TEKNIK TELAAH (REVIEW)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK TELAAH (REVIEW)"

Transkripsi

1 i

2 ii

3 TEKNIK TELAAH (REVIEW) SOAL EXIT EXAM KEPERAWATAN Oleh: ANAS TAMSURI Kontributor: Tri Anjaswarni Hilmi Yumni Diyah Arini Rohmah Susanto Agus Hari W. iii

4 iv

5 Kata Pengantar Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku TeknikTelaah (Review) Soal Exit Exam Keperawatan. Buku ini berusaha untuk membahas bagaimana kiat dan langkah yang dapat dilakukan ketika seseorang menjadi reviewer (peninjau kelayakan soal) untuk soal-soal yang potensial diujikan pada penyelenggaraan Uji Kompetensi Exit Exam, khususnya dibidang keperawatan. Buku ini merupakan hasil pemikiran dan gagasan setelah penulis beberapa kali diberi kesempatan untuk menjadi reviewer soal kompetensi tingkat Nasional hingga terlibat dalam kegiatan Panel Expert, dari pengalaman-pengalaman tersebut penulis sedikit banyak bisa meng-ekstraksi-kan pengalaman dan menghadirkannya dihadapan Anda semua. Penulis menyadari, bahwa kapabilitas penulis masih sangat kurang, dan karenanya segenap kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kepentingan bersama dimasa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga buku ini memberikan manfaat bagi kita semua! Kediri, 1 Januari 2013 Penulis v

6 SAMBUTAN KETUA AIPDiKI REGIONAL VI JAWA TIMUR Puji Syukur Kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Sehingga Penulisan Buku Pedoman Item Development, Item Review dan Item Bank Administration dapat selesai pada waktunya. Uji Kompetensi Secara Nasional akan diberlakukan pada Tahun 2013 bagi para kelulusan D III Keperawatan, merupakan uji kompetensi yang diselenggarakan secara serempak di seluruh Indonesia. Uji Kompetensi ini bertujuan agar para lulusan memiliki standard kelulusan yang sama yaitu Standard Perawat Nasional Indonesia. Dalam menghadapi uji kompetensi tersebut Institusi Pendidikan mempersiapkan sebaik mungkin agar para lulusannya dapat mencapai hasil yang maksimal. Salah satu upaya AIPDIKI regional VI adalah dengan menyusun Buku Pedoman ini disusun dalam Rangka Pelaksanaan Program Kerja Diharapkan buku pedoman ini memudahkan para Dosen untuk dapat mengembangkan lebih lanjut, sehingga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung untuk terciptanya pembuatan soal yang bermutu dan mengaplikasikannya kedalam sistem Pendidikan yang terintegrasi di institusi masing masing. Kepada Pengarang Buku ini kami menyampaikan terima kasih yang tak terhingga. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Surabaya, 8 Januari 2013 Ketua AIPDiKI Jatim Edy Prawoto, M.Kep vi

7 BAB I ITEM REVIEW A. Pendahuluan Kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tugas dibidang pekerjaan tertentu (Kepmendikbud No 045/U/2003). Standar kompetensi perawat Indonesia mengacu pada Standar Kompetensi Perawat Indonesia yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, melalui Surat Keputusan Ketua Umum nomor 024/PP.PPNI/SK/K/XII/2009, tentang Standar Kompetensi Perawat Indonesia.Standar kompetensi yang ada diharapkan dapat dipedomani oleh segenap lembaga pendidikan sehingga proses pendidikan yang diselenggarakannya dapat terlaksana sedemikian rupa sehingga setiap lulusan mampu mencapai kompetensi sebagaimana dimaksud dalam aturan profesi. Untuk menjamin setiap perawat memiliki kompetensi yang dipersyaratkan sebelum melaksanakan praktik pelayanan keperawatan, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796 tahun 2011 tentang registrasi tenaga kesehatan. Dalam peraturan menteri tersebut dijelaskan bahwa seluruh tenaga kesehatan termasuk perawat harus mengikuti uji kompetensi sebagai syarat untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR). Uji kompetensi merupakan suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar profesi guna memberikan jaminan bahwa mereka mampu melaksanakan peran profesinya secara aman dan efektif di masyarakat. Kegiatan Ujian Exit Exam adalah suatu bentuk ujian yang diselenggarakan dalam rangka menilai kemampuan calon lulusan untuk dapat dianggap kompeten terhadap bidang keahlian/ profesi yang akan 1

8 ditekuninya. Kegiatan ujian Exit Exam sebagaimana digagas oleh pemerintah melalui Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dimaksudkan untuk menjamin mutu lulusan pendidikan tenaga kesehatan (termasuk perawat) sedemikian rupa sehingga layanan kesehatan/ keperawatan yang dihasilkan dari tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud memiliki kualitas yang tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan (memiliki akuntabilitas). Penyelenggaraan uji exit exam bagi tenaga keperawatan diharapkan mampu menjadi saringan yang cukup efektif untuk didapatkannya tenaga lulusan yang benar-benar siap terjun ke dunia nyata pelayanan keperawatan; dan mampu menunjukkan performens yang bermutu dan bertanggungjawab sehingga mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat. Sebagai sebuah metode untuk menentukan kualifikasi ketercapaian kompetensi, maka exit exam yang akan diselenggarakan haruslah memenuhi kaidahkaidah sebagai berikut : 1. Ujian Exit Exam benar-benar mampu secara objektif menjadi penyaring/ pemilah antara kelompok individu yang kompeten dan yang tidak kompeten. 2. Ujian Exit Exam merupakan ujian yang berkualitas dan mutu tinggi, dimana perangkat, metode serta soal-soal yang menyusun uji tersebut benar-benar memiliki kualitas yang baik 3. Ujian Exit Exam merupakan ujian yang memiliki integritas, artinya memberikan hasil yang dapat dipercaya dan hasil ujiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan serta dijadikan patokan oleh stakeholder lainnya (pemerintah, rumah sakit, lembaga pendidikan). Integritas dalam hal ini dapat juga diartikan bahwa ujian yang diselenggarakan bersifat netral dan terbebas dari kepentingan/ 2

9 intervensi lembaga lainnya; serta memiliki kewibawaan, dimana penyelenggaraannya harus dihadapi dengan serius dan tidak dianggap remeh/ ringan. Memperhatikan kaidah-kaidah sebagaimana disebutkan diatas, maka sebuah uji kompetensi (Exit Exam) sebaiknya memperhatikan hal berikut ini : 1. Metode yang digunakan merupakan metode yang terstandar dan dapat dipertanggungjawabkan 2. Soal-soal yang menyusun ujian dibuat dengan menggunakan standar tertentu dan memperhatikan kompetensi yang diharapkan 3. Pengelolaan/ manajemen soal mulai dari penyusunan, penyimpanan, pencetakan, implementasi ujian, koreksi, penilaian serta evaluasi diselenggarakan dengan sistematis, seksama dan bertanggungjawab. Saat ini, mekanisme penyusunan soal Exit Exam diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Soal-soal dibuat oleh tenaga pendidik/ tenaga praktisi keperawatan terlatih, untuk menghasilkan soal-soal sesuai dengan standar (standar bentuk dan standar isi/ kompetensi). Praktisi pembuat soal ini disebut sebagai item developer 2. Soal-soal ditinjau kembali (dilakukan review) oleh sekelompok orang lain untuk dilakukan pembenahan/ perbaikan dan atau diputuskan untuk digunakan atau tidak dalam kelompok soal yang dianggap layak untuk uji kompetensi. Kegiatan ini disebut sebagai item review, dan pelakunya disebut sebagai item reviewer 3. Soal-soal yang telah direview selanjutnya dibawa kedalam suatu forum panel untuk ditinjau secara 3

10 komprehensif, sehingga muncul keputusan final apakah soal tersebut akan digunakan atau tidak dalam ujian kompetensi. Soal-soal yang dianggap layak selanjutnya akan disimpan dalam bank soal menggunakan aplikasi (software tertentu). Kegiatan penilaian final ini disebut dengan Panel Expert, dengan anggota-anggota yang disebut dengan nama panelis. B. Pengertian Berdasarkan atas kata yang menyusun Item Review maka dapat diartikan Item berarti butir (soal) dan review berarti tinjauan. Secara ringkas dapat diartikan item review bermakna : tinjauan terhadap butir soal. Dalam makna yang lebih dalam, Item Review dapat diartikan sebagai: kegiatan peninjauan terhadap soal-soal untuk dilakukan penilaian kelayakan dan atau perbaikan seperlunya sehingga layak untuk kegiatan ujian exit exam. C. Tugas Item Reviewer Item reviewer, yaitu orang-orang yang mendapat tugas untuk melakukan tinjauan terhadap butir soal, memiliki tugas untuk : 1. Melakukan peninjauan terhadap kelayakan soal berdasarkan model/ struktur 2. Melakukan peninjauan kelayakan soal terhadap substansi; apakah substansi relevan dengan kompetensi/ standar kompetensi dan esensial dalam profesi yang diharapkan. 4

11 3. Melakukan tinjauan kelayakan soal berdasarkan bahasa meliputi pemilihan kata (diksi) maupun keefektifan bahasa 4. Melakukan tinjauan terhadap kesinambungan bagianbagian soal (badan situasi/ vignette), pertanyaan serta opsi jawaban 5. Melakukan tinjauan terhadap kemungkinan adanya pelanggaran rambu-rambu dalam ketentuan pembuatan soal 6. Memutuskan apakah soal yang dikaji dapat digunakan, atau melakukan perbaikan seperlunya hingga dapat digunakan, atau bahkan tidak dapat digunakan sama sekali. 7. Melakukan dokumentasi terhadap hasil kegiatan review. Dalam kegiatan item review, para reviewer diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan berbagi informasi dan pandangan terhadap soal yang dinilai sebelum akhirnya memberikan keputusan-keputusan. Keputusan yang dibuat oleh para reviewer dapat berupa : a. Soal dapat digunakan (tanpa revisi) b. Soal dapat digunakan dengan revisi c. Soal dikembalikan kepada pembuat soal d. Soal tidak dapat digunakan D. Peran Item Reviewer dalam Ujian Exit Exam Seorang Item Reviewer dalam kegiatan item review memiliki peran sebagai : 1. Corrector Peran utama dari seorang item reviewer adalah sebagai pengkoreksi. Ia bertugas untuk melakukan koreksi atas soal yang ditinjau (direview) dengan memperhatikan aspek-aspek penilaian tertentu. 5

12 Seorang item review mungkin perlu melakukan koreksi/ penyesuaian terhadap penggunaan istilah yang tidak tepat, memangkas bahasa yang tidak efektif, mengatur opsi jawaban yang tidak sesuai dengan kaidah soal exit exam, dan sebagainya. 2. Advokator Seorang item reviewer dapat berfungsi sebagai advokator. Sebuah soal umumnya ditinjau oleh beberapa reviewer (dua hingga tiga orang) secara bersama-sama. Pandangan-pandangan yang diberikan oleh reviewer dapat saja saling berbeda sesuai dengan sudut pandang (point of view) dari masing-masing reviewer. Seorang reviewer bisa saja memberikan pembelaan atau sanggahan atas penilaian dari reviewer yang lain; dengan tujuan untuk mengemukakan sudut pandang yang berbeda dalam menilai suatu soal. 3. Advisor Umumnya item reviewer bertugas untuk menilai soal yang dihasilkan oleh orang lain. Seorang item reviewer yang baik disamping melakukan koreksi dan memutuskan kelayakan sebuah soal, juga mengkomunikasikan saran-saran atau perbaikan kepada pembuat soal. Apabila sistem pengelolaan soal dilakukan dengan tepat, maka kegiatan item review memungkinkan soal yang tidak layak atau saran atas koreksi dikembalikan kepada pembuat soal. Saran-saran yang dituliskan oleh para reviewer ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi pembuat soal (item developer) dalam kegiatan pembuatan soal dimasa yang akan datang. 4. Judge/ Hakim Seorang item reviewer adalah hakim yang harus memberikan keputusan terhadap kelayakan suatu 6

