BAB 3. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 21 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan metode potong lintang (cross sectional) untuk menilai perbandingan antara cystatin C dan kreatinin sebagai penanda LFG pada pasien anak dengan PGK Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan atau ruang rawat inap bagian anak RSUP Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai Maret Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah anak usia antara 2-18 tahun yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dipilih secara consecutive sampling, yaitu: pasien anak usia 2-18 tahun yang datang ke poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan atau dirawat inap di bagian anak RSUP Haji Adam Malik Medan dan telah terdiagnosa dengan PGK.

2 Perkiraan Besar Sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel uji kesesuaian berdasarkan rumus Kappa Cohen. 43 n = Zα 2 1 k d 2 1 k 1 2k + k 2 k 2π 1 π n = besar sampel K = nilai kappa minimal yang dianggap memadai = 0,8 π= prediksi hasil pemeriksaan positif yang sesungguhnya =0,5 d = presisi nilai kappa = 0,2 α = kesalahan yang masih dapat diterima = 0,05 Zα= deviat baku alpha = 1,96 Dengan menggunakan rumus di atas maka didapatkan besar sampel : n = Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi : 1. Pasien anak yang telah terdiagnosa dengan Penyakit Ginjal Kronik berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium atau radiologis yang berusia 2-18 tahun.

3 Kriteria eksklusi : 1. Pasien dengan gagal ginjal yang sedang dan atau pernah menjalani dialisa ( terapi pengganti ginjal) 2. Pasien yang sedang menjalani terapi dengan penyakit keganasan 3. Pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal 3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) / Informed Consent Persetujuan telah diminta dari subjek penelitian dan orang tua setelah terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai kondisi penyakit yang dialami dan pemeriksaan yang akan diobervasi. Formulir persetujuan terlampir. 3.7 Etika Penelitian Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Cara Kerja dan Alur Penelitian Cara Kerja a. Sampel dipilih secara consecutive sampling dimana pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi disertakan dalam penelitian.

4 24 b. Pasien dan orang tua diberikan penjelasan dan informed consent yang menyatakan setuju untuk mengikuti penelitian ini. c. Data dasar diperoleh berdasarkan riwayat anamnesa dari keluarga dan status rekam medis, pemeriksaan klinis dan penunjang (laboratorium, pencitraan) yang mendukung diagnosa Penyakit Ginjal Kronik d. Dilakukan pengukuran berat badan (BB) pada anak yang ditentukan dengan menggunakan alat penimbang yang telah ditera sebelumnya dan anak ditimbang dalam keadaan tanpa alas kaki dan dengan pakaian sehari-hari. e. Selanjutnya dilakukan pengukuran tinggi badan (TB) pada anak yang ditentukan dengan menggunakan alat microtoa 2 M terbuat dari metal, diukur pada posisi tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit dan bokong menempel pada dinding. f. Dilakukan pemeriksaan serum kreatinin dan cystatin C dengan persetujuan dari pasien dan orang tua. g. Sampel darah sebanyak 5 ml diambil oleh petugas laboratorium dari vena perifer dan dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan serumnya. Serum selanjutnya diperiksa di laboratorium Prodia. h. Pemeriksaan serum cystatin C dengan metode particleenhanced immunonephelometry dengan alat Behring

5 25 Nephelometer (BN II/BN ProSpec System). Pemeriksaan serum kreatinin dengan metode enzymatic dengan Architect. i. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan serum cystatin C dihitung dengan persamaan : Persamaan CKD-EPI 2012 : LFG = 70,69 x (SCysC) -0,931 j. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan serum kreatinin dihitung dengan persamaan : Persamaan CKD-EPI 2012 : LFG = 41,3 x(tinggi badan/scr) k. Selanjutnya dilakukan analisis data dan pengolahan data

6 Alur Penelitian Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Pengukuran antropometri Pengambilan sampel darah Pemeriksaan kadar serumcystatin C Pemeriksaan kadar serumkreatinin Penilaian LFG dengan persamaan CKD-EPICys Penilaian LFG dengan persamaan CKD-EPI Analisa Data Gambar 3.1. Alur penelitian

7 Identifikasi Variabel Variabel bebas Skala Jenis kelamin : nominal dikotom Usia : numerik Tinggi Badan : numerik Berat Badan : numerik Variabel tergantung Skala Kreatinin : numerik Cystatin C : numerik LFG CKD-EPI Cys C : numerik/kategorik LFG CKD-EPI : numerik/kategorik Definisi Operasional 1. Penyakit Ginjal Kronik: suatu keadaan abnormalitas struktur maupun fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG atau LFG kurang dari 60ml/menit/1.73m 2 bila tanpa gejala yang tersebut di atas, yang kesemuanya berlangsung dalam waktu tiga bulan atau lebih. 2. Laju Filtrasi Glomerulus: pemeriksaan yang dianggap paling mampu menggambarkan fungsi ginjal. LFG menyatakan volume cairan dan zat

8 28 sisa pada plasma darah yang difiltrasi dari glomerular kapiler ginjal yang keluar dan yang bukan diserap maupun disekresi oleh tubulus yang didapat dari suatu persamaan setelah pemeriksaan dengan penanda tertentu. LFG terdiri atas pemeriksaan dengan penanda eksogen (yang paling akurat) dan penanda endogen (hanya menilai estimasi/perkiraan) 3. Kreatinin serum : pemeriksaan kreatinin dengan menggunakan serum darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam mg/dl dan harus dihitung dalam persamaan tertentu untuk mengukur LFG. Nilai normal kreatinin serum bervariasi, biasanya adalah < 1.0 ( usia : 1 18 tahun) 4. Cystatin C serum: pemeriksaan cystatin C dengan menggunakan serum darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam mg/l dan harus dihitung dengan persamaan tertentu untuk mengukur LFG. Nilai normal systatin C bervariasi, biasanya adalah mg/l (lakilaki) dan mg/l (perempuan). 5. CKD-EPI Cys : adalah salah satu persaman yang digunakan untuk menghitung LFG berdasarkan cystatin C. Penilaian LFG menggunakan rumus : LFG = 70,69 x (SCysC) -0,931

9 29 6. CKD-EPI : adalah salah satu persamaan yang digunakan untuk menghitung LFG berdasarkan kreatinin. Penilaian LFG menggunakan rumus: LFG = 41,3 x (tinggi badan/scr) 7. Tinggi badan : pengukuran tinggi badan dengan alat pengukur tinggi badan yang dinyatakan dalam satuan cm. Tinggi badan kemudian diplot ke dalam kurva WHO atau CDC untuk kemudian dibagi ke dalam kategori tinggi badan normal dan perawakan pendek (stunted). Dalam penelitian ini dianggap perawakan pendek (stunted) bila TB/U (baca: tinggi badan menurut usia) < 70 % dan atau berada di bawah persentil 3 atau < - 3 SD. 8. Berat badan : pengukuran berat badan dengan alat pengukur berat badan yang dinyatakan dalam satuan kg. Berat badan kemudian diplot ke dalam kurva WHO dan CDC untuk kemudian dibagi ke dalam kategori berat badan normal (normoweight), berat badan kurang (underweight) dan berat badan lebih (overweight) Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer dengan menggunakan SPSS versi Untuk menilai perbandingan kadar cystatin C dan nilai kreatinin dalam menilai klasifikasi

10 30 PGK berdasarkan stadium digunakan uji chi square dan uji fischer. Dalam mengetahui perbedaan proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C dalam menilai penurunan LFG<90ml/menit/1.73m 2 digunakan uji McNemar. Untuk menilai hubungan estimasi LFG berdasarkan kadar cystatin C dan nilai kreatinin dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan uji t tidak berpasangan dan regresi linear. Tingkat kemaknaan diterapkan bila nilai P< 0.05 dengan IK 95 %.

11 31 BAB 4. HASIL Penelitian dilaksanakan di poli rawat jalan dan ruang rawat divisi nefrologi anak RSUP Haji Adam Malik Medan selama bulan Januari Maret Total jumlah pasien yang diikutsertakan dalam penelitian adalah 36 anak yang dinyatakan menderita penyakit ginjal kronik (PGK) dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Usia rerata penderita adalah 10.1 tahun dengan perbandingan jumlah yang sama antara subyek yang berusia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun. Jenis kelamin lelaki lebih banyak dibandingkan perempuan dengan 19 anak berbanding 17 anak. Sebagian besar status berat badan anak adalah berat badan kurang (underweight) dengan 18 orang sedangkan status tinggi badan didominasi dengan tinggi badan normal (normoheight) sebanyak 20 orang. Sindroma nefrotik (SN) merupakan penyebab terbanyak penyebab PGK pada penelitian ini yaitu sebanyak 27 orang. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan rerata kadar kreatinin adalah 0.9 mg/dl dengan simpangan baku 1.19 dan rerata kadar cystatin C adalah 1.4 mg/l dengan simpangan baku Rerata LFG kreatinin pada penderita sebesar ml/min/1.73 m 2 dengan simpangan baku sedangkan rerata LFG cystatin C sebesar 72.8 ml/min/1.73 m 2 dengan simpangan baku Dijumpai perbedaan bermakna antara estimasi LFG

12 32 berdasarkan kreatinin dan cystatin C dengan (mean difference 36.8, 95 % IK , P=0.001). Hal ini ditunjukkan dalam tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Karakteristik dasar subjek penelitian Karakteristik (N =36) Usia (tahun), rerata(sb) 10.1 (4.38) Jenis kelamin, n - Laki-laki 19 - Perempuan 17 Status berat badan(bb), n - Normal (normoweight) 15 - Kurang (underweight) 18 - Lebih (overweight) 3 Status tinggi badan, n - Normal (normoheight) 20 - Perawakan pendek (stunted) 16 Etiologi PGK, n - Kelainan kongenital (CAKUT) 3 - Sindroma Nefrotik (SN) 27 - Lain-lain (SLE,ISK Kompleks,dll) 6 Kreatinin, rerata (SB), mg/dl 0.9(1.19) Cystatin C, rerata (SB), mg/l 1.4(1.24) LFG Kreatinin (ml/min/1,73 m 2 ), rerata (SB) 109.7(51.56) LFG Cystatin C(ml/min/1,73m 2 ), rerata (SB) 72.8(28.12)

13 33 Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin, usia, berat badan dan tinggi badan dengan estimasi LFG kreatinin dan cystatin C Karakteristik Jenis Kelamin N LFG Kreatinin, rerata (SB), mg/dl P LFG Cystatin C rerata (SB), mg/l Laki-laki (47.37) (22.26) Perempuan (57.01) 69.0 (33.83) Usia < 10 tahun (52.75) (28.24) > 10 tahun (51.77) 67.1 (27.62) Berat badan, Normal (38.81) (25.32) Kurang (64.13) 68.9 (30.89) Lebih (18.89) 59.5 (21.32) Tinggi Badan Normal (44.70) (25.50) Perawakan Pendek (59.43) 71.2 (31.88) P Pada analisis hubungan antara estimasi LFG yang diperoleh dari kadar kreatinin dan cystatin C dengan persamaan menurut CKD-EPI 2012 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C dengan jenis kelamin, usia, tinggi badan dan berat badan.

14 34 Tabel 4.3 Perbandingan derajat PGK berdasarkan estimasi LFG kreatinin dan cystatin C antara Derajat PGK LFG kreatinin LFG Cystatin C Derajat G Derajat G RP ( ) 0.001* P Derajat G3a+ Derajat G3b ( ) 0.001** Derajat G4+ Derajat G ( ) 0.063** Ket : * chi-square test ** fisher test Tabel 4.3 menunjukan perbedaan derajat PGK dengan membandingkan estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C sebagai penandanya. Dari tabel dapat dilihat perbedaan derajat PGK berdasarkan kadar kreatinin dan cystatin C yang bermakna secara statistika, yaitu bila PGK dengan LFG yang menyatakan fungsi ginjal masih normal atau tinggi (dinyatakan dengan stadium G1) dibandingkan dengan derajat G2 (penurunan fungsi ginjal ringan) dan G3a+G3b (penurunan fungsi ginjal menengah) dengan nilai P<0.05. Sedangkan derajat G1 dibandingkan dengan derajat G4+G5 didapatkan nilai P>0.05 dan tidak bermakna secara statistika. Derajat G1 dibandingkan dengan derajat G2 mempunyai nilai RP 3.373, yang artinya akan didapatkan kali lebih banyak dijumpai pada

15 35 derajat G1 dibandingkan derajat G2 bila menggunakan kreatinin dibandingkan menggunakan cystatin C. Begitu juga jika dibandingkan derajat G1 dengan G3a+G3b maka didapatkan kali lebih banyak dijumpai pada derajat G1 jika dibandingkan derajat G3a+G3b bila menggunakan kreatinin dibandingkan menggunakan cystatin C. Prevalensi rasio yang tidak jauh berbeda ditunjukkan antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C pada stadium G4 dan G5 dimana telah terjadi kerusakan ginjal berat hingga gagal ginjal. Tabel 4.4 Proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C dalam membedakan fungsi ginjal normal dan yang mengalami penurunan. LFG Cystatin C Normal Menurun Total P LFG Kreatinin Normal 9 (25) 17 (47.2) 26 (72.2) * Menurun 0 (0) 10 (27.8) 10 (27.8) Total 9 (25) 27 (75) 36 (100) Ket : * Uji McNemar Ket : Fungsi ginjal normal : LFG 90 ml/min/1.73 m 2 Fungsi ginjal menurun : LFG < 90 ml/min/1.73 m 2

16 36 Tabel 4.4 menunjukkan proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C dalam membedakan fungsi ginjal normal dan yang mengalami penurunan dengan menggunakan uji McNemar dengan nilai P<0.05, sehingga secara statistika terdapat perbedaan bermakna dalam penilaian fungsi ginjal antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dengan cystatin C.

17 37 BAB 5 PEMBAHASAN Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah masalah kesehatan yang sangat penting di seluruh dunia. Tingginya prevalensi dengan hasil akhir yang buruk dan pembiayaan yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan paradigma dimana tata laksana PGK lebih diarahkan kepada pencegahan PGK, deteksi dini dan manajemen terpadu dari berbagai bidang dibandingkan dengan melakukan tindakan lanjutan atau terapi pengganti ginjal. 44 PGK pada anak juga dapat berkembang menjadi gagal ginjal bila tata laksana yang dilakukan tidak tepat atau terlambat. PGK pada anak memiliki dampak yang sangat bermakna dimana angka kematian pada anak dengan gagal ginjal diperkirakan 30 kali lebih tinggi dari populasi anak pada umumnya. 45 Evaluasi fungsi ginjal dengan menilai LFG sangat penting untuk dilakukan. Suatu studi di Amerika Serikat memperkirakan terjadinya penurunan fungsi ginjal pada pasien PGK kira-kira 3 sampai 5 ml/min/1,73m 2 setiap tahunnya yang berarti besar kemungkinan pasien dengan gagal ginjal sebelumnya telah mengalami PGK stadium awal pada masa anak dan remaja. 45 Salah satu strategi yang dianggap paling baik untuk memperbaiki prognosis PGK pada anak adalah dengan mengevaluasi faktor resiko dan mendeteksi penurunan fungsi ginjal sehingga tata laksana keseimbangan

18 38 cairan dan elektrolit serta penyesuaian dosis obat-obatan untuk menjaga fungsi ginjal dan menghindarinya dari toksisitas dapat dilakukan segera LFG adalah indeks terbaik yang menggambarkan fungsi ginjal secara keseluruhan. Pemeriksaan LFG yang akurat dengan penanda eksogen hampir tidak dapat mungkin untuk dilakukan di sentra kita sehingga penelitian ini kami lakukan untuk membandingkan antara serum kreatinin sebagai rujukan baku dengan cystatin C sebagai penanda endogen potensial lain dalam menilai estimasi LFG. Serum kreatinin yang digunakan sebagai penanda LFG selama lebih dari 100 tahun telah diketahui memiliki banyak keterbatasan. 47 Kreatinin dianggap tidak dapat mendeteksi penurunan fungsi ringan dan menengah atau yang dikenal dengan creatinine blind area sehingga sering terjadi over estimasi LFG yang menyebabkan banyak kasus PGK menjadi terlambat terdiagnosa. 48 Hal ini sesuai dengan hasil yang kami dapatkan dalam penelitian ini dimana proporsi yang ditunjukkan antara estimasi LFG berdasarkan cystatin C dan kreatinin pada pasien PGK berbeda secara bermakna dalam membedakan fungsi ginjal normal (LFG 90ml/min/1,73 m2) dan menurun (LFG < 90ml/min/1,73 m 2 ) Pada penelitian ini juga dijumpai perbedaan nilai estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C yang bermakna pada stadium awal PGK akan tetapi tidak terlalu jauh berbeda bila dibandingkan pada stadium lanjut. Perbedaan bermakna ini terjadi bila stadium G1(fungsi ginjal normal) dibandingkan

19 39 dengan stadium G2 dan G3a+G3b (penurunan fungsi ginjal ringan hingga sedang). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya pada tahun 2008 di Kolombia yang menyimpulkan bahwa cystatin C lebih sensitif dibandingkan kreatinin pada stadium awal PGK. 49 Penelitian dengan hasil yang sama di Malaysia tahun 2013 juga menyatakan bahwa cystatin C secara bermakna meningkat pada stadium 2 PGK (penurunan fungsi ginjal ringan) dibandingkan kreatinin. 39 Hal ini menunjukkan bahwa cystatin C memiliki kesesuaian yang baik dengan kreatinin dan dapat diandalkan sebagai penanda LFG akan tetapi memiliki performa yang lebih baik saat bekerja di stadium awal PGK. Beberapa penelitian lain sebelumnya juga telah banyak membandingkan antara kedua penanda ini. Studi lain yang dilakukan di India pada tahun 2014 yang membandingkan pemeriksaan estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C dengan menggunakan baku emas 99 Tc-DTPA juga menemukan bahwa estimasi LFG menurut cystatin C memiliki presisi yang lebih tinggi dibanding kreatinin (13.1 vs 25.6 ml/min/1,73 m 2 ). 13 Studi di Colombia tahun 2008 juga menyimpulkan bahwa cystatin C adalah opsi yang sangat menarik dapat menggantikan serum kreatinin dalam mendiagnosa dan memonitor fungsi ginjal pada anak. 49 Suatu studi meta analisa tahun 2013 yang menggunakan persamaan CKD-EPI sebagaimana penelitian ini menemukan bahwa cystatin C lebih bermakna dibandingkan kreatinin dalam

20 40 mengenali resiko lanjutan PGK karena sangat berhubungan dengan penilaian LFG dan klasifikasi PGK. 50 Penelitian yang dilakukan di RS HAM tidak menggunakan kontrol ataupun pemeriksaan baku emas sehingga tidak dapat dinilai akurasinya, baik sensitivitas maupun spesifisitasnya. Studi ini juga bukan penelitian diagnostik karena hanya merupakan uji kesesuaian dengan menggunakan rujukan baku yaitu kreatinin. Pada penelitian ini kami juga hanya melakukan perhitungan estimasi LFG dengan menggunakan persamaan CKD-EPI untuk mendapatkan perbandingan yang lebih setara sesuai rekomendasi yang terbaru dikeluarkan. Selain sifatnya yang tidak sensitif kreatinin juga dianggap memiliki nilai yang tidak konstan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, massa otot, status diet dan hal-hal lain. Cystatin C dianggap bebas dari pengaruh tersebut termasuk oleh kondisi inflamasi dan keganasan. 51 Suatu studi yang dipublikasikan di Turki tahun 2015 dengan menggunakan kontrol untuk menilai hubungan faktor-faktor tersebut dengan estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C menemukan bahwa nilai kreatinin memiliki korelasi yang bermakna dengan usia, tinggi badan dan indeks massa tubuh (IMT) sementara cystatin C tidak. 52 Pada penelitian ini kami mendapati bahwa usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan sama-sama memiliki korelasi yang lemah dengan nilai estimasi LFG berdasarkan kreatinin maupun cystatin C.

21 41 Cystatin C selain memiliki lebih banyak keunggulan dalam menilai estimasi LFG ternyata juga memiliki keterbatasan. Beberapa tulisan juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar cystatin C dengan status thyroid pasien dan penggunaan steroid. 25 Pada studi ini kendati kami menanyakan status penggunaan steroid pada pasien, kami tidak melakukan analisa hubungan antara penggunaan steroid dengan kadar cystatin C. Pemeriksaan hormon tiroid juga tidak dilakukan dan tidak ada penilaian status hormon tiroid pada sampel kami. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai faktor diluar LFG yang dapat mempengaruhi kadar cystatin C mengingat sindrom nefrotik dengan penggunaan steroid yang lama juga terjadi pada sebagian besar kasus PGK. Cystatin C dengan segala keunggulannya dibandingkan kreatinin dalam menilai estimasi LFG ternyata belum dapat menggantikan kreatinin yang masih digunakan secara luas di seluruh dunia. Hal ini juga berhubungan dengan faktor biaya dimana pemeriksaan cystatin C berkisar antara 5 sampai 6 kali dibandingkan kreatinin dan juga standarisasi yang sangat bervariasi di berbagai tempat dan negara. Suatu penelitian di Korea tahun 2011 menemukan bahwa peningkatan serum cystatin C yang ringan dengan nilai kreatinin yang normal tidak memberikan perbedaan yang bermakna secara klinis. 40 Hal ini mungkin dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan cystatin C pada kasus PGK dengan prioritas tertentu dimana pasien-pasien yang rentan mengalami penurunan fungsi ginjal dapat

22 42 menimbulkan pembiayaan yang jauh lebih tinggi bila penatalaksanaan PGK dilakukan terlambat. Penelitian lebih lanjut mengenai persamaan yang digunakan dalam menilai estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C juga masih diperlukan. Penelitian lain di Swiss tahun 2013 tentang perbandingan antara persamaan CKD-EPI dan Schwartz yang menggunakan baku emas inulin menemukan bahwa persamaan CKD-EPI tidak dianggap lebih baik dibandingkan persamaan Schwartz dalam menilai estimasi LFG 53 Sayangnya kami tidak melakukan perbandingan antara persamaan Schwartz dan CKD-EPI dalam penelitian ini. Kelemahan lain pada studi ini populasi yang sedikit dan tidak dilakukannya pemeriksaan LFG dengan menggunakan baku emas yaitu inulin ataupun dengan penanda eksogen lain sehubungan biaya yang mahal dan tidak tersedia di sentra tempat penelitian ini dilakukan.

23 43 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian ini ditemukan perbedaan antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C. Perbedaan bermakna antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C ditunjukkan terutama pada stadium awal PGK dan menjadi hal yang sangat penting mengingat deteksi dini penurunan fungsi ginjal sangat mempengaruhi tata laksana PGK secara keseluruhan. Estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C tidak menunjukkan perbedaan bermakna bahkan hampir sama pada stadium PGK menengah dan lanjut menunjukkan bahwa cystatin C juga dapat berperan sebagai penanda LFG sebagaimana kreatinin yang saat ini digunakan sebagai standar referensi dalam menilai LFG. Jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan juga bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C Saran PGK pada anak adalah masalah dengan dampak jangka panjang sehingga tata laksana yang baik dan yang dilakukan sedini mungkin akan meningkatkan kualitas hidup anak kelak. Pada penelitian ini kami

24 44 menemukan bahwa cystatin C dapat dijadikan penanda endogen yang dapat menilai estimasi LFG dengan lebih baik dibandingkan kreatinin pada stadium awal dan menengah PGK. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan cystatin C terutama pada pasien PGK dengan resiko tinggi terjadinya penurunan fungsi ginjal. Aspek pembiayaan juga perlu dipertimbangkan untuk menjadikan cystatin C sebagai pengganti kreatinin dalam menilai estimasi LFG. Sebaiknya dilakukan study dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan menggunaan baku emas sehingga data yang diperoleh dapat dibandingkan dengan lebih akurat dalam menentukan penanda yang lebih baik dalam menilai LFG.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Penyakit Dalam 4.2. Tempat dan waktu penelitian Ruang lingkup tempat : Instalasi Rekam Medik untuk pengambilan data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr. Kariadi, Semarang. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran variable hanya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nefrologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat Penelitian dilakukan di unit hemodialisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Serum asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin (Liu et al, 2014). Kadar serum asam urat dapat menjadi tinggi tergantung pada purin makanan, pemecahan purin

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2

Lebih terperinci

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas.

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas. BAB 4 METODA PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Nefrologi Anak. 4.2. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah belah lintang 4.3. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep PGK dengan HD Etiologi Compliance (Kepatuhan Pasien, kualitas HD) Asupan cairan Asupan Garam dan nutrisi IDWG BIA Komposisi cairan Status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di TPA/PAUD dan TK di wilayah kota Semarang pada

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di TPA/PAUD dan TK di wilayah kota Semarang pada 32 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Anak. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di TPA/PAUD

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di bagian bangsal bedah Rumah

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dilaksanakannya penelitian adalah di bagian bangsal bedah Rumah BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah khususnya Bedah Thoraks Kardio Vaskuler. 4.2. Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai hubungan lama hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam. 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional yang menghubungkan antara perbedaan jenis kelamin dengan derajat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2. Ilmu gizi, khususnya bidang antropometri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Perinatologi dan Neurologi. 4.. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi 2. Ilmu Gizi, khususnya perhitungan asupan energi dan pengukuran status gizi antropometri 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang gizi klinik. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan/explanatory research yaitu menjelaskan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 2.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. 2.2 Tempat dan waktu penelitian Dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar hormon tiroid pada anak penderita SNSS dan SNRS. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan tujuan menentukan kadar ureum serum sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan 34 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan desain retrocpective cross sectional. Penelitian retrospektif adalah pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, khususnya bagian ilmu kesehatan anak divisi alergi & imunologi dan fisiologi.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian 1) Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk melihat korelasi antara indeks masa tubuh dengan lama menjalani hemodialisis pada pasien penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau potong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian nefrologi. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang Lingkup Tempat Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. Polusi Udara + ISPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data pasien

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. 39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan belah lintang ( cross sectional ). 3.2. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 diperkirakan pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3% peningkatan prevalensi pertahun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study. Variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bagian Ilmu Kesehatan Anak 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bagian Ilmu Kesehatan Anak 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Anak. Disiplin ilmu yang digunakan dalam ini adalah Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan waktu Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang Indonesia. Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, yakni mempelajari perbandingan variabel-variabel dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu observasional, analitik, studi kasus kontrol untuk melihat perbandingan akurasi skor wells dengan skor padua dalam memprediksi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD

BAB 4 METODE PENELITIAN. status gizi antropometri. Pengumpulan data dilakukan di TK-PAUD Alhidayah dan Pos PAUD BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2. Ilmu Gizi, khususnya perhitungan asupan energi dan pengukuran status gizi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Gerontologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab III menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional. A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Posyandu lansia desa Bibis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS. environment

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS. environment 29 BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS 3.1. Kerangka teori environment Status ekonomi - Lingkungan - Yankes pendidikan Kultural Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) Faktor ibu - Umur ibu - Gravida

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Radiologi dan Radioterapi. 3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci