BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah yang terbesar yang dialami oleh seluruh kota besar di Indonesia, dimana pada tahun 2007 jumlah populasi di Indonesia berjumlah 235 juta jiwa dan sebanyak 42% tinggal di perkotaan. Dengan angka pertumbuhan penduduk rata rata 4,4% per tahun maka diproyeksikan tahun 2025 sebanyak 61% dari total penduduk akan berdomisili di kota besar. Hal ini merupakan masalah besar bagi kota yang sedang giat membangun, karena persoalan jumlah penduduk ini akan mempengaruhi tata kehidupan perkotaan lainnya. Salah satu persoalan yang sangat terkait dengan masalah jumlah penduduk adalah sanitasi. Sanitasi yang kurang baik akan berdampak luas pada berbagai sektor yang terkait dengan kesehatan masyarakat Saat ini pembangunan sektor air minum dan penyehatan lingkungan belum menjadi agenda utama para pengambil keputusan di Indonesia. Lebih dari 100 juta penduduk yang tersebar di desa masih kesulitan memperoleh akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitsi dasar. Buruknya pelayanan air minum dan sanitasi merupakan kendala serius dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Padahal target indonesia tahun 2015, meningkatkan hingga 67% proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman dan meningkatkan hingga 69,3% proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar. Berdasarkan data Direktorat Penyehatan Lingkungan Depkes RI, menyebutkan bahwa air dan sanitasi yang buruk berdampak pada meningkatnya jumlah kasus diare 423/1.000 orang dan angka kematian tertinggi terjadii pada kelompok usia di bawah 5 tahun, yaitu 75/ orang. Kemudian 350 sampai 810 orang pada setiap orang penduduk terpapar tifus, dengan laju kematian 0,6 sampai 5%. Sekitar 35,5% penduduk Indonesia diperkirakan terpapar cacingan. Menurut laporan World Bank tahun 2008, dampak kesehatan akibat pengelolaan air dan sanitasi yang buruk menyebabkan Indonesia kehilangan Rp 56 triliun (2,3% dari PDRB). Dalam APBN tahun 2005, alokasi untuk lingkungan hidup dianggarkan sebesar 3,1 M. Namun kegiatan program untuk penanganan limbah hanya dianggar sebesar Rp 335,9 juta saja. Alokasi tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan namun tidak terlalu signifikan. Data APBN 2009, alokasi untuk Lingkungan hidup sebesar Rp 7,8 M dan diikuti

2 dengan kenaikan penanganan limbah sebesar Rp 518,5 juta. Alokasi tersebut juga setara dengan alokasi untuk Fasiltas Umum dan Perumahan dalam hal penyediaan air minum. Tahun 2005, hanya dialokasikan sebesar Rp 798,8 juta dari total anggaran Fasilitas Umum sebesar Rp 2,28 M. Kemudian tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp 3,4 M dari total anggaran fasilitas umum sebesar Rp 18,4 M. Anggaran untuk sanitasi tersebut, hanya 1/214 dari anggaran subsidi BBM. Selain lemahnya visi menyangkut sanitasi, terlihat pemerintah belum melihat anggaran untuk perbaikan sanitasi ini sebagai investasi, tetapi masih melihat sebagai biaya (cost). Menurut WHO dan sejumlah lembaga lain, setiap 1 dollar AS investasi di sanitasi, akan memberikan manfaat ekonomi sebesar 8 dollar AS dalam bentuk peningkatan produktivitas dan waktu, berkurangnya angka kasus penyakit dan kematian. Pemerintah dalam 30 tahun terakhir, baru bisa memenuhi anggaran sekitar 10% yaitu sekitar 820 juta dolar AS untuk sanitasi dan hanya Rp 200/orang/tahun untuk setiap penduduk. Padahal kebutuhan minimal agar akses terhadap sanitasi memadai dibutuhkan sekitar Rp per/orang/tahun10. Dan menurut versi Bank Pembangunan Asia, memerlukan Rp 50 triliun untuk mencapai target MDGs 2015, dengan 72,5% penduduk akan terlayani oleh fasilitas air bersih dan sanitasi dasar. Untuk sanitasi tantangan memenuhi target MDG tidak kalah besar. Dimana pemerintah menghadapi kendala berupa pendanaan untuk pengembangan baik operasional dan pemeliharaan. Sampai saat ini tingkat pelayanan air limbah pemukiman di perkotaan melalui system perpipaan mencapai 2,33% dan melalui jamban (pribadi dan fasilitas umum) yang aman baru mencapai 46,6% (Susenas 2004). Dan jumlah kota di seluruh Indonesia yang telah memiliki sistem pengelolaan sistem pengelolaan limbah terpusat baru mencapai 11 kota. Sementara untuk di pedesaan melalui pengolahan setempat berupa jamban pribadi dan fasilitas umum baru mencapai 49,33%. Dalam pencapaian target MDGs adalah terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapat akses air bersih. Jelas tantangan ini sangat berat apalagi diketahui bahwa cakupan pelayanan baik di perkotaan maupun pedesaan masih sangat rendah dan mengakibatkan kecenderungan meningkatnya angka penyakit terkait air dan menurunnya kualitas air tanah dan air permukaan sebagai sumber air baku untuk air minum. Berdasarkan laporan UNDP terbaru, IPM bangsa Indonesia berada di peringkat ke-108 dari 177 negara. Kualitas pertumbuhan pembangunan suatu bangsa dapat diukur dengan IPM, 2

3 indikator itu merupakan gabungan dari tiga variabel, yakni tingkat ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Di sektor kesehatan, variabel yang digunakan dalam menghitung IPM adalah Umur Harapan Hidup (UHH), pemerintah telah memberikan perhatian yang serius dan memadai dalam upaya meningkatkan UHH itu. Hal itu jelas tercantum dalam Perpres No: 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dalam RPJMN tercantum pula sasaran pembangunan kesehatan sampai tahun 2009 yaitu meningkatnya UHH dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. IKM juga dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat yaitu dari indikator proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap sarana air bersih, proporsi anak dengan berat badan rendah dibanding umur dan proporsi penduduk yang kemungkinan meninggal sebelum umur 40 tahun. Menurut UNDP nilai IKM Indonesia dewasa ini adalah 17,9 yang menduduki peringkat ke-33 dari 99 negara yang dinilai. Dengan demikian masalah pembangunan di Indonesia masih sangat berat dan kompleks, IPM Indonesia masih rendah dan IKM Indonesia juga masih tinggi yang keduanya dipengaruhi oleh sektor kesehatan. Tahun 2004 Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per kelahiran hidup telah dapat diturunkan menjadi 30,8 per kelahiran hidup pada tahun Angka kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 307 per kelahiran hidup pada 2004 menjadi 262 per kelahiran hidup pada tahun Sejalan penurunan AKB, angka UHH terus meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 69,4 tahun pada tahun Kondisi sanitasi kota sekarang ini dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan suatu kota atau bahkan suatu negara. Kondisi sanitasi merupakan cerminan keperdulian pemerintah terhadap rakyatnya, karena sanitasi yang buruk ditengarai menyebabkan 120 juta kejadian penyakit dan kematian anak setiap tahunnya. Dampak ekonomi akibat sanitasi yang buruk di perkotaan bisa mencapai lebih dari 29 triliun Rupiah setiap tahunnya. Untuk itulah diadakan program Pembangunan Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), PPSP merupakan program yang akan menjadi titik awal pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Buku sebagai suatu terobosan dalam membenahi kondisi sarana sanitasi kota di Indonesia. Depok sebagai salah satu kota besar yang terdapat pada wilayah ibukota tentunya mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kesehatan masyarakatnya yang pada saat ini berjumlah jiwa (BPS, 2010). Dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi tentunya depok merupakan salah satu kota yang menjanjikan, namun pada saat yang 3

4 bersamaan juga terancam. Hal ini ditandai dengan pemekaran yang terjadi pada akhir tahun Kota Depok melakukan pemekaran wilayah kecamatan yang semula 6 kecamatan menjadi 11 kecamatan. Adapun pemekaran ini dituangkan dalam Perda Kota depok No. 8 Tahun 2007 dengan implementasi mulai dilaksanakan tahun Kota Depok memiliki 11 kecamatan, 63 kelurahan, 871 Rukun warga (RW) dan 4856 Rukun Tetangga (RT). Dimana secara fisik depok adalah daerah resapan air selain itu juga menjadi perluasan sektor bisnis, industri dan permukiman dari ibukota Jakarta. Melihat fakta tersebut maka Kota Depok berkomitmen ikut serta dalam program PPSP dan dengan serius membenahi kondisi sarana sanitasi kota yang tertuang dalam Keputusan Walikota Depok No /232/Kpts/Bapp/Huk/2011 tertanggal 26 april 2011, tentang pembentukan kelompok kerja (Pokja) sanitasi Kota Depok. Pokja dibentuk oleh berbagai elemen masyarakat, dimana terdapat beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) instansi pemerintah dan juga dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kota Depok yang bersinergi dengan lembaga kemasyarakatan, unsur swasta dan masyarakat secara keseluruhan. Segera setelah itu pokja sanitasi kota depok mengadakan rapat rapat dan merencanakan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Depok serta Strategi Sanitasi Kota Depok. Kedua dokumen tersebut ditargetkan akan rampung pada Desember 2011 dengan perincian dari bulan April September 2011 adalah waktu penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Depok, kemudian disusul pada bulan Oktober Desember 2011 untuk penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok. Pelaksanaan penyusunan buku putih merupakan proses pengumpulan data baik data skunder yang tersebar pada berbagai dinas ataupun data primer berupa survei Environment Health Risk Assesment (EHRA). Tim Pokja melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji serta menganalisa data dalam rangka memetakan kondisi sanitasi Kota Depok. Dengan jadwal yang rapat maka Tim Pokja berkomitmen mengadakan pertemuan setiap minggunya untuk melaporkan kemajuan kemajuan yang dicapai pada setiap bidang kajian. Hasil pengumpulan, kajian dan analisa data tersebut disajikan dalam sebuah dokumen yang disebut sebagai Buku Putih Sanitasi Kota Depok. Buku Putih Sanitasi Kota Depok merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi sanitasi yang merupakan informasi awal bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok. 1.2 Pengertian Dasar Sanitasi Mengacu pada Compendium for Sanitation System and Technology, sanitasi diartikan sebagai suatu proses multi-langkah, di mana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan 4

5 (sumber limbah ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir). Proses multi-langkah ini disebut sebagai sistem sanitasi. Beberapa limbah tersebut dihasilkan oleh tubuh manusia sendiri, seperti tinja dan urine. Terdapat juga beberapa limbah yang dihasilkan dari aktifitas manusia, seperti penggelontoran WC, pembilasan cucian, pembuangan sampah dan lain lain. Dalam perjalanan limbah tersebut dari sumbernya sampai kepada proses akhir maka dikenal 5 buah kelompok fungsional yang nantinya dipakai dalam proses pemetaan sistem sanitasi kota. Kelima kelompok fungsional tersebut adalah: 1. Pembuangan (User Interfaces). 2. Pengumpulan dan Penampungan dan/atau pengolahan awal. 3. Pengangkutan/pengaliran. 4. (semi) Pengolahan Akhir Terpusat. 5. Daur ulang dan/atau pemrosesan akhir. Sanitasi sendiri biasanya dipecah menjadi 3 subsektor sanitasi, ketiga subsektor tersebut adalah: 1. Air limbah, diantaranya terdiri dari tinja, urine, air pembersih, material pembersih, air bekas cucian dan dapur, dan lain sebagainya. 2. Sampah, terdiri dari sampah rumah tangga (sampah dapur, plastik, kaca, kertas dan lain lain); sampah medis, sampah industri dan lain sebagainya. 3. Drainase, selain mengalirkan dan menampung limpasan permukaan, juga menampung air limbah rumah tangga (umumnya berupa grey water) dan air limbah lainnya. Selain ketiga subsektor sanitasi tersebut, sanitasi juga sering disandingkan dengan upaya penyediaan air bersih kepada masyarakat melalui air baku yang bersumber dari air permukaan maupun berasal dari sumur dangkal dan sumur dalam. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud Maksud dari penyusunan buku putih ini adalah mengetahui karakteristik wilayah Kota Depok. Selain itu buku putih ini juga memaparkan secara jujur dan terperinci mengenai kondisi sanitasi Kota Depok. Sehingga pemerintah kota dapat mengidentifikasi kondisi terkini dari sanitasi Kota Depok dan menemukan kendala dan hambatan yang terdapat di dalamnya Tujuan 5

6 Tujuan disusunya buku putih ini adalah untuk merumuskan akar masalah yang dianalisis melalui kajian mendalam terhadap kondisi terkini dari sanitasi Kota Depok. Setelah itu hasil analisis tersebut akan ditindaklanjuti dengan penyusunan Strategi Sanitasi Kota Depok untuk merumuskan pemilihan sistem sanitasi yang terbaik yang dapat diaplikasikan di Kota Depok dengan karakteristik wilayahnya. Sehingga dengan sistem sanitasi kota yang baik akan dicapai kondisi lingkungan alam dan sosial masyarakat yang sehat. 1.4 Pendekatan dan Metode Penyusunan Pendekatan Penyusunan buku putih sanitasi ini dilaksananakan secara partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan yang berhubungan dengan masalah Sanitasi di Kota Depok. Penyusunannya buku putih ini dikerjakan secara bersama sama oleh tim Pokja agar menghasilkan Buku Putih yang objektif dan benar benar menggambarkan kondisi eksisting sanitasi di lapangan Metode penyusunan Buku Putih Metode dalam penyusunan buku putih dibagi menjadi metode pengumpulan data dan metode analisis data. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur dilakukan terhadap berbagai dokumen dari masing masing Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD), dan dokumen rencana - rencana strategis kota depok. 2. Wawancara mendalam dengan berbagai narasumber yang terkait program sanitasi. 3. Focus Group Discusion(FGD) dengan semua SKPD terkait dengan masalah sanitasi. 4. Survey lapangan untuk studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA), dan kajian berbagai bidang (Komunikasi, PMJK, Teknis). Sedangkan metode yang digunakan untuk analisis data adalah analisis komparasi dengan profesional judgement untuk memaparkan kondisi sanitasi kota depok, elemen yang dibandingkan adalah data hasil studi literatur dan studi EHRA, dimana yang bertindak sebagai pakar adalah para dinas dalam tim Pokja yang setiap hari berkerja dengan permasalahan sanitasi Kota Depok. Selain itu juga digunakan analisis spasial atau analisis keruangan dalam menguraikan area berbahaya untuk masalah sanitasi Kota Depok dan metode deskriptif analitik untuk penarikan kesimpulan. Untuk penyempurnaan dilakukan juga review dan tatap muka dengan Ahli dari KMW, PF, CF melalui pertemuan terpusat, regional atau kunjungan. 6

7 1.5 Posisi Buku Putih Buku putih merupakan gambaran kondisi aktual sanitasi Kota Depok yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota Depok. Dokumen ini akan menguraikan sarana prasarana eksisting, cakupan dan tingkat pelayanan, informasi kelembagaan dan keuangan dari sector sanitasi, arah pengembangan sanitasi berupa kebutuhan dan peluang dari sector ini. Dalam dokumen ini juga terdapat area prioritas yang disusun berdasarkan tingkat resiko dan zona sanitasi, area prioritas berfungsi sebagai arahan dalam perbaikan sanitasi dan pedoman dalam merumuskan teknologi dan strategi sistem sanitasi Kota Depok. 1.6 Sumber Data Dalam penyusunan buku putih ini terdapat dua macam data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data skunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data kondisi masyarakat Kota Depok yang didapatkan dengan studi EHRA yang dilakukan oleh tim Pokja sanitasi. Data primer tersebut didapatkan dengan observasi lapangan dan wawancara mendalam terhadap1360 KK yang berdomisili di Kota Depok. Selain itu juga terdapat data primer hasil kajian SKPD yang berupa kajian teknis, kajian kelembagaan, kajian keuangan, kajian PMJK, dst. Sedangkan data skunder yang dikumpulkan adalah data sanitasi yang berupa arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, baik langsung maupun tidak langsung, yaitu data primer dan sekunder, proposal, laporan, foto, rencana strategis dan peta. Selain itu juga terdapat narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas SKPD terkait untuk klarifikasi data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat. Data skunder tersebut didapat dari : 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok RPJMD Kajian kajian Sanitasi Kota Depok Masterplan Sektor Sanitasi 2. Dinas Kesehatan Kota Depok Renstra Data PHBS Profil Kesehatan Kota Depok 3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok 7

8 Renstra Data IPLT Data TPA Data Persampahan 4. Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Depok Renstra RTRW Kota Depok Data Air Bersih 5. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Renstra Data Drainase 6. Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Depok Daftar Media Daftar Publikasi Sektor Sanitasi 7. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Depok Data Anggaran Kota Depok 8. Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Ketahanan Pangan Kota Depok Data Pemberdayaan Masyarakat 9. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok Renstra Daftar Perusahaan dan RS Penghasil Limbah Data Kualitas Air 10. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Depok Data Pemberdayaan Perempuan 11. Sekretariat Daerah Kota Depok Depok Dalam Angka 12. Literatur lain baik media cetak, maupun media elektronik. 1.7 Peraturan Perundangan Peraturan perundangan yang dipakai sebagai dasar hukum dalam penyusunan buku putih ini adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (selanjutnya disingkat SDA) disebutkan bahwa penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum 8

9 adat setempat. Hak guna air (berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air) tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan sebagian atau seluruhnya. 2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No 12 tahun 2008 mengenai Revisi UU No. 32 tahun 2004; 4. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 5. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Peraturan ini menjelaskan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, maka dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang. 6. Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya. Bupati/Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan. 7. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Sehubungan dengan kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ini meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. 8. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 9

10 Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Sedangkan untuk kumpulan peraturan pemerintah terdapat beberapa peraturan yang terkait dengan sector sanitasi, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 5. Peraturan Pemerintah Indonesia No 41 tahun 2007 mengenai Organisasi Perangkat Daerah. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Buku Putih Sanitasi Kota Depok ini terdiri dari 6 bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN Berisikan latar belakang, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan metode yang digunakan dalam penyusunan, kedudukan buku putih, peraturan perundangan yang dipakai, dan sistematika penulisan yang digunakan. 10

11 BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK Berisikan Geografis, Topografis dan Geohidrologi, Administratif, Kependudukan, Pendidikan, Kesehatan, Sosial Masyarakat, Perekonomian, Visi dan Misi Kota, Institusi dan Organisasi Pemda, serta Tata Ruang Wilayah. PROFIL SANITASI KOTA DEPOK Berisikan Kondisi Umum Sanitasi Kota Depok, Pengelolaan Limbah Cair, Pengelolaan Persampahan, Pengelolaan Drainase, Penyediaan Air Minum, Komponen Sanitasi Lainnya, dan Pembiayaan Sanitasi Kota. RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI BERJALAN Berisikan Visi Misi Sanitasi Kota, Strategi Penanganan Sanitasi Kota, Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah, Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan, Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum, Rencana Peningkatan Kampane PHBS. INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI Berisikan Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya, Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas, Komunikasi untuk Peningkatan keperdulian Sanitasi, Keterlibatan Sektor Swastadalam Layanan Sanitasi. PENUTUP Memuat harapan dan langkah langkah tindak lanjut (opsi pengembangan yang dapat dipertimbangkan dalam penyusunan SSK. 11

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH MATERI SOSIALISASI & FGD Rabu, 30 November 2011 PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan urusan wajib Pemerintah Kabupaten/, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sanitasi

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Kendari adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pengembangan sanitasi secara komprehensif yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Mamuju adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama, belum lagi persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Takdir geografis Kabupaten Sleman yang merupakan bagian dari ekologi gunung api aktif Gunung Merapi, dari puncak hingga dataran lereng kaki, menjadikan keseluruhan

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Peta Daftar Gambar Daftar Isitilah Bab 1 Bab 2 Bab 3 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan

Lebih terperinci

Buku Strategi Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan 1

Buku Strategi Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan adanya prasarana lingkungan seperti sistem sanitasi yang baik sangat diharapkan. Akan tetapi pada kenyataannya kondisi sanitasi yang ada sekarang khususnya

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1

1.1. Latar Belakang I - 1 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kondisi sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolaannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci