BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR"

Transkripsi

1 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PEMUKIMAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR Disusun Oleh : Pokja Kabupaten Toba Samosir PEMERINTAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR tahun anggaran 2010

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya Buku Putih Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 dapat kami susun sesuai dengan jadwal dan ketentuan yang telah direncanakan dan ditetapkan untuk pelaksanaan Program Nasional Percepatan Permukiman (PPSP) tahun 2010 di tingkat kabupaten/ kota di seluruh Indonesia. Buku Putih Santasi Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 ini secara umum memuat gambaran, uraian data sekunder (bersumber dari laporan/ dokumen SKPD terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir) dan data primer tentang sub sektor air limbah, persampahan, drainase, air bersih dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kabupaten Toba Samosir yang mana dalam proses penyempurnaannya disusun dengan mengakomodir koreksi dan sumbang saran dari Ir.Arman Siahaan (selaku Team Leader Konsultan Managemen Wilayah I Sumatera) beserta seluruh tenaga ahlinya, Ruby RC Tarigan selaku City Facilitator (CF) PPSP untuk Kabupaten Toba Samosir tahun 2010, Muhammad Yagi selaku Province Facilitator (PF) PPSP untuk Propinsi Sumatera Utara tahun 2010 dan sumbang saran dari para pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan yang telah berkenan hadir pada pelaksanaan Lokakarya (Konsultasi Publik) Buku Putih Kabupaten Toba Samosir pada tanggal 10 Nopember 2010 untuk penyempurnaan isi/muatan Buku Putih ini. Data Primer yang termuat dalam buku putih sanitasi ini dilaksanakan dengan menginventarisir dan menganalisa data lapangan melalui Survei Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan/Survey Environmental Health Risk Assessment (EHRA) menggunakan alat bantu Quetioner dengan responden Rumah Tangga yang terdapat di 13 Kelurahan tersebar di 6 Kecamatan (Kecamatan Balige, Laguboti, Sigumpar, Porsea, Ajibata dan Habinsaran) dari 16 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Kelompok Kerja Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 yang dibentuk melalui Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor 98 Tahun 2010 dengan Saudara Ir. Jonner Hutagaol, MM selaku Kepala Badan Perencanaan

3 Daerah Kabupaten Toba Samosir berkedudukan sebagai Ketua Tim Teknis Kelompok Kerja Kabupaten Toba Samosir, yang telah bersusah payah menyusun dan menyelesaikan Buku Putih ini serta kepada seluruh aparatur Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang telah mendukung dan membantu penyelesaian Buku Putih ini. Kami menyadari bahwa Buku Putih Kabupaten Toba Samosir ini masih belum sempurna. Namun demikian, Buku Putih ini diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Toba Samosir. Atas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak dalam penyempurnaan Buku Putih Kabupaten Toba Samosir ini, kami ucapkan terima kasih dengan harapan semoga Buku Putih ini bermanfaat bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan sanitasi di Kabupaten Toba Samosir demi terwujudnya Kabupaten Toba Samosir yang memiliki rasa kasih, peduli dan bermartabat. Balige, 2010 BUPATI TOBA SAMOSIR PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK

4 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Singkatan... vi BAB I PENDAHULUAN... I-1 I.1. Latar Belakang... I-1 I.2. Pengertian Dasar... I-2 I.3. Maksud dan Tujuan... I-3 I.4. Pendekatan dan Metodologi... I-4 I.5. Posisi Buku Putih... I-5 I.6. Sumber Data... I-5 I.7. Dasar Penyusunan... I-5 I.8. Sistematika Penyusunan... I-5 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOBA SAMOSIR... II-1 II.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi... II-1 II.2. Administratif... II-4 II.3. Kependudukan... II-5 II.4. Pendidikan... II-13 II.5. Kesehatan... II-17 II.6. Kondisi Kepemilikan Lahan dan Sosial Budaya Masyarakat... II-24 II.7. Perekonomian... II-28 II.8. Visi dan Misi Kabupaten Toba Samosir... II-30 II.9. Institusi dan Organisasi... II-31 II.10. Keuangan Daerah... II-36 II.11. Tata Ruang Wilayah... II-47 BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR... III-1 III.1. Kondisi Umum Kabupaten Toba Samosir Berskala Kota... III-1 III.2. Pengolahan Limbah Cair... III-19 III.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)... III-23 III.4. Pengelolaan Drainase... III-27 III.5. Penyediaan Air Bersih... III-32 III.6. Komponen Lainnya... III-36 III.7. Pembiayaan Kabupaten... III-37 i

5 BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN... IV-1 IV.1. Visi dan Misi Kabupaten... IV-1 IV.2. Strategi Penanganan Kabupaten Berskala Kota... IV-2 IV.3. Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair... IV-4 IV.4. Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah (Limbah Padat)... IV-5 IV.5. Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan... IV-6 IV.6. Rencana Penyediaan Air Minum/Air Bersih... IV-7 IV.7. Rencana Peningkatan Kampanye PHBS... IV-8 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN... V-1 V.1. Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama... V-1 V.2. Kajian Dan Opsi Partisipasi Masyarakat Dan Jender Di Area Beresiko... V-15 V.3. Komunikasi Untuk Peningkatan Kepedulian... V-30 V.4. Keterlibatan Sektor Swasta Dalam Bidang... V-31 BAB VI PENUTUP... VI-1 ii

6 DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel II.1. Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun II-5 2. Tabel II.2. Kepadatan Penduduk Kabupaten Toba Samosir... II-6 3. Tabel II.3. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan... II-7 4. Tabel II.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin.. II-7 5. Tabel II.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Toba Samosir... II-8 6. Tabel II.6. Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan Kab. Toba Samosir... II-9 7. Tabel II.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Toba Samosir Menurut Kecamatan Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun II-9 8. Tabel II.8. Status Indeks Manusia dan Komponen IPM Kabupaten Toba Samosir dan Sumatera Utara Tahun II Tabel II.9. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera/KS I Dirinci Menurut Kelompok/Jumlah Anggota Penerima Takesra dan Kecamatan Tahun II Tabel II.10. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan Periode 2007/ / II Tabel II.11. Kondisi SD, SMP, SMA dan SMK, jumlah murid pertingkatan, jumlah guru, rata-rata rasio murid dengan guru dan rata-rata rasio guru dengan sekolah pertingkatan... II Tabel II.12. Data Gedung Sekolah Menurut Tingkat Sekolah... II Tabel II.13. Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan dan Kecamatan Periode Tahun II Tabel II.14. Jumlah Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Yang Buta Huruf Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun II Tabel II.15. Angka Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Toba Samosir periode Tahun II Tabel II.16. Angka Kesakitan Kabupaten Toba Samosir periode II Tabel II.17. Status Gizi Balita di Kabupaten Toba Samosir periode II-21 iii

7 18. Tabel II.18. Penyakit Terbanyak di Kabupaten Toba Samosir periode II Tabel II.19. Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Toba Samosir... II Tabel II.20. Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Status Kepemilikan... II Tabel II.21. Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Menurut Kecamatan Tahun II Tabel II.22. Penggunaan Lahan Di Kabupaten Toba Samosir... II Tabel II.23. Jumlah Rumah Ibadah Menurut Kecamatan Dan Jenis Rumah Ibadah Tahun II Tabel II.24. Struktur Perekonomian Kabupaten Toba Samosir Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Juta/Rupiah)... II Tabel II.25. Kondisi Ekonomi Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan II Tabel II.26. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir... II Tabel II.27. Alokasi Anggaran Penataan Dari Belanja APBD Kabupaten Toba Samosir... II Tabel II.28. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir... II Tabel III.1. Kondisi Fasilitas Sarana Prasarana Air Minum di Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.2. Pencapaian Sarana Air Bersih Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.3. Kondisi Capaian MCK Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.4. Fasilitas Konstruksi Buang Air Besar (BAB) di Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.5. Fasilitas Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.6. Timbulan & Jumlah Sampah yang terangkut per hari... III Tabel III.7. Sarana Persampahan di Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.8. Jumlah Anggaran Pengelolaan Kebersihan/Sampah... III Tabel III.9. Kelengkapan Sarana dan Prasarana TPA Pintu Bosi Kecamatan Laguboti... III-13 iv

8 38. Tabel III.10. Pencapaian Drainase Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.11. Kondisi Capaian Drainase Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.12. Drainase Primer dan Sekunder Kabupaten Toba Samosir Tahun III Tabel III.13. Pencapaian Drainase Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.14. Kondisi Capaian Drainase Kabupaten Toba Samosir... III Tabel III.15. Rekapitulasi Alokasi Dana PNPM Mandiri Perdesaan... III Tabel III.16. Alokasi Dana Menurut Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. III Tabel IV.1. Visi dan Misi Kabupaten Toba Samosir... IV Tabel V.1. Data Jumlah Rumah Tangga (RT) di Enam Kecamatan Yang Disurvei... V Tabel V.2. Jumlah Sampel Rumah Tangga (RT) Di Enam Kecamatan Yang Disurvei... V Tabel V.3. Jumlah Sampel RT Tiap Kelurahan & Penentuan Interval... V Tabel V.4. Paramater Penentuan Area Beresiko Dari Hasil Data Survey EHRA... V Tabel V.5. Daerah Beresiko Berdasarkan Analisa Data EHRA... V Tabel V.6. Daerah Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD... V Tabel V.7. Daerah Beresiko Berdasarkan Data EHRA dan Persepsi SKPD... V-13 v

9 DAFTAR SINGKATAN APBD Bappenas Bappeda BPD BPN BPS BLHP CF DPU CSD CSS DAU DAK DPA DBD Depkes Diknas Dinkes DPKP DPPKKD Ecoli EHRA FCR Infokom IPA IPAL IPLTL ISPA ISSDP IMB Kel. Kec. : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Badan Perencanaan Nasional : Badan Perencanaan Daerah : Bank Daerah : Badan Pertanahan Nasional : Badan Pusat Statistik : Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan : City Facilitator : Dinas Pekerjaan Umum : Combine Sewerage Drain : City Sanitation Strategy : Dana Alokasi Umum : Dana Alokasi Umum : Dokumen Pelaksanaan Anggaran : Demam Berdarah Dengue : Departemen Kesehatan : Dinas Pendidikan Nasional : Dinas Kesehatan : Dinas Pasar Kebersihan Pertamanan : Dinas Pendapatan,Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah : Escherichia Coli : Environmental Health Risk Assessment : Full Cost Recovery : Dinas Informasi dan Komunikasi : Instalasi Pengolahan Air : Istalasi Pengolahan Air Limbah : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dan Lindi : Infeksi Saluran Pernafasan Akut : Indonesia Sanitation Sector Development Program : Izin Mendirikan Bangunan : Kelurahan : Kecamatan vi

10 KepMenKes Kesmas Tarukim KK KMNLH LSM MCK MDGs MPA MPA MTP Musrenbang PAD Pamsimas PDAM PD. PAL Pemkab Pemprov Perda Pemda PHBS PLN RPJMD SAB Tobasa TPA TPSS LISA TPST : Keputusan Menteri Kesehatan : Kesehatan Masyarakat : Dinas Tata Ruang dan Permukiman : Kepala Keluarga : Kementerian Lingkungan Hidup : Lembaga Swadaya Masyarakat : Mandi Cuci Kakus : Millenium Development Goals : Methodology for Participatory Assessment : Methodology for Participatory Approach : Mini Treatment Plan : Musyawarah Perencanaan : Pendapatan Asli Daerah : Penyediaan Air Minum dan Masyarakat : Perusahaan Daerah Air Minum : Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah : Pemerintah Kabupaten : Pemerintah Provinsi : Peraturan Daerah : Pemerintah Daerah : Pola Hidup Bersih dan Sehat : Perusahaan Listrik Negara : Rencana Jangka Menengah Daerah : Sarana Air Bersih : Toba Samosir : Tempat Pembuangan Akhir : Tempat Pembuangan Sampah Sementara : Lihat Sampah Ambil : Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu vii

11 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada bulan September tahun 2009 Kabupaten Toba Samosir sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang terbentuk sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara melalui Undang undang Nomor 12 Tahun 1998 menjadi salah satu dari 41 (empat puluh satu) kabupaten/kota yang menyatakan minat untuk ikut serta dalam pemberhasilan Program Nasional Percepatan Permukiman (PPSP) Tahun 2010 sebagai tindak lanjut dari Lokakarya Nasional Penjaringan Minat PPSP pada bulan September 2009 di Jakarta. Propinsi, kabupaten/kota yang ikut serta dalam penjaringan minat tersebut merupakan propinsi, kabupaten/kota yang tanggap dan bertekad untuk secara serius menangani penataan perencanaan pembangunan sanitasi di daerah secara komprehensif dan terintegrasi antar sektor (multi sektor). Alasannya adalah karena degradasi kualitas lingkungan yang terjadi selama ini ternyata mampu membawa kerugian ekonomi, penurunan derajat kesehatan dan penurunan kualitas hidup masyarakat. Keikutsertaan Kabupaten Toba Samosir dalam Program Percepatan Permukiman (PPSP) tahun 2010 akan memperkuat Visi Misi Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011 s/d 2015 sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 03 Tahun 2010 tentang Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toba Samosir Tahun , Terwujudnya Kabupaten Toba Samosir yang memiliki rasa Kasih, Peduli dan Bermartabat. Bekerjasama dengan Program Percepatan Permukiman (PPSP) di Bappenas R.I., maka penataan perencanaan pembangunan sanitasi permukiman di Kabupaten Toba Samosir menjadi satu kesatuan dengan gerakan Program Percepatan Permukiman (PPSP) di tingkat nasional. Kegiatan advokasi sanitasi dilakukan untuk meningkatkan minat dan kemauan para pemangku kepentingan Pokja Kab. Toba Samosir I-1

12 (stakeholders) untuk mendukung peningkatan dan pengembangan pembangunan sanitasi di tingkat kabupaten secara terintegrasi dan komprehensif. Penyadaran akan perlunya penataan pembangunan sektor sanitasi permukiman pada masyarakat dilakukan dengan stimulasi, khususnya pada kelompok masyarakat miskin masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah, industri skala kecil/home industry yang mencemari daerah pemukiman. Kabupaten Toba Samosir akan dikembangkan melalui perkuatan kebijakan, peraturan dan pedoman, mekanisme keuangan, kelembagaan dan rencana tindak lanjut. Berkaitan dengan usaha sistematis tersebut di atas, sebagai langkah awal perlu dilakukan pengidentifikasian kondisi terakhir yang terkait dengan kondisi sanitasi-penyehatan lingkungan yang telah dilakukan selama ini di Kabupaten Toba Samosir ke dalam bentuk suatu dokumen yang dinamakan Buku Putih Kabupaten Toba Samosir Berskala Kota Tahun Buku putih inilah yang akan dijadikan dasar dalam penyusunan Strategi Kota/Kabupaten (City/Regency Sanitation Strategy/R/C SS). Buku Putih Kabupaten Toba Samosir tahun 2010 berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi berskala kota (kelurahan). Buku Putih merupakan informasi awal yang diperlukan dalam menyusun Strategi Kota jangka menengah (5 tahunan). Selanjutnya data dalam buku ini akan diperbaharui setiap tahun. Artinya, Buku Putih ini akan mengikuti kemajuan rencana-rencana dalam hal pengembangan sanitasi kabupaten. Buku Putih Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 ini merupakan Buku Putih yang disusun berdasarkan data sekunder yang tersedia di masingmasing dinas/skpd terkait. Untuk mendukung data sekunder tersebut, juga dilakukan survei pendukung yaitu Environmental Health Risk Assessment (EHRA). Buku Putih ini telah dibahas bersama para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam lokakarya daerah. Buku Putih menjadi dasar yang kuat bagi pembahasan mengenai tahap, kebutuhan dan prioritas peningkatan sanitasi. I.2. Pengertian Dasar Pengertian dasar penanganan sanitasi (penyehatan lingkungan) di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Pokja Kab. Toba Samosir I-2

13 1. Penanganan air limbah (air yang dihasilkan dari aktifitas manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan) yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) terdiri dari: a. Pengolahan on-site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah Rumah Tangga; b. Pengolahan off-site adalah pengolahan limbah Rumah Tangga yang dilakukan secara terpusat/communal; 2. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA); 3. Penanganan drainase kabupaten adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air permukiman dan mematuskan air permukaan; 4. Penyediaan air bersih adalah upaya Pemerintah Kabupaten Toba Samosir untuk menyediakan air bersih kepada masyarakat baik melalui air baku yang bersumber dari permukaan maupun berasal dari sumur dalam; 5. Landfill merupakan lahan pembuangan sampah yang menggunakan teknologi pembuangan sampah. Gunanya untuk meminimalkan dampak lingkungan dan melindungi kualitas air tanah, baik air permukaan maupun air bawah permukaan tanah; 6. Pengolahan air limbah adalah suatu perlakuan terhadap air limbah sehingga setiap air yang dibuang ke badan air sesuai baku mutu yang disyaratkan; 7. Kolam retensi adalah sebidang tanah rendah, dikelilingi oleh embankment/ timbunan atau tanggul yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan. Artinya, tidak ada kontrol dengan air dari daerah luar selain yang dialirkan melalui perangkat manual; 8. Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan. I.3. Maksud Dan Tujuan Maksud penyusunan Buku Putih (Pemetaan ) Kabupaten Toba Samosir ini akan dijadikan sebagai acuan/pedoman dalam merumuskan kebijakan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang berkaitan Pokja Kab. Toba Samosir I-3

14 dengan sanitasi (penyehatan lingkungan) pada umumnya, dan secara khusus tujuan penyusun Buku Putih ini adalah: a. Mengidentifikasi kondisi terkini dan permasalahan yang berkaitan dengan sanitasi di Kabupaten Toba Samosir secara umum, khususnya skala kota/kelurahan yang tersebar pada 6 (enam) kecamatan dengan jumlah 13 (tiga belas) kelurahan tersebar di Kabupaten Toba Samosir meliputi Kecamatan Balige, Laguboti, Porsea, Ajibata, Sigumpar, dan Habinsaran; b. Mengetahui sejauh mana peran pemerintah dan stakeholders lainnya di Kabupaten Toba Samosir terhadap masalah sanitasi; c. Menyiapkan bahan untuk perumusan strategi pengembangan sanitasi dan penyehatan lingkungan yang berkelanjutan di Kabupaten Toba Samosir pada umumnya, khususnya skala kota/kelurahan yang tersebar pada 6 (enam) kecamatan dengan jumlah 13 (tiga belas) kelurahan tersebar di Kabupaten Toba Samosir meliputi Kecamatan Balige, Laguboti, Porsea, Ajibata, Sigumpar, dan Habinsaran. I.4. Pendekatan dan Metodologi Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sumber Data a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masingmasing dinas/badan/instansi terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta; b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/badan/instansi terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan rumah tangga; 2. Pengumpulan Data Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada Pokja Kab. Toba Samosir I-4

15 masa kini. Dan juga data primer diperoleh melalui Survei EHRA ke kelurahan yang tersebar di Kabupaten Toba Samosir dengan rumah tangga sebagai respondennya. I.5.Posisi Buku Putih Buku Putih menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi, dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Toba Samosir. Buku Putih Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten berskala kota (kelurahan). Rencana pembangunan sanitasi kabupaten dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Tahunan yang merupakan gabungan antara Laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih 2010 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Kabupaten. I.6. Sumber Data a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masingmasing dinas/badan/instansi terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta; b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/badan/instansi terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan rumah tangga; c. Data primer berupa hasil wawancara dengan alat bantu questioner dan observasi secara langsung ke rumah tangga yang ditentukan sebagai responden melalui metode random sampling tertentu. I.7. Dasar Penyusunan Dasar hukum penyusunan Buku Putih Kabupaten Toba Samosir ini adalah sebagai berikut: Pokja Kab. Toba Samosir I-5

16 a. UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa bumi, air dan segala sesuatu yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat; b. Undang undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal; c. Undang-undang 7 Tahun 2003 tentang Sumber Daya Alam yang mengamanatkan tentang pelestarian sumber air, pengaturan dan penggunaannya; d. Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; e. Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Wilayah; f. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; g. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2615/VI Bangda tanggal 05 November 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas dan Kualitas di Daerah; h. Surat Kementerian Perencanaan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 0472/D.t.6.3/01/2010 tanggal 21 Januari 2010 perihal Pelaksanaan Program Percepatan Permukiman (PPSP) Tahun 2010; i. Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pengesahan APBD Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010; j. Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 03 Tahun 2010 tentang Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toba Samosir Tahun ; k. Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor 98 Tahun 2010 tanggal 19 April 2010 tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja (Pokja) Kabupaten Toba Samosir Tahun I.8. Sistematika Penyusunan Penyusunan Buku Putih Kabupaten Toba Samosir ini menggunakan dua jalur yakni, jalur penelusuran data sekunder/literatur, sedangkan untuk data primer dilakukan dengan survey lapangan serta dilengkapi dengan diskusi group (FGD) secara intensif ke berbagai narasumber/informan kunci yang dapat berupa anggota Pokja, sumber literatur berupa laporan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan instansi terkait di Kabupaten Toba Samosir serta sumber sumber lain yang mendukung. Pokja Kab. Toba Samosir I-6

17 Hal hal yang tersebut di atas, merupakan modal dasar dalam upaya penyusunan konsep dasar pemetaan sanitasi. Kemudian dilanjutkan dengan menggali data dan informasi kondisi sanitasi terkini di masing-masing wilayah studi. Dalam kaitannya dengan keperluan konsultasi publik untuk penyempurnaan Buku Putih Kabupaten Toba Samosir dilakukan dalam bentuk lokakarya tingkat kabupaten sebanyak 1 (satu) kali pertemuan. Lokakarya tersebut melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) meliputi unsur aparatur pemerintah kabupaten, aparatur kecamatan, aparatur kelurahan, dan aparatur puskesmas terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam lokakarya dimaksud dibahas beberapa issu utama terkait 4 komponen sanitasi; air imbah, sampah, drainase dan sarana air bersih (SAB). Penyusunan Buku Putih juga dilaksanakan dengan memperhatikan arahan dari Tim Teknis Pemerintah Pusat, yang juga didampingi oleh Fasilitator Kabupaten PPSP, Fasilitator Province PPSP dan Konsultan Management Wilayah I Sumatera sehingga diharapkan materi dan substansi Buku Putih ini lebih lengkap. Adapun sistematika penyusunan Buku Putih Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010 ini adalah sebagai berikut: I. Pendahuluan Pada Bab ini akan di bahas Latar Belakang, Pengertian Dasar, Maksud dan Tujuan, Pendekatan dan Metodologi, Posisi Buku Putih, Sumber Data, Dasar Penyusunan, dan Sistematika Penyusunan. II. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Pada Bab ini akan dibahas Kondisi Geografis, Topografis dan Geohidrologi, Wilayah Administrasi Kab.Toba Samosir, Kependudukan, Kesehatan, Sosial Ekonomi serta Visi dan Misi Kabupaten Toba Samosir. III. Profil Kabupaten Toba Samosir Pada Bab ini akan diuraikan Kondisi Umum Kabupaten Toba Samosir ( sub sektor Air Limbah, Air Bersih, Sampah dan Drainase ) dan gambaran peran serta dan pemberdayaan masyarakat. Keuangan Daerah; Institusi Pengelolaan Keuangan Daerah, Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Keuangan Daerah, Sistem Informasi Keuangan Daerah, Struktur Instansional Dalam Sistem Administrasi Keuangan, Jadual Pokja Kab. Toba Samosir I-7

18 Penyusunan APBD, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Di Kabupaten Toba Samosir, Perkembangan Pendapatan Daerah, Perkembangan Belanja Daerah, Pinjaman Pemerintah Daerah, Perkembangan Ekonomi Lokal dan Pembiayaan Kota/Kabupaten. IV. Rencana Program Pengembangan Yang Sedang Berjalan Pada Bab ini berisi; Visi Misi Kab.Toba Samosir, Strategi Penanganan, Rencana Pengembangan Limbah, Rencana Pengembangan Persampahan, Rencana Pengembangan Drainase, Rencana Pengembangan Air Minum, Rencana Pengembangan Kelembagaan, Keuangan. V. Indikasi Permasalahan Dan Opsi Pengembangan Pada Bab ini akan dikemukakan Area Beresiko Tinggi Dan Permasalahan Utama, Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Beresiko, Komunikasi untuk peningkatan kepedulian sanitasi dan Keterlibatan Sektor Dalam Bidang. VI. Penutup Pada Bab ini akan disajikan rangkuman atas bab terdahulu dan harapan - harapan. Pokja Kab. Toba Samosir I-8

