BAB I PENDAHULUAN. kaidah kaidah akuntansi yang berlaku umum. Menurut IAI (2015) dalam PSAK
|
|
- Fanny Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan aktiva tetap berwujud milik entitas tidak hanya terletak pada bagaimana aktiva tetap tersebut menjadi aktiva produktif yang menghasilkan capital gain, tetapi juga bagaimana aktiva tetap tersebut dibukukan sesuai dengan kaidah kaidah akuntansi yang berlaku umum. Menurut IAI (2015) dalam PSAK No.16 aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Gunadi (2005: 48) bahwa terdapat berbagai cara untuk memperoleh aktiva tetap berwujud, seperti melalui pembelian (tunai, kredit atau angsuran capital lease), pertukaran (sekuritas atau aktiva yang lain), sebagai penyertaan modal, pembangunan sendiri, hibah atau pemberian, dan penyerahan karena selesainya masa kontrak-bangun serah (build-operate and transfer). Untuk memastikan aktiva tetap berwujud milik entitas dapat tercermin dalam pelaporan keuangan secara benar dan akurat, maka dibutuhkan perlakuan akuntansi dan proses akuntansi terhadap aktiva tetap. Hal ini penting mengingat tujuan umum dari pelaporan keuangan adalah memberi informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang rasional (Mamduh 2014: 31). 1
2 Pembukuan aktiva tetap dalam laporan keuangan saat ini telah diatur oleh IAI (2015) dalam PSAK 68 tentang Pengukuran Nilai Wajar yang berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2015 di mana PSAK ini mengadopsi IFRS 13 perihal Fair Value Measurement. Definisi Nilai Wajar menurut IAI (2015) dalam PSAK 68 adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Oleh karena pengukuran Nilai Wajar berbasis pada pasar, maka entitas menggunakan teknik penilaian yang sesuai dalam keadaan dan di mana data yang memadai tersedia untuk mengukur Nilai Wajar, memaksimalkan penggunaan masukan yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan penggunaan masukan yang tidak dapat diobservasi (MAPPI, 2015). Dalam pengukuran Nilai Wajar menggunakan teknik penilaian yang berlaku umum dalam penilaian, terutama untuk aktiva tetap berwujud maka menggunakan teknik penilaian properti. Khusus untuk entitas yang sudah go public, baik entitas swasta maupun entitas milik Negara wajib memastikan laporan keuangan yang dipublikasikan sudah sesuai dengan kaidah kaidah atau standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) No. KEP-346/BL/2011 tentang penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik. Laporan keuangan berkala yang dimaksud dalam peraturan ini adalah laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan emiten atau perusahaan publik dan merupakan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari: 2
3 1. laporan posisi keuangan (neraca); 2. laporan laba rugi komprehensif; 3. laporan perubahan ekuitas; 4. laporan arus kas; 5. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif, jika emiten atau perusahaan publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya; 6. Catatan atas laporan keuangan. Kewajiban atas penyampaian laporan keuangan entitas menjadi concern bagi BAPEPAM dan LK yang memiliki peran dan fungsi sentral sebagai wakil Pemerintah, dalam rangka mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, efisien, dan melindungi kepentingan masyarakat pemodal. Untuk menjamin kepastian hukum bagi investor dalam menanamkan modalnya Pemerintah wajib melindungi masyarakat pemodal dari usaha penipuan dan manipulasi pasar. Di sisi lain, Pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, berupaya meningkatkan investasi dengan modal yang berasal modal sendiri ataupun modal pinjaman. Salah satunya adalah meningkatkan struktur permodalan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar dapat membiayai proyek-proyek yang lebih besar. Struktur permodalan BUMN dapat bertambah dengan jalan pinjaman luar negeri, hibah, dan revaluasi aset ataupun penyerahan aset. Tahun 2015 Pemerintah melalui Kementerian Perekonomian mengeluarkan Deregulasi kebijakan Paket Ekonomi V 3
4 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakannya adalah revaluasi aset yaitu penilaian kembali aset yang dimiliki suatu entitas sehingga mencerminkan nilai aset sekarang. Revaluasi aset bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, sedangkan manfaat bagi entitas adalah meningkatkan struktur permodalan. Dengan revaluasi aset tersebut BUMN diharapkan dapat meningkatkan struktur permodalan sehingga dapat meningkatkan program investasi lebih luas. Perubahan struktur permodalan akibat revaluasi aset milik BUMN tersebut, dibukukan dalam pencatatan aset tetap untuk pelaporan keuangan dan merujuk pada PSAK 68 tentang pengukuran Nilai Wajar. Pemberian opini Nilai Wajar terhadap suatu aset tetap milik BUMN menjadi sangat penting sejalan dengan Kementrian BUMN (2011) Peraturan Menteri Negara BUMN No: PER-01 /MBU/2011, tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). Pasal 34 dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa BUMN wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan BUMN sesuai dengan peraturan perundang-undangan secara tepat waktu, akurat, jelas dan objektif. Kementrian BUMN (2014) dalam Peraturan Menteri BUMN No. PER- 13/MBU/09/2014, tentang Pedoman pendayagunaan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara, disebutkan bahwa Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh BUMN untuk digunakan dalam operasional BUMN tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Sampai akhir tahun 2014 jumlah keseluruhan 4
5 BUMN sebanyak 119 dengan nilai total aset pada tahun 2015 mencapai Rp5.395 triliun, angka ini naik 15,1 persen bila dibandingkan total aset tahun 2014, di mana kenaikan aset tersebut termasuk berasal dari revaluasi aset tetap. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah BUMN Total Number OF SOEs Listed/Public SOEs Non Listed SOEs Special Purpose Entity (Perum) Total Number of SOEs Enterprise with Minority Goverment Owned Sumber: Nilai total aset BUMN tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 tumbuh dengan tingkat CAGR sebesar 16,28 persen. Hasil dari pengelolaan BUMN tercermin dari tingkat modal BUMN yang terus tumbuh setiap tahunnya. Grafik 1.1 menunjukkan terjadi peningkatan total aset yang cukup signifikan pada posisi keuangan BUMN dari tahun 2010 sampai dengan Sumber: Grafik 1.1 Statistik Posisi Keuangan BUMN 5
6 Kenaikan aset tersebut akan memengaruhi struktur permodalan BUMN yang memiliki efek domino terhadap kemampuan BUMN untuk meningkatkan usahanya. Perubahan struktur permodalan tersebut harus dibukukan dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang dapat terjadi akibat penyertaan modal, pembangunan sendiri, hibah atau pemberian, penyerahan karena selesainya masa kontrak-bangun serah (build-operate and transfer) dan revaluasi aset. Perubahan ekuitas tersebut jika berasal dari aktiva tetap berwujud tentu memerlukan opini Nilai Wajar terlebih dulu sebelum dibukukan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana cara mengestimasi Nilai Wajar aktiva tetap berwujud untuk tujuan pelaporan keuangan. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian estimasi Nilai Wajar aktiva tetap berwujud berupa gedung perkantoran masih belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan berfokus kepada analisis faktor faktor yang memengaruhi harga sewa perkantoran dan analisis tingkat kapitalisasi properti komersial, dan belum berfokus pada indikasi Nilai Pasar ataupun Nilai Wajar gedung perkantoran secara khusus. Penelitian estimasi Nilai Pasar ataupun Nilai Wajar gedung perkantoran yang dikaitkan dengan kepentingan pelaporan keuangan juga belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait Nilai Wajar gedung perkantoran sebagai berikut. 1. Dorchester (2011) menunjukkan bahwa dalam praktek penilaian sering terjadi kesalahpahaman mengenai Nilai Pasar, Nilai Wajar dan paksaan, di mana data masukan penilaian dipengaruhi oleh bukti bukti transaksi tetapi transaksi tidak 6
7 selalu mencerminkan nilai pasar atau tidak selalu membentuk pasar. Nilai Pasar dan Nilai Wajar berkaitan dengan estimasi nilai yang menggunakan hipotesis transaksi. Harga adalah fakta bukan hipotesis. Harga tidak selalu dapat menjadi bukti transaksi yang digunakan sebagai data masukan penilaian, terutama di masa perekonomian mengalami resesi atau depresi, pelaku pasar sering dalam tekanan atau paksaan ketika menjual properti sehingga harga yang terjadi pada masa itu tidak mencerminkan nilai properti yang wajar. Oleh karena itu, Penilai harus melakukan penelitian primer terhadap data masukan penilaian untuk kemudian diolah melalui pemodelan analitis. Dengan menggunakan metode dan data yang terbaik serta mensimulasikan kedalam pemodelan analitis, dapat menghasilkan nilai properti yang mewakili perilaku pelaku pasar yang bebas dari paksaan. 2. Bonde dan Song (2013) meneliti dampak penggunaan Energy Performance Certificate (EPC) terhadap penilaian properti komersial khususnya gedung perkantoran di Negara Swedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan energi/listrik tidak berdampak pada nilai pasar bangunan, terutama untuk bangunan baru Nilai Pasar dipengaruhi oleh tingkat sewa, perubahan tingkat kekosongan, dan lokasi, sedangkan penggunaan EPC tidak memiliki dampak yang signifikan. Pada umumnya penilai tidak menyadari adanya penggunaan EPC dan/atau hanya menggunakan biaya operasional perkiraan ketika menilai real properti. 3. Mc Donald (2015) meneliti tingkat kapitalisasi untuk keputusan investasi pada properti komersial khususnya gedung perkantoran. Penelitian menggambarkan 7
8 bagaimana investor properti komersial menentukan tingkat kapitalisasi yang digunakan untuk mengonversikan laba bersih menjadi nilai. Studi empiris dilakukan pada 37 bangunan kantor di pusat kota metropolitan New York, Los Angeles, dan Chicago pada tahun Hasil empiris menunjukkan bahwa variabel tingkat penyusutan fisik dan penyusutan fungsi berkorelasi positif terhadap perubahan terbaru pada pasar sewa untuk ruang kantor yang diukur dengan tingkat kekosongan dan perubahan terbaru tingkat kekosongan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kapitalisasi tergantung pada fitur dari gedung perkantoran, tingkat kekosongan, dan perubahan terbaru di pasar gedung perkantoran yang digambarkan dengan tingkat kekosongan. Tingkat kapitalisasi yang digunakan oleh investor dapat diprediksi, karena perubahan dalam perubahan tingkat kekosongan terbaru akan tercermin dalam tingkat kapitalisasi. 4. French (2013) meneliti model Discounted Cash Flow (DCF) untuk penilaian properti berdasarkan cash flow triwulanan dan cash flow triwulanan di muka. French menunjukkan bahwa teknik atau model DCF dapat dikembangkan dengan menganalisis cash flow triwulanan untuk mencerminkan pendapatan aktual triwulanan. Model DCF triwulanan ini dapat dilihat untuk menghasilkan perkiraan Nilai Pasar. 5. Salam (2013) meneliti penetapan Nilai Pasar gedung perkantoran Graha Sucofindo PT Sucofindo Cabang Semarang untuk tujuan penjaminan hutang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 2 teknik pendekatan dalam proses penilaian, yaitu pendekatan biaya dan pendekatan pendapatan. Dalam pendekatan biaya digunakan metode Depreciated Replacement Cost (DRC), 8
9 sedangkan untuk pendekatan biaya menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF). Hasil estimasi indikasi Nilai Pasar dari dua pendekatan tersebut direkonsiliasi dan menghasilkan indikasi Nilai Pasar dan indikasi Nilai Likuidasi untuk gedung perkantoran tersebut. 6. Priadi (2011) meneliti pengaruh adopsi konsep intellegent and green building terhadap tarif sewa gedung perkantoran (studi di kawasan pusat bisnis Jakarta). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Variabel luas (semi gross area) dan umur gedung adalah variabel yang paling berpengaruh signikan terhadap tarif sewa. Selanjutnya variabel lain yang berpengaruh positif terhadap tarif sewa adalah adalah variabel fitur intellegent building dengan fitur building automation system berpengaruh signikan, sedangkan fitur green building tidak berpengaruh signifikan. 1.3 Rumusan Masalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. selanjutnya disebut Bank Mandiri adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara dengan lini bisnis perbankan. Salah satu aset tetap milik Bank Mandiri adalah tanah kosong yang telah dibangun gedung perkantoran yaitu Menara Mandiri (d.h Plaza Bapindo). Gedung perkantoran Menara Mandiri dibangun pada tahun 1991, dan lokasinya terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kav Jakarta Selatan. Pembangunan gedung perkantoran tersebut dilaksanakan dengan pola kerjasama antara Bank Mandiri dengan pihak Pengembang. Bentuk perjanjian kerjasamanya adalah bangun guna dan serah atau yang dikenal dengan istilah Build, Operate and Transfer (BOT). Perjanjian kerjasama BOT tersebut secara keseluruhan berakhir pada tanggal 15 Mei
10 Selama masa kerjasama BOT, hak Bank Mandiri sebagai pemilik tanah adalah hak atas tanah dan royalti sesuai yang telah diperjanjikan. Sementara seluruh bangunan yang berdiri diatas tanah tersebut menjadi hak pemegang BOT. Setelah berakhirnya masa konsesi kerjasama BOT, pihak Pengembang menyerahkan aset berwujud yang menjadi hak Pengembang kepada Bank Mandiri. Aset berwujud yang diserahkan berupa seluruh bangunan yang dibangun di atas tanah milik Bank Mandiri yaitu bangunan Menara Mandiri I, Menara Mandiri II, Gedung Parkir, Masjid, sarana pelengkap bangunan, dan mesin pelengkap bangunan. Penyerahan aset berwujud tersebut tentu akan mengubah nilai aset tetap gedung perkantoran Menara Mandiri secara keseluruhan. Berdasarkan PSAK 16, suatu entitas dapat memilih model biaya atau model revaluasi sebagai dasar menilai aset yang dimilikinya. Revaluasi aset adalah penilaian kembali aset yang dimiliki suatu entitas sehingga mencerminkan nilai aset sekarang. Aset tetap gedung perkantoran Menara Mandiri selama masa kerjasama BOT, yang diakui sebagai aset tetap dan tercatat dalam laporan keuangan Bank Mandiri adalah tanah kosong seluas meter persegi. Nilai tanah kosong tersebut tercatat dengan nilai buku sebesar Rp ,00 (Seratus sembilan puluh empat Miliar tiga ratus dua puluh delapan juta rupiah). Nilai buku tersebut merupakan nilai perolehan, sehingga tidak mencerminkan nilai aset saat ini. Untuk pencatatan aset tetap setelah berakhirnya kerjasama BOT, maka akan lebih tepat jika dilakukan dengan cara revaluasi aset. Hal tersebut mengingat bahwa nilai tanah yang dicatat sebagai nilai buku telah mengalami apreasiasi nilai akibat adanya nilai waktu uang dan nilai investasi. Selain itu, nilai bangunan yang berdiri 10
11 diatas tanah juga belum diakui sebagai milik Bank Mandiri, sehingga perlu dilakukan penilaian kembali untuk kepentingan Bank Mandiri. Revaluasi aset yang dilakukan sesuai pada ketentuan PSAK 68, bahwa nilai suatu aset yang tercatat dalam laporan keuangan harus merujuk pada Nilai Wajar. Dalam memenuhi ketentuan PSAK 68, maka dibutuhkan suatu penilaian properti untuk mengestimasi Nilai Wajar gedung perkantoran dengan tujuan pelaporan keuangan. Penilaian properti tersebut dimaksudkan agar mendapatkan opini Nilai Wajar. Untuk itu rumusan permasalahannya adalah bahwa pada saat berakhirnya masa kerjasama BOT, nilai buku gedung perkantoran Menara Mandiri yang tercatat pada laporan keuangan Bank Mandiri tidak mencerminkan nilai sekarang. Oleh karena itu perlu dilakukan revaluasi aset dengan cara mengestimasi Nilai Wajar gedung perkantoran Menara Mandiri dengan tujuan pelaporan keuangan. 1.4 Pertanyaan Penelitian Fokus penelitian yang dilakukan terbatas pada rumusan masalah yang telah diindentifikasi, maka berdasarkan rumusan masalah tersebut disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Studi tentang bagaimana menentukan Nilai Wajar gedung perkantoran Menara Mandiri milik Bank Mandiri dengan tujuan pelaporan keuangan? 2. Berapa estimasi Nilai Wajar gedung perkantoran Menara Mandiri tersebut? 1.5 Tujuan Penelitan Penelitian ini bertujuan untuk: 11
12 1. menganalisis dan mengestimasi nilai gedung perkantoran milik Bank Mandiri untuk tujuan pelaporan keuangan studi kasus Gedung Menara Mandiri. 2. menghitung estimasi Nilai Wajar gedung perkantoran Menara Mandiri. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. memberikan estimasi Nilai Wajar Gedung Menara Mandiri untuk kepentingan Bank Mandiri sebagai bahan referensi; 2. memberikan referensi bagi akademisi dalam bidang ilmu Penilaian Properti terutama proses penilaian properti komersial gedung perkantoran. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, serta sistematika penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis yang berisi landasan teori mengenai hal-hal yang ada dalam penelitian terdahulu, hipotesis dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab III Metode Penelitian yang membahas batasan dan definisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, serta sumber data dan metode pengumpulan data. Untuk pembahasan penelitian ini terdapat pada Bab IV Analisis Data dan Pembahasan, yang membahas deskripsi objek properti, estimasi Nilai Wajar objek properti dengan pendekatan biaya dan pendekatan pendapatan, serta rekonsiliasi nilai objek properti. Bab V Kesimpulan dan Saran yang membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian. 12
Analisis Aktivitas Pendanaan
TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessee) melalui sewa pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor. Laporan keuangan merupakan cermin dari kondisi suatu perusahaan, sehingga investor dapat memutuskan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang tujuan kegiatannya dijalankan adalah untuk menambah kekayaan pemilik melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
Lebih terperinciPT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA
Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2017) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 13, Properti investasi adalah suatu properti berupa tanah atau
Lebih terperinciPedoman Tugas Akhir AKL2
Pedoman Tugas Akhir AKL2 Berikut adalah pedoman dalam penyusunan tugas akhir AKL2: 1. Tugas disusun dalam bentuk format berikut ini: No Perihal LK Emiten Analisis 1 Pengungkapan Pihak Berelasi (PSAK 7)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan lahan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan lahan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus ditingkatkan. Contoh wujud pendayagunaan lahan yang telah dilakukan antara lain melalui sinergi antara
Lebih terperinciPERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif ini, kelangsungan hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan
Lebih terperinciANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia
ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia RYNA PANJAITAN University of Indonesia Abstrak Properti investasi
Lebih terperinciBAGIAN IX ASET
- 81 - BAGIAN IX ASET IX.1 ASET TETAP A. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan akan digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard
Lebih terperinciSTANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK
STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka melaksanakan pembangunan di Indonesia, maka beberapa puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build Operate and Transfer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah organisasi yang umumnya mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal indonesia telah menjadi fenomena tersendiri, dan menjadi catatan sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal indonesia telah menjadi fenomena tersendiri, dan menjadi catatan sebuah sejarah. Persepsi tersebut tergantung dan masing-masing pihak yang berkepentingan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi PSAK 58 revisi tahun 2009 pada laporan keuangan 39 perusahaan yang terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu NO PENELITI JUDUL METODE HASIL 1. Ariantini. Penerapan Et all (2014) SAK ETAP 2. Pambudi (2014) dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan
Lebih terperinciPSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015
PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015 Perbedaan PSAK 1 Tahun 2013 & 2009 Perihal PSAK 1 (2013) PSAK 1 (2009) Judul laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki aset tetap yang kurang produktif dan belum termanfaatkan atau kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau selanjutnya disingkat dengan BUMN, memiliki aset tetap yang kurang produktif dan belum termanfaatkan atau kurang optimal pemanfaatannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu mengetahui
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. telah memunculkan optimisme baru, best practices dalam penataan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara telah memunculkan optimisme baru, best practices dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN BANK
MANAJEMEN PERBANKAN LAPORAN KEUANGAN BANK 9 BAB DASAR ACUAN 1. Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK ) Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAK 31 : Akuntansi Perbankan PSAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri serta arus globalisasi yang semakin pesat menuntut perusahaan untuk mampu bergerak sejalan dengan perkembangan tersebut. Selain itu dengan
Lebih terperinciPERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP
PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9.601.772 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37.086.352 3. Penempatan pada bank lain 14.455.137 4. Tagihan spot dan derivatif
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11.253.358 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39.954.020 3. Penempatan pada bank lain 19.876.744 4. Tagihan spot dan derivatif
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 16,585,317 2. Penempatan pada Bank Indonesia 38,046,361 3. Penempatan pada bank lain 22,931,445 4. Tagihan spot dan derivatif
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,417,472 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37,972,458 3. Penempatan pada bank lain 19,313,423 4. Tagihan spot dan derivatif
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11,609,497 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,482,395 3. Penempatan pada bank lain 26,093,132 4. Tagihan spot dan derivatif
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,260,695 2. Penempatan pada Bank Indonesia 32,182,944 3. Penempatan pada bank lain 26,766,738 4. Tagihan spot dan derivatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah dan besar, tidak melihat apakah perusahan tersebut bertujuan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Baik dalam perusahaan yang berskala kecil, menengah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aset Tetap Sebelum membahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap aset tetap, perlu kita ketahui terlebih dahulu beberapa teori mengenai aset tetap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan Menurut PSAK no. 1, tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
Lebih terperinciPSAK 66 PENGATURAN BERSAMA
PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA Agenda 1. 2. 3. 4. Standar Pengaturan Bersama PSAK 66 Pengaturan Bersama Ilustrasi Pengaturan Bersama Diskusi PSAK 39 Kerjasama Operasi BOT BTO Perkembangan PSAK PSAK 12 Pengendalian
Lebih terperinciYth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat
Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 28 Februari 2018
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 8 Februari 018 POS - POS ASET 1. Kas 94,05. Penempatan pada Bank Indonesia 5,59,49 3. Penempatan pada bank lain 3,364,909 4. Tagihan spot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah juga menjadi salah
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA PER 31 OKTOBER 2016 (dalam jutaan rupiah)
LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 OKTOBER 216 NO POS-POS 31-Oct-16 ASET 1 Kas 82,52 2 Penempatan pada Bank Indonesia 313,1 3 Penempatan pada bank lain 619,75 4 Tagihan spot dan derivatif 5 Surat Berharga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian mengandung suatu sewa, tetapi tidak memberikan panduan untuk menentukan sewa tersebut harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan go public di Indonesia dapat dilihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) setiap tahunnya. IPO merupakan
Lebih terperinciManajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS
Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Agustus 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Agustus 016 POS POS ASET 1. Kas 1,146,804. Penempatan pada Bank Indonesia 4,597,717 3. Penempatan pada bank lain 1,660,879 4. Tagihan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Desember 2015
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Desember 015 POS POS ASET 1. Kas 1,093,66. Penempatan pada Bank Indonesia 4,546,084 3. Penempatan pada bank lain,459,55 4. Tagihan spot
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 Juni 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 Juni 016 POS POS ASET 1. Kas 1,06,486. Penempatan pada Bank Indonesia 7,077,646 3. Penempatan pada bank lain 1,511,937 4. Tagihan spot
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 April 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 April 016 POS POS ASET 1. Kas 938,471. Penempatan pada Bank Indonesia 5,855,135 3. Penempatan pada bank lain 478,000 4. Tagihan spot dan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Januari 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Januari 016 POS POS ASET 1. Kas 1,060,068. Penempatan pada Bank Indonesia 7,78,681 3. Penempatan pada bank lain 1,171,946 4. Tagihan spot
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Mei 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Mei 016 POS POS ASET 1. Kas 1,138,570. Penempatan pada Bank Indonesia 6,30,109 3. Penempatan pada bank lain 803,67 4. Tagihan spot dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan terhadap pemilik perusahaan dan entitas lainnya yang ikut menggunakan laporan keuangan.
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 Juni 2015
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 Juni 015 POS POS ASET 1. Kas 1,164,435. Penempatan pada Bank Indonesia 4,80,609 3. Penempatan pada bank lain,396,493 4. Tagihan spot dan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Maret 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Maret 016 POS POS ASET 1. Kas 991,610. Penempatan pada Bank Indonesia 7,477,88 3. Penempatan pada bank lain 939,783 4. Tagihan spot dan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Maret 2015
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Maret 015 No. POS POS ASET 1. Kas 1,051,38. Penempatan pada Bank Indonesia 5,494,849 3. Penempatan pada bank lain 1,557,13 4. Tagihan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 Juni 2017
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 Juni 017 POS POS ASET 1. Kas 1,444,061. Penempatan pada Bank Indonesia 5,371,901 3. Penempatan pada bank lain,166,534 4. Tagihan spot
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Juli 2017
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Juli 017 POS POS ASET 1. Kas 1,113,741. Penempatan pada Bank Indonesia 5,583,797 3. Penempatan pada bank lain,188,053 4. Tagihan spot
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Juli 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Juli 016 POS POS ASET 1. Kas 1,06,749. Penempatan pada Bank Indonesia 5,896,560 3. Penempatan pada bank lain 1,384,300 4. Tagihan spot
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Maret 2017
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Maret 017 POS POS ASET 1. Kas 87,575. Penempatan pada Bank Indonesia 5,645,711 3. Penempatan pada bank lain,039,67 4. Tagihan spot dan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 April 2017
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 April 017 POS POS ASET 1. Kas 969,43. Penempatan pada Bank Indonesia 6,301,164 3. Penempatan pada bank lain 3,055,1 4. Tagihan spot dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Agustus 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Agustus 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 11.490 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2.798.191 3. Penempatan pada bank lain 1.685.123 4.
Lebih terperinci55,049 h. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 31-May-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan mencatat informasi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai pihak seperti investor, karyawan,
Lebih terperinciLAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 31-Jan-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinciTOTAL ASET ,708,580
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : JTRUST INDONESIA, Tbk. : 31-Jan-2018 (dalam jutaan rupiah) POS
Lebih terperinciLAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 28-Feb-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinciTOTAL ASET ,901,863
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : JTRUST INDONESIA, Tbk. : 31-Mar-2018 (dalam jutaan rupiah) POS
Lebih terperinciTOTAL ASET ,610,946
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : JTRUST INDONESIA, Tbk. : 28-Feb-2018 (dalam jutaan rupiah) POS
Lebih terperinciLAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 30-Nov-16 POS-POS (dalam
Lebih terperinci96,876 h. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 30-Sep-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinci42,611 h. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 30-Apr-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinciTOTAL ASET ,099,545
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : JTRUST INDONESIA, Tbk. : 30-Apr-2018 (dalam jutaan rupiah) POS
Lebih terperinci65,104 h. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 31-Jul-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : JTRUST INDONESIA, Tbk. : 31-Dec-16 (dalam jutaan rupiah) POS -
Lebih terperinciLAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 31-Mar-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinciLAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 31-Oct-16 POS-POS (dalam
Lebih terperinci85,243 h. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 31-Aug-17 POS-POS (dalam
Lebih terperinciANALISA LAPORAN KEUANGAN. Tentang ANALISA LAPORAN ARUS KAS
ANALISA LAPORAN KEUANGAN Tentang ANALISA LAPORAN ARUS KAS I. PENGERTIAN LAPORAN ARUS KAS Laporan arus kas (Inggris: cash flow statement atau statement of cash flows) adalah bagian dari laporan keuangan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/3/DPNP tanggal 16 Desember 211 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : PT JTRUST INDONESIA Tbk. : 3-Jun-16 (dalam jutaan rupiah) POS - POS
Lebih terperinci: BANK JTRUST INDONESIA, Tbk. (dalam jutaan rupiah) BANK Posisi Tgl. Laporan. POS - POS Sandi
Lampiran 1a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Bank Tanggal : JTRUST INDONESIA, Tbk. : 31-Dec-2017 (dalam jutaan rupiah) POS
Lebih terperincih. Pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai
Lampiran 2a Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN Bank : JTRUST INDONESIA Periode : 31-May-16 POS-POS (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika perusahaan tidak memiliki sumber dana internal yang mencukupi, pasar modal merupakan salah satu tempat bagi perusahaan mencari sumber dana alternatif selain
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 September 2015
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 September 015 POS POS ASET 1. Kas 986,868. Penempatan pada Bank Indonesia 7,735,495 3. Penempatan pada bank lain 1,190,04 4. Tagihan spot
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 31 Desember 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 31 Desember 2016 POS POS ASET 1. Kas 1,001,235 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,358,732 3. Penempatan pada bank lain 5,073,380 4. Tagihan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 November 2015
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 November 015 POS POS ASET 1. Kas 1,077,957. Penempatan pada Bank Indonesia 8,813,395 3. Penempatan pada bank lain 1,516,44 4. Tagihan
Lebih terperinciLAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN. PT BANK MEGA Tbk. Tanggal : 30 September 2016
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT MEGA Tbk. Tanggal : 30 September 016 POS POS ASET 1. Kas 1,047,66. Penempatan pada Bank Indonesia 4,38,991 3. Penempatan pada bank lain 84,107 4. Tagihan spot
Lebih terperinci