BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah manusia dan dialami oleh setiap orang. Hal itu disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan, bahkan sikap dan kebiasaan seseorang berkembang sebagai akibat dari belajar. Menurut pendapat tradisional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Sedangkan pendapat yang lebih modern menganggap bahwa didalam proses belajar tentu akan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku atau disebut change in behavior. Menurut W.H. Burton (Uzar Usman, 2001: 2) Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan Oemar Hamalik (2004: 27) berpendapat bahwa Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dari pengertian belajar yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan, belajar merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang terjadi karena pengalaman yang telah dialami melalui interaksi dengan lingkungan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, baik dilihat dari aspek pengetahuannya, keterampilan, maupun sikap. 9

2 Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar, dalam aspek keterampilan ialah dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil. Dalam aspek sikap ialah dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis/ proses kematangan. Perubahan terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan (skill) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), keterampilan (psikomotor). Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli pendidikan dan psikologi, S. Nasution (2000: 34) mengemukakan batasan-batasan tentang belajar yaitu: 1. Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan hubungan-hubungan tertentu dalam sistem urat saraf sebagai hasil respon-respon terhadap stimulus. Belajar adalah pembentukan saluran-saluran yang lancar dalam sistem urat saraf. 2. Belajar adalah penambahan pengetahuan 3. Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan Proses Belajar Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, belajar merupakan langkah-langkah/ prosedur yang ditempuh. Proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber 10

3 belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Menurut Bruner (S. Nasution 2000: 9) dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase, yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi. Dalam setiap pelajaran akan diperoleh sejumlah informasi. Informasi yang diterima bermacam-macam, ada informasi yang menambah pengetahuan, memperhalus dan memperdalamnya. Ada pula informasi yang bertentangan dengan informasi yang didapat sebelumnya. Setelah proses penerimaan informasi selesai, maka informasi itu akan dianalisis, diubah atau ditransformasikan kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat dimanfaatkan untuk hal-hal lain yang lebih luas, dalam hal ini peranan guru sangat besar. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang diperoleh dan sejauh mana transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk gejala-gejala lain, maka harus dilakukan evaluasi. Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sudut pemuasan kebutuhan. Artinya, belajar merupakan salah satu bentuk tingkah laku untuk memperoleh pemuasan kebutuhan tertentu. Jadi, kegiatan belajar dapat terjadi apabila individu menemukan dirinya sendiri dalam situasi ia tidak dapat menyesuaikan respon yang telah dimiliki atau apabila ia harus mengatasi rintangan yang dapat terjadi secara tidak sadar tanpa pemikiran yang banyak 11

4 terhadap apa yang dilakukan. Hal lain antara lain juga bergantung kepada hasil yang diharapkan, motivasi untuk belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Menurut Pressey yang dikutip oleh Moh. Surya (1979: 72) belajar dapat terjadi pada kondisi tertentu yaitu: 1. Harus ada pelajaran potensial yang terdorong karena ada kebutuhan, keinginan dan minat yang tidak terpenuhi. 2. Harus ada situasi yang memungkinkan pelajar dapat melihat keadaan untuk memuaskan dorongannya. 3. Pelajar harus memiliki motivasi yang cukup kuat sehingga ia akan berusaha untuk memanipulasi situasi dalam mencapai tujuan. William Burton (Oemar Hamalik, 2001: 31) menyimpulkan tentang prinsip belajar sebagai berikut: 1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat dan melampaui. 2. Proses itu melalui macam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. 3. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 4. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. 5. Proses belajar berlangsung secara efektif dibutuhkan bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. 6. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diharapkan disesuaikan dengan kematangan murid. 12

5 7. Proses belajar dan hasil belajar disyaratkan oleh hereditas dan lingkungan usia. 8. Proses belajar dan hasil belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individu dikalangan murid-murid. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil pendapat Bruner bahwa proses belajar adalah suatu proses sinambung yang dimulai dari adanya informasi yang kemudian ditransformasikan kepada peserta didik sehingga informasi tersebut dapat diserap dan dipahami dengan baik. Pada tahap akhir dari proses belajar dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai setelah proses belajar itu terjadi. Proses belajar merupakan situasi antara berbagai faktor yang berkaitan dalam proses belajar. Faktor pertama dalam proses belajar adalah individu itu sendiri sebagai pelajar, selanjutnya faktor kebutuhan sebagai sumber pendorong situasi belajar yang memberikan berbagai kemungkinan terjadinya kegiatan belajar dan faktor tujuan sebagai unsur yang mengarahkan belajar. 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Belajar sebagai proses yang menimbulkan suatu perubahan dalam tingkah laku dan atau kecakapan dapat berhasil dengan baik atau tidak, tergantung pada banyak faktor. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi belajar dalam diri peserta didik yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 13

6 2.3.1 Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu yang sedang belajar. Secara garis besar faktor ini terdiri dari tiga faktor, yaitu: 1. Faktor Jasmaniah Faktor ini meliputi keadaan fisik. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan fisiknya terganggu, sehingga akan terasa cepat lelah, kurang bersemangat, dan dampak lain akibat kesehatan fisiknya terganggu. Keadaan fisik seseorang akan mempengaruhi proses belajar. 2. Faktor Psikologis a. Inteligensi Slameto (1995: 56) menjelaskan bahwa: Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi mempunyai pengaruh besar terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Faktor ini tidak akan berpengaruh banyak karena belajar adalah proses yang dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. 14

7 b. Perhatian Menurut Gazali (Slameto, 1995: 56) Perhatian adalah keaktifan yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/ hal) atau sekumpulan objek. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka pelajaran itu harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian siswa. c. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi, berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak memiliki daya tarik baginya. Ia malas untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. d. Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard (Slameto 1995: 57) adalah the capacity to learn. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. 15

8 e. Motif Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam menentukan tujuan itu dapat didasari atau tidak, akan tetapi dalam mencapai tujuan tersebut kita haruslah berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat itu adalah motivasi dalam diri yang menjadi sumber pendorong atau penggeraknya. Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat dalam belajar dan ia memiliki minat yang besar, maka akan berdampak pada sikap belajar yang baik. Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Jenis motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan jenis motivasi ektrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. f. Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan 16

9 kecakapan baru (Slameto, 1995: 58). Suatu proses belajar akan berjalan dengan baik apabila siswa sudah siap. g. Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Jika pada diri siswa sudah ada kesiapan untuk belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik. h. Kebiasaan Belajar Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyianyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat. Untuk sebagian kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. i. Sikap terhadap Belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan. Akibat penerimaan, penolakan atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. 17

10 2.3.2 Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri individu yang sedang belajar, salah satunya adalah faktor sekolah, termasuk didalamnya yaitu metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, lingkungan sosial siswa di sekolah dan sarana pembelajaran. a. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara/ jalan yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan seefektif mungkin. b. Hubungan Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa, proses tersebut dipengaruhi oleh relasi. Dalam hubungan (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar tersebut menjadi kurang lancar. Akibatnya siswa merasa jauh dari guru sehingga segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. c. Hubungan Siswa dengan Siswa Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan menggangu belajarnya. Menciptakan 18

11 hubungan yang baik antar siswa adalah perlu agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. d. Prasarana dan Sarana pembelajaran Prasana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. e. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah Siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa terterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka ia akan merasa tertekan. Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal-hal berikut: (i) pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar, (ii) lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan damai. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar, (iii) lingkungan sosial siswa di sekolah atau juga kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar di kelas. 19

12 2.4 Kesulitan Belajar Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan atau hasil belajar (S. Nasution, 1996: 11) Hope (Nursyamsi, 2000: 11) menyatakan bahwa proses belajar pada setiap peserta didik dihadapkan pada berbagai permasalahan, baik permasalahan yang berhubungan dengan akademik, penyesuaian diri dengan hidup, dan penyesuaian terhadap pekerjaan, yang dapat menghambat proses belajar seseorang. Allan Ross dalam M. Surya (1979: 93) menyatakan bahwa kesulitan belajar dengan A learning difficulty represents discrepancy between a child estimated performance. Jenis-jenis kesulitan belajar yang dikutip oleh Abin Syamsudin (2002: 310) diantaranya: a. Learnmg Disorder, merupukan keadaan terganggunya proses belajar peserta didik karena timbulnya respons yang bertentangan. Potensi dasar yang dimilikinyna tidak dirugikan, tetapi belajar terganggu atau terhambat oleh respon-respon yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, belajar yang dicapai peserta didik tersebut Iebih rendah dari potensi yang dimilikinya. b. Learning Disabilities, merupakan ketidakmamnpuan belajar peserta didik, sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya. 20

13 c. Earning Disfunction, merupakan gejala tidak berfungsinya proses belajar dengan baik, meskipun tidak menunjukan adanya gangguan-gangguan mental Kesulitan belajar merupakan kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan yang dialami oleh peserta didik dalam kegiatan belajar hambatan-hambatan tersebut nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku diantaranya sebagai berikut: a. memperoleh nilai rendah, yang belum dapat mencapai tingkat penguasaan materi yang diharapkan b. terlambat atau tidak menyelesaikan tugas c. malas belajar d. tidak memiliki motivasi belajar e. tidak mengetahui cara belajar yang baik Di setiap sekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara optimal dalam belajar, sering juga dijumpai adanya siswa yang menunjukan gejala kesulitan belajar. Kesulitan belajar memiliki bentuk yang banyak ragamya, dapat digolongkan sebagai berikut: a. Keterlambatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang diduga memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak dapat memanfaatkanya secara tepat. b. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus. 21

14 c. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar. d. Memiliki sikap dan kebiasaan yang tidak baik dalam belajar. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan tentang kesulitan belajar, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa. Hambatan yang muncul ini terlihat dari fenomena-fenomena seperti siswa memperoleh nilai yang rendah, terlambat atau tidak menyelesaiksn tugas, malas belajar, tidak memiliki motivasi belajar, tidak mengetahui cara belajar yang baik. Dari semua gejala yang timbul dapat dikatakan bahwa siswa yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam proses belajarnya. 2.5 Penyebab Kesulitan Belajar Menurut Loree (1970: ) yang dikutip oleh Abin Syamsuddin Makmun (2002: ) faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yaitu stimulus variables yang mencakup learning experience variables, antara Iain mengenai method variables, antara lain menyangkut: Kuat lemahnya motivasi untuk belajar Intensif tidaknya bimbingan guru Ada tidaknya kesempatan berlatih ntau berpraktik Ada tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan 22

15 gangguan. Namun, sayangnya ancaman, hambatan dan gangguan dialami oleh siswa tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki siswa yang mengalami kesulitan belajar. Adalah suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar siswa disebabkan rendahnya inteligensi. Selain faktor inteligensi, banyak faktor non-inteligensi yang juga diakui dapat menjadi penyebab kesulitan belajar bagi siswa dalam belajar. Kesulitan belajar yang dirasakan oleh siswa bermacam-macam, yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut: a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar ada yang berat ada yang sedang b. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari ada yang sebagian mata pelajaran ada yang sifatnya sementara c. Dilihat dari sifat kesulitannya ada yang sifatnya menetap ada yang sifatnya sementara d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya ada yang karena faktor inteligensi ada yang karena faktor non-inteligensi 23

16 2.6 Kegagalan Belajar Burton (Abin Syamsuddin M, 2000: ) mendefinisikan kegagalan belajar sebagai berikut: 1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu. 2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, yaitu intelegensi dan bakat). 3. Siswa dikatakan gagal jika yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya pada fase perkembangan tertentu. 4. Siswa dikatakan gagal jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (Abin Syamsuddin M, 2000: 308). 2.7 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar Belajar dimanapun tempatnya tidak selalu berhasil, tetapi sering kali ada hal-hal yang dapat mengakibatkan kegagalan atau setidaknya menjadikan 24

17 gangguan yang bisa menghambat kemajuan belajar. Menurut Burton dan Loree (Abin Syamsuddin M, 2000: 235) faktor penyebab kesulitan belajar dibagi kedalam dua kategori, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa dan faktor-faktor dari luar diri siswa. a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa antara lain: 1. Kelemahan-kelemahan secara fisik 2. Kelemahan-kelemahan secara mental 3. Kelemahan-kelemahan secara emosional 4. Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap belajar yang salah 5. Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan b. Faktor-faktor yang terletak dari luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara lain: 1. Kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu 2. Ketidaksesuaian standar administratif, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar 3. Terlalu berat beban belajar 4. Terlalu besar populasi siwa dalam kelas 5. Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas 6. Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan 25

