BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada periode Januari-Maret 2016 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. C. Subyek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi a. Pasien rawat inap dengan data rekam medis meliputi nama, umur, diagnosis tercantum sindrom koroner akut, dan pemeriksaan laboratorium (profil lipid) b. Laki-laki c. Bersedia menjadi responden. d. Usia tahun e. Tidak DM f. Tidak hipertensi 1

2 2 g. Tidak obesitas 2. Kriteria eksklusi Tidak mengisi satu pertanyaan pada kuisioner. D. Besar Sampel Jumlah pasien yang diambil ditentukan dengan rumus untuk penelitian cross-sectional. Karena jumlah populasi untuk sampel telah diketahui, yaitu 70, maka penghitungan jumlah sampel menggunakan salah satu rumus untuk finite population (Naing et al., 2006): n = Z 2. N. p. (1-p) d 2. (N-1) + Z 2. p. (1-p) Keterangan : n : jumlah sampel minimal yang diperlukan N : jumlah populasi yang diketahui d : tingkat kesalahan ( = 0,05 untuk nilai presisi 95% ) p : proporsi dalam populasi ( = 0,5 jika kurang dapat dipastikan) Z : untuk level of significance 0,05 ; 1,96 Sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut, n = 1, ,5. (1-0,5) (0,5) 2. (70-1) + 1, ,5. (1-0,5)

3 3 Dari perhitungan rumus di atas, didapatkan hasil jumlah minimal sampel yaitu 59,34, atau dengan pembulatan dengan hasil 60 subjek. E. Teknik Sampling Teknik sampling yaitu consecutive sampling. Consecutive sampling, termasuk dalam non-random sampling, yaitu pemilihan sampel dengan meliputi seluruh subjek yang terjangkau peneliti dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subjek terpenuhi. F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Merokok 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Kadar HDL, LDL, dan trigliserida dalam darah 3. Variabel Perancu (Confounding Variable) a. Variabel Perancu yang Terkendali 1) Umur 2) Jenis Kelamin 3) Hipertensi 4) Obesitas 5) Diabetes b. Variabel Perancu yang Tidak Terkendali 1) Geografis 2) Ras 3) Diet 4) Exercise (latihan fisik)

4 4 5) Perilaku dan kebiasaan lainnya 6) Stress 7) Keturunan G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas: Perokok Perokok diartikan sebagai seseorang yang telah merokok sedikitnya 100 batang dalam hidupnya, masih dalam kebiasaan merokok, dan belum berhenti merokok melebihi periode satu tahun (Kang, 2003). Skala pengukuran variabel ini adalah skala nominal. Klasifikasi derajat berat merokok (PDPI, 2003) dapat diukur dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun, dengan hasil dan interpretasi derajat perokok sebagai berikut : a. Ringan : b. Sedang : c. Berat : > Variabel Terikat: Kadar kolesterol LDL, HDL, dan trigliserida diukur dalam milligram (mg) kolesterol tiap desiliter (dl) darah (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2005). Skala pengukuran ketiga variabel ini adalah skala rasio. Masing-masing variabel, LDL, HDL dan trigliserida memiliki 3 kriteria berdasar kadar lipid dalam darah, yaitu:

5 5 LDL; Optimal : <100 mg/dl, Borderline : mg/dl, Berisiko : 160 mg/dl HDL; Optimal : 60 mg/dl, Borderline : mg/dl, Berisiko : <40 mg/dl Trigliserida; Optimal : <150 mg/dl, Borderline : mg/dl, Berisiko : 200 mg/dl (Jellinger, 2012) 3. Variabel Perancu a. Variabel Perancu Terkendali 1) Umur dan jenis kelamin Usia merupakan jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang tahun terakhir saat penelitian dilakukan. Penentuan usia dan jenis kelamin dilakukan dengan anamnesis sampel. Sampel laki-laki berusia tahun dimasukkan sebagai sampel. 2) Hipertensi Hipertensi diartikan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan/ atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg (Goyal dan Sarwate, 2014). 3) Obesitas Seseorang dikategorikan obesitas ketika indeks masa tubuh orang tersebut mencapai 25 kg/m 2 atau lebih. Indeks masa tubuh (IMT) dalam satuan kg/m 2 adalah berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter) (Pradnyana, 2007).

6 6 4) Diabetes Mellitus (DM) Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan intoleransi terhadap glukosa yang telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM risiko PJK 50% lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuan risikonya menjadi 2x lipat. b. Variabel Perancu Tidak Terkendali 1) Geografis Didapatkan risiko PJK yang meningkat pada orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan California. Ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya daripada faktor genetik. 2) Ras Perbedaan risiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi. Di Amerika perbedaan antara ras Kaukasia dengan non Kaukasia (tidak termasuk Negro) didapatkan, risiko PJK pada non Kaukasia kira-kira separuhnya. 3) Diet Didapatkan hubungan antara kadar kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari (diet). Jadi diet merupakan faktor penting yang berpengaruh teihadap tinggi rendahnya kolesterol darah.

7 7 4) Exercise Exercise, dalam hal ini merupakan kegiatan fisik, dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga risiko PJK dapat dikurangi. 5) Perilaku dan kebiasaan lainnya Hubungan kebiasaan lainnya seperti kopi dan alkohol dengan risiko PJK masih dipertanyakan. Beberapa peneliti menyimpulkan kopi akan meningkatkan kadar kolesterol total dan trigliserid darah. 6) Stress Stress di samping dapat menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dimana keduanya merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung. 7) Keturunan Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik. Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja.

8 8 H. Rancangan Penelitian Pasien Rawat Inap RS dr.moewardi Terdiagnosis SKA Riwayat Merokok Tanpa Riwayat Merokok Isian Data Pribadi Isian Data Pribadi Pertanyaan Pelengkap RM Pertanyaan Pelengkap RM Data Profil Lipid (Rekam Medis) Data Profil Lipid (Rekam Medis) Uji Statistik Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian I. Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang diajukan pada pasien dengan wawancara. Dari daftar pertanyaan tersebut akan diketahui apakah seseorang memenuhi kriteria untuk dapat menjadi sampel penelitian.

9 9 Setelah didapatkan subjek-subjek yang dapat dipakai dalam penelitian, dilakukan pencarian data rekam medis sesuai dengan nomor rekam medis yang telah didapat. Sedangkan data mengenai kadar profil lipid dapat dilihat pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium dalam kesatuan data rekam medis milik pasien. J. Cara Kerja Penelitian 1. Persiapan sampel. Awalnya dilakukan pendataan nama-nama beserta nomor rekam medis pasien yang pernah didiagnosis SKA. 2. Responden mengisi lembar informed consent. Pasien yang telah diketahui pasti mengenai riwayat diagnosisnya kemudian diminta kesediaannya untuk menjadi responden dan jika bersedia, orang yang bersangkutan menandatangani informed consent. 3. Persiapan formulir biodata dan pertanyaan pelengkap RM. Setelah menandatangani informed consent, pasien diwawancara mengenai kelengkapan biodata dan riwayat penyakit terkait kepentingan inklusi sampel. 4. Pengumpulan data rekam medis Dari nomor rekam medis dan biodata pasien, dapat dilakukan pencarian data rekam medis untuk melengkapi data subjek terkait profil lipid yang hanya dapat dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium.

10 10 K. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh berupa waktu kematian setiap cacing dan dianalisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22. Analisis yang telah dilakukan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas sebaran data, sehingga dapat dilakukan statistik parametrik. Terdapat dua metode untuk menguji normalitas data yaitu metode deskriptif (menghitung koefisien varians, rasio kurtosis, histogram dan plot) dan metode analitik (uji Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk). Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk sampel lebih dari 50, dan uji Shapiro-Wilk untuk sampel kurang dari 50. Metode analitik yang dipakai dalam analisis penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel yang diuji pada setiap kelompok perlakuan lebih dari 50 (Dahlan, 2014). 2. Uji T-test Independent Uji T-test Independent dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan profil lipid secara bermakna antara pasien SKA dengan riwayat merokok dan tidak merokok. Uji T-test Independent merupakan alat yang dapat dipakai untuk menganalisis hubungan komparatif antara variabel numerik dan kategorik dimana data dua kelompok pada variabel yang sama tidak diambil dari subjek yang sama (Dahlan, 2014).