INSTRUMEN PENELITIAN EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PALANGKA RAYA MENGGUNAKAN MODEL CIPP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INSTRUMEN PENELITIAN EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PALANGKA RAYA MENGGUNAKAN MODEL CIPP"

Transkripsi

1 108 L A M P I R A N

2 Lampiran 1: INSTRUMEN PENELITIAN EVALUASI TERHADAP PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PALANGKA RAYA MENGGUNAKAN MODEL CIPP Komponen Substansi Pertanyaan Sumber Evaluasi Context Input a. Deskripsi dari lingkungan yang diteliti b. Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam lingkungan tersebut c. Populasi yang dilayani d. Peluang dan manfaat sekolah dengan melaksanakan program a. Kemampuan sekolah 1. Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti? 1. Apa yang melatarbelakangi pelaksaan program pendidikan inklusif di sekolah? 1. Siapa yang menjadi sasaran dari program tersebut? 2. Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut? 1. Apa manfaat yang diperoleh sekolah dalam penyelenggaraan program tersebut? 1. Sarana dan prasarana apa yang dimilik sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut? Kepala Sekolah Kepala Sekolah, Guru BK/ Pendampi ng 2. Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut? b. Perencanaan 1. Siapa saja yang Kepala 109

3 Process 110 dari penyelenggaraan program tersebut terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah? 2. Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut? c. Sumber dana 1. Berasal dari mana sumber dana pembiayaan program tersebut di sekolah? d. Staf/SDM 1. Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? a. Monitoring dan evaluasi b. Kompetensi guru reguler 2. Bagaimana kemampuan/ kesanggupan guru reguler dalam melaksanakan program tersebut di sekolah? 3. Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? 1. Apakah terdapat monev yang dilakukan oleh dinas pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut? 1. Apakah guru sudah menyusun Sekolah, Guru BK/ Pendampi ng Kepala Sekolah Kepala Sekolah, Guru BK/ Pendampi ng Guru Reguler Kepala Sekolah, Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng Kepala Sekolah Guru Reguler

4 Product c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pendampinga n d. Efektivitas sarpras e. Masalah/ problem/ kendala yang dihadapi a. Dampak penerapan program tersebut perencanaan pembelajaran sebelum mengajar? 2. Apakah guru sudah menyusun perencanaan pendampingan sebelum mendampingi ABK? 1. Bagaimana proses pembelajaran dalam kelas? 2. Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas? 3. Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? 1. Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK? 2. Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru? 1. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? 2. Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? 1. Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik Guru BK/ Pendampi ng Guru Reguler Guru BK/ Pendampi ng Kepala Sekolah, Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng Kepala Sekolah, Guru Reguler, Guru BK/ Pendampi ng Kepala Sekolah, Guru Reguler, 111

5 terhadap prestasi/perke mbangan siswa b. Jumlah ABK yang terlayani maupun non akademik ketika program sedang berjalan? 2. Ada berapa jumlah ABK yang terlayani? Guru BK/ Pendampi ng Kepala Sekolah 112

6 Lampiran 2: Transkrip Wawancara Sekretaris Pokja PI TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Jumat, 27 Maret 2015 Waktu Tempat Informan No. Pertanyaan 1. Apa yang menjadi visi dan misi POKJA PI Disdikpora Kota Palangka Raya? : WIB : Ruang Kasi. SLB Disdikpora Kota Palangka Raya : Kasi. SLB Disdikpora (Sekretaris Pokja PI) Jawaban Visinya adalah mewujudkan sekolah yang ramah, adil dan tanpa diskriminatif. Misi yang akan dilakukan untuk mencapai visi tersebut antara lain adalah: (1) optimalisasi perluasan dan pemerataan akses kesempatan memperoleh pendidikan yang ramah, bermutu, berdaya saing dan relebvan dengan kebutuhan masyarakat serta berwawasan kebangsaan berdasarkan imtaq dan iptek, (2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik secara holistik (menyangkut semua aspek kecerdasan siswa), (3) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang berbudaya inklusif (menghargai setiap perbedaan, saling bekerjasama, menghormati dan tenggang rasa), (4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap, berdasarkan standar nasional, dan (5) memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan ramah, bermutu, adil dan tanpa diskriminatif. 2 Apa yang Pencanangan/penyelenggaraan program 113

7 No. Pertanyaan. melatarbelaka ngi pencanangan/ penyelenggara an program pendidikan inklusif di Kota Palangka Raya? Apakah terdapat masalah yang penting sehingga program tersebut perlu dicanangkan/ Jawaban pendidikan inklusif ini dilatarbelakangi oleh adanya Perwali Palangka Raya No. 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Khusus, Pendidikan Inklusif dan Pusat Sumber di Kota Palangka Raya. Peraturan yang ditetapkan langsung oleh walikota dan diundangkan oleh Plt. Sekda Kota Palangka Raya untuk ditempatkan dalam Berita Daerah Kota Palangka raya pada tanggal 4 September 2014 di Palangka Raya. Sebelumnya, walikota memutuskan tentang pembentukan tim penyusunan Perwali tersebut yang diketuai langsung oleh Kepala Disdikpora Kota Palangka Raya. Setelah pemberlakuan Perwali tersebut, Disdikpora kemudian membentuk struktur organisasi kepanitiaan Pokja PI yang diketuai langsung oleh Hj. Ida Sutiana, SH (Kabid. TK, SD, dan SLB Disdikpora). Pokja PI kemudian membuat Grand Design sebagai arah atau panduan pendidikan inklusif di Kota Palangka Raya, yang disusun mulai tahun 2014 hingga 2026 sebagai perencanaan jangka panjang (long term planning). Seiring dengan perintah dan pengundangan Perwali dan perancangan Grand Design oleh Pokja PI inilah kemudian Disdikpora mendeklarasikan Kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif. Dengan demikian, seluruh sekolah dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA/SMK baik negeri maupun swasta wajib menjalankan program Pendidikan Inklusif tanpa terkecuali. Berkenaan dengan kebijakan tersebut, Disdikpora maupun Pokja PI akan tetap dan terus berusaha memfasilitasi, memandu, dan memantau seiring berjalannya program tersebut di sekolahsekolah. Sebenarnya tidak ada masalah yang signifikan, hanya saja jumlah siswa berkebutuhan khusus atau ABK di Palangka Raya kini mencapai 895 siswa. Dengan demikian, demi pencapaian visi dan misi Kota Palangka Raya serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Palangka Raya harus didukung oleh berbagai bidang terutama

8 No. Pertanyaan 4. diselenggaraka n? Apa yang menjadi tujuan dalam mencanangka n/ menyelenggara kan program tersebut? Jawaban bidang pendidikan. Dan supaya Pembangunan Bidang Pendidikan di Kota Palangka Raya bisa berjalan optimal pula maka perlu disusun Peraturan Pelaksanaan yaitu Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Pendidikan Khusus, Pendidikan Inklusif dan Pusat Sumber di Kota Palangka Raya. Pokja Pendidikan Inklusif Kota Palangka Raya memiliki tujuan yang ingin dicapai hingga 2026 yaitu menjadikan pendidikan di Palangka Raya yang ramah, adil tanpa diskriminatif. Tujuan dicapai melalui indikator keberhasilan di antaranya (1) meningkatnya daya serap pelayanan pendidikan inklusif di seluruh kecamatan di kota Palangka Raya, (2) terlaksananya Perwali Pendidikan Inklusif Kota Palangka Raya, (3) peningkatan APK, APM, dan PAS sudah di atas rata-rata nasional, (4) meningkatnya prosentase wajib belajara pendidikan dasar yang didorong oleh banyaknya anak berkebutuhan khusus yang terlayani di sekolah di seluruh kota Palangka Raya, (5) tersedianya sarana prasarana aksesibilitas pendidikan (gedung, peralatan kantor, laboratorium, dan sarana penunjang) di seluruh wilayah kota Palangka Raya, dan (6) memiliki tenaga-tenaga pendidik yang berwawasan global dan berdaya saing nasionla dan internasional, sehinggga dapay menjalin komunikasi dan hubungan interanasioanl sebagai bagian dari masyrakat internasional. Dari indikator-indikator keberhasilan tersebut, ada beberapa indikator yang sudah berhasil dan tercapai. Namun, selebihnya masih dalam proses pelaksanaan. Oleh karena itu, kami masih berjuang dan berusaha untuk memenuhi indikator keberhasilan tersebut. 5 Apa saja Program sekolah penyelenggara pendidikan 115

9 No. Pertanyaan. program POKJA dalam rangka penyelenggara an program pendidikan inklusif? Jawaban inklusif antara lain adalah (1) pengembangan dan pelaksanaan kurikulum yang fleksibel, (2) modifikasi bahan ajar, model pembelajaran dan sistem penilaian, (3) bantuan pengadaan perpustakaan dan penambahan koleksi bagi sekolah inklusif, (4) bantuan pembelian buku ajar standar, (5) bantuan pengembangan media belajar dan alat pendidikan baik yang reguler maupun alat pendidikan khusus, (6) bantuan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi bagi sekolah inklusif, (7) pemberian beasiswa bagi siswa di skolah inklusif, (8) pemilihan siswa berprestasi, (9) lomba kreativitas bagi siswa inklusif, (10) pelatihan penulisan karya ilmiah (berbasis PTK dan lain-lain) bagi guru sekolah inklusif, (11) penyelenggaraan PORSENI tingkat jenjang sekolah penyelenggara pendidikan inklusif se-kota Palangka Raya, (12) bantuan untuk sertifikasi (kuliah) dan uji kompetensi pendidik sekolah inklusif, (13) diklat pengembnagan kosnep dan metodologi pembelajaran terkini berlandaskan transformative learning dan paradigma learn-unlearn-relearn, (14) diklat penggunaan ICT (termasuk e-learning) bagi guru/tenaga pendidikan dan kepala sekolah, (15) lokakarya implementasi pendidikan karakter, (16) bantuan penyusunan modul pembelajaran akhlak, (17) Diklat Siaran radio Pendidikan(SRP) bagi guru/tenaga kependidikan, (18) peningkatan penerimaan insentif bagi guru/tenaga kependidikan, (19) monitoring dan evaluasi serta supervisi pelaksanaa kurikulum dan pembelajaran, (20) pengadaan runag sumber belajar di TK, SD, SMP, dan SMA/SMK inklusif, dan (21) meningkatkan kemitraan sekolah. Sejauh ini, ada beberapa program yang sudah terlaksana dan sebagian sedang dalam proses pelaksanakan sehingga keberhasilan juga belum sepenuhnya terlihat dan nampak. 6 Siapa yang Sasaran dan indikator sasaran kebijakan 116

10 No. Pertanyaan. menjadi sasaran dari program tersebut? Jawaban pendidkan inklusif kota Palangka Raya tersusun dalam lima tahunan dengan berbagai asumsi serta kombinasi pendekatan bottom up dan top down dengan keterlibatan pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya. Pendekatan top down: perencanaaan memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan estimasi APBN dan APBD. Pendekatan bottom up: memperoleh gambaran kebutuhan pendanaan guna mewujudkan kondisi ideal. 7. Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut? Peserta didik pada pendidikan inklusif adalah seluruh anak usia sekolah baik yang akan dan sedang belajar pada pendidikan formal, nonformal dan informal. Anak berkebutuhan khususi/berkelainan dan berpotensi pada kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang bersekolah pada satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pembelejaran dan evaluasinya disesuaikan dengan kondisi kemampuan yang bersangkutan. Peserta didik berkelainan terdiri atas kelainan fisik dan/atau motorik (tunadaksa), kelainan penglihatan (tunanetra), kelainan pendengaran (tunarungu), kelainan bicara (tunawicara), emosional dan/atau perilaku (tunalaras), intelektual/kecerdasan (berkesulitan belajar, lamban belajar, tunagrahita), autistik dan hiperaktif. Kemudian perekrutan peserta didik oleh pendidikan formal mengutamakan/memprioritaskan penerimaan didasarkan pada jarak terdekat domisili peserta didik ke sekolah. *Informasi tambahan: GPK akan dipersiapkan tahun ini (2015, masih proses akan ada training) 117

11 Lampiran 3: Transkrip Wawancara Kepala SDN 6 Bukit Tunggal 118 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Selasa, 31 Maret 2015 Waktu Tempat Informan No. Pertanyaan Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti? Apa yang menjadi visi dan misi sekolah? Apa yang melatarbelaka ngi pelaksanaan program pendidikan inklusif di sekolah? : WIB : Ruang Kepala SDN 6 Bukit Tunggal : Kepala SDN 6 Bukit Tunggal Jawaban SDN 6 Bukit Tunggal merupakan sekolah negeri yang pada awalnya berdiri pada tahun Pada tahun , sekolah ini diberi nama SDN Palangka 31. Kemudian pada tahun nama sekolah ini berubah nama menjadi SDN Bukit Tunggal 6 dan pada tahun 2006 hingga sekarang sekolah ini berubah menjadi SDN 6 Bukit Tunggal. Visinya adalah unggul dalam prestasi dan peduli terhadap lingkungan, siap mengahadapi era globalisasi, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, serta berwawasan lingkungan. Misinya adalah (1) menumbuhkan semangat belajar secara intensif dan menyeluruh, (2) meningkatkan kompetensi guru dan pegawai di bidang pendidikan dan teknologi serta lingkungan hidup, dan (3) terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, sehat, indah, nyaman, aman, kekeluargaan, dan menyenangkan. Sebelum adanya Perwali dan surat pemberitahuan dari Dinas kota, sekolah ini sudah menerima ABK karena banyak peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus/kelainan. Selain itu juga, ada begitu banyak ABK yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah ini sehingga permohonan dan permintaan dari para orang tua agar anaknya bisa diterima di sekolah ini pun

12 No. Pertanyaan Siapa yang menjadi sasaran dari program tersebut? Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut? Apa manfaat yang diperoleh sekolah dalam penyelenggara an program tersebut? Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggara kan program tersebut? Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut? Jawaban menjadi salah satu alasan. Oleh karena itu, kami terus melanjutkan kegiatan ini hingga saatnya kebetulan Disdikpora baru mencanangkan kota ini sebagai Kota Pendidikan Inklusif. Sasarannya adalah semua anak yang memiliki kebutuhan khusus atau kelainan. Pada TA 2014/2015 jumlah ABK ada 43 anak yang terdata memiliki kebutuhan khusus/kelainan slow learner semua. Sumber peserta didik dari program ini sudah tentu adalah siswa yang memiliki kebutuhan khusus ringan atau tidak berat. Hal ini disebabkan karena kemampuan sekolah juga yang masih terbatas. Jadi apabila ada anak yang parah dan sekolah tidak mampu melayaninya maka kami akan konsultasikan kembali kepada orang tua dan mengusulkan untuk menyekolahkan anak tersebut ke SLB saja. Hal ini menyangkut dengan kemampuan guru kelas yang terbatas dalam mengajar dan mendidik ABK juga. Selain itu, sekolah belum mempunyai GPK. Sebenarnya tidak ada manfaat yang begitu signifikan bagi sekolah terhadap pelaksanaan program ini. Secara sosial, sekolah hanya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas dimana sekolah bisa melayani ABK di sekolah ini walaupun pelayanan masih belum maksimal yang dikarenakan oleh keterbatasan sekolah. Hingga saat ini, sekolah belum mendapatkan bantuan sarana maupun prasarana khusus bagi pelayanan ABK. Sarana prasarana yang ada di sekolah ini masih umum sehingga kami hanya memanfaatkan seadanya dan secara merata saja. Sebanyak 43 ABK di sekolah ini memiliki jenis kelainan lamban belajar (slow learner). 9. Siapa saja Yang terlibat dalam pelaksanaan program di 119

13 No. Pertanyaan yang terlibat dalam penyelenggara an program tersebut di sekolah? Bagaimana keterlibatan pakar/ahli 10. dalam penyelenggara an program tersebut? Berasal dari mana sumber dana 11. pembiayaan program tersebut di sekolah? Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang 12. berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendampi ng 13. memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah terdapat 14. monev yang dilakukan oleh 120 Jawaban sekolah ini adalah semua pihak sekolah baik dari saya sendiri sebagai kepsek, komite, pengawas sekolah, para wakasek, walikelas, dan para guru mapel. Sampai saat ini belum ada keterlibatan dari psikolog, GPK, atau tenaga profesional dalam rangka pelaksanaan program tersebut di sekolah ini. Kami menggunakan dan memanfaatkan dana BOS untuk membantu ABK dalam rangka pembiayaan program tersebut di sekolah ini. Hal ini mengingat bahwa belum ada bantuan dana khusus bagi ABK. Sekolah ini belum memiliki atau belum pernah mendapatkan bantuan berupa GPK. Jadi selama ini, ABK hanya ditangani langsung oleh wali kelas dan guru mapel saja dengan keterbatasan para guru juga. Ada beberapa guru yang pernah mengikuti workshop. Monev terakhir hanya disampaikan melalui surat permohonan dan pemberitahuan dari Kasi. SLB Disdikpora pada bulan Nopember 2014 agar setiap sekolah segera

14 No. Pertanyaan dinas pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut? Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikule r bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik Jawaban mengidentifasi tiap peserta didik yang memiliki kelainan, melakukan pendataan sesuai format dan segera melaporkan ke Dinas tersebut untuk segera ditindaklanjuti. Sekolah ini memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang diperuntukkan bagi semua siswa baik siswa reguler maupun ABK. Ada beberapa kendala yang dihadapi sekolah dalam rangka pelaksanaan program ini di sekolah. Pertama, sekolah belum mempunyai atau mendapatkan bantuan GPK yang khusus menangani anak. Kemampuan guru di sini terbatas karena tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus. Kedua, sarpras khusus bagi ABK juga belum ada sehingga kami hanya menggunakan dan memanfaatkan penggunaan sarpras yang seadanya dan yang umum dipakai oleh siswa reguler pada umumnya. Oleh sebab itu, pelayanan kami terhadap ABK di sekolah ini belum dikatakan maksimal. Harapan saya adalah ada bantuan dan solusi dari kendala yang saya jelaskan di atas tadi. Maka nantinya, sekolah bisa memaksimalkan pelayanannya kepada ABK dan pelaksanaan program tersebut bisa berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Karena sejauh ini jenis kebutuhan ABK di sekolah hanya slow learner dan KKMnya kami turunkan karena menyesuaikan kemampuan siswa, maka perkembangan anak cukup baik. Dalam artian, ABK mampu 121

15 No. Pertanyaan 19. maupun non akademik ketika program sedang berjalan? Ada berapa jumlah ABK yang terlayani? Jawaban mencapai nilai standarnya. Perkembangan ABK tidak begitu signifikan dan hanya ratarata. Dari segi non akademik, ada beberapa anak yang memiliki prestasi cukup baik juga. Pada TA 2014/2015 jumlah ABK ada 43 anak yang terdata memiliki kebutuhan khusus/kelainan slow learner semua. 122

16 Lampiran 4: Transkrip Wawancara Wali Kelas SDN 6 Bukit Tunggal TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Senin, 6 April 2015 Waktu Tempat Informan : WIB : Ruang Kepala SDN 6 Bukit Tunggal : Wali Kelas SDN 6 Bukit Tunggal No. Pertanyaan Jawaban 1. Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut? kebutuhan khusus ABK Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut? Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah? Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut? Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? Apakah guru reguler dan atau guru Sarpras masih umum sama seperti yang digunakan atau disediakan sekolah untuk siswa reguler. Sekolah belum mendapatkan bantuan sarpras khusus demi menunjang Semua ABK di sini memiliki kelainan dalam hal lamban belajar. Yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah adalah semua warga sekolah mulai dari kepsek, komite, pengawas sekolah, wakasek, wali kelas, dan guru mapel. Sejauh ini, pakar, tenaga profesional atau GPK dari SLB langsung yang disediakan/diberikan dari Dinas setempat untuk datang kemari, tidak ada dan belum pernah terlibat dan membantu kami di sini. Sekolah ini belum pernah memiliki atau mendapatkan bantuan GPK langsung. Sekolah hanya mengatasi dan menangani ABK dengan seadanya saja, sesuai dengan porsi dan kemampuan dari tiap guru di sini. Saya pribadi selaku wali kelas yang juga turut serta dalam mendampingi 123

17 BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah guru sudah menyusun perencanaan pendampingan sebelum mendampingi ABK? Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas? Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Apakah sarana dan prasarana yang ada ABK selaku anak wali saya memang belum pernah mendapatkan pelatihan, sosialisasi atau kegiatan workshop. Dari segi pendampingan, saya tidak menyusun perencanaan khusus seperti lembar kerja begitu. Pendampingan dilakukan secara umum dan reguler saja. Ketika mengajar di kelas, saya akan mengajar secara umum dulu. Kadang saya mendekati ABK tersebut dan berusaha menjelaskan berkali-kali dengan cara yang lebih mudah. Kemudian saat pemberian soal latihan, saya memberikan soal latihan yang mudah dibanding dari siswa reguler lainnya. Hal ini ditujukan agar ABK tersebut bisa mencapai standar sesuai KKM khususnya. Ketika saya melihat ABK masih kurang paham atau kesulitan, saya akan memberikan dia jam pelajaran tambahan setelah pulang sekolah. Di situ saya akan menjelaskan ulang materi pelajaran atau hal apa yang menjadi kelemahan siswa sehingga menyebabkan dia kurang atau belum paham. Kadang saya juga memberikan PR tambahan dengan soal yang lebih mudah agar siswa ini nantinya ada peningkatan pemahamannya ketika belajar di rumah bersama orang tua. Di sekolah ini ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang ditujukan untuk semua siswa termasuk ABK. Banyak ABK yang ikut serta dalam kegiatan tersebut di luar jam sekolah. Berhubung sekolah tidak memiliki atau mendapat bantuan sarpras

18 sudah bermanfaat bagi ABK? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari khusus bagi ABK sehingga sekolah menggunakan sarpras umum yang juga pada umumnya dipakai oleh siswa umum maka sarpras yang ada tetap bermanfaat. Walaupun manfaat ini tidak begitu signifikan terhadap sejauh mana manfaatnya bagi siswa tersebut. Sarpras yang ada memang milik sekolah yang pada umumnya juga digunakan dan diberikan kepada siswa reguler maka bagi saya penggunaannya memberikan dampak yang biasa saja dan tidak begitu signifikan. Kendala yang ada meliputi GPK atau tenaga khusus yang belum ada untuk membantu penanganan ABK. Kedua, sarpras masih minim karena belum ada bantuan dari Dinas terkait pelayanan bagi ABK. Ketiga, kemampuan dan pengetahuan guru masih terbatas sehingga pelayanan terhadap ABK belum bisa diberikan secara maksimal. Harapan saya agar guru-guru bisa mendapatkan pelatihan atau mengikuti kegiatan workshop, sosialisasi atau pelatihan tentang pendidikan inklusif. Dengan demikian, para guru mendapatkan wawasan khusus tentang bagaimana melayani ABK di dalam maupun di luar kelas dengan baik dan benar. Saya juga berharap agar ada bantuan sarpras dari Dinas setempat, seperti alat peraga dll sehingga guru merasa terbantu dalam mengajar dan mendampingi ABK. Selain itu, ketersediaan GPK juga sangat dibutuhkan untuk bisa menangani dan membimbing ABK secara intens dan mendalam. Perkembangan anak dalam bidang akademik tidak begitu signifikan atau bagus dikarenakan ada 125

19 segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan? beberapa ABK yang masih belum mencapai KKMnya walaupun secara evaluasi di kelas sudah mengalami penurunan standar penilaian khusus ABK. namun, ada juga beberapa ABK yang bisa mencapai KKMnya. Untuk prestasi bidang non akademik dari ABK juga tidak nampak begitu signifikan atau bisa dikatakan masih rata-rata saja. 126

20 Lampiran 5: Transkrip Wawancara Guru Kelas SDN 6 Bukit Tunggal TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Kamis, 16 April 2015 Waktu Tempat Informan : WIB : Ruang Guru SDN 6 Bukit Tunggal : Guru Kelas SDN 6 Bukit Tunggal No. Pertanyaan Jawaban Bagaimana kemampuan/ kesanggupan guru reguler dalam melaksanakan program tersebut di sekolah? Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah guru sudah menyusun perencanaan pembelajaran sebelum mengajar? Bagaimana proses pembelajaran dalam kelas? Guru memiliki kemampuan terbatas dalam memberikan pelayanan dan menangani ABK dimana guru tidak berlatar belakang pada pendidikan khusus. Selain itu, guru belum pernah mendapatkan pelatihan, workshop maupun sosialisasi sehingga guru masih minim terhadap wawasan dalam hal menangani dan membimbing ABK secara baik dan benar. Setau saya guru-guru di sini belum pernah terlibat atau mengikuti pelatihan, sosialisasi, seminar maupun workshop tentang ABK dan Pendidikan Inklusif. Dalam membuat RPP, saya tidak menyusun atau memasukkan topik/materi khusus bagi ABK. Kami di sini masih menggunakan KTSP dan pemberlakuan kurikulum ini tetap sama baik untuk siswa reguler pada umumnya maupun ABK secara khusus. Jadi tidak ada modifikasi kurikulum bagi ABK. Saya memberikan bimbingan dan perhatian khusus kepada ABK, misalnya saya mendekati mereka dan kemudian membimbing secara khusus dibanding teman-temannya 127

21 Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? yang lain. Untuk masalah nilai atau KKM kami tetap samakan dengan siswa reguler. Kami hanya lebih intens pada pelayanan ABK. Di sekolah ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan dan boleh diikuti oleh semua siswa tergantung minat dan ketertarikan mereka masing-masing. Dalam hal ini, ada beberapa ABK yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan kemampuan dan hobi mereka. Sejauh ini manfaat yang diberikan atau diperoleh ABK dari adanya program tersebut belum signifikan dan maksimal, mengingat ketersediaan sarpras masih terbatas. Sarpras sudah ada yang memang disediakan oleh sekolah sendiri seperti buku penunjang, buku paket, dan sebagian alat peraga. Namun guru juga terkadang membuat alat peraga khusus untuk menunjang pelajaran termasuk buat ABK. Jadi guru belum sepenuhnya mendapatkan manfaat dari penggunaan sarpras yang sudah ada ini untuk mengajar ABK terkait dengan beberapa sarpras yang belum terpenuhi atau belum lengkap. Kendalanya adalah alat peraga yang masih kurang untuk media belajar ABK di kelas, jadi perlu ditambah dan dimaksimalkan. Kemudian, GPK belum ada sehingga guru-guru yang ada di sini hanya membantu seadanya saja. Hal ini terkait dengan pelatihan yang belum pernah diperoleh oleh guru-guru di sini juga. Saya berharap semoga ke depannya ada pelatihan buat guru-guru agar bisa mendapatkan wawasan tentang pendidikan inklusif. Selain itu,

22 10. Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan? sarpras khusus untuk alat peraga juga bisa diberikan. Dan saya berharap supaya kriteria penilaian sebagai panduan yang sah bagi ABK yang disediakan atau dibuat dari Kementrian atau Dinas juga ada. Dengan demikian, kami bisa memahami dan mengerti bagaimana kriteria penilaian yang benar dari proses belajar ABK. Perkembangan secara akademik dari ABK tidak terlihat begitu signifikan dan menonjol. Sejauh ini, ABK hanya mencapai rata-rata dengan nilai yang standar karena soal-soal yang dibuat saat kegiatan evaluasi di kelas dipermudah sesuai kemampuan ABK. Dari segi non akademik, prestasi siswa juga sebatas rata-rata dan tidak begitu menonjol. 129

23 Lampiran 6: Transkrip Wawancara Kepala SMPN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Senin, 6 April 2015 Waktu : WIB Tempat : Ruang Kepala SMP Negeri 3 Informan : Kepala SMP Negeri 3 No. Pertanyaan Jawaban Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti? Apa yang menjadi visi dan misi sekolah? SMPN 3 merupakan salah satu sekolah favorit di kota ini. Hal ini terlihat dari jumlah peserta didik yang makin meningkat di tiap tahun ajarannya. Faktor lainnya adalah meningkatnya prestasi akademik siswa pada NUAN, prestasi akademik peringkat rerata NUAN, prestasi akademik NUS, angka kelulusan dan lulusan yang kemudian melanjutkan pendidikan, serta perolehan kejuaraan/prestasi akademik dan non akademik dalam lomba-lomba. Letak sekolah ini termasuk strategis karena berada di dalam kota dan berjarak 4 km dari pusat kota. Oleh karena itu, sekolah ini sangat mudah diakses masyarakat luas hingga banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di sini. Saya mulai menjabat menjadi kepala sekolah di sini pada tanggal 9 Januari Visinya adalah berprestasi, bertaqwa dan berbudaya berbasis ICT menuju Sekolah Berstandar Internasional. Misinya adalah mewujudkan pelaksanaan pendidikan, pengajaran, pelatihan, dengan KTSP yang didukung oleh fasilitas berbasis ICT, tenaga pendidik dan

24 3. Apa yang melatarbelakangi pelaksanaanprogram pendidikan inklusif di sekolah? kependidikan yang kompeten dalam lingkungan sekolah yang aman, nyaman berakhlak mulia, menuju perubahan-perubahan lebih bermutu menuju sekolah yang kompetitif. Secara menyeluruh, SMPN 3 menjalankan program pendidikan inklusif sejak pendeklarasian kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif pada tanggal 18 Oktober lalu. Ini merupakan kewajiban dari semua sekolah untuk melaksanakan program ini. Oleh karena itu, semua sekolah tanpa terkecuali wajib melaksanakan kebijakan tersebut. Jadi semua sekolah wajib menerima dan melayani ABK. Tidak ada alasan apabila ada sekolah yang nantinya malah menolak anak tersebut. Sebenarnya sejak saya mulai ditugaskan sebagai kepala sekolah di sini pada awal tahun 2012, saya sudah melihat dan menemukan ada beberapa siswa demikian. Jadi saya pikir sekolah ini dengan pemimpin terdahulu pun memang sudah terbuka menerima dan melayani siswa demikian. Hal ini juga didukung dari adanya SK dari Disdikpora pada tahun 2008 dimana sekolah ini wajib menerima ABK. Ada beberapa anak yang harus dilayani di sekolah ini mengingat begitu banyak permintaan dan kepercayaan para orang tua yang memiliki ABK untuk dilayani dan diterima di sekolah ini. Kebanyakan siswa demikian juga berdomisili di Kecamatan Jekan Raya, rumah yang berdekatan dengan sekolah ini. Jadi sejak saya mulai memimpin hingga sekarang pun, sekolah ini akan tetap terbuka dalam menerima siswa demikian. 4. Siapa yang menjadi Sasaran dari program tersebut 131

25 sasaran dari program tersebut? Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut? sudah tentu siswa yang memiliki jenis kebutuhan khusus/kelainan yang variatif atau ABK. Namun kebutuhan khusus yang dimaksud di sini adalah jenis kebutuhan/kelainan kelas ringan atau tidak berat/parah sekali. Contohnya, anak-anak yang memiliki cacat fisik ringan namun secara intelektual masih standar atau rata-rata dan masih bisa mengikuti pelajaran, maka kami tetap melayaninya. Jadi, ada batasbatas toleransi tertentu terhadap jenis kebutuhan/kelainan ABK yang bisa kami terima di sekolah ini. Yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut di sekolah ini sudah tentu peserta didik baru dengan kebutuhan khusus/kelainan yang bervariasi namun tentunya bukan jenis kebutuhan/kelainan yang tergolong parah sekali. Jadi, kami mendapatkan keterangan atau informasi dari sekolah asal tentang jenis ketunaan anak. Apabila jenis ketunaan anak masuk dalam kategori parah atau berat, maka kami akan menyampaikan dan mengusulkan kepada orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah atau pendidikan khusus. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan sekolah dalam hal tenaga pendidik khusus yaitu GPK dan sarana prasarana khusus sesuai kebutuhan siswa yang belum memadai. Selain itu, kemampuan guru kelas secara menyeluruh juga hanya melayani semampu mereka saja berkaitan latar belakang mereka yang bukan pada penanganan/pendidikan khusus. Dalam hal pengidentifikasian/assessment, sekolah juga masih terbatas. Jadi, ketika siswa pada awal TA masuk

26 6. 7. Apa manfaat yang diperoleh sekolah dalam penyelenggaraan program tersebut? Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut? atau pindah dari sekolah lain dan dalam proses kegiatan belajar ternyata diamati dan cenderung memiliki kebutuhan/kelainan khusus, maka sekolah kemudian akan mencari solusi dan berkonsultasi kepada guru kelas, guru BK, dan orang tua ABK. Dengan keterbukaan sekolah dalam menerima dan berusaha melayani ABK maka sekolah juga mendapatkan kepercayaan dan dukungan masyarakat. Masyarakat mendapatkan haknya dalam hal pemerataan akses pendidikan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, sekolah juga berharap adanya kerja sama dari orang tua agar tidak hanya semata-mata menitikberatkan/menyerahkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan belajar anaknya di sekolah saja, sementara di rumah tidak dilanjutkan, dikembangkan atau diaplikasikan. Karena jika demikian, semua akan menjadi siasia nantinya. Selain itu, dengan kerja sama dan dukungan dari guru kelas, guru BK, teman-teman sekolah dari ABK, dan juga orang tua ABK, ada beberapa ABK yang mengharumkan nama sekolah ini dengan memperoleh juara 1 tingkat kota dengan kemampuan/bakatnya di bidang non akademik. Untuk saat ini, kami belum mempunyai sarpras khusus bagi ABK terkait jenis kebutuhan ABK di sini juga memang tidak begitu parah dan masih bisa ditangani. Namun, kami pernah mengusulkan kepada Dinas terkait untuk membuka kelas/ruang khusus bagi ABK tapi hingga saat ini belum direalisasi. Sebelumnya, sekolah memang pernah mendapatkatkan bantuan 133

27 Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut? Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah? Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut? dari Pemko berupa kursi roda namun alat bantu ini masih belum kami gunakan dan arahkan untuk siswa ABK. Pemko belum melakukan pengawasan terhadap keadaan ABK di sekolah ini sehingga kami belum berani menggunakan alat bantu ini, demi menghindari kerusakan atau hal yang tidak diinginkan lainnya. Jenis kebutuhan khusus/kelainan dari ABK di sini ada 2 yaitu tuna daksa dan slow learner. Untuk tahun ajaran 2014/2015, ada 7 siswa yang terdata sebagai penerima bantuan beasiswa ABK PKLK Dikdas Tahun 2014 dengan perincian 5 siswa memiliki kelainan fisik (tuna daksa) dan 2 siswa memiliki kelainan dalam hal lamban belajar (slow learner). Sementara yang belum mendapatkan beasiswa ada beberapa siswa. Jadi hingga saat ini jumlah ABK yang terdata di sekolah ini ada sekitar 12 siswa. Program tersebut melibatkan semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, wakasek (bidang SIM, Kesiswaan, Kurikulum, Sarana Prasarana, dan Humas), seluruh guru kelas, guru BK/pendamping dan walikelas, dan staf TU. Secara terjadwal dan khusus, sekolah ini belum pernah mendapatkan kunjungan atau keikutsertaan dari profesional. Namun, dulu pernah ada seorang GPK langsung dari SLBN 1 yang menangani khusus seorang ABK di sekolah ini. Itupun GPK didatangkan atas keinginan dan inisiatif orang tua siswa itu sendiri agar mendampingi anaknya dalam proses kegiatan belajar di sekolah ini. 11. Berasal dari mana Pada tahun 2012, sekolah ini

28 sumber dana pembiayaan program tersebut di sekolah? Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah terdapat monev yang dilakukan oleh dinas pernah mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Pusat guna mendukung ABK dalam meningkatkan keterampilan serta bantuan dana berupa beasiswa bagi ABK yang berprestasi. Selain itu, pada tahun 2014 tepatnya sebelum pendeklarasian Kota Pendidikan Inklusif, bidang Dikdas Disdikpora memberikan bantuan beasiswa ABK- PKLK kepada 7 ABK. Untuk saat ini, sekolah belum mendapatkan bantuan dana khusus bagi ABK lainnya sementara jumlah ABK kian bertambah. Jadi selama ini, dana kami ambil dari BOS yang diberikan kepada seluruh siswa termasuk ABK. Hal ini dikarenakan, penggunaan dana BOS tidak memandang latar belakang siswa baik siswa reguler maupun ABK. Sekolah ini belum memiliki GPK dan belum mendapat bantuan GPK dari Dinas Pendidikan Provinsi maupun Kota. Sejauh ini, secara khusus ABK langsung ditangani dan didampingi oleh guru BK/pendamping. Jumlah guru BK/pendamping di sekolah ada 5 orang. Disdikpora pernah mengadakan sosialisasi dan workshop dan mengundang keikutsertaan setiap sekolah, termasuk sekolah ini. Jadi saya sendiri pernah ikut serta dan memilih beberapa guru kelas, walikelas, dan/atau guru BP untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Namun pelatihan secara khusus bagi semua guru belum ada atau belum merata. Terakhir kemarin, salah satu guru BP mendapatkan surat tugas dari Disdikpora untuk mengikuti kegiatan Bimtek penyusunan kurikulum PK/PLK. Setelah pencanangan Kota Pendidikan Inkluisf pada bulan Oktober 2014 lalu, sekolah 135

29 pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut? Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di mendapat surat permohonan dan pemberitahuan dari Disdikpora, perihal monev sekolah ABK. Melalui surat ini, sekolah diminta untuk mengidentifikasi tiap peserta didik yang memiliki kelainan, melakukan pendataan sesuai format dan segera melaporkan ke Dinas tersebut untuk segera ditindaklanjuti. Di sini ada begitu banyak kegiatan ekstrakurikuler di berbagai bidang seperti di bidang olahraga, kesenian, kemanusiaan/sosial, SAINS, kesehatan, keterampilan memasak, dll. Tentunya, kegiatan ini terbuka untuk semua siswa termasuk ABK. Yang menjadi kendala adalah pertama tidak adanya GPK/tenaga profesional khusus dalam mendampingi, mengidentifasi dan mengassessment ABK. Paling tidak masing-masing sekolah harus mempunyai 1 GPK berdasarkan perintah dan tugas dari Dinas terkait. Kemudian, sarpras belum mendukung dalam hal ruang khusus untuk mendampingi ABK dalam latihan keterampilan, pelajaran tambahan dan lain-lain. Dalam hal ini, kami pernag mengajukan permohonan Dinas setempat untuk pengadaan ruang khusus ini namun belum direalisasikan. Terakhir, banyak guru kelas yang kurang pengalaman dalam menangani ABK yang bisa disebabkan juga karena kurangnya kegiatan sosialisasi, workshop atau pelatihan tentang penanganan ABK dalam lingkup pendidikan inklusif. Oleh karena kendala-kendala ini, pelaksanaan program di sekolah ini belum terlaksana dengan maksimal. Harapan saya tentunya agar kendala-kendala di atas tadi bisa segera dipecahkan dan diberi jalan

30 sekolah? Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan? Ada berapa jumlah ABK yang terlayani? keluar/solusi sehingga ABK bisa terlayani dengan baik oleh sekolah ini dan sekolah juga bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dalam menyukseskan program tersbut. Sekolah ini juga berencana untuk menyusun standar KKM dalam hal evaluasi belajar ABK pada TA 2015/2016. Semoga nantinya rencana ini bisa berjalan dan mendapat dukungan dari banyak pihak baik SDM yang ada di sekolah maupun informasi atau panduan dari Dinas terkait. Sejauh ini, perkembangan akademik ABK bisa dikatakan rata-rata atau cukup baik, mengingat bahwa jenis ketunaannya ringan yaitu hanya fisik dan intelektual yang masih bisa mengikuti/mengejar pelajaran. Dari bidang non akademik, ABK cukup berprestasi dan membanggakan. Malah dulu sebelum kebijakan pendeklarasian kota ini sebagai Kota Pendidikan Inklusif, sekolah ini sudah meluluskan banyak ABK dan bahkan bisa melanjutkan ke jenjang studi yang lebih tinggi. Untuk tahun ajaran 2014/2015, ada 7 siswa yang terdata sebagai penerima bantuan beasiswa ABK PKLK Dikdas Tahun 2014 dengan perincian 5 siswa memiliki kelainan fisik (tuna daksa) dan 2 siswa memiliki kelainan dalam hal lamban belajar (slow learner). Sementara yang belum mendapatkan beasiswa ada beberapa siswa. Jadi hingga saat ini jumlah ABK yang terdata di sekolah ini ada sekitar 12 siswa. 137

31 Lampiran 7: Transkrip Wawancara Guru BK SMPN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Rabu, 8 April 2015 Waktu : WIB Tempat : Ruang BK SMP Negeri 3 Informan : Guru BK/Pendamping SMP Negeri 3 No. Pertanyaan Jawaban Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut? Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut? Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah? Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut? Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? Pemko pernah memberikan kursi roda sebanyak 4 buah sebagai alat bantu bagi ABK namun belum kami gunakan. Untuk prasarana lainnya belum ada seperti ruang khusus dll. Jenis kebutuhan khusus/kelainan dari ABK di sini hanya tuna daksa (tidak bisa berjalan) dan slow learner. Program tersebut melibatkan semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, wakasek (bidang SIM, Kesiswaan, Kurikulum, Sarana Prasarana, dan Humas), seluruh guru kelas, guru BK/pendamping dan walikelas, dan staf TU. Sekolah belum pernah mendapatkan bantuan tenaga profesional. Kami hanya mengandalkan kemampuan dari guru BK saja. Di sini masih belum ada GPK jadi penanganan/pendampingan ABK langsung saya dan 4 guru BK lainnya yang bertanggungjawab. Jadi, guru BK bertugas langsung dalam menangani dan mendampingi ABK di sekolah.

32 Apakah guru reguler dan atau Anda memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah Anda sudah menyusun perencanaan pendampingan sebelum mendampingi ABK? Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas? Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi Saya sudah mengikuti pelatihan dan workshop sebanyak 3 kali perihal pendidikan inklusif yang diselenggarakan oleh Disdikpora. Saya pernah mendapat tugas dari Kepala Disdikpora untuk mengikuti kegiatan bimbingan teknis (Bimtek) penyusunan kurikulum PK-PLK Prov. Kalteng tahun 2015 pada tanggal Maret 2015 lalu. Tujuan dari kegiatan ini salah satunya adalah memeberikan bimbingan teknis penyusunan kurikulum kepada guru-guru SLB dan sekolah inkusif dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dengan baik dan benar. Tidak ada perencanaan atau penyusunan materi/lembar kerja khusus bagi ABK secara tertulis. Semua dilakukan sesuai jadwal kerja atau piket kami selaku guru BP dalam melayani jika ada siswa yang bermasalah atau perlu pendampingan khusus di ruang BK secara berkesinambungan. Namun jika ada hal yang krusial dan mendadak dari guru kelas yang membutuhkan penanganan atau pendampingan khusus dari kami maka kami akan mendatangi kelas dan langsung menangani ABK tersebut. Kami memberi bimbingan dan pendampingan secara berkesinambungan. Kemudian, kami membuat catatan khusus dari proses tiap siswa. Dengan harapan, melalui catatan ini kami bisa menilai permasalahan dan perkembangan ABK. Semua siswa di sini memiliki kebebasan untuk memilih dan mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, termasuk diikuti oleh ABK. Jadi kegiatan ini 139

33 siswa berkebutuhan khusus? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi Anda dalam mendampingi/melayani ABK? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? terbuka untuk semua siswa sesuai dengan kemampuan, hobi dan bakat dari anak itu sendiri. Sejauh ini karena jenis ketunaan atau kelainan yang dimiliki ABK di sini hanya ada 2 saja, jadi ABK yang tuna daksa seperti seorang ABK yang lumpuh maka ada alat bantu kursi roda yang disediakan oleh orang tuanya sendiri. Meskipun, sekolah sudah mendapat bantuan kursi roda dari Pemko, namun karena belum adanya pemeriksaan dari Dinas terkait maka kami belum berani menggunakan kursi ini untuk anak tersebut. Sejauh ini sarana berupa kursi roda sudah ada namun belum digunakan dan prasarana masih belum ada juga. Sehingga manfaat pengadaannya pun belum terlihat. Manfaat dari pengadaan sarpras belum terlihat begitu sigifikan. Hal ini dikarenakan belum adanya pengarahan dan penggunaan alat bantu korsi roda. Selain itu, prasarana juga belum ada sehingga belum ada manfaat yang terlihat dari segi prasarana. Sejauh ini sekolah hanya menggunakan dan memanfaatkan sarpras yang ada dari sekolah. Kendala yang ada adalah GPK belum ada. Kemudian, guru mata pelajaran (misal mapel olahraga) belum mampu membuat RPP adaptif yaitu RPP khusus bagi ABK. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa guru yang belum mendapatkan pelatihan, sosialisai atau workshop sehingga wawasan tentang penanganan ABK belum ada. Selain itu, belum adanya pengawasan atau kegiatan monitoring khusus dari Pemko terhadap proses pelaksanaan

34 Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan? program di sekolah. Hal ini berakibat pada salah satunya yaitu penggunaan kursi roda yang belum bisa diarahkan atau dilaksanakan. Harapan saya semoga kendalakendala di atas tadi bisa teratasi segera mungkin demi menunjang pelaksanaan program tersebut. Sejauh ini, sekolah masih menggunakan kurikulum umum dan standar KKM yang sama bagi ABK yang slow learner. ABK yang slow learner memakai kurikulum akomodatif standar nasional di bawah rerata sementara tuna daksa memakai kurikulum reguler atau umum kurikulum Pencapaian prestasi untuk ABK slow learner dikatakan masih standar atau hanya rata-rata KKM. Sementara anak tuna daksa juga mencapai standar KKM sesuai kurikulum umum/reguler. Dari bidang non akademik, memang ada beberapa ABK yang berprestasi misal dalam bidang keterampilan memasak. 141

35 Lampiran 8: Transkrip Wawancara Guru Mapel SMPN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Rabu, 20 Mei 2015 Waktu : WIB Tempat : Ruang Guru SMP Negeri 3 Informan : Guru Reguler SMP Negeri 3 No. Pertanyaan Jawaban 1. Bagaimana kemampuan/ kesanggupan guru reguler dalam melaksanakan program tersebut di sekolah? Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah guru sudah menyusun perencanaan pembelajaran sebelum mengajar? Bagaimana proses pembelajaran dalam kelas? Kami hanya melayani semampunya saja karena tidak memiliki kemampuan atau latarbelakang khusus dalam mendampingi ABK. Memang ada beberapa guru yang pernah atau sudah mengikuti kegiatan sosialisasi, workhsop dan pelatihan. Namun, saya pribadi belum pernah. Sehingga, saya pun belum begitu memahami bagaimana penanganan yang benar dan tepat bagi ABK dalam proses belajar mengajar. Kami tidak ada menyusun perencanaan pembelajaran khusus bagi ABK. sejauh ini ABK masih mengikuti sistem pembelajaran yang sama dnegan teman-temannya. Namun dalam penanganannya di kelas, kami memberikan pelayanan atau bimbingan yang lebih kepada ABK tersebut. Jadi dalam proses mengajar, kami hanya menyesuaikan saja dengan kemampuan ABK. Saya tetap memberikan materi secara umum dan merata terhadap semua siswa di kelas. Namun saya memberikan layanan khusus/individual yang berbeda dari

36 Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang teman-temannya. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini terbuka untuk semua siswa. Jadi, ABK sangat boleh mengikuti kegiatan ini sesuai dengan kemampuan, hobi, minat dan ketertarikannya. Sarpras yang memang ada sejak awal dan disediakan dari sekolah memang digunakan dan dimanfaatkan oleh ABK juga walaupun sebenarnya sarpras yang ada diperuntukkan bagi semua siswa. Jadi, manfaatnya yang nampak bagi ABK tidak begitu signifikan dan biasa-biasa saja. Sama halnya dengan jawaban di atas dimana manfaat adanya sapras yang ada dalam melayani ABK, bagi saya tidak begitu signifikan. Kendalanya antara lain adalah kurangnya pemerataan terhadap pemberian/pengadaan pelatihan, workshop maupun sosialisasi bagi sebagian guru. Sehingga, wawasan guru juga kurang dalam menangani ABK. Kedua, tenaga GPK yang tidak ada sehingga ABK belum terlayani oleh sekolah dengan baik dan sebagaimana mestinya. Selain itu, sarpras belum memadai dalam memfasilitasi ABK. Harapan saya adalah kendala di atas bisa teratasi. Kemudian, Pemko/Dinas setempat lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan program tersebut ke sekolah-sekolah, masyarakat luas dan terkhhusus kepada orang tua. Mengacu pada jenis kebutuhan khusus/kelainan ABK di sekolah saat ini yang hanya tuna daksa (namun memiliki IQ yang bagus) dan slow learner, maka prestasi akademik bagus bagi siswa yang tuna daksa tadi dan rerata KKM bagi 143

37 berjalan? siswa yang slow learner. Sementara dari segi non akademik, ada beberapa ABK yang berprestasi baik. Bahkan beberapa tahun sebelumnya mengingat sekolah ini sudah menjalankan program pendidikan inklusif sebelum tahun 2014, maka ada beberapa siswa yang berhasil lulus dengan prestasi yang cukup baik baik dari akademik maupun non kademik. 144

38 Lampiran 9: Transkrip Wawancara Kepala SMAN 4 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Rabu, 27 Mei 2015 Waktu : WIB Tempat : Ruang Kepala SMA Negeri 4 Informan : Kepala SMA Negeri 4 No. Pertanyaan Jawaban 1. Bagaimana deskripsi dari sekolah yang diteliti? Sekolah ini berdiri pada tahun Apa yang menjadi visi dan misi sekolah? Apa yang melatarbelakangi pelaksanaan program pendidikan inklusif di sekolah? Visinya adalah cerdas spiritual, cerdas sosial, cerdas terampil, cerdas intelektual, dan berbasis saintifik, budaya dan lingkungan. Misinya adalah (1) melaksanakan, mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dan bersikap toleran, (2) mewujudkan rasa kebersamaan tanpa diskriminatif, (3) mengembangkan kreatifitas warga sekolah dalam berbagai bidang, (4) menciptakan insan berprestasi dan budaya lokal dan cinta lingkungan, dan (5) menanamkan nilai-nilai kearifan budaya lokal dan cinta lingkungan. Sebelum pencanangan kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif, sekolah ini sudah diundang dan ditunjuk dari pilot project yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemprov untuk menjalankan program pendidikan inklusif (perwakilan tingkat SMA) pada tahun Jadi sekolah ini sudah lama memiliki kepedulian untuk menerima semua siswa tanpa diskriminasi, apakah siswa tersebut 145

39 Siapa yang menjadi sasaran dari program tersebut? Siapa yang menjadi sumber peserta didik dari program tersebut? Apa manfaat yang diperoleh sekolah normal atau berkebutuhan khusus. Hal ini juga berkaitan dengan banyaknya permintaan dan kepercayaan orang tua ABK yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Hingga pada Oktober 2014 kemarin, Disdikpora mengeluarkan kebijakan untuk menjadikan Kota Palangka Raya sebagai Kota Pendidikan Inklusif, maka sekolah kami pun sudah siap untuk menjalankan tugas itu meskipun masih banyak hambatan. Sekarang jumlah ABK makin bertambah jadi perlu penanganan khusus yang lebih intens yang harus dipersiapkan oleh sekolah berdasarkan bantuan dari Dinas terkait. Sasaran dari program ini adalah ABK yang memiliki kebutuhan khusus atau kelainan tingkat ringan dan bisa ditolerir oleh sekolah. Sumber peserta didik adalah ABK yang memiliki kebutuhan khusus/kelainan kelas ringan dan masih bisa ditolerir. Hal ini disebabkan karena kemampuan sekolah masih terbatas baik dari segi SDM atau GPK dan sarpras. Jadi kami menerima ABK yang masih bisa kooperatif dan mandiri. Jika, ABK tergolong memiliki kelainan/ketunaan yang berat, belum bisa kooperatif dan mandiri maka kami mengusulkan kepada orang tua untuk menyekolahkan anak tersebut di sekolah atau pendidikan khusus. Oleh karena itu, pada saat proses penerimaan peserta didik baru, sekolah ini mendapat bantuan dari psikolog yang bertugas mengidentifikasi jenis kelainan/ketunaan peserta didik baru tersebut. Manfaat yang diterima nyata dari respon orang tua dan masyarakat

40 dalam penyelenggaraan program tersebut? Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut? Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut? Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah? Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut? bahwa sekolah ini menerima ABK sehingga mereka bisa menyekolahkan anaknya di sini. Dengan demikian, sekolah mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat luas bahwa sekolah ini bisa menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan kepada ABK walau belum maksimal. Lepas dari sarpras yang memang sudah ada dan disediakan oleh sekolah sendiri, sekolah ini juga pernah mendapatkan bantuan dari pusat perihal pelaksanaan program pendidikan inklusif sejak tahun 2009 berupa alat bantu seperti kacamata, tongkat pandu/alat bantu jalan, dan laptop. Hanya dari segi prasarana masih belum lengkap. Jadi sejauh ini, sekolah masih cukup bisa memenuhi kebutuhan ABK sesuai dengan kebutuhan/ketunaan mereka. Jenis ketunaan ABK di sini ada 6 seperti tuna daksa, tuna rungu ringan, hiperaktif, autis, low vision dan slow learner. Pelaksanaan program ini melibatkan kerja sama dan dukungan dari semua pihak di sekolah seperti saya sendiri, komite, pengawas, wakasek, walikelas, guru kelas/mapel dan guru BK/pendamping bahkan pihak luar seperti PK-PLK dan psikolog. Dalam proses penerimaan peserta didik baru, sekolah ini mendapat bantuan dari psikolog dalam mengidentifikasi jenis ketunaan peserta didik baru. Selain itu, sekolah ini pernah mendapat pendampingan PK-PLK oleh perguruan tinggi dalam bentuk pelaksanaan workshop/lokakarya yang dilaksanakan di sekolah ini pada tanggal 22 Nopember 2013 lalu. 147

41 Berasal dari mana sumber dana pembiayaan program tersebut di sekolah? Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah terdapat monev yang dilakukan oleh dinas pendidikan setempat melalui pengawas sekolah terhadap program tersebut? Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Untuk saat ini, dana yang digunakan dalam melayani ABK dan menjalankan program pendidikan inklusif di sekolah ini, berasal dari dukungan APBD yang seyogyanya secara umum juga digunakan dalam melayani siswa reguler. Secara khusus bagi pelayanan ABK, sekolah belum mendapatkan bantuan/dana khusus. Sekolah ini belum memiliki GPK. Oleh karena itu, ABK di sini hanya dibimbing langsung dari guru BK sebagai pendamping, di samping dukungan dan penanganan dari guru kelas dan walikelas. Sebagian guru pernah mendapatkan pelatihan termasuk saya juga pernah ambil bagian. Sekolah ini mendapat surat dari Disdikpora yang berisi permohonan dan pemberitahuan agar setiap sekolah segera mengidentifikasi tiap peserta didik yang memiliki kelainan, melakukan pendataan sesuai format dan segera melaporkan ke Disdikpora untuk segera ditindaklanjuti. Surat ini diberikan kepada sekolah pada bulan Nopember Semua siswa di sini tanpa terkecuali boleh mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang disesuaikan dengan bakat, kemampuan dan ketertarikan siswa. Di sini banyak ABK juga yang mengikuti kegiatan tersebut. Kendala yang dihadapi sekolah dalam rangka pelaksanaan program pendidikan inklusif di antaranya adalah belum adanya GPK.

42 Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan? Ada berapa jumlah ABK yang terlayani? Kemudian ketersediaan prasarana juga belum lengkap. Mengingat sekarang jumlah ABK semakin bertambah, maka Dinas terkait harus memberikan perhatian yang lebih intens terhadap penyelenggaraan program ini. Contohnya, Dinas memaksimalkan SDM khusus seperti GPK untuk tiap sekolah, pemberian atau pengadaan pelatihan untuk guruguru, dan pengadaan bantuan sarpras sesuai kebutuhan ABK. Dengan kata lain, sinkronisasi semua aspek harus matang dan terlaksana sehingga sekolah bisa terbantu dalam menjalankan tugasnya dan ABK bisa terlayani dengan maksimal dan sebagaimana mestinya. Sejauh ini, perkembangan ABK bisa dikatakan baik. Banyak ABK yang mengalami perubahan dan perkembangan seperti lebih percaya diri, mandiri dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Secara akademik, prestasi ABK cukup baik bahkan memang ada yang baik. Dari segi non akademik, ABK cukup berprestasi dan membanggakan. Baru-baru saja ada salah satu ABK kami yang mengikuti lomba OSN di Yogyakarta sebagai perwakilan provinsi Kalteng. Ini merupakan kebanggaan bagi kami di sekolah. Tidak hanya itu, bahkan pada tahun-tahun sebelumnya yakni sejak 2009 sekolah ini menjalankan program pendidikan inklusif, sekolah mampu meluluskan ABK dengan prestasi akademik dan non akademik yang baik. Bahkan lulusan ini banyak yang bisa melanjutkan ke jenjang studi yang lebih tinggi. Ada 15 ABK dengan jenis kebutuhan khusus/kelainan tuna daksa, tuna 149

43 Lampiran 10: Transkrip Wawancara Guru BK SMAN 4 rungu ringan, hiperaktif, autis, low vision dan slow learner. 150 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Kamis, 9 April 2015 Waktu : Tempat : Ruang BK SMA Negeri 4 Informan : Guru BK SMA Negeri 4 No. Pertanyaan Jawaban Sarana dan prasarana apa yang dimiliki sekolah dalam menyelenggarakan program tersebut? Apa saja jenis kebutuhan khusus siswa yang dilayani dalam program tersebut? Siapa saja yang terlibat dalam penyelenggaraan program tersebut di sekolah? Bagaimana keterlibatan pakar/ahli dalam penyelenggaraan program tersebut? Pada tahun 2012, sekolah ini mendapat bantuan dari PK-PLK berupa alat bantu seperti kursi roda, kacamata, laptop, tongkat jalan/penyangga. Semua alat bantu yang diberikan ini sudah sesuai dengan jenis ketunaan yang dimiliki ABK. Prasarana LAB khusus dan jalur khusus bagi ABK yang memakai kursi roda juga sudah ada. Jadi sejauh ini, sekolah masih cukup bisa memenuhi kebutuhan ABK sesuai dengan kebutuhan/ketunaan mereka. Jenis ketunaan ABK di sekolah ini ada 6 di antaranya tuna daksa, hiperaktif, autis, slow learner, tuna rungu ringan, dan low vision. Dan jumlah ABK ada 15 siswa. Yang terlibat dalam pelaksanaan program ini di sekolah adalah kepala sekolah, guru BK, walikelas, guru mapel, serta orang tua dari ABK itu sendiri. Sekolah secara rutin mendapatkan bantuan dengan andil para psikolog dalam mengidentifikasi jenis ketunaan peserta didik baru pada saat PPDB. Selain itu, pihak pusat sering memonitor, memberikan bantuan fasilitas/alat bantu, mengadakan workshop/lokakarya,

44 Bagaimana ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang memang berkompetensi dalam menangani ABK di sekolah tersebut? Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah guru sudah menyusun perencanaan pendampingan sebelum mendampingi ABK? Bagaimana proses pendampingan di dalam atau luar kelas? Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? dan pelatihan pembuatan kurikulum modifikasi bagi ABK yang berlangsung di sekolah ini. Sekolah ini belum memiliki GPK. Jadi selama ini ABK ditangani oleh guru BK, walikelas, dan guru kelas dengan modal wawasan dan pengalaman yang pernah didapat baik dari kegiatan workshop/lokakarya, pelatihan maupun sosialisasi di dalam maupun di luar sekolah. Sebagian guru kelas, walikelas, dan guru BK ada yang sudah pernah ikut atau terlibat dalam kegiatan workshop/lokakarya, pelatihan maupun sosialisasi di dalam maupun di luar sekolah. Dari segi penyusunan perencanaan pendampingan, guru tidak membuat sesuatu yang khusus berkenaan dengan kekhususan pada ABK karena jenis ketunaan anak juga masih bisa dikendalikan dan ditolerir. Pendampingan yang kami berikan pada dasarnya sama seperti anak normal. Yang membedakan hanyalah pelayanan dan pendampingan khusus (individual) yang guru BK berikan kepada ABK yang tentunya menyesuaikan dengan jenis ketunaan anak. Proses pendampingan diberikan secara individual baik di ruang BK atau kelas. Guru menyesuaikan pembimbingan yang diberikan dengan jenis ketunaan anak. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini banyak sekali dan bersifat terbuka bagi seluruh siswa termasuk ABK. ABK boleh mengikuti kegiatan ini sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, hobi dan ketertarikannya. Hal ini juga perlu didampingi oleh pendamping kegiatan terkait. 151

45 Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari Sejauh ini sarpras baik yang disediakan oleh sekolah ataupun dari Dinas sudah cukup memadai dan bermanfaat bagi siswa. Sejauh ini kami merasa tidak ada masalah untuk masalah sarpras karena fasilitas yang diberikan sudah cukup sesuai bagi ABK sesuai dengan jenis ketunaannya. Selain itu, kami juga mendapatkan bantuan dari Dinas kota berupa buku-buku bacaan tentang ABK yang saat bermanfaat nantinya bagi kami semua guru. Yang menjadi kendala adalah pada saat UN dimana ABK juga mendapatkan soal yang sama layaknya yang diterima oleh anak reguler. Pada saat penilaian terhadap lembar jawaban, siswa ABK yang misalnya banyak menjawab dengan salah maka nantinya malah tidak lulus UN. Padahal dari pusat selalu meminta data ABK yang akan mengikuti UN tapi tetap saja kebijakan dalam hal perhitungan hasil jawaban tetap disamaratakan dengan anak reguler. Hal ini sesungguhnya berbahaya bagi ABK. Kami berharap agar ada pemerataan pelatihan khusus bagi guru-guru yang belum mendapatkannya agar nantinya bisa paham dalam menangani ABK. Kami juga berharap adanya sinkronisasi antara tuntutan pendidikan, keadaan anak, orang tua dan SDM yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Paling tidak ada bantuan dana atau penghargaan kepada guru yang bekerjasama, membantu semaksimal mungkin menangani ABK. Prestasi akademik ABK (slow learner) termasuk cukup baik karena mampu mencapai rata-rata.

46 segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan? Bahkan ada ABK yang pernah mewakili provinsi Kalteng dalam lomba OSN di Yogyakarta. Sementara, ABK juga banyak yang menyumbangkan prestasi di bidang non akademik, misalnya bidang olahraga. Karena secara pemerintahan provinsi sekolah ini sudah menjalankan program pendidikan inklusif sejak tahun 2009 hingga saat secara pemerintahan kota, maka sekolah ini sudah banyak meluluskan ABK disertai prestasi non akaademik yang bagus pula. 153

47 Lampiran 11: Transkrip Wawancara Guru Mapel SMAN TRANSKRIP HASIL WAWANCARA Hari/tanggal : Jumat, 10 April 2015 Waktu : Tempat : Ruang Guru SMA Negeri 4 Informan : Guru Mapel SMA Negeri 4 No. Pertanyaan Jawaban Bagaimana kemampuan/ kesanggupan guru reguler dalam melaksanakan program tersebut di sekolah? Apakah guru reguler dan atau guru BK/pendamping memperoleh pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi? Apakah guru sudah menyusun perencanaan pembelajaran sebelum mengajar? Bagaimana proses pembelajaran dalam Bagi sebagian guru yang sudah mendapatlan pengalaman untuk terlibat dalam pelatihan, workshop dan sosialisasi bisa dikatakan cukup mampu dalam menangani ABK. Namun ada sebagian guru merasa berat dan kesulitan dalam menangani ABK dikarenakan guru-guru ini tidak atau belum pernah mendapat pelatihan. Saya pernah mendapatkan pelatihan tahun ajaran 2007/2008 dan ikut membimbing ABK di lomba olimpiade. Namun masih ada sebagian guru yang belum mengikuti atau mendapatkan kesempatan dalam pelatihan. Kurikulum yang digunakan sama karena K 2013 khusus untuk ABK belum ada. Dari segi/kriteria penilaian penentuan standar penilaian per mata pelajaran juga merata secara umum. Jadi memang sejauh ini anak-anak masih bisa mengikuti sejauh ada bimbingan dan perlakuan individual. ABK menyesuaikan dengan kurikulum berdasarkan bantuan dan peran dari guru. Pemberian pengajaran dalam proses belajar mengajar baik bagi ABK

48 kelas? Dari segi non akademik apakah kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa reguler juga diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi ABK? Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah bermanfaat bagi guru? Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program tersebut di sekolah? Apa harapan Anda bagi pelaksanaan program tersebut di sekolah? maupun non ABK tetap sama karena berada dalam 1 kelas. Namun yang memebedakan hanyalah pelayanan khusus (individual) kepada ABK, penilaian tetap sama tapi tetap disesuaikan dengan kemampuan ABK. Jadi guru berperan dalam mensiasati/mengintensifkan pelayanan sesuai keadaan ABK pada saat itu. Misalnya, saya menjelaskan materi pelajaran tidak cukup 1 kali saja tapi 2-3 kali lebih diintensifkan. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini diperuntukkan bagi siswa reguler maupun ABK. Jadi ABK boleh mengikutinya sesuai kemampuan dan minat mereka. Sejauh ini sekolah sudah mempunyai sarpras yang cukup memadai dalam memfasilitasi ABK dikarenakan pengadaanya sudah sesuai dengan jenis ketunaan anak masing-masing. Jadi, ABK sudah terbantu dan terfasilitasi dengan adanya sarpras tersebut. Sama halnya dengan ABK, guru pun bisa merasakan/mendapatkan manfaat dari pengadaan sarpras yang memadai. Kendalanya adalah tidak ada standarisasi baku dari kementrian tentang penilaian khusus bagi ABK. Jadi, kami hanya menilai sesuai dengan kemampuan/ketunaan siswa saja entah apa itu benar, baku atau sesuai pada porsi sebenarnya atau tidak. Selain itu, masih ada beberapa guru yang belum mengikuti pelatihan. Harapan saya agar ada sinkronisasi dari kebijakan dengan pengadaan sarpras yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Karena kami dulu langsung terima ABK saja, sarpras menyusul sambil proses berjalannya 155

49 10. Bagaimana perkembangan atau prestasi siswa dari segi akademik maupun non akademik ketika program sedang berjalan? program padahal kami juga kelabakan. Saya berharap agar SDM (GPK) diberikan dan pelatihan kepada semua guru bisa merata. Perkembangan ABK di sini cukup bagus baik dari segi akademik seperti salah satu ABK yang pernah mewakili Kalteng dalam lomba OSN (olimpiade) dan prestasi non akademik (olahraga dan seni). Tahun-tahun sebelumnya juga sekolah sudah banyak menghasilkan lulusan siswa yang memiliki ketunaan dengan prestasi akademik dan non akademik yang cukup baik pula. 156

50 Lampiran 12: Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi 157

51 Lampiran 13: Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota 158

52 Lampiran 14: 159

53 Surat Ijin Penelitian dari Cabang Dinas Kecamatan Pahandut Lampiran 15: 160

54 Surat Keputusan Kepala Disdikpora Kota Palangka Raya tentang Penunjukkan Sekolah Piloting PI di Kota Palangka Raya Tahun

55 162

56 Lampiran 16: Surat Keterangan Selesai Penelitian di SDN 6 Bukit Tunggal 163

57 Lampiran 17: Surat Keterangan Selesai Penelitian di SMPN 3 Palangka Raya 164

58 Lampiran 18: Surat Keterangan Selesai Penelitian di SMAN 4 Palangka Raya 165

59 Lampiran 19: Peraturan Walikota Palangka Raya Nomor 26 Tahun

60 Lampiran 20: Grand Design Pokja Pendidikan Inklusif Kota Palangka Raya 167

61 Lampiran 21: Surat Monev Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 168

62 Lampiran 22: Dokumentasi Foto Penulis Bersama Beberapa Nara Sumber Foto bersama Kepala SDN 6 Bukit Tungggal (tengah-ibu Tinduh) dan guru kelas di SDN 6 Bukit Tunggal (kanan-ibu Hele) Foto bersama Kepala SMPN 3, Bapak Rudie 169

63 Foto bersama Kepala SMAN 4, Pak Mizratul dan guru BK SMAN 4 (mulai kiri-ibu Syuria dan kanan-ibu Meti) 170

64 Lampiran 22: Hasil Uji Plagiat BAB I PENDAHULUAN 171

65 BAB II KAJIAN PUSTAKA 172

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 SDN 6 Bukit Tunggal SDN 6 Bukit Tunggal merupakan sekolah negeri yang pada awalnya berdiri pada tahun 1995. Pada tahun 1995-2002, sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang pemerataan akses pendidikan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) baik yang diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA TASIKMALAYA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Klero 02 merupakan sekolah negeri yang pada awalnya berdiri pada tahun 1977. Sekolah ini mulai menyelenggarakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN 2012 2 T 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KHUSUS, PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS, PENDIDIKAN INKLUSIF, PENDIDIKAN ANAK CERDAS ISTIMEWA DAN/ATAU

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran. Simpulan yang diambil berdasarkan paparan data dan pembahasan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah 141 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan di SMPN 9 dan SMPN 10 Metro untuk anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017 1119 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No. 067261 MEDAN MARELAN Dahniar Harahap* 1 dan Nina Hastina 2 1,2) Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS (PKPLK) Materi Workshop di Hotel Batusuli Internasional Palangka raya Tanggal 10 sd. 14 Oktober 2016 Narasumber Drs. H Tasmanudin Kasi SLB Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI TAHUN 2016

SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI TAHUN 2016 SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI TAHUN 2016 OLEH NAMA : AGUS JUNAEDI, S.Pd. NUPTK : 7151760662200013 KABUPATEN : BANYUASIN PROPINSI : SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 2.1. Sejarah Umum Sekolah SMP Negeri 7 Medan pada awal mulanya merupakan sekolah dasar cina yang secara historis tidak jelas keberadaan tahun pendiriannya. Pada tahun 1964

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Wawancara. Informan : Bapak AS Jabatan : Kepala Sekolah Hari,tanggal : Kamis, 26 Mei 2016

Lampiran 1. Hasil Wawancara. Informan : Bapak AS Jabatan : Kepala Sekolah Hari,tanggal : Kamis, 26 Mei 2016 Hasil Wawancara Lampiran 1 Informan : Bapak AS Jabatan : Kepala Sekolah Hari,tanggal : Kamis, 26 Mei 2016 NO Pertanyaan Konteks 1 Apa yang melatarbelakangi sekolah ini pendidikan inklusi? 2 Apa yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, penulis dapat menarik kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil SD Negeri 1 Tegorejo Penelitian Evaluasi Program Supervisi Akademik ini mengambil lokasi di SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek 144 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek budaya, aspek kebijakan, dan aspek praktik yang digunakan sebagai tolak ukur keterlaksanannya

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS ~ 1 ~ SALINAN Menimbang BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia unggul dan kompetitif dalam upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum SMA IPIEMS Surabaya SMA IPIEMS Surabaya telah mengalami banyak sekali perubahan dan perkembangan dalam sejarahnya yang relatif panjang. Dari perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat 1 s.d 4 menyatakan bahwa ; Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

Lebih terperinci

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN STATUS SEKOLAH POTENSIAL MENJADI SEKOLAH STANDAR NASIONAL PADA SMP

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SATUAN PENDIDIKAN JENJANG SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA DI KABUPATEN JEMBER

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sekolah dasar (SD) merupakan salah satu jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sekolah dasar (SD) merupakan salah satu jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, sekolah dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan dasar yang ditempuh oleh individu. Tanpa menyelesaikan pendidikan pada jenjang

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1. Upaya-Upaya yang Sudah dilakukan SDN 1 Ngadirejo dalam Rangka Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 3.1 Profil Responden 3.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 127 Jakarta terletak di Jl. Raya Kebon Jeruk No. 126 A, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta Risti Fiyana Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika Dr.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi semua orang. Banyak orang yang menganggap bahwa berkomunikasi itu suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 1994 (Amuda, 2005) mewajibkan setiap anak berusia enam sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN OLEH FAIZAH ABDIAH, S.Pd OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PENGANTAR

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia sama-sama memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan serta potensi untuk mewujudkanya.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 1 TENTANG: PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : A. Simpulan 1. Identitas, pengalaman dan pemahaman

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan, melalui pendidikan bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah difabel atau penyandang ketunaan merupakan satu masalah yang kompleks karena menyangkut berbagai aspek. Salah satu hal yang masih menjadi polemik adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan paling dasar untuk membangun kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari keterangan dan data-data yang diperoleh dari berbagai nara sumber melalui wawancara, observasi langsung, study dokumentasi dan penggabungan dari ketiga

Lebih terperinci

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) RINGAN MELALUI PEMBELAJARAAN KOOPERATIF SETTING INKLUSIF SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri Abstrak: Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. Pendidikan Khusus. Pendidikan Layanan Khusus. PT. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

Oleh : Dr. DADANG DALLY Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Oleh : Dr. DADANG DALLY Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Oleh : Dr. DADANG DALLY Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Tema : Merajut Harapan Masa Depan Pendidikan Yang Demokratis Dalam Konferensi Wilayah ke XXIII Pelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan berdasarkan bab III ayat 5 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH LUAR BIASA

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Dinas Pendidikan telah menjadi sejarah yang tak terlupakan bagi Indonesia. Keberadaan Dinas Pendidikan sudah ada sejak

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Sekolah Sejak 30 Juli 1966 SMP Negeri 61 berdiri sebagai sekolah pemerintah. Pada awalnya SMP Negeri 61 beralamat di Jalan Palmerah Utara. Bangunan yang digunakan

Lebih terperinci