banyak keluhan dari siswa tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan serta penguasaan kompetensi pengetahuan matematika belum maksimal. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan guru wali kelas VB SDN 8 Padangsambian, secara umum siswa cenderung kurang aktif dalam belajar. Banyak siswa pada kelas VB yaitu 45 siswa terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Dapat terlihat bahwa pencapaian nilai keaktifan siswa berdasarkan nilai sikap sosial pada tema sebelumnya yaitu dari 45 siswa sebanyak 5 siswa berada pada kriteria aktif, 5 siswa berada pada kriteria cukup aktif, 21 siswa berada pada kriteria kurang aktif dan 14 siswa yang masih dalam kriteria sangat kurang aktif. Selain itu, diperoleh juga data dari nilai raport aspek pengetahuan pada muatan pelajaran matematika yaitu dari 45 siswa yang mendapat nilai A- sebanyak 5 siswa, siswa yang mendapat nilai B+ sebanyak 9 siswa, siswa mendapat B sebanyak 5 siswa, dan siswa yang mendapat B- sebanyak 26 siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 68,00 atau 2,66 (B-). Berdasarkan pengamatan di lapangan, masalah tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini kurang mampu melibatkan siswa secara aktif sesuai tuntutan kurikulum Proses pembelajaran yang didominasi oleh 2

3 pembelajaran konvensional atau suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Hal ini teramati dalam proses pembelajaran siswa hanya menerima saja penjelasan dari guru, tanpa ada respon dari siswa terhadap penjelasan tersebut. Kegiatan pembelajaran juga bersifat monoton tanpa adanya inovasi pada pembelajaran sehingga suasana di kelas menjadi kurang kondusif. Bertitik tolak dari hal tersebut, guru dituntut untuk menyampaikan materi pelajaran hendaknya selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, guru perlu menyajikan permasalahan sehari-hari dalam mengajar matematika di kelas. Guru harus merubah pandangan dari teachercentered menjadi student-centered agar dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga harus memerhatikan penggunaan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah dengan menggunakan model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning didasarkan atas teori psikologi pengetahuan, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme). Menurut teori konstruktivisme, siswa belajar mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Problem Based Learning dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata secara terstruktur untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa.tugas guru disini sebagai motivator, fasilitator dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan yang kontekstual yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan. Dengan menerapkan model Problem Based Learning siswa dapat mengontrol sendiri proses pembelajarannya. Siswa mengidentifikasi apa yang mereka ingin pelajari, mengendalikan masalah yang muncul dan bagaimana mencari sumber informasinya. Model Problem Based Learning terdiri dari lima tahap dalam pelaksanaannya, yaitu (Sumantri, 2015:48), (1) Tahap 1 Orientasi siswa pada masalah, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demontrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih ; (2) Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu siswa untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut ; (3) Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah; (4) Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya; (5) Tahap 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Dengan mengunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, menimbulkan ide-ide baru, dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama, dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif (Trianto, 2009). Salah satu faktor pendukung keberhasilan dari hasil belajar adalah keaktifan. Keaktifan belajar matematika siswa dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan atau keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran matematika. Keaktifan yang dimaksud yakni penekanannya pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. 3

4 Sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, siswa dituntut aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilakuperilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaaan, dan sejenis perilaku lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Kosasih (2014:71), adapun bentuk-bentuk keaktifan tidak hanya ditunjukkan secara fisik, tetapi secara intelektual, emosional, dan sosial. Berikut ini adalah bentukbentuk keaktifan yaitu (1) keaktifan fisik ditunjukkan dengan berbagai kegiatan, seperti diskusi, presentasi, kegiatan pengamatan, kerja praktik, (2) keaktifan intelektual ditunjukkan dengan mengamati tayangan dan alam sekitar, membaca berbagai referensi, (3) keaktifan secara emosional ditunjukkan dengan menyikapi berbagai persoalan yang muncul atas suatu fenomena tertentu terkait dengan materi yang sedang dipelajarinya. emosi yang dimaksud mungkin berupa kepedulian, simpati, penyesalan, semangat untuk berbuat, dan (4) keaktifan secara sosial ditunjukkan dengan saling menanggapi, bekerja sama, dan bentuk-bentuk kolaborasi lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dapat ditetapkan indikator keaktifan belajar yang akan diamati dalam proses pembelajaran antara lain sebagai berikut: (1) keaktifan bekerjasama, (2) keaktifan bertanya, (3) keaktifan menjawab, dan (4) keaktifan mengemukakan ide. Kurikulum 2013 mengatur sejumlah muatan pelajaran yang dipelajari oleh siswa pada setiap jenjang pendidikan, salah satu muatan yang dipelajari oleh siswa adalah matematika. Matematika berasal dari perkataan latin mathematica yang mulanya diambil dari perkataan Yunani yaitu mathematike yang berarti relating to learning. Perkataan tersebut mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, siswa akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. (Susanto,2013:183) Hasil belajar yang dibahas pada penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan. Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI-3). Kompetensi pengetahuan mereflesikan konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh siswa melalui proses belajar mengajar (Kunandar, 2014:165). Dengan menggunakan model Problem Based Learning, siswa akan termotivasi untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dan penguasaan meningkat. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Rizka Vitasari (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran matematika dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Ini terbukti dari hasil penelitiannya yang menunjukkan keaktifan siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Rata-rata siklus I sebesar 61,2%, dan siklus II sebesar 90,5%. Jadi, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 29,3%. Begitu juga hasil belajar matematika siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I dengan nilai rata-rata sebesar 62,8 dan siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 88,1. Jadi, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 25,3%. Berdasarkan teori yang melandasi dan didukung oleh hasil penelitian yang relevan, dengan menerapkan model Problem Based Learning siswa akan aktif, kritis, kreatif dan mendapat penguasaan kompetensi pengetahuan yang memuaskan. 4

5 METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model rancangan penelitian mengacu pada model PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika dan penguasaan kompetensi matematika siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan dengan menerapkan model Problem Based Learning dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 8 Padangsambian Kecamatan Denpasar Barat. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian dengan jumlah 45 siswa, yakni 21 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah model Problem Based Learning, keaktifan belajar siswa, dan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian tahun ajaran 2015/2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi untuk keaktifan belajar dan metode tes untuk kompetensi pengetahuan matematika. Metode observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi daftar cek keaktifan, sedangkan untuk tes kompetensi pengetahuan menggunakan instrumen tes uraian sebanyak 5 soal. Agar lembar observasi dan tes hasil belajar matematika dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat perlu divalidasi. Jenis validitas yang digunakan adalah content validity (validitas isi) dengan meminta pertimbangan dari para ahli (expert judgement). Selanjutnya data hasil pengamatan keaktifan belajar dan data kompetensi pengetahuan matematika dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Data hasil pengamatan keaktifan belajar siswa kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus: Nilai keaktifan masing-masing siswa dicari dengan menggunakan rumus, yaitu : Nilai = x 100 (1) Selanjutnya menyusun tabel distribusi frekuensi. Pertama menghitung rentangan, dalam menghitung rentangan menggunakan rumus sebagai berikut: R =(Xt) (Xr) +1 (2) (Agung 2016:19) Untuk Menentukan Banyak Kelas Interval menggunakan rumus sebagai berikut: k = 1 + (3,3) Log n (3) (Agung 2016:22) Menghitung Panjang Kelas Interval menggunakan rumus sebagai berikut: Panjang kelas (ί) = Rentangan Banyak kelas (4) (Agung, 2016:22) Kemudian dilanjutkan penentuan nilai rata-rata kelas keaktifan belajar siswa dengan menggunakan rumus yaitu menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan banyaknya subjek atau siswa. Secara sederhana rumusnya adalah: fx M = (5) n (Agung, 2016:49) Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dengan menggunakan rumus : Me = B + i (6) (Agung, 2016:46) Untuk mengitung modus menggunakan rumus sebagai berikut. Mo = B + i (7) (Agung, 2016:44) Selanjutnya menghitung M% dengan menggunakan rumus sebagai berikut : M (%) = x 100 5

6 Selanjutnya menyajikan data ke dalam grafik poligon dan menentukan letak Mo, Me, M dalam kurva. f Keterangan : f : frekuensi X : skor Selanjtnya untuk nilai penguasaan masing-masing siswa dicari dengan menggunakan rumus, yaitu : Nilai = x 4 (1) Selanjutnya menyusun tabel distribusi frekuensi. Pertama menghitung rentangan, dalam menghitung rentangan menggunakan rumus sebagai berikut: R =(Xt) (Xr) (2) Untuk Menentukan Banyak Kelas Interval menggunakan rumus sebagai berikut: k = 1 + (3,3) Log n (3) (Agung 2016:22) Menghitung Panjang Kelas Interval menggunakan rumus sebagai berikut: Panjang kelas (ί) = Rentangan Banyak kelas (4) (Agung, 2016:22) Kemudian dilanjutkan penentuan nilai rata-rata kelas penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa dengan menggunakan mean yaitu menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan banyaknya subjek atau siswa. Secara sederhana rumusnya adalah: fx M = n (5) (Agung, 2016:49) Menghitung median menggunakan rumus : X Gambar 1. Grafik Poligon Me = B + i (6) (Agung, 2016:46) Untuk mengitung modus menggunakan rumus sebagai berikut. Mo = B + i (7) (Agung, 2016:44) Selanjutnya menyajikan data ke dalam grafik poligon dan menentukan letak Mo, Me, M dalam kurva. f Gambar 2. Grafik Poligon Keterangan : f : frekuensi X : skor Nilai ketuntasan penguasaan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00-1,00 untuk angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Prasiklus persentase rata-rata keaktifan belajar adalah 58,33% dengan kriteria kurang aktif. Setelah diberikan tindakan pada siklus I persentase rata-rata keaktifan belajar meningkat menjadi 71,42% dan pada siklus II meningkat 11,1% menjadi 82,52%. Jika dikonversikan kedalam tabel kriteria persentase berada pada interval 80%-89% dengan tingkat keaktifan belajar matematika siswa berada pada kriteria aktif. Sedangkan untuk penguasaan pada prasiklus, siswa yang mencapai predikat B hanya 42,22% atau hanya 19 siswa dari 45 siswa mencapai predikat B. Setelah diberi tindakan pada siklus I meningkat menjadi 62,22% atau 28 siswa dari 45 siswa mencapai predikat B, dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 22,21% menjadi 84,43% atau 38 siswa dari 45 siswa mencapai predikat B. Berikut ini gambar grafik dari peningkatan persentase nilai keaktifan dan siswa. X 6

7 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Keaktifan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan Matematika Gambar 3.Grafik Histogram Peningkatan Persentase Keaktifan dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan Matematika Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Data Keaktifan dan Kompetensi Pengetahuan Matematika Siswa Kelas VB SDN 8 Padangsambian Data Pra-Siklus Siklus I Siklus II Keaktifan 58,33% 71,42% 82,52% Kompetensi Pengetahuan Matematika Berdasarkan grafik dan tabel tersebut, telah terjadi peningkatan setelah pemberian tindakan pada keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika. Dari data awal persentase rata-rata keaktifan yaitu 58,33%, pada siklus I meningkat menjadi 71,42%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 82,52% berada pada kriteria aktif. Sedangkan untuk penguasaan pada data awal sebesar 42,22%, pada siklus I meningkat menjadi 62,22%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84,43% siswa mencapai predikat B. PEMBAHASAN Penerapan model Problem Based Learning pada muatan pelajaran matematika pada tema Sejarah Peradaban Indonesia di SDN 8 Padangsambian yang diterapkan pada siswa VB semester II yang berjumlah 45 siswa sudah berjalan dengan baik dan 42,22% 62,22% 84,43% 7 sesuai dengan yang direncanakan yaitu mengatasi permasalahan rendahnya keaktifan belajar siswa serta kurang optimalnya kompetensi pengetahuan matematika siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdapat 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilaksanakan kegiatan pembelajaran, dan pertemuan keempat dilaksanakan tes akhir siklus. Sedangkan pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam proses pengamatan ini dibantu oleh guru kelas. Adapun data yang diperoleh pada siklus pertama meliputi data keaktifan belajar dan data kompetensi pengetahuan matematika. Pada analisis data siklus I diperoleh ketercapaian persentase ratarata keaktifan siswa pada siklus I yaitu 71,42% berada pada kriteria cukup aktif, sementara indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80% berada pada kriteria aktif sehingga dari analisis data

8 siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Sedangkan ketercapaian nilai siswa pada siklus I yaitu 62,22% atau 28 siswa dari 45 siswa yang mendapat predikat B, sementara indikator keberhasilan yang ditetapkan 80% sehingga dari hasil analisis data pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Walaupun telah terjadi peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika pada siklus I, namun hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan pada penelitian ini. Hal ini disebabkan terdapat beberapa kendala atau kekurangan pada saat pelaksanaan tindakan pada siklus I. Secara umum kendala-kendala tersebut yaitu (1) kesempatan bertanya yang diberikan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga siswa cenderung kurang aktif dalam proses pembelajaran, (2) siswa masih kurang berani dalam menyampaikan pendapat dan kurang berani tampil di depan kelas, (3) dalam kelompok siswa juga kurang mampu belajar bekerja sama dan hanya mengandalkan temannya yang pintar dalam menyelesaikan tugas. Berdasarkan hal tersebut, penelitian dilanjutkan pada siklus II sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan matematika siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Refleksi yang dilakukan pada siklus I memberikan dampak yang baik pada siklus II, siswa mulai mau menghargai pendapat orang lain, mau bekerja dalam kelompok dan memiliki rasa tanggung jawab untuk tugas yang mereka kerjakan di kelompok atau individu serta memiliki semangat kerjasama dalam kelompok dan siswa sudah mulai berani tampil di depan kelas dengan penuh percaya diri. Upaya perbaikan yang dilakukan telah membuahkan hasil yang baik, keaktifan dan kompetensi pengetahuan matematika siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Ketercapaian persentase rata-rata keaktifan pada siklus I mencapai 71,42% kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,52%. Dapat dikatakan keaktifan belajar pada siklus II berada pada kriteria aktif. Dilihat dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, nilai keaktifan siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 80% berada pada kriteria aktif. Penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa juga telah mengalami peningkatan. Ketercapaian pada siklus I 62,22% atau 28 siswa dari 45 siswa yang mendapat predikat B. Setelah memberi tindakan, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,43% atau 38 siswa dari 45 siswa mendapatkan predikat B. Terjadi peningkatan persentase indikator keberhasilan 22,21% dari siklus I ke siklus II. Dapat dikatakan dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, nilai kompetensi pengetahuan matematika siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 80% dari 45 siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik, refleksi dari siklus I menunjukkan bahwa melalui model Problem Based Learning siswa menjadi lebih aktif dalam melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan dapat menjawab soal yang diberikan dengan benar. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang berlaku, proses pembelajaran di kelas pasti menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan ini menuntut siswa untuk secara aktif melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan yang ditemukan (Daryanto, 2014:51). Pendekatan akan berjalan optimal jika dikolaborasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD serta sesuai dengan materi yang dipelajari. Untuk mendukung hal tersebut, pendekatan saintifik dipadukan dengan model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang 8

9 penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan yang kontekstual yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan. Keunggulan model Problem Based Learning yaitu 1) membuat siswa lebih aktif, 2) dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, 3) dapat menimbulkan ide-ide baru, 4) dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama, dan pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. Maka dari itu, model Problem Based Learning sangatlah tepat diterapkan pada pembelajaran guna mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, yang nantinya akan berimbas pada peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Rizka Vitasari (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran matematika dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Ini terbukti dari hasil penelitiannya yang menunjukkan keaktifan siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Rata-rata siklus I sebesar 61,2%, dan siklus II sebesar 90,5%. Jadi, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 29,3%. Begitu juga hasil belajar matematika siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I dengan nilai rata-rata sebesar 62,8 dan siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 88,1. Jadi, dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 25,3%. Berdasarkan data penelitian tersebut, maka model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan Tema Sejarah Peradaban Indonesia siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian tahun ajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa kelas VB SDN 8 Padangsambian tahun ajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan persentase rata-rata keaktifan siswa dari prasiklus sampai siklus II. Pada prasiklus persentase ratarata keaktifan belajar siswa adalah 58,33% berada pada kriteria kurang aktif. Setelah mendapat tindakan pada siklus I meningkat menjadi 71,42% dan selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 82,52% yang berada pada kriteria aktif. Terjadi peningkatan persentase keaktifan siswa dari siklus I ke Siklus II sebesar 11,1%. Persentase Penguasaan siswa juga mengalami peningkatan dari prasiklus sampai siklus II. Pada prasiklus 42,22% dari 45 siswa yang mendapat predikat B. Setelah mendapat tindakan pada siklus I meningkat menjadi 62,22%, dan selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 84,43% atau 38 siswa dari 45 siswa mendapat predikat B. Terjadi peningkatan persentase penguasaan siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 22,21%. Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, (1) kepada guru sekolah dasar dapat menerapkan model Problem Based Learning menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran matematika siswa dengan tujuan meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa agar lebih optimal, (2) bagi sekolah diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi sekolah untuk memotivasi dan meningkatkan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum 2013 sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah sehingga dapat menciptakan output yang lebih berkualitas, (3) bagi peneliti lain diharapkan bahwa penelitian ini hanya terbatas pada tema Sejarah Peradaban Indonesia muatan pelajaran matematika. Untuk memperoleh hasil yang berbeda peneliti menyarankan kepada peneliti lain 9

10 untuk melakukan penelitian pada muatan pelajaran dan tema yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Agung,Gede.2011.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha Metodelogi Penelitian Pendidikan.Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha Statistika Dasar Untuk Pendidikan.Yogyakarta:Deepublis. Arifin, Zainal Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto,dkk.2009.Penelitian Kelas.Jakarta: Bumi Aksara. Tindakan Arikunto,Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik,Oemar.2005.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kusumah,dkk Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Edisi Kedua. Jakarta : PT Indeks. Kunandar.2014.Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai Dengan Contoh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kosasih Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum Bandung: Yrama Widya. Mulyasa.2006.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rusman.2015.Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya, Wina Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Penelitian Pendidikan : Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Setyosari, Punaji Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia Group. Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sumantri, Mohamad Syarif.2015.Strategi Pembelajaran : Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Pers. Susanto, Ahmad Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 10

11 Trianto dan Al-tabany Badar Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas. Vitasari, Rizka Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem Based Learning siswa kelas V SD Negeri 5 Kutosari.Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP PGSD Universitas Sebelas Maret. 11