13 soal. Soal-soal yang ditinjau pada akhirnya diputuskan apakah akan dikembalikan kepada pembuat soal (untuk direvisi), tidak digunakan sama sekali, atau digunakan dalam ujian (baik dengan perbaikan maupun diterima tanpa pengecualian). Keputusan ini harus diambil dan merupakan hal yang sangat krusial dalam peran sebagai seorang item reviewer. Yang perlu diperhatikan oleh para reviewer, bahwa peran sebagai hakim yang memutuskan ini tidak bersifat mutlak dan bukan merupakan peran utama mereka. Seorang reviewer yang baik hanya akan memutuskan untuk menolak soal jika misalnya muatan materi yang disusun tidak sesuai dengan kompetensi, atau misalnya struktur soal tidak memiliki vignette dan hanya menanyakan hal-hal tentang ingatan sederhana (C1). Terlepas dari soalsoal dengan kriteria seperti diatas, sebaiknya reviewer memperbaiki soal tersebut. E. Urgensi Item Reviewer dalam Ujian Exit Exam Exit Exam adalah suatu metode pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai kelayakan seseorang sebelum dinyatakan kompeten dalam suatu bidang pekerjaan/ profesi. Mengingat kedudukan Ujian Exit Exam yang cukup krusial, maka kegiatan ujian Exit Exam diatur sedemikian rupa sehingga ia harus merupakan ujian yang bermutu tinggi (high quality) dan baik (fairness). Untuk menghasilkan suatu ujian yang bermutu, maka ia harus didukung dengan soal-soal sebagai item ujian yang bermutu juga. Seorang Item reviewer memiliki peran yang cukup vital untuk menyaring dan memberikan sentuhan akhir pada 7

14 setiap item soal sehingga soal yang nantinya masuk ke dalam bank soal ujian Exit Exam benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya. Item reviewer wajib memastikan bahwa soal yang disusunnya secara isi cukup valid (mengukur kompetensi yang seharusnya diukur), dan valid secara konstruk (memiliki konstruksi soal yang cukup baik). Tugas dari item reviewer adalah memilah soal-soal dalam kategori yang tidak layak serta meningkatkan kualitas soal yang akan dimasukkan dalam bank soal nantinya. Seorang item reviewer berkedudukan sebagai penelaah yang memiliki second opinion yang diharapkan secara obyektif menelaah soal-soal yang dibuat oleh orang lain, serta melakukan koreksi/ perbaikan seperlunya sehingga soal tersebut menjadi lebih baik. Item review diperlukan untuk mengatasi kelemahan personal dari seorang pembuat soal (item developer), seperti penguasaan kompetensi, keterbasan kemampuan mengekspresikan maksud/ keinginan kedalam tulisan, keterbatasan dalam pemilihan kata (diksi), dan lain-lain. Tanpa adanya proses item review, maka kemungkinan soal yang tidak bermutu, tidak memenuhi standar atau memiliki validitas isi yang buruk dapat saja masuk ke dalam soal ujian exit exam, yang akibatnya antara lain hasil ujian yang tidak standar, tidak dapat mengukur kompetensi dan akhirnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. F. Kualifikasi Untuk mendapatkan sebuah soal yang baik, perlu ada pembuat soal (item developer) dan penelaah soal (item reviewer). Penelaah soal sebaiknya memiliki kualifikasi sebagai berikut : 8

15 1. Memiliki penguasaan terhadap standar kompetensi (Standar Kompetensi D-III Keperawatan) 2. Menguasai model soal yang baik sesuai standar pembuatan soal exit exam (biasanya diberikan kepada mereka yang setidaknya pernah satu kali mengikuti workshop item development). Kelayakan mereka dapat dibuktikan melalui kemampuannya menghasilkan soal dalam jumlah tertentu dengan kualitas baik (sesuai standar penyusunan soal exit exam). 3. Menguasai rambu-rambu pembuatan soal dan penguasaan terhadap standarisasi istilah/ bahasa. Adapun kualifikasi yang lain, seperti kualifikasi pendidikan; kualifikasi pengalaman mengajar atau pengalaman di klinik; pengalaman mendapatkan pelatihan evaluasi pembelajaran, dan sebagainya; dapat saja digunakan sebagai kualifikasi tambahan. Pun demikian, secara teknis dapat dikatakan bahwa ketika seseorang telah mampu menghasilkan soal yang baik dalam jumlah tertentu (misalnya 5-10) maka dapat dipastikan bahwa ia telah memiliki pemahaman yang relatif baik (good comprehension) tentang apa dan bagaimana soal ujian exit exam; dan layak untuk mendapatkan kesempatan menjadi item reviewer! 9

16 BAB II TEKNIK ANALISIS SOAL Reviewer yang ditunjuk untuk melakukan analisis terhadap butir soal perlu melakukan tinjauan terhadap soal melalui berbagai aspek, yaitu : 1. Tinjauan atas kelayakan substansi soal 2. Tinjauan kelayakan struktur soal 3. Tinjauan kelayakan vignette, pertanyaan dan jawaban 4. Tinjauan keserasian hubungan vignette, pertanyaan dan jawaban 5. Tinjauan gramatikal/ bahasa Adapun penjabaran dari langkah-langkah diatas adalah : 1. Tinjauan atas kelayakan substansi soal : a. Apakah soal tidak menanyakan hal yang trivia? b. Apakah soal menanyakan hal yang berhubungan dengan kompetensi perawat? c. Apakah soal layak untuk perawat yang baru lulus? 2. Tinjauan atas struktur soal a. Apakah soal memiliki vignette, pertanyaan dan jawaban? b. Apakah pertanyaan dan jawaban terpisah? c. Apakah opsi jawaban terdiri atas 5 (lima) pilihan? 3. Tinjauan keserasian hubungan (bounding) vignette, pertanyaan dan jawaban a. Apakah antara vignette, soal dan jawaban terdapat hubungan yang logis? b. Adakah pengulangan istilah dari badan soal (vignette / pertanyaan) ke jawaban? 10

17 4. Tinjauan kelayakan jawaban a. Apakah opsi jawaban terlalu panjang dan kompleks? b. Apakah opsi jawaban tidak terjadi konvergensi? c. Apakah secara logika, semua opsi jawaban memungkinkan untuk dipilih? d. Apakah ada istilah absolutism dalam opsi jawaban? e. Apakah jawaban yang benar adalah jawaban yang paling panjang? f. Adakah jawaban yang mengandung opsi Benar semua, Bukan Salah Satu Diatas, Jawaban A & B benar. g. Adakah kata-kata atau kalimat yang menyebabkan multiinterpretatif. 5. Tinjauan gramatikal/ perbaikan bahasa a. Apakah struktur soal sudah sesuai dengan kaidah penulisan vignette? b. Adakah istilah-istilah yang relatif asing atau bersifat kedaerahan? c. Apakah seluruh isian vignette efektif? Adakah kalimat yang tidak diperlukan sebagai pertimbangan dalam menjawab soal? d. Apakah penulisan istilah-istilah sudah sesuai dengan ketentuan UKDI? e. Apakah pertanyaan diawali dengan kalimat tanya? f. Apakah pertanyaan mampu mengarahkan pembaca menjawab soal? g. Apakah pertanyaan efektif? Langkah diatas, sebaiknya dilakukan berdasarkan sekuens (urutan) mulai dari nomor 1 sampai dengan nomor terakhir, untuk meningkatkan efektivitas review soal. Hal ini dilakukan karena kegiatan tinjauan pertama dan kedua merupakan tahapan yang sangat kritis dan penting sebagai 11

18 peninjau kelayakan soal secara umum, pada tahap ini bertugas menentukan apakah soal akan digunakan atauk tidak digunakan (di drop), sedangkan tinjauan pada langkah berikutnya adalah lebih untuk memperbaiki representasi soal sehingga menjadi soal yang lebih baik. Pada langkah pertama dan kedua, seorang reviewer lebih berperan sebagai judge yang harus memutuskan apakah dia akan melanjutkan mereview soal tersebut atau tidak, dan jika dia memutuskan untuk tetap mereview soal tersebut, maka ia baru akan melangkah pada tahap berikutnya, yang lebih berperan sebagai korektor yang akan memperbaiki soal sehingga memiliki kualitas yang lebih baik. Rangkaian langkah diatas dapat digambarkan sebagai berikut: Langkah Ke -1 Ke -2 Ke -3 Ke -4 Ke -5 Kegiatan Tinjauan Substansi Soal Tinjauan Struktur Soal Tinjauan Keserasian/ Bounding antar elemen soal Tinjauan kelayakan Jawaban Tinjauan gramatikal dan perbaikan bahasa Peran Reviewer Judge Corrector Perlu diperhatikan oleh setiap reviewer, bahwa mereka adalah kelompok yang mendapatkan amanah tidak hanya untuk menjadi penghasil soal yang baik, namun juga secara kuantitas harus cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan bank soal. Karena itu, penting bagi setiap reviewer untuk tidak semata-mata menggunakan perannya sebagai seorang hakim yang hanya memutuskan apakah soal tersebut layak 12

19 atau tidak, namun harus lebih menggunakan perannya sebagai advocat dan korrektor yang berusaha untuk memperbaiki soal-soal yang ada, sehingga mampu mendapatkan soal yang secara kualitas maupun kuantitas memadai. Selanjutnya teknik-teknik analisis butir soal sebagaimana dimaksud diatas akan diuraikan pada bab-bab berikutnya dari buku ini. 13

20 BAB III TEKNIK ANALISIS SUBSTANSI SOAL Langkah pertama dalam melakukan review soal adalah melihat kelayakan soal tersebut. Langkah ini merupakan langkah kunci yang nantinya digunakan untuk menilai apakah soal tersebut layak untuk masuk ke dalam bank soal atau tidak. Terlepas dari pandangan dari reviewer apakah soal tersebut perlu diperbaiki atau tidak; langkah penentuan kelayakan soal ini merupakan prioritas pertama. Penilaian terhadap kelayakan substansi soal didasarkan atas jawaban yang diputuskan oleh reviewer dari pertanyaan berikut : a. Apakah soal tidak menanyakan hal yang bersifat trivia (C1 & C2)? b. Apakah soal menanyakan kompetensi yang sesuai dengan kompetensi D-III Keperawatan yang baru lulus atau sesuatu yang urgen untuk dikuasai? Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka reviewer harus melihat kembali standar kompetensi pendidikan D-III Keperawatan. Berikut adalah daftar standar kompetensi keperawatan sebagaimana termaktub dalam Surat Keputusan Ketua Umum nomor 024/PP.PPNI/SK/K/XII/2009, tentang Standar Kompetensi Perawat Indonesia : a. Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya 1) Bertanggung gugat terhadap praktik profesional 2) Melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka budaya 3) Melaksanakan praktik secara legal 14

21 b. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan. 1) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan 2) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan 3) Melakukan pengkajian keperawatan 4) Menyusun rencana keperawatan 5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana 6) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan 7) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan 8) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman 9) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/ pelayanan kesehatan 10) Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan c. Pengembangan professional 1) Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan 2) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan 3) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi Adapun penjabaran atas area kompetensi sebagaimana diatur dalam Standar Kompetensi adalah : 1) Menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan profesional sesuai dengan lingkup praktik, dan hukum/peraturan perundangan 2) Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan kode etik perawat indonesia 3) Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien 15

22 4) Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan, 5) Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional 6) Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundangan 7) Menggunakan keterampilan penyelesaian masalah untuk memandu praktik 8) Berperan serta dalam promosi kesehatan bersama perawat profesional, profesional lain dan kelompok, komunitas/ masyarakat dalam kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat 9) Melaksanakan pengumpulan data kesehatan sesuai aspek yang didelegasikan, kemudian mengkontribusikan data dan informasi tersebut untuk pengkajian yang dibuat oleh perawat teregistrasi 10) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang umum, aktual dan potensial serta mencatat temuan yang meyimpang 11) Melaporkan dan menjaga keakuratan, mencatat temuan tepat waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi 12) Membantu perawat teregistrasi dalam merencanakan asuhan klien berdasarkan hasil pengkajian 13) Menetapkan prioritas asuhan yang diberikan bersama perawat supervisor 14) Memberikan informasi yang akurat kepada klien tentang aspek rencana asuhan yang menjadi tanggung jawabnya 15) Melaporkan dan meminta seorang penasehat apabila klien dan/atau pemberi asuhan meminta dukungan, atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan bahasa 16) Berkoordinasi dengan perawat teregisterasi, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler 16

23 17) Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan terkait dibawah supervisi perawat teregistrasi 18) Melaksanakan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan standar praktik keperawatan dibawah pengawasan perawat teregistrasi 19) Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu 20) Mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan yang tidak diharapkan 21) Meminta bantuan cepat dan tepat dalam situasi gawat darurat/ bencana 22) Menerapkan ketrampilan bantuan hidup dasar sampai bantuan tiba 23) Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang diharapkan secara akurat dan lengkap 24) Memberikan kontribusi kepada tim dalam evaluasi kemajuan terhadap hasil/pencapaian yang ditargetkan 25) Memberikan kontribusi data evaluasi dan saran perbaikan terhadap rencana asuhan kepada perawat teregistrasi 26) Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya 27) Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya 28) Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan. 29) Memberikan advokasi dan berkontribusi. Untuk menciptakan lingkungan keja yang positif 30) Memahami kebutuhan pendekatan dan berbagai gaya kepemimpinan dalam situasi yang berbeda 31) Mengenali konflik dan menggunakan ketrampilan interpersonal serta mekanisme organisasi yang ada untuk mencapai solusi 17

24 32) Mendukung pemimpin dengan cara konsisten untuk meningkatkan rasa saling menghargai hormat dan percaya diri diantara anggota tim 33) Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif 34) Memahami bagaimana kebijakan dan prosedur dikembangkan serta memberikan kontribusi untuk umpan balik komite review. 35) Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran berbasis unit 36) Memberikan umpan balik dan saran untuk perubahan di lingkungan praktiknya sendiri secara efektif 37) Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya. 38) Bekerjasama untuk mempertahankan kerja tim multi dispilin secara efektif. 39) Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra profesional yang efektif 40) Menyampaikan pandangan pasien/klien dan/atau pemberi pelayanan untuk membantu pembuatan keputusan oleh tim interprofesional 41) Merujuk klien kepada perawat teregister untuk menjamin klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia. 42) Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat keahlian dan lingkup praktik legal 43) Memberikan umpan balik kepada orang yang mendelegasikan/ menugaskan kegiatan dan mengawasi kerjanya. 44) Mempertahankan akuntabilitas terhadap hasil kegiatan yang didelegasikan 45) Mengidentifikasi dan melaporkan situasi yang dapat membahayakan keselamatan klien atau staf. 46) Mempertahankan lingkungan asuhan yang aman melalui tindakan tepat waktu, mengikuti peraturan nasional dan persyaratan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, kebijakan dan prosedur. 47) Menyimpan bahan-bahan pengobatan dengan memperhatikan kemananan dan keselamatan. 18

25 48) Memberikan dan mencatat obat dibawah pengawasan seorang perawat teregistrasi bila secara hukum diijinkan. 49) Memenuhi prosedur pencegahan infeksi 50) Mengetahui tindakan yang dilakukan pada saat dinyatakan terjadi bencana 51) Mengetahui dan mengikuti standar profesi dan praktik terbaik yang diterapkan sebagai tanggung jawab profesi 52) Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif 53) Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa keperawatan (enrolled nurse students) dan staf pendukung 54) Bertindak sebagai nara sumber baagi mahasiswa keperawatan (enrolled nurse students) dan staf pendukung 55) Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk ke dalam pelayanan 56) Melaksanakan tugas sesuai arahan dan sesuai dengan kebijakan, ketentuan, tolok ukur kualitas dan juga sesuai dengan tingkat pelatihan yang diikutinya. 57) Berperan serta dalam peningkatan kualitas dan prosedur jaminan mutu 58) Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya dengan cara refleksi dan peer review 59) Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya 60) Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk memberikan kontribusi terhadap asuhan kesehatan Berdasarkan Standar Kompetensi Perawat Indonesia yang disusun bersama antara AIPDiKI, AIPNI dan PPNI pada 19

26 tahun2011, maka ditetapkan kompetensi perawat D-III (vokasi) dalam pemberian Asuhan Keperawatan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital 2. Melakukan tindakan kegawat daruratan dalam rangka penyelamatan jiwa 3. Melakukan tindakan keperawatan dalam upaya mempertahankan kelancaran jalan nafas 4. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen (dibawah supervisi Ners) 5. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah tuberkulosis 6. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan sirkulasi darah (dibawah supervisi Ners) 7. Melakukan asuhan keperawatan dalam upaya mempertahankan suhu tubuh 8. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit (dibawah supervisi Ners) 9. Melakukan pemberian obat secara aman dan tepat sesuai intruksi yang berwenang (dibawah supervisi Ners). 10. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemberian darah secara aman (dibawah supervisi Ners) 11. Melakukan asuhan keperawatan terapi intravena sesuai intruksi yang berwenang (dibawah supervisi Ners). 12. Melakukan asuhan keperawatan dalam upaya pemeliharaaan akses insersi kateterperiferal dan sentral (dibawah supervisi Ners) 13. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah kardiovaskular (dibawah supervisi Ners) 14. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah syok (dibawah supervisi Ners) 15. Melakukan pemantauan parameter hemodinamik kepada pasien yang terpasang monitoring invasif hemodinamik (dibawah supervisi Ners) 16. Melakukan asuhan keperawatan dengan maslah edema serebral (dibawah supervisi Ners) 17. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah tekanan intra kranial (dibawah supervisi Ners) 20

27 18. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah metabolik (dibawah supervisi Ners) 19. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah hipglikemi dan hiperglikemi (dibawah supervisi Ners) 20. Melakukan asuhan keperawatan dengan maslah kanker (dibawah supervisi Ners) 21. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah persepsi, sensori, visual dan auditori (dibawah supervisi Ners) 22. Melakukan asuhan keperawatan perioperatif (dibawah supervisi Ners) 23. Melakukan kesiapan tempat tidur sesuai dengan kebutuhan perawatan (dibawah supervisi Ners) 24. Melakukan asuhan keperawatan pre, intra dan post anestesi (dibawah supervisi Ners) 25. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah reaksi anafilaksis (dibawah supervisi Ners) 26. Melakukan asuhan keperawatan dalam upaya mengatasi masalah nyeri (dibawah supervisi Ners) 27. Melakukan asuhan keperawatan dalam upaya mempertahankan keutuhan (Integritas) kulit (dibawah supervisi Ners) 28. Melakukan asuhan keperawatan luka (dibawah supervisi Ners) 29. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah konstipasi (dibawah supervisi Ners) 30. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah diare (dibawah supervisi Ners) 31. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi per oral 32. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi entera (dibawah supervisi Ners)l 33. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urin 34. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal 35. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan mobilisasi 21

28 36. Melakukan asuhan keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur 37. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah stress (dibawah supervisi Ners) 38. Melakukan asuhan keperawatan pencegahan terhadap kekerasan (dibawah supervisi Ners) 39. Melakukan asuhan keperawatan pencegahan bunuh diri (dibawah supervisi Ners) 40. Melakukan asuhan keperawatan upaya peningkatan konsep diri (dibawah supervisi Ners) 41. Melakukan asuhan keperawatan untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak (dibawah supervisi Ners) 42. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan bayi dan balita (dibawah supervisi Ners) 43. Melakukan asuhan keperawatan maternitas dan kesehatan perempuan (dibawah supervisi Ners) 44. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan imun (dibawah supervisi Ners) 45. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah HIV/AIDS (dibawah supervisi Ners) 46. Melakukan asuhan keperawatan dengan prinsip keselamatan pasien (dibawah supervisi Ners) 47. Melakukan upaya pencegahan yang mengancam kondisi keselamatan dan keamanan melalui langkah-langkah precautions/kewaspadaan yang tepat. (dibawah supervisi Ners) 48. Melakukan program pengendalian infeksi nasokomial (dibawah supervisi Ners) 49. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan lingkungan klien dan peralatan (dibawah supervisi Ners) 50. Melakukan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri 51. Melakukan asuhan keperawatan untuk mempersiapkan klien dalam prosedur diagnostik dan penatalaksanaannya (dibawah supervisi Ners) 22

29 52. Melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan teknologi informasi secara efektif dan tepat 53. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah dimensia (dibawah supervisi Ners) 54. Melakukan tindakan keperawatan komplementer (dibawah supervisi Ners) 55. Melakukan asuhan keperawatan dengan memberdayakan potensi klien dan lingkungan (terapi modalitas keperawatan) (dibawah supervisi Ners) 56. Melakukan asuhan keperawatan pada masalah sosial, kultural dan spiritual (dibawah supervisi Ners) 57. Melakukan penerimaan klien baru untuk memfasilitasi kesinambungan pelayanan (dibawah supervisi Ners) 58. Melakukan asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan khusus (dibawah supervisi Ners) 59. Melakukan asuhan keperawatan pada kelompok khusus (kesehatan sekolah, kesehatan kerja, lansia, lembaga pemasyarakatan, dll) (dibawah supervisi Ners) 60. Melakukan masalah kesehatan di fasilitas pelayanan keperawatan (home care, nursing home/residental health care), fasilitas pelayanan kesehatan bergerak (dibawah supervisi Ners) 61. Melakukan asuhan keperawatan dalam menghadapi proses berduka (dibawah supervisi Ners) 62. Melakukan asuhan keperawatan menjelang dan sesudah kematian (dibawah supervisi Ners) 63. Melakukan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan (dibawah supervisi Ners) 64. Melakukan asuhan keperawatan melalui upaya promosi dan prevensi (primer, sekunder dan tersier). (dibawah supervisi Ners) 65. Melakukan surveillance untuk kepentingan asuhan keperawatan (dibawah supervisi Ners) 66. Melakukan imunisasi sesuai program pemerintah (dibawah supervisi Ners) 67. Melakukan penggunaan alat kontrasepsi sesuai program pemerintah (dibawah supervisi Ners) 23

30 Sementara itu dalam Standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (SKKNI), kompetensi dari perawat generalis adalah sebagai berikut : a. Standar kompetensi umum 1. Bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan profesional. 2. Mengenal batas peran dan kompetensi diri sendiri. 3. Menghormati hak privasi pasien/klien. 4. Mengakui potensi pendidikan kesehatan dalam intervensi keperawatan. 5. Menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam upaya promosi kesehatan. 6. Mengevaluasi pembelajaran dan pemahaman tentang praktik kesehatan. 7. Melaksanakan pengkajian keperawatan dan kesehatan yang sistematis 8. Merumuskan rencana asuhan sedapat mungkin berkolaborasi dengan pasien/klien dan/atau pemberi asuhan/pelayanan (career). 9. Membuat prioritas asuhan sedapat mungkin berkolaborasi dengan pasien/klien dan/atau pemberi asuhan. 10. Mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan. 11. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kemajuan arah pencapaian hasil yang diharapkan. 12. Berkomunikasi dengan sikap yang dapat memberdayakan klien/pasien dan/atau pemberi asuhan. 13. Menunjukkan kesadaran tentang penerapan pengembangan dalam bidang teknologi. 14. Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi faktor resiko aktual dan potensial. 15. Memastikan pemberian substansi terapeutik yang aman. 16. Mengimplementasikan prosedur pengendalian infeksi, menerapkan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/ kesehatan. 24

31 17. Mengkontribusi pada kerja tim multidisiplin yang efektif dengan memelihara hubungan kolaboratif. 18. Menghargai peran dan ketrampilan semua anggota tim pelayanan kesehatan dan sosial. 19. Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan yang profesional. 20. Berpartisipasi dalam peningkatan mutu dan prosedur penjamin mutu. 21. Berkontribusi pada pengembangan pendidikan dan profesional peserta didik. 22. Menggunakan kesempatan untuk belajar bersama dengan orang lain yang berkontribusi pada pelayanan kesehatan. b. Kompetensi inti 1. Menerapkan strategi berubah dalam promosi kesehatan 2. Memfasilitasi praktik budaya dalam promosi kesehatan klien/pasien.. 3. Memfasilitasi klien/pasien untuk mendapatkan dukungan dari kelompoknya (support system). 4. Mengkoordinasikan kegiatan keperawatan untuk memfasilitasi kesinambungan pelayanan. 5. Menyusun rencana pembelajaran bersama klien/ pasien. 6. Melaksanakan rencana pembelajaran. 7. Mengevaluasi hasil pembelajaran. 8. Memfasilitasi klien/pasien untuk memilih rencana promosi kesehatan sendiri. 9. Menggunakan prinsip belajar mengajar dalam promosi kesehatan. 10. Memberi bimbingan antisipasi pada fase krisis perkembangan. 11. Mengajarkan kebiasaan sehat terkait dengan kegiatan/latihan fisik. 12. Mengajarkan penggunaan strategi koping yang sehat untuk mengatasi masalah kehidupan. 25

32 13. Mengajarkan kebiasaan hidup sehat terkait dengan gizi. 14. Mengajarkan keseimbangan antara istirahat dengan kegiatan. 15. Mengajarkan strategi pengurangan stres. 16. Mengajarkan praktik kesehatan terkait dengan kebersihan/hygiene. 17. Melakukan skrining kesehatan. 18. Mengidentifikasi resiko keamanan/keselamatan yang nyata dan potensial terhadap klien/pasien. 19. Merencanakan penanggulangan resiko bersama klien/pasien. 20. Melaksanakan penanggulangan resiko kesehatan. 21. Menggunakan langkah/tindakan aman untuk mencegahcidera pada klien/pasien. 22. Melaksanakan pendidikan kesehatan tentang masalah atau isu kesehatan yang dapat dicegah dan konsekuensinya. 23. Melaksanakan strategi untuk mencegah kekerasan dan penelantaran di rumah tangga. 24. Melaksanakan strategi terkait dengan pencegahan/deteksi dini terhadap penyakit/masalah 25. kesehatan. 26. Menjalankan strategi terkait dengan pencegahan prilaku adiksi. 27. Melaksanakan strategi untuk memperkecil resiko masalah kesehatan jiwa. 28. Melaksanakan strategi pencegahan terkait dengan keamanan tempat kerja. 29. Mengevaluasi efektifitas tindakan/langkah-langkah pencegahan terhadap klien/pasien. 30. Melaksanakan tindakan untuk menjaga keselamatan diri 31. Melaksanakan kontrak asuhan kuratif/suportif dengan menggunakan prinsip belajar-mengajar. 32. Mempersiapkan klien/pasien untuk prosedur diagnostik dan penatalaksanaan dengan mempergunakan sumbersumber yang sesuai/ tepat. 26

33 33. Memberikan asuhan kepada klien/pasien selama menjalani pre-operative. 34. Memberikan asuhan kepada klien/pasien selama intra operative 35. Memberikan asuhan kepada klien/pasien selama postoperative 36. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan oksigen 37. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan sirkulasi/ peredaran darah 38. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit. 39. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi per oral. 40. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi parenteral. 41. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan eliminasi urin 42. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal 43. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan nutrisi perenteral 44. Meningkatkan kemampuan klien/pasien dalam mempertahankan postur tubuh yang tepat 45. Memelihara keutuhan jaringan kulit 46. Melakukan perawatan luka. 47. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman 48. Memantau perubahan kondisi kesehatan klien/pasien 49. Mengkomunikasikan informasi penting kepada anggota tim kesehatan tentang kondisi klien/pasien 50. Memodifikasi rencana asuhan untuk disesuaikan dengan perubahan kondisi klien/pasien 51. Memberikan obat secara aman dan tepat 52. Membantu mengelola nyeri dengan tindakan tanpa bantuan obat 53. Membantu mengelola nyeri dengan bantuan obat 54. Mengelola pemberian darah dan produk darah secara aman 55. Mengelola pemberian terapi melalui CVC (central venous catheter). 56. Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan infeksi nosokomial 57. Melakukan evaluasi hasil implementasi asuhan keperawatan 27

34 58. Mempersiapkan kepulangan klien/pasien 59. Memberikan perawatan pendukung kepada klien/pasien dengan penyakit kronis 60. Memberikan pelayanan yang sensitif terhadap klien/pasien yang mengalami kehilangan/berduka Berdasarkan analisis seorang item reviewer, ia perlu memutuskan apakah substansi dalam soal tersebut : - Menanyakan hal-hal yang bersifat trivia (pengetahuan sederhana; pada level tahu atau paham). Pada level ini, keputusan yang dapat dihasilkan adalah jawaban ya atau tidak. Soal yang baik adalah soal dengan jawaban tidak (pertanyaan tidak menanyakan hal yang bersifat trivia) - Jika menanyakan pengetahuan kompleks, apakah sesuai dengan kompetensi yang mestinya dikuasai lulusan D-III Keperawatan? Jawaban atas pertanyaan/ pernyataan ini kemungkinan ada tiga yaitu : (a) tidak sesuai, karena kompetensi yang muncul merupakan bukan kompetensi perawat (b) kompetensi perawat pada level diatas D-III (c) kompetensi perawat yang berpengalaman (e) kompetensi terlalu rendah/ dibawah D-III Keperawatan; atau (f) kompetensi D-III Keperawatan lulusan baru. Apabila jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas menghasilkan jawaban bahwa soal tidak menanyakan hal yang trivia dan berada pada kompetensi perawat jenjang D- III baru lulus, maka berarti soal dianggap layak untuk diproses pada tahapan kegiatan berikutnya dan memiliki kemungkinan besar untuk masuk ke dalam bank soal. Sebaliknya, jika soal tidak memenuhi syarat, maka kemungkinan pengelolaan soal adalah sebagai berikut : 28

35 Pertanyaan pada C1- C2? Ya Tidak Substansi Kompetensi Bukan kompetensi perawat Kompetensi perawat S-1/ S-2 Kompetensi perawat berpengalaman Kompetensi dibawah perawat D-III Kompetensi perawat D-III Bukan kompetensi perawat Kompetensi perawat S-1/ S-2 Kompetensi perawat berpengalaman Kompetensi dibawah perawat D-III Kompetensi perawat D-III Kegiatan Reviewer Didrop (tidak digunakan) Didrop (tidak digunakan) Didrop (tidak digunakan) Jika mungkin direvisi : ubah pertanyaan dan opsi jawaban Jika mungkin direvisi : ubah pertanyaan dan opsi jawaban Di drop (tidak digunakan) Jika mungkin direvisi : ubah vignette / pertanyaan / opsi jawaban Jika mungkin direvisi : ubah vignette / pertanyaan / opsi jawaban Jika mungkin direvisi : ubah vignette / pertanyaan / opsi jawaban Bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya 29

36 Pada tahap ini, bisa jadi reviewer membuat pertimbangan khusus untuk melakukan revisi soal atau tidak. Jika waktu yang dimiliki reviewer cukup banyak serta jumlah soal yang direview relatif sedikit, maka ada baiknya jika reviewer melakukan revisi (perbaikan soal) terhadap soal-soal yang masih memungkinkan untuk diperbaiki. Sebaliknya, jika soal yang akan direview relatif banyak sementara waktu terbatas, maka mungkin soal yang tidak memenuhi kriteria (yaitu yang hanya menanyakan pengetahuan pada level kognitif 1 & 2; dan soal yang tidak sesuai kompetensi perawat D-III baru lulus) disingkirkan dan tidak dilanjutkan untuk direview. Perhatikan contoh soal berikut ini : Seorang laki-laki berusia 45 tahun baru saja mengalami kecelakaan sehingga pasien mengalami close fraktur femur dextra 1/3 medial. Pasien saat ini baru dipindahkan ke ruang perawat. Saudara adalah perawat yang akan menemuinya pertama kali. Apakah tahapan komunikasi keperawatan yang dapat diterapkan untuk pasien saat ini? a. Pra Interaksi b. Interaksi c. Orientasi d. Kerja e. Terminasi Reviewer melihat soal dengan melihat substansi pertanyaan dari soal. Soal diatas berkaitan dengan hubungan terapetik sebagaimana yang ada dalam standar kompetensi, yaitu: Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan 30

37 Namun, substansi pertanyaan menanyakan hal dasar/ teoritis tentang komunikasi dan termasuk pada level C-2; sehingga soal dianggap tidak layak untuk diproses pada tahapan berikutnya (tidak dapat dimasukkan dalam soal-soal uji exit exam). Perhatikan pula contoh soal berikut ini: Seorang perawat sedang melakukan penyuluhan tentang penyakit Gonorrhoe di masyarakat. Untuk kegiatan penyuluhan, ia menggunakan media gambargambar dengan tujuan agar penyuluhan menjadi menarik dan lebih mudah ditangkap. Pada beberapa gambar terdapat foto-foto penderita gonorrhoe dengan gambar wajah tidak disamarkan. Apakah aspek etika yang tidak diperhatikan oleh perawat tersebut? a. Fidelity b. Autonomy c. Justice d. Veracity e. Beneficience Soal diatas, secara teknis membicarakan etika yang harus diperhatikan oleh perawat dan tersurat dalam kompetensi: Melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka budaya Pun demikian, substansi pertanyaan menunjukkan hal-hal yang bersifat kognitif pada level C1-C2, sehingga tidak dapat dianggap layak untuk digunakan sebagai soal uji kompetensi dan harus di Drop. 31

38 Perhatikan soal berikut ini : Seorang perawat bermaksud melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang Gonorrhoe dengan menunjukkan foto-foto bagian tubuh beberapa penderita Gonorrhoe untuk menunjukkan kondisi fisik penderita HIV-AIDS. Cara perawat untuk menampilkan foto tersebut agar tidak bertentangan dengan nilai etika adalah... a. Tidak menampilkan gambar alat kelamin b. Menampilkan seluruh bagian foto menjadi kabur c. Membuang gambar orang-orang yang sehat d. Tidak menampilkan gambar wajah penderita e. Mengubah foto menjadi gambar sketsa yang dibuat dengan tangan Soal diatas secara substantif menanyakan tentang etika sebagaimana tersurat dalam kompetensi: Melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka budaya Pertanyaan tidak berada pada level C1-C2 sehingga soal layak untuk diproses pada tahapan selanjutnya. Selanjutnya perhatikan contoh soal berikut: Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan pusing dan rasa tegang pada tengkuk dan setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD: 170/50 mmhg, Nadi 80X/ menit. Obat esensial apakah yang tepat diberikan bagi pasien? a. Aminophilin b. Prednison c. Amoxillin d. Hidroclorotiazid e. Asam Mefenamat 32

39 Soal diatas merupakan soal yang tidak sesuai dengan kompetensi perawat karena perawat tidak memberikan pengobatan, sehingga dapat langsung didrop (dikeluarkan). Perhatikan soal berikut : Dalam suatu kasus etik dimana keluarga pasien menuntut dokter dari pihak rumah sakit karena dianggap lalai dengan tidak memberikan pertolongan dengan cepat sehingga anaknya meninggal. Saudara sebagai perawat UGD diminta menjadi saksi untuk kasus diatas. Apakah hal yang harus dipersiapkan untuk situasi diatas? a. Mempelajari penyakit dari pasien yang meninggal b. Mengumpulkan dokumen/ data tertulis tentang pasien c. Menggunakan pengacara untuk memberikan perlindungan d. Meminta perlindungan kepada pihak manajemen rumah sakit e. Menolak dengan alasan tidak mengetahui permasalahan. Soal diatas secara substantif sesuai dengan kompetensi perawat yaitu : Bertanggung gugat terhadap praktik profesional Secara kognitif soal diatas berada pada level C3, namun perlu disadari bahwa soal tersebut tidak layak untuk diberikan bagi perawat jenjang Diploma III yang baru lulus, karena umumnya perawat yang dijadikan saksi adalah mereka yang telah berpengalaman. 33

40 Perhatikan contoh berikut : Seorang perempuan berusia 50 tahun menderita diabetes dan saat ini masuk rumah sakit karena kadar gula darahnya naik turun antara mg/dl. Pasien sudah mendapatkan suntikan Insulin sebanyak 10 IU tiap pagi dan sore. Apakah diet yang tepat untuk pasien diatas? a. Diet TKTPRG b. Diet Diabetes I c. Diet Diabetes II d. Diet rendah lemak e. Diet rendah Purin Soal diatas tidak sesuai dengan kompetensi Keperawatan dan karenanya tidak cocok untuk masuk dalam soal exit exam keperawatan. Perhatikan contoh soal berikut ini: Dari hasil pendataan di Puskesmas, terdapat 15 warga dari suatu dusun yang menderita Tuberkulosis. Pengkajian kesehatan masyarakat apakah yang penting dilakukan untuk menentukan resiko penularan penyakit? a. Pola konsumsi makanan gizi seimbang dan asupan suplemen b. Keteraturan pemeriksaan dan minum obat c. Sanitasi tempat tinggal, khususnya ventilasi rumah d. Perilaku pasien saat batuk dan membuang dahak e. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan cara penularannya Soal diatas secara substantif mengandung aspek yang sesuai kompetensi : Melakukan pengkajian keperawatan 34

41 Soal diatas juga tidak berada pada level C1/C2 (ingatan) serta cocok untuk diberikan bagi mereka yang baru lulus, sehingga soal diatas layak untuk dilanjutkan pada tahap pengelolaan soal berikutnya. 35

42 BAB III ANALISIS STRUKTUR SOAL Setelah didapatkan soal-soal dengan substansi baik (yaitu pertanyaan mengarah pada level C-3 keatas dan substansi sesuai dengan kompetensi D-III serta mengukur kompetensi perawat baru lulus), barulah reviewer melakukan peninjauan terhadap kelayakan struktur soal. Dalam tinjauan kelayakan struktur soal, reviewer memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Apakah soal memiliki tiga unsur utama, yaitu : situasi yang menjadi dasar pengerjaan soal /vignette; suatu pertanyaan (lead in) dan opsi jawaban 2. Apakah masing-masing unsur terpisah, setidaknya dalam baris yang berbeda? 3. Apakah opsi jawaban terdiri atas 5 (lima) opsi pilihan yaitu opsi A, B, C, D serta E Jika sebuah soal memenuhi ketiga kriteria diatas, maka berarti soal dianggap memenuhi syarat pada tahapan penapisan struktur dan dapat dilanjutkan untuk dianalisis lebih lanjut sebelum nantinya dapat digunakan dalam uji kompetensi (exit exam). Perhatikan contoh soal berikut : Berdasarkan follow up kasus adanya tiga siswa madrasah yang datang ke Puskesmas karena mengalami scabies, maka dilakukan pemeriksaan kesehatan di madrasah tersebut dan didapati 30 dari 50 siswanya mengalami scabies. Penelusuran pada masing-masing keluarga dari anak yang menderita scabies didapatkan tidak ada anggota keluarga mereka yang mengalami scabies. 36

43 Berdasarkan pada situasi diatas, maka informasi yang dapat dilakukan jika dilakukan penyuluhan tentang Scabies adalah: a. Harap luka ditutup dengan kain bersih agar lalat tidak menularkan penyakit ini. b. Penyakit ini memerlukan antibiotik agar dapat segera disembuhkan. c. Adik-adik mendapatkan salep dari Puskesmas, tolong dipakai secara rutin. d. Agar penyakit ini cepat hilang, Adik-adik harus mandi dengan air garam. e. Harap menjaga kesehatan dengan baik agar selalu sehat. Soal diatas memiliki struktur vignette (pernyataan kasus) yaitu : Berdasarkan follow up kasus adanya tiga siswa madrasah yang datang ke Puskesmas karena mengalami scabies, maka dilakukan pemeriksaan kesehatan di madrasah tersebut dan didapati 30 dari 50 siswanya mengalami scabies. Penelusuran pada masing-masing keluarga dari anak yang menderita scabies didapatkan tidak ada anggota keluarga mereka yang mengalami scabies. Sedangkan pertanyaan yang terpisah dengan vignette adalah: Berdasarkan pada situasi diatas, maka informasi yang dapat dilakukan jika dilakukan penyuluhan tentang Scabies adalah: Sedangkan jawaban terdiri atas lima opsi sebagai berikut: a. Harap luka ditutup dengan kain bersih agar lalat tidak menularkan penyakit ini. b. Penyakit ini memerlukan antibiotik agar dapat segera disembuhkan. c. Adik-adik mendapatkan salep dari Puskesmas, tolong dipakai secara rutin. d. Agar penyakit ini cepat hilang, Adik-adik harus mandi dengan air garam. 37

44 e. Harap menjaga kesehatan dengan baik agar selalu sehat. Pada soal diatas, tampak bahwa soal secara struktur cukup layak dan dapat dilanjutkan pada tahapan berikutnya. Perhatikan soal berikut ini: Apakah pengkajian kesehatan masyarakat yang penting dilakukan untuk menentukan resiko penularan penyakit, jika ditemukan dari hasil pendataan di Puskesmas, terdapat 15 warga dari suatu dusun yang menderita Tuberkulosis. a. Pola konsumsi makanan gizi seimbang b. Keteraturan pemeriksaan dan minum obat c. Sanitasi tempat tinggal, khususnya ventilasi rumah d. Perilaku pasien saat batuk dan membuang dahak e. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan cara penularannya Pada soal diatas, secara struktural tampak bahwa hanya terdapat dua bagian dari soal, yaitu vignette dan lead in (pertanyaan) yang menjadi satu, dan bagian opsi jawaban. Untuk soal diatas, dapat diubah sebagai berikut: Dari hasil pendataan di Puskesmas, terdapat 15 warga dari suatu dusun yang menderita Tuberkulosis. Apakah pengkajian kesehatan masyarakat yang penting dilakukan untuk menentukan resiko penularan penyakit? a. Pola konsumsi makanan gizi seimbang b. Keteraturan pemeriksaan dan minum obat c. Sanitasi tempat tinggal, khususnya ventilasi rumah d. Perilaku pasien saat batuk dan membuang dahak e. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan cara penularannya 38

45 Perhatikan soal berikut ini : Berikut ini merupakan tindakan yang tepat dalam menangani pasien dengan perdarahan : a. Melakukan pengikatan daerah distal luka/ lokasi perdarahan b. Melakukan penutupan luka dengan kain tebal yang bersih c. Memasang drain pada luka agar kotoran cepat keluar d. Area yang mengalami luka diletakkan lebih rendah /sejajar tinggi jantung Soal diatas tidak memiliki vignete yang jelas dan opsi jawaban hanya terdiri atas empat pilihan, sehingga tidak layak untuk digunakan dalam uji kompetensi. Soal seperti diatas memiliki kemungkinan besar untuk didrop, walaupun pada beberapa situasi masih mungkin untuk diperbaiki/ dirombak. Selanjutnya perhatikan contoh berikut ini : Seorang perempuan berusia 38 tahun hamil anak kedua datang ke klinik dengan keluhan mual-mual dan muntah serta pusing. Saat pemeriksaan didapatkan : TD 110/80 mmhg, Frekuensi nadi 90 X/mnt, Suhu 37 O C. Apakah saran yang dapat diberikan bagi ibu tersebut jika ia mengalami kehamilan 8 minggu dan berat badan 58 kg? a. Makan makanan yang relatif banyak sebelum tidur b. Banyak makan sayuran seperti sawi, kubis, buncis c. Makan permen sebelum makan makanan utama d. Minum air seduhan jahe tiap pagi sebelum makan e. Makan terjadwal dan tidak ngemil (makan makanan ringan) 39

46 Pada soal diatas, tampak terjadi pencampuran antara vignette dan pertanyaan. Soal diatas masih mungkin untuk diperbaiki sebagai berikut : Seorang perempuan berusia 38 tahun hamil 8 minggu anak kedua datang ke klinik dengan keluhan mual-mual dan muntah serta pusing. Saat pemeriksaan didapatkan: BB 58 kg, TD 110/80 mmhg, Frekuensi nadi 90 X/mnt, Suhu 37OC. Apakah saran yang dapat diberikan bagi ibu tersebut? a. Makan makanan yang relatif banyak sebelum tidur b. Banyak makan sayuran seperti sawi, kubis, buncis c. Makan permen sebelum makan makanan utama d. Minum air seduhan jahe tiap pagi sebelum makan e. Makan terjadwal dan tidak ngemil (makan makanan ringan) Perhatikan soal berikut ini : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan Bronchopneumonia mengalami batuk-batuk dan demam. Hasil pemeriksaan : TD 95/60 mmhg, Nadi 106 X/mnt, RR 28 X/menit, Suhu 38,5OC. Pemeriksaan paru didapatkan ronchii pada area paru basal sebelah kiri. Cara mengatur posisi tubuh klien untuk memfasilitasi pengeluaran dahak dari daerah paru basal sebelah kiri adalah? a. Tidur sims kiri b. Tidur sims kanan c. Tidur terlentang d. Tidur telungkup Soal diatas secara struktur memiliki vignette, pertanyaan dan opsi jawaban; namun opsi jawaban hanya terdiri atas empat pilihan sehingga kurang layak. Untuk membuat soal ini layak maka dapat ditambah dengan opsi jawaban lainnya sehingga menjadi 5 pilihan, serta struktur pertanyaan perlu juga diubah; sehingga soal diatas menjadi seperti berikut: 40

47 Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan Bronchopneumonia mengalami batuk-batuk dan demam. Hasil pemeriksaan : TD 95/60 mmhg, Nadi 106 X/mnt, Suhu 38,5OC. Pemeriksaan paru didapatkan ronchii pada area paru basal sebelah kiri. Bagaimanakah cara mengatur posisi tubuh klien untuk memfasilitasi pengeluaran dahak dari daerah paru basal sebelah kiri? a. Tidur terlentang posisi datar b. Tidur telungkup posisi datar c. Tidur sims kiri posisi trendelenburg d. Tidur terlentang posisi trendelenburg e. Tidur sims kanan posisi trendelenburg Setelah dilakukan tinjauan terhadap struktur soal, dan soal dianggap lolos pada tahap ini maka soal dapat ditelaah pada proses berikutnya yaitu peninjauan keserasian hubungan (bounding) vignette, pertanyaan dan jawaban. 41

48 BAB IV TINJAUAN BOUNDING SOAL Untuk melakukan tinjauan keserasian hubungan (bounding) vignette, pertanyaan dan jawaban, reviewer memfokuskan pada a. Apakah antara vignette, soal dan jawaban terdapat hubungan yang logis? Keterkaitan antara vignetee, pertanyaan dan jawaban sangat penting untuk menunjukkan validitas isi dari masing-masing butir soal. Suatu soal dinyatakan baik hanya jika antara vignette (pernyataan), pertanyaan dan opsi jawaban memiliki hubungan yang logis; artinya dari masing-masing komponen memiliki keterkaitan; dengan karakteristik sebagai berikut: - Vignette memiliki fungsi untuk bahan pertimbangan menjawab pertanyaan - Pertanyaan dibuat dengan berdasarkan vignette yang dibuat - Jawaban yang disediakan dalam soal sesuai dengan pertanyaan dan untuk memilihnya harus memperhatikan vignette. Perhatikan contoh soal berikut: Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan Bronchopneumonia mengalami batuk-batuk dan demam. Hasil pemeriksaan : TD 95/60 mmhg, Nadi 106 X/mnt, Suhu 38,5 O C. Bagaimanakah posisi terbaik pasien saat dilakukan auskultasi paru-paru pasien tersebut? a. Pasien terlentang b. Pasien tidur semifowler c. Pasien duduk tegak d. Pasien tidur telungkup e. Pasien tidur miring (sims) 42

49 Pada soal diatas, tampak bahwa vignette tidak berfungsi. Misalkan kita hilangkah seluruh vignette sehingga soal diatas kira-kira seperti berikut: Bagaimanakah posisi terbaik pasien saat dilakukan auskultasi paru-paru pasien tersebut? a. Pasien terlentang b. Pasien tidur semifowler c. Pasien duduk tegak d. Pasien tidur telungkup e. Pasien tidur miring (sims) Maka tampaknya masih mungkin bagi kita untuk menjawab soal tersebut; atau dapat diartikan bahwa vignette ternyata tidak memiliki fungsi apapun dalam struktur soal. Soal-soal dengan model seperti diatas adalah soal yang tidak baik dan tidak layak untuk masuk dalam kriteria soal exit exam, kecuali telah dilakukan perbaikan atau jika memang tidak memungkinkan untuk diperbaiki dapat dikeluarkan (di drop). Perhatikan pula contoh soal berikut: Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan Bronchopneumonia mengalami batuk-batuk dan demam. Hasil pemeriksaan : TD 95/60 mmhg, Nadi 106 X/mnt, Suhu 38,5 O C. Bagaimana tindakan perawatan yang tepat untuk mengurangi sesak nafas? a. Mengatur posisi semi fowler b. Memberikan pasien minum air hangat c. Melakukan vibrasi paru (clapping dada) d. Menganjurkan tidak banyak berbicara e. Melakukan nebulasi (penguapan) jalan nafas 43

50 Pada contoh soal diatas, pertanyaan menanyakan tentang cara mengatasi sesak nafas, padahal tidak ada data yang menunjang sesak nafas. Walaupun secara ilmiah, penderita Bronchopneumonia bisa mengalami sesak nafas, namun pada vignette tidak disebutkan adanya sesak nafas pada pasien tersebut. Keterkaitan informasi antara vignette dan pertanyaan harus juga diperhatikan sehingga tidak menyebabkan kebingungan bagi pembaca soal. Selanjutnya perhatikan contoh soal berikut ini: Seorang laki-laki terdeteksi menderita diabetes sejak 2 tahun yang lalu dengan kadar gula darah. Saat dilakukan kunjungan rumah, klien mengeluh kakinya mengalami luka dan tidak kunjung sembuh. Pada pemeriksaan didapatkan luka pada manus dekstra diameter 5 Cm dengan jaringan yang masih merah. Apakah yang harus dilakukan oleh perawat? a. Melakukan pembalutan luka b. Mengecek kadar gula darah c. Menganjurkan untuk memakai alas kaki d. Menanyakan pola diet saat ini e. Menjelaskan pentingnya perawatan luka Pada soal diatas, pertanyaan tidak fokus ditambah dengan opsi jawaban yang hampir seluruhnya bisa dipilih jika hanya berdasarkan pertanyaan tersebut (karena pertanyaan tidak fokus). Untuk butir soal diatas, mungkin pertanyaan (lead in) bisa diubah menjadi, misalnya: Apakah pendidikan kesehatan yang harus dilakukan? Atau : Apakah tindakan yang harus dilakukan perawat segera? 44

51 b. Adakah pengulangan istilah dari badan soal (vignette / pertanyaan) ke jawaban? Pada banyak situasi, penulis soal kadangkala secara tidak sengaja melakukan pengulangan istilah dari badan soal (vignette/ pertanyaan) dari badan soal ke jawaban. Perhatikan contoh berikut: Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dirawat di rumah sakit karena menderita diare. Anak sering menangis dan tidak mau makan, selalu mengajak pulang ke rumah. Saat perawat mendatangi anak, anak mengatakan takut di rumah sakit. Apakah pengkajian psikososial yang perlu dilakukan bagi anak tersebut? a. Kecemasan Hospitalisasi b. Persepsi tentang penyakit c. Pola bermain anak di rumah d. Kemampuan komunikasi e. Kemungkinan adanya Sibling Pada soal diatas, penyusun soal tampaknya berusaha untuk menekankan masalah hospitalisasi pada anak dengan membuat pernyataan pada vignette:.anak mengatakan takut di rumah sakit. Istilah ini kira-kira setara dengan istilah kecemasan hospitalisasi pada opsi jawaban pertama (a) sehingga pembaca soal dengan mudah menebak jawaban dari pertanyaan diatas. 45

52 BAB V TINJAUAN KELAYAKAN JAWABAN a. Apakah opsi jawaban terlalu panjang dan kompleks? Soal yang digunakan dalam kegiatan Exit Exam sebaiknya adalah soal dengan opsi jawaban yang relatif pendek. Opsi jawaban yang panjang menyebabkan pembaca soal harus bekerja ekstra keras untuk tidak hanya memahami soal, namun juga mengingat informasi-informasi dan melakukan differensiasi jawaban. Perhatikan contoh soal berikut ini: Seorang pria berusia 60 tahun mengalami kepikunan dan sering mengompol disembarang tempat. Keluarga meminta kepada perawat untuk memasang selang. Apakah respon yang dapat diberikan kepada keluarga? a. Sebaiknya keluarga menjaganya saja supaya tidak mengompol. Pemasangan selang kateter tidak perlu. b. Saya kira kita bisa menggunakan diapers dewasa saja dan tidak memerlukan pemasangan selang kateter untuk membantu kencing. c. Kencing disembarang tempat bagi lanjut usia yang telah pikun itu masih dianggap wajar, sebaiknya keluarga mengajari untuk kencing terjadwal. d. Sebaiknya keluarga membatasi pasien minum agar dia tidak banyak mengeluarkan air kencing. e. Saya akan memasang kateter pada pasien, keluarga harap dapat merawat kateter dengan baik agar tidak mudah mengalami infeksi saluran kencing. Opsi jawaban yang panjang seperti diatas, tidak saja menyulitkan pembaca untuk memilih jawaban yang benar, namun juga memakan waktu yang relatif lama untuk sekedar mengingat informasi, dan tidak mustahil memungkinkan timbulnya interpretasi ganda atau 46

53 kesalahan persepsi dari pembaca soal terhadap informasi yang disampaikan. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan penyederhanaan terhadap opsi jawaban, misalnya seperti berikut: Seorang pria berusia 60 tahun mengalami kepikunan dan sering mengompol disembarang tempat. Keluarga meminta kepada perawat untuk memasang selang. Apakah respon yang dapat diberikan kepada keluarga? a. Tidak perlu kateter, cukup dijaga supaya tidak mengompol. b. Sebaiknya menggunakan diapers dewasa saja. c. Sebaiknya diajari untuk kencing terjadwal. d. Sebaiknya minum pasien dibatasi agar.tidak banyak kencing. e. Saya akan memasang kateter pada pasien, keluarga harap merawat kateter dengan baik b. Apakah opsi jawaban tidak terjadi konvergensi? Beberapa penulis soal mungkin menyusun soal dengan mengulang-ulang informasi pada opsi jawaban sehingga secara tidak langsung memudahkan pembaca soal untuk menebak jawaban soal. Perhatikan contoh berikut: Seorang ibu dengan kehamilan 6 minggu mengeluh selalu mual dan muntah. Pada penimbangan, berat badan pasien berkurang sebanyak 1 kilogram dari berat badan sebelum hamil. Apakah saran yang dapat diberikan bagi pasien? a. Menghindari makanan manis b. Menghindari makanan asam c. Menghindari makanan manis dan asam d. Menghindari makanan manis, asam dan berlemak e. Menghindari makanan asam dan berlemak 47

54 Opsi jawaban yang muncul adalah pengulanganpengulangan yang memungkinkan bagi penjawab soal mengabaikan opsi jawaban yang dianggap salah ketika telah terdapat pernyataan yang dianggap salah dalam opsi yang lain. Misalnya jika pasien menganggap salah pilihan a (menghindari makanan manis); maka otomatis opsi jawaban c dan d adalah jawaban yang juga dianggap salah, sehingga pembaca soal akan mengarahkan jawaban pada opsi b atau e saja. c. Apakah secara logika, semua opsi jawaban memungkinkan untuk dipilih? Sebuah soal disebut baik manakala seluruh opsi jawaban memiliki fungsi. Opsi jawaban pengecoh (distraktor) harus memiliki fungsi sebagai distraktor, yaitu keberadaannya memang menjadi pertimbangan untuk dipilih. Perhatikan contoh berikut ini: Seorang pria berusia 30 tahun, TD: 170/100 mmhg, Nadi: 82 X/menit, RR 18 X/menit, mengeluh nyeri kepala dan kaku pada tengkuk serta mual. Apakah tindakan yang dapat dianjurkan pada pasien? a. Agar pasien beristirahat terlebih dahulu b. Melakukan penyuluhan tentang hipertensi c. Mengukur tekanan darah secara rutin 4 jam sekali d. Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur e. Melarang pasien untuk mengkonsumsi kopi Pertanyaan yang diberikan adalah tentang anjuran perawat terhadap pasien ; sehingga tentu saja opsi b dan c (yang merupakan tindakan perawat) tidak akan dipilih dan bukan merupakan distraktor yang baik. 48

55 d. Apakah ada istilah absolut (absolutism) dalam opsi jawaban? Penggunaan istilah yang bersifat absolut seperti selalu ; tidak pernah atau yang menyatakan frekuensi tak tentu seperti sering ; jarang sebaiknya dihindari. Perhatikan contoh berikut ini: Perempuan berusia 36 tahun menerita nyeri pada perut dan menembus ke pinggang. Pasien tampak ikterus terutama pada mata dan kulit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tidak terdapat pembesaran hati. Pasien diperkirakan menderita colelitiasis. Apakah tindakan keperawatan yang dapat dilakukan bagi pasien untuk mengurangi nyeri perut? a. Selalu mengkompres perut dengan menggunakan air es b. Sering menyuruh pasien melakukan nafas dalam c. Jangan pernah menyuruh pasien berbaring miring ke kanan d. Memposisikan duduk semi fowler e. Kadang-kadang menyuruh pasien tidur terlentang Penggunaan istilah selalu, jarang, kadang-kadang, sering dan sebagainya, disamping membingungkan pembaca soal, juga menjadi pengecoh yang oleh beberapa orang kadangkala mudah ditebak. e. Apakah jawaban yang benar adalah jawaban yang paling panjang? Terdapat kecenderungan bahwa opsi jawaban yang benar adalah jawaban yang paling panjang, karena dianggap isinya yang paling lengkap. Untuk itu, hindarilah membuat opsi jawaban yang paling panjang sebagai jawaban yang benar. Perhatikan contoh berikut: 49

56 Seorang wanita berusia 43 tahun mengatakan tidak mau banyak minum karena diare. Ia berpandangan bahwa agar diarenya cepat berhenti maka ia harus mengurangi minum sehingga tidak ada air yang dikeluarkan tubuh. Materi penyuluhan yang tepat bagi pasien tersebut adalah? a. Penyuluhan tentang pengertian diare b. Penyuluhan tentang penyebab diare c. Penyuluhan tentang pencegahan diare d. Penyuluhan tentang obat antidiare e. Penyuluhan tentang pentingnya rehidrasi pada pasien diare Jika jawaban yang dianggap benar adalah opsi E, maka tampak bahwa jawaban tersebut paling panjang dan umumnya peserta ujian cenderung memilih opsi yang panjang tersebut. Reviewer bisa memodifikasi soal tersebut, misalnya menjadi seperti berikut: Seorang wanita berusia 43 tahun mengatakan tidak mau banyak minum karena diare. Ia berpandangan bahwa agar diarenya cepat berhenti maka ia harus mengurangi minum sehingga tidak ada air yang dikeluarkan tubuh. Materi penyuluhan yang tepat bagi pasien tersebut adalah? a. Penyuluhan tentang penyebab diare b. Penyuluhan tentang pengertian diare c. Penyuluhan tentang pencegahan diare d. Penyuluhan tentang pentingnya rehidrasi e. Penyuluhan tentang pengobatan pada antidiare f. Adakah jawaban yang mengandung opsi Benar semua, Bukan Salah Satu Diatas, Jawaban A & B benar. Sebuah soal uji kompetensi tidak boleh mengandung opsi jawaban seperti semua benar atau bukan salah satu diatas. Perhatikan contoh berikut ini: 50

57 Seorang pasien mengeluh tidak bisa berjalan setelah menderita demam selama dua hari. Kaki pasien terasa nyeri, terutama pada persendian kedua lutut dan sendi pergelangan kaki. Pasien berumur 50 tahun dengan hasil pemeriksaan fisik : TD : 120/80 mmhg, Nadi : 92 X/menit, RR: 20 X/mnt. Pemeriksaan menunjukkan ada sedikit pembesaran limfa. Pasien diperkirakan menderita demam cikungunya. Apa tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk masalah mobilisasi pasien? a. Menganjurkan pasien untuk beristirahat b. Melatih rentang gerak kaki (ROM Exercise) c. Melakukan kompres hangat pada sendi lutut d. Jawaban B dan C benar e. Semua benar Opsi D dan opsi E tidak diperkenankan dalam soal ujian Exit Exam; Opsi jawaban untuk soal diatas dapat disusun menjadi seperti berikut: Apa tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk masalah mobilisasi pasien? a. Menganjurkan pasien untuk beristirahat b. Melatih rentang gerak kaki (ROM Exercise) c. Melakukan kompres hangat pada sendi lutut d. Melatih klien berjalan disekitar tempat tidur e. Melakukan kompres dingin pada sendi lutut g. Adakah kata-kata atau kalimat yang menyebabkan interpretasi ganda (multiinterpretatif)? Dalam melakukan review terhadap soal, penting bagi seorang reviewer untuk memperhatikan kata-kata yang digunakan oleh pembuat soal, memahami maksud yang terkandung dalam tiap-tiap butir soal serta setiap pernyataan/informasi dari soal sekaligus melakukan koreksi terhadap kemungkinan adanya pernyataan atau 51

58 kalimat yang dapat menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam. Penggunaan istilah seperti sering, selalu dan jarang sifatnya sangat subyektif dan memiliki interpretasi yang cukup beragam. 52

59 BAB VI TINJAUAN GRAMATIKAL Tinjauan gramatikal/ perbaikan bahasa adalah tahapan tinjauan dan perbaikan final untuk menyempurnakan soalsoal yang disusun untuk kepentingan ujian exit exam. Perbaikan tersebut meliputi tinjauan terhadap kaidah-kaidah sebagai berikut: a. Apakah struktur soal sudah sesuai dengan kaidah penulisan vignette? Struktur sebuah vignette dalam pembuatan soal uji kompetensi / exit exam ditetapkan dengan batasan harus memuat keseluruhan atau sebagian unsur (termasuk mengikuti sekuens alur kalimat) sebagai berikut : Jenis kelamin & Umur Tempat pelayanan / setting Keluhan Lama atau derajat keluhan Gejala penyerta dan keterangan lainnya Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Perhatikan bagian vignette dari soal berikut: Seorang pasien mengeluh tidak bisa berjalan setelah menderita demam selama dua hari. Kaki pasien terasa nyeri, terutama pada persendian kedua lutut dan sendi pergelangan kaki. Pasien berusia 50 tahun dengan hasil pemeriksaan fisik : TD : 120/80 mmhg, Nadi : 92 X/menit, RR: 20 X/mnt. Pemeriksaan menunjukkan ada sedikit pembesaran limfa. Pasien diperkirakan menderita demam cikungunya. Memperhatikan struktur penulisan vignette, maka sebaiknya diubah menjadi seperti berikut: 53

60 Seorang pasien berusia 50 tahun mengeluh tidak bisa berjalan setelah menderita demam selama dua hari. Kaki pasien terasa nyeri, terutama pada persendian kedua lutut dan sendi pergelangan kaki. Hasil pemeriksaan fisik : TD : 120/80 mmhg, Nadi : 92 X/menit, RR: 20 X/mnt. Pemeriksaan menunjukkan ada sedikit pembesaran limfa. Pasien diperkirakan menderita demam cikungunya. b. Adakah istilah-istilah yang relatif asing atau bersifat kedaerahan? Dalam membuat soal, item developer bisa saja lupa bahwa mereka membuat soal untuk kepentingan nasional, bukan untuk kalangan sendiri. Kondisi ini menyebabkan mereka kadangkala menggunakan istilah yang bersifat lokal atau kedaerahan yang hanya dimengerti oleh kelompok atau masyarakat tertentu. Reviewer harus jeli untuk memfilter adanya istilah yang bersifat kedaerahan sehingga tidak membingungkan bagi konsumen soal (peserta ujian) dari daerah/ kelompok lain yang mungkin nantinya menghadapi soal tersebut. Perhatikan contoh berikut: Seorang pasien berusia 40 tahun mengalami CKD mendapatkan infus PZ melalui infus set makrodrips sejumlah 20 tetes/ menit. Saat ini pasien mengeluh sesak, dan hasil pemeriksaan didapatkan TD : 170/100 mmhg, Nadi 98X/menit dengan pulsation stroke kuat. Auskultasi didapatkan ronchii basah pada seluruh lapang paru Perhatikan bahwa pada soal diatas terhadap dua akronim (singkatan) yaitu CKD dan PZ serta satu istilah berbahasa inggeris yaitu Pulsation stroke. 54

61 Istilah CKD atau kependekan dari Chronic Kidney Disease mungkin hanya dikenal di beberapa rumah sakit atau klinik saja; ditempat lain ada yang menyebut dengan CRF (Chronic Renal Failure) atau GGK (Gagal Ginjal Kronis). Istilah diatas sebaiknya diganti saja dengan penyakit gagal ginjal yang memiliki peluang untuk dipahami oleh seluruh orang se-indonesia. Begitu juga dengan PZ, kependekan dari Physiologic Zuur, suatu istilah dari bahasa belanda yang artinya cairan fisiologis, atau sering disebut juga normal saline (NS) atau larutan Natrium Chlorida (NaCl) 0,9%. Saat ini mungkin tidak banyak orang mengenal istilah PZ! Istilah Pulsation stroke adalah istilah yang menunjukkan kekuatan denyut nadi. Istilah ini mungkin hanya dimengerti sedikit orang, dan karenanya perlu diganti dengan istilah yang lain seperti misalnya : kekuatan pulsasi nadi, atau istilah lain yang setara yang cenderung lebih populer. Bila karena kondisi tertentu ternyata memang harus dituliskan istilah yang asing atau bersifat lokal, maka sebaiknya perlu ditambahkan kalimat penjelas. Perhatikan contoh berikut: Seorang ibu hamil mengeluh sering kencing dan kakinya agak bengkak. Ia menyatakan keluhan tersebut mulai dirasakannya setelah acara pitonan (upacara peringatan tujuh bulan kehamilan). Hasil pemeriksaan didapatkan (dan sterusnya) Pada contoh diatas istilah Pitonan diperjelas dengan menggunakan kalimat penjelas, sehingga lebih memberi kepastian penerimaan maksud soal. 55

62 c. Apakah seluruh isian vignette efektif? Adakah kalimat yang tidak diperlukan sebagai pertimbangan dalam menjawab soal? Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dengan Bronchopneumonia mengalami batuk-batuk dan demam. Hasil pemeriksaan : TD 95/60 mmhg, Nadi 106 X/mnt, Suhu 38,5 O C. Pemeriksaan paru didapatkan ronchii pada area paru basal sebelah kiri. Anak dipasang infus NaCl 0,9 %. Bagaimanakah cara mengatur posisi tubuh klien untuk memfasilitasi pengeluaran dahak dari daerah paru basal sebelah kiri? a. Tidur terlentang posisi datar b. Tidur telungkup posisi datar c. Tidur sims kiri posisi trendelenburg d. Tidur terlentang posisi trendelenburg e. Tidur sims kanan posisi trendelenburg Pada soal diatas, pernyataan pada vignette : Anak dipasang infus NaCl 0,9% tidak memiliki fungsi untuk pertimbangan menjawab soal, sehingga sebaiknya dihapuskan. Perlu diperhatikan bahwa dalam memilih bagian informasi yang berguna dalam menjawab soal, tidak hanya menentukan apakah kalimat tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam menjawab soal, namun kadangkala pembuat soal juga menambahkan informasi sebagai alat untuk menggiring pembaca (penjawab soal) pada pengecoh/ distraktor. Suatu vignette dikatakan efektif jika informasi cukup, yaitu cukup banyak untuk pertimbangan dalam menjawab soal sesuai dengan vignette, namun tidak berlebihan dimana informasi yang tidak diperlukan dalam menjawab soal termuat dalam vignette. 56

63 d. Apakah penulisan istilah-istilah sudah sesuai dengan ketentuan UKpI? Berdasarkan hasil telaah selama beberapa kali dalam penggodokan rumusan penyelenggaraan Ujian Kompetensi Keperawatan Indonesia (UKpI), maka ditetapkan adanya standar bahasa yang digunakan sebagaimana terlampir pada lampiran buku ini. Peninjau (reviewer) harus memperhatikan soal yang ditelaah, untuk melihat secara bahasa adakah istilah yang tidak sesuai dengan ketentuan dari UKpI. Perhatikan contoh soal berikut: Seorang pria berusia 30 tahun, TD: 170/100 mmhg, Nadi: 82 X/menit, RR 18 X/menit, mengeluh sakit kepala dan kaku pada tengkuk serta mual. Apakah tindakan yang dapat dianjurkan pada pasien? a. Agar pasien beristirahat terlebih dahulu b. Melakukan penyuluhan tentang hipertensi c. Mengukur tekanan darah secara rutin 4 jam sekali d. Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur e. Melarang pasien untuk mengkonsumsi kopi Pada soal diatas, sesuai ketentuan UKpI maka kata pria diganti menjadi laki-laki dan kata berusia diubah menjadi berumur ; dan sebagainya. Untuk soal diatas, maka perbaikannya menjadi: Seorang laki-laki berumur 30 tahun, mengeluh nyeri kepala dan kaku pada tengkuk serta mual.td: 170/100 mmhg, Frekuensi Nadi: 82 X/menit, Frekuensi nafas 18 X/menit. (dan seterusnya) e. Apakah pertanyaan diawali dengan kalimat tanya? 57

64 Untuk keseragaman, pertanyaan diawali dengan kalimat Tanya yaitu 4 W I H (what, when, where, who dan how) Perhatikan contoh berikut: Seorang wanita berusia 43 tahun mengatakan tidak mau banyak minum karena diare. Ia berpandangan bahwa agar diarenya cepat berhenti maka ia harus mengurangi minum sehingga tidak ada air yang dikeluarkan tubuh. Materi penyuluhan yang tepat bagi pasien tersebut adalah? a. Penyuluhan tentang pengertian diare b. Penyuluhan tentang penyebab diare c. Penyuluhan tentang pencegahan diare d. Penyuluhan tentang obat antidiare e. Penyuluhan tentang pentingnya rehidrasi pada pasien diare Perbaikan untuk soal diatas yaitu : Seorang perempuan berumur 43 tahun mengatakan tidak mau banyak minum karena diare. Ia berpandangan bahwa agar diarenya cepat berhenti maka ia harus mengurangi minum sehingga tidak ada air yang dikeluarkan tubuh. Apakah materi penyuluhan yang tepat bagi pasien? f. Apakah pertanyaan mampu mengarahkan pembaca menjawab soal? Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang spesifik, artinya menanyakan hal-hal yang bersifat khusus, dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda. Perhatikan contoh kalimat pertanyaan berikut: Seorang laki-laki berusia sekitar 30 tahunan mengalami kecelakan jatuh dari sepeda. Saat ditanya ia masih bisa menjawab pertanyaan dan mengatakan tidak pingsan. Pada pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda luka 58

65 atau memar dan hematoma pada kepala atau anggota badan yang lain. Bilamanakah pasien harus dibawa ke rumah sakit? Pertanyaan diatas diawali dengan kata bilamana. Pertanyaan ini bisa jadi tidak difahami oleh beberapa peserta yang tidak biasa menghadapi pertanyaan yang didahului dengan kata bilamana. Pertanyaan diatas sebaiknya diganti dengan kata lain misalnya: Apakah kondisi yang harus diperhatikan pada pasien sebelum memutuskan membawa ke rumah sakit? Atau Pada kondisi apa pasien perlu dibawa ke rumah sakit? Perhatikan pula contoh soal berikut ini: Seorang laki-laki berumur 30 tahun, mengeluh nyeri kepala dan kaku pada tengkuk serta mual.td: 170/100 mmhg, Frekuensi Nadi: 82 X/menit, Frekuensi nafas 18 X/menit. Apakah tindakan yang dapat dianjurkan pada pasien? a. Agar pasien beristirahat terlebih dahulu b. Melakukan penyuluhan tentang hipertensi c. Mengukur tekanan darah secara rutin 4 jam sekali d. Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur e. Melarang pasien untuk mengkonsumsi kopi Pertanyaan pada soal diatas kurang spesifik, sebaiknya diubah menjadi: Apakah anjuran yang dapat diberikan perawat pada pasien? 59

66 f. Apakah pertanyaan efektif? Suatu pertanyaan dikatakan efektif manakala pertanyaan tersebut mampu menjadi penghubung antara vignette dengan jawaban yang diberikan, serta memberikan fokus kepada peserta untuk menjawab pertanyaan. 60

67 REFERENSI Boursicot, Katharine, dkk (2010), Preliminari Report With Draft Concencus Statements and Recomendations for The Performance Assessment Theme, Ottawa Conference, Ottawa Evans, Alison (2008) Competency Assessment in Nursing, EdCan, Australia Friedman, Erica (2003) The Value in Evaluation, Handout, Tidak dipublikasikan, Amerika HPEQ-Dikti (2011) Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK), Handout, Tidak Dipublikasikan, Jakarta HPEQ-Dikti (2011) Item Development and Review, Workshop Item Development, Bandung Handout Ika (2010) Pentingnya perangkat Penguji Kompetensi, Majalah Farmacia Edisi Agustus 2010(Vol.10 No.1), Halaman: 29 Ilyas, Muhamaad (2012) Standarisasi Uji Kompetensi Menuju Pelayanan Kesehatan yang Aman Untuk Semua, Handout Seminar Nasional Keperawatan, tidak dipublikasikan, Makassar Miller, Geofrey T (2009) Measuring Outcomes, Handout of Medical School of University of Miami, Tidak Dipublikasikan, Amerika MTKI (2011) Pedoman Uji Kompetensi, Pusat Standardisasi, Sertifikasi, Dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta MTKP Jawa Timur (2012) Strategi Pelaksanaan Uji Exit Exam Program Diploma Keperawatan Tahun , Handout pada Workshop Item Development Malang, tidak dipublikasikan. 61

68 PPNI (2005) Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Indonesia PPNI, Sailah, Ilah (2012) Fleksibilitas Kurikulum Dalam Antisipasi Perubahan Pasar Kerja Global, Handout, tidak dipublikasikan, Jakarta 62

69 63

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan. KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH TENTANG SURAT PENUGASAN KLINIS (SPK) TENAGA KEPERAWATAN NOMOR:.../RSNH/SK-DIR/XII/2013 DIREKTUR RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH Menimbang : 1. Bahwa setiap tenaga keperawatan

Lebih terperinci

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN TELAAH DIII KEPERAWATAN PARAMETER DESKRIPTOR a Mampu melakukan. dengan metode. menunjukka n hasil. dalam kondisi Unsurunsur Deskripsi Kemampuan kerja pada bidang terkait (profil) Cara kerja Tingkatan kualitas

Lebih terperinci

KOMPETENSI PERAWAT R. NETY RUSTIKAYANTI

KOMPETENSI PERAWAT R. NETY RUSTIKAYANTI KOMPETENSI PERAWAT R. NETY RUSTIKAYANTI Pembangunan kesehatan Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Upaya pelayanan/asuhan

Lebih terperinci

KOMPETENSI NERS BERBASIS. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework

KOMPETENSI NERS BERBASIS. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework KOMPETENSI NERS BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework PARAMETER DESKRIPTOR Unsur-unsur Deskripsi DESKRIPTOR JENJANG KUALIFIKASI Ners (LEVEL 7) a Mampu melakukan.

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

(ITEM REVIEW) Item Review sebagai Bagian dari Manajemen Soal TELAAH BUTIR SOAL. Pengelolaan soal 9/24/2016

(ITEM REVIEW) Item Review sebagai Bagian dari Manajemen Soal TELAAH BUTIR SOAL. Pengelolaan soal 9/24/2016 TELAAH BUTIR SOAL (ITEM REVIEW) Anas Tamsuri* Dosen Akper Pamenang Pengurus AIPViKI Jatim Item Reviewer Item Review sebagai Bagian dari Manajemen Soal Pengelolaan soal BANK SOAL (ITEM BANKING) DIUJIKAN/

Lebih terperinci

Item Review sebagai Bagian dari Manajemen Soal

Item Review sebagai Bagian dari Manajemen Soal TELAAH BUTIR SOAL (ITEM REVIEW) Anas Tamsuri* Dosen Akper Pamenang Pengurus AIPViKI Jatim Item Reviewer Item Review sebagai Bagian dari Manajemen Soal BANK SOAL (ITEM BANKING) FINALISASI SOAL (PANEL EXPERT)

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA DRAFT, 18-19 Oktober 2012 STANDAR KOMPETENSI PERAWAT INDONESIA Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Keperawatan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS) SIKAP

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS) SIKAP PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS) SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,

Lebih terperinci

Anas Tamsuri, dkk ii

Anas Tamsuri, dkk ii ii Model Evaluasi Pendidikan keperawatan dan Teknik Penyusunan Soal Exit Exam Oleh : Anas Tamsuri Kontributor: Edy Prawoto Dwi Ananto Y i t n o Supanik Arif Widya Prasetya iii iv v PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

KOMPETENSI PERAWAT KLINIK MEDIKAL BEDAH

KOMPETENSI PERAWAT KLINIK MEDIKAL BEDAH KOMPETENSI PERAWAT KLINIK MEDIKAL BEDAH Penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah kompetensi yang mencakup : A. Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya adalah kemampuan

Lebih terperinci

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP

NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP NERS SPESIALIS, LEVEL BERAPA? PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (NERS SPESIALIS) LEVEL 8 KKNI SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

Lebih terperinci

Pemetaan Kompetensi antara D3 dan Ners berbasis KKNI Grand Sahid Jakarta, 7-8 maret 2012

Pemetaan Kompetensi antara D3 dan Ners berbasis KKNI Grand Sahid Jakarta, 7-8 maret 2012 Pemetaan Kompetensi antara D3 dan Ners berbasis KKNI Grand Sahid Jakarta, 7-8 maret 2012 a PARAMETER DESKRIPTOR Mampu melakukan. dengan metode. menunjukkan hasil. dalam kondisi Unsur-unsur Deskripsi Kemampuan

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL UJI KOMPETENSI PERAWAT PPNI

KOMITE NASIONAL UJI KOMPETENSI PERAWAT PPNI K N U K P KOMITE NASIONAL UJI KOMPETENSI PERAWAT PPNI Uji Kompetensi Bagian dari credentialing Penapisan seseorang disebut profesional oleh komunitas profesi berdasarkan standar profesi Credentialing professional

Lebih terperinci

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu KELOMPOK 19 Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN (PERAWAT AHLI MADYA) SIKAP

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN (PERAWAT AHLI MADYA) SIKAP PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN (PERAWAT AHLI MADYA) SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM 1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 647/Menkes/SK/IV/2000

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAYANAN PERAWATAN MEDIKAL BEDAH DOMPET DHUAFA

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAYANAN PERAWATAN MEDIKAL BEDAH DOMPET DHUAFA 2017 LSP DOMPET DHUAFA SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAYANAN PERAWATAN MEDIKAL BEDAH DOMPET DHUAFA adya 2 Disusun berdasarkan SKKNI tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Lebih terperinci

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT KATEGORI KETERAMPILAN DAN ANGKA KREDITNYA NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL ANGKA

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT KATEGORI KETERAMPILAN DAN ANGKA KREDITNYA NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL ANGKA LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN ADAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT KATEGORI KETERAMPILAN DAN ANGKA KREDITNYA BUTIR KEGIATAN KREDIT

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT KATEGORI KETERAMPILAN DAN ANGKA KREDITNYA BUTIR KEGIATAN KREDIT LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN ADAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT DAN ANGKA KREDITNYA RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUANPUSTAKA. yang ditampilkan oleh seseorang yang didasari oleh motivasi dan prilaku seorang

BAB2 TINJAUANPUSTAKA. yang ditampilkan oleh seseorang yang didasari oleh motivasi dan prilaku seorang BAB2 TINJAUANPUSTAKA 2.1. Kinerja Perawat Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjan yang bersangkutan dan Kinerja perawat yaitu prilaku kerja yang ditampilkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal Cileungsi Bogor Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK

INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK AIPNI HPEQ-DIKTI Makasar 13-14 Maret 2010 8/20/2012 INDONESIA 1 INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK PRAKTIK PROFESSIONAL, ETIS, LEGAL, PEKA BUDAYA KERANGKA KERJA KOMPETENSI PERAWAT

Lebih terperinci

23/10/2012. Kompetensi Perawat Indonesia. ICN Framework of Competencies

23/10/2012. Kompetensi Perawat Indonesia. ICN Framework of Competencies Kompetensi Perawat Indonesia ICN Framework of Competencies 1 Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomer 36 tahun 2009, Bagian kelima, Pasal 63. Ayat (3) menyatakan pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan

Lebih terperinci

2 secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh Perawat yang telah mendapatkan registrasi dan izin praktik. Praktik keperawatan sebagai

2 secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh Perawat yang telah mendapatkan registrasi dan izin praktik. Praktik keperawatan sebagai TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PEKARYA KESEHATAN JENJANG II berbasis

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PEKARYA KESEHATAN JENJANG II berbasis KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PEKARYA KESEHATAN JENJANG II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Lilik s

Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Lilik s Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain Lilik s Perbedaan peran antar profesi Peluang melakukan kolaborasi berbagi, mengisi dan memberi masukan dalam tim menciptakan iklim kerja yang saling memuaskan dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : 35240258861 Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude Hasil Evaluasi Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas Daerah Terpencil (Depkes

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.673, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Perawat Anestesi. Penyelenggaraan. Pekerjaan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi: Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien, diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : KESEHATAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN : KESEHATAN KOMPETENSI KEAHLIAN : KEPERAWATAN (076) A. DASAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tingkat Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah menggunakan panca indera baik itu indra penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2014 KESRA. Kesehatan. Tradisional. Pelayanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5643) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI. Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal

PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI. Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal Disusun oleh: Ardina Putri Herlina Tri Astuti Nissa Kurniasih (P071202140)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan, sehingga jelas pelayanan keperawatan di Rumah sakit (RS) merupakan pelayanan yang terintegrasi

Lebih terperinci

PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: Dewi Irawaty, MA, PhD

PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: Dewi Irawaty, MA, PhD PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: KENDALA DAN TANTANGANNYA Dewi Irawaty, MA, PhD PERSI, 10 November 2012 1 PERAWAT INDONESIA ADALAH PROFESI Disepakati dan dideklarasikan dalam Lokakarya Nasional

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional LAPORAN WORKSHOP NASIONAL PANEL EXPERT NERS TAHAP 2 Komponen 2- Health Professional Education Quality (HPEQ Project) Hotel Novotel Bandung, 9-10 November 2011 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemenuhan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap

Lebih terperinci

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina Hospital by laws Dr.Laura Kristina Definisi Hospital : Rumah sakit By laws : peraturan Institusi Seperangkat peraturan yang dibuat oleh RS (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan,dapat

Lebih terperinci

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) GAMBARAN UMUM Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada

Lebih terperinci

Dari uraian diatas kelompok merasa tertarik untuk menguraikan konsep penanganan masalah bioetik disertai dngan studi kasus. B.

Dari uraian diatas kelompok merasa tertarik untuk menguraikan konsep penanganan masalah bioetik disertai dngan studi kasus. B. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahtraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi 2.1.1 Pengertian Supervisi Menurut Kron (1987) Supervisi adalah merencanakan, mangarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, memerintah,

Lebih terperinci

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. KONSEP DIAGNOSA. Definisi Keperawatan Keluarga Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat 1. Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolaborasi 2.1.1 Defenisi Kolaborasi Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

Lebih terperinci

Peran Institusi Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum Homecare. Oleh : Ns. WITRI HASTUTI, M.Kep

Peran Institusi Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum Homecare. Oleh : Ns. WITRI HASTUTI, M.Kep Peran Institusi Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum Homecare Oleh : Ns. WITRI HASTUTI, M.Kep INSTITUSI PENDIDIKAN PERAWAT INDONESIA 600 jenjang D3 Kep 300 jenjang S1 Kep + Ners Program Magister BACKGROUND

Lebih terperinci

PERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN

PERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN PERAWAT KLIIK I KEPERAWATA GAWAT DARURAT Pemenuhan kebutuhan dasar: a. Kebutuhan oksigenasi dengan berbagai metode b. Kebutuhan makan dan minum seimbang enteral maupun parenteral c. Kebutuhan eliminasi

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN

SISTEM PENGENDALIAN MUTU. KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN KANTOR JASA AKUNTANSI (KJA) Dr. SURYO PRATOLO & REKAN A. Pendahuluan Untuk menjamin Kantor Jasa Akuntansi (KJA) Dr. Suryo Pratolo & Rekan bekerja secara profesional dan menjaga etika profesi, maka perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. MINAT a. Pengertian minat Menurut Purwanto (2001) minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesi perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Perawat adalah tenaga profesional yang memiliki body of

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULANG BAWANG BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PROPOSAL WORKSHOP TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK MAHASISWA DIPLOMA III KEPERAWATAN

PROPOSAL WORKSHOP TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK MAHASISWA DIPLOMA III KEPERAWATAN PROPOSAL WORKSHOP TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK MAHASISWA DIPLOMA III KEPERAWATAN A. Latar Belakang Pendidikan Diploma III Keperawatan merupakan salah satu pendidikan vokasi yang berorientasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 EMAN SULAEMAN, SKM DPP PORMIKI (Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia) TUJUAN AKREDITASI (PMK NO.12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa. PERAN PERAWAT HOME CARE Disampaikan oleh Djati Santosa. AWAL PERJALANAN Home Care sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana. Kunjungan perawat kepada pasien yang tidak mampu menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

I Made Kariasa, SKp.,MM.,Mkep.,Sp.KMB.,PG.Cert

I Made Kariasa, SKp.,MM.,Mkep.,Sp.KMB.,PG.Cert I Made Kariasa, SKp.,MM.,Mkep.,Sp.KMB.,PG.Cert Persiapan uji kompetensi Manejemen soal Manejemen ujian Analisis soal Standard setting untuk menentukan kelulusan Workflow of Item Bank Administration Item

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG Menimbang : a. Bahwa semua pasien yang dilayani di RSIA Kemang harus diidentifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN Staf medis merupakan tenaga yang mandiri, karena setiap dokter dan dokter gigi memiliki kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Etika Profesional Komputer

Etika Profesional Komputer Kode Etik Profesional Komputer Dua Asosiasi besar komputer telah merumuskan kode etik bagi para profesional bidangnya IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan ACM (Association for Computing

Lebih terperinci

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN DEPARTEMEN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Baru FAKULTAS

Lebih terperinci

URGENSI EXIT EXAM BAGI NAKES

URGENSI EXIT EXAM BAGI NAKES URGENSI EXIT EXAM BAGI NAKES Anas Tamsuri E s e n s i Uji Kompetensi diselenggarakan untuk melindungi masyarakat terhadap praktik profesi; sehingga aman dan efektif bagi masyarakat Urgensi Pokok Ukom Proses

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015 Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015 Menimbang : TENTANG KEBIJAKAN ASESMEN PASIEN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI a. Bahwa

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengertian Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth. Sdr/Sdri. Di Tempat Denganhormat, Saya, yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa kesehatan merupakan hak

Lebih terperinci

Titik Anggraeni KDK, Implementasi

Titik Anggraeni KDK, Implementasi 1 A. PENGERTIAN Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik(lyer, et al., 1996) Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalammencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci

DIAJUKAN KOMPETENSI. 1 Berpenampilan (Unjuk Kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi

DIAJUKAN KOMPETENSI. 1 Berpenampilan (Unjuk Kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi NO KOMPETENSI DIAJUKAN 1 Berpenampilan (Unjuk Kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi 2 Merujuk klien/pasien kepada ahli lain pada saat situasinya berada di luar kompetensinya. 3 Ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci