BOOK REVIEW DISTANCE EDUCATION
|
|
- Ida Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BOOK REVIEW DISTANCE EDUCATION Sebuah Resume atas Karya John R. Verduin, Jr dan Thomas A. Clark yang Berjudul DISTANCE EDUCATION; The Foundations of Effective Practice Oleh : Wahyono Saputro NIM Tugas: Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Dosen Pengampu : Dr. Musnur Hery, M. Ag. PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2012
2 DAFTAR ISI Bagian Pertama: Distance Education and Lifelong Learning (Pendidikan Jarak Jauh dan Pembelajaran Sepanjang Hayat) 1. The Idea and Evolution of Distance Education (Ide dan Evolusi Pendidikan Jarak Jauh) 2. How Distance Education Serves Adult Learners (Bagaimana Pendidikan Jarak Jauh Melayani Para Pembelajar Dewasa) Bagian Kedua: Strengths and Limitations of Current Practice (Kekuatan dan Keterbatasan Penerapannya Saat Ini) 3. Key Approaches to Distance Education (Pendekatan-Pendekatan Kunci terhadap Pendidikan Jarak Jauh) 4. Delivering Programs to Learners (Penyajian Program kepada Pembelajar) 5. Assessing Program Quality and Effectiveness (Pengukuran Mutu Program dan Effektifitasnya) Bagian Ketiga: Strengthening the Theory and Practice of Distance Education (Penguatan Teori dan Penerapan Pendidikan Jarak Jauh) 6. Program Foundations (Landasan Program) 7. Teaching and Learning (Pengajaran dan Pembelajaran) 8. Organization and Administration (Organisasi dan Administrasi) 9. Conclution: Opportunities and Challenges for the Future (Kesimpulan: Kesempatan dan Tantangan untuk Masa Mendatang) 2
3 Bagian Pertama Pendidikan Jarak Jauh dan Pembelajaran Sepanjang Hayat A. Ide dan Evolusi Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan jarak jauh dapat dikhususkan sebagai sebuah bentuk pendidikan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa memiliki karakteristik pendidikan jarak jauh yang termasuk di dalamnya: Waktu dan Tempat. Pilihan waktu dan lokasi dalam pendidikan jarak jauh menarik orang dewasa yang bekerja. Bila waktu dan lokasi cukup baik dalam pendidikan jarak jauh, mereka umumnya tanggap terhadap anjuran sebuah pelajar-pelajar yang potensial, biasanya orang dewasa yang lebih suka memilih studi pada waktu petang dan akhir pekan. (Verduin and Clark, 1991: 4). Keanggotaan Tradisional. Pendidikan jarak jauh secara tradisional telah menawarkan melalui pendidikan yang berkelanjutan dan satuan ekstensi dari lembaga dan universitas sebagai bagian program luar lembaga ini. Unit kampus off ini secara umum menyediakan pelayanan untuk dewasa, bukan anak-anak. (Verduin and Clark, 1991: 4). Literatur. Artikel, buku, dan dokumen lain mengenai pendidikan jarak jauh secara luas perduli terhadap program yang mana orang dewasa sebagai sasaran utamanya. (Verduin and Clark, 1991: 4). Ciri- Ciri Pembelajar. Kesuksesan studi pada program jarak jauh menuntut ciri- ciri khusus yang kesemuanya bersifat tipikal orang dewasa dibandingkan pembelajar pra dewasa (Verduin and Clark, 1991: 5). 1. Pendidikan Dewasa 3
4 Bagian terpenting dari sebuah pembelajaran orang dewasa masuk kategori pendidikan jarak jauh, yang mungkin didefinisikan sebagai pengajaran orang dewasa sesuai dengan pendidikan formal yang terorganisir manapun atau perencanaan informal pendidikan. Kegiatan pendidikan orang dewasa sangat dipersempit cakupannya dibanding pembelajaran orang dewasa, karena harus mengikutkan keterlibatan langsung para pendidik (pengajar) dalam pengajaran dan evaluasi. Pendidikan orang dewasa dan pembelajaran orang dewasa secara umum membantu orang dewasa menjadi lebih baik dalam hal kesempatan pekerjaan mereka dan kualitas (mutu) hidup. Dewasa, sepanjang hayat, pendidikan dapat terjadi di banyak tempat yang berbeda dan dapat meliputi aneka penekanan dalam istilah program. Penyelenggaraannya bisa disponsori oleh dan bertempat di sejumlah lembaga dan organisasi, baik pribadi maupun umum. Juga menawarkan pembelajaran pengalaman terhadap dewasa berpendidikan tinggi dan mereka yang mungkin memperhatikan dirinya sebagai buta huruf yang masih dapat difungsikan, juga didisain untuk mereka yang berekonomi rendah maupun yang berekonomi tinggi. Didisain secara mendasar agar sesuai dengan kebutuhan dewasa dan dalam banyak kasus, juga kebutuhan organisasi dan masyarakat secara umum (Verduin, Miller dan Greer, 1986, p. 3 dalam buku ini di halaman 5). Kebanyakan orang yang ikut berpartisipasi dalam pendidikan jarak jauh ikut ambil bagian dalam satu atau tiga jenis utama program (Verduin, Miller, and Greer, 1986), yaitu: a. Adult Basic Education (Pendidikan Dasar Dewasa) yang ditujukan kepada orang dewasa yang tidak memiliki syarat kemampuan pendidikan dasar yang mereka butuhkan sebagai fungsi dalam sebuah perubahan, terutama yang berkaitan dengan teknologi berbasis masyarakat. Pembelajar jenis program ini mungkin saja menjalani studi dengan alasan yang berhubungan dengan pekerjaan. Disamping memperoleh kemampuan yg 4
5 diperlukan, pembelajar utama dewasa mungkin juga mengambil kelas kewarganegaraan, memperoleh sebuah gelar diploma sekolah tinggi atau yang sederajat, atau memperoleh surat mandat lainnya yang dapat membantu mereka dalam berkompetisi lebih sukses lagi dalam masyarakat.(verduin and Clark, 1991: 6). b. Career Education (Pendidikan Karir) yang mencakup bantuan terhadap orang dewasa untuk mempersiapkan diri pada lapangan kerja, profesi, atau untuk meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan kerja mereka.(verduin and Clark, 1991: 6). c. Leisure and Enrichment Education (Pendidikan Pengayaan dan Waktu Luang) orang dewasa yang ditawarkanpembelajaran pengalaman dengan maksud membantu dan memperkaya aspek kehidupan mereka dan orang lain, mengembangkan perasaan harga diri dan pengakuan keberadaan(verduin and Clark, 1991: 7). 2. Definisi Pendidikan Jarak Jauh Istilah distance education (pendidikan jarak jauh) mungkin pertama kali muncul dalam katalog (tahun 1892) Universitas Ekstensi Wisconsin, William Lighty, pada 1906 (Moore, 1987b). Selanjutnya istilah ini menjadi populer di Jerman oleh jasa pendidik Jerman, Otto Peters pada 1960-an dan 1970-an (Peter, 1968) dan digunakan sebagai judul untuk lembaga pengajaran jarak jauh di Prancis (Moore, 1987b). Istilah Inggris, distance education, mungkin diperkenalkan di Amerika oleh Bjorn Holmber dan Michael Moore pada sebuah pertemuan di International Council for Correspondence Education (Dewan Internasional untuk Pendidikan Surat- Menyurat) (Moore, 1987b), (Hal. 8). Sebuah definisi singkat dari distance education ialah semua pendekatan formal terhadap pembelajaran dimana pengajaran secara dominan berlangsung ketika pendidik dan pembelajar berada pada jarak satu sama lainnya. Definisi ini cukup identik dengan elemen utama yang ditawarkan oleh Garrison dan Shale (1987), (Hal 8). 5
6 Pada tahun 1986, Keegan memperbaiki kembali definisi deskriptifnya (1980) mengenai distance education, mengajukan lima kriteria: 1) Pemisahan permanen yg bersifat semu antara guru dan pembelajar melalui jarak dan proses pembelajaran: ciri ini membedakannya dari pengajaran tatap muka konvensional (Hal. 10). 2) Pengaruh terhadap organisasi pendidikan dalam perencanaan dan persiapan materi pembelajaran dan dalam ketentuan pelayanan dukungan pelajar: ciri ini membedakannya dari studi privat dan program mengajar diri anda sendiri. 3) Penggunaan secara teknis media, print, audio, video atau komputer terhadap satuan guru dan pembelajar dan membawa isi kursus. 4) Ketentuan komunikasi dua arah agar pelajar dapat manfaat atau bahkan mengajukan dialog: ciri ini membedakannya dari penggunaan teknologi dalam pendidikan. 5) Pemisahan permanen yang bersifat semu kelompok pembelajaran melalui jauhnya proses pembelajaran agar masyarakat biasa berfikir secara individu dan tidak dalam kelompok, dengan kemungkinan pertemuan mendadak untuk kedua maksud; sosialisasi dan didaktik (hal. 37). Pembandingan definisi Keegan yang diajukan antara tahun 1980 dan 1986, terlihat sebuah evolusi pemikirannya. Separation (pemisahan) pendidik dan pembelajar pada definisi 1980 menjadi quasi separation (pemisahan semu) pada versi 1986 dalam menyadari fakta bahwa pengajaran tatap muka merupakan bagian dari kebanyakan program pendidikan jarak jauh. Elemen yang kedua, pengaruh sebuah organisasi pendidikan, dielaborasi pada versi 1986 untuk meluruskan bahwa pendidikan jarak jauh adalah berbeda dari apa yang disebut distance learning (pembelajaran jarak jauh) dalam buku ini atau penggunaan bahan pengajaran atau media untuk maksud pengajaran diri sendiri dalam ketidak hadiran komunikasi dua arah dan dengan evaluasi oleh sebuah organisasi pendidikan. 6
7 Sebuah definisi perbaikan berdasarkan dua versi Keegan, terdapat empat elemen distance education (pendidikan jarak jauh): 1) Pemisahan pendidik dan pembelajar selama akhir dominan proses pengajaran 2) Dampak dari sebuah organisasi pendidikan, termasuk ketentuan evaluasi pelajar 3) Penggunaan media pendidikan bagi pendidik dan pembelajar serta membawa muatan kursus. 4) Ketentuan komunikasi dua arah antara pendidik, tutor atau antara agen pendidikan dan pembelajar (Hal. 11). Elemen pertama lebih khusus dibandingkan penggunaan Keegan mengenai istilah quasi permanent, dan karakterisasi sebuah jarak peluas aplikasi. Jika kurang dari separuh pengajaran atau, katakanlah, kurang dari duapuluh empat dari empat puluh delapan jam kontak dalam sebuah lembaga kursus telah terpenuhi melalui pengajaran tatap muka dan semua kriteria lain terhadap studi jarak jauh telah sesuai, maka kursus dapat dipertimbangkan sebagai sebuah contoh kasus pendidikan jarak jauh. Elemen kedua dari definisi mengandung apa yang terlihat menjadi satu-satunya bagian yang tak terpisahkan dari dampak sebuah organisasi pendidikan, evaluasi dan mengabaikan penyebutan keduanya. Elemen yang ketiga secara esensi tidak berubah, meskipun lebih difahami secara luas dan dapat digunakannya secara luas istilah media pendidikan. Elemen yang keempat mengandung pengakuan tersembunyi bahwa dalam beberapa bentuk yang mengalami industrialisasi pendidikan jarak jauh, pelajar mungkin memiliki kontak dengan perwakilan berbeda terhadap organisasi pendidikan untuk maksud yang berbeda pula. 7
8 Elemen yang kelima, baik dalam versi Keegan tahun 1980 dan definisinya pada tahun 1986 dan elemen keenam dari versinya tahun 1980 diabaikan dalam versi ringkas ini. Terdapat banyak sistem pendidikan jarak jauh di Amerika Serikat dan dimananpun, seperti Universitas Wisconsin- Jaringan Telepon Pendidikan Ekstensi, yang memakai kelompok studi pada sebuah distance. Tidak ada batasan yang harus diganti pada kelompok berdasar studi dalam pendefinisian pendidikan jarak jauh. Ini adalah definisi yang sederhana. Bukan bermaksud menjelaskan penerapan tipe-tipe pendidika jarak jauh akan tetapi lebih fokus pada penjelasan atribut umum bagi semua program jarak jauh (Hal. 12). 3. Kebingungan Mengenai Pendidikan Jarak Jauh Perlu ditegaskan kembali bahwa distance education didefinisikan sebagai sebuah pengajaran formal dimana hal dominan dari fungsi pengajaran berlangsung saat pendidik dan pembelajar berada dalam sebuah jarak satu sama lain (Hal. 13) Bagi beberapa orang merasa bahwa definisi ini terlalu khusus, tetapi hanya sebuah definisi yang khususlah yang sesungguhnya bisa membantu- pada kasus kebingungan akademik- mengenai mungkin atau tidak sebuah kursus atau program merupakan contoh kasus distance education (pendidikan jarak jauh) (Hal. 13). Distance education (pendidikan jarak jauh) berlangsung ketika lebih dari separuh pengajaran formal, atau pengajaran, dilaksanakan pada keadaan jarak jauh. Teaching (pengajaran) dalam definisi ini berarti waktu/jam kontak, dengan media apapun dan bukan penampilan kerja pengajaran diri sendiri sebagai sebuah tambahan keterangan terhadap kerja dalam kelas. Jika para pembelajar berpartisipasi dalam perencanaan fungsi pengajaran dan kemudian melaksanakannya, seperti kemungkinan dilaksanakan bersama kesepakatan pembelajaran atau studi mandiri, partisipasi ini dapat dilihat sebagai sebuah bagian ke arah waktu/jam kontak (Hal. 13). 8
9 4. Klasifikasi Program Program pendidikan jarak jauh (distance education) telah diklasifikasikan dalam sejumlah cara. Keegan mengklasifikasikan skema bagan studi jarak jauh yakni; sekolah otonomi, atau universitas terbuka yang secara khusus pengajarannya melalui surat menyuratatau gabungan/hybrid- pengajaran jarak jauh pada sebuah institusi pendidikan tradisional melalui bagian mandiri, seminar ataustudi di rumah, atau perpaduan pengajaran secara internal dan eksternal (Rumble and Harry, 1982). Hal yang mirip diungkap oleh Willen (1981), mengklasifkasikan intitusi pengajaran berada dalam konteks sebuah distance (jarak jauh) menurut apakah pengoperasiannya tersentral dalam skala luas atau skala lebih kecil model desentralisasi seperti umumnya yang terdapat di Swedia, Australia dan Amerika Serikat (Hal. 14). Berikut ini sebuah formula dari Kaunda (1970), Rumble dan Harry (1982) mengenai tipologi studi jarak jauh pada Universitas Konvensional: 1) Sebuah universitas menawarkan ujian luar untuk kredit poin atau surat mandat, sebagai contoh, Universitas London (Hal. 14). 2) Sebuah departemen tunggal menawarkan studi jarak jauh pada disiplin ilmunya. Ini berlangsung pada lahirnya (awal) program Unibersitas Waterloo. 3) Berlangsungnya perkuliahan eksternal melalui departemen luar sekolah atau ekstensi. Ini yang umumnya kebanyakan di Amerika Serikat, biasanya melalui satuan pendidikan yang berkesinambungan. 4) Satuan pengajaran jarak jauh atau departemen menduplikasi pekerjaan departemen pengajaran, contohnya Universitas Ekstensi Wisconsin. 5) Sebuah departemen pengajaran jarak jauh memfasilitasi lebih sekedar menduplikasi kerja departemen pengajaran, bisa 9
10 ditemukan di negara-negara persemakmuran dimana beberapa badan kegubernuran memandatkan sistem ini (Hal. 14). 10
BAB 2: DEFINISI, SEJARAH, DAN TEORI PENDIDIKAN JARAK JAUH (PJJ)
BAB 2: DEFINISI, SEJARAH, DAN TEORI PENDIDIKAN JARAK JAUH (PJJ) TUJUAN BAB: Diskusikan alasan yang berbeda tentang definisi pendidikan jarak jauh. Jelaskan berbagai definisi pendidikan jarak jauh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jaminan pencapaian hak dalam masyarakat, sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi peningkatan kualitas kehidupan dan
Lebih terperinciM E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA.
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 1335 /SK/R/UI/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem pendidikan nasional
Lebih terperinciPERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2
PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2 tchandrawati@gmail.com, sprabowo@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dialog dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (SPJJ) merupakan
Lebih terperinciChapter Report AAN SUKANDAR NIM
Chapter Report AAN SUKANDAR NIM.09007096 Identitas Buku Judul Buku Curriculum Development in Vocational and Technical Education Pengarang : Curtis R.Finch and John R. Cruncikilton Penerbit: Allyn & Bacon.Lnc.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi sebagai salah satu organisasi nirlaba yang didirikan dengan tujuan untuk melayani kebutuhan mahasiswa dan masyarakat umum akan pendidikan dituntut
Lebih terperinciPELATIHAN PENGEMBANGAN E-LEARNING
PELATIHAN PENGEMBANGAN E-LEARNING Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Sabtu, 30 April 2016 M. Udin Harun Al Rasyid, Ph.D http://udinharun.lecturer.pens.ac.id/
Lebih terperinciMENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta
MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Sistem Quality Insurance atau Penjaminan mutu. Sistem berasal dari bahasa Yunani, system. Adapun beberapa definisi sistem menurut beberapa ahli yang dijelaskan oleh Usman (2011)
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah Kode dan Bobot MK Jurs / Semester Status MK MK Prasyarat Fak/Universitas Pengampu Antropologi Pendidikan ISA 320-3 sks Antropologi
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA PROGRAM STUDI STATISTIKA TERAPAN DENGAN HASIL UJIAN MATAKULIAH KOMPUTER II PADA MASA UJIAN 89.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA PROGRAM STUDI STATISTIKA TERAPAN DENGAN HASIL UJIAN MATAKULIAH KOMPUTER II PADA MASA UJIAN 89.1 Oleh: Drs. Hasoloan Siregar NIP 131869184 FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan
Lebih terperinciPSIKOLOGI PENDIDIKAN 1
PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1 LITERATUR Gage, N.L ; David C Berliner. 1998. EDUCATIONAL PSYCHOLOGY. 6 th Edition. New York : Houghton Mifflin Co. Woolfolk, Anita.2004. Educational Psychology 9 th Edition. Boston:
Lebih terperinciKEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 22/P/SK/HT/2006
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 22/P/SK/HT/2006 TENTANG PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM 2006 PROGRAM STUDI JENJANG SARJANA DI UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang
Lebih terperinciBLENDED LEARNING. MAKALAH Dipresentasikan pada mata kuliah Tekhnologi Informasi ( IT ) Dalam Pendidikan Agama Islam
BLENDED LEARNING MAKALAH Dipresentasikan pada mata kuliah Tekhnologi Informasi ( IT ) Dalam Pendidikan Agama Islam Dosen Pembimbing: Dr. Ahmad Juhaidi, M.Pd Oleh: F A T H U R R A H M A N NIM : 1402521367
Lebih terperinciAKTIVITAS MAHASISWA YANG MEREGISTRASI MATA KULIAH KIMIA DASAR I DALAM TUTON ABSTRAK
AKTIVITAS MAHASISWA YANG MEREGISTRASI MATA KULIAH KIMIA DASAR I DALAM TUTON Tutisiana Silawati Universitas Terbuka, Indonesia tutisiana@mail.ut.ac.id ABSTRAK Untuk mengetahui bagaimana aktivitas mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini menuntut adanya persaingan yang semakin ketat dalam dunia kerja. Hal ini mengakibatkan adanya tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menghadapi era-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menghadapi era- globalisasi sekarang ini menuntut adanya peningkatan kualitas dari sumber daya manusia.
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan yang banyak
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan yang banyak digunakan oleh perusahaan dalam meningkatkan kualitas secara sistematis dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejatinya dikatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Tetapi dengan adanya kehadiran orang lain tersebut,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing serta mempertahankan diri dari
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN
PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012-2017 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciMajalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kalau kita buka Oxford Advance Learner s
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung,
Lebih terperinciPengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web pada Perkuliahan
Pengembangan Model Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Web pada Perkuliahan Purwono Hendradi 1, Kanthi Pamungkas Sari 2, Sutejo 3 1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik 2 Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.19, 2010. PENDIDIKAN. Kedinasan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5101) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Artinya, pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya orang lain ataupun lingkungannya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan Terdahulu Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan pendidikan adalah
Lebih terperinciBOOK REPORT THE DIALOGUE BETWEEN HIGHER EDUCATION RESEARCH AND PRACTICE
BOOK REPORT THE DIALOGUE BETWEEN HIGHER EDUCATION RESEARCH AND PRACTICE PENDAHULUAN Dalam Book report ini, penulis melaporkan dan menganalisa buku yang berjudul The Dialogue between Higher Education Research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan salah satu pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia merupakan jalan
Lebih terperinciP. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia setiap waktunya akan bertambah dan manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, termasuk satuan pendidikan menengah kejuruan yang bertujuan
Lebih terperinciINSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KERJA PENGAWAS PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015
INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KERJA PENGAWAS PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Nama Guru NUPTK :.. NIP( bagi PNS) Asal Sekolah NPSN :.. Pangkat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komputer yang demikian cepat serta penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam pengajaran, menjadikan komputer
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan perkembangan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Teknologi Pendidikan Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak mendapat perhatian di lingkungan ahli pendidikan. Pada awalnya, teknologi
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. kepemilikan saham bebas secara bersama-sama menunjukkan hasil nilai F sebesar 3,829
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi Pengujian pengaruh kepemilikan saham perdana, kepemilikan saham insentif dan kepemilikan saham bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah pesat mengingat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi dunia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global saat ini, semua negara berkompetisi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas dan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan
Lebih terperinciPendidikan Jarak Jauh sebagai Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa di Era Bonus Demografi
Pendidikan Jarak Jauh sebagai Upaya Mencerdaskan Kehidupan Bangsa di Era Bonus Demografi Dewasa ini, pendidikan sudah menemukan suatu metode belajar mengajar yang tidak hanya dilakukan secara tatap muka
Lebih terperinciAnalisis Kualitas Blended Learning Menggunakan Rubric Quality Matters (RQM) (Studi Kasus Telkom-PJJ) Merlina Dewi S ( )
Analisis Kualitas Blended Learning Menggunakan Rubric Quality Matters (RQM) (Studi Kasus Telkom-PJJ) Merlina Dewi S (110310163) Abstrak Dalam dunia pendidikan dikenal adanya sistem pembelajaran yang senantiasa
Lebih terperinciPEMBEKALAN STUDI LANJUT LUAR NEGERI: STUDI LANJUT PASCA SARJANA DI REPUBLIK FEDERAL JERMAN
PEMBEKALAN STUDI LANJUT LUAR NEGERI: STUDI LANJUT PASCA SARJANA DI REPUBLIK FEDERAL JERMAN Oleh: Satoto E. Nayono Fakultas Teknik-Universitas Negeri Yogyakarta Disampaikan dalam: Workshop Peningkatan Wawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya bisa dilakukan dalam ruang dan waktu yang terbatas kini dapat dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informatika (TI) dapat begitu cepat mengubah pola interaksi manusia. Interaksi melalui kegiatan berkomunikasi yang pada mulanya hanya
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
RENCANA PERKULIAHAN 1. Nama Mata Kuliah 2. Kode / SKS 3. Mata Kuliah Prasyarat 4. Semester 5. Fakultas / Jurusan 6. Dosen / Asisten : Manajemen Mutu Terpadu (MMT) : ADM 505 / 2 : - Teori Sistem (ADM 537)
Lebih terperinciKONSEP KARIER. Pengembangan Karir
Pengembangan Karir Karier adalah keseluruhan pekerjaan baik yang digaji maupun yang tidak digaji, suatu proses belajar dan peran-peran yang disandang sepanjang hidup. Biasanya, istilah karier berkaitan
Lebih terperinciM-Learning : Alternatif Media Pembelajaran di LPTK
M-Learning : Alternatif Media Pembelajaran di LPTK Ida Sriyanti Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsri Jln. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya OI (Sum-Sel) ida_sriyanti@yahoo.com Abstrak Pemanfaatan
Lebih terperinciBenchmarking & Performance Management
Benchmarking & Performance Management KONTRAK PERKULIAHAN Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura Semester genap 2011 Tujuan Perkuliahan Setelah mengikuti perkuliahan minggu pertama ini mahasiswa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Dosen Iain Ar-Raniry Banda Aceh
Analisis Kinerja Dosen Iain Ar-Raniry Banda Aceh Oleh : 1 Intan Afriati, M. Ag Abstrak Kinerja dosen merupakan keberhasilan dosen dalam menyelesaikan tugas akademiknya. Dosen IAIN Ar-Raniry Banda Aceh
Lebih terperinciMENGENAL MOBILE LEARNING (M-LEARNING) Muh. Tamimuddin H., M.T.
MENGENAL MOBILE LEARNING (M-LEARNING) Muh. Tamimuddin H., M.T. PENGERTIAN ISTILAH M-LEARNING Istilah mobile learning (m-learning) mengacu kepada penggunaan perangkat/divais teknologi informasi (TI) genggam
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi
16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif
Lebih terperinci2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad 21 merupakan abad kompetitif di berbagai bidang yang menuntut kemampuan dan keterampilan baru yang berbeda. Perubahan keterampilan pada abad 21 memerlukan perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas beberapa hal pokok yang mencakup 1) latar belakang penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5) ruang lingkup penelitian,
Lebih terperinciMisi ini kemudian agar terarah, diimplemantasikan dalam tujuan strategik Program Doktor Akuntansi Universitas Gadjah Mada:
PROGRAM STUDI AKUNTANSI Program Doktor Akuntansi Universitas Gadjah Mada memiliki jatidiri yang menjadi dua pilar utama eksistensinya. Pertama, program ini berorientasi pada pendidikan dan penelitian ilmu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui bahwa usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SECARA INTEGRATIF
1 PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SECARA INTEGRATIF Makalah Disampaikan dan dibahas pada Seminar Internasional Kependidikan dan Temu Nasional FIP-JIP se Indonesia
Lebih terperinciSKENARIO HIPOTETIS DAN TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI PENDIDIKAN MANAJEMEN
SKENARIO HIPOTETIS DAN TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI PENDIDIKAN MANAJEMEN Disampaikan Dalam SEMINAR NASIONAL JURUSAN MANAJEMEN Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si Jurusan Manajemen, Fakultas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat lepas dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat lepas dari pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang secara pesat. Era
Lebih terperinciAPLIKASI KOMPUTER. Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING. Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM. Modul ke: Fakultas MKCU
APLIKASI KOMPUTER Modul ke: Pokok Bahasan : PENGENALAN E-LEARNING Fakultas MKCU www.mercubuana.ac.id Anggun Puspita Dewi, S.Kom., MM Program Studi Sistem Informasi & MarComm PENGENALAN E-LEARNING E-Learning
Lebih terperinciPRINSIP MANAJEMEN RISIKO DALAM ORGANISASI (RISK MANAGEMENT)
PRINSIP MANAJEMEN RISIKO DALAM ORGANISASI (RISK MANAGEMENT) Ari Khusuma Sumber : http://videohive.net/item/risk-management-clip-art-on-transparent-screen Dalam kehidupan sehari-hari, istilah risiko mungkin
Lebih terperinciUNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA
TUGAS MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH Nama : Gretta Novianti (NIM: 82321314073) Kokom Komariah (NIM: 823213140) Pipin Piniman (NIM: 82321314086) Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN GURU AWARD 2013 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Disusun oleh: Tim Panitia Guru Award 2013 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013
KERANGKA ACUAN GURU AWARD 2013 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Disusun oleh: Tim Panitia Guru Award 2013 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 KATA PENGANTAR Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), sebagai perguruan
Lebih terperinci2 d. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang pada Kementerian Agama, telah dibahas dan dikaji
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1887,2014 KEMENKEU. BLU. IAIN. Raden Fatah Palembang. Tarif Layanan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 221/PMK.05/2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya yang dilakukan secara sengaja untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Kanada pada tahun 1969, selanjutnya banyak fakultas
Lebih terperinciMenumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi
Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi Oleh : James P. Pardede Tidak mudah untuk mewujudkan target Indonesia menurunkan angka buta aksara hingga 5 persen pada 2009 mendatang, diperlukan
Lebih terperinci~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR Draf 03 12 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Urip Nurdiana, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan terus berkembang, begitupun dengan keterampilan mengajar. Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat sudah seharusnya dipersiapkan oleh
Lebih terperinciMANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENGACU KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI):
MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MENGACU KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA (KKNI): Mengimplementasikan Perpres No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Lebih terperinciDisarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed) International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer.
Disarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed). 2007. International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer. Rahmania Utari Keuangan, penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kompetisi
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI dalam PENDIDIKAN di INDONESIA
PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI dalam PENDIDIKAN di INDONESIA Dela Putri Lestari delaputrilestari@raharja.info :: http://www.this-is-dela.tumblr.com Abstrak Pengolahan informasi dan pendistribusiannya
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian
Lebih terperinciE-learning dan Aspek-aspek Penting dalam Penerapannya
E-learning dan Aspek-aspek Penting dalam Penerapannya Kelompok 207 120400022X Daniel Albert Y. A. 120400061Y Michael B. Mulyadi Abstrak E-learning saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat
Lebih terperinci5.1.1 DOKUMEN KEBIJAKAN TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM YANG LENGKAP
KRITERIA PENILAIAN AIPT > 5.1.1 DOKUMEN KEBIJAKAN TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM YANG LENGKAP Dokumen formal yang mencakup : (1) kebijakan, (2) peraturan, (3) pedoman atau buku panduan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, masyarakat Indonesia diharapkan mengalami perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan, teknologi, politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran bukan hanya sekedar proses transfer ilmu pengetahuan yang berlangsung secara
Lebih terperinciNEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan
Lebih terperinciKeputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000
Peraturan Dikti Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 12 Februari 2006, 23:34:08 KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM
Lebih terperinciMATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)
MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 2 KONSEP DASAR KURIKULUM 2006 DAN KURIKULUM 2013 Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI KONSEP DAN KERANGKA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap momen baru dalam kehidupan adalah proses belajar yang harus dijalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pendidikan akuntansi di Indonesia dewasa ini kian meningkat. Hal ini terbukti dengan makin bertambahnya lembaga-lembaga pendidikan baik lembaga
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT
BAB I. PENDAHULUAN Dalam setiap perkuliahan, membaca buku yang menjadi bacaan wajib atau buku yang menjadi bahan rujukan yang direkomendasikan oleh dosen merupakan hal yang penting bagi setiap mahasiswa.
Lebih terperinciListiani dan Kusuma. Memperkenalkan Penerapan Strategi 1
MEMPERKENALKAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KEPADA GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PELATIHAN SINGKAT Introducing the Implementation of Scientific Teaching Method to Elementary
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciKATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)
KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) RASIONAL PROGRAM Layanan program PLS tumbuh subur dan tersebar luas di tengah masyarakat, baik program-program yang bersifat institusional, informasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
Lebih terperinciProgram D3 Bahasa Inggris Proyek Kemitrausahaan 2017 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
Program D3 Bahasa Inggris Proyek Kemitrausahaan 2017 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1 Daftar Isi Latar Belakang Ringkasan Situasional Mata Kuliah Unggulan Visi dan Tujuan Bidang-Bidang Kemitraan Keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan
Lebih terperinci