BAB 3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode sekat lintang yang menilai hubungan ABI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode sekat lintang yang menilai hubungan ABI"

Transkripsi

1 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ini dilakukan dengan metode sekat lintang yang menilai hubungan ABI dengan kolesterol total pada pasien SN Tempat dan Waktu penelitian Tempat penelitian Penelitian dilakukan di poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan Waktu penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei Populasi dan Sampel penelitian Populasi target Populasi target adalah anak penderita sindrom nefrotik Populasi terjangkau Populasi terjangkau adalah anak penderita sindrom nefrotik di RSUP Haji Adam Malik Medan Sampel penelitian Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

2 3.4. Perkiraan Besar Sampel (42) Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis proporsi suatu populasi,yaitu: n 1 = n 2 = (Z α + Z β ) 0,5ln[(1+r)/(1-r)] n Z α = Besar sampel = Deviat baku alpha untuk α=0.05 maka nilai baku normalnya 1.64 tingkat kepercayaan 95% Z β = Deviat baku betha, untuk β = 0.10 maka nilai baku normalnya 1.28 Power penelitian 90% r = Koefisien korelasi = (6) Dengan menggunakan sampel diatas maka didapatkan rumus diatas maka didapatkan besar sampel 15 orang Cara pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dipilih dengan cara consecutive sampling Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi a) Penderita sindrom nefrotik yang telah ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan fisik, urinalisis, profil lipid, ureum, kreatinin dan albumin. b) Anak yang berusia 2 sampai 18 tahun.

3 Kriteria Eksklusi a) Penderita SN yang disertai penyakit jantung bawaan. b) Penderita SN yang disertai penyakit diabetes mellitus. c) Luka atau ulkus pada daerah ankle atau brachial Persetujuan / Informed Consent Semua sampel penelitian telah mendapat persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam hasil penelitian ini Etika Penelitian Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Cara Kerja dan alur penelitian Cara kerja penelitian 1. Sampel dipilih secara consecutive sampling yaitu penderita sindrom nefrotik yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi langsung dimasukkan sebagai sampel. 2. Orang tua dan anak diberikan penjelasan dan informed consent yang menyatakan setuju mengikuti penelitian ini. 3. Data dasar diperoleh dari wawancara, kuisioner dan laboratorium. 4. Dilakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) pada anak yang ditentukan, selanjutnya dinilai status antopometrinya. Berat badan ditentukan dengan menggunakan alat penimbang Camry yang telah ditera sebelumnya dengan

4 kapasitas sampai 125 kg. Pencatatan dilakukan dalam kg dengan desimal (sensitif sampai 0.1 kg). Semua subyek penelitian ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki, hanya pakaian sehari-hari saja. Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat microtoise 2 M terbuat dari metal, dengan ketepatan 0.5 cm. Tinggi badan di ukur pada posisi tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit dan bokong menempel pada dinding. Untuk melihat angka pada pengukuran tinggi, pembatas microtoise ditarik tegak lurus dan tepat di atas kepala, selanjutnya dinilai status antropometrinya. 5. Masing masing anak diperiksa Ankle Brachial Index (ABI) dengan cara membandingkan tekanan darah sistolik pada arteri tibialis anterior dan arteri tibialis posterior kanan dan kiri dengan tekanan darah sistolik pada arteri brachialis kanan dan kiri dengan menggunakan sphygmomanometri merk ABN buatan Cina dan Vascular Doppler BISTOS Model BT-200V buatan Korea. Kemudian nilai tekanan sistolik tertinggi pada arteri tibialis dibagi dengan tekanan sistolik tertinggi pada arteri brachialis. 6. Data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisis lebih lanjut.

5 Alur Penelitian Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi - Mengisi kuesioner yang dibagikan - Dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan hasil laboratorium Anak dengan SN yang disertai hasil lipid kolesterol Pengukuran tekanan darah sistolik pada lengan dan kaki Ankle Brachial Index (ABI) Gambar 2. Alur penelitian

6 3.10. Identifikasi Variabel Variabel bebas Kolesterol total Variabel tergantung ABI Skala Numerik Skala Ordinal Definisi Operasional 1. Sindrom nefrotik adalah suatu penyakit yang ditandai adanya kebocoran protein di urine, yang mengakibatkan keadaan yang mengancam nyawa oleh karena hipovolemia, hiperkoagulasi dan infeksi. (2) 2. Hiperkolesterolemia jika dinyatakan nilai kolesterol total serum > 200 mg/dl. (43) 3. Diagnosa sindrom nefrotik ditegakkan berdasarkan 4 gejala klinis antara lain: (1) Proteinuria maasif, dimana protein urin 40 mg/ m 2 LPB/jam atau > 50 mg/kgbb/24 jam, atau rasio albumin/kreatininpada urin sewaktu >2 mg/mg, atau dipstik 2+; (2) Hipoalbuminemia, albumin serum < 2,5 g/dl; (3) Edema; (4) Hiperlipidemia, dengan kadar kolesterol serum > 200 mg/dl. (3) (12) (13) 4. Penyakit arteri perifer (PAP) adalah kondisi patologis yang berhubungan dengan proses aterosklerosis dan tromboemboli yang mempengaruhi aorta, pembuluh darah cabang viseralis, dan pembuluh darah arteri di ekstremitas bawah. 5. Ankle Brachial Index (ABI) adalah suatu pengukuran non-invasif yang membandingkan antara tekanan darah sistolik tertinggi pada pergelangan kaki (arteri dorsalis pedis atau tibialis posterior) dan tekanan darah sistolik tertinggi pada lengan (kiri atau kanan). (6) (22)

7 6. Patokan nilai ABI yang digunakan untuk diagnosis penyakit arterial perifer adalah 0.90 atau (22) (26) 7. Pasien didiagnosa PAP jika nilai ABI 0,9 dengan kategori ringan hingga sedang bila nilai ABI 0,4-0,9 dan curiga berat jika nilai ABI < 0,4. Nilai ABI > 1,3 juga dianggap tidak normal, kemungkinan pembuluh darah kaku (incompressible vessel). (28) (31) Rencana Pengolahan dan Analisis Data Data dianalisis dengan perangkat lunak komputer, yaitu SPSS versi Data kategorikal dianalisis dalam bentuk jumlah dan persentase. Uji Shapiro-Wilk untuk menilai normalitas distribusi data. Uji Pearson digunakan jika data berdistribusi normal dan jika data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji Spearman untuk menilai hubungan antara ABI dengan profil lipid pada anak SN. Uji t tidak berpasangan untuk melihat hubungan ABI dengan lama menderita sindrom nefrotik. Uji Fisher untuk melihat hubungan ABI dengan usia awal didiagnosis SN. Interval kepercayaan (IK) 95% dan nilai probabilitas P < 0.05 dinyatakan signifikan secara statistik.

8 BAB 4. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Total pasien penderita sindrom nefrotik yang berobat selama bulan April-Mei 2015 sebanyak 35 orang. Lima sampel dieksklusikan karena dua sampel mengalami luka pada daerah ankle dan tiga sampel menolak diikutkan dalam penelitian. Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian Ankle Brachial Index Tidak normal n=9 Normal n=21 Usia (tahun), rerata (SB) 9.3 (3.71) 8.7 (4.48) Jenis kelamin, n - Lelaki - Perempuan Tekanan darah sistole (mmhg), rerata (SB) - Lengan kanan - Kaki kanan - Lengan kiri - Kaki kiri (12.02) 97.2 (11.21) (10.90) 95.0 (10.31) (15.32) (14.78) (15.16) (15.16) Albumin (g/dl), rerata (SB) 3.6 (0.88) 2.8 (1.34) Kolesterol total (mg/dl), rerata (SB) (173.88) (139.67) Lama menderita SN (bulan), rerata (SB) Nilai ABI, rerata (SB) 51.9 (29.86) 0.95 (0.33) 41.0 (31.01) 0.88 (0.02) Ureum (mg/dl), rerata (SB) 42.2 (31.22) 30.5 (29.33) Kreatinin (mg/dl), rerata (SB) 0.8 (0.55) 0.6 (0.51) Protein urine, n - Negatif - Positif 1 - Positif 2 - Positif 3 - Positif Rerata usia anak yang mengalami ABI tidak normal adalah 9.3 tahun, sedangkan pada anak dengan ABI normal 8.7 tahun. Jenis kelamin lelaki mendominasi pada kedua kelompok. Tekanan darah sistolik pada keempat tempat pemerikasaan lebih tinggi pada

9 kelompok dengan ABI normal. Rerata nilai albumin pada kelompok ABI tidak normal lebih tinggi yaitu 3.6 g/dl dibandingkan kelompok dengan ABI normal yaitu 2.8 g/dl. Secara keseluruhan nilai albumin pada penderita SN adalah 3.00 ± 1.27 g/dl. Rerata kadar kolesterol pada kelompok ABI normal lebih tinggi dibandingkan kelompok ABI tidak normal yaitu 341 mg/dl. Sedangkan nilai rerata ureum dan kreatinin dijumpai lebih tinggi pada kelompok dengan ABI tidak normal. Untuk pemeriksaan protein urin, dijumpai lebih sering protein urin positif pada kelompok dengan ABI normal (Tabel 4.1). Secara keseluruhan kadar kolesterol pada penderita SN adalah ± mg/dl. Nilai ABI pada penderita SN adalah 0.93 ± 0.44 dimana masing-masing nilai ABI pada kelompok tidak normal adalah 0.95 ± 0.33 dan kelompok normal adalah 0.88 ± Secara keseluruhan nilai ABI pada penderita SN adalah 0.93 ± Lama menderita SN pada penderita SN secara keseluruhan adalah 44.3 ± bulan. Tabel 4.2. Hubungan Ankle Brachial Index terhadap lama menderita sindroma nefrotik n rerata Perbedaan *p ±SB rerata Ankle Brachial Index Tidak normal ± ( ) *Uji t tidak berpasangan Normal ±31.01 Tabel 4.2 menunjukan hubungan antara Ankle Brachial Index dengan lama menderita sindroma nefrotik. Pasien yang mengalami ABI tidak normal mempunyai rerata lama menderita SN lebih lama dibandingkan pasien dengan ABI normal, namun tidak bermakna secara statistika dengan nilai p=0.383.

10 Tabel 4.3. Hubungan Ankle Brachial Index dengan usia awal didiagnosa SN Usia didiagnosa SN <2 Tahun 2 Tahun *p n n ABI Tidak normal Normal 5 16 *Uji Fisher Tabel 4.3 menunjukan hubungan antara Ankle Brachial Index dengan usia awal didiagnosa SN. Dengan menggunakan uji Fisher didapatkan hasil yang tidak bermakna dengan nilai p=0.657 Tabel 4.4. Hubungan Ankle Brachial Index dengan nilai kolesterol total Kolesterol Total Ankle Brachial Index *r p *Uji spearman Dari Tabel 4.4. didapatkan hubungan yang tidak signifikan antara Ankle Brachial Index dengan nilai kolesterol total. Didapatkan nilai korelasi sebesar yang menunjukan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.

11 Nilai Kolesterol (mg/dl) Ankle Brachial Index Gambar 3. Hubungan Ankle Brachial Index dengan nilai kolesterol total

12 BAB 5. PEMBAHASAN Pada studi yang dilakukan di Mesir yang menilai ABI sebagai prediktor PAP pada anak dengan SN resisten steroid didapat usia sampel penelitian antara 5 sampai 15 tahun (rentang usia 10,75 ± 3,31 tahun). (6) Suatu studi di Arab Saudi yang meneliti kadar lipoprotein (a) dan kadar lipid lainnya yang tidak normal pada anak penderita SN primer didapat rentang usia penderita SN adalah 8,76 ± 3,8 tahun. (44) Sedangkan usia anak penderita SN pada penelitian ini adalah 1 sampai 17 tahun (rentang usia 8,9 ± 3,48 tahun). Pada penelitian ini usia juga dibagi berdasarkan nilai ABI yang normal dan nilai ABI yang tidak normal. Dimana usia pada ABI yang tidak normal lebih tinggi (9,3 ± 3,71 tahun) dari pada usia pada ABI yang normal (8,7 ± 4,48 tahun). Hal ini kemungkinan yang pertama, semakin tinggi usia sampel, semakin lama mengalami hiperkolesterolemia (hiperlipidemia). Semakin lama penderita SN mengalami hiperlipidemia semakin berat terjadinya kerusakan ataupun perubahan pada pembuluh darah dan pasien-pasien SN yang tidak mengalami remisi proteinuria dan hipoalbuminemia merupakan yang paling berisiko. (1) Hiperlipidemia kronik telah dihubungkan dengan risiko meningkatnya aterosklerosis dan penyakit areteri koroner, dan juga telah dikaitkan dengan progresifitas penyakit ginjal. (11) Bahkan pasien SN yang telah dalam fase remisi, kadar kolesterol (lipid) kadang juga tetap masih tinggi. (36) Yang kedua adalah lamanya mendapat terapi kortikosteroid. Studi yang dilakukan Willenberg dkk, yang meneliti riwayat penggunaan kortikosteroid jangka panjang (>5 tahun) berhubungan dengan kecenderungan untuk terjadinya aterosklerosis yang dapat menginduksi kekakuan pembuluh darah. (7)

13 Pada anak, laki-laki sekitar dua kali lebih mungkin mengalami SN dibanding perempuan, namun ketidakseimbangan ini akan berbeda pada remaja dan dewasa dimana kecendrungan untuk terjadinya SN sama antara laki-laki dan perempuan.(4) (5) Chang dkk di Taiwan yang meneliti epidemiologi SN pada anak usia 6 bulan hingga 18 tahun didapatkan laki-laki banding perempuan 1,9:1. (45) Penelitan oleh Mohamed SM dkk di Mesir menemukan jumlah penderita SN resisten steroid dengan jenis kelamin lelaki (n=11) lebih banyak dibandingkan perempuan (n=9). (6) Dalam studi ini juga dijumpai hal yang sama, dimana jumlah penderita SN berjenis kelamin lelaki (n=25) dan berjenis kelamin perempuan (n=5). Hiperlipidemia kronik dihubungkan dengan peningkatan risiko aterosklerosis dan penyakit arteri koroner, serta penyakit ginjal. (11) Pemeriksaan ABI merupakan alat non-invasif yang dapat digunakan untuk penilaian penyakit arteri perifer (PAP). Dengan demikian dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Alat tersebut memiliki sensitivitas 90% dan spesifisitas 98% dalam mendeteksi stenosis signifikan pada > 50% arteri mayor di kaki seperti yang terlihat pada pemeriksaan angiogram. (29) (46) (47) (48) Nilai ABI pada pasien SN resisten steroid dan kelompok kontrol dalam sebuah studi di Mesir adalah 0.89 ± 0.02 dan 1.04 ± 0.08 (p=0.0001). (6) Pemeriksaan ABI menjadi pilihan dalam studi ini mengingat pemeriksaan ini bersifat non-invasif serta memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hingga saat ini belum didapatkan nilai acuan ABI pada kelompok anak penderita SN secara keseluruhan. Nilai ABI pada penderita SN secara keseluruhan dalam studi ini adalah 0.93 ± 0.44.

14 Lama menderita SN resisten steroid dalam studi di Mesir adalah 3.42 ± 1.73 tahun (41.04 ± bulan) (p<0.001; r=-0.77). (6) Studi ini menghubungkan nilai ABI normal dan tidak normal penderita SN terhadap lama menderita SN dengan nilai masing-masing adalah 41.0 ± bulan dan 51.9 ± bulan (p=0.383). Lama menderita SN pada penderita SN secara keseluruhan dalam studi ini adalah 44.3 ± bulan. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak bermakna kemungkinan oleh karena sampel SN pada penelitian ini adalah SN secara keseluruhan sedangkan pada penelitian di Mesir sampel yang diteliti adalah SN resisten steroid. Nilai albumin pada penderita SN resisten steroid dalam studi di Mesir adalah 2.85 ± 0.7 g/dl. (6) Pada penelitian lain di Arab Saudi dijumpai nilai albumin pada penderita SN sensitif steroid adalah 3.92 ± 0.07 g/dl; penderita SN resisten steroid yang mengalami remisi adalah 3.68 ± 0.1 g/dl; penderita SN resisten steroid tanpa remisi adalah 1.19 ± 0.19 g/dl. (44) Nilai albumin penderita SN secara keseluruhan dalam studi ini adalah 3.00 ± 1.27 g/dl. Hiperlipidemia dengan peningkatan kolesterol dan trigliserida adalah gambaran khas dari SN dan tidak diketahui apakah itu adalah konsekuensi dari proteinuria seperti berkurangnya tekanan onkotik plasma atau hipoalbuminemia. Hiperlipidemia pada SN terjadi karena peningkatan sintesis lipoprotein. (32) Meskipun hiperlipidemia pada anak dengan SN sensitif steroid bersifat sementara dan biasanya kembali normal setelah remisi, anak-anak dengan SN resisten steroid sering terjadi hiperlipidemia persisten. (3) (34) (22) Risiko aterosklerosis prematur meningkat oleh karena hiperlipidemia. Lamanya nephrotic hyperlipidemia menggambarkan suatu keadaan kritis dimulainya awal

15 kerusakan vaskular, dan pasien dengan proteinuria yang tidak remisi atau hipoalbuminemia merupakan faktor risiko yang paling berat. (1) Aterosklerosis merupakan penyebab utama PAP pada ekstremitas bawah. Penyakit ini dapat didiagnosis dengan pengukuran nilai ABI. (9) Hiperkolesterolemia berhubungan kuat dengan beratnya hipoalbuminemia dan proteinuria persisten atau insufisiensi ginjal juga berperan terhadap terjadinya penyakit kardiovaskular. (49) Pada pasien sindrom nefrotik risiko aterosklerosis prematur meningkat oleh karena hiperlipidemia. Lamanya nefrotik hiperlipidemia menjadi gambaran akan mulai terjadinya kerusakan pembuluh darah dan pasien SN yang tidak remisi proteinuria dan hipoalbuminemia merupakan yang paling berisiko. (50) Hiperlipidemia tidak selalu persisten pada SN, kadang hanya sementara dan dapat dihubungkan dengan aktivitas penyakit, bahkan meski pasien mengalami remisi, kadar lipid yang tinggi bisa persisten. (49) (51) Pasien SN dianggap memiliki risiko tinggi PAP dan penyakit jantung koroner, kemungkinan oleh karena SN berhubungan dengan hiperlipidemia, hipertensi, dan terapi steroid. (6) Namun pada studi ini tidak ada dijumpai tanda-tanda PAP seperti nyeri di ekstremitas bawah (claudicatio intermitten) pada penderita SN yang diteliti. Studi di Mesir menemukan kadar kolesterol pada pasien SN resisten steroid dan kelompok kontrol adalah ± mg/dl dan ± 26.2 mg/dl (p=0.0001). Jika dihubungkan dengan nilai ABI dijumpai hasil yang signifikan (p<0.0001). (6) Pada penelitian lain di Arab Saudi dijumpai kadar kolesterol pada penderita SN sensitif steroid adalah ± 5.76 mg/dl; penderita SN resisten steroid yang mengalami

16 remisi adalah ± 7.92 mg/dl; penderita SN resisten steroid tanpa remisi adalah ± 19.8 mg/dl. (44) Dalam studi ini dijumpai kadar kolesterol lebih tinggi dimana masing-masing nilai kolesterol pada anak penderita SN dengan nilai ABI normal dan tidak normal adalah ± mg/dl dan ± mg/dl. Secara keseluruhan kadar kolesterol pada penderita SN adalah ± mg/dl. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara nilai ABI dengan kolesterol total pada pasien SN keseluruhan (p=0.781). Pada penelitian di Mesir dijumpai hubungan yang bermakna antara nilai ABI dengan kadar kolesterol total pada kasus dan kontrol, dimana sebagai kontrol adalah bukan penderita SN. Sedangkan pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna oleh karena pada penelitian ini, yang dinilai hubungan ABI dengan kadar kolesterol total antara penderita SN dengan nilai ABI normal dibandingkan dengan penderita SN dengan nilai ABI yang tidak normal. Terdapat beberapa keterbatasan penelitian ini. Pertama, tidak membandingkan nilai ABI pada SN keseluruhan dengan kelompok kontrol. Kedua, penelitian ini tidak mengelompokkan SN berdasarkan klasifikasi SN atas respon pengobatan dengan steroid. Sedangkan pada penelitian sebelumnya kelompok sampel adalah SN reisten steroid. Diharapkan pada studi lanjut lainnya dapat melibatkan jumlah sampel yang lebih banyak dengan desain studi kohort prospektif untuk menilai perjalanan penyakit penderita SN yang di kemudian hari menderita PAP.

17 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian tidak dijumpai adanya hubungan antara Ankle Brachial Index (ABI) dengan nilai kolesterol total pada penderita sindroma nefrotik di RSUP H. Adam Malik Medan. Nilai ABI terbanyak pada penelitian ini adalah normal (> 0,9-1,1). Hubungan antara Ankle Brachial Index dengan usia awal didiagnosa SN dengan menggunakan uji Fisher didapatkan hasil yang tidak bermakna dengan nilai p= Sedangkan hubungan antara Ankle Brachial Index dengan lama menderita sindroma nefrotik. Pasien yang mengalami ABI tidak normal mempunyai rerata lama menderita SN lebih lama dibandingkan pasien dengan ABI normal, namun tidak bermakna secara statistika dengan nilai p= Hasil penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Mesir kemungkinan oleh karena pada penelitian ini sampe tidak kelompokkan atas SN resisten steroid, namun SN secara keseluruhan 6.2. Saran Diharapkan pada studi lanjut lainnya dapat melibatkan jumlah sampel yang lebih banyak dengan desain studi kohort prospektif untuk menilai perjalanan penyakit penderita SN yang di kemudian hari menderita PAP, dan juga mengelompokkan sampel penelitian berdasarkan pembagian SN menurut respon terapi steroid. Pada pasien-pasien anak dengan SN perlu dilakukan skrining akan adanya keluhan PAP dengan melakukan pemeriksaan ABI, dimana pemeriksaannya sederhana, murah dan tidak invasif. Hal ini dapat mendeteksi penurunan nilai ABI sebagai dampak dari peningkatan kadar kolesterol yang berlama-lama yang memicu aterosklerosis.

18 RINGKASAN Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu penyakit glomerular yang paling sering mengenai anak-anak. Pasien SN diperkirakan mengalami peningkatan risiko penyakit arteri perifer (PAP) dan penyakit jantung koroner, kemungkinan karena sindrom nefrotik berhubungan dengan hiperlipidemia, hipertensi, dan terapi steroid. Pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) adalah suatu pemeriksaan yang memberikan informasi objektif, tidak invasif, dan dianggap sebagai teknik baku emas yang digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi efikasi pengobatan pada PAP. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara nilai ABI dengan kolesterol total pada pasien SN. Penelitian ini menggunakan metode sekat lintang yang dilakukan selama bulan April 2015 sampai Mei Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel adalah anak berusia 2 sampai 18 tahun penderita sindrom nefrotik yang telah ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan fisik, urinalisis, profil lipid, ureum, kreatinin, dan albumin. Penderita SN yang disertai penyakit jantung bawaan, penyakit diabetes mellitus, luka atau ulkus pada daerah ankle atau brachial dikeluarkan dari penelitian. Pada penelitian didapatkan rerata usia anak yang mengalami ABI tidak normal adalah 9.3 tahun, sedangkan pada anak dengan ABI normal 8.7 tahun Secara keseluruhan nilai ABI pada penderita SN adalah 0.93 ± Dari studi ini didapatkan hubungan yang tidak signifikan antara ABI dengan nilai kolesterol total (r=0.053; p=0.781). Hal ini menunjukan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah.

19 SUMMARY Nephrotic syndrome (NS) is one of the glomerular diseases that mostly affect children. Patients with NS is estimated to have increased risk of peripheral arterial disease (PAP) and coronary heart disease, possibly due to nephrotic syndrome associated with hyperlipidemia, hypertension, and steroid therapy. Ankle Brachial Index (ABI) is an examination that provide information objectively, not invasive, and is considered as the gold standard technique. It can be used to diagnose and evaluate the efficacy of treatment in the PAP. The aim of this study was to determine the relationship between the values of ABI with total cholesterol in patients with NS. A cross-sectional design study was conducted from April 2015 to May 2015 at the Division of Nephrology Child Clinic and inpatient unit of Haji Adam Malik Hospital. Samples were children aged 2 to 18 years who have nephrotic syndrome based on physical examination, urinalysis, lipid profile, urea, creatinine, and albumin. Patients with SN who accompanied by congenital heart disease, diabetes mellitus, wound or ulcer in the ankle area or brachial was excluded from this study. In this study, there were the average ages of children who experienced abnormal ABI was 9.3 years, whereas in children with normal ABI 8.7 years. Mean value of ABI in patients with SN was 0.93 ± 0:44. In this study, we found no significant correlation between ABI with the value of total cholesterol (r = 0.053; p = 0.781). This shows a positive correlation with a very weak strength of the correlation.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang merupakan masalah kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) memperkirakan di

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung ABSTRAK Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung Ananda D. Putri, 2010 ; Pembimbing I : H. Edwin S., dr, Sp.PD-KKV FINASIM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB 3. METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN 21 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan metode potong lintang (cross sectional) untuk menilai perbandingan antara cystatin C dan kreatinin sebagai

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi 51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian R0 K1 R0 K2 R1 K1 R1 K2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. Arteri dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi kronik yang terjadi pada arteri akibat adanya disfungsi endotel. Proses ini ditandai oleh adanya timbunan plak yang

Lebih terperinci

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep PGK dengan HD Etiologi Compliance (Kepatuhan Pasien, kualitas HD) Asupan cairan Asupan Garam dan nutrisi IDWG BIA Komposisi cairan Status

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. 1.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat : Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian nefrologi. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang Lingkup Tempat Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nefrologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berdasarkan data World Health Organization (WHO), saat ini terdapat setidaknya 1,3 milyar perokok di seluruh dunia. Jumlah ini mencakup hampir sepertiga jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang) BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN, Nephrotic Syndrome) merupakan salah satu penyakit ginjal terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Respirologi, Alergi dan Imunologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah ilmu kedokteran penyakit dalam, jantung, dan kesehatan masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas.

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas. BAB 4 METODA PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Nefrologi Anak. 4.2. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah belah lintang 4.3. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik (SN) masih menjadi masalah utama di bagian nefrologi anak..1, 2 Angka kejadian SN pada anak di Eropa dan Amerika Serikat dilaporkan 2-3 kasus per 100.000

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nefrologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang merupakan masalah kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) memperkirakan di Asia Tenggara ada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DM) merupakan salah satu penyakit Non-Communicable Disease

BAB I PENDAHULUAN. (DM) merupakan salah satu penyakit Non-Communicable Disease BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit Non-Communicable Disease (penyakit tidak menular) yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2. Ilmu gizi, khususnya bidang antropometri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan belah lintang ( cross sectional ). 3.2. Ruang lingkup

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar hormon tiroid pada anak penderita SNSS dan SNRS. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL DARAH ANAK PENDERITA SINDROM NEFROTIK SENSITIF STEROID SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PREDNISON DOSIS PENUH ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

KADAR KOLESTEROL DARAH ANAK PENDERITA SINDROM NEFROTIK SENSITIF STEROID SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PREDNISON DOSIS PENUH ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH KADAR KOLESTEROL DARAH ANAK PENDERITA SINDROM NEFROTIK SENSITIF STEROID SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PREDNISON DOSIS PENUH BLOOD CHOLESTEROL LEVEL DIFFERENCE BETWEEN PRE AND POST FULL DOSE PREDNISONE THERAPY

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu. Setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, kerangka konsep mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 Siska Wijayanti, 2010 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan potong lintang, yaitu observasi dan pengukuran pada variabel bebas (faktor risiko)

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Thereatdy Sandi Susyanto, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan desain penelitian Cross Sectional (belah lintang) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossectional ( potong lintang) yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang - Waktu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( bersamaan. ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang 3.2. H0A0 H0A1 H1A0 N H1A1 H2A0 H2A1 H3A0 H3A1 Keterangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan vaskular yang disebabkan oleh proses aterosklerosis atau tromboemboli yang mengganggu struktur maupun fungsi aorta dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular serta SMF Rehabilitasi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 28 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Gerontologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 Oleh: PAHYOKI WARDANA 120100102 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 KORELASI HBA1C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi tersebut akan menyebabkan gangguan

Lebih terperinci

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013 Ercho, NC, Berawi K, Susantiningsih T Medical Faculty of Lampung University Abstract Obesity

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik prospektif dengan time series design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Pengaruh Stimulasi Otot Gastroknemius pada Proses Penyembuhan Luka Kaki Diabetes Peneliti : Asrizal No Telepon : 081361712243

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian nefrologi. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian

Lebih terperinci

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan. Oleh: HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu observasional, analitik, studi kasus kontrol untuk melihat perbandingan akurasi skor wells dengan skor padua dalam memprediksi

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 4, Vol. No. 4, 1, No. Juni 1, 2002: Juni 20022-6 Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan Partini P Trihono, Eva Miranda Marwali,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes ABSTRAK HUBUNGAN MIKROALBUMINURIA (MAU) DAN ESTIMATED GLOMERULAR FILTRATION RATE (egfr) SEBAGAI PREDIKTOR PENURUNAN FUNGSI GINJAL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1:

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL METODE ELECTRODE-BASED BIOSENSOR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL METODE ELECTRODE-BASED BIOSENSOR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ABSTRAK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL METODE ELECTRODE-BASED BIOSENSOR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI David Suwandi, 2013. Pembimbing : Christine Sugiarto,dr., Sp.PK ; Fenny,dr.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Dalam khususnya divisi reumatologi dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM 080100410 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ABSTRACT Introduction.

Lebih terperinci