18 7. Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga 8. Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler 9. Kekurangan makan (gizi, kalori) Menurut Oemar Hamalik (1990: 117), faktor-faktor yang dapat menimbulkan kesulitan belajar yang dialami siswa dapat digolongkan menjadi: a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri atau disebut sebagai faktor intern. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar seorang siswa. Gangguan yang berasal dari diri sendiri ini bisa berupa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya minat terhadap bahan pelajaran, kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti kegiatan belajar dikelas dan kebiasaan belajar dirumah. b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah dapat juga menimbulkan gangguan serta kegagalan belajar siswa, adapun yang termasuk kedalam faktor-faktor ini adalah: 1. Cara atau metode pengajaran yang disampaikan oleh guru tidak disukai oleh siswa. 2. Kurangnya bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan bacaan yang dibutuhkan seringkali tidak terdapat di perpustakaan, hal ini akan menyebabkan kesulitan dan mengganggu kelancaran belajar, sehingga siswa hanya mempercayakan dirinya kepada bahan-bahan pelajaran yang didapat di dalam kelas. 26

19 3. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan. Ketidaksesuaian ini dapat berarti kurang sesuai dengan taraf pengetahuan mereka (siswa). 4. Penyelenggaraan pelajaran di dalam kelas terlalu padat. Hal ini akan menyebabkan siswa merasa kelelahan sehingga semangat belajar akan menurun. c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga. Sebagian besar waktu siswa dihabiskan di rumah, karena itu aspekaspek kehidupan keluarga turut mempengaruhi kemajuan belajar. Bahkan dapat dikatakan sebagai faktor dominan untuk meraih sukses belajar di sekolah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar pada mata diklat Statika Bangunan sangat banyak. Dalam penelitian ini penulis bermaksud mengungkap faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang berpengaruh terhadap hasil belajar berdasarkan indikator-indikator yang muncul pada siswa sebagai responden penelitian melalui instrumen penelitian. Menurut Dimyati dan Mudjiyono ( : 2006) masalah-masalah intern belajar dibedakan pada saat proses persiapan, proses belajar dan sesudah belajar. 2.8 Masalah-masalah Intern Belaiar Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. 27

20 Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan waktu singkat. Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar. Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru. Pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ditemukan dua subjek, yaitu siswa dan guru. Dalam kegiatan belajar, siswalah yang memegang peranan penting. Proses belajar ditemukan tiga tahap penting, yaitu: (1) Sebelum belajar. Hal yang berpengaruh pada belajar, menurut Biggs & Telfer dan Winkel adalah ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar. Hal-hal sebelum terjadi belajar tersebut merupakan keadaan awal, keadaan awal tersebut diharapkan mendorong terjadinya belajar. (2) Proses belajar, yaitu suatu kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali, dan unjuk berprestasi. (3) Sesudah belajar, merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar. Secara wajar diharapkan agar basil belajar menjadi lebih baik, bila dibandingkan dengan keadaan sebelum belajar (4) Proses belajar, merupakan 28

21 kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman yang lain. Proses belajar ini tertuju pada bahan belajar dan sumber belajar yang diprogramkan guru. (5) Proses belajar yang berhubungan dengan bahan belajar tersebut, dapat diamati oleh guru dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar siswa. (6) Guru adalah pendidik yang membelajarkan siswa. Dalam usaha pembelajaran siswa, guru melakukan pengorganisasian belajar, (7) Penyajian bahan belajar dengan pendekatan pembelajaran tertentu, dan (8) Melakukan evaluasi belajar. Dipandang dari segi siswa, maka guru dengan usaha pembelajaran tersebut merupakan faktor ekstern dari belajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalalnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut: 1. Sikap terhadap Belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sikap menerima, menolak atau mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan atau 29

22 pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. 2. Motivasi Belajar Motivasi belajar mempakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sebaiknya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan. 3. Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa akan meningkat kembali. Perhatian siswa meningkat pada menit pertama, kemudian turun pada menit kedua. Selanjutnya meningkat dan menurun kembali. Kecenderungan menurunnya perhatian terjadi, sejajar dengan lama waktu belajar. Oleh karena itu, disarankan memperhatikan Bagan 7.2B. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan. 30

23 4. Mengolah Bahan Belajar Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara perolehan ajaran sehingga menjadi bermakna. Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menjadi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori. 5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, bahkan sepanjang hayat. Biggs dan Telfer menjelaskan proses belajar pada ranah kognitif tentang hal pengolahan, penyimpanan dan penggunaan kembali pesan. Proses belajar terdiri dan proses pemasukan (input processes), proses pengolahan kembali dan hasil (output processes) dan proses penggunaan kembali (activation processes). Proses penerimaan merupakan kegiatan siswa melakukan pemusatan perhatian, menyeleksi dan memberi kode terhadap hal yang dipelajari. Proses pengaktifan merupakan kegiatan siswa untuk menguatkan pesan baru, membangkitkan pesan dan pengalaman lama. Proses pengolahan merupakan proses belajar. Dalam tahap ini siswa menggunakan kesadaran penuh. Ia 31

24 memikirkan tugas, berlatih, menarik kesimpulan dan unjuk belajar. Proses penyimpanan merupakan saat memperkuat hasil belajar peserta didik menggunakan berbagai teknik belajar agar tersimpan dalam ingatan, penghayatan dan keterampilan jangka panjang. Proses pemanggilan dimana pesan atau kesan lama diaktifkan kembali. Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, penyimpanan dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti bahwa semua proses tersebut berjalan lancar. Adanya gangguan dalam kelima proses tersebut, baik sendiri-sendiri atau gabungan, akan menghasilkan hasil belajar yang kurang baik. 6. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktitkan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud transfer belajar atau unjuk prestasi belajar. Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan, pengolahan dan penyimpanan pesan. 32

25 7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra pengolahan, pengolahan, penyimpanan serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi. Dalam belajar pada ranah kognitif ada gejala lupa. Lupa merupakan peristiwa biasa, meskipun demikian dapat dikurangi. Lupa pada ranah kognitif umumnya berlawanan dengan mengingat. Pesan yang dilupakan belum tentu berarti "hilang" dari ingatan. Kadang kala siswa memerlukan waktu untuk membangkitkan" kembali pesan yang "terlupakan". Dengan berbagai pancingan dalam waktu tertentu, pesan terlupakan" dapat diingat kembali. Bila pesan tersebut sudah "dibangkitkan", maka dapat digunakan untuk unjuk prestasi belajar maupun transfer belajar. Proses terjadinya gejala lupa dapat dilacak dan diperbaiki dalam proses belajar ulang. Proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa. Proses tersebut sebagai berikut. (1) Peserta didik melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar. Pemusatan perhatian tersebut dapat menurun karena lelah atau memang lemah. Akibatnya ada bahan ajar yang keluar dan tak terterima. (2) Peserta 33

26 didik mengolah bahan ajar yang terterima. (3) Apa yang terolah akan disimpan, tetapi ada bagian yang keluar. Dengan demikian, siswa menyimpan bagian bahan ajar yang terolah dengan baik. (4) Dalam menghadapi tugastugas belajar selanjutnya, maka siswa akan menggali pengetahuan dan pengalaman belajar yang tersimpan. Peserta didik memanggil pesan yang tersimpan. Ada pesan yang telah dilupakan, sehingga tak dapat digunakan untuk berprestasi. (5) Peserta didik menggunakan pesan-pesan yang telah dipelajari untuk berprestasi. Pada proses menggali dan berprestasi dapat terjadi gejala lupa, karena siswa lupa memanggil pesan yang tersimpan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa "keluarnya" pesan pada siswa terjadi saat konsentrasi dan mengolah pesan. Sedangkan gejala lupa terjadi pada siswa saat menggali dan berprestasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses berkonsentrasi dan pengolahan pesan dapat dipertinggi mutunya. 8. Rasa Percaya Diri Siswa Rasa percaya diri timbul dan keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian "perwujudan diri" yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, 34

27 maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Gejala ini menimbulkan masalah pembelajaran. Pada tempatnya guru mendorong keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah berhasil. Sebagai ilustrasi, siswa yang gagal ujian bahasa Inggris, bila didorong terus, akhimya akan berhasil lulus. Bahkan bila kepercayaan dirinya timbul, ia dapat lulus pada saat ujian akhir dengan nilai baik pada mata pelajaran bahasa lnggris. 9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar Menurut Wechler (Monks & Knoers, Siti Rahayu Haditono) inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual. Bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan seharihari. Inteligensi dianggap sebagai suatu nonna umum dalam keberhasilan belajar. Inteligensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka Diduga 70% penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang ber-iq di bawah 70 diduga sebesar 15% penduduk, dan yang ber-iq sebesar 15%. Yang ber-iq hanya sebesar 2% penduduk. 10. Kebiasaan Belajar Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan 35

28 belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat bergaya pemimpin, (vi) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (vii) bergaya minta "belas kasihan" tanpa belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa. 11. Cita-cita Siswa Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya "gambaran yang jelas" tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berperilaku ikut-ikutan. Sebagai ilustrasi, siswa ikut-ikutan berkelahi, merokok sebagai tanda jantan, atau berbuat "jagoan" dengan melawan aturan. Dcngan perilaku tersebut, siswa beranggapan bahwa ia telah "menempuh" perjalanan mencapai cita-cita untuk terkenal di lingkungan siswa sekolah. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan, dimulai dengan didikan memiliki cita-cita yang kemudian terus berlanjut dengan semakin terarahnya cita-cita siswa. Cita-cita merupakan wujud emansipasi dan eksplorasi diri siswa. 36

BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

BAB II LANDASAN TEORI. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Belajar Pada hakikatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah manusia dan dialami oleh setiap orang. Hal itu disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pembelajaran Secara umum pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan di dalam ruangan atau kelas dengan melibatkan antara guru dan murid untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Balajar 2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah peserta didik tidak luput dari berbagai kesulitan. Tinggi rendahnya hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Dalam seluruh proses pendidikan, bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pencapaian proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pengalaman Belajar Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, pada hakekatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Karena dengan pertolongan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Layanan dan bimbingan siswa pada hakekatnya merupakan sebuah bantuan yang diberikan konselor kepada siswa untuk membantu menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel penelitian adalah karakteristik kesulitan belajar Siswa Berprestasi Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Gizi Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, kekurangan gizi merupakan penyebab tingginya angka kematian. Disamping itu kekurangan gizi dapat menurunkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan berkembang dengan pesat. Kini pendidikan merupakan hal yang utama bagi sebagian masyarakat di Indonesia, terbukti dengan menjamurnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar. Mengetahui keberrhasilan atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pengertian Minat Belajar Berbicara tentang minat, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perhatian, kesukaan, kecenderungan hati kepada atau keinginan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi secara bertahap tergantung pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

Rapi Us. Djuko Dosen FIP Jur. PAUD

Rapi Us. Djuko Dosen FIP Jur. PAUD MENINGKATKAN MINAT MEMBACA PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR DI PAUD ANDINI KELURAHAN BULOTADAA TIMUR KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO Rapi Us. Djuko Dosen FIP Jur. PAUD Abstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, dan tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi merupakan era perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya pada globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar menjadi prioritas utama dalam lembaga pendidikan, baik lembaga formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang peranan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat dewasa ini menuntut masyarakat untuk menyikapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran dan mengajar tidak lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Penemuan (Discovery) 1. Pengertian Metode Penemuan (Discovery) Penemuan (Discovery) adalah suatu metode / strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG Desi Kurnia Ningsih 1 Erianjoni, M.Si 2 Erningsih, S.Sos 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMK Pasundan 1 Bandung merupakan Sekolah Menengah Kejuruan rumpun Bisnis dan Manajemen yang merupakan lembaga pendidikan yang terus berupaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia untuk berusaha menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah mempercepat modernisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

OLEH : DELVIZA SURYANI

OLEH : DELVIZA SURYANI PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU, PERHATIAN ORANG TUA DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII MTsN LEMBAH GUMANTI JURNAL OLEH :

Lebih terperinci

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran

Lebih terperinci

Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran

Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah bukan istilah yang asing dan belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil 7 II. KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan.

Lebih terperinci