19 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN TOBA SAMOSIR II.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi Secara geografis Kabupaten Toba Samosir terletak di Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan topografi dan kontur tanah datar, landai, bergelombang, miring dan terjal dengan ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik dengan posisi geografisnya terletak antara 2 o 03 2 o 40 LU dan 98 o o 40 BT dan jumlah penduduk sebanyak ± jiwa. Sesuai dengan letak geografis Kabupaten Toba Samosir yang berada di garis Khatulistiwa, Kabupaten Toba Samosir tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17 o C-29 o C dan rata rata kelembaban udara 85,04%. Morfologi rupa bumi merupakan pengelompokan bentuk bentang alam berdasarkan rona, kemiringan lereng secara umum dan ketinggiannya, pada satuan morfologi. Satuan morfologi dataran bentuk bentang alam yang didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang dengan kisaran 0%-5%. Lebih rinci morfologi dataran berkisar 0%-2% dan subsatuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kemiringan lereng 2%-5%. Sedangkan morfologi perbukitan adalah bentang alam yang memperlihatkan relief baik halus maupun kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi, dimana dibagi; landai 5%-15%, perbukitan sedang 15%- 40% dan perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari 40%. Keadaan permukaan tanah (topografi) wilayah Kabupaten Toba Samosir sebagian besar adalah berbentuk daerah wilayah yang bergunung dan dataran rendah serta disusul dengan wilayah berbukit dan yang landai (43% Pokja Kab. Toba Samosir II-1

20 daerah miring, 28,75% daerah terjal, 15,26% daerah datar), struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik. Gambar II.1 Peta Orientasi Kabupaten Toba Samosir Sebaran jenis tanah di Kabupaten Toba Samosir didominasi oleh tanah litosol, podsolik, dan regosol, yaitu seluas sekitar 22,34% dari luas total kabupaten yang tersebar di Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Borbor, Nassau dan Habinsaran (Sibosur). Tanah ini sesuai untuk dikembangkan bagi komoditi perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan tanaman keras lainnya. Jenis tanah lainnya yang banyak dijumpai adalah podsolik merah kuning (16,35%), hidromorfik kelabu, glei humus, dan regosol (11,54%). Jenis tanah podsolik merah kuning terdapat di Kecamatan Uluan, Lumban Julu, Porsea, Bonatua Lunasi, Parmaksian dan Balige, serta Tampahan. Jenis tanah secara umum di Kabupaten Toba Samosir adalah podsolik coklat kelabu, podsolik coklat, dan litosol dimana jenis tanah yang dominan di Kabupaten Toba Samosir ini adalah jenis tanah podsolik coklat (42,92 % dari keseluruhan). Ketiga jenis tanah tersebut umumnya memiliki sifat yang sama serta biasanya terdapat di daerah pegunungan. Adapun sifat ketiga jenis tanah tersebut yang hampir sama, yaitu: Pokja Kab. Toba Samosir II-2

21 Sangat peka terhadap erosi; Memiliki tingkat keasaman yang tinggi pada lapisan bawah; Tingkat kejenuhan yang tinggi; Struktur tanah yang rendah; Kandungan bahan organik yang rendah. Rata rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Toba Samosir per bulan berdasarkan data pada 3 stasiun pengamatan sebesar 155 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 14 hari. Umumnya curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April sebanyak 260 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 6 hari. Sementara pada bulan Pebruari tingkat curah hujan menurun menjadi 85 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 4 hari hujan. Berdasarkan stasiun pengamatan, Kecamatan Habinsaran merupakan daerah dengan curah hujan yang tertinggi, yakni 200 mm per tahun. Sesuai dengan Kepmen PU Nomor 39/PRT/1989 tentang Pembagian Wilayah Sungai, sungai-sungai di Propinsi Sumatera Utara dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) satuan wilayah sungai (SWS), yaitu SWS Wampu Besitang, SWS Belawan Belumai, SWS Bah Bolon, SWS Asahan (Kabupaten Toba Samosir), SWS Barumun Kualuh, dan SWS Batang Gadis Batang Toru. Di samping itu terdapat badan air berupa danau yang besar yaitu Danau Toba yang terletak di dataran tinggi di wilayah Tengah. Danau Toba berfungsi sebagai sarana pengairan sawah, pembangkit listrik pada PLTA Lau Renun, peleburan biji nikel PT. Inalum (Asahan 1-2-3), pelestarian alam, dan daerah tujuan wisata bagi Sumatera Utara. Wilayah perkotaan diwakili Kota Balige, topografi sebagian besar adalah berbukit hingga bergunung. Oleh karena itu, kondisi topografi tersebut merupakan sumber-sumber air bagi penduduk Kota Balige. Ada beberapa sungai yang mengalir di Kota Balige dan bermuara di Danau Toba, yaitu : Aek Halian (Aek = air; sungai), Aek Pamulingan, Aek Tordong, Aek Samate Asu, dan Aek Lumban Binanga. Penduduk yang tinggal di pedesaan dan berada di daerah kaki perbukitan memanfaatkan air bersih yang bersumber dari mata air, sedangkan penduduk yang bermukim di pinggiran Danau Toba memanfaatkan air danau. Pokja Kab. Toba Samosir II-3

22 II.2. Administratif Wilayah Kabupaten Toba Samosir berada di antara lima kabupaten di Propinsi Sumatera Utara meliputi sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatasan dengan Labuhan Batu dan Asahan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara serta sebelah Barat berbatasan dengan Danau Toba dan Kabupaten Samosir. Kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara melalui Undang undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal yang diresmikan pada tanggal 09 Maret 1999 oleh Menteri Dalam Negeri. Pada saat awal terbentuknya, Kabupaten Toba Samosir terdiri dari 13 kecamatan dan 4 perwakilan kecamatan, 281 desa serta 19 kelurahan dengan Kecamatan Balige sebagai ibu kota kabupaten. Seiring dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan pembangunan di Kabupaten Toba Samosir, pada tahun 2003 Kabupaten Toba Samosir dimekarkan menjadi Kabupaten Toba Samosir dengan ibu kotanya Kecamatan Balige dan Kabupaten Samosir dengan ibu kotanya Kecamatan Pangururan. Dan sampai dengan disusunnya buku putih ini (tahun 2010), wilayah administrasi Kabupaten Toba Samosir dengan total luas wilayah daratan 2.021,8 km 2 terdiri dari 16 kecamatan, 13 kelurahan dan 231 desa. Keenam belas kecamatan tersebut adalah; (1) Kecamatan Tampahan; (2) Kecamatan Balige; (3) Kecamatan Laguboti;(4) Kecamatan Sigumpar; (5) Kecamatan Silaen; (6) Kecamatan Siantar Narumonda; (7) Kecamatan Parmaksian; (8) Kecamatan Habinsaran; (9) Kecamatan Borbor; (10) Kecamatan Nassau; (11) Kecamatan Pintu Pohan Meranti; (12) Kecamatan Porsea; (13) Kecamatan Bona Tua Lunasi; (14) Kecamatan Uluan; (15) Kecamatan Lumban Julu; (16) Kecamatan Ajibata. Pokja Kab. Toba Samosir II-4

23 Tabel II.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2009 No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Luas Wil. (km²) 1 Balige ,05 2 Tampahan 6-24,45 3 Laguboti ,90 4 Habinsaran ,70 5 Borbor ,65 6 Nassau ,50 7 Silaen ,58 8 Sigumpar ,20 9 Porsea ,45 10 PP Meranti 7-277,27 11 S. Narumonda 14-22,20 12 Lumban Julu 12-90,90 13 Uluan 17-91,50 14 Ajibata ,80 15 Parmaksian 11-45,98 16 Bonatua Lunasi 12-81,67 Jumlah ,80 Sumber Data: BPS Kab Toba Samosir Tahun 2009 II.3. Kependudukan Berdasarkan data kependudukan Kabupaten Toba Samosir tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir sebanyak jiwa, dengan jumlah rumah tangga RT dengan tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2008 sebesar 84,8 jiwa/km 2. Kondisi rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Toba Samosir adalah sebesar 97,2% dengan rasio tanggungan 713,77 per seribu dengan jumlah penduduk miskin sebanyak orang. Pokja Kab. Toba Samosir II-5

24 No Tabel II.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Toba Samosir Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) 1. Tampahan 24, ,0 2. Balige 91, ,4 3. Laguboti 73, ,8 4. Sigumpar 25, ,6 5. Silaen 62, ,2 6. Siantar Narumonda 22, ,6 7. Porsea 31, ,5 8. Parmaksian 45, ,9 9. Uluan 91, ,9 10. Bonatua Lunasi 81, ,6 11. Pintu Pohan Meranti 386, ,9 12. Habinsaran 417, ,1 13. Borbor 167, ,8 14. Nassau 335, ,5 15. Lumban Julu 90, ,6 16. Ajibata 72, ,6 Total 2.021, ,4 Sumber Data : BPS Kab.Toba Samosir Tahun 2009 Jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2008 adalah jiwa, dengan jumlah rumah tangga (RT) RT. Dengan luas wilayah daratan 2.021,8 km 2, tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Toba Samosir tahun 2008 sebesar 85,4 jiwa/km 2. Kecamatan Balige yang merupakan ibukota kabupaten, pusat perdagangan dan pusat pemerintahan adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan yang tertinggi, yaitu sebesar 480,4 jiwa/km 2, kemudian Kecamatan Porsea dengan tingkat kepadatan sebesar 346,5 jiwa/km 2. Sedangkan Nassau merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan yang terkecil, yaitu hanya 18,5 jiwa/km 2. Pokja Kab. Toba Samosir II-6

25 No. Tabel II.3 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Rumah Penduduk Kecamatan Kepadatan (jiwa/km 2 ) Tangga (jiwa) 1 Balige ,4 2 Tampahan ,0 3 Laguboti ,8 4 Habinsaran ,1 5 Borbor ,8 6 Nassau ,5 7 Silaen ,2 8 Sigumpar ,6 9 Porsea ,5 10 Pintu Pohan Meranti ,9 11 Siantar Narumonda ,6 12 Lumbanjulu ,6 13 Uluan ,9 14 Ajibata ,6 15 Parmaksian ,9 16 Bonatua Lunasi ,6 Jumlah total Sumber: BPS Kabupaten Toba Samosir Tahun ,4 84,8 84,1 No Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kecamatan Laki-Laki (org) Perempuan (org) Total (org ) 1 Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea PP Meranti S. Narumonda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Jumlah/Total Sumber Data : BPS Kab. Toba Samosir Tahun 2009 Pokja Kab. Toba Samosir II-7

26 Tabel II.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Toba Samosir Jumlah %-Se %-Se Laki-laki Perempuan (L+P) Laki Perempuan Kelompok Umur %-Se (L+P) ,34 50,66 100, ,30 50,70 100, ,26 50,74 100,00 Sumber : Tobasa Dalam Angka 2009 Melihat perkembangan penduduk menurut kelompok umur diwilayah Kabupaten Toba Samosir dengan pertumbuhan laki-laki 0,89% dan perempuan 2,23% secara total 0,80%, maka diperoleh bervariasi kelompok indikator usia muda usia 0-14 tahun sebesar 35,9%, usia produktif tahun sebesar 58,39% dan usia lanjut >64 tahun sebesar 5,71%. Kondisi diatas memperlihatkan bahwa indikator usia produktif sangat dominan bila dibanding dengan usia muda dan lanjut usia, maka diharapkan pembangunan sosial budaya Kabupaten Toba Samosir berpeluang signifikan berkembang. Perbandingan kaki-laki dengan perempuan potensi tersebut adalah hampir dekat namun perempuan lebih besar 58,93%. Pokja Kab. Toba Samosir II-8

27 Tabel II.6 Jumlah Penduduk Pencari Kerja Menurut Pendidikan Kab. Toba Samosir No Unit Kerja Laki-Laki Perempuan Jumlah % 1 Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SD SD SLTP SMU STM SMEA SPMA SLTA Diploma I Diploma II Sarjana Muda Sarjana Lengkap Total: , , Sumber : BPS Kab.Toba Samosir Tahun 2009 Tabel II.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Toba Samosir Menurut Kecamatan Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Sex (jiwa) (jiwa) Perempuan Ratio 1 Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea PP Meranti S. Narumonda Lumbanjulu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Total Sumber Data : Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (BPS Kab. Toba Samosir) Pokja Kab. Toba Samosir II-9

28 Indikasi Kesejahteraan Sosial 1. Indeks Manusia manusia menyangkut dimensi yang sangat luas. Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pembangunan manusia bagi penduduk, sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian terhadap sasaran ideal. Indeks Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, tetapi mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu adalah : 1. umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup ataupun harapan hidup; 2. berpengetahuan dan berketerampilan; 3. akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak. Indeks Manusia dimaksudkan untuk mengukur dampak dari upaya peningkatan kemampuan dasar tersebut. Dengan demikian, Indeks Manusia menggunakan indikator dampak sebagai komponen dasar penghitungannya yaitu, (1) angka harapan hidup waktu lahir, (2) pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, (3) serta pengeluaran konsumsi. UNDP, dengan menggunakan Indeks Manusia, membagi tingkatan status pembangunan manusia suatu negara atau wilayah ke dalam empat golongan yaitu: 1. Rendah, dengan nilai Indeks Manusia (IPM) adalah kurang dari 50; 2. Menengah bawah, dengan nilai Indeks Manusia berada diantara 50 sampai 66; 3. Menengah atas, dengan nilai Indeks Manusia berada diantara 66 sampai 80; 4. Tinggi, dengan nilai Indeks Manusia (IPM) adalah 80 ke atas. Pokja Kab. Toba Samosir II-10

29 Pada tahun 2008 IPM Kabupaten Toba Samosir sebesar 75,75 berada pada level status menengah atas, meningkat dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 75,34. Dengan status level menengah atas, berarti masih diperlukan usaha yang lebih keras untuk meningkatkan status pembangunan manusia di Kabupaten Toba Samosir menjadi level status tinggi. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, dan juga kesempatan untuk memperoleh penghidupan yang layak. Sebagai ukuran kemajuan pembangunan manusia, IPM digunakan untuk mengkaji kemajuan dari pencapaian setelah berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode. Oleh karena itu, komponen-komponen IPM akan memberikan gambaran kemajuan pencapaian atau kinerja pembangunan manusia. Tabel II.8 Status Indeks Manusia dan Komponen IPM Kabupaten Toba Samosir dan Sumatera Utara Tahun 2008 Toba Samosir Sumatera Utara Komponen IPM Nilai Status Nilai Status Indeks Harapan Hidup 75, 90 73, 67 Indeks Pengetahuan 86, 99 83,83 Indeks Daya Beli 64, 36 62, 35 Menengah IPM 75, 75 Atas 73, 29 Sumber : Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 Menengah Atas 2. Tingkat Konsumsi Penduduk Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh besarnya jumlah pendapatan yang diterimanya. Namun demikian penggambaran tingkat kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan pendapatan sangat sulit dilakukan karena masyarakat pada umumnya sukar untuk mencatat dan mengingat arus pendapatan serta jenisnya atau juga oleh sebab-sebab lain. Oleh karena itu pendapatan rumah tangga diperkirakan dari data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Kedua jenis pengeluaran tersebut dapat menjelaskan dengan baik bagaimana pola konsumsi masyarakat Kabupaten Toba Samosir secara umum. Pokja Kab. Toba Samosir II-11

30 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan penduduk Kabupaten Toba Samosir selama periode mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari Rp ,- pada tahun 1995, menjadi Rp ,- pada tahun 2001, meningkat menjadi Rp ,- pada tahun 2002, Rp ,- pada tahun 2003, Rp ,- pada tahun 2004, Rp ,- pada tahun 2005, Rp ,- pada tahun 2006, Rp ,- pada tahun 2007, dan mencapai Rp ,- pada tahun Grafik II.1 Pengeluaran Rata-rata per Kapita per Bulan Penduduk Kabupaten Toba Samosir Tahun 1995, Sumber : Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Toba Samosir tahun Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Berencana Berdasarkan data dari BKBPKS (Badan Keluarga Berencana dan Keluaraga Sejahtera) Kabupaten Toba Samosir, jumlah keluarga prasejahtera/keluarga sejahtera I (KS I) tahun 2008 di Kabupaten Toba Samosir sebanyak keluarga. Bila dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya menunjukkan adanya peningkatan, dengan jumlah tahun sebelumnya (2007) sebanyak keluarga. Pokja Kab. Toba Samosir II-12

31 Tabel II.9 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera/KS I Dirinci Menurut Kelompok/Jumlah Anggota Penerima Takesra dan Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan Pra Sejahtera dan KS I Kelompok Takesra Anggota Takesra 01. Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea * ) Pintu Pohan Meranti Siantar Narumonda Lumban Julu ** ) Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Jumlah Keterangan : *) Termasuk Kecamatan Parmaksian, **) Termasuk Kecamatan Bonatua Lunasi Sumber : Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 II.4. Pendidikan Jenjang pendidikan formal di Kabupaten Toba Samosir terdiri dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas atau yang sejenis dan sekolah setingkat Akademi/Diploma. Sementara untuk jenjang pendidikan non formal, di Kabupaten Toba Samosir juga terdapat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tersebar di 16 kecamatan, Bimbingan Belajar SD, SMP dan SMA di Kecamatan Porsea dan Kecamatan Balige. Kondisi jenjang pendidikan formal yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir serta persebarannya di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Pokja Kab. Toba Samosir II-13

32 Tabel II.10 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan Periode 2007/ /2009 Tingkat Pendidikan/ Education Level 1 Sekolah Dasar/Primary School Tahun Ajaran/Teaching Year 2007/ /2009 a. Sekolah/Schools b. Guru/Teachers c. Murid/Students 2 SLTP/Junior High Schools a. Sekolah/Schools b. Guru/Teachers c. Murid/Students 3 SMA/Senior High Schools a. Sekolah/Schools b. Guru/Teachers c. Murid/Students 4 SMK/Vocational Senior High Schools a. Sekolah/Schools b. Guru/Teachers c. Murid/Students 5 Akademi/Academy a. Akademi/Academy b. Dosen/Lecturer c. Mahasiswa/Students Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009 Pokja Kab. Toba Samosir II-14

33 NO Tabel II.11 Kondisi SD, SMP, SMA dan SMK, jumlah murid pertingkatan, jumlah guru, ratarata rasio murid dengan guru dan rata-rata rasio guru dengan sekolah pertingkatan Tingkat Sekolah Negeri Swasta Jlh Sekolah Jlh Murid Jlh Guru Ratarata rasio murid dgn Guru Ratarata rasio guru dengan Sekolah 1 PAUD TK N/S SD, SDLB, MI N/S SMP,MTs N/S SMA N/S SMK N/S Jumlah Sumber Data: Dinas Pendidikan Nasional Kab. Toba Samosir Tahun 2010 Tabel II.12 Data Gedung Sekolah Menurut Tingkat Sekolah Kondisi Bangunan Jumlah NO Tingkat Sekolah Rusak Rusak Baik Ruang Ringan Berat 1 PAUD TK Negeri/Swasta SD, MI Negeri/ Swasta 4 SMP, MTs Negeri/ Swasta 5 SMA Negeri/ Swasta 6 SMK Negeri/ Swasta Jumlah Sumber Data : Dinas Pendidikan Nasional Kab.Toba Samosir Thn 2010 Kondisi fisik dan sarana prasarana pendidikan di sekolah-sekolah khususnya sekolah dasar masih sangat minim. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di Kabupaten Toba Samosir secara umum. Peningkatan kualitas sarana prasarana sekolah ini memakan biaya yang sangat besar oleh karena itu diperlukan perencanaan yang terarah dan matang. Pokja Kab. Toba Samosir II-15

34 Tabel II.13 Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan dan Kecamatan Periode Tahun Kecamatan/ Tingkat Pendidikan/Education Level Sub Regency SD/MI/SLB SLTP/MTs SMA SMK 01 Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti Siantar Narumonda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Jumlah/Total : : : Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Toba Samosir Tahun Angka Buta Huruf Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf atau tingkat buta huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Kemampuan membaca dan menulis akan mendorong meningkatnya peran aktif penduduk dalam proses pembangunan. Secara persentase, penduduk usia 10 tahun ke atas yang belum dapat membaca dan menulis di Kabupaten Toba Samosir dapat dikatakan rendah. Menurut hasil Susenas 2008, persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang melek huruf sebanyak 98,49 persen dan buta huruf 1,51 persen. Bila dibandingkan dengan tahun 2007, maka sudah tejadi penurunan buta huruf dengan angka buta huruf tahun ,54 persen. Pokja Kab. Toba Samosir II-16

35 Tabel II.14 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Yang Buta Huruf Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 Persentase Laki-laki Perempuan Total ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,00 0,00 0, ,24 2,05 1, ,20 6,73 3, ,13 6,87 3, ,18 19,58 13,54 Status Pendidikan Persentase Penduduk Toba Samosir Yang Buta Huruf 0,76 2,31 1,51 Sumber : Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 II.5. Kesehatan Profil Kesehatan dan Pencapaian Kesehatan Sebelum membahas profil kesehatan, terlebih dahulu kita tinjau konsep Visi dan Misi yang dikembangkan Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir dalam menangani kesehatan di Kabupaten Toba Samosir periode tahun Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir adalah Mewujudkan Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat Berlandaskan Kasih, Peduli, Bermartabat Pada Tahun Untuk mencapai Visi Kesehatan Kabupaten Toba Samosir tersebut di atas, akan diwujudkan melalui Misi Kesehatan Kabupaten Toba Samosir tahun berikut ini: a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan kesehatan; b. Menjamin ketersediaan dan sumber daya kesehatan; c. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat; d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik di bidang kesehatan; Pokja Kab. Toba Samosir II-17

36 e. Meningkatkan penggunaan teknologi dan sistem informasi kesehatan untuk mendukung upaya pelayanan kesehatan; f. Meningkatkan pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah, masyarakat dan pihak swasta; g. Meningkatkan kemitraan pelayanan kesehatan dengan lembaga pendidikan, pemerintah dan swasta. Strategi dan arah kebijakan umum disusun untuk mencapai visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir tersebut, maka berikut ini adalah strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir dalam bidang kesehatan: 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama Pemerintah Kabupaten Toba Samosir; 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif preventif; 3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan; 4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu; 5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, manfaat dan mutu sediakan farmasi, alat kesehatan dan makanan; 6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan berhasil guna untuk menetapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab. Gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah dapat dilihat dari indikator yang dinilai paling peka sebagai ukuran derajat kesehatan meliputi; (A) Angka Kematian, (B) Angka Kesakitan dan (C) Status Gizi. A. Angka Kematian Indikator pengukuran angka kematian ini dilihat dari angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup, jumlah kematian ibu dan angka kecelakaan lalu lintas per penduduk. Pokja Kab. Toba Samosir II-18

37 Tabel II.15 Angka Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Toba Samosir periode Tahun No Tahun AKB ( ) AKABA ( ) ,94 23, ,85 13, ,73 5, ,6 4, ,23 0, ,1 1,3 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab.Tobasa Tahun 2009 dan MDGs Keterangan : AKB (Angka Kematian Bayi) & AKABA (Angka Kematian Anak Balita) Angka kematian bayi di Kabupaten Toba Samosir tahun secara berturut turut sebesar 0,94 ; 2,85 ; 6,73 ; 14,6 dan tahun 2008 sebesar 10,23 (artinya dari setiap 1000 kelahiran hidup terdapat 10 kematian bayi). Untuk tahun 2009 angka kematian bayi adalah sebesar 6,1 masih lebih rendah dari target nasional tahun 2010 sebesar 23 jiwa per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan tabel tersebut juga terlihat bahwa angka kematian balita (AKAB) kecenderungannya menurun dari tahun 2004 s/d 2009 dengan besaran 23, `pada tahun 2004 menjadi 0,22 tahun Untuk tahun 2009 terjadi kecenderungan kenaikan dari tahun 2008, yakni dari 0,22 tahun 2008 menjadi 1,3 tahun Namun secara nasional target yang ditetapkan tahun 2010 adalah sebesar 32 per seribu kelahiran hidup, sehingga kondisi tahun 2009 tersebut masih berada di bawah target nasional. B. Angka Kesakitan Angka kesakitan merupakan jumlah penderita suatu penyakit tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang kemungkinan terkena penyakit tersebut dalam suatu wilayah dan waktu tertentu dikaitkan dengan konstanta (faktor penentu). Angka kejadian Acute Flaccid Paralysis (AFP) tahun 2009 pada anak usia<15 tahun ditemukan di Kecamatan Lumban Julu sebanyak 3 kasus. Pokja Kab. Toba Samosir II-19

38 No Adapun persebaran Angka Kesakitan yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel II.16 Angka Kesakitan Kabupaten Toba Samosir periode Jenis Penyakit 1. Infeksi akut lain pada Saluran Pernapasan bagian atas 2. Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas Keadaan Tahun ( jiwa ) Penyakit lainnya Diare Tekanan Darah Tinggi Penyakit sistem otot & Jaringan Pengikat Infeksi Penyakit Usus lainnya Tukak Lambung Karies Gigi Kecelakaan dan Ruda Paksa Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Toba Samosir Tahun 2010 C. Status Gizi Untuk menggambarkan status gizi di suatu daerah dapat dilihat dari angka kunjungan neonates, kunjungan gizi, berat bayi lahir rendah (BBLR) ditangani, balita dengan gizi buruk dan kecamatan bebas rawan gizi. Persentase kunjungan neonates dan bayi tahun 2009 masing masing sebesar 75% dan 100%. Jumlah bayi yang lahir tahun 2009 di Kabupaten Toba Samosir sebanyak jiwa, dimana 0,05% (2 bayi) merupakan BBLR yang keseluruhannya dapat ditangani. Dari balita yang ada di Kabupaten Toba Samosir tahun 2009, dari balita yang melaksanakan penimbangan dan 81,48% ( balita) berat badannya naik. Untuk kasus gizi buruk tahun masing masing sebesar 0,57%, 0,60%, 1,74% dan 1,02%. Terhadap data ini ada kecenderungan peningkatan kasus gizi buruk yang walaupun tidak signifikan. Berikut ini kondisi status gizi balita di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel: Pokja Kab. Toba Samosir II-20

39 Tabel II.17 Status Gizi Balita di Kabupaten Toba Samosir periode No Tahun Balita Gizi Buruk (%) , , , , ,05 Sumber data : Dinas Kesehatan Kab.Toba Samosir Tahun 2010 Kesehatan Ibu Jumlah kematian ibu untuk tahun 2009 terdapat sebanyak 8 kasus, masing masing terdapat di kecamatan Balige (3 kasus), Kecamatan Habinsaran (1 kasus), Kecamatan Nassau (2 kasus) dan Kecamatan Porsea (2 kasus). Masih ditemukannya kematian ibu di Kabupaten Toba Samosir erat kaitannya dengan angka kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan dan pertolongan persalinan. Pengobatan Kondisi penyakit terbanyak,bila ditinjau dari tampilan tabel di bawah ini, penyakit infeksi masih mendominasi. Sebagian besar penyakit infeksi yang terjadi itu, karena pengelolaan lingkungan yang belum optimal dan mutu lingkungan yang tergolong kurang. Berikut kondisi penyakit terbanyak yang ada di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel berikut: Pokja Kab. Toba Samosir II-21

40 No Tabel II.18 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Toba Samosir periode Jenis Penyakit 1 Infeksi akut lain pada Saluran Pernapasan bagian atas 2 Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas Keadaan Tahun ( jiwa ) Penyakit lainnya Diare Tekanan Darah Tinggi Penyakit system otot & Jaringan Pengikat Infeksi Penyakit Usus lainnya Tukak Lambung Karies Gigi Kecelakaan dan Ruda Paksa Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Tobasa Tahun 2010 Kondisi pengobatan yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan obat generik di puskesmas; 2. Pasien terlayani kesehatannya bila berobat ke puskesmas; 3. Polindes terbuka 24 jam; 4. Tenaga bidan desa tersebar di 90% desa yang ada. Perilaku Sehat Upaya membangun kesehatan tak dapat berhasil guna tanpa adanya peran serta masyarakat, yang salah satu bentuknya Posyandu yang mempunyai peran penting dalam mengidentifikasi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Perilaku sehat erat kaitannya dengan derajad kesehatan. Derajat kesehatan di masyarakat ditunjukkan dengan makin menurunnya prevalensi gizi buruk dan malaria. Peningkatan kinerja di bidang kesehatan ini tidak terlepas dari upaya pemerintah daerah maupun bantuan pemerintah pusat dalam meningkatkan kualitas dan jangkauan serta penyediaan obat-obatan esensial bagi masyarakat. Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut: Pokja Kab. Toba Samosir II-22

41 Tabel II.19 Perkembangan Sarana dan Prasarana Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Tahun (unit) No Sarana Prasarana 2005 s/d 2006 s/d 2007 s/d 2008 s/d 2009 s/d Puskesmas Puskesmas pembantu 3. Posyandu Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab.Toba Samosir Tahun 2010 Tabel II.20 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Status Kepemilikan No Fasilitas Kesehatan Pemerintah Swasta Jumlah 1. Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Mini Daerah Rumah Sakit Khusus Kusta Apotek Pondok Bersalin Desa Praktek Dokter Praktek Bidan SPK/AKPER Sekolah Menengah Farmasi Sumber Data : BPS Kab. Toba Samosir Tahun 2009 Ketersediaan sumber daya aparatur kesehatan di Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel berikut: Pokja Kab. Toba Samosir II-23

42 Tabel II.21 Jumlah Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Menurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan/ Sub Regency Dokter/State Physician Paramedis Perawatan Paramedis Non Perawatan Non Medis Jumlah/Total 01 Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti 11 Siantar Narumonda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Jumlah : 2008 : 2007 : Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Toba Samosir II.6. Kondisi Kepemilikan Lahan dan Sosial Budaya Masyarakat Secara umum Kabupaten Toba Samosir mempunyai lahan dengan status penguasaan lahan yaitu tanah ulayat dan tanah pemerintah, yang artinya adalah: Tanah Ulayat adalah tanah yang dimiliki oleh garis keturunan yang memiliki lahan tersebut dan dikelola oleh turunan nenek moyang tesebut dan disebut juga tanah adat, yang umumnya wilayah Toba Samosir adalah orang Batak Toba (mayoritas). Pokja Kab. Toba Samosir II-24

43 Tanah Negara (Pemerintah) adalah tanah yang dimiliki oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah Khusus perkotaan status dan penguasaan tanah di Kota Balige terbagi dalam dua jenis yaitu tanah ulayat dan tanah negara. Tanah ulayat (tanah adat) berkaitan dengan budaya masyarakatnya dimana tanah dimiliki secara turun temurun (adat) dan sampai saat ini pemanfaatannya belum optimal. Masih banyak ditemukan tanah-tanah kosong atau belum dimanfaatkan dan berkembang menjadi daerah semak belukar atau lahan kering. Di Kota Balige sendiri tidak ditemukan tempat pemakaman umum sebagaimana kota-kota lainnya. Hal ini disebabkan karena tanah-tanah yang dimiliki secara turun temurun tadi banyak yang dijadikan tempat pemakaman keluarga. Hal ini tentu saja menjadi faktor penghalang dalam perencanaan kota ke depannya. Selanjutnya data Rencana Penggunaan Lahan, Kepadatan Penduduk, Kondisi perekonomian dan struktur PDRB Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Pokja Kab. Toba Samosir II-25

44 Tabel II.22 Penggunaan Lahan Di Kabupaten Toba Samosir No Kecamatan Rencana Pengunaan Lahan 2009 Permukiman Pt Pc Sw B APL Total (Ha) 1 Ajibata , Lumban Julu , , PP. Meranti , , , Bonatua Lunasi , , , Porsea , , , Parmaksian , , S Narumonda , , Uluan , , , Habinsaran , , , , Nassau , , , Silaen , , , Sigumpar , , Laguboti , , , Tampahan , Balige , , , Borbor , , , , , Jumlah 2, , , , , , , Sumber Data : Analisis Tim Penyusun Revisi RTRW Kab.Toba Samosir tahun 2009 Keterangan: Pt : Pertanian Lahan Kering Pc Sw B : Pertanian Lahan Kering Campuran : Sawah : Semak/Belukar APL : Area Penggunaan Lain Pada umumnya di Kabupaten Toba Samosir, suku yang dominan di Kota Balige adalah Suku Tapanuli atau Suku Batak Toba. Konsep garis keturunan di kota ini sangat kuat. Satu garis keturunan ditandai dengan marga yang digunakan secara turun temurun berdasarkan garis keturunan laki-laki. Marga dalam adat Batak dapat diartikan dalam suatu arti kelompok masyarakat pada umumnya yang mempunyai tali persaudaraan yang sangat kuat. Marga-marga terus berkembang sejalan dengan pergeseran masyarakat dan perkembangannya. Penyebaran marga-marga ini sebenarnya dapat dilihat dari sebaran kampung-kampung yang sesuai dengan marganya. Untuk saat ini, Pokja Kab. Toba Samosir II-26

45 perkembangan sosial ekonomi dan budaya yang dinamis menyebabkan sebaran berdasarkan marga-marga tersebut sudah tidak jelas lagi.komposisi agama yang dianut oleh Penduduk Kabupaten Toba Samosir terdiri dari Kristen Protestan, Kristen Katolik, Islam dan Aliran Kepercayaan (Parmalim). Komposisi yang terbesar berturut turut adalah penganut agama Kristen Protestan diikuti Kristen Katolik, Islam dan Aliran Kepercayaan (Parmalim). Berikut ini, akan ditampilkan tabulasi persebaran rumah ibadah yang terdapat di seluruh Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir: Tabel II.23 Jumlah Rumah Ibadah Menurut Kecamatan Dan Jenis Rumah Ibadah Tahun 2008 Kecamatan Mesjid (unit) Langgar/ Surau (unit) Gereja (unit) Protestan Katolik Lainnya*) (unit) 01 Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea Pintu Pohan Meranti 11 Siantar Narumonda 12 Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian ¹) Bonatua Lunasi ¹) Jumlah : 2008 : 2007 : (tahun 2010) Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Toba Samosir & Para Camat Se-Kab.Tobasa Keterangan: ¹) Masih Bergabung di kecamatan induk (Porsea, Lumban Julu dan Uluan), *) = Fasilitas tempat ibadah aliran kepercayaan Pokja Kab. Toba Samosir II-27

46 II.7. Perekonomian daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus dilaksanakan secara terpadu dan serasi serta diarahkan untuk mengembangkan daerah sesuai dengan prioritas dan potensi wilayah/kawasan. Upaya untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat pada periode masih akan dibayangi oleh kondisi krisis ekonomi global. Tantangan pokok yang akan dihadapi pada periode masih terkait dengan masalah-masalah sosial mendasar terutama penganguran dan kemiskinan. Pada tahun 2008 jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Toba Samosir sebanyak 614 orang dengan rincian 208 laki-laki dan 406 perempuan. Dari jumlah tersebut 60,59% merupakan pencari kerja tamatan SLTA, tamatan Diploma 19,06%, tamatan Sarjana 18,73% dan sisanya 1,63% merupakan tamatan SLTP dan SD. Dari 614 orang pencari kerja tersebut yang telah diterima bekerja adalah sejumlah 435 orang dari berbagai latar belakang pendidikan. Guna menekan jumlah pengangguran, kualitas pertumbuhan ekonomi perlu ditingkatkan agar kegiatan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih besar dan mengurangi jumlah penduduk miskin. Fakta yang ada menunjukkan bahwa hampir separuh jumlah propinsi memiliki tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional dan pada umumnya penduduk miskin masih terkonsentrasi di daerah perdesaan. Pada Tahun 2008 jumlah Keluarga Prasejahtra/Keluarga Sejahtra (KS I) sebesar keluarga dimana Kecamatan Balige merupakan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga prasejahtra/ks I, yaitu sebanyak keluarga dan kecamatan tampahan merupakan kecamatan dengan jumlah keluarga prasejahtra/ks I terkecil yaitu hanya 444 keluarga. Secara umum struktur ekonomi Kabupaten Toba Samosir masih didominasi sektor industri diikuti sektor pertanian dan perdagangan. Pada tahun 2005 kontribusi sektor industri terhadap PDRB atas dasar harga berlaku adalah 37,71%, pada tahun 2005, tahun 2006 naik menjadi 39,54%, tahun 2007 naik menjadi 41,20%, tahun 2008 naik menjadi 42,58%, tahun 2009 turun menjadi 42.48%. Distribusi setiap lapangan usaha terhadap PDRB Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada tabel berikut ini: Pokja Kab. Toba Samosir II-28

47 Lapangan Usaha Tabel II.24 Struktur Perekonomian Kabupaten Toba Samosir Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Juta/Rupiah) Pertanian , , , , ,21 Pertambangan dan Penggalian 6.102, , , , ,23 Industri , , , , ,61 Listrik, Gas dan Air Minum , , , , ,59 Bangunan , , , , ,97 Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,76 Total , , , , ,03 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Toba Samosir Tahun 2009 Tabel II.25 Kondisi Ekonomi Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha Tahun (Juta Rp) Pertanian , , , ,47 Pertambangan dan 3.555, , , ,04 Penggalian Industri , , , ,35 Listrik, Gas dan Air , , , ,57 Bangunan , , , ,75 Perdangangan, Hotel dan , , , ,19 Restoran Pengankutan & Komunikasi , , , ,63 Keuangan, Asuransi, , , , ,38 Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, , , , ,23 Sosial dan Perorangan , , , ,61 Sumber Data : BPS Kab.Toba Samosir Tahun 2009 Pokja Kab. Toba Samosir II-29

48 Tabel II.26 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Toba Samosir Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (Rp.000) (Rp.000) , , , , , , , , , , , , , , , , , ,62 Sumber Data : BPS Kab.Toba Samosir Tahun 2009 II.8. Visi dan Misi Kabupaten Toba Samosir II.8.1. Visi Dengan mempertimbangkan kondisi objektif seluruh sumberdaya yang merupakan sumber-sumber terpilih untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Toba Samosir ke arah yang lebih baik dan mewakili semua aspirasi masyarakat, disusunlah Visi Kabupaten Toba Samosir tahun 2011 s/d 2015 sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toba Samosir Tahun yaitu: Terwujudnya Kabupaten Toba Samosir Yang Memiliki Rasa Kasih, Peduli dan Bermartabat. II.8.2. Misi Untuk tercapainya Visi pembangunan Kabupaten Toba Samosir tersebut, maka Misi Kabupaten Toba Samosir ditetapkan sebagai berikut: 1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa; 2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan; 3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia; 4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur; 5. Mewujudkan pengembangan ekonomi rakyat; 6. Mengoptimalkan serta memanfaatkan sumber daya alam; Pokja Kab. Toba Samosir II-30

49 7. Memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan dinamis. II.9. Institusi dan Organisasi II.9.1. Kelembagaan di Kabupaten Toba Samosir Sampai saat sekarang kelembagaan yang secara khusus menangani sanitasi di Kabupaten Toba Samosir belum ada. Penanganan dilakukan secara bersama dan menjadi tanggung jawab beberapa lembaga/instansi (SKPD) yang terkait. Secara garis besar terdapat dua lapisan institusi yang terkait dengan sanitasi. Lapisan pertama adalah institusi yang mengemban tugas di bidang sanitasi secara langsung dan lapisan kedua adalah institusi yang bersinggungan dan berkaitan dengan bidang sanitasi, namun lebih bersifat mendukung (kebijakan). Dinas atau badan yang mengemban tugas yang di bidang sanitasi adalah sebagai berikut; II Badan Perencanaan Daerah Fungsi utama Badan ini di bidang sanitasi sesuai Perda Kabupaten Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008 adalah sebagai badan perencana programprogram sanitasi, yang selanjutnya dijadikan sebagai acuan bagi dinas, badan maupun kantor menyusun kegiatan menurut fungsi dan tugasnya masingmasing. Selain sebagai institusi perencana, tugas lain Bappeda di bidang sanitasi adalah sebagai lembaga yang memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan berbagai program pembangunan di Kabupaten Toba Samosir, termasuk sanitasi dari fungsi tersebut maka, untuk Bappeda dalam peta kelembagaan sanitasi yang lebih berfungsi pada pembuat dan pemantau berbagai kebijakan di bidang sanitasi. II Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Dinas ini memiliki fungsi pokok sebagai berikut (Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008): a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang pasar, kebersihan, dan pertamanan; b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pasar, kebersihan dan pertamanan; Pokja Kab. Toba Samosir II-31

50 c. Membina dan melaksanakan tugas di bidang pasar, kebersihan dan pertamanan. Dari uraian fungsi pokok di atas, maka bisa disimpulkan bahwa tugas dinas ini cukup luas, karena di samping sebagai regulator teknis, dinas ini juga berfungsi sebagai pelaksana regulasi dan operator di bidang sanitasi (sampah dan air limbah). Kondisi ini akan menimbulkan proses penegakan terhadap aturan dan standar teknis di bidang sanitasi menjadi sesuatu yang sulit karena regulator yang juga berfungsi sebagai lembaga pelaksana dan pengawas. Di samping penegakan aturan, proses penyusunan aturan teknis terkait dengan sanitasi menjadi sangat sulit, karena semua seksi sudah cukup sibuk dengan proses penyusunan dan pelaksanaan program. Beberapa peraturan daerah (Perda) yang tujuannya melakukan monitoring, mengawasi dan menegakan hukum antara lain Retribusi Perlayanan Persampahan Nomor 7 Tahun 2003 dimana wajib retribusi adalah pribadi/badan yang menurut peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retibusi dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan tentang sanksi terhadap pelanggaran perda dimaksud, belum diatur secara spesifik. Hal umum yang dilakukan selama ini terhadap penunggak retribusi hanyalah pemberhentian pelayanan. Kebijakan ini disadari belum memberikan solusi yang efektif karena akan menimbulkan permasalahan baru. Sementara perda tentang pengelolaan air limbah sejauh ini belum ada pada Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir dan penanganannya secara langsung masih ada pada Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir. II Dinas Tata Ruang dan Permukiman Bila di tinjau dari ruang lingkup sanitasi dan tupoksi dinas, maka keterlibatan Dinas Tarukim adalah Drainase, baik itu mulai dari tahap perencanaan, kontruksi maupun di bidang pemeliharaanya. Secara rinci fungsi Dinas Tata Ruang dan Permukiman adalah sebagai berikut (Perda Kabupaten Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008): a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan permukiman; b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang tata ruang dan permukiman; c. Membina dan melaksanakan tugas di bidang tata ruang dan permukiman. Pokja Kab. Toba Samosir II-32

51 Karena drainase erat kaitannya dengan jalan dan tata bangunan maka dalam proses perencanaan dan pengembangan serta pemeliharaan harus bekerja sama dengan bagian yang menangani jalan (Dinas PU kabupaten/ propinsi dan tata bangunan yang masih berada di Dinas Tarukim). II Dinas Kesehatan Kabupaten Dinas Kesehatan, yang membangun tugas untuk menyusun program dan standar-standar sanitasi masyarakat serta penyadaran masyarakat atas pentingnya sanitasi. Dalam menjalankan tugasnya Dinas Kesehatan mempunyai fungsi sebagai berikut (Perda Kabupaten Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008): a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan, yang meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, pelayanan medik, kesehatan masyarakat, pendataan dan pengembangan informasi kesehatan, keluarga sejahtera serta pembangunan kesehatan masyarakat sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh bupati; b. Pembinaan umum dan teknis dalam penyelenggaraan kewenangan daerah di bidang kesehatan, yang meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, pelayanan medik, kesehatan masyarakat, pendataan dan pengembangan informasi kesehatan, keluarga sejahterah serta pembangunan kesehatan masyarakat; c. Pengelolaan perizinan di bidang kesehatan, yang meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, pelayanan medik, kesehatan masyarakat, pendataan dan pengembangan informasi kesehatan, keluarga sejahtera serta pembangunan kesehatan masyarakat; d. Penyelenggaraan pelayanan umum yang meliputi penyuluhan dan penyebaran informasi di bidang kesehatan, yang meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, pelayanan medik, kesehatan masyarakat, pendataan dan pengembangan informasi kesehatan, keluarga sejahtera serta pembangunan kesehatan masyarakat; e. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas-tugas di bidang kesehatan, yang meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, pelayanan medik, kesehatan Pokja Kab. Toba Samosir II-33

52 masyarakat, pendataan dan pengembangan informasi kesehatan, keluarga sejahtera serta pembangunan kesehatan masyarakat; f. Pengaturan, pengendalian dan pembinaan terhadap UPT dan Puskesmas dalam lingkup Dinas Kesehatan; g. Penyelenggaraan tata usaha Dinas Kesehatan. Surat Keputusan Mendagri Nomor Tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota yang selanjutnya untuk bidang kesehatan diperjelas dengan Surat Sekretaris Jenderal Depkes dan Depsos Republik Indonesia Nomor OT.01.SJ.IV.1051 terdapat 27 kewenangan pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten dan kota sebagai berikut: a. Perencanaan pembangunan kesehatan wilayah kabupaten/kota; b. Pengaturan dan pengorganisasian sistem kesehatan kabupaten/kota; c. Perizinan kerja/praktek tenaga kesehatan; d. Perizinan sarana kesehatan; e. Perizinan distribusi pelayanan obat skala kabupaten/kota (apotik dan toko obat); f. Pendayagunaan tenaga kesehatan; g. Implementasi sistem pembiayaan kesehatan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan atau sistem lain di kabupaten/kota; h. Penyelenggaraan upaya/sarana kesehatan kabupaten/kota; i. Penyelenggaraan upaya dan promosi kesehatan masyarakat; j. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam lingkungan kabupaten/ kota; k. Penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan dan pemantauan dampak pembangunan terhadap kesehatan lingkup kabupaten/kota; l. Perencanaan dan pengadaan obat pelayanan kesehatan dasar essensial; m. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lingkup kabupaten/kota; n. Penetapan tarif pelayanan kesehatan lingkup kabupaten/kota; o. Penelitian dan pengembangan kesehatan kabupaten/kota; p. Penyelenggaraan kewaspadaan pangan dan gizi lingkup kabupaten/kota; q. Bimbingan dan pengendalian kegiatan pengobatan tradisional; r. Bimbingan dan pengendalian upaya/sarana kesehatan skala kabupaten/ kota; Pokja Kab. Toba Samosir II-34

53 s. Bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan lingkup kabupaten/kota; t. Pencatatan dan pelaporan obat pelayanan kesehatan dasar; u. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan kabupaten/kota; v. Pengembangan kerjasama lintas sektor lingkup kabupaten/kota dan kerjasama antar daerah; w. Bimbingan teknis mutu dan keamanan industri rumah tangga, makanan; x. Menyelenggarakan program pelatihan kesehatan di wilayah kabupaten/ kota; y. Pelaksanaan kegiatan pengawasan program kesehatan; z. Penyelenggaraan akuntabilitas instansi kesehatan di wilayah kabupaten/ kota; aa. Mengamankan kebijakan pengawasan dan pengendalian penapisan dan pengembangan Iptek kesehatan/kedokteran canggih. Dalam pelaksanaan kewenangan tersebut secara aplikasi seyogyanya diciptakan hubungan koordinasi, kerjasama, tanggung jawab, berupa: a. Koordinasi dan kerjasama lintas program yaitu antar Subdinas dan antar Seksi. b. Koordinasi dan kerjasama lintas sektoral dengan sektor terkait. c. Tanggung jawab terletak pada masing masing dan latar belakang program. II Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Tugas pokok dari Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir sesuai Perda Kab.Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008 adalah merumuskan kebijaksanaan koordinasi dan pengawasan pengelolaan bidang lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang pengendalian pencemaran lingkungan dan pengolahan limbah dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang pengendalian kerusakan/pemulihan lingkungan dan penataan wilayah/bina usaha dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang penataan lingkungan dan pembinaan masyarakat dan komunikasi lingkungan dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang tambang dan energi dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan pertambangan, melaksanakan Pokja Kab. Toba Samosir II-35

54 koordinasi pelaksanaan pada bidang pengendalian pencemaran lingkungan dan pengolahan limbah, pengendalian kerusakan/pemulihan lingkungan dan penataan wilayah/bina usaha. II Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba Samosir Bila di tinjau dari ruang lingkup sanitasi dan tupoksi dinas, maka keterlibatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah pembinaan masyarakat sadar wisata dan penataan lokasi tujuan wisata bebas dari masalah sampah dan air limbah serta peningkatan keindahan lingkungan, baik itu mulai dari tahap perencanaan, kontruksi maupun di bidang pemeliharaanya. Secara rinci Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut (Perda Kab.Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008): a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata; b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kebudayaan dan pariwisata; c. Membina dan melaksanakan tugas di bidang kebudayaan dan pariwisata. Dari pemetaan diatas maka bisa ada terdapat dua lapisan institusi bidang sanitasi yaitu institusi utama dan institusi pendukung. Di samping itu secara operasional kelompok kerja (pokja) sanitasi yang bertugas melakukan sinkronisasi antar dinas dan pemerintah propinsi, sehingga pelaksanaan program senantiasa satu langkah bersamaan dengan program yang dikembangkan pusat. II.10. Keuangan Daerah Alokasi dana untuk sanitasi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu parameter strategis guna melihat keseriusan penanganan sektor sanitasi di Kabupaten Toba Samosir. Lima tahun terakhir sejak 2005 s/d 2009 terlihat bahwa persentase dana yang dialokasikan untuk sanitasi masih relatif kecil dari total APBD Kabupaten Toba Samosir. Meskipun demikian, bukan serta merta Kabupaten mengabaikannya-melainkan karena beberapa sektor utama penggerak perekonomian juga sangat mendesak untuk ditangani. Dengan kata lain, meskipun anggaran fisik sanitasi masih kecil, namun kegiatan dan program yang terkait sanitasi tetap berjalan dan tersebar di berbagai alokasi kegiatan SKPD yang terkait sanitasi seperti Dinas Kesehatan, Pokja Kab. Toba Samosir II-36

55 Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan. Adapun kondisi alokasi Anggaran untuk penataan sektor (meliputi drainase, pemberdayaan masyarakat, persampahan dan penataan lingkungan bersih dan sehat) di Kabupaten Toba Samosir dari APBD Kabupaten Toba Samosir mulai dari TA 2008, 2009 dan 2010 yang tersebar di Dinas Kesehatan, Dinas Tata Ruang Permukiman, Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan, Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah sebagai berikut: T.A Tabel II. 27 Alokasi Anggaran Penataan Dari Belanja Langsung APBD Kabupaten Toba Samosir KONDISI BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN TOBA SAMOSIR TOTAL BELANJA ( Rp ) TOTAL BELANJA LANGSUNG (Rp) SKPD PAGU (Rp) TA 2008 TA 2009 TA Dinas Kesehatan Dinas Tarukim Dinas Pasar Badan Lingkungan Hidup & Pertambangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Total TA Dinas Kesehatan Dinas Tarukim Dinas Pasar Badan Lingkungan Hidup & Pertambangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Total TA Dinas Kesehatan Dinas Tarukim Dinas Pasar Badan Lingkungan Hidup & Pertambangan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Sumber Data : Dokumen APBD Kabupaten Toba Samosir Total TA Pokja Kab. Toba Samosir II-37

56 Untuk melihat kondisi alokasi anggaran dari pos belanja APBD Kabupaten Toba Samosir TA 2008, 2009 dan Tahun Anggaran yang sedang berlangsung Tahun 2010 untuk penataan pembangunan sektor dilakukan dengan perhitungan proporsi Total Belanja Langsung untuk sektor dari setiap SKPD yang terlibat terhadap Total Belanja Langsung dari APBD Kabupaten Toba Samosir. Dari tabel II.27 dapat diperoleh proporsi penataan sektor sanitasi berturut turut untuk TA 2008 sebesar 5,87%, TA 2009 sebesar 3,65% dan angka sementara TA sebesar 5,32%. Dasar hukum pengelolaan keuangan daerah adalah: a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b. Undang-undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; c. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; d. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dalam operasional penatalaksanaan pengelolaan keuangan daerah, pemerintah telah menerbitkan beberapa regulasi untuk mendukung penyelenggaraan pengelolaan keuangan tersebut, yang antara lain: a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; b. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005, tentang Pinjaman Daerah; d. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005, tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah; e. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005, tentang Hibah Kepada Daerah; f. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; g. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005, tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Ringkasan perkembangan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir dalam tahun 2005 s/d tahun 2009, dapat diperlihatkan dalam tabel berikut: Pokja Kab. Toba Samosir II-38

57 Tabel II.28 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Toba Samosir T.A Uraian Realisasi (Rp) 2005 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pendapatan Pajak Daerah ,00 2. Retribusi Daerah ,00 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah ,00 4. Lain-lain PAD yang sah ,62 Jumlah PAD ,62 Pendapatan Dana Perimbangan 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak ,00 2. Bagi Hasil Bukan Pajak ,00 3. DAU ,00 4. DAK ,00 5. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi ,00 Jumlah Pendapatan Dana Perimbangan ,00 Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Dana bantuan dari Pemerintah ,92 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah ,92 Total Pendapatan T.A ,54 Belanja Tidak Langsung ,00 Belanja Pegawai/Personalia ,00 Belanja Barang dan Jasa ,00 Belanja Pemeliharaan ,00 Belanja Langsung ,69 Belanja Aparatur ,00 Belanja Operasi Pemeliharaan ,00 Belanja Pegawai/Personalia ,00 Belanja Barang dan Jasa ,00 Belanja Perjalanan Dinas ,00 Pokja Kab. Toba Samosir II-39

58 T.A Uraian Realisasi (Rp) Belanja Pemeliharaan ,00 Belanja Modal ,00 Belanja Publik ,69 Belanja Operasi Pemeliharaan ,50 Belanja Pegawai/Personalia ,00 Belanja Barang dan Jasa ,00 Belanja Perjalanan Dinas ,00 Belanja Pemeliharaan ,50 Belanja Modal ,19 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan ,00 Belanja Tidak Tersangka ,00 Total Belanja ,69 Pembiayaan ,28 Penerimaan Pembiayaan ,28 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu ,28 Pengeluaran Daerah ,00 Penyertaan Modal (Investasi) ,00 Pembayaran Hutang yang Jatuh Tempo 0,00 Jumlah Pembiayaan , Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pendapatan Pajak Daerah ,00 2. Retribusi Daerah ,00 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah ,00 4. Lain-lain PAD yang sah ,54 Jumlah PAD ,54 Pendapatan Dana Perimbangan 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak ,00 2. Bagi Hasil Bukan Pajak ,00 3. DAU ,00 4. DAK ,00 Pokja Kab. Toba Samosir II-40

59 T.A Uraian Realisasi (Rp) 5. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi ,00 Jumlah Pendapatan Dana Perimbangan ,00 Total Pendapatan ,54 Belanja ,09 Belanja Aparatur ,00 Belanja Administrasi Umum ,00 Belanja Operasi dan Pemeliharaan ,00 Belanja Modal ,00 Belanja Publik ,09 Belanja Administrasi Umum ,00 Belanja Operasi dan Pemeliharaan ,00 Belanja Modal ,09 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan ,00 Belanja Tidak Tersangka 0,00 Jumlah Belanja T.A ,09 Surplus/(Defisit) ,45 Pembiayaan ,22 Penerimaan Daerah ,22 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu ,22 Transfer dari Dana Cadangan 0,00 Transfer dari Dana Depresiasi 0,00 Penerimaan Pinjaman dan Obligasi 0,00 Hasil Penjualan Asset Daerah yang Dipisahkan 0,00 Pengeluaran Daerah ,00 Penyertaan Modal (Investasi) ,00 Pokja Kab. Toba Samosir II-41

60 T.A Uraian Realisasi (Rp) Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo 0,00 Pembiayaan Netto , Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pendapatan Pajak Daerah ,00 2. Retribusi Daerah ,00 3. Hasil Perusahaan Milik Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah ,50 4. Lain-lain PAD yang sah ,00 Jumlah PAD ,50 Pendapatan Transfer 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak ,00 2. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Bukan Pajak ( sumber daya alam ) ,00 3. DAU ,00 4. DAK ,00 5. Bagi Hasil Pajak ,00 Jumlah Pendapatan Transfer ,00 Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Pendapatan Dana Darurat ,00 2. Bantuan Keuangan dari Propinsi ,00 3. Pendapatan lainnya ,00 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah ,00 Total Pendapatan T.A ,50 Belanja ,00 Belanja Tidak Langsung ,00 Belanja Pegawai ,00 Belanja Bantuan Sosial ,00 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/ ,00 Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga ,00 Pokja Kab. Toba Samosir II-42

61 T.A Uraian Realisasi (Rp) Belanja Langsung ,00 Belanja Pegawai ,00 Belanja Barang dan Jasa ,00 Belanja Modal ,00 Total Belanja T.A ,00 Surplus/(Defisit) ,50 Pembiayaan Penerimaan ,67 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu ,67 Transfer dari Dana Cadangan 0,00 Penerimaan Pinjaman dan Obligasi 0,00 Hasil Penjualan Asset Daerah yang Dipisahkan 0,00 Pengeluaran ,00 Penyertaan Modal (Investasi) ,00 Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo 0,00 Pembiayaan Dana Bergulir ,00 Pembiayaan Netto , Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Pendapatan Pajak Daerah ,00 2. Retribusi Daerah ,00 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan ,13 4. Lain-lain PAD yang sah ,00 Jumlah PAD ,13 Pendapatan Transfer 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak ,00 2. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Bukan Pajak (sumber daya alam) ,00 3. DAU ,00 4. DAK ,00 5. Bagi Hasil Pajak ,00 Pokja Kab. Toba Samosir II-43

62 T.A Uraian Realisasi (Rp) 6. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak ,14 Jumlah Pendapatan Transfer ,14 Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Bantuan keuangan dari Propinsi ,00 2. Pendapatan Lainnya ,94 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah ,94 Total Pendapatan T.A ,21 Belanja ,69 Belanja Operasi ,60 Belanja Pegawai ,60 Belanja Barang ,00 Belanja Bunga 0,00 Belanja Subsidi 0,00 Belanja Hibah ,00 Belanja Bantuan Sosial ,00 Belanja Bantuan Keuangan ,00 Belanja Modal ,09 Belanja Tanah 0,00 Belanja Peralatan dan Mesin ,00 Belanja Gedung dan Bangunan ,00 Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan ,09 Belanja Aset Tetap Lainnya ,00 Belanja Aset Lainnya 0,00 Belanja Tidak Terduga ,00 Belanja Tidak Terduga ,00 Jumlah Belanja T.A ,69 Surplus/(Defisit) ( ,48) Pembiayaan ,17 Penerimaan Daerah ,17 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu ,17 Pokja Kab. Toba Samosir II-44

63 T.A Uraian Realisasi (Rp) Pencairan Dana Cadangan 0,00 Penerimaan Pinjaman dan Obligasi 0,00 Hasil Penjualan Asset Daerah yang Dipisahkan 0,00 Pengeluaran Daerah 0,00 Pembentukan Dana Cadangan 0,00 Penyertaan Modal (Investasi) 0,00 Pembayaran Hutang Pokok yang Jatuh Tempo 0,00 Pembiayaan Netto , Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) 1. Pendapatan Pajak Daerah ,00 2. Retribusi Daerah ,00 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan ,00 4. Lain - lain PAD yang sah ,00 Jumlah PAD ,00 Pendapatan Transfer 1. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Pajak ,00 2. Bagian Daerah dari Bagi Hasil Bukan Pajak ( sumber daya alam ) ,00 3. DAU ,00 4. DAK ,00 5. Bagi Hasil Pajak ,28 Jumlah Pendapatan Transfer ,28 Lain-lain Pendapatan yang Sah 1. Pendapatan Dana Darurat ,00 2. Bantuan Keuangan dari Propinsi ,00 3. Pendapatan lainnya ,00 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah ,00 Total Pendapatan T.A ,28 Belanja ,60 Pokja Kab. Toba Samosir II-45

64 T.A Uraian Realisasi (Rp) Belanja Operasi ,00 Belanja Pegawai ,00 Belanja Barang ,00 Belanja Bunga 0,00 Belanja Subsidi 0,00 Belanja Hibah ,00 Belanja Bantuan Sosial ,00 Belanja Bantuan Keuangan ,00 Belanja Modal ,60 Belanja Tanah 0,00 Belanja Peralatan dan Mesin ,00 Belanja Gedung dan Bangunan ,71 Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan ,89 Belanja Aset Tetap Lainnya ,00 Belanja Aset Lainnya 0,00 Belanja Tidak Terduga ,00 Belanja Tidak Terduga ,00 Jumlah Belanja T.A ,60 Surplus/(Defisit) - Pembiayaan ,69 Penerimaan Daerah ,69 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu ,69 Pencairan Dana Cadangan 0,00 Penerimaan Pinjaman dan Obligasi 0,00 Hasil Penjualan Asset Daerah yang Dipisahkan 0,00 Pengeluaran Daerah 0,00 Pembentukan Dana Cadangan 0,00 Penyertaan Modal (Investasi) 0,00 Pembayaran Hutang Pokok yang Jatuh Tempo 0,00 Pembiayaan Netto ,69 Sumber Data : Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah Kab. Tobasa 2009 Pokja Kab. Toba Samosir II-46

65 II Kondisi Kemampuan Keuangan Daerah Berdasarkan tabulasi perkembangan pendapatan Kabupaten Toba Samosir yang diuraikan di atas untuk periode tahun 2005 s/d 2009, untuk menentukan kondisi keuangan daerah dalam keadaan baik/tidak baik dapat ditentukan melalui rasio/perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan APBD dengan ketentuan apabila hasilnya 10% menunjukkan bahwa kondisi keuangan daerah dalam keadaan baik. Maka merujuk pada rasio PAD terhadap total pendapatan pada APBD Kabupaten periode 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009 berturut turut sebesar 2,21%; 4,84%; 2,04%; 2,76% dan 2,13%. Dengan demikian keadaan keuangan di Kabupaten Toba Samosir berada pada posisi lemah/memerlukan bantuan/suntikan dana. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Untuk menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dilakukan dengan membandingkan PAD perkapita terhadap PDRB perkapita dengan ketentuan bahwa apabila nilai rasio PAD perkapita terhadap PDRB perkapita 5% menunjukkan tingkat partisipasi yang baik. Maka merujuk pada rasio PAD perkapita terhadap PDRB perkapita atas dasar harga berlaku periode 2006, 2007, dan 2008 berturut turut sebesar 6,40%; 3,01% dan 3,82%. Dengan demikian keadaan keuangan di Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2007 dan 2008 berada pada posisi tingkat partisipasi masyarakat yang lemah/memerlukan bantuan/suntikan dana Institusi Pengelolaan Keuangan Daerah Institusi pengelola keuangan di Kabupaten Toba Samosir berada pada kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPPKKD) Tata Ruang Wilayah Penataan tata ruang wilayah di Kabupaten Toba Samosir, sampai saat ini masih dalam proses revisi Perda Kabupaten Toba Samosir Nomor 24 Tahun 2001 tentang RTRW Kabupaten Toba Samosir karena hal hal berikut: Pokja Kab. Toba Samosir II-47

66 1. Mekarnya Kabupaten Toba Samsoir menjadi Kabupaten Samosir dan Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2003; 2. Adanya pemekaran Kecamatan di Kabupaten Toba Samosir; 3. Adanya proses Revisi SK Menteri Kehutanan RI Nomor 44 tahun 2005 tentang Penghunjukan Kawasan Hutan di Propinsi Sumatera Utara. Sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Toba Samosir ini adalah sebagai berikut: 1. Secara lokal (mikro) adalah pemecahan masalah ketidakseimbangan perkembangan antara wilayah bagian utara dengan wilayah bagian selatan, termasuk didalamnya masalah kegiatan yang merusak lingkungan. 2. Secara regional dan nasional (makro) adalah meningkatkan peran Kebupaten Toba Samosir terhadap wilayah sekitarnya baik secara ekonomi maupun fisik dan ikut mendorong terciptanya kawasan andalan Tapanuli dan sekitarnya (Unggulan kawasan pantai tengah (Toba Samosir) dan kawasan Strategis Nasional Danau Toba dan Sekitarnya. 3. Secara internasional (makro) adalah meningkatkan peran Kabupaten Toba Samosir dalam konteks perdagangan Internasional terutama dengan negaranegara di Kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. Adapun dasar-dasar dalam penentuan strategi pengembangan wilayah ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis kebijaksanaan pembangunan dalam konstelasi nasional, Pulau Sumatera dan Propinsi Sumatera Utara; 2. Hasil perumusan Potensi dan Masalah Pengembangan Wilayah Kabupaten Toba Samosir. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi pengembangan ruang wilayah Kabupaten Toba Samosir dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mempertahankan kawasan yang berfungsi lindung; 2. Mendorong pertumbuhan kawasan yang berfungsi budidaya yang terdiri dari: Kawasan yang sangat perlu didorong pertumbuhannya; Kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya; Kawasan yang didorong pertumbuhannya; 3. Mengendalikan pertumbuhan kawasan yang berlokasi 100 meter dari pinggir pantai dengan pertimbangan rawan bencana. Pokja Kab. Toba Samosir II-48

67 Kondisi fisik Wilayah Kabupaten Toba Samosir yang cenderung linier atau memanjang dari Utara ke Selatan, maka Struktur Pusat Pengembangan yang sesuai untuk Wilayah ini adalah Pusat Jamak (Pusat lebih dari satu). Adapun dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana struktur pusat pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis struktur ruang berdasarkan RTRW Nasional, RTRW Pulau Sumatera dan RTRW Propinsi Sumatera Utara; 2. Hasil analisis skalogram; 3. Hasil perumusan potensi dan masalah pengembangan wilayah; 4. Strategi pengembangan wilayah Kabupaten Toba Samosir; 5. Kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir (Visi, Misi, Arah Kebijakan Program Strategis). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Rencana Struktur Pusat Pengembangan Wilayah Kabupaten Toba Samosir dapat diuraikan sebagai berikut: A. Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki I Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki I untuk melayani kegiatan dengan skala Regional (Kabupaten Toba Samosir dengan Sekitarnya) dan Lokal (Kabupaten Toba Samosir) serta Lingkungan (Kecamatan). Sedangkan lokasi dari Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki I ini adalah di Pusat Kecamatan Balige dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan negara dan merupakan ibukota kabupaten (pusat pemerintahan); Sesuai dengan arahan RTRW Propinsi Sumatera Utara dan Balige sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) tipe II/C/1; Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Balige ini adalah: Pusat pemerintahan kabupaten & kecamatan; Pusat kawasan industri kecil (industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri rumah tangga lainnya); Pusat pendidikan umum dan Kejuruan (SD, SLTP, SLTA, PT/D3); Pusat perdagangan dan jasa (pasar dan bank); Pusat transportasi danau. Pokja Kab. Toba Samosir II-49

68 B. Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki II Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki II ini untuk melayani kegiatan dengan skala Lokal (Kabupaten Toba Samosir) dan skala lingkungan kecamatan. Sedangkan lokasi dari Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki II ini adalah sebagai berikut: 1. Pusat Kecamatan Porsea dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan Propinsi dan merupakan Ibukota kecamatan; Sesuai dengan arahan RTRW Nasional untuk mendorong pertumbuhan kawasan tertinggal, Porsea sebagai PKL (Perda RTRWP Usul Kabupaten); Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Porsea ini adalah: Pusat pemerintahan kecamatan; Pusat pertanian; Industri kertas (Toba Pulp Lestari). 2. Pusat Kecamatan Sigumpar dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan Propinsi dan merupakan ibukota kecamatan; Sesuai dengan arahan RTRW Nasional dan RTRW Propinsi Sumatera Utara; Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Sigumpar ini adalah: Pusat pemerintahan kecamatan; Pusat pariwisata rohani (museum, makam Nomensen); Pusat pendidikan menengah. 3. Pusat Kecamatan Lumban Julu dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan propinsi dan merupakan Ibukota kecamatan; Sesuai dengan potensi eksisting. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Lumban Julu ini adalah: Pusat pemerintahan kecamatan; Pusat pertanian dan pengolahan hasil pertanian; Pusat agropolitan (pengembangan tanaman jagung); Pokja Kab. Toba Samosir II-50

69 Pusat pendidikan menengah. 4. Pusat Kecamatan Habinsaran dengan pertimbangan: Lokasi strategis dilalui oleh jaringan jalan negara dan merupakan ibukota kecamatan; Sesuai dengan potensi eksisting; Sesuai dengan arahan RTRW Propinsi Sumatera Utara. Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan Habinsaran ini adalah: Pusat pemerintahan kecamatan; Pusat perkebunan (PTP IV Kebun Teh Sibosur); Pusat pertanian dan pengolahan hasil perkebunan; Pusat pendidikan menengah dan kejuruan. C. Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki III Pusat Pengembangan Wilayah Hirarki III ini untuk kegiatan dengan skala lingkungan Kecamatan. Dasar pertimbangan pemilihan lokasinya adalah sesuai dengan potensi eksisting dan merupakan ibukota kecamatan. Adapun lokasi tersebut terdiri dari: 1. Pusat Kecamatan Laguboti; 2. Pusat Kecamatan Tampahan; 3. Pusat Kecamatan Siantar Narumonda; 4. Pusat Kecamatan Silaen; 5. Pusat Kecamatan Uluan; 6. Pusat Kecamatan Meranti Pintu Pohan; 7. Pusat Kecamatan Ajibata; 8. Pusat Kecamatan Borbor; 9. Pusat Kecamatan Nassau; 10. Pusat Kecamatan Parmaksian; 11. Pusat Kecamatan Bonatua Lunasi. Pusat kecamatan masing-masing dengan pertimbangan skala lingkungan: Lokasi strategis skala lingkungan sebahagian wilayah dilalui oleh jaringan jalan propinsi dan jalan kabupaten serta merupakan ibukota kecamatan; Sesuai dengan potensi eksisting; Sesuai dengan arahan RTRW Propinsi Sumatera Utara. Pokja Kab. Toba Samosir II-51

70 Adapun fungsi primer dari Pusat Pengembangan masing-masing kecamatan adalah: Pusat pemerintahan kecamatan; Pusat perkebunan rakyat dan pengolahan hasil perkebunan rakyat; Pusat pertanian dan pengolahan hasil pertanian; Pusat pendidikan menengah dan kejuruan. Pokja Kab. Toba Samosir II-52

71 BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR III.1. Kondisi Umum Kabupaten Toba Samosir Berskala Kota III.1.1. Kesehatan Lingkungan Sebagian besar penduduk masih tetap menganggap rumah sebagai kebutuhan dasar selain makanan dan pakaian. Permintaan unit rumah terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Terbatasnya lahan untuk permukiman dan penawaran perumahan hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu menjadi kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perumahan. Secara langsung hal ini akan berpengaruh pada tingginya harga rumah, sedangkan tingkat pendapatan penduduk Indonesia relatif rendah. Dengan demikian, banyak rumah tangga menempati rumah yang kurang layak, terutama dipandang dari segi kesehatan. Pokja Kab. Toba Samosir III-1

72 Penyediaan perumahan merupakan salah satu masalah yang masih memerlukan penanganan secara serius, baik mengenai kelengkapan sarana perumahannya maupun kelengkapan fasilitas lingkungannya. Demikian pula letaknya dengan fasilitas sosial dan fasilitas umum seperti sekolah, tempat berobat, pasar dan tempat rekreasi. Maka, kondisi perumahan beserta lingkungannya dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. III.1.2. Kesehatan Dan Pola Hidup Masyarakat Pada umumnya budaya masyarakat batak yang memelihara ternak secara bebas, buang air besar secara sembarangan dan buang sampah sembarangan telah mengakibatkan kurangnya kebersihan lingkungan. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba Samosir telah melakukan penyuluhan Sapta Pesona untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan. Maksud dan tujuan Sapta Pesona adalah untuk meningkatkan partisipatif masyarakat dalam menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dan dapat memahami Poda Nalima (lima nasehat), yaitu: (1) paias roham (bersihkan hatimu), (2) paias pamatangmu (bersihkan tubuhmu), (3) paias paheanmu (bersihkan pakaianmu), (4) paias bagasmu (bersihkan rumah) dan (5) paias alamanmu (bersihkan pekaranganmu). Pembuangan air bekas mandi, cuci dan dapur secara langsung ke saluran/riol dan selokan yang ada, akan Pokja Kab. Toba Samosir III-2

73 mengakibatkan: kesehatan lingkungan terganggu, kotor, dan kadangkala di beberapa bagian tersumbat, sehingga melimpah dan tergenang di tempat yang lain. Perilaku yang sama, juga terjadi pada rumah tangga yang memiliki usaha peternakan babi, ayam dan itik. Pembuangan limbah di pasar, pedagang kaki lima di waktu siang/malam, juga belum tertangani secara baik. Akibatnya saluran drainase kota, menjadi satu-satunya sarana pembuangan limbah. Kondisi ini mengakibatkan saluran drainase sepanjang pusat kota dan wilayah sekitarnya menjadi terganggu kelancarannya. III.1.3. Kuantitas dan Kualitas Air Bersih Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia terutama untuk keperluan air minum. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Toba Samosir dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih masih memanfaatkan sumber air secara langsung dari air tanah berupa Sumur terlindung, pompa, mata air terlindung dan air permukaan (sungai/danau) tanpa fasilitasi dari suatu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kondisi tersebut sangat dimungkinkan mengingat kondisi geografis Kabupaten Toba Samosir merupakan perbukitan yang sulit dijangkau oleh air ledeng (Fasilitas PDAM). Secara umum data kondisi fasilitas sarana prasarana air bersih/air minum yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir dapat di lihat pada tabel berikut ini: Pokja Kab. Toba Samosir III-3

74 Tabel III.1 Kondisi Fasilitas Sarana Prasarana Air Minum di Kabupaten Toba Samosir No Jenis Fasilitas Sumber Air Minum Persentase (%) 1 Ledeng (PDAM) 11,00 2 Pompa 19,90 3 Sumur Terlindungi 26,34 4 Sumur Tak Terlindungi 7,24 5 Mata Air Terlindungi 17,77 6 Mata Air Tak Terlindungi 9,01 7 Air Sungai 7,04 8 Air Hujan 1,06 9 Lainnya 0,64 Sumber Data : SUSENAS 2008, BPS Kab. Toba Samosir Jumlah 100 Dari segi kepemilikan fasilitas air minum yang ada di Kabupaten Toba Samosir secara umum paling banyak berupa milik pribadi/sendiri sebesar 48,90%, milik umum sebesar 28,98%, milik bersama 18,10% dan tidak ada fasilitas sebesar 4,02%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir, secara bertahap telah dilakukan pembangunan sarana air bersih dengan sistem sumur pompa dan sistem gravitasi yang menggunakan pipanisasi di beberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir dengan keadaan masyarakatnya masih memiliki akses yang relatif rendah terhadap ketersediaan sarana prasarana air bersih yang memadai. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: No Tabel III.2 Pencapaian Sarana Air Bersih Kabupaten Toba Samosir Indikator Dan Pencapaian Kinerja Per Uraian Tahun Ket 2007 (unit) 2008 (unit) 2009 (unit) 1 Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Sedang 3 Rusak Total Sumber Data : LKPJ 5 Tahun Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab.Toba Samosir Tahun 2009 Pokja Kab. Toba Samosir III-4

75 Sampai dengan tahun 2008, pengadaan air bersih di Kabupaten Toba Samosir yang dilayani suatu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam hal ini PDAM Tirtanadi Cabang Balige (Perusahaan Daerah milik Pemerintah Propinsi Sumatera Utara) masih menjangkau 4 kecamatan (tersebar di 42 desa/ kelurahan dengan total jumlah pelanggan sebanyak pelanggan) dari 16 kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan sumber air bakunya berasal dari Danau Toba. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Balige, Laguboti, Porsea dan Ajibata dengan rincian sebagai berikut (sumber data PDAM Tirtanadi Cabang Balige): Kapasitas produksi air bersih untuk tahun 2007 sebesar m3/tahun dan tahun 2008 sebesar m3 per tahun; Lamanya waktu operasi penyaluran air bersih selama 24 jam; Jumlah produksi air bersih untuk tahun 2007 sebesar m3 dan tahun 2008 sebesar m3. Sumber air PDAM Tirtanadi cabang Kabupaten Toba Samosir disuplai dari Danau Toba. Sementara sumber air bersih yang dipergunakan oleh masyarakat Kabupaten Toba Samosir di luar dari layanan PDAM Tirtanadi (terutama penduduk yang berdomisili di pedesaan) adalah air tanah dan air permukaan (sungai/anak sungai/limpasan air hujan dan Danau Toba). III.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga Melalui Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir, telah dilakukan upaya penataan dan pembangunan sarana dan prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK)sebagai salah satu komponen dalam sarana prasarana pengelolaan air limbah bagi masyarakat yang rendah aksesnya terhadap sarana tersebut. Berikut ini adalah perkembangan Pencapaian pembangunan Sarana Prasarana Mandi Cuci Kakus Pokja Kab. Toba Samosir III-5

76 (MCK) yang tersebar di beberapa Kecamatan Kabupaten Toba Samosir periode Tahun 2007 s/d 2009: Tabel III.3 Kondisi Capaian MCK Kabupaten Toba Samosir no Uraian Indikator dan pencapaian kinerja per tahun Ket 2007 (unit) 2008 (unit) 2009 (unit) 1 Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Sedang 3 Rusak Total Sumber Data: Dinas Tarukim Kab.Tobasa Tahun 2009 Secara umum masyarakat di Kabupaten Toba Samosir masih memiliki akses yang relatif belum optimal terhadap sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang memadai. Keberadaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah berupa tinja manusia yang tersebar di Kabupaten Toba Samosir berdasarkan SUSENAS 2008, BPS Kab. Toba Samosir; sebesar 66,22% rumah tangga telah memiliki fasilitas tempat buang air besar (tinja) yang mana dari persentase tersebut terdapat sebesar 60,21% rumah tangga telah memiliki fasilitas tempat buang air besar (BAB) sendiri; 4,02% rumah tangga dengan fasilitas milik bersama dan 1,99% berupa fasilitas umum. Sementara rumah tangga di Kabupaten Toba Samosir yang tidak memiliki fasilitas Buang Air Besar adalah sebesar 33,78%. Fasilitas Buang Air Besar pada Rumah tangga yang ada Kabupaten Toba Samosir umumnya terdiri dari konstruksi fasilitas berupa leher angsa, Pelengsengan, Cubluk/Cemplung dan lainnya. Pada tabel berikut ini dapat dilihat data data kondisi konstruksi fasilitas BAB tersebut : Pokja Kab. Toba Samosir III-6

77 Tabel III.4 Fasilitas Konstruksi Buang Air Besar (BAB) di Kabupaten Toba Samosir No Fasilitas Konstruksi BAB Persentase ( % ) 1 Leher Angsa 85,62 2 Pelengsengan 4,08 3 Cubluk/Cemplung 7,02 4 Lainnya 3,28 Sumber Data : SUSENAS 2008, BPS Kab. Toba Samosir Jumlah 100 akhir dari fasilitas BAB yang ada sebagai berikut: Kondisi tempat penampungan akhir dari fasilitas buang air besar yang ada di Kabupaten Toba Samosir terdiri dari tangki, kolam/ sawah, sungai/ danau dan lainnya. Pada tabel berikut ini dapat dilihat data data kondisi tempat pembuangan Tabel III.5 Fasilitas Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Toba Samosir No Fasilitas Konstruksi BAB Persentase (%) 1. Tangki 46,44 2. Kolam/Sawah 1,20 3. Sungai/Danau 8,25 4. Lainnya 44,11 Sumber Data : SUSENAS 2008, BPS Kab. Toba Samosir Jumlah 100 Pembuangan Limbah di pasar, pedagang kaki lima di waktu siang/malam, juga belum tertangani secara baik. Akibatnya saluran drainase kota, menjadi satu-satunya sarana pembuangan limbah. Kondisi ini Pokja Kab. Toba Samosir III-7

78 mengakibatkan saluran drainase sepanjang pusat kota dan wilayah sekitarnya menjadi terganggu kelancarannya. Pembuangan limbah tinja manusia ke sungai/danau untuk kemudian airnya digunakan untuk keperluan rumah tangga (mandi, mencuci dan air minum) kemudian ikan yang ada di sungai/danau juga mengkonsumsi tinja tersebut dan suatu saat ikan ditangkap dan dijadikan lauk bagi rumah tangga masih terjadi. Hal ini sudah dianggap lumrah dan menjadi solusi praktis selama bertahun-tahun. III.1.5. Limbah Padat (Sampah) Produksi sampah di Kabupaten Toba Samosir ratarata perhari lebih kurang 459,312 m 3 /hari dengan asumsi produksi sampah 0,012 m 3 /hari/rumah tangga yang sebahagian besar berasal dari sampah pasar, rumah tangga, sekolah, perkantoran, terlihat pada tabel di bawah ini: rumah makan, pertokoan dan lain sebagainya. Seperti disebutkan sebelumnya cakupan wilayah layanan adalah ibu kota kecamatan yaitu Balige, Laguboti, Porsea dan Ajibata. Sampah yang terangkut ke TPA rata-rata per hari dari ke 4 ibu kota kecamatan tersebut sebanyak 37,8m 3 yang terdiri dari berbagai sumber, sebagaimana Pokja Kab. Toba Samosir III-8

79 No Tabel III.6 Timbulan & Jumlah Sampah yang terangkut per hari (m 3 /hari) Lokasi Jumlah Lokasi (unit) Timbulan (m 3 /hari) Sampah Terangkut (m 3 /hari) 1. Permukiman 153 2,2032 1, Sarana: a. Jln Arteri & Kolektor 37 0,5328 0,444 b. Pasar 4 25,92 21,6 c. Tempat Dagang 613 8,8272 7,356 d. Rumah makan 79 1,1376 0,948 e. Restoran 5 1,2 1 f. Hotel 6 1,2 1 g. Kantor 50 1,44 1,2 h. Sekolah 19 0,5472 0,456 i. Terminal 3 1,2 1 j. Rumah Sakit 2 1,152 0,96 k. Taman Kota Perairan: a. Danau b. Sungai c. Anak Sungai Sumber Data : Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kab. Toba Samosir 2010 Kalau ditinjau dari segi luas wilayah, daerah yang dapat dilayani dalam masalah persampahan ini baru mencapai lebih kurang 9,71 km2 atau 0,48 % dari luas wilayah Kabupaten Toba Samosir sedangkan dari jumlah penduduk yang terlayani hanya 12,46 %. Untuk kelancaran pelayanan menjelang sampah dapat diangkat ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA) sampai tahun 2010 telah disediakan sarana tempat penampungan sampah sementara yang diletakkan pada jalur jalan yang dilewati armada truk sampah sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini: Pokja Kab. Toba Samosir III-9

80 No Tabel III.7 Sarana Sampah Di Kabupaten Toba Samosir Jumlah Kapasitas Jenis (unit) (m 3 ) Kondisi 1. TPSS Ember Plastik TPSS Drum Rusak 3. Container Transfer Depo Gerobak Sampah Becak Sampah Baik 1 unit, 7. Truck Sampah roda Sedang 5 unit & Rusak 1 unit 8. Pick Up Sampah roda Arm Roll Kecil Buldozer TPSS Permanen Baik Sumber Data : Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kab. Toba Samosir 2010 Pemerintah Kabupaten Toba Samosir telah mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan persampahan dari tahun 2005 s/d 2009 bersumber dari APBD Kabupaten Toba Samosir sementara peran serta masyarakat (Peran serta masyarakat yang dimaksud terdiri dari masyarakat sendiri juga sumbangan pihak ketiga lainnya antara lain; Perbankan, Kontraktor, PLN dan usaha swasta lainnya) belum ada sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tahun Tabel III.8 Jumlah Anggaran Pengelolaan Kebersihan/Sampah Jumlah Anggaran Peran Serta (Rp) Masyarakat (Rp) Total (Rp) Total (Rp) Sumber Data : Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kab. Toba Samosir 2010 Pokja Kab. Toba Samosir III-10

81 Proses akhir dari rangkaian pelayanan persampahan adalah pemusnahan di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA), pada proses ini masyarakat tidak begitu mengetahui hal-hal apa yang diperlukan di suatu lokasi TPA. Sebagaimana layaknya suatu TPA, yang harus dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan teknis dan operasional yang terkontrol, hal ini membutuhkan biaya yang sangat mahal, meskipun keberadaannya tidak begitu diperhitungkan oleh masyarakat. Sampai dengan saat ini Pemerintah Kabupaten Toba Samosir memiliki 2 lokasi TPA, yaitu TPA Pintu Bosi di Kecamatan Laguboti dengan luas 2 Ha dan TPA Sijambur di Kecamatan Ajibata dengan luas 0,2 Ha dengan rincian data TPA tersebut sebagai berikut: 1. TPA Pintu Bosi Di Kecamatan Laguboti : a. Status tanah milik Pemerintah Kabupaten Toba Samosir b. Luas areal 2 Ha. c. Tingkat kemiringan 45%. d. Jenis tanah lempung e. Metode pengelolaan dumping f. Study Kelayakan belum pernah dilakukan. g. Mulai dioperasikan tahun 2001 h. Perkiraan sisa waktu daya tampung 10 tahun. i. Jarak dari pemukiman 1,5 Km. Pokja Kab. Toba Samosir III-11

82 2. TPA Sijambur Kecamatan Ajibata a. Status tanah milik Pemerintah Kabupaten Toba Samosir b. Luas areal 0,2 Ha. c. Tingkat kemiringan d. Jenis tanah lempung. e. Metode pengelolaan dumping f. Study Kelayakan belum pernah dilakukan. g. Mulai dioperasikan tahun h. Perkiraan sisa waktu daya tampung 10 tahun i. Jarak dari pemukiman 2 Km. Pokja Kab. Toba Samosir III-12

83 2 31'0" '0" ARD Percepatan Tabel III.9 Kelengkapan Sarana dan Prasarana TPA Pintu Bosi Kecamatan Laguboti No Komponen Keberadaan Kondisi 1. Jalan masuk Onderlaag Sedang 2. Jalan Operasi Onderlaag Rusak 3. Drainase Tidak ada Tidak ada 4. Saluran Lindi Tidak ada Tidak ada 5. Pengolahan Lindi Tidak ada Tidak ada 6. Sumur monitoring/pantau Tidak ada Tidak ada 7. Penanganan Gas Tidak ada Tidak ada 8. Penyediaan air bersih Tidak ada Tidak ada 9. Pos/kantor jaga Tidak ada Tidak ada 10. Jembatan timbang/sistem Tidak ada Tidak ada pencatatan 11. Garase Buldozer Tidak ada Tidak ada 12. Bengkel Tidak ada Tidak ada 13. Pengomposan manual Tidak ada Tidak ada 14. Petugas yang menangani Tidak ada Tidak ada pengolahan lindi 15. Penutupan untuk lokasi yang Tidak ada Tidak ada sudah penuh 16. Pemilahan sampah Tidak ada Tidak ada 17. Pagar lokasi Tidak ada Tidak ada 18. Buldozer Tidak ada Tidak ada Sumber Data : Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kab.Toba Samosir '30" '0" REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH!. Aji Bata KABUPATEN TOBA SAMOSIR Gambar I.22 Kabupaten Simalungun!. Lumban Julu Kabupaten Asahan!. Pintu Pohan Meranti PETA LOKASI PEMBUANGAN SAMPAH 1: , Kilometers Legenda!. Bona Tua Lunasi " /!O Ibu kota kabupaten Ibu kota kecamatan Tempat Pembuangan Akhir Tempat Pembuangan Sementara Jalan Kabupaten Kabupaten Samosir Permaksian!. Jalan Negara Jalan By Pass!. Uluan!. Porsea Siantarnarumonda!. Batas Kabupaten Batas Kecamatan Garis Danau Danau Toba Danau Toba!. Sigumpar!. Silaen Kabupaten Labuhan Batu!. Tampahan "/ Balige!. Lagoboti Lembar Pengesahan!. Habinsaran!. Nassau!. Borbor Sumber Data : Kabupaten Tapanuli Utara - Survey lapangan tahun DEM SRTM dan CITRA ASTER tahun Peta dasar adalah peta RBI yang dikeluarkan Kabupaten Tapanuli Selatan BAKOSURTANAL skala 1 : edisi I/ Peta jaringan jalan Ditjen Bina Marga - Peta Hutan dari BPKH tahun SK Menhut PP. no. 44 Tahun Bappeda Kabupaten Toba Samosir tahun Peta DTA Danau Toba BKPEKDT tahun PUSDATA Departemen PU Jakarta tahun Toponimi berdasarkan Perpres No. 112 tentang pembakuan nama rupa bumi - Pengolahan spasial dan citra menggunakan aplikasi Arcview 3.3 buil up ENVI 4.2 dengan Sistem Proyeksi Universal Transver Insert Mercator (UTM) di WGS 1984 DINAS TATA RUANG DAN PEMUKIMAN PEMERINTAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROPINSI SUMATERA UTARA '30" Gambar III.1. Rencana Tempat Pembuangan Sampah (Sumber : Peta Rencana hasil Analisis Tim Revisi RTRW Kab. Toba Samosir Tahun 2009) '0" Pokja Kab. Toba Samosir III-13

84 III.1.6. Drainase Lingkungan Sejak terbentuknya Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2007, penataan dan pembangunan drainase di Kabupaten Toba Samosir yang merupakan salah satu dari tugas fungsi tanggung jawab dari Dinas tersebut. Kabupaten Toba Samosir sebagai suatu Kabupaten yang relatif masih baru/hasil pemekaran Kabupaten dalam hal penataan dan pembangunan drainase masih sangat membutuhkan penanganan yang serius. Keterbatasan APBD Kabupaten merupakan salah satu kendala dalam peningkatan capaian program pembangunan drainase tersebut. Berikut ini dapat dilihat perkembangan Pencapaian pembangunan drainase yang tersebar di beberapa Kecamatan Kabupaten Toba Samosir periode Tahun 2007 s/d 2009: Pokja Kab. Toba Samosir III-14

85 No Tabel III.10 Pencapaian Drainase Kabupaten Toba Samosir Uraian 1. Pembuatan Parit Jalan/ Drainase 2. Total Panjang Jalan Kabupaten Indikator Dan Pencapaian Kinerja Per Tahun Total 2007 (Km) 2008 (Km) 2009 (Km) Km 0,629 0,475 0,900 2, , , , ,6 Sumber Data : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Toba Samosir Tahun 2009 & BPS Kab. Tobasa 2009 No Tabel III.11 Kondisi Capaian Drainase Kabupaten Toba Samosir Uraian Indikator Dan Pencapaian Kinerja Per Tahun 2007 (Km) 2008 (Km) 2009 (Km) 1 Kondisi Baik 0,315 0,380 0,900-2 Kondisi Sedang 0,189 0,095 0,451-3 Kondisi Rusak 0,126 0,095 0,180 - Total 0,630 0,475 0,900 - Sumber Data : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Toba Samosir Tahun 2009 Ket. Dari segi drainase kota/permukiman, sampai saat ini drainase untuk jalan kabupaten dapat direalisir 0,17% dari total panjang jalan Kabupaten ±1.193,20Km. sepanjang Permasalahan yang ditemui dalam pembangunan drainase adalah keterbatasan lahan untuk drainase tersebut, adanya drainase bergabung dengan saluran irigasi. Untuk pengembangan ke depan, Pemerintah Kabupaten Toba Samosir akan menyusun Rencana Induk Pengembangan Drainase Permukiman sehingga strategi pengembangan dan penataan drainase permukiman dapat lebih sempurna. Pokja Kab. Toba Samosir III-15

86 Drainase di Kabupaten Toba Samosir secara umum dapat dibagi dua kelompok yaitu drainase primer dan drainase sekunder. Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel III.12 Drainase Primer dan Sekunder Kabupaten Toba Samosir Tahun No Uraian Kegiatan Volume Satuan TAHUN Pembuatan Parit jalan Dusun Jonggol Tampubolon Sibulele Desa Sibola Hotang SAS kecamatan Balige Jenis Drainase Primer Sekunder m3-2 Pembuatan drainase buangan dari Komplek Asrama Kompi 125 Onan Sampang Desa Sianipar Tangga Kel. Balige III Kec. Balige 3 Pembuatan drainase pas. Batu / gorong - gorong pada ruas jalan Silalahi Dolok Desa Pagar Batu Kec. Balige 4 Pembuatan Parit di Dusun IV Lumban balian Op. Raja Hutapea Kec. Laguboti 350 m m m - Pokja Kab. Toba Samosir III-16

87 No Uraian Kegiatan Volume Satuan TAHUN Pembuatan parit di Lumban panjaitan Pardede Onan kec. Balige (DAK) Jenis Drainase Primer Sekunder 200 m' - 2 Pembuatan parit di jalan Tarutung KM 3 Kec. Balige (DAK) 3 Pembuatan drainase kota Laguboti Kec. Laguboti (DAK) 4 Pembuatan drainase kota Lumban Julu Kec. Lumban Julu (DAK) 5 Pembuatan drainase kota Borbor Kec. Borbor (DAK) 6 Pembuatan parit dan gorong-gorong Sirait Uruk Desa Patane I Kec. Porsea (DAK) 100 m' m' m' m' m' - 7 Pembuatan drainase di Jln. Samosir Kec. 100 m' - Balige (DAK) 8 Pembuatan drainase kota Kec. Silaen (DAK) 187 m' - 9 Pembuatan drainase di Kompleks SDN Desa Sitolu Ama Kec. Laguboti 120 m' - 10 Pembuatan drainase di Lumban Sibuea desa Pangombusan Kec. Porsea 11 Pembuatan drainase Huta Gorat Dolok Kel. Parsoburan Kec. Habinsaran 12 Pembuatan drainase depan Gereja HKBP Nagatimbul dan menuju SD Negeri Nagatimbul Kec. L. Julu 13 Pemeliharaan rutin drainase kota Porsea (Swakelola) kec. Porsea (DAK) 14 Pemeliharaan rutin drainase kota Balige (swakelola) DAK 65 m' - 74 m' - 74 m' - 1 paket - 1 paket - Pokja Kab. Toba Samosir III-17

88 No Uraian Kegiatan Volume Satuan TAHUN saluran drainase di komplek perkantoran Soposurung Kec. Balige (DAK) Jenis Drainase Primer Sekunder 100 m - 2 Rehabilitasi saluran drainase / Penataan trotoar dan pelebaran jalan Kartini Soposurung & saluran drainase di samping Yasop Kec. Balige (DAK) 3 Lanjutan pembangunan saluran drainase Jalan Pelajar Soposurung Kec. Balige (DAK) 4 Rehabilitasi saluran drainase Jalan Cemara Kec. Balige (DAK) 5 Rehabilitasi saluran drainase Jalan Baba Lubis Kec. Balige (DAK) 6 saluran drainase Dinas Tarukim Kec. Balige (DAK) 7 saluran drainase kota di Kec. Laguboti (DAK) 8 saluran drainase jalan Simpang IV desa Narumonda I Kec. Siantar Narumonda (DAK) 9 saluran drainase di stadion Jonggi Manulus Kec. Parmaksian (DAK) 10 Lanjutan pembangunan saluran drainase keliling pasar Borbor (DAK) 1 paket m m3-500 m - 42 m m m m - 62 m - Sumber Data : Dinas Tarukim Kab. Toba Samosir 2010 Informasi data lapangan diperoleh bahwa wilayah-wilayah yang mengalami banjir/genangan pada saat musim hujan disebabkan permasalahan drainase adalah : 1. Beberapa Ruas Jalan di Kota Balige: Kelurahan Luban Dolok Haumabange di sekitar Jalan Gereja dan Jalan Raja Paindoan sampai dengan terminal mini; Kelurahan Pardede Onan di sekitar Jalan Patuan Nagari mulai kompleks Kejari Balige sampai dengan kompleks BNI 46 Balige, Kelurahan Napitupulu di sekitar Jalan DI Panjaitan, Jalan Muliaraja dan Jalan Bukit Barisan; Desa Lumban Silintong di sekitar Jalan Lumban Silintong mulai simpang tiga sampai dengan kompleks HKBP; Desa Tambunan Sunge di sekitar Jalan Balige-P. Siantar serta Desa Sibolahotang SAS di sekitar jalan Balige-P. Siantar. 2. Terminal Porsea 3. Depan Kantor Camat Porsea 4. Pasar/Pekan Porsea Pokja Kab. Toba Samosir III-18

89 5. Pasar/Pekan Ajibata (sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Toba Samosir) III.1.7. Pencemaran Udara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang secara khusus menangani pencemaran udara belum ada. Namun untuk mengelola pencemaran lingkungan secara umum diperankan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir dan sampai saat ini kegiatan kegiatan yang mengarah pada pencemaran udara belum menjadi prioritas. III.1.8. Limbah Industri Satuan kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) Kabupaten Toba Samosir yang menangani pengelolaan limbah industri dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir. III.1.9. Limbah Medis Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Toba Samosir yang menangani pengelolaan limbah medis dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir. III.2. Pengolahan Limbah Cair Upaya pengelolaan limbah cair yang berasal dari rumah tangga (domestik), tempat umum ataupun dari UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) secara baik dan benar oleh instansi teknis yang berkompeten belum ada, kalaupun ada masih relatif rendah. Dijumpai, bahwa limbah cair yang dihasilkan/dibuang dari masing-masing rumah tangga (air bekas mandi, cuci dan dapur) dari kedai minuman, rumah makan/restoran, dan sebagainya, masih ada dialirkan langsung ke saluran/riol dan selokan yang justru menimbulkan terganggunya kesehatan lingkungan, kotor, dan membuat riol/selokan tersumbat, dan bila musim penghujan tiba air melimpah dan menggenangi badan jalan. Tidak adanya upaya pengelolaan limbah cair dengan baik dan benar, juga berlaku untuk rumah tangga yang memiliki usaha peternakan babi, ayam dan itik. Pokja Kab. Toba Samosir III-19

90 Dan yang lebih parahnya lagi, bahwa hampir semua masyarakat yang berdomisili di pinggiran Danau Toba (baik rumah tangga atau restoran/rumah makan atau tempat-tempat santai yang menyediakan makanan dan minuman untuk umum) limbah cairnya masuk ke perairan Danau Toba, sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas air Danau Toba, dan pada jangka waktu tertentu akan mencemari danau itu sendiri, dan pada akhirnya sudah barang tentu akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat yang menggunakan air Danau Toba sebagai konsumsi untuk kebutuhan air. Begitu juga dengan pemilik kapal penumpang umum yang ada di perairan Danau Toba juga dikarenakan belum ada himbauan bagi setiap kapal untuk menyediakan penampung limbah cair, membuat limbah cair masuk ke perairan Danau Toba. Hal mana diperlukan instruksi atau berupa surat edaran Bupati atau yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang terkait untuk menginstruksikan bagi setiap pemilik kapal untuk membuat penampung limbah cair, agar tidak langsung dibuang ke perairan danau. Karena tidak tersedianya sarana penampung limbah cair yang terpusat disediakan oleh Pemerintah berupa IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Upaya pengelolaan kualitas lingkungan dan air limbah di Kabupaten Toba Samosir baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang berkompeten (dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir dan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir), dan begitu juga dengan upaya pihak swasta (BUMN/BUMD) belum ada. Hal ini dapat dilihat bahwa saluran drainase seperti parit, gorong-gorong, anak sungai (dalam istilah Pokja Kab. Toba Samosir III-20

91 daerah disebut bondar ) hampir seluruhnya dipenuhi dengan sampah, sehingga pada musim hujan tiba saluran tersebut banyak yang tersumbat, dan pasir yang terbawa arus dari hulu menumpuk di hilir dan lama kelamaan menjadi tumbuh gulma atau semacam tanaman liar, hal mana terlihat di beberapa anak sungai seperti Simate-mate dan Sungai Halian yang bagian hilirnya (muara pertemuan air sungai dengan perairan Danau Toba) penuh dengan tanaman liar, rumput/semak, begitu juga dengan sampah-sampah menumpuk di muara sungai/anak sungai. Kalaupun ada, masih pada kondisi tata kelola limbah cair rumah tangga yang dibangun tidak terkelola dalam suatu sistem yang saling terintegrasi. Apalagi jika diperhatikan ternyata kelayakan konstruksinya juga relatif belum optimal. Adapun sebagian faktor-faktor yang membuat upaya pengelolaan limbah tidak optimal asdalah selain terbatasnya APBD Kabupaten Toba Samosir yang dialokasikan kepada instansi teknis terkait (Badan Lingkungan Hidup dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir dan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir), juga sumber daya manusia (PNS) yang telah mengikuti kursus/pelatihan dalam bidang sanitasi juga merupakan salah satu kendala dalam peningkatan capaian program pembangunan drainase tersebut, kalaupun sudah ada beberapa PNS yang telah mngikuti pelatihan di bidang sanitasi atau air bersih belum menjadi perhatian oleh instansi yang menangani bidang kepegawaian dalam job description terlebih peluang untuk menduduki jabatan strategis. Data dan Informasi yang diperoleh dari Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan menjelaskan bahwa septic tank yang ada di Kabupaten Toba Samosir tidak pernah dikuras secara rutin. Kalau pun ada yang melakukan pengurasan, masih dilakukan secara individu tanpa adanya koordinasi dengan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir. Hal ini disebabkan, sampai saat ini (Tahun 2010) Pemerintah Kabupaten Toba Samosir belum memiliki mobil penghisap tinja dan untuk keperluan akan fasilitas tersebut, Pemerintah Kabupaten Toba Samosir masih meminjam dari Kabupaten tetangga (Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan). Sementara itu septic tank sebagian besar tidak ditata dengan dasar yang kedap air. Kondisi ini dikhawatirkan akan mencemari atau merembes ke Pokja Kab. Toba Samosir III-21

92 tanah sekitar, yang akan mengakibatkan kontaminasi dengan air tanah. Demikian pula sebagian sumur penduduk (kondisi yang ada) dimana tidak diberi cincin, guna menghindari kontaminasi/bercampurnya dengan air limbah yang meresap. III.2.1. Landasan Hukum/Legal Operasional Sesuai dengan laporan Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir, bahwa sampai dengan saat ini Peraturan Daerah sebagai legal operasional tentang pengelolaan air limbah cair rumah tangga di Kabupaten Toba Samosir belum ada. Kondisi ini disebabkan minimnya sarana prasarana pendukung. Selama ini Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir melakukan pembenahan penanganan air limbah dengan menggunakan landasan hukum yang lebih tinggi hierarkinya dari Perda seperti Undang Undang atau Peraturan Pemerintah. III.2.2. Aspek Institusional SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang mengelola limbah cair adalah Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir melalui Bidang Penataan Wilayah dan Bina Usaha. III.2.3. Cakupan Pelayanan Tugas pokok dari Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir adalah merumuskan kebijaksanaan koordinasi dan pengawasan pengelolaan bidang lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang pengendalian pencemaran lingkungan dan pengolahan limbah dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang pengendalian kerusakan/pemulihan lingkungan dan penataan wilayah / bina usaha dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang penataan lingkungan dan pembinaan masyarakat dan komunikasi lingkungan dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan pertambangan, merumuskan kebijakan operasional pada bidang tambang dan energi dalam kegiatan penanganan lingkungan hidup dan Pokja Kab. Toba Samosir III-22

93 pertambangan, melaksanakan koordinasi pelaksanaan pada bidang pengendalian pencemaran lingkungan dan pengolahan limbah, pengendalian kerusakan/pemulihan lingkungan dan penataan wilayah/bina usaha. III.2.4. Aspek Teknis dan Teknologi Aspek teknis dan teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan limbah cair di Kabupaten Toba Samosir, berdasarkan data & Informasi dari Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kab. Toba Samosir belum membuat sistem pengolahan limbah cair secara Off side sistem maupun on side sistem. Kondisi ini disebabkan oleh minimnya sarana prasarana pendukung. III.2.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pelayanan Limbah Cair Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir bahwa peningkatan peran serta masyarakat dan gender dalam pelayanan limbah cair masih dilakukan dengan tahapan sosialisasi dan pemasangan papan reklame tentang kebersihan lingkungan. Pelibatan masyarakat dan gender secara langsung dalam pengelolaan limbah cair domestik yang dilakukan selama ini belum terwujud dengan munculnya kelompok kader di masyarakat yang perduli (terwujud atas prakarsa masyarakat sendiri) terhadap penanganan air limbah. Kondisi ini disebabkan minimnya anggaran pembinaan dan minimnya sarana prasarana pendukung. III.2.6. Permasalahan Masalah pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Toba Samosir sampai saat ini belum tertangani secara optimal, sampai saat ini instalasi IPAL yang ada hanya berada di Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir dan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun yang dikelola oleh PDAM Tirtanadi (BUMD milik Pemerintah Propinsi Sumatera Utara) Cabang Balige dan kondisinya dalam keadaan kurang terawat. Sebagian besar pelanggan PDAM tirtanadi Cabang Balige yang berdomisili di Kecamatan Ajibata keberatan kalau retribusi air limbah dibebankan ke penambahan retribusi air minum. Sehingga biaya perawatan IPAL berjalan sekedar. Pokja Kab. Toba Samosir III-23

94 III.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat) Masalah sampah di Kabupaten Toba Samosir sampai saat ini belum tertangani secara optimal, sampai sekarang terlayani baru meliputi ibu kota kecamatan dengan pemukiman yang cenderung padat dan jalur jalan utama. Kalau dipilah berdasarkan Kecamatan dari 16 Kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir baru terlayani 4 Kecamatan (25%). Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan pada berbagai aspek seperti; jumlah anggaran operasional, jumlah armada, jumlah tenaga kerja dan manajemen pengelolaan persampahan itu sendiri. Keterbatasan pada berbagai aspek seperti keterbatasan anggaran operasional, jumlah armada, jumlah tenaga kerja dan manajemen pengelolaan persampahan itu sendiri, mempengaruhi total pelayanan. Akibatnya sampah yang dihasilkan masyarakat tidak terlayani secara baik ditambah pula aspek kebiasaan dari masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan. Tidak heran pada waktu-waktu tertentu masih dijumpai sampah bertebaran dan tidak terangkut pada hari setelah pecan, pada musim penghujan dimana sampah yang dating dari saluran drainase yang meluap akibat membuang sampah sembarangan dan juga akibat kondisi jalan menuju TPA yang sulit dilalui pada musim penghujan. Agar pelayanan persampahan dapat lebih optimal, dan dalam rangka untuk mewujudkan target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, maka ke depan perlu diupayakan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan secara bertahap. III.3.1. Landasan Hukum/ Legal Operasional Sesuai dengan laporan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir, bahwa sampai dengan saat ini Peraturan Daerah sebagai legal operasional tentang pengelolaan persampahan di Kabupaten Toba Samosir hanya Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir Nomor : 7 Tahun 2003 tentang Tarif Retribusi Sampah Daerah. Pokja Kab. Toba Samosir III-24

95 III.3.2. Aspek Institusional SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang mengelola persampahan adalah Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir dan Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir. Khusus Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan menangani persampahan di ibu kota Kabupaten ; Kecamatan Balige dalam bentuk pengadaan tong sampah dan pengadaan petugas penyapu jalan. Untuk Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan, pengelolaan sampah (limbah padat) di tangani oleh Bidang Kebersihan dengan tugas dan fungsinya; (1) Menyusun rencana dan program kerja pada bidang kebersihan dan mengumpulkan bahan perumusan pedoman teknis kebijaksanaan dan pembinaan kebersihan, (2) Mengkoordinir petugas kebersihan dan pemakaian peralatan kebersihan dan melaksanakan pengawasan dan pengoperasian peralatan kebersihan, (3) Mempersiapkan dan Menyelenggarakan pembuangan, pengangkutan, pemusnahan sampah serta melaksanakan pemeliharaan pengangkutan sampah, (4) Melakukan perawatan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, (5) Merumuskan kebijakan teknis pengelolaan persampahan dan pengoperasian mobil kebersihan, (6) Memberikan bantuan dan pelayanan umum kepada masyarakat mengenai pengelolaan kebersihan sarana umum, (7) Melaksanakan pengawasan dan penertiban pemakaian sarana prasarana kebersihan, (8) Membuat pupuk bokasi yang berbahan dasar sampah setelah dikelola dan ditangani sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan (9) Memberi penyuluhan bagi masyarakat akan perilaku hidup bersih. III.3.3. Cakupan Pelayanan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan memiliki fungsi pokok sebagai berikut (Perda Kabupaten Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008): a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang pasar, kebersihan, dan pertamanan. b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pasar, kebersihan dan pertamanan. c. Membina dan melaksanakan tugas di bidang pasar, kebersihan dan pertamanan. Pokja Kab. Toba Samosir III-25

96 Dari uraian fungsi pokok di atas, maka bisa disimpulkan bahwa tugas Dinas ini cukup luas, karena di samping sebagai regulator teknis, Dinas ini juga berfungsi sebagai pelaksana regulasi dan operator di bidang sanitasi (sampah dan air limbah). Kondisi ini akan menimbulkan proses penegakan terhadap aturan dan standar teknis di bidang sanitasi menjadi sesuatu yang sulit karena regulator yang juga berfungsi sebagai lembaga pelaksana dan pengawas. Di samping penegakan aturan, proses penyusunan aturan teknis terkait dengan sanitasi menjadi sangat sulit, karena semua seksi sudah cukup sibuk dengan proses penyusunan dan pelaksanaan program. Produksi sampah di Kabupaten Toba Samosir rata-rata perhari lebih kurang 45,36 m 3 /hari dan sampah terangkut 37,8 m 3 /hari dengan asumsi produksi sampah 0,012 m 3 /hari/rumah tangga yang sebahagian besar berasal dari sampah pasar, rumah tangga, sekolah, perkantoran, rumah makan, pertokoan dan lain sebagainya. Seperti disebutkan sebelumnya cakupan wilayah layanan adalah ibu kota kecamatan yaitu: Balige, Laguboti, Porsea dan Ajibata. Sampah yang terangkut ke TPA rata-rata perhari dari ke 4 ibu kota kecamatan tersebut sebanyak37,8m 3 yang terdiri dari berbagai sumber. Keterlibatan Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir dalam pengelolaan persampahan dalam hal penyediaan tenaga penyapu jalan umum di ibu kota Kabupaten Toba Samosir dan pengadaan tong sampah yang terbuat dari Fiber yang diplotkan di ibu kota Kabupaten Toba Samosir. III.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir bahwa Aspek teknis dan teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan persampahan masih dilaksanakan secara konvensional artinya sampah diambil, diangkut dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah. III.3.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Toba Samosir bahwa peningkatan peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan sampah masih dilakukan Pokja Kab. Toba Samosir III-26

97 dengan tahapan sosialisasi dan pemasangan papan reklame tentang kebersihan lingkungan. Pelibatan masyarakat dan gender secara langsung dalam pengelolaan persampahan selama ini belum terwujud dengan munculnya kelompok kader di masyarakat yang perduli (terwujud atas prakarsa masyarakat sendiri) terhadap penanganan sampah. Kondisi ini disebabkan minimnya anggaran pembinaan dan minimnya sarana prasarana pendukung. III.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Keterbatasan APBD Kabupaten Toba Samosir berimplikasi pada minimnya alokasi anggaran untuk pengelolaan persampahan dan minimnya sarana prasarana pengelolaan persampahan di Kabupaten Toba Samosir. Implementasi Perda Kabupaten Toba Samosir Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Sampah, masih sulit diterapkan karena secara empiris merupakan akibat dari keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki Kabupaten Toba Samosir dalam hal ini Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan. Sehingga tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan layanan yang maksimal tidak diimbangi dengan peningkatan pelayanan oleh Pemerintah Kabupaten Toba Samosir serta tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran pada perda dimaksud. Secara umum tindak lanjut yang dilakukan oleh Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kab. Toba Samosir terhadap pelanggaran Perda Nomor 7 dimaksud adalah dengan melakukan pemberhentian pelayanan untuk wajib retribusi yang menunggak, walaupun sebenarnya bukan merupakan solusi terbaik karena dapat menimbulkan permasalahan baru. III.4. Pengelolaan Drainase Sejak terbentuknya Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2007, penataan dan pembangunan drainase di Kabupaten Toba Samosir yang merupakan salah satu dari tugas fungsi tanggung jawab dari Dinas tersebut. Kabupaten Toba Samosir sebagai suatu Kabupaten yang relatif Pokja Kab. Toba Samosir III-27

98 masih baru/hasil pemekaran Kabupaten dalam hal penataan dan pembangunan drainase masih sangat membutuhkan penanganan yang serius. Keterbatasan APBD Kabupaten merupakan salah satu kendala dalam peningkatan capaian program pembangunan drainase tersebut. Berikut ini dapat dilihat perkembangan Pencapaian pembangunan drainase yang tersebar di beberapa Kecamatan Kabupaten Toba Samosir periode Tahun 2007 s/d 2009: Tabel III.13 Pencapaian Drainase Kabupaten Toba Samosir Indikator Dan Pencapaian Kinerja Per No Uraian Tahun Total 2007 (Km) 2008 (Km) 2009 (Km) Km 1 Pembuatan Parit 0,629 0,475 0,900 2,004 Jalan/Drainase 2 Total Panjang Jalan Kabupaten 1.171, , Sumber Data : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab. Toba Samosir Tahun 2009 & BPS Kab. Toba Samosir Tahun 2009 Tabel III.14 Kondisi Capaian Drainase Kabupaten Toba Samosir No Uraian Indikator Dan Pencapaian Kinerja Per Tahun Ket (Km) 2008 (Km) 2009 (Km) 1 Kondisi Baik 0,315 0,380 0,900-2 Kondisi Sedang 0,189 0, Kondisi Rusak 0, Total 0,630 0,475 0,900 Sumber Data : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kab.Toba Samosir Tahun 2009 Dari segi drainase kota/permukiman, sampai saat ini drainase untuk jalan kabupaten dapat direalisir 0,17% dari total panjang jalan Kabupaten sepanjang ±1.193,20 Km. Permasalahan yang ditemui dalam pembangunan drainase adalah keterbatasan lahan untuk drainase tersebut, adanya drainase bergabung dengan saluran irigasi. Untuk pengembangan ke depan, Pemerintah Kabupaten Toba Samosir akan menyusun Rencana Induk Pengembangan Drainase Permukiman sehingga strategi pengembangan dan penataan drainase Permukiman dapat lebih sempurna. III.4.1. Landasan Hukum/Legal Operasional Sesuai dengan laporan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir, bahwa sampai dengan saat ini Peraturan Daerah sebagai legal Pokja Kab. Toba Samosir III-28

99 operasional tentang drainase di Kabupaten Toba Samosir belum ada. Namun secara umum yang berkaitan dengan pengelolaan drainase secara implisit termuat dalam Perda Kabupaten Toba Samosir tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang sudah ada. Kaitannya dengan pengelolaan drainase, dalam Perda ini hanya mengatur tata letak dari poros jalan dan tembok bangunan. Kondisi ini disebabkan minimnya sarana prasarana pendukung. III.4.2. Aspek Institusional SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang mengelola drainase adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir khususnya Bidang Penyehatan lingkungan dan Permukiman, seksi Permukiman. III.4.3. Cakupan Pelayanan Bila di tinjau dari ruang lingkup sanitasi dan tupoksi dinas, maka keterlibatan Dinas Tarukim adalah Drainase, baik itu mulai dari tahap perencanaan, kontruksi maupun di bidang pemeliharaanya. Secara rinci Fungsi Dinas Tata Ruang dan Permukiman adalah sebagai berikut (Perda Kab.Toba Samosir Nomor 2 Tahun 2008): a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang tata ruang dan permukiman. b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang tata ruang dan permukiman. c. Membina dan melaksanakan tugas di bidang tata ruang dan permukiman. Karena drainase erat kaitannya dengan jalan dan tata bangunan maka dalam proses perencanaan dan pengembangan serta pemeliharaan harus bekerja sama dengan bagian yang menangani jalan (Dinas PU Kabupaten/Propinsi dan tata bangunan yang masih berada di Dinas Tarukim). III.4.4. Aspek Teknis dan Operasional Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir bahwa Aspek teknis dan teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan drainase masih dilaksanakan secara konvensional artinya pengaturan penggelontoran air masih memanfaatkan kondisi topografi yang ada. Pokja Kab. Toba Samosir III-29

100 III.4.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir bahwa peningkatan peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan drainase dilakukan dengan tahapan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dan jender dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Toba Samosir secara nyata dilakukan dengan adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dengan sumber dana APBN dengan perincian sebagai berikut: No Tabel III.15 Rekapitulasi Alokasi Dana PNPM Mandiri Perdesaan Alokasi Dana (juta rupiah) Kecamatan Balige Tampahan Laguboti Habinsaran Borbor Nassau Silaen Sigumpar Porsea PP Meranti S. Namuronda Lumban Julu Uluan Ajibata Parmaksian Bonatua Lunasi Jumlah Sumber data PNPM Mandiri Perdesaan Tobasa 900 Pokja Kab. Toba Samosir III-30

101 Tabel III.16 Alokasi Dana Menurut Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan No Kegiatan Drainase Air Bersih Persampahan 4 SPP Bangunan Lainnya Total Sumber data PNPM Mandiri Perdesaan Tobasa Drainase Air Bersih Persampahan SPP Bangunan Lainnya Grafik III.I Alokasi Dana Menurut Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan III.4.6. Permasalahan Pengelolaan Drainase Pola jaringan drainase di Kabupaten Toba Samosir mengikuti pola jaringan jalan eksisting dan memanfaatkan sungai sebagai saluran primer. Berdasarkan observasi lapangan, maka dapat dinilai bahwa potensi dan masalah drainase di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut : 1. Prasarana drainase berfungsi ganda yaitu untuk penyaluran air hujan dan air limbah. 2. Jalan Negara, sebagian besar mempunyai saluran tidak permanen dengan kondisi kurang baik. Pokja Kab. Toba Samosir III-31

102 3. Jalan Propinsi, sebagian besar salurannya tidak permanen dengan kondisi kurang baik. 4. Jalan Kabupaten, sebagian besar salurannya tidak permanen dengan kondisi kurang baik. 5. Jalan di Perumahan (bangunan baru), sebagian besar mempunyai saluran permanen dengan kondisi baik dan hanya sebagian kecil yang tidak mempunyai saluran drainase. 6. Jalan di Perumahan (perkampungan lama), sebagian besar tidak mempunyai drainase, terutama pada perkampungan di pinggir danau atau di pantai. Drainase sebagai salah sarana penyehatan lingkungan permukiman harus senantiasa dijaga keberadaannya. Di banyak lokasi kondisi drainase belum tertangani dengan baik. Banyak drainase yang seharusnya merupakan saluran pembuangan air limbah dan air hujan, menjadi tempat pembuangan sampah sehingga mengakibatkan semakin bertambahnya daerah-daerah yang tergenang pada saat musim hujan. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan drainase di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut : a. Masih dijumpai banyak saluran drainase yang mengalami pendangkalan dan tertimbun sampah. b. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase masih rendah. c. Biaya Operasi dan Pemeliharaan drainase masih terbatas. d. Saluran drainase baru tersedia untuk kategori primer 15,5% dan kategori sekunder 58,6 % sedangkan kategori tersier belum tercatat sama sekali meskipun telah ada di kawasan pemukiman. Secara terperinci masalah menyangkut Drainase di masing masing kecamatan di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: III.5. Penyediaan Air Bersih Pada tahun 2004, ditinjau dari tingkat pelayanan Air Bersih yang dikelola PDAM Tirtanadi Balige dengan cara membandingkan jumlah pelanggan Air Bersih dengan jumlah Rumah, maka yang terlayani hanya 5.29% masih jauh dari Standar Pelayanan Minimal (Kepmenkimpraswil No. 534/2001) yaitu 55-75%. Berdasarkan hal tersebut dapat dinilai bahwa tingkat pelayanan prasarana air bersih di Kabupaten Toba Samosir masih rendah dan peluang peningkatan jumlah pelanggannya masih besar. Pokja Kab. Toba Samosir III-32

103 III.5.1. Landasan Hukum/ Legal Operasional Sesuai dengan laporan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir, bahwa sampai dengan saat ini Peraturan Daerah sebagai legal operasional tentang Air Bersih di Kabupaten Toba Samosir belum ada.kondisi ini disebabkan masih minimnya sarana prasarana pendukung dan keterbatasan kemampuan anggaran. III.5.2. Aspek Institusional SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang mengelola air bersih adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir, Bidang Penyehatan Lingkungan dan Permukiman dan untuk PDAM yang turut melayani air bersih dikelola oleh BUMD milik Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. III.5.3. Cakupan Pelayanan Sampai dengan tahun 2008, Pengadaan air bersih di Kabupaten Toba Samosir yang dilayani suatu Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) dalam hal ini PDAM Tirtanadi Cabang Balige (Perusahaan Daerah milik Pemerintah Propinsi Sumatera Utara) masih menjangkau 4 kecamatan (tersebar di 42 desa/kelurahan dengan total jumlah pelanggan sebanyak pelanggan) dari 16 Kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan sumber air bakunya berasal dari Danau Toba. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Balige, Laguboti, Porsea dan Ajibata. Posisi dan peranan Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir dalam hal pengelolaan air bersih di Kabupaten Toba Samosir adalah pembuatan sumur pompa, sistem gravitasi (pipanisasi) dan sistem konstruksi Mandi Cuci Kakus (MCK) yang ditempatkan menjadi sumber air bersih untuk suatu kumpulan masyarakat di kecamatan kecamatan. III.5.4. Aspek Teknis dan Operasional Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Toba Samosir bahwa Aspek teknis dan teknologi yang Pokja Kab. Toba Samosir III-33

104 diterapkan dalam pengelolaan air bersih masih dilaksanakan secara konvensional artinya masih memanfaatkan grafitasi dan mesin pompa air. III.5.5. Permasalahan Penyediaan Air Bersih Pelayanan prasarana air bersih di Kabupaten Toba Samosir masih rendah dan peluang peningkatan jumlah pelanggannya masih besar. Namun saat ini yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut : 1. Jumlah air yang hilang dalam penyaluran cukup besar yaitu 19.4%. 2. Jaringan pipa penyaluran yang masih terbatas di kawasan-kawasan tertentu. Permasalahan dalam Air Minum. Permasalahan dalam pembangunan air minum di Kabupaten Toba Samosir terutama dapat dilihat dari sistem penyediaan air minum untuk melayani kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Toba Samosir. Permasalahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keterbatasan Sumber Air Baku. Kabupaten Toba Samosir sebagai pusat Perdagangan, Pemerintahan dan Pariwisata membawa konsekuensi terhadap pesatnya perkembangan pembangunan yang mengakibatkan pengurangan luas lahan terbuka sebagai daerah resapan air sehingga berdampak pada kuantitas sumber-sumber air. b. Kapasitas produksi air bersih PDAM Tirtanadi Cabang Balige saat ini belum mencukupi, perlu adanya penambahan kapasitas sehingga kebutuhan air bersih untuk masyarakat Kabupaten Toba Samosir ke depan bisa terpenuhi. c. Ketergantungan suplai air dari sumber yang berasal dari Danau Toba, sehingga keterjaminan suplai air dari PDAM tersebut kurang dapat diandalkan mengingat perkembangan daerah layanan PDAM penyuplai terus berkembang. Selain itu masalah tarif pembelian air yang terus meningkat dari tahun ke tahun namun di satu sisi PDAM Tirtanadi belum dapat menyesuaikan tarif air pelanggannya. d. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana produksi cukup besar sedangkan tarif air belum mengacu tarif Full Cost. e. untuk jangka panjang pemanfaatan sumber air dari Danau dan sungai/anak sungai yang ada di Kabupaten Toba Samosir dengan sistem pengolahan perlu direncanakan untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan air minum. Secara terperinci masalah menyangkut Air Minum di Pokja Kab. Toba Samosir III-34

105 masing masing kecamatan di Kabupaten Toba Samosir adalah sebgai berikut: Kec Balige : a. Tarif PDAM tinggi. b. Kaporit terasa. c. Belum seluruh masyarakat menikmati air bersih. d. Kondisi air tanah tidak mendukung. e. Air sumur masih ada yang tidak pakai cincin. f. Air sumur dan limbah berdekatan. g. Cakupan air bersih masih rendah disebabkan biaya relatif tinggi. h. Kualitas air tanah kurang memenuhi standar kesehatan. i. Debit air PDAM pada saat tertentu kurang. Kec Laguboti : a. Belum semua rumah tangga dialiri PDAM. b. Banyak sumur berdekatan dengan air limbah. c. Masih ada sumur yang berdekatan dengan kandang ternak yang memungkinkan resapan kotoran ternak mengalir ke dalam sumur. d. Kurangnya pengetahuan tentang air bersih. e. Masyarakat pemakai air bersih, masih tidak mengetahui tentang retribusi yang dibayarkan setiap bulan uang K3, masih banyaknya masyarakat yang ingin mendapatkan air bersih, dan apabila dihubungi PDAM tidak ada penyambungan baru. Kec Ajibata : a. Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat untuk mendapatkan sumber air bersih dari PDAM. b. Sumber Air masyarakat tercemar akibat pembuatan sumur berdekatan dengan saluran pembuangan limbah. c. Masih ada masyarakat yang menggunakan air bandar sebagai sarana untuk mandi dan mencuci. d. PDAM airnya sering terputus dan mati pada jam-jam tertentu. e. Debit Air PDAM yang tidak normal. f. Sumur gali belum menurut syarat kesehatan. g. Masih ada sumur yang belum memakai cincin. Pokja Kab. Toba Samosir III-35

106 III.6. Komponen Lainnya Yang dimaksud dengan komponen sanitasi lain adalah kegiatankegiatan pengembangan sanitasi yang tidak termasuk dalam komponen sampah, air limbah, drainase dan air bersih. Termasuk dalam komponen ini adalah kegiatan Bantuan Teknis Pengembangan, Promosi, dan lainlain. III.6.1. Penanganan Limbah Industri SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang menangani limbah industri adalah Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir. Dan saat ini kegiatan yang dilakukan dalam penanganan limbah industri ini masih tergolong minim dikarenakan keterbatasan APBD kabupaten Toba Samosir. III.6.2. Penanganan Limbah Medis SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang menangani limbah medis adalah Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kabupaten Toba Samosir. Dan saat ini kegiatan yang dilakukan dalam penanganan limbah medis ini masih tergolong minim dikarenakan keterbatasan APBD kabupaten Toba Samosir dan keberadaan skala aktifitas Rumah Sakit relatif tergolong kecil. III.6.3. Kampanye PHBS Beberapa kegiatan utama yang telah dilakukan dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat dibagi atas tiga golongan besar, yakni : a. Kegiatan rutin. b. Kegiatan pembinaan per kasus. c. Kegiatan pendukung. Kegiatan Rutin terdiri atas : pelayanan terhadap kebutuhan dasar yang berdampak besar terhadap hidup bersih dan sehat adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), pembinaan rumah sehat dan penanganan dasar Pokja Kab. Toba Samosir III-36

107 yang terdapat pada kawasan perumahan. Sedangkan Kegiatan pembinaan per kasus adalah penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) khususnya yang berbasis lingkungan seperti (Muntaber, Flu Burung, Chikugunya dll). Adapun kegiatan pendukung adalah kampanye hidup sehat yang dilakukan di sekolah SLTP & SLTA, survey, pemeriksaan dan kegiatan penanggulangan langsung, yang berpengaruh terhadap hidup bersih dan sehat. III.7. Pembiayaan Kabupaten Alokasi dana untuk pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu parameter strategis guna melihat keseriusan penanganan sektor sanitasi di Kabupaten Toba Samosir. 5 (Lima) tahun terakhir sejak 2005 s/d 2009 terlihat bahwa persentase dana yang dialokasikan untuk sanitasi masih relatif kecil dari total APBD Kabupaten Toba Samosir. Meskipun demikian, bukan serta merta berarti Kabupaten mengabaikannya melainkan karena beberapa sektor utama penggerak perekonomian juga sangat mendesak untuk ditangani. Dengan kata lain, meskipun anggaran fisik sanitasi masih kecil, namun kegiatan dan program yang terkait sanitasi tetap berjalan dan tersebar di berbagai alokasi kegiatan SKPD yang terkait sanitasi seperti Dinas Kesehatan, Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan. Pokja Kab. Toba Samosir III-37

108 BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN IV.1. Visi dan Misi Kabupaten Dengan mempertimbangkan kondisi objektif seluruh sumberdaya yang merupakan sumber-sumber terpilih untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Toba Samosir ke arah yang lebih baik dan mewakili aspirasi masyarakat, disusunlah Visi Misi Kabupaten Toba Samosir tahun 2011 s/d 2015 berdasarkan Peraturan Daerah Toba Samosir Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toba Samosir Tahun dan Visi Misi Kabupaten Toba Samosir Tahun sebagai berikut: Tabel IV.1 Visi dan Misi Kabupaten Toba Samosir Visi & Misi Kabupaten Toba Samosir Visi & Misi Kab.Toba Samosir VISI VISI Terwujudnya Kabupaten Toba Terwujudnya lingkungan yang sehat Samosir Yang Memiliki Rasa Kasih, di Kabupaten Toba Samosir melalui Peduli dan Bermartabat. pembangunan sektor MISI 1. Mewujudkan Pemerintahan yang bersih dan Berwibawa. 2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan. 3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. 4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur. 5. Mewujudkan pengembangan ekonomi rakyat. 6. Mengoptimalkan serta memanfaatkan sumber daya alam. 7. Memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan dinamis. MISI 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat, lembaga swasta/badan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat dan lembaga pendidikan dalam pembangunan sektor sanitasi. 2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah, drainase, persampahan, air bersih, dan perilaku hidup bersih sehat. 3. Meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah Kabupaten Toba Samosir 4. Memperluas cakupan layanan sanitasi Pokja Kab. Toba Samosir IV-1

109 IV.2. Strategi Penanganan Kabupaten Berskala Kota Mengacu kepada Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toba Samosir Tahun maka arah kebijakan umum dan strategi pembangunan sektor sanitasi mengacu kepada arah kebijakan umum dan strategi pembangunan Kabupaten Toba Samosir sebagai berikut: IV.2.1. Kebijakan Umum terkait pembangunan sektor sanitasi a. Bidang Sosial Budaya 1. Kebijakan dalam urusan pendidikan diarahkan pada meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan sanitasi 2. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan upaya lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat, 3. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan kapasitas sistem, organisasi dan individu dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Kabupaten Toba Samosir 4. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat 5. Kebijakan dalam urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, sehingga masyarakat mampu dapat mensubsidi masyarakat yang kurang mampu. 6. Kebijakan dalam urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diarahkan pada meningkatkan pengarusutamaan gender (PUG) dalam pembangunan sanitasi 7. Kebijakan dalam urusan pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan diarahkan pada memfasilitasi pengembangan masyarakat dan lembaga kelurahan dalam melaksanakan pembangunan sanitasi. b. Bidang Ekonomi 1. Kebijakan dalam urusan penanaman modal diarahkan pada meningkatkan dukungan dari sisi SDM maupun infrastruktur sanitasi 2. Kebijakan dalam urusan penanaman modal diarahkan pada meningkatkan promosi potensi dan peluang investasi di sektor sanitasi Pokja Kab. Toba Samosir IV-2

110 c. Bidang Tata Ruang, Sarana dan Prasarana Kebijakan dalam urusan penataan ruang diarahkan pada meningkatkan keterlibatan para pelaksana pembangunan dalam rencana pemanfaatan tata ruang sebagai dasar pelaksanaan pembangunan sanitasi d. Bidang Perumahan Kebijakan dalam urusan perumahan diarahkan pada meningkatkan penataan lingkungan kawasan kumuh perumahan di Kabupaten Toba Samosir. e. Bidang Pekerjaan Umum 1. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada mewujudkan keterpaduan perencanaan pembangunan saluran drainase kabupaten dengan perencanaan penataan ruang kabupaten. 2. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan dan memperhatikan relevansi kondisi kontur dalam perencanaan saluran drainase/gorong yang masih kurang diperhatikan. 3. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan saluran drainase/gorong-gorong perkotaan dengan meningkatkan ketegasan sanksi dalam mengoptimalkan fungsi saluran drainase 4. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan kualitas dan kuantitas saluran drainase. 5. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada mewujudkan sistem jaringan dan manajemen pengolahan air baku secara terpadu 6. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan prasarana air minum / air bersih ; 7. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana sanitasi kabupaten melalui rencana induk system sanitasi Kabupaten Toba Samosir. 8. Kebijakan dalam urusan pekerjaan umum diarahkan pada meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sarana pengelolaan air limbah dalam skala komunitas Pokja Kab. Toba Samosir IV-3

111 9. Kebijakan dalam urusan Bidang Tata Ruang dan Permukiman diarahkan pada meningkatkan kapasitas air minum. f. Bidang Komunikasi dan Informatika Kebijakan dalam urusan komunikasi dan informatika diarahkan pada meningkatkan kerjasama pemerintah daerah dengan mass media dalam rangka penyebarluasan informasi pembangunan sanitasi. IV.3. Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair Rencana pengelolaan air limbah terkait erat dengan program pembangunan perumahan dan permukiman terutama dalam upaya menekan pertumbuhan permukiman kumuh di Kabupaten Toba Samosir. Oleh karenanya setiap tahun selalu dilakukan kegiatan guna meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman ini. Walaupun telah dilakukan pembangunan prasarana dan sarana yang merupakan prasarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman seperti air limbah, sampah dan drainase, namun penyehatan lingkungan perumahan dan permukiman masih jauh dari memadai. Akses penduduk ke prasarana dan sarana pengolahan air limbah masih rendah, demikian pula dengan system pelayanan drainase kota. Arah kebijakan pengelolaan air limbah terkait dengan arah kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman terutama arah kebijakan dalam: a. Peningkatan prasarana dan sarana dasar, sederhana dan sehat. b. Meningkatkan fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat berpendapatan rendah dalam penyediaan lahan, sumber pembiayaan dan prasarana dan sarana lingkungan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat. c. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan. Untuk merealisasikan kebijakan di atas maka beberapa kegiatan yang dilaksanakan berkaitan dengan pengelolaan air limbah di Kabupaten Toba Samosir terlebih dahulu Melakukan kegiatan penyadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air limbah secara swadaya, untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang lebih meluas. Pokja Kab. Toba Samosir IV-4

112 Program pemberdayaan masyarakat miskin yang sudah dilakukan di Kabupaten Toba Samosir, dimulai pada tahun 2006, dimana kegiatannya adalah berupa Penyediaan asuransi kesehatan bagi penduduk miskin (ASKES Tobamas). IV.3.1. Sistem Terpusat (Off Site) Design dan kegiatannnya belum ada karena minimnya sarana prasarana pendukung. IV.3.2. Sistem Sanimas Sudah berjalan namun belum optimal. IV.3.3. Sistem On-Site Design Plan dan kegiatannya belum ada karena minimnya sarana prasarana pendukung. IV.4. Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah (Limbah Padat) Upaya penanganan masalah sampah terkait erat dengan upaya menciptakan Kabupaten Toba Samosir yang bersih dan indah. Hal ini dapat dilakukan melalui pengelolaan sampah dan pembuatan pertamanan di wilayah Kabupaten Toba Samosir. Produksi sampah rata-rata per tahun di Kabupaten Toba Samosir sebesar 459,312 m 3 setiap harinya. Untuk menangani volume sampah yang sangat besar ini idealnya pemerintah Kabupaten memiliki 16 unit mobil angkutan sampah dengan dua kali waktu pengangkutan. Sasaran pembangunan persampahan di Kabupaten Toba Samosir lebih diutamakan untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan, sehingga pada akhimya akan meningkatkan daya tarik Kabupaten Toba Samosir sebagai daerah tujuan wisata. Oleh karenanya maka arah kebijakan pembangunan persampahan ini lebih ditekankan pada upaya peningkatan peranan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan dan keindahan kota. Menjadikan aspek kebersihan dan keindahan sebagai salah satu jati diri Kabupaten Toba Samosir. Pelayanan persampahan yang berkualitas, terjangkau, efisien, menjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta berwawasan lingkungan. Guna merealisasikan kebijakan yang telah ditentukan ini maka program program dalam pembangunan persampahan di Kabupaten Toba Samosir ini dirancang sebagai Pokja Kab. Toba Samosir IV-5

113 berikut: Program peningkatan kinerja pengelolaan persampahan, yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Pengembangan teknologi tepat guna di bidang persampahan. b. Peningkatan sarana dan prasarana persampahan. c. Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan bagi aparat yang menangani persampahan. Guna merealisasikan kebijakan dan program di bidang persampahan ini maka kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah: a. Memperluas cakupan kegiatan penyapuan, kegiatan pengumpulan, kegiatan pengangkutan dan penyelesaian akhir sehingga semua wilayah dapat terlayani. b. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui pembentukan kelompok-kelompok pengelola sampah swadaya. c. Menambah jumlah sarana dan prasarana persampahan. d. Meningkatkan operasional dan pemeliharaan persampahan. Untuk mendayagunakan dan mengoptimalkan fungsi TPA, Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan bersama masyarakat khususnya dengan Kelompok Karang Taruna akan melakukan fungsi 3R. IV.5. Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan Pengembangan drainase tidak dapat dilepaskan dari upaya menciptakan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, karena drainase merupakan salah satu sarana dasar di lingkungan perumahan dan permukiman. Sebagaimana halnya dengan masalah persampahan, maka drainase juga ditujukan untuk menciptakan Kabupaten Toba Samosir yang bersih dan indah. Sasaran pengembangan drainase juga ditujukan untuk meminimalisir pencemaran Lingkungan. Dengan demikian arah kebijakan pengembangan drainase juga ditujukan untuk: meningkatkan peranan masyarakat dalam pengelolaan drainase, pelayanan drainase yang berkualitas, efisien terjangkau seluruh lapisan masyarakat dan berwawasan lingkungan. Maka program-program dalam pengembangan drainase ini diarahkan untuk peningkatan kinerja pengelolaan drainase dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pokja Kab. Toba Samosir IV-6

114 a. Pengembangan teknologi tepat guna di bidang drainase. b. Peningkatan sarana dan prasarana drainase. c. Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan bagi aparat yang menangani drainase. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pengembangan drainase Kabupaten Toba Samosir adalah: a. Operasional dan pemeliharaan drainase. b. Peningkatan kualitas sarana prasarana drainase. c. Peningkatan kuantitas jangkauan layanan sarana prasarana drainase. d. Rehabilitasi drainase yang mengalami kerusakan. e. Penggelontoran saluran drainase. IV.6. Rencana Penyediaan Air Minum/Air Bersih Pelayanan yang ingin dikembangkan dalam pembangunan air minum hingga akhir tahun 2010 adalah pelayanan air minum yang berkualitas efisien, dengan harga yang terjangkau dan berkelanjutan yang akan dilaksanakan melalui kebijakan: a. Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan layanan air minum/air bersih dalam pengembangan sumber daya manusia dan produktivitas kerja. b. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air bersih akhir tahun c. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha untuk turut serta dalam memberikan pelayanan air minum melalui deregulasi dan regulasi peraturan yang terkait dengan kemitraan swasta. d. Mendorong pengelolaan air minum dalam upaya meningkatkan efisiensi pelayanan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam (air baku). e. Meningkatkan kinerja pengelolaan air minum air bersih. f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum/ air bersih melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan dan perbaikan pelayanan kesehatan. Pokja Kab. Toba Samosir IV-7

115 g. Mengurangi tingkat kebocoran pelayanan air minum hingga mencapai ambang batas normal Guna melaksanakan kebijakan di atas maka programprogram yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: Program pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Kampanye publik, mediasi dan fasilitasi kepada masyarakat mengenai perlunya perilaku hidup bersih dan sehat. b. Pelaksanaan percontohan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber air baku. c. Pelestarian budaya dan kearifan lokal yang mendukung pelestarian dan penjagaan kualitas air baku. Program pengembangan kelembagaan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Koordinasi dan kerjasama antar kegiatan dalam pembangunan air minum/air bersih. b. Terciptanya peraturan yang mengatur kemitraan pemerintah dan swasta dalam pembangunan air minum/air bersih. c. Tersedianya sumber pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan. IV.7. Rencana Peningkatan Kampanye PHBS Beberapa kegiatan utama yang telah dilakukan dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat dibagi atas tiga golongan besar, yakni: a. Kegiatan rutin. b. Kegiatan pembinaan per kasus. c. Kegiatan pendukung. Kegiatan Rutin terdiri atas pelayanan terhadap kebutuhan dasar yang berdampak besar terhadap hidup bersih dan sehat adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), pembinaan rumah sehat dan penanganan dasar yang terdapat pada kawasan perumahan. Sedangkan Kegiatan pembinaan per kasus adalah penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) khususnya yang berbasis lingkungan seperti (Muntaber, Flu Burung, Chikugunya dll). Adapun kegiatan pendukung adalah kampanye hidup sehat yang dilakukan di sekolah SLTP & Pokja Kab. Toba Samosir IV-8

116 SLTA, survey, pemeriksaan dan kegiatan penanggulangan langsung, yang berpengaruh terhadap hidup bersih dan sehat. Pokja Kab. Toba Samosir IV-9

117 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI V.1. Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Penentuan area beresiko tinggi untuk kabupaten Toba Samosir dilakukan melalui penggabungan hasil analisa data Survei Penilaian Resiko Lingkungan/EHRA (Environmental Health Risk Assessment) dan Persepsi anggota Tim Teknis Pokja Kabupaten Toba Samosir yang berasal dari Bappeda, Badan Lingkungan Hidup dan Pertambangan, Dinas Kesehatan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Tata Ruang dan Permukiman dan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan. Penentuan lokasi lokasi yang prioritas untuk pelaksanaan Survei EHRA di Kabupaten Toba Samosir dilakukan dengan purposive sampling (secara sengaja dengan pertimbangan teknis tertentu) yakni di seluruh kelurahan yang ada dengan mempertimbangkan keterbatasan alokasi anggaran dan skala prioritas penanganan kondisi sanitasi (drainase, air bersih, air limbah dan persampahan) berskala kota di Kabupaten Toba Samosir sehingga kelurahan dikategorikan berskala kota. Adapun wilayah sebagai lokasi pelaksanaan survei EHRA di Kabupaten Toba Samosir meliputi 13 Kelurahan yang tersebar di 6 Kecamatan (Balige, Laguboti, Sigumpar, Porsea, Ajibata dan Habinsaran) dari 16 Kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir. Dan yang menjadi objeknya adalah Rumah Tangga sebagai responden dengan penentuan jumlahnya menggunakan metode sampling Systematic Random Sampling dengan perincian sebagai berikut: Pokja Kab. Toba Samosir V-1

118 Tabel V.1 Data Jumlah Rumah Tangga (RT) di Enam Kecamatan Yang Disurvei No Kecamatan Jumlah RT 1 Balige Laguboti Habinsaran Sigumpar Porsea Ajibata Total RT Sumber Data : BPS Kab. Toba Samosir Formulasi penentuan Ukuran Sampling (Jumlah Sampel RT): Keterangan Variabel Rumus: n ( N x P x Q ) (N-1)B 2 / 4 + PQ N = Total Populasi (Jumlah RT keseluruhan di 16 Kecamatan); P = Proporsi (Total RT di 6 Kecamatan/Total RT di 16 Kecamatan) sebesar 37,5%; B = Tingkat kesalahan sampling sebesar 2,75%; Q = (1 P); n = nilai ukuran Rumah Tangga yang disampling. Dari rumus penentuan ukuran sampling di atas diperoleh data sebagai berikut : N = RT (Total RT di 6 Kecamatan) P = 37,5 % B = 2,75 Q = 0,625 n RT ( jumlah ukuran sampel RT ) Sehingga diperoleh data sampling RT di tiap kecamatan (6 Kecamatan) seperti pada tabel berikut: Pokja Kab. Toba Samosir V-2

119 Tabel V.2 Jumlah Sampel Rumah Tangga (RT) Di Enam Kecamatan Yang Disurvei Jumlah Sampel Jumlah No Kecamatan RT Kelurahan 1 Balige kelurahan 2 Laguboti kelurahan 3 Habinsaran kelurahan 4 Sigumpar 94 1 kelurahan 5 Porsea kelurahan 6 Ajibata 82 1 kelurahan Total kelurahan Sumber data : Hasil Analisa Pokja Tahun 2010 Maka dari jumlah sampel RT per Kecamatan sebagaimana tersebut pada tabel di atas, dapat ditentukan jumlah sampel RT per Kelurahan dengan cara berikut ini : Penentuan Jumlah Sampel RT di tiap Kelurahan adalah sebagai berikut: - Alat dan Bahan: Daftar Rumah Tangga per kelurahan, kalkulator, nomor undian - Rumus penentuan Interval: AI = Jumlah Sampel RT/Sampel Keterangan: AI = Angka Interval Maka jumlah sampel RT dalam tiap kelurahan: Tabel V.3 Jumlah Sampel RT Tiap Kelurahan & Penentuan Interval No Kelurahan RT Sampel No. Urut AI (n) Start 1. Parsoburan Tengah Pasar Laguboti Sigumpar Dangsina Lumban Dolok Hauma Bange 5. Pardede Onan Balige I Napitupulu Bagasan 8. Balige III Sangkarnihuta Parparean III Pasar Porsea Patane III Parsaoran Ajibata Total Sumber Data : Analisa Pokja Tahun 2010 Pokja Kab. Toba Samosir V-3

120 Gambar V.1. Peta Sampling Survey EHRA Pokja Kab. Toba Samosir V-4

121 Sehingga data primer yang akan diperoleh dari total sampel Rumah Tangga (RT) sebanyak sebagai responden menggunakan metode wawancara dengan alat bantu quesioner dan observasi yang dilakukan oleh enumerator/pengumpul data dari aparatur kecamatan, kelurahan dan puskesmas (Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor : 177 Tahun 2010 ) Penentuan area beresiko ini ditentukan melalui data yang diperoleh dari survey EHRA dan ditambah dengan nilai persepsi SKPD sesuai dengan isu atau parameter yang disepakati oleh tim Pokja kabupaten Toba Samosir tahun Kondisi yang diangkat dalam penentuan area beresiko berdasarkan sub sektor sanitasi berikut ini : 1. Air Limbah; 2. Drainase; 3. Sampah; 4. Air Minum; 5. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Permasalahan utama yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata Danau Toba adalah tingkat pencemaran danau toba yang sangat meprihatinkan terkait dengan Permasalahan Pengelolaan Air Limbah. Hal ini dipengaruhi oleh belum tersedianya sarana prasarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Toba Samosir yang memadai dan masih rendahnya kesadaran masyarakat. Sementara sebaran isu strategis untuk setiap sub sektor sanitasi sebagaimana tersebut di atas dapat dilihat pada uraian berikut ini: 1. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Sangat minimnya sarana prasarana pengelolaan air limbah; Alokasi Anggaran pengelolaan air limbah sangat terbatas. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum; Pokja Kab. Toba Samosir V-5

122 Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah. 2. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Kesadaran masyarakat akan buang sampah dengan benar rendah; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum; Alokasi anggaran pengelolaan sangat terbatas/minim; Sarana dan Prasarana persampahan masih sangat kurang; Minimnya petugas kebersihan. 3. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Rendahnya kesadaran masyarakat; Alokasi anggaran terbatas; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum; Kurangnya fasilitas sanitasi umum di lingkungan permukiman. 4. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan air bersih di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Rendahnya kesadaran masyarakat atas pengelolaan & pemeliharaan sarana dan prasarana air bersih; Alokasi anggaran pengelolaan air bersih sangat terbatas; Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyerahkan tanah/aset untuk kepentingan umum; Terbatasnya ketersedian dan keberfungsian sarana dan prasarana air bersih. 5. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan PHBS di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut: Masyarakat kurang sadar; Alokasi anggar sangat terbatas; Fasilitas MCK kurang. Pokja Kab. Toba Samosir V-6

123 V.1.1 Area Beresiko Tinggi Untuk jelasnya mengenai parameter yang digunakan dalam penentuan daerah beresiko dapat dilihat dalam Tabel V.4: Tabel V.4 Paramater Penentuan Area Beresiko Dari Hasil Data Survey EHRA Batas Resiko No Parameter Satuan Kesehatan Lingkungan Alasan 1 Cakupan Pelayanan Air Minum (SPAM) % 5%, beresiko Menguasai HAJAT HIDUP ORANG BANYAK 2 Buangan air limbah rumah tangga ke tempat terbuka % 4%, beresiko Saluran pembuangan air limbah tidak menjamin penurunan tingkat pencemaran 3 Persentase Frekwensi Angkut tinja (Sekali/5 tahun) badan air % 20%, beresiko Kondisi tanah lembab, sehingga merembes kedalam tanah 4 BABS % 5%, beresiko Dampak langsung yang dirasakan terhadap lingkungan sekitar 5 Persentase Banjir % 20%, beresiko Banjir dapat membawa bibit bibit penyakit 6 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 7 Tingkat kesakitan diare 8 Persentase Angkut Sampah (Sampah diangkut maksimal satu kali dalam seminggu dari jumlah responden) % 60%, beresiko Kondisi cuaca yang dingin dan kesulitan memperoleh air bersih % 10%, beresiko Tingkat pencemaran air tinggi % 15%, beresiko Daerah dingin mempercepat pembusukan sampah Sumber : Hasil Analisa Tim Pokja Kab. Toba Samosir Tahun 2010 Berdasarkan data EHRA melalui survei yang dilakukan diperoleh parameter yang menentukan area beresiko di Kabupaten Toba Samosir adalah: 1. Cakupan Pelayanan Air Minum (CPAM) dengan kriteria lebih kecil atau sama dengan 5 % ( 5%) di suatu kelurahan dikategorikan beresiko karena diasumsikan bahwa air minum menguasai hajat hidup orang banyak; 2. Buangan air limbah rumah tangga ke tempat terbuka dengan kriteria lebih dari atau sama dengan 4% ( 4%) di suatu kelurahan dikategorikan beresiko Pokja Kab. Toba Samosir V-7

124 karena diasumsikan bahwa saluran pembuangan air limbah tidak menjamin penurunan tingkat pencemaran badan air; 3. Persentase frekuensi angkut tinja (sekali dalam 5 tahun) dengan kriteria kurang dari atau sama dengan 20% ( 20%) disuatu kelurahan dikategorikan beresiko karena diasumsikan bahwa kondisi tanah lembab, sehingga rembesan masuk ke dalam tanah; 4. Buang air besar sembarangan (BABS) dengan kriteria lebih dari atau sama dengan 5% ( 5%) disuatu kelurahan dikategorikan beresiko karena dampak langsung yang dirasakan terhadap lingkungan; 5. Persentase banjir dengan kriteria lebih dari atau sama dengan 20% ( 20%) disuatu kelurahan dikategorikan beresiko karena banjir dapat membawa bibit penyakit; 6. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kriteria lebih dari atau sama dengan 60% ( 60%) disuatu kelurahan dikategorikan beresiko karena kondisi cuaca yang dingin dan kesulitan memperoleh air bersih; 7. Tingkat kesakitan diare dengan kriteria lebih dari atau sama dengan 10% ( 10%) disuatu kelurahan dikategorikan beresiko; 8. Persentase angkut sampah dengan kriteria lebih dari atau sama dengan 15% ( 15%) disuatu kelurahan dikategorikan beresiko karena daerah dingin mempercepat pembusukan. Penentuan daerah beresiko ini dilakukan melalui pembobotan terhadap masing-masing parameter. Pembobotan dilakukan untuk memperoleh klasifikasi daerah-daerah yang beresiko. Pengklasifikasian ini dilakukan untuk melihat daerah-daerah mana saja yang perlu ditangani dengan cepat. Kelas Klasifikasi daerah beresiko ini adalah: 1. Klasifikasi kisaran area tidak beresiko (wilayah 1); 2. Klasifikasi kisaran area kurang beresiko (wilayah 2); 3. Klasifikasi area beresiko (wilayah 3); 4. Klasifikasi area sangat beresiko (wilayah 4). Dari data EHRA yang dihasilkan melalui aplikasi SPSS dapat disimpulkan bahwa: 1. Parameter Cakupan Pelayanan Air Minum (SPAM) yang beresiko terdapat di 3 kelurahan yaitu kelurahan Parsaoran Ajibata (Kec. Ajibata), Kelurahan Sangkarnihuta Parparean III ( Kec. Porsea); (Kec. Balige) dan Kelurahan Pokja Kab. Toba Samosir V-8

125 2. Parameter buangan air limbah rumah tangga ke tempat terbuka yang sangat beresiko terdapat di 13 kelurahan; 3. Parameter Frekuensi angkut tinja yang sangat beresiko terdapat di 12 kelurahan (kecuali Kelurahan Balige III di Kec. Balige); 4. Parameter BABS yang sangat beresiko terdapat di 4 kelurahan meliputi; (1) kelurahan Parsoburan tengah (Kec. Habinsaran), (2) Kelurahan Sigumpar Dangsina (Kec. Sigumpar), (3) Kelurahan Parparean III (Kec. Porsea), (4) Kelurahan Sangkarnihuta (Kec. Balige); 5. Parameter Persentase Banjir yang sangat beresiko terdapat di 1 kelurahan (Kelurahan Patane III di Kecamatan Porsea); 6. Parameter cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang sangat beresiko terdapat di 1 kelurahan (Kelurahan Balige I, Kecamatan Balige); 7. Parameter tingkat kesakitan diare yang sangat beresiko tidak ada di setiap kelurahan; 8. Parameter angkut sampah yang sangat beresiko terdapat di 13 kelurahan. V.1.2 Wilayah Beresiko Berdasarkan Analisa Data EHRA Penentuan wilayah beresiko berdasarkan analisa data EHRA dilakukan dengan pembobotan terhadap 8 (delapan) parameter yang sudah disepakati, dan dari 8 parameter tersebut dikumulatifkan keseluruh kecamatan sehingga diperoleh kondisi beresiko tidaknya tiap kecamatan yang ada. Parameter yang paling menonjol dijadikan sebagai indikasi beresiko adalah air limbah rumah tangga, persampahan, drainase, air minum dan PHBS. Maka diperoleh kondisi resiko untuk tiap kelurahan sebagaimana tertera pada Tabel V.5 dan Gambar V.2 menunjukkan kondisi tersebut. Tabel V.5 Daerah Beresiko Berdasarkan Analisa Data EHRA No Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah No No No Beresiko I Bersisko II Beresiko III Bersiko IV 1 Balige III 1 Lumban Dolok 1 Balige I 1 Patane III 2 Pardede Onan 2 Sangkar Nihuta 3 Napitupulu Bagasan 4 Pasar Laguboti 4 Ajibata 5 Sigumpar 6 Parparean III 7 Pasar Porsea 3 Parsoburan Tengah Sumber : Hasil Analisa Tim Pokja Kab. Toba Samosir Tahun 2010 Pokja Kab. Toba Samosir V-9

126 Gambar V.2 Peta wilayah beresiko berdasarkan analisa data EHRA Pokja Kab. Toba Samosir V-10

127 V.1.3 Wilayah Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD / Pokja SKPD yang terlibat adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bappeda, Dinas Kesehatan dan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan. Pendapat SKPD ini merupakan persepsi para anggota Tim Pokja terhadap kondisi sanitasi kelurahan sesuai pengalaman dan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Berdasarkan Pendapat SKPD tersebut diperolehlah 7 (tujuh) kelurahan pada wilayah Area tidak beresiko (wilayah 1), 6 (enam) Kelurahan pada wilayah yang Kurang beresiko (wilayah II), tidak ada Kelurahan pada wilayah yang beresiko (wilayah III) dan wilayah yang sangat beresiko (wilayah IV). Untuk jelasnya mengenai wilayah beresiko berdasarkan pendapat SKPD dapat dilihat dalam Tabel V.6 dan Gambar V.3 untuk menunjukkan dalam peta daerah berdasarkan persepsi SKPD/Pokja. Tabel V.6 Daerah Beresiko Berdasarkan Persepsi SKPD No Wilayah Wilayah Wilayah No No Beresiko I Bersisko II Beresiko III 1 Lumban Dolok 1 Balige III 2 Pardede Onan 2 Napitupulu Bagasan Sangkar 3 Balige I 3 Nihuta Pasar 4 Laguboti 4 Parparean III Parsoburan 5 Tengah 5 Pasar Porsea Sigumpar Parsaoran 6 Dangsina 6 Ajibata 7 Patane III Sumber : Tim Pokja Kab. Toba Samosir Tahun 2010 No Wilayah Bersiko IV Pokja Kab. Toba Samosir V-11

128 Gambar V.3 Peta wilayah beresiko berdasarkan persepsi SKPD Pokja Kab. Toba Samosir V-12

129 V.1.4 Wilayah Beresiko Berdasarkan Hasil Data EHRA dan Persepsi SKPD/ Pokja Kab. Toba Samosir Tahun 2010 Penentuan area beresiko berdasarkan data EHRA dan persepsi SKPD dilakukan dengan menjumlahkan bobot nilai resiko secara kumulatif untuk 8 parameter per kelurahan dengan bobot nilai resiko persepsi SKPD secara kumulatif untuk keseluruhan parameter (8 parameter) tiap kelurahan, kemudian hasil dibagi 2 (dua) maka diperolehlah klasifikasi berdasarkan area beresiko. Maka diperolehlah 6 (enam) kelurahan pada wilayah area kurang beresiko (wilayah II), 7 (tujuh) kelurahan pada wilayah area yang beresiko (wilayah III). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.7 dan Gambar V.4. No Tabel V.7 Daerah Beresiko Berdasarkan Data EHRA dan Persepsi SKPD No Wilayah Wilayah No Bersisko II Beresiko III No 1 Lumban 1 Balige I Dolok HB 2 Pardede 2 Napitupulu Onan Bagasan 3 Balige III 3 Sangkar Nihuta 4 Pasar 4 Parsoburan Laguboti Tengah 5 Sigumpar 5 Parparean III Dangsina 6 Pasar Porsea 6 Patane III 7 Parsaoran Ajibata Wilayah Beresiko I Hasil Analisa Tim Pokja Kab. Toba Samosir Wilayah Bersiko IV Pokja Kab. Toba Samosir V-13

130 Gambar V.4. Peta Area Beresiko Berdasarkan analisa data EHRA dan SKPD Pokja Kab. Toba Samosir V-14

131 V.2. Kajian Dan Opsi Partisipasi Masyarakat Dan Jender Di Area Beresiko V.2.1. Kajian Dan Opsi Pengembangan Aspek Teknis Di Area Beresiko A. Untuk Wilayah beresiko terhadap Air Limbah A.1. Opsi Penanganan Jangka Pendek Jangka pendek yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 1 tahunan. Untuk sub-sektor air limbah (mencakup Limbah Tinja/Black Water, Grey Water,Yellow Water (air seni) limbah cair domestik) yang menjadikan suatu area beresiko untuk sub sektor air limbah akan direncanakan kegiatan: - Melakukan survey dan pemetaan; - fasilitas konstruksi Mandi Cuci Kakus (MCK); - Pengadaan dan pembagian jamban dan septic tank keluarga sehat; - Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT); - Pembuatan septic tank communal. Kelurahan dengan Penanganan Jangka Pendek adalah: 1. Lumban Dolok Hauma Bange 2. Pardede Onan 3. Balige III 4. Balige I 5. Sangkar Nihuta 6. Napitupulu Bagasan 7. Parsoburan Tengah 8. Pasar Laguboti 9. Sigumpar Dangsina 10. Patane III 11. Pasar Porsea 12. Parsaoran Ajibata 13. Parparean III. Pokja Kab. Toba Samosir V-15

132 A.2. Opsi Penanganan Jangka Menengah Jangka menengah yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 5 tahunan. Untuk sub-sektor Air Limbah (mencakup Limbah Tinja/Black Water, Grey Water & Yellow Water, Limbah cair domestik) yang menjadikan suatu area beresiko untuk sub sektor air limbah akan direncanakan kegiatan : - Pembuatan Master Plan Pengelolaan Air Limbah; - septic tank communal (Sistem offside); - Pengadaan dan pembagian jamban dan septic tank keluarga sehat; - IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) & IPLT (Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja); - Pengadaan mobil sedot tinja. Kelurahan dengan Penanganan Jangka Menengah adalah: 1. Lumban Dolok Hauma Bange 2. Pardede Onan 3. Balige III 4. Balige I 5. Sangkar Nihuta 6. Napitupulu Bagasan 7. Parsoburan Tengah 8. Pasar Laguboti 9. Sigumpar Dangsina 10. Patane III 11. Pasar Porsea 12. Parsaoran Ajibata 13. Parparean III. Pokja Kab. Toba Samosir V-16

133 Gambar V.5. Peta daerah beresiko air limbah Pokja Kab. Toba Samosir V-17

134 B. Untuk Wilayah beresiko terhadap Persampahan B.1. Opsi Penanganan Jangka Pendek Jangka pendek yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 1 tahunan. Untuk sub-sektor Persampahan yang menjadikan suatu area beresiko akan direncanakan kegiatan: - Survey dan pemetaan; - Penambahan jumlah petugas kebersihan; - Pengadaan tong sampah; - Pengadaan gerobak sampah, motor sampah dan Armroll Truck; - TPSS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara). Kelurahan dengan Penanganan Jangka Pendek adalah: 1. Lumban Dolok Hauma Bange; 2. Pardede Onan; 3. Balige I; 4. Balige III; 5. Napitupulu Bagasan; 6. Sangkar Nihuta; 7. Pasar Laguboti; 8. Parsoburan Tengah; 9. Sigumpar Dangsina; 10. Parparean III; 11. Pasar Porsea; 12. Patane III; 13. Parsaoran Ajibata. B.2. Opsi Penanganan Jangka Menengah Jangka menengah yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 5 tahunan. Untuk sub-sektor Persampahan yang menjadikan suatu area beresiko akan direncanakan kegiatan: Pokja Kab. Toba Samosir V-18

135 - Pembuatan Master Plan Pengelolaan Persampahan; - Penambahan jumlah petugas kebersihan; - Peningkatan status dan fungsi TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Sampah dari open dumping ke sistem Controlled Landfill; - Pengadaan Armroll Truck, Mobil Truk Sampah dan Compactor Truck; - Instalasi pembuatan kompos; - instalasi daur ulang sampah. Kelurahan dengan Penanganan Jangka Menengah adalah : 1. Lumban Dolok Hauma Bange 2. Pardede Onan 3. Balige I 4. Balige III 5. Napitupulu Bagasan 6. Sangkar Nihuta 7. Pasar Laguboti 8. Parsoburan Tengah 9. Sigumpar Dangsina 10. Parparean III 11. Pasar Porsea 12. Patane III 13. Parsaoran Ajibata. Pokja Kab. Toba Samosir V-19

136 Gambar V.6. Peta daerah beresiko persampahan Pokja Kab. Toba Samosir V-20

137 C. Untuk Wilayah beresiko terhadap Drainase C.1. Opsi Penanganan Jangka Pendek Jangka pendek yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 1 tahunan. Untuk sub-sektor Drainase yang menjadikan suatu area beresiko akan direncanakan pembuatan/pembangunan: - Survey dan Pemetaan Drainase; - Drainase tanpa perkerasan; - Normalisasi dan revitalisasi saluran drainase ; - Pembuatan parit infiltrasi - Drainase dengan perkerasan. Kelurahan dengan Penanganan Jangka Pendek adalah : 1. Kelurahan Patane III di Kecamatan Porsea C.2. Opsi Penanganan Jangka Menengah Jangka menengah yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 5 tahunan. Untuk sub-sektor yang menjadikan suatu area beresiko akan direncanakan pembuatan/pembangunan : - Pembuatan master plan pengelolaan drainase - Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jaringan Drainase - Normalisasi dan revitalisasi saluran drainase ; - drainase dengan instalasi perangkap lemak ; - parit infiltrasi - Kolam Retensi. Kelurahan dengan Penanganan Jangka Menengah adalah : 1. Lumban Dolok Hauma Bange 2. Pardede Onan 3. Balige I 4. Balige III 5. Napitupulu Bagasan 6. Sangkar Nihuta 7. Pasar Laguboti Pokja Kab. Toba Samosir V-21

138 8. Parsoburan Tengah 9. Sigumpar Dangsina 10. Parparean III 11. Pasar Porsea 12. Patane III 13. Parsaoran Ajibata. Pokja Kab. Toba Samosir V-22

139 Gambar V.7. Peta daerah beresiko drainase Pokja Kab. Toba Samosir V-23

140 D. Untuk Wilayah beresiko terhadap Air Bersih D.1. Opsi Penanganan Jangka Pendek Jangka pendek yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 1 tahunan. Untuk sub-sektor Air Minum yang menjadikan suatu area beresiko akan direncanakan kegiatan: - Survey dan Pemetaan - Rehabilitasi dan Pemeliharaan sarana prasarana air bersih - Pembuatan pipanisasi dengan memanfaatkan air gunung/air permukaan/mata air yang menggunakan sistem gravitasi. Kelurahan dengan Penanganan Jangka Pendek adalah: 1. Parsoburan Tengah 2. Sigumpar Dangsina. D.2. Opsi Penanganan Jangka Menengah Jangka menengah yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang dilakukan untuk periode 5 tahunan. Untuk sub-sektor Air Minum/Air Bersih yang menjadikan suatu area beresiko akan direncanakan Kegiatan berikut: - Pembuatan master plan pengelolaan air minum/air bersih - Pembuatan pipanisasi dengan memanfaatkan air gunung/air permukaan/mata air menggunakan sistem gravitasi dengan dibantu fasilitas Reservoir. - Rehabilitasi dan Pemeliharaan sarana prasarana air bersih - Pembuatan sumur bor terpusat dan mengalirkannya ke rumah penduduk dengan menggunakan pipanisasi dan pemanfaatan sistem grafitasi. Kelurahan dengan Penanganan Jangka Menengah adalah: 1. Lumban Dolok Hauma Bange; 2. Pardede Onan; 3. Balige I; 4. Balige III; 5. Napitupulu Bagasan; Pokja Kab. Toba Samosir V-24

141 6. Sangkar Nihuta; 7. Pasar Laguboti; 8. Parsoburan Tengah; 9. Sigumpar Dangsina; 10. Parparean III; 11. Pasar Porsea; 12. Patane III; 13. Parsaoran Ajibata. Pokja Kab. Toba Samosir V-25

142 Gambar V.8. Peta daerah beresiko air minum Pokja Kab. Toba Samosir V-26

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN SSK. III.1. Aspek Non Teknis

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN SSK. III.1. Aspek Non Teknis BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN III.1. Aspek Non Teknis Isu strategis aspek non teknis yang dimaksudkan dalam bagian ini merupakan isu strategis pada tataran penataan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah yang terbesar yang dialami oleh seluruh kota besar di Indonesia, dimana pada tahun 2007 jumlah populasi di Indonesia berjumlah

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN PPSP STRATEGI SANITASI KOTA. III.1. Aspek Non Teknis

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN PPSP STRATEGI SANITASI KOTA. III.1. Aspek Non Teknis BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN III.1. Aspek Non Teknis Isu strategis aspek non teknis yang dimaksudkan dalam bagian ini merupakan isu strategis pada tataran penataan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2016 ISBN : 978-602-6431-04-2 No. Publikasi : 12060.1532 Katalog BPS : 1101002.1206073 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR I - 1

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR I - 1 1.1. Latar Belakang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah roadmap pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

IV.1. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian

IV.1. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kabupaten Toba Samosir tahun 2011-2015 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian serta

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Mamuju adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama, belum lagi persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN PARMAKSIAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2011

PROFIL KECAMATAN PARMAKSIAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2011 PROFIL KECAMATAN PARMAKSIAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2011 Oleh: Juita Endang Jaya Purba, S.Sos NIP 19880403 201003 2 004 KKP Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Diklat Fungsional Statistisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci