PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)"

Transkripsi

1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) MENGGUNAKAN PRAKTIKUM APLIKATIF BERBASIS LIFE SKILL SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan oleh HANIATUN JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi. Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dra. Woro Sumarni, M.Si Dra. Sri Mantini R.S, M.Si NIP NIP ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan dalam sidang panitia Ujian Skripsi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada : Hari : Senin Tanggal : 10 September 2007 Panitia Ujian Ketua Sekretaris Drs. Kasmadi Imam S, M.S Drs. Sigit Priatmoko, M.Si NIP NIP Penguji I Penguji II Dra. Saptorini, M. Pi Dra. Sri Mantini R.S, M.Si NIP NIP Penguji III Dra. Woro Sumarni, M.Si NIP iii

4 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Haniatun iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik baik pelindung (Quran Ali Imran: 173). Hidup seperti sebuah sepeda. Untuk menjaga keseimbangannya kita harus terus bergerak. Ilmu adalah cahaya bagi hati, kehidupan bagi ruh dan bahan bakar bagi tabiat (La Tahzan) Skripsi ini kupersembahkan untuk: Orang tuaku, guru-guruku, calon imamku, Keluargaku, saudara-saudaraku, dan teman-temanku. v

6 ABSTRAK Haniatun Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) Menggunakan Praktikum Aplikatif Berbasis Life Skill. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: I. Dra. Woro Sumarni, M.Si., II. Dra. Sri Mantini R.S, M.Si. Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif STAD, Chemoentrepreneurship (CEP), Praktikum aplikatif berbasis life skill. Hasil studi awal menunjukkan bahwa kelas XI IA 4 semester II tahun ajaran 2006/2007 SMA Negeri 5 Semarang yang telah melaksanakan pembelajaran kimia memperoleh hasil nilai mid semester kurang dari standar ketuntasan belajar, yaitu rata-rata 5,8 dengan persen ketuntasan klasikal hanya 29%. Permasalahan ini perlu segera diatasi agar pada materi pokok selanjutnya yaitu materi koloid, nilai ketuntasan klasikal dapat tercapai. Salah satu alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar kimia agar mencapai ketuntasan belajar klasikal minimal 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas. Tuntas belajar yaitu memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IA 4 SMA Negeri 5 Semarang dengan jumlah 38 siswa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Masing-masing siklus mencakup empat tahap kegiatan yaitu (1) Perencanaan (planning) (2) Pelaksanaan (acting) (3) Pengamatan (observing) (4) Refleksi (reflecting). Data yang diperoleh meliputi hasil tes kognitif, psikomotorik, dan keaktifan siswa, aktivitas kinerja guru, serta tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I nilai kognitif terendah 4,5 dan nilai tertinggi 7,0 dengan ketuntasan belajar 37%. Pada siklus II nilai terendah 4,5 dan nilai tertinggi 8,5 dengan ketuntasan belajar 79 %. Pada siklus III nilai terendah 6,0 dan nilai tertinggi 9,0 dengan ketuntasan belajar 87 %. Meningkatnya pencapaian nilai kognitif siswa tersebut disertai dengan meningkatnya rata-rata nilai psikomotorik siswa yaitu sebesar 65,53 dengan kriteria baik pada siklus I, meningkat menjadi 76,15 dengan kriteria baik pada siklus II, dan meningkat kembali menjadi 83,05 dengan kriteria sangat baik pada siklus III. Aktivitas kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran juga mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I dengan nilai 72,42, kemudian meningkat menjadi 75,55 pada siklus II dan meningkat kembali pada siklus III menjadi 79,55 semuanya dengan kriteria baik. Nilai rata-rata keaktifan siswa selama proses pembelajaran juga meningkat yaitu sebesar 45 dengan kriteria vi

7 cukup pada siklus I, meningkat menjadi 74,5 dengan kriteria baik pada siklus II, dan meningkat kembali pada siklus III menjadi 79 dengan kriteria baik. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill dapat meningkatkan ketuntasan klasikal hasil belajar kimia pada pokok materi koloid pada siswa kelas XI IA 4 semester II SMA Negeri 5 Semarang tahun ajaran 2006/2007. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan pada guru agar dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD berorientasi CEP dengan praktikum aplikatif berbasis life skill diperlukan manajemen waktu yang baik, sehingga siswa benar-benar bisa memanfaatkan waktu untuk berdiskusi, melakukan praktikum dan memahami materi yang dipelajari. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan Praktikum Aplikatif Berbasis Life Skill. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Ketua Jurusan Kimia. 4. Ibu Dra. Woro Sumarni, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian maupun dalam penyusunan dan penulisan skripsi dari awal sampai akhir. 5. Ibu Dra. Sri Mantini R.S, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian maupun dalam penyusunan dan penulisan skripsi dari awal sampai akhir. 6. Ibu Dra. Saptorini, M. Pi yang telah menguji dan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi viii

9 7. Bapak Drs. Widodo, selaku kepala SMA Negeri 5 Semarang yang telah memberi ijin penelitian di SMA Negeri 5 Semarang kepada penulis. 8. Ibu Dra. Pudji Astuti, selaku guru kimia SMA Negeri 5 Semarang yang telah memberi bantuan dan pengarahan dalam pelaksanaan penelitian. 9. Keluargaku, teman-teman kimia angkatan 03, saudara-saudaraku seperjuangan yang telah memberikan doa dan motivasi. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya besar harapan penulis, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya. Semarang, Agustus 2007 Penulis ix

10 DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTO DAN PERSEMBAHAN v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 6 C. Permasalahan... 7 D. Tujuan Penelitian... 8 E. Manfaat Penelitian... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pengertian Belajar Tujuan Belajar Hasil Belajar Belajar Tuntas Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) x

11 7. Model Pembelajaran Kooperatif Praktikum aplikatif berbasis Life Skill B. Hipotesis Tindakan BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting dan Subyek Penelitian B. Variabel dalam Penelitian C. Faktor-Faktor yang Diteliti D. Instrumen Penelitian E. Prosedur Penelitian F. Metode Pengolahan Data G. Analisis Data H. Indikator Keberhasilan Kerja BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Ketentuan skor perkembangan pada evaluasi model kooperatif STAD Ketentuan penghargaan kelompok pada model kooperatif STAD Validitas soal uji coba pokok bahasan koloid Tingkat kesukaran soal uji coba pokok bahasan koloid Daya pembeda soal uji coba pokok bahasan koloid Hasil nilai mid semester II siswa kelas XI IA Hasil nilai pretes pokok bahasan koloid Hasil belajar psikomotorik siklus I-III Nilai keaktifan siswa dari siklus I-III Kriteria tim dari siklus I-III Hasil observasi aktivitas kinerja guru dari siklus I-III xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kenaikan nilai rata-rata kognitif dari siklus I-III Kenaikan persentase ketuntasan belajar klasikal dari siklus I-III Kenaikan rata-rata nilai psikomotorik dari siklus I-III Kenaikan rata-rata nilai keaktifan siswa dari siklus I-III Kenaikan rata-rata nilai aktivitas guru dari siklus I-III xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Hasil nilai pretes Daftar nilai kognitif siklus I-III Lembar observasi penilaian psikomotorik siswa Data nilai psikomotor siswa Lembar observasi keaktifan siswa Data skor keaktifan siswa Pembagian kelompok Penghargaan kelompok Data observasi kinerja guru Lembar observasi pelaksanaan tindakan guru Instrumen angket tanggapan siswa Data pendapat siswa terhadap proses pembelajaran Contoh jawaban salah satu responden siswa Skoring pendapat siswa Hasil wawancara dengan guru Contoh perhitungan kenaikan skor Analisis validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal uji coba Rekapitulasi validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal Perhitungan validitas butir Perhitungan daya pembeda soal xiv

15 21. Perhitungan tingkat kesukaran soal Perhitungan reliabilitas instrumen Jadwal kegiatan PTK Silabus Rencana pembelajaran Kisi-kisi soal tes Soal tes uji coba Kunci jawaban Kisi-kisi soal tes siklus I Soal tes siklus I Kunci jawaban soal siklus I Kisi-kisi soal tes siklus II Soal tes siklus II Kunci jawaban soal siklus II Kisi-kisi soal tes siklus I Soal tes siklus III Kunci jawaban soal siklus III Lembar kegiatan kelompok Petunjuk praktikum Daftar nilai mid semester siswa Foto hasil penelitian Surat keterangan telah melakukan penelitian Surat ijin penelitian dari fakultas xv

16 44. Surat ijin penelitian dari Dinas Pendidikan Surat penetapan pembimbing skripsi Surat undangan ujian skripsi Laporan berkala proses bimbingan skripsi xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah senantiasa diupayakan agar berhasil sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Tap MPR No. 11/MPR/2000 berdasarkan Pancasila adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan untuk mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Tujuan pendidikan yang masih umum (tujuan pendidikan nasional) dijabarkan menjadi tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai dalam bidang studi tertentu. Tujuan ini lebih dikhususkan lagi menjadi tujuan instruksional, yaitu tujuan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dianggap berhasil bila mencapai tujuan tersebut, sedang yang mendapat hambatan diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Untuk mempelajari kimia tidak hanya dengan pemberian fakta dan konsep saja, tetapi bagaimana siswa dilatih untuk menemukan fakta dan konsep tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi bagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Tetapi selama ini, penyajian pelajaran kimia di SMA sering diarahkan hanya pada penguasaan konsep, sehingga sangat sedikit menyentuh 1

18 2 aspek lain di luar itu seperti sikap ilmiah dan pengembangan ketrampilan proses (Karim, 2000 dalam Hidayat, 2003). Berdasarkan hasil observasi awal dan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 5 Semarang yaitu Ibu Dra. Pudji Astuti, bahwa nilai mid semester siswa kelas XI-IA 4 di bawah tingkat ketuntasan belajar yaitu sebesar 5,8 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 29%. Hasil belajar kimia siswa yang di bawah tingkat ketuntasan belajar ini disebabkan oleh beberapa hal, baik yang berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang kurang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 11 April 2007, hal yang menyebabkan mengapa hasil belajar kimia siswa sebagian besar di bawah tingkat ketuntasan belajar ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan guru cenderung monoton yaitu ceramah. 2. Siswa cenderung pasif dan kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 3. Kurangnya pemanfaatan sarana yang ada di laboratorium secara optimal. 4. Sumber bahan pelajaran yang digunakan kurang memadai. Hal yang harus dilakukan agar proses belajar mengajar dapat tercapai dengan baik adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang cocok. Model pembelajaran apa yang cocok agar siswa dapat berpikir secara kritis, logis, dan memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena masingmasing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

19 3 Selama ini guru kimia masih banyak menggunakan metode ceramah yang kurang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajarnya, sehingga diperlukan model pembelajaran lainnya yang dapat melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, diantaranya adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkins. Pembelajaran kooperatif STAD menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan perolehan kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok. (Ibrahim, dkk. 2000:20). Dengan model pembelajaran kooperatif STAD ini akan merangsang minat belajar siswa karena di dalam proses pembelajaran, ada kerjasama dalam tim sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk menguasai materi pelajaran yang dipelajari secara bersama dalam kelompoknya sampai tuntas. Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD yaitu oleh Susilowati (2006) dan Sari (2005) bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada pokok materi kesetimbangan dan materi stoikiometri pada siswa kelas XI SMA Negeri 15 Semarang dan pada kelas X-6 semester I SMA Negeri 13 Semarang tahun pelajaran 2004/2005. Ilmu kimia sebagai proses dan produk mestinya mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan kecerdasan siswa sebab

20 4 belajar kimia dapat diartikan sebagai upaya untuk mengetahui berbagai gejala atau fenomena alam agar mendapatkan suatu senyawa yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Selain itu dapat pula dgunakan sebagai alat untuk mendidik siswa agar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah. Atas dasar pemikiran di atas tentunya perlu upaya yang terus menerus untuk mencari dan menemukan pendekatan pembelajaran kimia yang unggul, yaitu suatu pendekatan pembelajaran kimia yang mampu memotivasi peserta didik untuk berwirausaha. Namun pembelajaran kimia tersebut tetap merupakan pembelajaran kimia yang menarik serta memupuk daya kreativitas dan inovasi peserta didik. Selanjutnya, pembelajaran kimia yang demikian itu dapat disebut sebagai pendekatan pembelajaran chemoentrepreneurship disingkat CEP. (Supartono,2006) Hasil analisis kurikulum 2004 (KBK) untuk SMP / MTs mata pelajaran sains aspek kimia dan SMA / MA mata pelajaran kimia menunjukkan bahwa pendekatan CEP sesuai dan cocok dengan tujuan pemberian mata pelajaran kimia, antara lain : (1) Menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) Memupuk sikap ilmiah siswa, (3) Memberi kesempatan siswa untuk melakukan kerja ilmiah, (4) Meningkatkan kesadaran siswa untuk memelihara dan melestarikan lingkungan, (5) Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya, (6) Membentuk sikap positif siswa terhadap kimia untuk kemudian mempelajari kimia lebih lanjut. Atas dasar kenyataankenyataan tersebut, maka penerapan pendekatan CEP menjadi sangat tepat untuk dilaksanakan.

21 5 Salah satu cara mengajar yang menekankan pada pemahaman konsep lewat proses mengalami adalah metode praktikum aplikatif. Cara praktikum mutlak diperlukan karena salah satu tujuan pembelajaran kimia adalah agar siswa memiliki ketrampilan dalam melakukan kegiatan laboratorium untuk memahami konsep-konsep kimia serta menumbuhkan minat dan sikap ilmiah (Depdiknas, 1999:1). Dengan praktikum aplikatif, memungkinkan siswa untuk berproses dalam menemukan konsep sendiri, sehingga materi yang dipelajari dapat diidentifikasi, dianalisis dan disintesis, diuji kebenarannya dan disimpulkan menjadi suatu konsep. Dengan penggunaan cara praktikum aplikatif ini diharapkan siswa termotivasi untuk belajar, kreatif, berpikir logis serta sistematis dan dapat melatih siswa untuk berpikir ilmiah. Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk meneruskan tingkat pendidikan ke Perguruan Tinggi. Namun pada kenyataannya tidak semua lulusan SMA berkesempatan dan diterima melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Hasil selaksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) 2007 yang diumumkan jumat 3 Agustus 2007 diperoleh informasi bahwa, dari total peserta SPMB yang berebut kursi di 56 perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada di Indonesia, sebanyak peserta atau sekitar 75 persen dipastikan gagal. Karena total penerimaan SPMB yang disediakan tahun ini hanya ( 776.) Untuk mengantisipasi kemungkinan siswa yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, maka siswa SMA perlu dibekali dengan life skill

22 6 atau kecakapan hidup khususnya vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan). Life skill atau kecakapan hidup merupakan orientasi pendidikan yang mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang. Orientasi pembelajarannya mengikuti alur konsep pengajaran life skill yang meliputi materi-materi kecakapan akademik, kecakapan sosial, kecakapan berpikir, dan kesadaran diri. Peserta didik, setelah mengikuti model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif berbasis lifeskill, diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mampu bekerja dan berusaha secara mandiri. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul:peningkatan HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) MENGGUNAKAN PRAKTIKUM APLIKATIF BERBASIS LIFE SKILL B. Identifikasi Masalah Sebelum dipilih model atau pendekatan dalam proses pembelajaran terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut kekurangan proses pembelajaran kimia. 1. Kondisi Siswa a. Siswa kurang berminat dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikarenakan KBM kimia dilaksanakan pada tengah hari.

23 7 b. Siswa kurang mandiri dalam proses pembelajaran, ditandai dengan siswa hanya mau menjawab jika ditunjuk oleh guru. c. Siswa malu bertanya dan kurang menguasai materi pelajaran secara utuh. d. Siswa beranggapan bahwa kimia merupakan pelajaran yang sulit. e. Hasil nilai mid semester siswa kurang dari standar ketuntasan belajar, yaitu nilai rata-rata 5,8 dengan persen ketuntasan klasikal hanya 29%. 2. Kondisi Guru Pemahaman mengenai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik masih kurang sehingga dalam menilai hasil belajar cenderung hanya menggunakan aspek kognitif saja sedangkan aspek kognitif dan psikomotorik belum tergali secara optimal. 3. Kondisi Proses Pembelajaran a. Model pembelajaran yang paling sering digunakan yaitu metode ceramah. b. Komunikasi berjalan satu arah. c. Sumber belajar yang tersedia memadai, seperti sudah adanya laboratorium, perpustakaan, internet dan ruang kelas, namun kurang dimanfaatkan secara optimal. Keadaan di atas menyebabkan hasil belajar kimia siswa relatif rendah sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk meningkatkan hasil belajar kimia. C. Permasalahan

24 8 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif STAD berorientasi CEP menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IA 4 semester II SMA Negeri 5 Semarang tahun ajaran 2006/2007, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar. D. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif STAD berorientasi CEP menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill ini bertujuan untuk: 1. Tujuan umum:meningkatkan nilai psikomotorik siswa dan keaktifan siswa kelas XI IA 4 semester II SMA Negeri 5 Semarang tahun ajaran 2006/2007 serta meningkatkan aktivitas kinerja guru dalam proses pembelajaran. 2. Tujuan khusus:meningkatkan nilai kognitif kimia siswa kelas XI IA 4 semester II SMA Negeri 5 Semarang tahun ajaran 2006/2007, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa. b. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok materi koloid. 2. Bagi Guru

25 9 a. Sebagai alternatif dalam mengelola pembelajaran. b. Penerapan pembelajaran kooperatif STAD berorientasi CEP menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill dalam pembelajaran kimia untuk pokok materi yang lain. c. Dapat menumbuhkan kreativitas guru dalam pembelajaran. 3. Bagi Calon Guru a. Untuk melatih diri mencari solusi dalam mengelola pembelajaran di kelas. b. Melatih diri dalam membuat perangkat pembelajaran. 4. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar menurut W.S. Winkel dikutip Sutadi (1996: 2) adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerima dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2001: 28). Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. 2. Tujuan Belajar Tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas belajar. Sebelum proses belajar berlangsung, tujuan belajar harus ditetapkan lebih dahulu (Sutadi, 1996: 6). Kegunaan tujuan belajar menurut Sutadi antara lain: 10

27 11 a. Merupakan pedoman bagi guru untuk bahan pelajaran dan metode mengajar serta memilih aktivitas yang efektif dan efisien. b. Dipakai sebagai kriteria internal bagi siswa untuk menilai keberhasilannya dalam belajar, dengan adanya tujuan belajar siswa mengetahui arah belajarnya. c. Memandu guru menciptakan kondisi belajar yang menunjang pencapaian tujuan belajar. d. Membantu guru menyusun alat evaluasi yang dipergunakan untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran telah berhasil atau gagal. Tujuan belajar seyogyanya meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan kalau mungkin ranah afektif. Ketiga ranah ini harus berkembang atau berubah selama proses belajar berlangsung, mengingat tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang utuh. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Keberhasilan belajar dapat ditinjau dari segi proses dan dari segi hasil. Keberhasilan dari segi hasil dengan mengasumsikan bahwa proses belajar yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Hasil belajar yang ditinjau ada tiga kawasan yaitu kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik (Yamin, 2005) Cara dan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan belajar berbeda-beda, masing-masing siswa bersifat unik, artinya kondisi fisik, mental dan sosial mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan hasil belajar mereka tidak sama. Sutadi (1996: 62) mengemukakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana

28 12 siswa mencapai tujuan belajarnya, guru tidak hanya melihat sepintas karena tidak akan diperoleh gambaran yang obyektif, untuk itu diperlukan kegiatan evaluasi yang lebih menyeluruh, berkesinambungan dan obyektif. Pengertian evaluasi menurut Arikunto (1998: 2) adalah mengukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dimana pengukuran bersifat kuantitatif, sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dimana menilai bersifat kualitatif (Arikunto, 1998: 3). Pengukuran dan penilaian dalam penelitian ini meliputi:a) kemampuan penguasaan kognitif, b) kemampuan penguasaan psikomotor. Penelitian ini tidak mengambil data dari ranah afektif, namun demikian peneliti tetap mengadakan pengamatan terhadap keaktifan siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran.. Pengukuran ranah kognitif dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes obyektif yang dibuat sesuai dengan materi yang diajarkan dan bisa mewakili itemitem dari pokok bahasan yang diajarkan. Pengukuran ranah psikomotor, dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa perbuatan, namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus (Arikunto, 1998: 182). Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan biasanya berupa matriks. Ke bawah menyatakan perincian aspek (bagian keterampilan) yang diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai (Arikunto, 1998: 162).

29 13 4. Belajar Tuntas Suatu proses belajar mengajar suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila kompetensi dasarnya dapat tercapai. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari efektivitas dan ketuntasannya. Suatu proses belajar dapat dilihat keberhasilan atau ketuntasannya dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal nilai 65, sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. (Mulyasa, 2003:99) Standar ketuntasan belajar kimia di SMA Negeri 5 Semarang, adalah mencapai nilai > 65, sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Ketuntasan Belajar Jumlah siswa yang mencapai nilai 65 = 100% Jumlah seluruh siswa Apabila proses belajar mengajar belum mencapai ketuntasan, maka diadakan program perbaikan. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Dimyati, 1994: 276). a. Faktor intern Faktor intern adalah segala faktor yang bersumber dari dalam diri individu, yang termasuk faktor intern antara lain faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1) Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan jasmani atau fisik individu, termasuk dalam faktor ini adalah:

30 14 a) Kondisi panca indera, seperti penglihatan dan pendengaran. b) Kondisi fisiologis, yaitu kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur atau kesakitan yang diderita. Dengan kata lain, kondisi fisiologis pada umumnya mempengaruhi proses belajar, oleh karena itu perlu dipertimbangkan juga dalam pemilihan strategi belajar. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis adalah pengaruh yang timbul oleh keadaan kejiwaan seseorang, dalam pembelajaran biasanya berkaitan erat dengan motif-motif anak dalam melakukan aktivitas belajar. b. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ekstern meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental. 1) Faktor lingkungan Faktor lingkungan berperan penting dalam membentuk individu siswa baik secara langsung maupun tidak langsung, pada faktor lingkungan tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Apabila kedudukan dan peranan diakui oleh sesama siswa, maka seorang siswa dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya jika seseorang siswa ditolak, maka seseorang siswa tersebut akan merasa tertekan. 2) Faktor instrumental Faktor instrumental sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Dimyati (1994: 237) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar akan menjadi lebih baik apabila didukung oleh instrumen atau alat yang berupa program pembelajaran, meliputi:

31 15 a) Kurikulum, program belajar di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum yang disahkan oleh pemerintah atau yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi. b) Program pengajaran, dibuat dan disiapkan sedini mungkin oleh guru dalam rangka untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga setelah kegiatan belajar mengajar berakhir diharapkan mendapat hasil yang memuaskan. c) Sarana dan prasarana, merupakan pendukung dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena dengan adanya sarana dan prasarana di sekolah diharapkan kegiatan belajar mengajar semakin mudah dan diharapkan mendapatkan hasil sesuai dengan keinginan. d) Tenaga pengajar, merupakan pendukung dalam proses kegiatan belajar mengajar. Guru adalah pengajar yang mendidik. Guru memusatkan perhatian kepada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Sebagai guru yang mengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:

32 16 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan sebagai berikut: FISIOLOGIS KONDISI PANCA INDRA KONDISI FISIOLOGIS FAKTOR DALAM LUAR PSIKOLOGIS LINGKUNGAN INSTRUMENTAL KECERDASAN / BAKAT SIKAP TERHADAP BELAJAR KONSENTRASI BELAJAR MOTIVASI MENGOLAH BAHAN BELAJAR MENYIMPAN PEROLEHAN BELAJAR MENGGALI HASIL BELAJAR YANG TERSIMPAN KEMAMPUAN BERPRESTASI RASA PERCAYA DIRI SISWA KEBERHASILAN BELAJAR KEBIASAAN BELAJAR KURIKULUM PROGRAM PENGAJARAN SARANA DAN PRASARANA TENAGA KERJA Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Sumber: Dimyati (1994: 227) Menurut gambar 1, maka praktikum termasuk faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu termasuk dalam sarana dan prasarana pada faktor instrumental. 6. Pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) Konsep pendekatan chemoentrepreneurship (CEP) adalah suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain mendidik, dengan pendekatan CEP ini memungkinkan peserta didik dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi dan menumbuhkan

33 17 semangat berwirausaha. Dengan pendekatan CEP ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan suatu produk (Supartono, 2006 ). Bila peserta didik sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak menutup kemungkinan akan memotivasi peserta didik untuk berwirausaha. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendekatan CEP menuntut potensi peserta didik untuk belajar secara maksimal sehingga mampu menampilkan kompetensi tertentu. Proses belajar siswa tidak lagi berorientasi kepada banyaknya materi pelajaran kimianya (subject matter oriented), tetapi lebih berorientasi kepada kecakapan yang dapat ditampilkan oleh peserta didik (lifeskill oriented). Dengan pendekatan pembelajaran yang demikian sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar-mengajarnya menjadi lebih menarik, peserta didik terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh serta hasil belajarnya menjadi lebih bermakna (Supartono,2006). Pendekatan pembelajaran kimia CEP juga memberi peluang kepada siswa untuk dapat mengatakan dan melakukan sesuatu. Jika pendekatan pembelajaran CEP diaplikasikan, maka siswa dapat mengingat lebih banyak konsep atau proses kimia yang dipelajari. Dampak dari penerapan CEP ini menjadikan belajar kimia bermakna, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal demikian sesuai dengan kerucut pengalaman belajar bahwa siswa belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dilakukan, dan 90% dari yang dilakukan dan dikatakan (Supartono, 2005:5).

34 18 7. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah strategi mengajar yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa dengan tingkat kemampuan berbeda. Siswa akan menggunakan sejumlah kegiatan untuk mengembangkan pemahaman terhadap suatu konsep atau sub konsep. Model pembelajaran kooperatif ada 4 yaitu : a. STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pembagian prestasi kelompok siswa dimana diberikan quis/tes dalam menjajaki belajar mereka. b. TGT (Teams Games Tournament) Komponen sama dengan STAD, untuk tes dan perbaikan skor individu diganti dengan turnamen game akademik. c. JIGSAW Pada intinya dalam mempelajari sebuah materi pelajaran tertentu, materi tersebut diperoleh dengan cara menggabungkan sub-sub komponen yang dibagikan pada anggota kelompok. d. Group Investigation Merupakan teknik cooperation learning dimana para siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas. Dalam metode ini hadiah atau point tidak diberikan. (Ibrahim dkk:2000) Penelitian ini yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif STAD. Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif STAD : (Ibrahim, dkk, 2000: 6)

35 19 a. Persiapan Menciptakan kondisi belajar siswa dengan membagi siswa dalam kelompok secara heterogen. Memberikan lembar diskusi pada tiap kelompok (1 kelompok 1 lembar diskusi agar ada saling ketergantungan satu sama lain). b. Pelaksanaan 1) Guru memberikan informasi materi secara garis besar kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar dilanjutkan dengan diskusi sesuai lembar diskusi yang diberikan 2) Pembahasan soal pada lembar diskusi secara bersama-sama sampai memperoleh suatu kesimpulan. c. Evaluasi/tindak lanjut 1) Mengerjakan tes individu setiap selesai diskusi, dimana satu sama lain tidak boleh saling membantu. 2) Memperdalam materi dengan pembahasan tes individu sambil mengulang hal-hal yang dianggap sulit oleh siswa. 3) Membuat skor/nilai perkembangan individu dari tes individu setiap selesai diskusi. 4) Memberikan penghargaan bagi kelompok yang paling baik guna memotivasi belajar mereka. Tabel 1. Ketentuan skor perkembangan pada evaluasi model pembelajaran kooperatif STAD (Ibrahim dkk, 2000:57) No Keterangan Skor 1. Skor terkini lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 2. Skor terkini 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin 3. Skor terkini sama dengan skor dasar sampai 10 poin di 20 poin atas skor dasar 4. Skor terkini lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin 5. Pekerjaan sempurna 30 poin

36 20 Skor kelompok diperoleh dengan cara mencari nilai rata-rata skor perkembangan yang diperoleh oleh masing-masing anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan yang diperoleh oleh masing-masing anggota. Tiap-tiap tim akan memperoleh penghargaan sesuai dengan skor kelompok yang diperolehnya. Tabel 2. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif STAD (Ibrahim dkk, 2000:57) Skor rata-rata tim Penghargaan Kurang dari 15 poin Tim Standar 15 poin 19 poin Tim Baik 20 poin 24 poin Tim Hebat Lebih dari 25 poin Tim Super Kelebihan dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD : a. Mengembangkan serta menggunakan ketrampilan berfikir kritis dan kerjasama kelompok. b. Menyuburkan hubungan antara pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda. c. Menerapkan bimbingan oleh teman d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. Kelemahan dalam penggunaan metode ini adalah: a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini. b. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas, akan tetapi dengan usaha sungguh-sungguh yang terus menerus, guru akan dapat terampil menerapkan metode ini.

37 21 8. Praktikum aplikatif berbasis life skill Dalam perkembangan masyarakat, wacana pendidikan kerap tak mampu mengikuti akselerasi dinamika masyarakat. Perubahan masyarakat, akibat berbagai temuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak dapat segera diantisipasi. Lembaga pendidikan tertinggal untuk memberi proses belajar yang relevan. Metode praktikum aplikatif adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Metode praktikum aplikatif adalah salah satu metode mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah, 1991:80). Melalui metode ini siswa secara total dilibatkan dalam melakukan sendiri, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek, keadaan atau proses sesuatu. Metode praktikum aplikatif mempunyai beberapa tahap, namun pada hakikatnya kita mengenal adanya tiga tahap utama, yaitu : (1) merumuskan masalah, (2) melakukan percobaan diikuti observasi, (3) menarik kesimpulan. Meskipun sebagian besar dilakukan di laboratorium, praktikum aplikatif dapat juga dilakukan di luar laboratorium dan dapat diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan metode ini bertujuan agar siswa mampu memahami dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat dilatih berpikir ilmiah (scientific thinking). Dengan praktikum aplikatif siswa dapat

38 22 menemukan bukti kebenaran dari teori yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 1991:80) Keuntungan penggunaan metode praktikum aplikatif adalah : a. Dapat memberikan gambaran yang konkret tentang suatu peristiwa. b. Siswa dapat mengamati suatu proses. c. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri. d. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah. e. Membantu guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih efektif. (Arifin, 1994:111). Metode praktikum memiliki beberapa kelebihan, antara lain : a. Siswa secara aktif melibatkan mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan. b. Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis secara empiris melalui praktikum, sehingga siswa terlatih membuktikan ilmu secara ilmiah. c. Siswa berkesempatan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah, dalam rangka menguji kebenaran hipotesis-hipotesis. Metode praktikum memiliki beberapa keterbatasan antara lain : a. Memerlukan peralatan, bahan dan sarana praktikum bagi setiap siswa atau sekelompok siswa, hal ini perlu dipenuhi, karena akan mengurangi kesempatan siswa untuk melakukan praktikum jika tidak tersedia. b. Jika praktikum memerlukan waktu yang lama, akan mengakibatkan berkurangnya kecepatan laju pembelajaran.

39 23 c. Kekurangpengalaman siswa maupun guru dalam melaksanakan praktikum, akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam melaksanakan praktikum. d. Kegagalan atau kesalahan dalam praktikum akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah atau menyimpang. (Dimyati, 1994:78-79). Kecakapan hidup (life skill) merupakan orientasi pendidikan yang mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, dimanapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya. Kecakapan hidup (life skill) yaitu kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya. Orientasi pembelajarannya mengikuti alur konsep pengajaran life skill yang meliputi materi-materi kecakapan berpikir, kecakapan individu, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Fokus akhirnya terletak pada pemberian kecakapan vokasional. Konsep life skill menjadi landasan pokok kurikulum, pembelajaran, dan pengelolaan semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang berbasis masyarakat. Hal ini terkait dengan paradigma broad-base education yang mewacanakan muatan dan pengelolaan pendidikan berdasarkan keadaan dan permasalahan masyarakat. Pendidikan menyatu dengan keadaan dan permasalahan masyarakat.

40 24 Kompas (29/10/2001) Pihak Washington State University menyatakan ada delapan indikator LS. Kedelapan indikator yang menjadi acuan program pendidikan LS 1999 tersebut terdiri dari: a. Decision making (kemampuan membuat keputusan) b. Wise use of resources (kemampuan memanfaatkan sumber daya) c. Communication (komunikasi). d. Accepting differences (menerima perbedaan) e. Leadership (kepemimpinan) f. Useful / marketable skills (kemampuan yang marketabel) g. Healty life style choises (kemampuan memilih gaya hidup sehat) h. Self Responsibility (bertanggungjawab pada diri sendiri) Dari penjelasan tersebut dapat terlihat dimensi khusus dari pendidikan life skill menurut Thumbany (Kompas:2001), pendidikan life skill mengorientasikan siswa untuk memiliki kemampuan dan modal dasar agar dapat hidup mandiri dan survive di lingkungannya. Thumbany menilai kegunaan pendidikan life skill bila diterapkan di Indonesia karena muatan kurikulum di Indonesia yang cenderung hanya memperkuat kemampuan teoritis-akademik (academic skill). Berbagai kebutuhan dan persoalan empirik lingkungan tempat siswa tumbuh kurang diperhatikan. Hal ini menyebabkan siswa tak mampu mengaplikasikan kemampuan belajarnya dengan kebutuhan dan persoalan masyarakatnya. Esensi sekolah sebagai wahana pengembangan kepribadian individu yang cerdas secara intelektual, moral, dan sosial tereduksi menjadi sarana pencari status sosial semata. Karenanya, tidak mengherankan apabila output yang dihasilkan,

41 25 meskipun terlihat pintar dan menguasai teori, tetapi miskin pengalaman dan kreativitas. Karena itu, ilmu yang dipelajari tidak bisa menghasilkan banyak manfaat, apalagi untuk melakukan perubahan terhadap penyimpangan di masyarakat. B. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran kimia melalui model pembelajaran kooperatif STAD berorientasi CEP menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok koloid siswa kelas XI IA 4 semester II SMA Negeri 5 Semarang.

42 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting dan Subyek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Semarang. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IA 4 dengan jumlah siswa di kelas ini adalah 38 siswa yang terdiri dari 16 siswa putra dan 22 siswa putri. B. Variabel dalam Penelitian Variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas ini ada dua, yaitu 1. Variabel terikat/variabel dependent yaitu peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas XI IA 4 SMA Negeri 5 Semarang. 2. Variabel bebas/variabel independent yaitu model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill. C. Faktor-Faktor Yang Diteliti Faktor-faktor yang diteliti pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor Siswa Faktor-faktor yang berasal dari siswa antara lain : a. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kimia. 26

43 27 b. Pemahaman siswa terhadap konsep materi koloid yang ditunjukkan dengan hasil belajar. c. Tingkat ketuntasan belajar siswa. d. Nilai psikomotorik siswa saat kegiatan praktikum. 2. Faktor Pendukung Faktor yang mendukung keberhasilan penelitian ini antara lain : a. Cara guru saat mengajar b. Ketrampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill. D. Instrumen Penelitian Instrumen dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas : 1. Lembar observasi pelaksanaan tindakan guru 2. Lembar observasi keaktifan belajar siswa 3. Lembar observasi kegiatan praktikum 4. Lembar observasi kegiatan kelompok 5. Soal Pretes 6. Soal tes akhir siklus 7. Angket Siswa 8. Angket guru

44 28 E. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian Hal-hal yang dilakukan guru sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu : a. Observasi awal kelas yang akan diteliti, meliputi : kesiapan siswa saat menerima mata pelajaran, sarana dan sumber acuan yang digunakan, metode yang digunakan guru dan hasil belajar siswa pada materi sebelumnya. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap materi koloid, dilakukan pretes. Berdasarkan hasil observasi ini dianalisis mengenai masalah yang terjadi, selanjutnya dibuat suatu perencanaan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berorientasi chemoentrepreneurship (CEP) menggunakan praktikum aplikatif berbasis life skill b. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pembelajaran yang disetting sebagai Penelitian Tindakan Kelas, bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa, petunjuk praktikum, lembar kegiatan kelompok, kisikisi soal alat evaluasi, menyusun alat evaluasi (instrumen penelitian), menyusun lembar observasi pelaksanaan tindakan guru, menyusun lembar observasi keaktifan belajar siswa dan menyusun angket untuk guru dan siswa. Alat evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap pokok bahasan koloid. Alat evaluasi disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Alat evaluasi yang digunakan berupa soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Sebelum soal digunakan untuk mengukur hasil penelitian maka diuji coba terlebih dahulu. Uji coba berfungsi

45 29 untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda dari soal. Hal ini bertujuan untuk mendukung kesahihan dari soal penelitian. 1) Validitas Butir Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya (Arikunto, 2002 : 145). Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi point biserial (point biserial correlation) (Arikunto, 2002: 252), yaitu : r pbis = M p - M S t t p q Keterangan: r pbis = koefisien korelasi biserial M p = rerata skor dari subyek yang menjawab benar bagi soal yang dicari validitasnya M t = rerata skor total S t = simpangan deviasi total p = proporsi siswa yang menjawab benar banyaknya siswa yang benar p = jumlah seluruh siswa q = 1 p Kriteria jika r p bis > r tabel, maka butir soal valid. 2) Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. (Arikunto, 2002:207).

46 30 Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal menggunakan rumus IK = JB JS A A + JB + JS B B Dimana : IK = indeks kesukaran JB A = jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JB B = jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JS A = banyaknya siswa pada kelompok atas JS B = banyaknya siswa pada kelompok bawah Kriteria : 0,00-0,30 : sukar 0,31 0,70 : sedang 0,71 1,00 : mudah (Arikunto, 2002:210) 3) Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002: 154). Rumus reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas dengan rumus KR-20, yaitu: KR-20 = k (k -1) Σpq 1-2 St Keterangan: KR-20 k = Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran

Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Volume 2, No. 1, April 2016: Page 1-8 ISSN: 2443-1435 PENINGKATAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP 476 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.2, 2009, hlm 476-483 PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, Saptorini, Dian Sri

Lebih terperinci

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, dkk., Kajian Prestasi Belajar Siswa... 337 KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, Nanik Wijayati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IIIA SD N BACIRO GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar saja akan tetapi bias berkarya dan mampu bersaing dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. belajar saja akan tetapi bias berkarya dan mampu bersaing dengan negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan globalisasi sekarang siswa dituntut hanya ikut dalam kegiatan belajar saja akan tetapi bias berkarya dan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT MELALUI PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR DAN PENILAIAN PORTOFOLIO

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT MELALUI PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR DAN PENILAIAN PORTOFOLIO 236 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 236-243 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT MELALUI PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR DAN PENILAIAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Karena pendidkan merupakan saran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT), bahkan di tingkat Taman

Lebih terperinci

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek 114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan untuk membentuk sikap positif pada diri peserta didik terhadap kimia yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DISERTAI MEDIA TEKA-TEKI SILANG PADA SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, karena kimia merupakan ilmu dasar untuk tumbuh

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA 544 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No.1, 2010, hlm 544-551 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA Ersanghono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK SEBAGAI INOVASI MATERI RIAS WAJAH PANGGUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI SMK N 3 MAGELANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Dewi Indrajati

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Dewi Indrajati UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG BUMI DAN ALAM SEMESTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BAGI SISWA KELAS 5 DI SD NEGERI JOGOSURAN 68 KECAMATAN PASARKLIWON

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Donatus

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh Donatus UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA (SAINS) MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI LEDOK 02 SEMESTER

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era kompetitif, semua negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Kerja sama antara kedua pihak diharapkan dapat menciptakan atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1. Setting Penelitian Tempat Penelitian ini berlokasi di SD Negeri 01 Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu meningkatkan kualitas bangsa baik pada bidang ekonomi, politik, sosial budaya, maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK PELANGGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI SMK PELITA BUANA SEWON Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2008)

Lebih terperinci

Sri Mursiti, Titi Wahyukaeni, Sudarmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229

Sri Mursiti, Titi Wahyukaeni, Sudarmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 274 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 2, 2008, hlm 274-280 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP DAN PENGGUNAAN GAME SIMULATION SEBAGAI MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Mohammad Chanifuddin

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Mohammad Chanifuddin KESIAPAN SMA/MA DI KABUPATEN BLORA TERHADAP KEBUTUHAN PERALATAN DAN BAHAN PRAKTIKUM DALAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK KIMIA SEBAGAI SYARAT KELULUSAN SISWA SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam yang merupakan ciptaan Tuhan yang maha kuasa secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Achmad Hasbi Ash Shiddiq. Program studi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: RAHMAT ARIF HIDAYAT NIM

SKRIPSI. Oleh: RAHMAT ARIF HIDAYAT NIM IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SEQIP (SCIENCE EDUCATIOAN QUALITY IMPROVEMENT PROJECT) DENGAN MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP (Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis, Setting, Subyek dan Obyek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action

Lebih terperinci

Charlina Ribut Dwi Anggraini

Charlina Ribut Dwi Anggraini METODE PEMBELAJARAN TGT MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI BEDIWETAN KECAMATAN BUNGKAL KABUPATEN PONOROGO Charlina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

Lebih terperinci

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 4 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA

PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA 366 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.1, 2009, hlm 366-372 PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA Ersanghono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAK.... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang mempengaruhi siswa dalam mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan yang diharapkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP DAN LKS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS VIII SMP AL HADI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana PENINGKATAN SIKAP POSITIF DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DELIK 02 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION 391 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION Sri Wardani, Antonius Tri Widodo, Niken Eka Priyani Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Kemmis (dalam Rochiati, 2008) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 5 METRO Wari Prastiti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang PENGARUH PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) DALAM MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS X SMAN 10 MALANG PADA MATERI MINYAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) DI SDN DERESAN DEPOK SLEMAN

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) DI SDN DERESAN DEPOK SLEMAN MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENTS (TGT) DI SDN DERESAN DEPOK SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

Skripsi. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh MEI UTAMI

Skripsi. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh MEI UTAMI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS 4 SDN WETON KULON SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ujung-ujung 03 yang terletak di Dusun Mukus Desa Ujung-ujung Kecamatan Pabelan Kabupaten

Lebih terperinci

*Keperluan Korespondensi, tel/fax: (0271) /648939, ABSTRAK

*Keperluan Korespondensi, tel/fax: (0271) /648939,   ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 4 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 75-82 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS V SDN KARANGCEGAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS V SDN KARANGCEGAK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS V SDN KARANGCEGAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013 di SDN Pati Wetan 01 Kecamatan Pati. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2002 (UU Sisdiknas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan P MIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan P MIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2 Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 27-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA Nurmah nurmaharsyad@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh RIANA NUGRAENI

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh RIANA NUGRAENI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS 5 SDN PLUMUTAN KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 1 Maret 2017, hal 39-44 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Hj. Annisa NIP.

Lebih terperinci

SKRIPSI. diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh APRILIA DWI PUTRI

SKRIPSI. diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh APRILIA DWI PUTRI PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION) PADA KELAS IV SDN MANGUNSARI 07 KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

Lebih terperinci