UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Transkripsi

1 i ANALISIS KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH MAHASISWA FISIKA PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Sudi Pendidikan Fisika oleh Nasrodin JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i

2 ii PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada : Hari : Rabu Tanggal : 13 Februari 2013 Semarang, 13 Februari 2013 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si NIP NIP ii

3 iii PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah Mahasiswa Fisika pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar Disusun oleh Nasrodin Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada: Hari : Rabu Tanggal : 13 Februari 2013 Panitia Ketua Sekretaris Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dr. Khumaedi, M.Si NIP NIP Ketua Penguji Drs. Mosik, M.S NIP Anggota Penguji/ Pembimbing Utama Anggota Penguji/ Pembimbing Pendamping Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si. NIP NIP iii

4 iv PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Semarang, 13 Februari 2013 Nasrodin iv

5 v MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto: Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS Asy-Syarh [94]: 6) Pengalaman adalah guru yang terbaik Persembahan: Ibu dan Bapakku tercinta, terimakasih atas kasih sayang, limpahan do a dan pengorbanannya. Kakakku tersayang Bang Aris, terimakasih atas dukungan dan do anya. Musyarofah yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabatku seperjuangan (Syafi i, Bayu, Imam, Agung, Hendra, Ruben, Tulus, Listyanto, Lucky) terimakasih atas persahabatan, kebersamaannya. Teman-teman Pendidikan Fisika Angkatan Teman-teman Hima Fisika 2011 dan BEM FMIPA PPL and KKN s friend, Thanks for everything. v

6 vi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-nya yang senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah Mahasiswa Fisika pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Khumaedi, M.Si, Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 4. Dr. Putut Marwoto, M.S, Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam kegiatan akademik. 5. Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph.D, dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 6. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi. 7. Dr. Supriyadi, M.Si, Kepala Laboratorium Fisika. 8. Natalia Erna S, S.Pd, Laboran Fisika Dasar 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik material maupun spiritual. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya. Semarang, Februari 2013 vi Penulis

7 vii ABSTRAK Nasrodin Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah Mahasiswa Fisika pada Pembelajran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar. Skripsi, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Drs. Nathan Hindarto, Ph. D. Pembimbing II: Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si. Kata kunci: Analisis, Kebiasaan, Bekerja Ilimiah, Praktikum, Fisika Dasar. Praktikum Fisika Dasar merupakan mata kuliah yang harus diambil oleh mahasiswa Fisika FMIPA Unnes. Dalam setiap kegiatan praktikum, mahasiswa dituntut untuk melakukan kerja ilmiah. Kerja ilmiah tersebut mencakup sikap ilmiah, keterampilan proses praktikum dan komunikasi ilmiah. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah mahasiswa pada Praktikum Fisika Dasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah mahasiswa fisika pada Praktikum Fisika Dasar. Penelitian ini dilakukan di laboratorium fisika dasar FMIPA Unnes menggunakan metode diskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan lembar observasi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fisika angkatan 2012 rombel 1 Prodi Pendidikan Fisika dan rombel 2 Prodi Fisika. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan termasuk dalam kategori baik dengan persentase akhir sebesar 86,76%. Hasil tersebut menggambarkan bahwa kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat tinggi. Dari kesimpulan tersebut, peneliti menyarankan agar kebiasaan bekerja ilmiah tersebut dapat dipertahankan dan sebaiknya diterapkan dalam pemecahan permasalahan sains pada kehidupan sehari-hari. vii

8 viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah Kerja Ilmiah Praktikum Mahasiswa Sistematika Skripsi... 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bekerja Ilmiah Metode Ilmiah Sikap Ilmiah Komunikasi Ilmiah Kebiasaan Bekerja Ilmiah dalam Kegiatan Praktikum Pelaksanaan Praktikum di laboratorium Fisika Dasar viii

9 ix 2.7 Praktikum Sebagai Sarana Pengembangan Kebiasaan Bekerja Ilmiah Tinjauan Tentang Kriteria Kebiasaan Bekerja Ilmiah BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Variabel dan Indikator Penelitian Langkah Penelitian Instrumen Penelitian Angket Lembar Observasi Teknik Pengumpulan Data Metode Angket Metode Observasi Analisis Data Analisis Angket Analisis Lembar Observasi BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Sikap Ilmiah Keterampilan Proses Praktikum Komunikasi Ilmiah Kebiasaan Bekerja Ilmiah Pembahasan Sikap Ilmiah Praktikan Keterampilan Proses Praktikum Komunikasi Ilmiah Praktikan Kebiasaan Bekerja Ilmiah Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi ix

10 x DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 xi DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Indikator operasional aspek sikap ilmiah Kriteria jawaban angket sikap ilmiah Penjabaran kriteria sikap ilmiah Rubrik penilaian keterampilan proses praktikum Penjabaran kriteria keterampilan proses praktikum Rubrik penilaian kemampuan komunikasi ilmiah Penjabaran kriteria kemampuan komunikasi ilmiah Penjabaran kriteria kebiasaan bekerja ilmiah Tingkatan skor jawaban Klasifikasi kriteria sikap ilmiah Klasifikasi kriteria keterampilan proses dan komunikasi ilmiah Persentase sikap ilmiah praktikan Persentase keterampilan proses praktikum Persentase komunikasi ilmiah Persentase kebiasaan bekerja ilmiah xi

12 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Indikator operasional angket sikap ilmiah Rubrik penilaian keterampilan proses praktikum Rubrik penilaian komunikasi ilmiah Rekapitulasi hasil angket sikap ilmiah Rekapitulasi lembar observasi keterampilan proses praktikum Rekapitulasi lembar observasi komunikasi ilmiah Rekapitulasi data kebiasaan bekerja ilmiah Angket sikap ilmiah praktikan Dokumentasi kegiatan Surat Ijin Penelitian (Unnes) xii

13 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktikum Fisika Dasar merupakan salah satu mata kuliah wajib di jurusan Fisika FMIPA Unnes. Pelaksanaan mata kuliah ini diambil oleh mahasiswa semester satu atau semester dua. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini akan mendapatkan panduan berupa diktat paktikum fisika dasar yang diterbitkan oleh laboratorium Fisika FMIPA Unnes. Diktat tersebut berisi hal-hal yang berkaitan tentang praktikum dan segala sesuatu tentang mata kuliah praktikum fisika dasar. Kegiatan praktikan dalam praktikum di laboratorium dibantu oleh dua orang asisten yang selalu mengawasi dan mengamati setiap jalannya praktikum yang dilakukan. Apabila praktikan mengalami kesulitan, asisten laboratorium ini bertugas untuk membantu memecahkan masalah tersebut. Mahasiswa dituntut untuk selalu melakukan kerja ilmiah dalam setiap praktikum yang mereka lakukan. Kerja ilmiah ini meliputi beberapa aspek pokok yaitu: merumuskan permasalahan, merumuskan tujuan, menyusun prosedur percobaan, memilih instrumen, mengumpulkan data, mengolah data, menyimpulkan hasil dan bersikap ilmiah (Sopiah, 2009). Sikap ilmiah merupakan sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan sebagai indikator atas keilmuannya. Menurut Wyne Harlin yang dikutip oleh Widiarti 1

14 2 (2008), ada sembilan aspek sikap ilmiah yang harus dikembangkan pada peserta didik yaitu : (1) sikap ingin tahu, (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, (3) sikap kerjasama, (4) sikap tidak mudah putus asa, (5) sikap tidak purbasangka, (6) sikap mawas diri, (7) sikap bertanggungjawab, (8) sikap berfikir bebas, dan (9) sikap kedisiplinan diri. Kajian Puskur Balitbang (Depdiknas, 2002), menetapkan bahwa rumpun pembelajaran sains menggariskan pada penguasaan kompetensi yang terwujud sebagai hasil belajar adalah kerja ilmiah. Selain itu menurut Jerome Bruner yang dikutip oleh Artuti (2008), kompetensi kerja ilmiah merupakan kemampuan yang harus diajarkan pada peserta didik. Hal ini perlu diterapkan karena dengan kompetensi kerja ilmiah, peserta didik akan memiliki perkembangan mental yang positif dan tidak percaya tahayul. Oleh karena itu kerja ilmiah dalam setiap kegiatan pembelajaran atau kegiatan laboratorium sangat diperlukan untuk menjadikan siswa atau mahasiswa menjadi lebih siap dalam mengahadapi setiap permasalahan yang terjadi di lingkungan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengajukan penelitian dengan judul ANALISIS KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH MAHASISWA FISIKA PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR.

15 3 1.2 Rumusan Masalah Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang dapat membiasakan praktikan untuk bekerja ilmiah. Kebiasaan bekerja ilmiah dalam kegiatan praktikum mencakup 3 hal pokok. Ketiga hal pokok tersebut adalah: keterampilan proses praktikum (metode ilmiah), sikap ilmiah dan kemampuan berkomunikasi ilmiah. Namun pada kenyataannya, sedikit sekali praktikan yang membiasakan diri untuk bekerja ilmiah dalam kegiatan praktikum. Kebanyakan dari praktikan hanya sebatas menjalankan prosedur praktikum tanpa mengetahui tujuan dan manfaat praktikum yang dilakukan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka pada penelitian ini dirumuskan permasalahan berikut: bagaimanakah tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan mahasiswa Fisika FMIPA Unnes dalam kegiatan praktikum fisika dasar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan mahasiswa Fisika FMIPA Unnes dalam kegiatan praktikum fisika dasar. Tingkatan kebiasaan bekerja ilmiah ini menggambarkan kualitas kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan praktikan dalam kegiatan praktikum.

16 4 1.4 Manfaat Penelitian Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, skripsi ini diharapkan juga sebagai bahan kajian dosen terkait kualitas kebiasaan bekerja ilmiah praktikan dalam kegiatan praktikum fisika dasar untuk dikembangkan kearah yang lebih baik. 1.5 Penegasan Istilah Kerja Ilmiah Menurut Ramsey yang dikutip oleh Nuryani (2010), kemampuan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah yang diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan dalam tindakan dalam belajar sains maupun dalam kehidupan. Kerja ilmiah mencakup tiga aspek pokok yaitu keterampilan proses (metode ilmiah), sikap ilmiah dan kemampuan berkomunikasi ilmiah Praktikum Praktikum merupakan subsistem dari perkuliahan yang merupakan kegiatan terstruktur dan terjadwal dalam kegiatan laboratorium. Tujuan utama dari kegiatan praktikum adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman yang nyata dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori. Selain itu, praktikum juga bertujuan agar mahasiswa menguasai keterampilan tertentu yang berkaitan dengan suatu pengetahuan. Praktikum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah praktikum fisika dasar.

17 Mahasiswa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), mahasiswa diartikan sebagai orang yang belajar (pelajar) di perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa Fisika FMIPA Unnes angkatan 2012 yang melakukan praktikum fisika dasar pada semester satu. 1.6 Sistematika Skripsi Sistematika dalam skripsi ini akan menjelaskan gambaran umum dari bagian-bagian skripsi mulai dari bab pendahuluan hingga penutup. Skripsi ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu : bagian awal, bagian isi dan bagian akhir atau penutup. Bagian awal dari skripsi ini terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Pada bagian isi terdiri dari lima bab yaitu : (1) BAB I Pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi. (2) BAB II Landasan teori: berisi teori-teori yang mendukung dan menjadi dasar dalam pelaksanaan penelitian. (3) BAB III Metode penelitian: berisi tentang populasi dan sampel penelitian penelitian, variabel dan indikator penelitian, langkah penelitian, metode pengumpulan data serta analisis.

18 6 (4) BAB IV Hasil dan pembahasan: pada bab ini hasil dari penelitian yang telah didapat akan dibahas secara menyeluruh. (5) BAB V Penutup: pada bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Pada bagian ketiga atau bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.

19 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bekerja Ilmiah Bekerja ilmiah merupakan suatu sistem kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam kegiatan laboratorium atau praktikum. Bekerja ilmiah terdiri atas tiga aspek pokok yaitu metode ilmiah, sikap ilmiah serta kemampuan berkomunkasi ilmiah baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan Dasar Kerja Ilmiah (KDBI) mencakup kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Menurut Ramsey yang dikutip oleh Nuryani (2010), kemampuan dasar bekerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah dan diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan dalam pembelajaran sains dan kehidupan. Penerapan Scientific inquiry dapat dilakukan dengan pemberian pengalaman melalui kegiatan pembelajaran mandiri. Kemampuan inkuiri sering dikaitan dengan kegiatan penyelidikan atau eksperimen. Pada kegiatan eksperimen atau praktikum, peserta didik dapat mengembangkan kegiatan bertanya, kemampuan menganalisis, kemampuan mendisain suatu percobaan dan mengomunikasikan hasil percobaan yang didapatkan kepada orang lain. Menurut Sarwi (2010), salah satu prinsip utama inkuiri adalah mahasiswa dapat mengonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif melalui investigasi pengetahuan. 7

20 8 Karena keterkaitannya scientific inquiry dengan bekerja ilmiah, maka dapat dikatakan bahwa bekerja ilmiah sejalan dengan scientific inquiry. Bekerja ilmiah sangat penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan karena bekerja ilmiah sejalan dengan tujuan pembelajaran. Selain untuk mengembangkan kemampuan intelektual dari peserta didik, pembelajaran juga bertujuan untuk mengembangkan sikap yang baik dari peserta didik. Menurut Sopiah (2009), bekerja ilmiah mempunyai beberapa indikator yang harus terpenuhi yaitu : (1) perumusan masalah, (2) perumusan tujuan, (3) perumusan prosedur, (4) pemilihan instrumen, (5) pengambilan data, (6) pengolahan data, (7) penyimpulan hasil, (8) bersikap ilmiah, dan (9) kemampuan berkomunikasi ilmiah. Aspek-aspek tersebut saling mendukung dalam mengembangkan potensi praktikan untuk mengantarkannya menjadi seorang ilmuwan. Berdasarkan berbagai pendapat dan indikator-indikator bekerja ilmiah yang telah dijabarkan, maka bekerja ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan sistem kegiatan ilmiah yang dilakukan praktikan dalam kegiatan praktikum. Sistem kegiatan ilmiah ini mencakup tiga aspek pokok yaitu sikap ilmiah, keterampilan proses praktikum (metode ilmiah) dan kemampuan berkomunikasi ilmiah.

21 9 2.2 Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan salah satu bagian dari proses bekerja ilmiah dalam praktikum atau kegiatan laboratorium. Metode ilmiah atau yang lebih dikenal dengan keterampilan proses praktikum adalah salah satu aspek pokok penyusun kegiatan kerja ilmiah. Kedudukan dari metode ilmiah atau keterampilan proses praktikum sejajar dengan sikap ilmiah dan kemampuan praktikan dalam berkomunikasi ilmiah. Tanpa adanya metode ilmiah, seseorang tidak dapat dikatakan telah melakukan kerja ilmiah. Menurut Herabudin (2010: 71), ada dua tahapan awal metode ilmiah yang harus tersusun secara matang dan terencana dalam melakukan kegiatan ilmiah yaitu : (1) Penentuan tempat penelitian dan (2) Penentuan metode penelitian. Penentuan tempat yang akan dijadikan tempat penelitian merupakan hal awal yang harus ditentukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian terhadap suatu permasalahan. Setelah itu peneliti menentukan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan di lapangan. Sehingga dengan adanya langkah yang sistematis tersebut, maka penelitian yang dilakukan akan berjalan dengan terarah. Selain itu, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh praktikan untuk melakukan metode imliah dalam kegiatan laboratorium atau praktikum. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: (1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi, (3) tahap member check, (4) tahap analisis data, dan (5) teknik pemeriksaan data. Tahapan orientasi merupakan tahapan yang harus dilakukan pertama kali untuk mendapatkan informasi tentang objek yang akan diteliti.

22 10 Sedangkan tahap selanjutnya yang harus dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data pendukung yang lebih spesifik dan hanya berkaitan dengan objek penelitian. Setelah data diperoleh, peneliti harus memeriksa data hasil penelitian untuk diuji kebenarannya sebelum melangkah pada tahap analisis data. Langkah terakhir yang harus dilakukan peneliti dalam metode ilmiah ini setelah melakukan analisis data adalah pemeriksaan kembali data hasil penelitian. Data yang telah dianalisis akan kembali diperiksa kebenaran dan kevalidannya sehingga hasil penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Dari beberapa uraian tersebut, metode ilmiah atau ketermpilan proses praktikum yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan langkah-langkah ilmiah yang tersusun secara sistematis dalam kegiatan praktikum. Langkahlangkah tersebut dimulai sebelum praktikan memulai praktikum hingga pengambilan kesimpulan praktikum. Aspek-aspek yang yang termasuk dalam metode ilmiah tersebut secara berurutan yaitu: (1) perumusan masalah, (2) perumusan tujuan, (3) perumusan prosedur, (4) pemilihan instrumen, (5) pengumpulan data, (6) pengolahan data, dan (7) penyimpulan hasil. Masingmasing aspek tersebut berkaitan satu dengan yang lain sehingga membentuk kesatuan sistem metode ilmiah. Metode ilmiah ini diterapkan dalam kegiatan laboratorium atau penelitian terhadap suatu permasalahan.

23 Sikap Ilmiah Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI). Menurut Herabudin (2010: 67), sikap ilmiah merupakan karakter yang menjadi persyaratan para ilmuwan dalam mencari kebenaran ilmiah. Sikap ilmiah didukung sepenuhnya oleh pendekatan ilmiah dan metode ilmiah yang sudah diakui oleh para ilmuwan. Menurut Pravin Singh (2010), berkaitan dengan kemampuan bekerja ilmiah dalam praktikum, mendefinisikan sikap ilmiah atau scientific attitudes sebagai berikut: Scientific attitudes can be regarded as a complex of values and norms which is held to be binding on the man of science. The norms are expressed in the forms of prescriptions, proscriptions, preferences and permissions. They are legitimatized in terms of institutional values. Selain itu, sikap ilmiah juga dapat diartikan sebagai sikap positif yang harus dikembangkan dalam sains (Widiarti, 2008). Sikap ilmiah dapat dijadikan sebagai langkah awal seorang praktikan untuk mengembangkan sikap keilmuannya. Berikut ini adalah beberapa sikap yang harus dikembangkan seorang praktikan agar sikap keilmuannya dapat berkembang. Beberapa sikap tersebut adalah sebagai berikut: (1) Rasional, artinya segala sesuatu yang dilakukan harus dapat diterima dengan akal sehat. (2) Empiris, artinya hasilnya dapat dibuktikan secara nyata dan didasarkan pada pengamatan inderawi.

24 12 (3) Objektif, artinya terfokus pada kebenaran apa adanya terhadap objek yang diteliti dan tidak bersifat subjektif. (4) Sistematis, artinya berpaku pada aturan baku penelitian ilmiah. (5) Teoritis, artinya didasarkan pada teori yang sudah diakui kebenarannya dan dibuktikan di lapangan sehingga memungkinkan untuk menghasilkan teori-teori yang baru. (6) Kritis, artinya semua hasil penelitian ilmiah dapat diuji kembali oleh semua orang. (7) Teknologis, artinya hasil penelitian yang dilakukan bermanfaat untuk kehidupan manusia. (8) Relativistik, artinya mengakui bahwa kebenaran itu berubah-ubah. Menurut Nuryani (2008), ada beberapa sikap ilmiah yang masih harus dikembangkan secara terencana dalam pembelajaran yaitu: (1) keluwesan dalam berkomunikasi, (2) transfer materi yang lebih luas dan (3) menerapkan secara tepat guna. Setiap praktikan harus mempunyai kemauan untuk selalu bersikap ilmiah dalam setiap praktikum atau kegiatan laboratorium. Sehingga, kemampuan praktikan dalam mengembangkan kebiasaan untuk selalu bekerja ilmiah akan semakin terasah. Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dijabarkan, sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan sikap-sikap positif yang dilakukan praktikan untuk mendukung kegiatan praktikum agar dapat berjalan dengan lancar. Sikap ilmiah dalam penelitian ini mencakup 5 aspek sikap yaitu (1) ingin tahu, (2) tanggung jawab, (3) disiplin, (4) kerjasama,

25 13 dan (5) berfikir bebas. Kelima sikap ilmiah tersebut merupakan sikap-sikap positif yang dapat mendorong praktikan untuk mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah dalam kegiatan praktikum. 2.4 Komunikasi Ilmiah Komunikasi berasal dari kata latin yaitu communis yang berarti sama, communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi juga diartikan sebagai sebuah penyampaian informasi dari suatu pihak ke pihak lain. Menurut Motley yang dikutip oleh Kurniawan (2011), komunikasi adalah transmisi informasi baik bersifat verbal maupun non verbal. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami apa yang dimaksud. Komunikasi seseorang kepada orang lain biasanya dilakukan menggunakan sarana komunikasi yang disebut bahasa. Bahasa merupakan sarana komunikasi paling efektif yang digunakan dalam kehidupan. Selain itu, bahasa merupakan sebuah kekayaan kebudayaan dari suatu daerah yang harus dibanggakan. Komunikasi menggunakan bahasa bertujuan untuk menyampaikan informasi dari seseorang kepada pihak lain secara jelas dan terarah. Sedangkan komunikasi ilmiah merupakan sebuah panyampaian informasi berupa pengetahuan. Komunikasi Ilmiah atau scientific

26 14 communication merupakan salah satu aspek pokok dalam proses kerja ilmiah dalam sains. Menurut Kurniawan (2011), komunikasi ilmiah mencakup beberapa bidang kajian. Bidang kajian tersebut meliputi: (1) perkembangan ilmu pengetahuan, (2) hubungan antara peneliti dalam berbagai disiplin ilmu, (3) pemanfaatan, dan kebutuhan informasi dari kelompok pustaka, serta (4) metode komunikasi baik formal maupun informal. Sehingga dari beberapa penjelasan tersebut komunikasi sangat terkait kegiatan penelitian terhadap suatu fenomena atau kegiatan praktikum untuk mendapatkan sesuatu hal yang menjadi tujuan. Berkomunikasi secara ilmiah berbeda dengan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi ilmiah meliputi penulisan karya ilmiah dan presentasi hasil penelitian secara ilmiah dalam bahasa indonesia ataupun bahasa inggris. Menurut Sutardi (2010), komunikasi ilmiah meliputi kemampuan menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematik dan jelas, menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan, mengklaifikasikan data serta menggambarkannya dalam bentuk grafik ataupun diagram. Dari beberapa penjelasan tentang komunikasi ilmiah dan indikatorindikator yang menyusunnya, maka dapat digambarkan bahwa komunikasi ilmiah dari seorang praktikan tidak cukup dilihat dari komunikasinya dalam bentuk tulisan. Namun diperlukan juga komunikasi dalam bentuk lisan. Komunikasi dalam bentuk tulisan dapat dilihat dari laporan hasil praktikum yang dikumpulkan. Sedangkan komunkasi dalam bentuk lisan dapat diketahui

27 15 dari kemampuan praktikan dalam mempresentasikan hasil praktikumnya. Sehingga dengan adanya kedua macam komunikasi tersebut, informasi yang tidak bisa disampaikan secara tulisan diharapkan akan lebih diterima orang lain jika disampaikan secara lisan atau verbal. Berdasarakan berbagai pendapat yang telah dijabarkan, komunikasi ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan praktikan dalam mengkomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain baik secara lisan atau tulis. Komunikasi ilmiah dalam penelitian ini mencakup beberapa indikator yaitu: (1) kemampunan menyusun laporan, (2) kemampuan menyampaikan laporan, (3) kemampuan mendiskusikan hasil percobaan, (4) kemampuan menerjemahkan data percobaan dan (5) kemampuan menanggapi pendapat. 2.5 Kebiasaan Bekerja Ilmiah dalam Kegiatan Praktikum Kegiatan praktikum merupakan salah satu cara dalam pembelajaran untuk membiasakan praktikan agar selalu bekerja ilmiah. Peran praktikum atau eksperimen yang paling dasar yang dapat dirasakan praktikan adalah untuk mengembangkan kemampuan bekerja ilmiah. Menurut Halimatul yang dikutip oleh Hayat (2011), praktikum mempunyai 3 peran utama bagi praktikan yaitu: (1) memperjelas konsep yang dijelaskan di kelas secara lebih nyata dengan menggunakan alat, bahan serta peristiwa alam, (2) meningkatkan keterampilan intelektual praktikan melalui proses observasi dan pencarian informasi secara lengkap dalam kegiatan praktikum, (3)

28 16 melatih dalam merancang praktikum, (4) menginterpretasi data serta (5) membina sikap ilmiah. Kebiasaan bekerja ilmiah mencakup tiga aspek pokok, salah satunya adalah sikap ilmiah dalam praktikum. Penilaian sikap ilmiah merupakan bentuk dari penilaian afektif. Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwol ada lima tingkatan yaitu: (1) receiving, (2) responding, (3) valuing, (4) organization, dan (5) characterization. Taksonomi tersebut menjelaskan bahwa kebiasaan menempati tingkatan ketiga dalam peringkat ranah afektif yaitu valuing. Hasil akhir yang didapatkan pada tingkatan ini adalah sikap atau perilaku yang konsisten atau stabil. Apabila praktikan telah mencapai tingkat valuing pada proses kerja ilmiah dalam kegiatan praktikum, maka dapat dikatakan bahwa praktikan telah melakukan kebiasaan bekerja ilmiah. Namun dalam kenyataan di lapangan, tidak mudah bagi praktikan untuk mencapai tingkatan tersebut. Untuk mencapai tingkatan Valuing, diperlukan kesungguhan mahasiswa dalam melakukan setiap kegiatan di laboraorium. 2.6 Pelaksanaan Praktikum di laboratorium Fisika Dasar Praktikum fisika dasar merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil mahasiswa Fisika FMIPA Unnes. Praktikum ini dilakukan pada semester 1 dan 2. Pelaksanaan praktikum fisika dasar dilakukan selama 16 kali pertemuan dengan pembagian 8 pertemuan untuk kegiatan pretes dan 8 pertemuan untuk kegiatan praktikum. Sebagai persiapan, praktikan wajib

29 17 datang ke laboratorium 15 menit lebih awal sebelum praktikum dimulai. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu praktikan melakukan pretes. Pretes yang dilakukan ada 2 macam yaitu secara lisan dan tulis. Apabila praktikan lolos dalam tahap ini, maka praktikan diperbolehkan untuk melakukan praktikum pada pertemuan berikutnya. Namun apabila gagal, praktikan harus pretes kembali diluar jam kuliah yang telah disepakati agar dapat mengikuti praktikum. Setelah praktikan dinyatakan lolos pretes, praktikum akan dilakukan sesuai dengan kelompok masing-masing. Sebelumnya setiap kelompok wajib mengumpulkan tugas pendahuluan dan daftar peminjaman alat kepada asisten. Apabila kedua prosedur awal tersebut telah dilakukan maka setiap kelompok diperbolehkan untuk memulai praktikum. Selama kegiatan praktikum berlangsung, asisten mengawasi kenerja praktikan. Apabila dalam kegiatan praktikum tersebut terdapat kendala, praktikan dapat bertanya kepada asisten laboratorium. Setelah praktikum selesai dilakukan, praktikan harus mengumpulkan data praktikum yang didapat kepada asisten. Setelah itu praktikan mengumpulkan laporan yang telah dibuat untuk dinilai dan mempersiapkan untuk pretes praktikum selanjutnya. Apabila dalam pembuatan laporan praktikum tersebut terjadi kesalahan, maka laporan akan dikembalikan kepada praktikan untuk diperbaiki. Keseluruhan kegiatan praktikum dalam mata kuliah praktikum fisika dasar tersebut dilakukan berulang hingga 8 praktikum selesai dilaksanakan. Apabila praktikan gagal dalam praktikum, maka praktikan

30 18 diperbolehkan melakukan praktikum kembali diwaktu yang lain ketika laboratorium tidak digunakan untuk praktikum. 2.7 Praktikum Sebagai Sarana Pengembangan Kebiasaan Bekerja Ilmiah Praktikun merupakan salah satu kegiatan terstruktur laboratorium yang bertujuan untuk membiasakan praktikan untuk bekerja ilmiah. Kegiatan ini lebih cenderung pada kegiatan yang berbasis inkuiri sehingga praktikan dapat dengan sendirinya menemukan suatu yang baru dari apa yang mereka lakukan. Salah satu manfaat yang dapat diambil dari proses pembelajaran inkuiri adalah: to changes in students attitudes Kyle et.al yang dikutip oleh Foley (2008). Selain itu kegiatan praktikum juga dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan berfikir (hands on dan minds on) dari praktikan. Menurut Hayat (2011), kegiatan laboratorium atau praktikum dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan kemauan berfikir logis. Para ahli berpendapat bahwa kegiatan praktikum dapat menstimulus terbentuknya sikap ilmiah. Sikap ilmiah tersebut merupakan bagian Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI). Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan laboratorium atau praktikum sangat berperan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah. Sebagai sarana pengembangan kebiasaan bekerja ilmiah dalam praktikum, praktikan dituntut untuk bekerja secara runtut sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

31 19 Ketika melakukan praktikum di laboratorium fisika dasar, praktikan harus memperhatikan beberapa hal agar dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal-hal tersebut antara lain: (1) Memperhatikan kondisi lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi hasil praktikum. (2) Menyusun peralatan sesuai dengan disain. (3) Melakukan pengulangan dalam setiap pengukuran agar didapatkan data yang valid. (4) Mencatat data yang telah didapat dalam tabel data pengamatan. (5) Memperhatikan faktor-faktor penyebab kesalahan. (6) Mencatat data yang diperoleh dan menggambarkannya pada kertas grafik. (7) Mengecek ulang keseluruhan kegiatan dari awal sampai akhir. Apabila praktikan memperhatikan poin-poin tersebut di atas, maka hasil dari pengamatan atau praktikum akan maksimal. Selain itu, praktikum yang dilakukan dapat dijadikan sarana konkret untuk mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah. 2.8 Tinjauan Tentang Kriteria Kebiasaan Bekerja Ilmiah Kebiasaan bekerja ilmiah merupakan sebuah sistem kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam praktikum. Kerja ilmiah tersusun dari 3 aspek pokok yaitu sikap ilmiah, keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah. Ketiga aspek tersebut akan diteliti untuk mendapatkan

32 20 hasil akhir berupa kriteria kebiasaan bekerja ilmiah pada praktikum fisika dasar. Kriteria kebiasaan bekerja ilmiah ini akan menggambarkan kualitas kebiasaan bekerja ilmiah yang dilakukan praktikan dalam kegiatan praktikum. Pertama, Sikap ilmiah. Sikap ilmiah dalam penelitian ini merupakan sikap-sikap positif yang dilakukan praktikan untuk mendukung kegiatan praktikum agar dapat berjalan dengan lancar. Sikap ilmiah yang diteliti mencakup 5 sikap positif yaitu rasa ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, kerjasama dan berfikir bebas. Kelima sikap ilmiah tersebut masing-masing tersusun dari beberapa indikator operasional dalam kegiatan praktikum. Penjabaran mengenai kelima sikap ilmiah dan indikator operasional sikap ilmiah dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator operasional aspek sikap ilmiah No Sikap Ilmiah Indikator operasional 1 Ingin tahu - Berhipotesis dengan pemikiran sendiri - Membaca buku literatur atau materi yang menjadi dasar sebelum melakukan praktikum - Mengerjakan tugas awal pada tiap praktikum yang dilakukan - Menanyakan kepada dosen, asisten atau praktikan lain terkait hal yang belum dipahami 2 Tanggung jawab - Mengambil alat praktikum sesuai dengan yang diintruksikan asisten - Mengembalikan alat praktikum pada tempat semula setelah praktikum berakhir - Menjaga keutuhan alat praktikum yang digunakan hingga praktikum berakhir

33 - Menjaga kerapian dan kebersihan tempat praktikum - Mengganti alat yang rusak atau pecah ketika digunakan dalam praktikum 3 Disiplin - Datang praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan (lima belas menit sebelum praktikum) - Selesai melaksanakan praktikum sesuai dengan waktu yang dialokasikan - Tidak bergurau atau bermain-main saat praktikum berlangsung (praktikum secara serius) - Melakukan praktikum dengan prosedur yang runtut dan terencana - Mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu (satu minggu setelah praktikum) - Mengumpulkan tugas awal sebelum melaksanakan praktikum 4 Kerja sama - Melakukan praktikum secara bersama dengan anggota kelompok (tidak individual) - Menbagi job kerja atau tugas kerja pada anggota kelompok secara merata - Berdiskusi dengan anggota kelompok ketika terjadi kendala dalam praktikum - Membantu teman apabila menemui kendala saat melakukan tugasnya dalam praktikum - Menanyakan kepada anggota kelompok apakah ada kesulitan pada job kerjanya dalam praktikum 5 Berpikir bebas - Memberikan kesempatan praktikan lain untuk berpendapat - Menghormati pendapat dari dosen, asisten atau praktikan lain - Menanggapi pernyataan kelompok lain dengan santun 21

34 22 - Mampu menemukan alternatif prosedur ketika peralatan yang digunakan terbatas - Mampu menemukan alternatif alat praktikum dari alat yang disediakan ketika terjadi masalah Frekuensi kegiatan setiap indikator operasional penyusun sikap imiah akan diteliti dari 3 praktikum yang dilakukan secara berurutan. Frekuensi kegiatan tersebut dibagi menjadi 4 kriteria jawaban yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Penjelasan terhadap 4 kriteria jawaban tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Kriteria jawaban angket sikap ilmiah No Kriteria Keterangan jawaban angket 1 Selalu - Praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 3 praktikum yang ditentukan 2 Sering - Praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 2 praktikum yang dilakukan 3 Jarang - Praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 1 praktikum yang dilakukan 4 Tidak pernah - Praktikan tidak melakukan setiap indikator sikap ilmiah dalam ketiga praktikum yang dilakukan Keempat macam kriteria jawaban tersebut menggambarkan tingkatan frekuensi kegiatan praktikan dalam melakukan sikap ilmiah pada kegiatan praktikum. Persentase setiap indikator selanjutnya dapat dicari dengan membagi total skor yang didapatkan untuk setiap indikator dengan skor total. Persentase tersebut kemudian diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif

35 23 dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Secara lengkap penjelasan mengenai 4 kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut: Tabel 2.3 Penjabaran kriteria sikap ilmiah No Kriteria hasil Keterangan 1 Baik - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum sangat tinggi 2 Cukup - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum tinggi 3 Kurang - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum rendah 4 Sangat kurang - Kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum sangat rendah Kedua, keterampilan proses praktikum. Keterampilan proses merupakan langkah-langkah ilmiah yang tersusun secara sistematis dalam kegiatan praktikum. Langkah-langkah ini dimulai ketika praktikan merumuskan permasalahan hingga menyimpulkan hasil praktikum. Setiap langkah tersebut masing-masing dijabarkan menjadi 4 kriteria penskoran. Secara lengkap penjabaran mengenai indikator dan kriteria penskoran dapat dilihat dalam rubrik penilaian keterampilan proses pada tabel 2.4 sebagai berikut: Tabel 2.4 Rubrik penilaian keterampilan proses praktikum No Indikator Skor Kriteria 1 Merumuskan 4 - Praktikan mengerti dan dapat masalah menyebutkan permasalahan parktikum dengan benar dan tepat 3 - Praktikan mengerti dan dapat menyebutkan sebagian permasalahan parktikum dengan benar dan tepat

36 24 2 Merumuskan tujuan 3 Merumuskan prosedur 4 Memilih instrumen 5 Mengumpulkan data 2 - Praktikan menyebutkan permasalahan parktikum namum salah 1 - Praktikan tidak mengerti dan tidak menyebutkan permasalahan praktikum 4 - Praktikan paham serta dapat menyebutkan semua tujuan praktikum dengan benar 3 - Praktikan paham serta dapat menyebutkan sebagian tujuan praktikum dengan benar 2 - Praktikan menyebutkan tujuan praktikum namun salah 1 - Praktikan tidak dapat menyebutkan tujuan praktikum 4 - Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan mampu menyebutkannya dengan benar 3 - Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan dapat menyebutkan sebagian prosedur dengan benar 2 - Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan salah dalam menyebutkan prosedurnya 1 - Praktikan melakukan praktikum tidak sesuai diktat dan tidak bisa menyebutkan prosedurnya 4 - Praktikan memilih instrumen secara tepat dan mampu menyebutkan semua nama-namanya 3 - Praktikan memilih instrumen secara tepat dan mempu menyebutkan sebagian nama-namanya 2 - Praktikan memilih instrumen secara tepat dan namun tidak mampu menyebutkan nama-namanya 1 - Praktikan memilih instrumen yang salah 4 - Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel dengan benar 3 - Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel dengan sebagian saja yang benar 2 - Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel namun salah

37 Praktikan tidak dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel 6 Mengolah data 4 - Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat secara benar 3 - Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat hanya sebagian yang benar 2 - Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat namun salah 1 - Praktikan tidak dapat menganalisis data dengan ralat 7 Menyimpulkan hasil 4 - Praktikan dapat menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data secara benar 3 - Praktikan dapat menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data hanya sebagian saja yang benar 2 - Praktikan dapat menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data namun salah 1 - Praktikan tidak dapat menyimpulkan hasil percobaan Keterampilan proses praktikum tersebut dapat diketahui dari data yang didapatkan dari lembar observasi. Hasil persentase jawaban tersebut diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Secara lengkap penjelasan mengenai 4 kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.5 sebagai berikut: Tabel 2.5 Penjabaran kriteria keterampilan proses praktikum No Kriteria hasil Keterangan 1 Baik - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut sangat tinggi. 2 Cukup - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut tinggi. 3 Kurang - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut rendah. 4 Sangat kurang - Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut sangat rendah.

38 26 Ketiga, kemampuan komunikasi ilmiah. Kemampuan komunikasi ilmiah merupakan kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain baik secara lisan atau tulis. Dalam penelitian ini ada 5 indikator komunikasi ilmiah yang mencakup komunikasi lisan dan tulis. Sama dengan indikator pada keterampilan proses, setiap indikator pada kemampuan komunikasi ilmiah dijabarkan menjadi 4 kriteria penskoran. Secara lengkap penjabaran indikator dan kriteria penskoran dapat dilihat dalam rubrik penilaian kemampuan komunikasi ilmiah pada tabel 2.6 sebagai berikut: Tabel 2.6 Rubrik penilaian kemampuan komunikasi ilmiah No indikator Skor Kriteria 1 Kemampunan 4 - Praktikan mampu menyusun laporan menyusun laporan praktikum secara benar dan sistematis sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum 3 - Praktikan mampu menyusun laporan praktikum secara benar namun tidak sistematis atau tidak sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum 2 - Praktikan salah menyusun laporan praktikum dan tidak sistematis atau tidak sesuai dengan urutan bagianbagian laporan praktikum 2 Kemampuan menyampaikan laporan 1 - Praktikan tidak menyusun laporan. 4 - Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar, logis dan sistematis. 3 - Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar, logis, namun tidak sistematis. 2 - Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar,namun tidak logis dan tidak sistematis.

39 27 3 Mendiskusikan hasil percobaan 4 Kemampuan menerjemahkan data percobaan 5 Tanggapan kritis dari pendapat orang lain 1 - Praktikan tidak mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi. 4 - Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang logis dan sistematis saat ada pertanyaan dari kelompok lain 3 - Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang logis namun tidak sistematis saat ada pertanyaan dari kelompok lain 2 - Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang tidak logis dan tidak sistematis saat ada pertanyaan dari kelompok lain 1 - Praktikan pasif atau tidak melakukan diskusi saat ada pertanyaan dari kelompok lain 4 - Praktikan mampu menerjemahkan data pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan benar, dan logis 3 - Praktikan mampu menerjemahkan data pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan benar namun tidak logis 2 - Praktikan menerjemahkan data pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan salah dan tidak logis. 1 - Praktikan tidak menerjemahkan data pengamatan kedalam grafik atau diagram 4 - Praktikan menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain secara aktif, kritis dan rasional. 3 - Praktikan menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain secara aktif, kritis dan tidak rasional. 2 - Praktikan menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain secara aktif, tidak kritis dan tidak rasional. 1 - Praktikan tidak menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain.

40 28 Persentase akhir kemampuan komunikasi ilmiah juga didapatkan dari lembar observasi. Hasil tersebut yang selanjutnya diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Penjelasan mengenai 4 kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.7 sebagai berikut: Tabel 2.7 Penjabaran kriteria kemampuan komunikasi ilmiah No Kriteria hasil Keterangan 1 Baik - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah sangat tinggi 2 Cukup - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah tinggi 3 Kurang - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah rendah 4 Sangat kurang - Kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah sangat rendah Ketiga persentase aspek pokok penyusun kebiasaan bekerja ilmiah selanjutnya dijadikan pedoman dalam penentuan kriteria kebiasaan bekerja ilmiah. Persentase kebiasaan bekerja ilmiah didapatkan dari rata-rata persentase ketiga aspek pokok kerja ilmiah. Persentase akhir yang didapatkan akan diterjemahkan kedalam kalimat kualitatif dengan 4 kriteria yaitu baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Penjelasan mengenai 4 kriteria kebiasaan bekerja ilmiah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8 sebagai berikut:

41 29 Tabel 2.8 Penjabaran kriteria kebiasaan bekerja ilmiah No Kriteria hasil Keterangan 1 Baik - Kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat tinggi. 2 Cukup - Kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain tinggi. 3 Kurang - Kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain rendah. 4 Sangat kurang - Kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat rendah. Hasil akhir kriteria yang didapatkan menggambarkan kualitas kebiasaan bekerja ilmiah praktikan pada pembelajaran mata kuliah praktikum fisika dasar.

42 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fisika FMIPA Unnes semester satu angkatan 2012 yang mengambil mata kuliah Praktikum Fisika Dasar. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menggunakan teknik random sampling. Mahasiswa fisika angkatan 2012 terdiri atas 4 rombel Prodi Pendidikan Fisika dan 2 rombel Prodi Fisika. Dari keenam kelas populasi tersebut diambil dua kelas secara acak dengan cara mengundinya dengan kertas. Hasil pengundian tersebut didapatkan dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu rombel 1 Prodi Pendidikan Fisika dan rombel 2 Prodi Fisika. Rombel 1 Prodi Pendidikan Fisika berjumlah 25 mahasiswa dan rombel 2 Prodi Fisika berjumlah 37 mahasiswa. Sehingga mahasiswa yang menjadi sampel penelitian berjumlah 62 mahasiswa. 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebiasaan bekerja ilmiah mahasiswa Fisika FMIPA Unnes angkatan 2012 yang mengambil mata kuliah praktikum fisika dasar. Variabel bekerja ilmiah tersebut mencakup tiga aspek pokok yaitu keterampilan proses praktikum (metode ilmiah), kemampuan berkomunikasi ilmiah dan sikap ilmiah. 30

43 31 Aspek keterampilan proses praktikum (metode ilmiah) terdiri dari 7 indikator. Indikator-indikator metode ilmiah ini meliputi (1) merumuskan masalah, (2) merumuskan tujuan, (3) merumuskan prosedur, (4) memilih instrumen, (5) mengumpulkan data, (6) mengolah data, dan (7) menyimpulkan hasil. Sedangkan aspek komunikasi ilmiah terdiri atas 5 indikator mencakup komunikasi secara lisan dan tulis. Kelima indikator tersebut adalah (1) kemampunan menyusun laporan, (2) kemampuan menyampaikan laporan, (3) kemampuan mendiskusikan hasil percobaan, (4) kemampuan menerjemahkan data percobaan, dan (5) kemampuan menanggapi pendapat. Aspek sikap ilmiah dalam penelitian ini mencakup 5 sikap yang akan diteliti. Sikap-sikap tersebut adalah rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, dan berfikir bebas. Masing-masing sikap tersebut diuraikan dalam beberapa indikator. Sikap rasa ingin tahu terdiri dari 4 indikator yang meliputi: (1) praktikan mampu berhipotesis dengan pemikiran sendiri. (2) Membaca buku literatur atau materi yang menjadi dasar sebelum melakukan praktikum. (3) Mengerjakan tugas awal untuk setiap praktikum yang dilakukan. Serta (4) berani bertanya kepada dosen, asisten atau praktikan lain terkait hal yang belum dipahami. Sikap tanggung jawab dalam penelitian ini terdiri dari 5 indikator. Indikator-indikator tersebut adalah (1) praktikan mengambil alat praktikum sesuai dengan yang diintruksikan asisten. (2) Praktikan mengembalikan alat praktikum pada tempat semula setelah praktikum berakhir. (3) Menjaga

44 32 keutuhan alat yang digunakan hingga praktikum berakhir. (4) Menjaga kerapian dan kebersihan tempat praktikum. (5) Praktikan bersedia mengganti alat yang rusak atau pecah ketika digunakan dalam praktikum. Ketiga, sikap disiplin. Sikap ini terdiri dari 6 indikator yang meliputi: (1) praktikan datang praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan (15 menit sebelum praktikum). (2) Praktikan melaksanakan praktikum sesuai dengan waktu yang dialokasikan. (3) Tidak bergurau atau bermain-main saat praktikum berlangsung. (4) Melakukan praktikum dengan prosedur yang runtut dan terencana. (5) Mengumpulkan tugas awal sebelum melaksanakan praktikum dan (6) mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu. Keempat, sikap kerjasama. Ada 5 indikator dalam pengambilan data sikap kerjasama. Indikator-indikator tersebut adalah (1) praktikan melakukan praktikum secara bersama dengan anggota kelompok (tidak individual). (2) Pembagian tugas kerja kepada anggota kelompok secara merata. (3) Berdiskusi dengan anggota kelompok ketika terjadi kendala dalam praktikum. (4) Membantu teman apabila menemui kendala saat melakukan tugasnya dalam praktikum. (5) Bertanya kepada anggota kelompok tentang kesulitan tugas kerja yang dikerjakan. Sikap terakhir yang diamati adalah berfikir bebas. Sikap ini terdiri dari 5 indikator. Indikator-indikator tersebut meliputi: (1) memberikan kesempatan praktikan lain untuk berpendapat. (2) Menghormati pendapat dari dosen, asisten atau praktikan lain. (3) Menanggapi pernyataan kelompok lain dengan santun. (4) Mampu menemukan alternatif prosedur ketika peralatan

45 33 yang digunakan terbatas. (5) Mampu menemukan alternatif alat praktikum dari alat yang disediakan ketika terjadi masalah. 3.3 Langkah Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, analisis dan kesimpulan. (1) Perencanaan Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi rombel yang akan dijadikan obyek penelitian. Setelah itu menentukan disain penelitian dan pembuatan instrumen berupa angket dan lembar observasi. (2) Pelaksanaan Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan membagikan angket kepada mahasiswa fisika yang menjadi sampel penelitian. Selain itu peneliti juga meminta bantuan dari asisten laboratorium untuk melakukan observasi tentang kebiasaan kerja ilmiah dari mahasiswa. Pembagian angket dilakukan untuk mengetahui sikap ilmiah praktikan sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan proses dan kemampuan berkomunikasi ilmiah praktikan. (3) Analisis Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap angket yang dijawab oleh mahasiswa yang kemudian digabungkan dengan lembar observasi yang dilakukan oleh asisten laboratorium.

46 34 (4) Kesimpulan Setelah data diperoleh dan dianalisis, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dengan merujuk pada tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Kesimpulan tersebut merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Secara ringkas, langkah penelitian pada skripsi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Mengkaji permasalahan Penentuan populasi dan sampel penelitian Pembuatan instrumen Pengembangan instrumen : a. Pembuatan angket dan lembar observasi b. Konsultasi dosen pembimbing Pembagian angket observasi Analisis Kesimpulan

47 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang dikembangkan dengan teknik skala Likert termodifikasi. Untuk setiap indikator atau pertanyaan dalam angket ini, responden diberi kebebasan untuk memilih empat pilihan jawaban yang mempunyai tingkatan skor tertentu. Tingkatan skor dalam setiap jawaban tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Tingkatan skor jawaban Jawaban Skor Selalu 4 Sering 3 Jarang 2 Tidak pernah 1 Penilaian sikap ilmiah dalam penelitian ini dilakukan pada akhir setelah praktikan melakukan 3 praktikum yang berurutan. Tingkatan skor jawaban pada tabel tersebut menggambarkan frekuensi kegiatan praktikan dalam melakukan sikap ilmiah dalam setiap praktikum. Jawaban selalu menegaskan bahwa praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah dalam 3 praktikum yang dilakukan. Sedangkan jawaban sering menjelaskan bahwa praktikan menjalankan setiap indikator sikap ilmiah pada 2 praktikum yang dilakukan. Jawaban jarang menjelaskan bahwa praktikan hanya menjalankan setiap indikator sikap ilmiah itu pada 1 kali praktikum saja. Selanjutnya jawaban tidak pernah menggambarkan praktikan tidak melakukan setiap

48 36 indikator sikap ilmiah dalam ketiga praktikum tersebut. Ketika mengisi angket sikap ilmiah, responden diberi kebebasan untuk mengisi sesuai dengan tingkat skor yang meggambarkan dirinya. Adapun angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah praktikan dalam kegiatan praktikum Lembar observasi Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini juga dikembangkan dengan teknik skala Likert termodifikasi. Lembar observasi ini terbagi menjadi empat kriteria penilaian untuk setiap indikator. Nilai maksimal untuk masing-masing indikator adalah 4 poin dan nilai minimalnya adalah 1 poin. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kebiasaan ketrampilan proses praktikum dan kemampuan dalam berkomunkasi ilmiah. Keduanya merupakan bagian dari kebiasaan bekerja ilmiah dari responden yang diteliti. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam metode yaitu: Metode Angket Pengambilan data menggunakan angket ini dilakukan untuk mendapatkan data kebiasaan sikap ilmiah dari praktikan yang menjadi sampel penelitian. Angket ini dibagikan pada akhir penelitian. Responden diberi kebebasan untuk mengisi angket tersebut dan mengumpulkan kembali setelah

49 37 mereka selesai mengisinya. Dari data yang diperoleh dari angket tersebut dapat terlihat kebiasaan sikap ilmiah dari praktikan dalam kegiatan praktikum dengan melihat skor dari setiap indikator. Persentase data yang didapatkan tersebut menggambarkan kebiasaan sikap ilmiah dari praktikan Metode Observasi Metode observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan 2 asisten laboratorium untuk masing-masing rombel. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data keterampilan proses praktikum (metode ilmiah) dan kemampuan berkomunikasi ilmiah. Metode observasi untuk mengetahui keterampilan proses praktikum dimulai dari kegiatan sebelum praktikum (pretes) hingga praktikum selesai dilakukan. Selain itu metode observasi ini juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan berkomunikasi ilmiah dari responden baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan komunikasi tulis diketahui dari penialian lapoan praktikum yang dikumpulkan. Sedangkan kemampuan komunikasi ilmiah secara lisan diketahui dari presentasi hasil praktikum dari setiap kelompok setelah laporan praktikum dikumpulkan. Asisten laboratorium menilai kemampuan komunikasi ilmiah dari presentasi tersebut dengan berpedoman pada lembar observasi. Persentase dari data yang didapatkan tersebut menggambarkan keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah dari responden yang menjadi sampel penelitian.

50 Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam. Data yang telah didapatkan dari lembar observasi dan angket, selanjutnya akan dianalisis untuk mendapatkan persentase masing-masing indikator Analisis Angket Data yang diperoleh dari pembagian angket diolah menggunakan analisis persentase. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase sikap ilmiah dari praktikan yang melakukan praktikum fisika dasar. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam analisis persentase ini adalah sebagai berikut: (1) Mengkuantitatifkan jawaban yang telah didapatkan dari angket yang dibagikan untuk setiap butir pertanyaan. (2) Menghitung persentase butir pertanyaan masing-masing indikator yang ditentukan dengan formula untuk menghitung persentase sebagai berikut : Keterangan : n = jumlah total nilai yang diperoleh N = jumlah jawaban maksimal untuk setiap indikator (3) Menentukan presentase skor ideal (skor maksimum) = 100% (4) Menentukan presentase skor terendah (skor minimum) = 25% (5) Menentukan range = 100% - 25% = 75%

51 39 (6) Menentukan interval yang dikehendaki = 4 (baik, cukup, kurang, dan sangat kurang) (7) Menentukan lebar interval = 75%/4 = 18,75% Berdasarkan perhitungan di atas, maka range persentase dan kriteria kualitatif sikap ilmiah dapat ditetapkan sebagaimana pada Tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2 Klasifikasi kriteria sikap ilmiah Persentase jawaban benar Kriteria 81,25% < skor 100% Baik 62,50% < skor 81,25% Cukup 43,75% < skor 62,50% Kurang 25% < skor 43,75% Sangat Kurang ( Arikunto, 2006 : 242 ) (8) Menafsirkan hasil analisis yang telah dipersentasekan ke dalam kalimat kualitatif sesuai dengan tabel. Hasil akhir dari analisis persentase angket ini menggambarkan klasifikasi kriteria sikap ilmiah yang dilakukan praktikan. Klasifikasi kriteria sikap ilmiah tersebut menggambarkan kualitas pelaksanaan sikap ilmiah dalam kegiatan praktikum. Kriteria baik menjelaskan bahwa sangat tinggi kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum. Sedangkan kriteria cukup menggambarkan bahwa kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum tinggi. Kriteria kurang menjelaskan bahwa kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum rendah. Selanjutnya kriteria sangat kurang menjelaskan bahwa kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap kegiatan praktikum sangat rendah.

52 Analisis Lembar Observasi Data yang diperoleh dari lembar observasi diolah menggunakan metode yang sama dengan pengolahan data pada angket yaitu menggunakan analisis persentase. Pada lembar observasi ini, analisis persentase digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah dari praktikan. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk menganalisis lembar observasi ini adalah sebagai berikut : (1) Mengkuantitatifkan jawaban yang telah didapatkan dari masing-masing indikator pada lembar observasi. (2) Menghitung persentase untuk masing-masing indikator menggunakan formula untuk menghitung persentase sebagai berikut : Keterangan : n = jumlah total nilai yang diperoleh N = jumlah jawaban maksimal untuk setiap indikator (3) Menentukan presentase skor ideal (skor maksimum) = 100% (4) Menentukan presentase skor terendah (skor minimum) = 25% (5) Menentukan range = 100% - 25% = 75% (6) Menentukan interval yang dikehendaki = 4 (baik, cukup, kurang, dan sangat kurang) (7) Menentukan lebar interval = 75%/4 = 18,75%

53 41 Berdasarkan perhitungan di atas, maka range persentase dan kriteria kualitatif dapat ditetapkan pada Tabel 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Klasifikasi kriteria keterampilan proses dan komunikasi ilmiah Persentase jawaban benar Kriteria 81,25% < skor 100% Baik 62,50% < skor 81,25% Cukup 43,75% < skor 62,50% Kurang 25% < skor 43,75% Sangat Kurang ( Arikunto, 2006 : 242 ) (8) Menafsirkan hasil analisis yang telah dipersentasekan kedalam kalimat kualitatif sesuai dengan tabel Sama dengan penjabaran pada klasifikasi kriteria sikap ilmiah, hasil akhir dari analisis persentase lembar observasi ini menggambarkan kriteria keterampilan proses praktikum dan kemampuan komunikasi ilmiah praktikan. Klasifikasi kriteria tersebut menggambarkan kualitas aspek keterampilan proses dan kemampuan komunikasi ilmiah. Kriteria baik menjelaskan bahwa sangat tinggi kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut. Sedangkan kriteria cukup menggambarkan bahwa kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut dalam setiap praktikum tinggi. Kriteria kurang menjelaskan bahwa kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut dalam setiap praktikum rendah. Selanjutnya kriteria sangat kurang menjelaskan kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara

54 42 ilmiah dan melakukan praktikum secara runtut dalam setiap kegiatan praktikum sangat rendah. Dari ketiga persentase data yang telah dianalisis oleh peneliti yang meliputi sikap ilmiah, keterampilan proses (metode ilmiah) dan kemampuan komunikasi ilmiah, selanjutnya diambil prosentase rata-rata. Hasil dari persentase rata-rata tersebut merupakan hasil akhir persentase data yang menggambarkan kebiasaan bekerja ilmiah dari praktikan yang melakukan praktikum fisika dasar sebagai menjadi sampel penelitian.

55 43 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini disajikan hasil penelitian berupa hasil data yang didapatkan dari angket dan lembar observasi. Data yang didapat dari angket digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah praktikan sedangkan data lembar observasi untuk mengetahui keterampilan proses dan kemampuan komunikasi ilmiah. Data hasil penelitian diuraikan dalam pembahasan hasil penelitian. Uraian deskripsi dan hasil penelitian disusun berdasarkan rumusan masalah yang kemudian dibahas sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan penelitian dan saran. Sampel yang digunakan untuk mengetahui kebiasaan bekerja ilmiah ini diambil secara random dari 6 rombel yang mewakili seluruh mahasiswa fisika angkatan 2012 yang berjumlah 202 mahasiswa. Dari pengambilan secara random tersebut didapatkan 2 kelas yaitu rombel 1 prodi pendidikan fisika yang berjumlah 25 mahasiswa dan rombel 2 prodi fisika yang berjumlah 37 mahasiswa. Sehingga total mahasiswa yang menjadi sampel penelitian berjumlah 62 mahasiswa. 43

56 Sikap Ilmiah Data sikap ilmiah praktikan dalam penelitian ini diambil melalui angket. Sikap ilmiah yang yang diteliti meliputi 5 hal yaitu: (1) rasa ingin tahu, (2) tanggung jawab, (3) disiplin, (4) kerjasama, dan (5) berfikir bebas. Persentase sikap ilmiah praktikan dihitung dengan cara membagi skor jawaban setiap indikator dengan skor total. Berdasarkan kriteria sikap ilmiah pada tabel 3.1 dan hasil penelitian, diperoleh data mengenai persentase sikap ilmiah yang disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Persentase sikap ilmiah praktikan No Indikator sikap ilmiah Persentase hasil (%) Kriteria 1 Rasa ingin tahu 82,56 Baik 2 Tanggung jawab 84,52 Baik 3 Disiplin 86,29 Baik 4 Kerjasama 86,13 Baik 5 Berpikir bebas 80,24 Cukup Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Keterampilan Proses Praktikum Keterampilan proses praktikum dalam penelitian ini diambil melalui lembar observasi. Keterampilan proses praktikum ini mencakup tujuh indikator. Ketujuh indikator tersebut adalah (1) merumuskan masalah, (2) merumuskan tujuan, (3) merumuskan prosedur, (4) memilih instrumen, (5) mengumpulkan data, (6) mengolah data, dan (7) menyimpulkan hasil. Aspek keterampilan proses praktikum ini diambil dari 3 praktikum yang berurutan yaitu ayunan fisis, teori toriceli, dan ayunan matematis. Persentase dalam keterampilan proses praktikum didapatkan dari pembagian skor total yang

57 45 didapatkan pada setiap indikator dengan skor maksimalnya. Berdasarkan kriteria keterampilan proses praktikum pada tabel 3.2 dan data hasil penelitian, maka dapat dijabarkan persentase keterampilan proses praktikum sebagai berikut: Tabel 4.2 Persentase keterampilan proses praktikum No Indikator Persentase hasil (%) Praktikum 1 Praktikum 2 Praktikum 3 1 Merumuskan masalah 80,65 88,31 86,29 2 Merumuskan tujuan 88,71 93,15 94,76 3 Merumuskan prosedur 77,42 81,05 83,06 4 Memilih instrument 89,52 87,90 89,52 5 Mengumpulkan data 96,77 94,76 93,95 6 Mengolah data 76,61 76,63 83,47 7 Menyimpulkan hasil 82,26 83,47 81,45 Data perhitungan persentase untuk keterampilan proses praktikum dapat dilihat pada Lampiran Komunikasi Ilmiah Data kemampuan komunkasi ilmiah praktikan diambil melalui lembar observasi. Data yang diambil mencakup 5 indikator komunikasi ilmiah. Indikator-indikator tersebut adalah (1) kemampunan menyusun laporan, (2) kemampuan menyampaikan laporan, (3) kemampuan mendiskusikan hasil percobaan, (4) kemampuan menerjemahkan data percobaan, dan (5) kemampuan menanggapi pendapat. Sama dengan pengambilan data pada keterampilan proses, data komunikasi ilmiah diambil dari 3 praktikum yang berurutan yaitu ayunan fisis, teori toriceli, dan ayunan matematis. Perhitungan data praktikum juga dilakukan dengan membagi total skor yang didapatkan dengan skor maksimal. Berdasarkan kriteria komunkasi ilmiah

58 46 pada tabel 3.2 dan data hasil penelitian, maka dapat dijabarkan persentase komunikasi ilmiah untuk setiap praktikum sebagai berikut: Tabel 4.3 Persentase komunikasi ilmiah No Indikator 1 Kemampunan menyusun laporan 2 Kemampuan menyampaikan laporan 3 Kemampuan mendiskusikan hasil 4 Kemampuan menerjemahkan data 5 Kemampuan menanggapi pendapat Persentase hasil (%) Praktikum 1 Praktikum 2 Praktikum 3 95,97 95,16 97,58 92,74 87,50 94,76 89,11 88,71 89,92 86,29 88,71 87,10 88,31 81,85 87,10 Data perhitungan persentase untuk kemampuan komunkasi ilmiah praktikum dapat dilihat pada lampiran Kebiasaan Bekerja Ilmiah Data kebiasaan bekerja ilmiah merupakan penggabungan dari persentase rata-rata ketiga aspek kebiasaan bekerja ilmiah. Ketiga aspek tersebut meliputi: (1) sikap ilmiah, (2) keterampilan proses praktikum (metode ilmiah), dan (3) kemampuan komunikasi ilmiah. Persentase akhir didapatkan dari rata-rata persentase ketiga aspek kerja ilmiah yang didapatkan. Berdasarkan data hasil penelitian ketiga aspek tersebut, maka dapat dijabarkan persentase kebiasaan bekerja ilmiah sebagai berikut:

59 47 Tabel 4.4 Persentase kebiasaan bekerja ilmiah No Indikator Persentase hasil (%) Kriteria 1 Sikap ilmiah 83,95 Baik 2 Keterampilan proses 86,27 Baik 3 Komunikasi ilmiah 90,05 Baik Data perhitungan persentase untuk kebiasaan bekerja ilmiah dapat dilihat pada lampiran Pembahasan Hasil dari penelitian ini merupakan pencerminan dari kondisi populasi penelitian yaitu mahasiswa Fisika angkatan Hasil penelitian ini membahas kriteria aspek penyusun kebiasaan bekerja ilmiah dan kriteria kebiasan bekerja ilmiah praktikan Sikap Ilmiah Praktikan Berdasarkan teori dan data penelitian, diperoleh empat dari lima indikator sikap ilmiah tersebut mempunyai kategori baik. Hal ini berarti bahwa kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum yang dilakukan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari persentase akhir setiap indikator yang mencapai hasil lebih dari 80%. Persentase yang didapatkan juga relatif sama yang menggambarkan bahwa indikator-indikator tersebut dapat dikatakan sudah menjadi kebiasaan. Akan tetapi, beberapa sikap lebih menonjol dilakukan praktikan saat praktikum. Sebagian besar praktikan datang tepat waktu dan mampu untuk berdiskusi dengan anggota kelompok ketika praktikum berlangsung. Perilaku tersebut mendorong berkembanganya

60 48 sikap disiplin dan kerjasama. Selain itu kedua sikap tersebut paling berkembang dengan baik karena sejak di sekolah menengah sikap yang ditekankan ketika praktikum adalah sikap disiplin dan kerjasama. Pertama, ingin tahu. Persentase rasa ingin tahu yang didapat dalam penelitian ini cukup besar dan tergolong baik. Hal ini dibuktikan dari beberapa sikap praktikan antara lain: (1) Praktikan mencoba untuk berhipotesis tentang praktikum yang akan dilakukan. (2) Praktikan membaca buku literatur dan menanyakan hal-hal yang masih dibingungkan dalam praktikum. (3) Praktikan mengerjakan tugas awal sebelum melakukan praktikum sebagai ujian awal untuk mengetahui pemahamannya terhadap praktikum yang akan dilakukan. Ketiga perilaku tersebut menggambarkan bahwa rasa ingin tahu praktikan tentang praktikum yang dilakukannya sangat tinggi. Praktikan ingin mengetahui lebih dalam terkait praktikum yang dilakukan. Hal ini memacu praktikan untuk mempersiapkan diri lebih awal dalam menghadapi praktikum yang akan dilakukan. Dampak yang didapatkan praktikan menjadi lebih siap untuk melakukan praktikum. Rasa ingin tahu ini juga didukung karena sebagian besar praktikan mempunyai buku literatur selain diktat praktikum untuk menunjang lancarnya kegiatan praktikum. Kedua, tanggung jawab. Aspek sikap tanggung jawab yang didapatkan dari angket mendapatkan persentase yang besar dan termasuk dalam kriteria baik. Data tersebut menggambarkan bahwa praktikan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi ketika melakukan praktikum. Cerminan perilaku praktikan yang dilakukan untuk mengembangkan sikap tersebut antara lain: lain (1)

61 49 Praktikan mengambil alat praktikum sesuai dengan perintah asisten laboratorium. (2) Praktikan mengembalikan alat-alat praktikum ketempat semula setelah praktikum berakhir. (3) Praktikan menjaga keutuhan dan kerapian alat-alat praktikum, dan (4) mengganti alat praktikum tersebut jika merusaknya. Dari keempat perilaku tersebut terlihat kesadaran praktikan bahwa alat-alat praktikum yang mereka gunakan adalah milik laboratorium. Selain itu alat-alat tersebut juga digunakan untuk praktikum kelompokkelompok yang lain. Sehingga mereka harus bertanggung jawab untuk menjaga perlengkapan dan tempat ketika melakukan praktikum. Ketiga, disiplin. Persentase hasil akhir sikap ilmiah yang didapatkan dalam penelitian ini termasuk daam kategori baik. Cerminan sikap ilmiah yang dilakukan prakitikan ketika praktikum yang berupa: (1) praktikan datang praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan (15 menit sebelum praktikum). (2) Mengumpulkan tugas awal sebelum melaksanakan praktikum. (3) Praktikum selesai dilakukan sesuai dengan waktu yang dialokasikan. (4) Praktikan tidak bergurau ketika melakukan praktikum (praktikum dengan serius). (5) Praktikan mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu, menggambarkan bahwa praktikan memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sikap-sikap tersebut tercermin dari perilaku praktikan pada kegiatan sebelum praktikum hingga praktikum berakhir. Berdasarkan kelima pencerminan sikap tersebut, maka kedisiplinan praktikan dalam melakukan kegiatan praktikum sangat tinggi.

62 50 Keempat, kerjasama. Aspek sikap kerjasama termasuk dalam kriteria baik. Hasil tersebut tergambarkan dari sikap praktikan yang berupa (1) praktikan melakukan praktikum secara berkelompok (tidak individual). (2) Adanya pembagian tugas yang baik ketika melakukan praktikum. (3) Menanyakan dan membantu tugas anggota yang lain ketika terjadi kesulitan. Hal ini berarti praktikan sudah melakukan kerjasama dengan anggota kelompok dalam kegiatan praktikum. Kerjasama tersebut menggambarkan bahwa praktikan sudah mempunyai manajemen dalam mengorganisasi kelompoknya. Dari kriteria persentase sikap kerjasama tersebut, menegaskan bahwa tingkat kemauan praktikan untuk bekerja sama dalam praktikum serta tidak praktikum secara individu sangat tinggi. Hasil tersebut mendorong pada hasil praktikum yang didapatkan sehingga menjadi lebih baik dan dapat selesai tepat waktu. Kelima, berfikir bebas. Aspek sikap berfikir bebas pada penelitian ini mendapatkan persentase dengan kategori cukup. Hal ini terjadi karena kreatifitas praktikan dalam praktikum yang dilakukan kurang terbangun. Praktikan hanya menjalankan praktikum sesuai dengan perintah asisten laboratorium. Praktikan kurang berani mencoba untuk mengambil langkah ketika terjadi kendala dalam praktikum dan cenderung menunggu solusi dari asisten untuk menyelesaikan masalahnya. Hal ini berdampak pada kemampuan kreatifitas praktikan yang kurang terbangun. Sehingga sikap berfikir bebas atau berfikir mendapat kriteria dibawah sikap-sikap yang lain.

63 51 Empat dari lima sikap ilmiah tersebut termasuk dalam kategori baik. Selain itu persentase yang didapatkan cenderung stabil. Hasil tersebut menggambarkan bahwa kebiasaan untuk bersikap ilmiah telah terbentuk. Selain itu kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap praktikum sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Kamil yang dikutip oleh Sopiah (2009), ciri-ciri sikap atau tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan relatif menetap dan tidak memerlukan fungsi pikir yang cukup tinggi. Sikap ilmiah ini dapat terbangun dikarenakan adanya kesadaran dari praktikan akan pentingnya melaksanakan praktikum dengan baik. Sehingga hasil akhir yang didapatkan saat praktikum akan lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dari kelima persentase data hasil penelitian, tidak didapatkan aspek sikap ilmiah yang mencapai skor maksimal. Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa kendala yang dihadapi atau penghambat ketika melakukan praktikum sehingga sikap-sikap tersebut tidak dapat dicapai. Pada aspek sikap ingin tahu, didapatkan beberapa praktikan tidak punya buku literatur yang mendukung kecuali diktat praktikum yang diberikan sehingga pengetahuan dasar tentang praktikum yang dilakukan masih kurang. Selain itu sebagian besar praktikan belum pernah melakukan praktikum yang hendak dilakukan sebelumnya kecuali praktikum ayunan matematis. Akibatnya praktikan merasa melakukan sesuatu yang baru dan pengethuan yang dimiliki terkait praktikum tersebut masih kurang. Sehingga hasil yang didapatkan pada aspek ini kurang maksimal.

64 52 Pada aspek sikap ingin tahu, didapatkan beberapa praktikan tidak punya buku literatur yang mendukung kecuali diktat praktikum yang diberikan sehingga pengetahuan dasar tentang praktikum yang dilakukan masih kurang. Selain itu sebagian besar praktikan belum pernah melakukan praktikum yang hendak dilakukan sebelumnya kecuali praktikum ayunan matematis. Akibatnya praktikan merasa melakukan sesuatu yang baru dan pengethuan yang dimiliki terkait praktikum tersebut masih kurang. Sehingga hasil yang didapatkan pada aspek ini kurang maksimal. Pada sikap tanggung jawab juga ditemui beberapa perilaku praktikan yang tidak mendukung terbangunya sikap tanggung jawab dalam praktikum. Kemampuan praktikan untuk menjaga kerapian dan kebersihan tempat praktikum masih belum maksimal. Beberapa penemuan beberapa alat dan sampah di meja praktikum setelah praktikum berakhir. Selain itu juga ditemukan alat-alat praktikum seperti gelas ukur dalam kondisi retak setelah digunakan praktikum. Keretakan alat praktikum tersebut menggambarkan bahwa praktikum kurang berhati-hati dalam menggunakannya. Hal tersebut menyebabkan hasil akhir dari sikap tanggung jawab yang dibangun belum mencapai skor maksimal. Pada sikap disiplin, tidak semua praktikan datang ke laboratorium tepat waktu. Beberapa praktikan datang terlambat. Hal ini dikarenakan rumah mereka yang jauh sehingga sulit bagi mereka untuk datang tepat waktu pada kuliah jam pertama. Akibatnya, kelompok yang anggotanya belum lengkap tidak diperkenankan untuk praktikum. Hal ini yang menyebabkan waktu praktikum yang dialokasikan tidak cukup. Sehingga akan berdampak pada

65 53 sikap disiplin yang dibangun belum tercapai secara maksimal. Pada sikap kerjasama, kerjasama yang dilakukan praktikan dengan anggota kelompok sudah baik tetapi masih belum maksimal. Kerjasama yang terbentuk sebatas pemakaian alat praktikum secara bersama karena terbatasnya alat praktikum. Kerjasama dalam pembagian tugas kerja juga sudah dilakukan, namun pembagian yang dilakukan belum merata. Selain itu tidak ada pertukaran tugas kerja sehingga praktikan akan fokus pada tugas kerjanya dan tidak bisa merasakan tugas kerja yang dilakukan anggota yang lain. Sikap-sikap praktikan tersebut menjadikan kurang maksimalnya perkembangan sikap kerjasama yang dilakukan praktikan ketika praktikum. Pada aspek berfikir bebas, kendala yang paling menonjol yang bisa diamati pada aspek ini adalah pada indikator operasional kedua yaitu menghormati pendapat. Ego praktikan untuk mempertahankan pendapat yang dimiliki masih tinggi. Menghormati pendapat dosen atau asisten dilakukan ketika pertemuan tatap muka saja. Hal ini yang menyebabkan hasil untuk aspek sikap berfikir bebas atau berfikir terbuka masih belum maksimal Keterampilan Proses Praktikum Keterampilan proses merupakan istilah lain dari metode ilmiah. Berdasarkan teori dan hasil penelitian, didapatkan lima dari tujuh indikator keterampilan proses praktikum termasuk dalam kriteria baik. Selain itu persentase yang didapatkan dari masing-masing praktikum cenderung stabil dan tidak nampak perbedaan yang signifikan. Ini menandakan bahwa ada

66 54 kesetabilan perilaku yang mengarah pada kebiasaan dari keterampilan proses praktikum yang dilakukan. Pertama, merumuskan masalah. Hal ini merupakan hal yang paling mendasar dalam setiap praktikum. Maksud dari aspek tersebut adalah praktikan paham dan mampu menyebutkan masalah yang hendak dipecahkan dalam praktikum dengan benar. Persentase rata-rata yang didapatkan dalam aspek ini termasuk dalam kriteria baik. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar praktikan paham dan mengerti permasalahan utama yang hendak dipecahkan dalam setiap praktikum. Sehingga setelah mereka paham, akan muncul strategi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kedua, merumuskan tujuan. Aspek ini bermakna bahwa praktikan mengerti dan dapat menyebutkan tujuan praktikum dengan benar. Hasil persentase yang didapatkan menggambarkan bahwa sebagian besar praktikan paham akan tujuan dari praktikum yang akan dilakukan. Hal ini menjadikan praktikum yang dilakukan akan lebih terarah. Selain itu, membantu praktikan dalam mengambil kesimpulan praktikum. Hasil yang didapatkan cukup besar karena praktikan dapat mengetahui tujuan praktikum yang akan dilakukan dari diktat. Praktikan cukup membaca pada diktat untuk dapat memahami tujuan praktikum yang akan dilakukan. Ketiga, merumuskan prosedur. Pada aspek ini praktikan dituntut untuk dapat menyebutkan langkah percobaan dan melakukannya secara runtut. Hal ini dimaksudkan agar praktikan mengetahui langkah praktikum dan mengerti pembagian kerja dalam kelompoknya sehingga praktikum berjalan dengan

67 55 lancar. Persentase yang didapatkan termasuk dalam kriteria cukup. Hasil tersebut menggambarkan bahwa praktikan memahami langkah praktikum yang harus dilakukan. Hal ini sangat menunjang kelancaran praktikum karena praktikan tidak akan kebingungan dalam memulai praktikum. Kegiatan praktikum menjadi lebih lancar dan dapat selesai tepat waktu. Keempat, memilih instrumen. Pemilihan instrumen atau alat praktikum sangat penting. Maksud dari aspek ini adalah praktikan melakukan praktikum dengan instrumen yang tepat dan dapat menyebutkan nama instrumen yang digunakan. Praktikan tidak dapat melakukan praktikum sesuai yang diinginkan jika instrumen yang diambil salah. Persentase akhir yang diperoleh termasuk dalam kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa praktikan mampu untuk praktikum dengan alat praktikum yang benar. Dengan adanya pemilihan alat yang tepat, praktikum yang dilakukan akan berjalan sesuai dengan prosedur praktikumnya. Kelima, mengumpulkan data. Aspek ini bermakna, praktikan dapat mengambil data yang diperlukan serta menuliskannya ke dalam tabel. Sebagian besar praktikan dapat melakukan aspek ini. Hal ini dilihat dari persentase akhir yang didapatkan sangat besar. Hasil tersebut menggambarkan bahwa praktikan mampu mengambil data yang diperlukan serta menuliskannya ke dalam tabel dengan baik. Namum kendala yang sering terjadi dalam aspek ini adalah praktikan sering menuliskan variabel tetap kedalam tabel sehingga tabel yang dibuat tidak efisien. Hal ini tidak

68 56 menyalahi peraturan penulisan tetapi mengurangi efisiensi dan keindahan dalam pembuatan tabel data praktikum. Keenam, mengolah data. Maksud dari aspek ini adalah praktikan dapat menganalisis data dengan ralat yang benar. Analisis data yang digunakan berupa ralat pengamatan dan ralat grafik. Hasil akhir yang didapatkan berupa persentase dengan kriteria cukup. Persentase akhir tersebut menggambarkan bahwa praktikan telah melakukan analisis dengan baik dan benar. Namun dalam menganalisis tersebut ditemukan beberapa kesalahan praktikan ketika menganalisis yaitu: (1) pembuatan grafik yang belum benar. (2) Kesalahan penulisan satuan pada setiap hasil perhitungan ataupun hasil yang belum diberi satuan. (3) Pembulatan dalam penulisan angka penting yang tidak sesuai peraturan. Hal-hal tersebut menjadikan hasil akhir analisis data tidak sempurna. Selain itu skor yang didapatkan praktikan pada aspek ini tidak mencapai hasil yang maksimal. Ketujuh, menyimpulkan hasil. Aspek ini merupakan aspek terakhir dan terpenting dalam keterapilan proses praktikum. Maksud dari aspek ini adalah praktikan mampu menbuat kesimpulan sesuai dengan tujuan yang diharapkan secara benar. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil akhir dengan kriteria baik. Hasil tersebut menggambarkan bahwa praktikan mampu membuat kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dengan benar. Kesimpulan yang dibuat dapat menjawab tujuan serta permasalahan praktikum. Akan tetapi ada beberapa praktikan yang belum benar dalam membuat kesimpulan. Kesimpulan yang diambil tidak merujuk pada tujuan

69 57 penelitian. Selain itu, terjadi juga didapati kesalahan dalam penulisan satuan hasil praktikum. Hal tersebut merupakan kesalahan mendasar yang menjadikan kesimpulan yang dibambil tidak benar yang menyebabkan hasil yang didapatkan tidak maksimal. Lima dari tujuh persentase hasil yang didapatkan termasuk dalam kategori baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan proses praktikum yang dilakukan praktikan termasuk dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut sangat tinggi. Hasil tersebut menandakan bahwa praktikan menikmati kegiatan praktikum ini dan menjalankannya dengan senang hati, sehingga langkah-langkah ilmiah dalam praktikum dapat terlaksana dengan baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hayat (2011), pembelajaran berbasis praktikum membuat praktikan lebih aktif dan senang. Metode ilmiah atau keterampilan proses praktikum ini dapat terlaksana dengan baik karena praktikan telah memahami langkah-langkah ilmiah yang harus dilakukan dalam praktikum. Sehingga praktikum yang dilakukan dapat berjalan secara runtut dan terarah. Namun ketujuh keterampilan proses praktikum yang diteliti semuanya belum mencapai persentase maksimal. Hal ini menandakan bahwa ada kendala-kandala yang menyebabkan hasil tersebut tidak maksimal. Kendala-kendala tersebut ditemui pada awal merumuskan permasalahan hingga praktikan menyimpulkan hasil praktikum. Pada indikator merumuskan masalah, sebagian praktikan menyebutkan permasalahan praktikum dengan benar tetapi belum tepat sempurna. Sebagai contoh pada praktikum ayunan

70 58 matematis praktikan hanya menyebutkan permasahan berupa percepatan gravitasi. Praktikan tidak menyebutkan perumusan masalah tersebut dengan kalimat-kalimat yang lebih komunikatif. Hal tersebut menyebabkan skor yang didapatkan tidak mencapai maksimal. Perumusan tujuan yang dilakukan praktikan juga belum maksimal. Beberapa praktikan kesulitan dalam menyebutkan tujuan praktikum yang akan dilakukan. Dari empat tujuan yang akan dicapai pada setiap praktikum, sebagian besar praktikan hanya mampu menyebutkan 3 tujuan saja. Pada perumusan prosedur, ditemukan beberapa kelompok tidak runtut melakukan langkah-langkah praktikum meskipun langkah yang mereka sebutkan secara lisan sudah sesuai diktat. Hal ini yang menyebabkan skor yang didapatkan menjadi belum maksimal. Pemilihan intrumen yang dilakukan praktikan sudah tepat sesuai dengan yang diperintahkan oleh asisten. Namun ada beberapa nama alat praktikum yang belum diketahui oleh praktikan misalkan kesalaha praktikan dalam menyebutkan nama jangka sorong menjadi mikrometer skrup. Pengumpulan data yang dilakukan praktikan sudah benar. Namun terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan dalam tabel yang menyebabkan skor yang didapatkan belum maksimal. Sebagian besar menuliskan variabel tetap di dalam tabel data praktikum. Hal tersebut tidak menyalahi ketentuan dalam penulisan tabel, namun mengurangi kerapian dan keefektifan dalam penulisan data praktikum. Pada pengolahan data banyak ditemukan kesalahan dalam pembuatan grafik. Grafik yang dibuat tidak diberi nama grafik dan

71 59 satuan pada setiap sumbunya. Selain itu hasil akhir dari analisis data tidak diberi satuan sehingga skor yang didapatkan tidak maksimal. Pada penyimpulan hasil, kendala yang paling sering ditemui sehingga skor yang didapat belum maksimal adalah praktikan membuat kesimpulan yang tidak merujuk pada tujuan. Selain itu praktikan hanya menuliskan hasil praktikum tanpa menuliskan satuan. Sebagai contoh praktikan menuliskan percepatan gravitasi sebagai hasil praktikum ayunan matematis tanpa menggunakan satuan Komunikasi Ilmiah Praktikan Berdasarkan teori dan hasil penelitian, didapatkan persentase kelima indikator komunikasi ilmiah yang mencakup komunikasi secara lisan dan komunikasi secara tulis termasuk dalam kategori baik. Selain itu persentase yang didapatkan untuk setiap indikator relatif stabil antara praktikum satu dengan yang lain. Kestabian hasil tersebut menggambarkan bahwa perilaku yang dilakukan dalam setiap praktikum menjadi sebuah kebiasaan yang berulang-ulang. Pertama, kemampunan menyusun laporan. Indikator ini merupakan wujud dari komunikasi tulis yang dilakukan praktikan. Indikator ini menekankan agar praktikan mampu berkomunikasi secara tulis dengan cara menyusun laporan secara sistematis. Persentase yang didapatkan termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar praktikan mampu menyusun laporan secara sistematis. Ini berarti kemampuan komunikasi ilmiah praktikan secara tulis sudah menunjukan sangat tinggi.

72 60 Kedua, kemampuan menyampaikan laporan. Indikator ini merupakan salah satu indikator aspek komunikasi ilmiah secara lisan. Aspek ini bermakna bahwa praktikan harus mampu mengkomunikasikan hasil praktikum secara lisan dengan cara menyampaikan laporan presentasi secara benar, logis dan sistematis. Hasil yang didapatkan menggambarkan bahwa praktikan mampu mempresentasikan praktikum yang dilakukan secara benar, logis, dan sistematis. Namun, ada beberapa mahaiswa yang merasa grogi dan tidak percaya diri saat mempresentasikan laporan, sehingga hasil yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik. Hal tersebut menjadikan hasil kemampuan yang akan dibangun untuk berkomunikasi secara lisan kurang maksimal. Ketiga, kemampuan mendiskusikan hasil percobaan. Aspek tersebut bermakna praktikan mampu berkomunikasi dalam kelompoknya dengan cara aktif berdiskusi terhadap hasil yang praktikum yang didapatkan. Diskusi juga diamati ketika ada pertanyaan dari kelompok lain saat presentasi. Hasil ini menggambarkan bahwa praktikan aktif melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya. Hal ini menandakan bahwa kegiatan diskusi yang dilakukan berkembang dengan baik. Namun ditemui beberapa praktikan yang cenderung diam dan tidak berdiskusi. Ternyata memang tipe praktikan tersebut yang pendiam dan sulit untuk berkomunikasi secara lisan dengan berdiskusi. Keempat, kemampuan menerjemahkan data percobaan. Maksud dari aspek ini yaitu praktikan mampu mengkomunikasikan grafik atau diagram yang dibuat dalam laporan kepada audien secara benar. Praktikan mampu membaca grafik yang ada dengan benar sehingga informasi grafik tersebut dapat tersampaikan

73 61 kepada kelompok lain. Hasil akhir dari persentase yang didapatkan mengambarkan bahwa kemampuan praktikan dalam membaca grafik sudah baik. Namun sering terjadi kesalahan dalam pembacaan grafik tersebut. Kesalahan yang sering ditemui adalah praktikan lupa menyebutkan nama grafik. Kebanyakan dari praktikan hanya menyebutkan hasil dari grafik tanpa menyampaikan nama grafik atau diagram yang dimaksud. Hal ini berakibat pada informasi yang akan disampaikan kepada kelompok lain tidak dapat diterima dengan baik. Sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal. Kelima, kemampuan menanggapi pendapat. Pada aspek ini praktikan dituntut untuk mampu berkomunikasi secara lisan terhadap suatu pendapat dengan cara menanggapi pendapat yang disampaikan orang lain secara aktif, kritis dan rasional. Persentase hasil yang diperoleh ini menggambarkan bahwa kemampuan praktikan mampu menanggapi pendapat kelompok lain dari praktikan sudah baik. Akan tetapi, didapatkan beberapa praktikan yang kurang aktif dalam menanggapi pertanyaan dari kelompok lain. Mereka lebih cenderung diam dan sukar untuk berpendapat. Hal ini mengakibatkan poin untuk aspek ini menjadi tidak sempurna. Dari kelima hasil yang telah didapatkan tersebut, terlihat bahwa aspek penyusun kemampuan komunikasi ilmiah dalam praktikum mendapat kategori baik. Merujuk pada hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah sangat tinggi. Hasil tersebut menggambarkan bahwa praktikan mampu mengkomunikasikan hasil praktikum baik secara lisan atau tulis. Hal ini dapat

74 62 terlaksana karena praktikan telah menyadari bahwa hasil praktikum yang didapatkan tidak cukup hanya diketahui praktikan sendiri. Namun, hasil tersebut juga harus bisa dipahami oleh orang lain yang tidak melakukan praktikum tersebut. Kelima indikator kemampuan komunikasi ilmiah yang didapatkan, belum mencapai hasil maksimal. Ada beberapa kendala yang menyebabkan hasil tersebut belum maksimal. Pada kemampuan praktikan dalam menyusun laporan, sebagian besar praktikan sudah menyusun laporan sesuai dengan panduan yang ada pada diktat praktikum. Akan tetapi didapatkan beberapa praktikan menuliskan bagian yang terbalik antara landasan teori dan tujuan sehingga susunanya tidak sesuai dengan diktat praktikum yang diberikan. Hal ini menyebabkan skor yang didapatkan belum mencapai maksimal. Pada kemampuan menyampaikan hasil laporan, secara umum presentasi yang dilakukan benar dan logis namum belum secara sistematis atau runtut. Persentasi yang dilakukan tidak berurutan, hal ini menyebabkan informasi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik yang menyebabkan persentase akhir tidak sempurna. Kemampuan berdiskusipun juga belum maksimal. Diskusi yang dilakukan hanya sebatas pada 2 atau 3 orang saja. Ada anggota kelompok yang tidak mengikuti diskusi yang menyebabkan hasil yang didapatkan tidak maksimal. Pada kemampuan menerjemahkan data percobaan, ada beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan praktikan. Praktikan tidak menyebutkan nama grafik yang dipaparkan. Praktikan langsung menjelaskan

75 63 grafik yang ada tanpa sebelumya menyebutkan nama grafik. Pada kemampuan praktikan dalam menanggapi pendapat orang lain, beberapa praktikan lebih suka diam dan tidak menanggapi pendapat kelompok lain. Hal tersebut menyebabkan skor yang didapatkan belum mencapai hasil yang maksimal Kebiasaan Bekerja Ilmiah Berdasarkan teori dan data penelitian, didapatkan bahwa ketiga aspek penyususn kebiasaan bekerja ilmiah mendapatkan persentase hasil yang besar dan termasuk dalam kategori baik. Persentase yang didapatkan juga relatif stabil antara praktikum satu dengan yang lain. Hal ini menggambarkan bahwa kebiasaan untuk bekerja secara ilmiah telah terbentuk Pertama, sikap ilmiah. Dari kelima aspek tersebut didapatkan persentase rata-rata yang termasuk dalam kriteria baik. Hal ini menggambarkan bahwa kemauan praktikan untuk selalu bersikap baik agar mendukung lancarnya praktikum sangat tinggi. Selain itu perbandingan antara indikator satu dengan yang lain tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa kebiasaan praktikan untuk mengasah sikap ilmiah dalam praktikum sudah baik. Kebiasaan untuk selalu bersikap ilmiah terbangun. Kegiatan-kegiatan penunjang yang menjadi pendukung aspek sikap ilmiah sudah dipaparkan dalam sub bab Sikap Ilmiah. Kedua, keterampilan proses praktikum. Dalam penelitian ini yang didapatkan persentase rata-rata termasuk dalam kategori baik. Hal ini

76 64 menggambarkan bahwa praktikan mampu melakukan langkah-langkah dalam proses praktikum dengan baik. Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut juga sangat tinggi. Hal ini disebabkan praktikan mengetahui hal-hal yang harus dipecahkan dari awal praktikum sampai yang terakhir pengambilan kesimpulan. Pada aspek komunikasi ilmiah didapatkan persentase rata-rata yang termasuk kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan praktikan dalam berkomunikasi secara lisan ataupun tulis sudah baik. Selain itu kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah sangat tinggi. Tujuan dari komunikasi ilmiah ini adalah agar setiap praktikum atau penelitian yang dilakukan bisa pahami secara objektif oleh orang lain. Hal ini dikuatkan pula, bahwa penelitian yang dilakukan harus mengarah pada sikap objektif, artinya terfokus pada kebenaran apa adanya terhadap objek yang diteliti dan tidak bersifat subjektif (Herabudin. 2010: 66). Sehingga perlu adanya kemampuan komunikasi ilmiah yang baik untuk menyampaikan hasil praktikum. Dari ketiga hasil yang telah dipaparkan tersebut, terlihat bahwa ketiga aspek penyusun kebiasaan bekerja ilmiah praktikum mendapat kategori baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebiasaan bekerja ilmiah praktikan pada paraktikum fisika dasar dapat dikategorikan baik. Hasil tersebut menggambarkan bahwa kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat tinggi. Selain itu kegiatan praktikum yang dilakukan dapat memberi dampak positif bagi praktikan dalam

77 65 mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah. Sehingga dengan praktikum, praktikan akan terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah terstruktur yang menjadi tujuan dari adanya praktikum. Meskipun kebiasaan bekerja ilmiah yang didapatkan termasuk dalam kategori baik, namun persentase hasil yang didapatkan belum maksimal. Hal ini disebabkan karena pada aspek-aspek penyusun kebiasaan bekerja ilmiah juga mengalami beberapa kendala yang telah dijabarkan pada sub bab pembahasan sebelumnya. Sehingga diperlukan solusi untuk meningkatkan skor tersebut agar dapat mencapai hasil yang dicapai maksimal Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan di laboratorium fisika FMIPA Unnes pada 2 rombel yang dipilih random yaitu rombel 1 prodi pendidikan fisika dan rombel 2 prodi fisika angkatan Hal ini mengakibatkan data penelitian belum representatif bagi mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Unnes. Selain itu penelitian ini hanya menggambarkan kebiasaan bekerja ilmiah praktikan saja. Hal ini membuat hasil penelitian ini hanya dijadikan evaluasi kesiapan laboratorium dalam mendorong praktikan untuk selalu mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah. Sehingga hal-hal yang masih belum maksimal didapatkan praktikan dalam kegiatan praktikum, dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

78 66 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penelitian analisis kebiasaan bekerja ilmiah mahasiswa fisika pada praktikum fisika dasar dapat digolongkan baik. Hasil tersebut menggambarkan bahwa praktikan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif dan mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain.. Hal ini didukung pula dengan ketiga aspek pokok penyusun kebiasaan bekerja ilmiah tersebut yang digolongkan dalam kategori baik dengan persentase yang cukup besar. Sikap ilmiah mendapat kriteria baik berarti kemauan praktikan untuk bersikap ilmiah dalam setiap kegiatan praktikum sangat tinggi. Keterampilan proses praktikum mendapat kriteria baik menggambarkan bahwa kemampuan praktikan untuk praktikum secara runtut sesuai dengan kaidah-kaidah keilmiahan sangat tinggi. Selain itu, kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum yang didapatkan kepada orang lain juga sangat tinggi. Sehingga dari ketiga hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa kebiasaan bekerja ilmiah praktikum fisika dasar dapat dikatakan baik. Selain itu, persentase yang didapatkan untuk masing-masing praktikum mendapatkan hasil yang cenderung stabil. Hal ini 66

79 67 menggambarkan bahwa aspek-aspek yang dilakukan pada ketiga praktikum cenderung konsisten dan menjadi kebiasaan dalam setiap praktikum yang dilakukan. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, didapatkan bahwa kebiasaan bekerja ilmiah sudah termasuk dalam kategori baik yang menunjukan bahwa kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat tinggi. Sehingga penulis menyarankan kepada praktikan agar dapat mempertahankan hasil tersebut dengan menjaga konsistensi dalam setiap praktikum yang dilakukan. Selain itu penulis juga menyarankan agar kebiasaan bekerja ilmiah tersebut sebaiknya diterapkan dalam pemecahan permasalahan sains dalam kehidupan sehari-hari.

80 68 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: BUMI AKSARA Artuti, N. N Implementasi Pembelajaran Fisika Berpendekatan STM Di SMP Untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja Ilmiah Dan Berfikir Kritis. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran (JIPP), Vol 4, No 2, Hal Foley, B Students Attitudes towards Science in Classes Using Hands-On or Textbook Based Curriculum. American Educational Research Association. Vol 1, No 29 Hayat, M. S et al Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Invertebrata Untuk Pengembangan Sikap Ilmiah Siswa. Journal of Education IKIP PGRI Semarang. Vol 1, No 1, Hal Heliyah Penerapan Strategi Action Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Ilmiah Pada Materi Pertumbuhan Dan Perkembangan di Kelas VIII SMP Negeri 6 Surakarta Tahun 2010/2011. Skripsi: Universitas Sebelas Maret Surakarta Herabudin Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Bandung: CV. Pustaka Setia Hikam, M et al Eksperimen Fisika Dasar untuk Perguruan tinggi. Jakarta: PRENADA MEDIA Kurniawan, A. T Konsep Komunikasi Ilmiah dalam Pemanfaatan Informasi di Perpustakaan dan Dokumentasi. Jurnal Komunikasi Masa. Vol 4, No 1 Osbrone, J et al Attitudes towards science: A review of the literature and its Inplications. International Journal of Science Education (IJSE). Vol 25, No 9, Hal Sarwi et al Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Fisika Melalui Eksperimen Gelombang Open-Inquiry. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (JPFI), Vol 6, Hal

81 69 Sopiah, S Pembiasaan Bekerja Ilmiah Pada Pembelajaran Sains Fisika untuk Siswa SMP (penelitian di SMP N 24 Kota Semarang pada siswa semester 1 kelas VII C tahun pelajaran 2006/2007). Skripsi: Universitas Negeri Semarang Sopiah, S et al Pembiasaan Bekerja Imiah Pada Pembelajaran Sains Fisika Untuk SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (JPFI), Vol 5, No 1, Hal Sutardi Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis SPREADSHEET Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Berkomunikasi Ilmiah. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, Vol 1, No 1, Hal Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Widiarti, Y Metode Eksperimen Sebagai Pembentuk Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Pada Pembelajaran SAINS. Jurnal Wahana Sekolah Dasar. Vol 16, No 2, Hal Wiyanto Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS

82 70 Lampiran 1 INDIKATOR OPERASIONAL ANGKET SIKAP ILMIAH No Sikap Ilmiah Indikator Operasional 1 Ingin tahu 2 Bertanggung jawab 3 Disiplin 4 Kerja sama Berhipotesis dengan pemikiran sendiri Membaca buku literatur atau materi yang menjadi dasar sebelum melakukan praktikum Mengerjakan tugas awal pada tiap praktikum yang dilakukan Menanyakan kepada dosen, asisten atau praktikan lain terkait hal yang belum dipahami Mengambil alat praktikum sesuai dengan yang diintruksikan asisten Mengembalikan alat praktikum pada tempat semula setelah praktikum berakhir Menjaga keutuhan alat praktikum yang digunakan hingga praktikum berakhir Menjaga kerapian dan kebersihan tempat praktikum Mengganti alat yang rusak atau pecah ketika digunakan dalam praktikum Datang praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan (15 menit sebelum praktikum) Selesai melaksanakan praktikum sesuai dengan waktu yang dialokasikan Tidak bergurau atau bermain-main saat praktikum berlangsung (praktikum secara serius) Melakukan praktikum dengan prosedur yang runtut dan terencana Mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu (1 minggu setelah praktikum) Mengumpulkan tugas awal sebelum melaksanakan praktikum Melakukan praktikum secara bersama dengan anggota kelompok (tidak individual) Menbagi job kerja / tugas kerja pada anggota kelompok secara merata

83 71 5 Berpikir bebas / terbuka terhadap pikiran dan gagasan Berdiskusi dengan anggota kelompok ketika terjadi kendala dalam praktikum Membantu teman apabila menemui kendala saat melakukan tugasnya dalam praktikum Menanyakan kepada anggota kelompok apakah ada kesulitan pada job kerjanya dalam praktikum Memberikan kesempatan praktikan lain untuk berpendapat Menghormati pendapat dari dosen, asisten atau praktikan lain Menanggapi pernyataan kelompok lain dengan santun Mampu menemukan alternatif prosedur ketika peralatan yang digunakan terbatas Mampu menemukan alternatif alat praktikum dari alat yang disediakan ketika terjadi masalah Keterangan : Nilai untuk tiap butir pertanyaan : selalu skor 4, sering skor 3, jarang skor 2, dan tidak pernah skor 1.

84 72 Lampiran 2 RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES PRAKTIKUM (METODE ILMIAH) No indikator Skor Kriteria A Merumuskan masalah 4 Praktikan mengerti dan dapat menyebutkan permasalahan parktikum dengan benar dan tepat 3 Praktikan mengerti dan dapat menyebutkan sebagian permasalahan parktikum dengan benar dan tepat 2 Praktikan menyebutkan permasalahan parktikum dengan namum salah 1 Praktikan tidak mengerti dan tidak menyebutkan permasalahan praktikum B Merumuskan Praktikan paham serta dapat menyebutkan tujuan 4 semua tujuan praktikum dengan benar 3 Praktikan paham serta dapat menyebutkan sebagian tujuan praktikum dengan benar 2 Praktikan menyebutkan tujuan praktikum namun salah 1 Praktikan tidak dapat menyebutkan tujuan praktikum C D Merumuskan prosedur 4 Memilih Instrumen Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan mampu menyebutkannya dengan benar Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan dapat menyebutkan sebagian prosedur dengan benar Praktikan melakukan prosedur parktikum sesuai diktat dan salah dalam menyebutkan prosedurnya Praktikan melakukan praktikum tidak sesuai diktat dan tidak bisa menyebutkan prosedurnya Praktikan memilih instrumen secara tepat dan mempu menyebutkan semua namanamanya

85 73 Lanjutan Lampiran 2 E F G Mengupulkan data Mengolah data Menyimpulkan hasil Praktikan memilih instrumen secara tepat dan mempu menyebutkan sebagian namanamanya Praktikan memilih instrumen secara tepat 2 dan namun tidak mampu menyebutkan nama-namanya 1 Praktikan memilih instrumen yang salah 4 Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel dengan benar Praktikan dapat menuliskan data percobaan 3 ke dalam tabel dengan sebagian saja yang benar 2 Praktikan dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel namun salah 1 Praktikan tidak dapat menuliskan data percobaan ke dalam tabel 4 Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat secara benar 3 Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat hanya sebagian yang benar 2 Praktikan dapat menganalisis data dengan ralat namun salah 1 Praktikan tidak dapat menganalisis data dengan ralat 4 Praktikan dapat menyimpulkan hasil percobaan berdasarkan data secara benar Praktikan dapat menyimpulkan hasil 3 percobaan berdasarkan data hanya sebagian saja yang benar Praktikan dapat menyimpulkan hasil 2 percobaan berdasarkan data namun salah Praktikan tidak dapat menyimpulkan hasil 1 percobaan Keterangan : Skor maksimal 4 dan skor minimal 1 Skor 4 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator keterampilan proses praktikum baik Skor 3 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator keterampilan proses praktikum cukup Skor 2 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator keterampilan proses praktikum kurang Skor 1 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator keterampilan proses praktikum sangat kurang

86 74 Lampiran 3 RUBRIK PENILAIAN KOMUNIKASI ILMIAH No Indikator Skor Kriteria I Kemampunan Praktikan mampu menyusun laporan menyusun laporan praktikum secara benar dan sistematis 4 sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum Praktikan mampu menyusun laporan praktikum secara benar namun tidak 3 sistematis / tidak sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum Praktikan salah menyusun laporan praktikum dan tidak sistematis / tidak 2 sesuai dengan urutan bagian-bagian laporan praktikum 1 Praktikan tidak menyusun laporan. II III Kemampuan menyampaikan laporan Mendiskusikan hasil percobaan Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar, logis dan sistematis. Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar, logis, namun tidak sistematis. Praktikan mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi secara benar,namun tidak logis dan tidak sistematis. Praktikan tidak mampu menyampaikan laporan yang dibuat dalam bentuk presentasi. Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang logis dan sistematis saat ada pertanyaan dari audience Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang logis namun tidak sistematis saat ada pertanyaan dari audience

87 75 IV V Kemampuan menerjemahkan data percobaan Tanggapan kritis dari pendapat orang lain Keterangan : Skor maksimal 4 dan skor minimal 1 2 Praktikan aktif melakukan diskusi serta mengungkapkan pendapat yang tidak logis dan tidak sistematis saat ada pertanyaan dari audience Praktikan pasif atau tidak melakukan 1 diskusi saat ada pertanyaan dari audience Praktikan mampu menterjemahkan data 4 pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan benar, dan logis Praktikan mampu menterjemahkan data 3 pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan benar namun tidak logis Praktikan menterjemahkan data 2 pengamatan kedalam grafik atau diagram dengan salah dan tidak logis. Praktikan tidak menterjemahkan data 1 pengamatan kedalam grafik atau diagram Praktikan menanggapi pendapat yang 4 disampaikan orang lain secara aktif, kritis dan rasional. Praktikan menanggapi pendapat yang 3 disampaikan orang lain secara aktif, kritis dan tidak rasional. Praktikan menanggapi pendapat yang 2 disampaikan orang lain secara aktif, tidak kritis dan tidak rasional. Praktikan tidak menanggapi pendapat yang 1 disampaikan orang lain. Skor 4 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator komunikasi ilmiah baik Skor 3 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator komunikasi ilmiah cukup Skor 2 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator komunikasi ilmiah kurang Skor 1 = kemampuan praktikan untuk menjalankan setiap indikator komunikasi ilmiah sangat kurang

88 76 Lampiran 4 REKAPITULASI HASIL ANGKET SIKAP ILMIAH POIN INDIKATOR PENELITIAN NO KODE A B C D E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A

89 77 Lanjutan Lampiran 4 20 A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B

90 78 Lanjutan Lampiran 4 42 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B

91 79 Lanjutan Lampiran 4 JUMLAH TOTAL SEKOR MAK PERSENTASE 82,56 84,52 86,29 86,13 80,24 KETERANGAN Baik Baik Baik Baik Baik RATA-RATA 83,95 KETERANGAN Baik KETERANGAN : A ; Rasa Ingin Tahu B ; Bertanggungjawab C : Disiplin D : Kerjasama E : Berfikir Bebas

92 80 Lampiran 5 REKAPITULASI LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES PRAKTIKUM A. Praktikum 1 (Ayunan Fisis) NO RESPONDEN POIN INDIKATOR PENELITIAN A B C D E F G 1 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B

93 81 Lanjutan Lampiran 5 Poin A (praktikum ayunan fisis) 34 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B JUMLAH SEKOR MAKSIMAL PERSENTASE (%) 80,65 88,71 77,42 89,52 96,77 76,61 82,26 KETERANGAN Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik RATA-RATA 84,56 KETERANGAN HASIL Baik

94 82 B. Praktikum 2 (Teori toricelli) NO RESPONDEN POIN INDIKATOR PENELITIAN A B C D E F G 1 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B B

95 83 Lanjutan Lampiran 5 Poin B (praktikum teori toricelli) 38 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B JUMLAH SEKOR MAKSIMAL PERSENTASE (%) 88,31 93,15 81,05 87,90 94,76 78,63 83,47 KETERANGAN Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik RATA-RATA 86,75 KETERANGAN HASIL Baik C. Praktikum 3 (Ayunan Matematis) NO KODE POIN INDIKATOR PENELITIAN A B C D E F G 1 A A A

96 84 Lanjutan Lampiran 5 Poin C (praktikum ayunan matematis) 4 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B B

97 85 Lanjutan Lampiran 5 Poin C (praktikum ayunan matematis) 43 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B JUMLAH SEKOR MAKSIMAL PERSENTASE (%) 86,29 94,76 83,06 89,52 93,95 83,47 81,45 KETERANGAN Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik RATA-RATA 87,50 KETERANGAN HASIL Keterangan : A = Merumuskan masalah B = Merumuskan tujuan C = Merumuskan prosedur D = Memilih instrumen E = Mengumpulkan data F = Mengolah data G = Menyimpulkan hasil Baik

98 86 Lampiran 6 REKAPITULASI LEMBAR OBSRVASI KOMUNIKASI ILMIAH PRAKTIKAN A. Praktikum 1 (Ayunan Fisis) NO KODE RESP POIN INDIKATOR PENELITIAN I II III IV V 1 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B

99 87 Lanjutan Lampiran 6 Poin A (praktikum ayunan fisis) 34 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B JUMLAH SEKOR MAKSIMAL PERSENTASE (%) 97,58 94,76 89,92 87,10 87,10 KETERANGAN Baik Baik Baik Baik Baik RATA-RATA (%) 91,29 KETERANGAN Baik

100 88 B. Praktikum 2 (Teori toricelli) NO KODE RESP POIN INDIKATOR PENELITIAN I II III IV V 1 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B B

101 89 Lanjutan Lampiran 6 Poin B (praktikum teori toricelli) 38 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B JUMLAH SEKOR MAKSIMAL PERSENTASE (%) 95,16 87,50 88,71 88,71 81,85 KETERANGAN Baik Baik Baik Baik Baik RATA-RATA (%) 88,39 KETERANGAN Baik C. Praktikum 3 (Ayunan Matematis) NO KODE RESP POIN INDIKATOR PENELITIAN I II III IV V 1 A A A

102 Lanjutan Lampiran 6 Poin C (praktikum ayunan matematis) 4 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B B B

103 91 Lanjutan Lampiran 6 Poin C (praktikum ayunan matematis) 44 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B JUMLAH SEKOR MAKSIMAL PERSENTASE (%) 97,58 94,76 89,92 87,10 87,10 KETERANGAN Baik Baik Baik Baik Baik RATA-RATA (%) 91,29 KETERANGAN HASIL Baik Keterangan : I = Kemampunan menyusun laporan II = Kemampuan menyampaikan laporan III = Kemampuan mendiskusikan hasil percobaan IV = Kemampuan menerjemahkan data percobaan V = Kemampuan menanggapi pendapat orang lain

104 92 Lampiran 7 REKAPITULASI DATA KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH PRAKTIKAN NO 1 INDIKATOR METODE ILMIAH PRAKTIKUM P.1 P.2 P.3 rata-rata (%) 84,56 86,75 87,50 86,27 Kerja Ilmiah (%) KET 2 KOMUNIKASI ILMIAH 90,48 88,39 91,29 90,05 86,76 Baik 3 SIKAP ILMIAH 83,95 83,95 KETERANGAN : P1 = Praktikum 1 (ayunan fisis) P1 = Praktikum 2 (toricelly) P1 = Praktikum 3 (ayunan matematis)

105 93 Lampiran 8 NAMA : NIM : NO. RESPONDEN : ANGKET SIKAP ILMIAH PADA PRAKTIKUM Berilah tanda check list (v) untuk setiap indikator dengan jawaban yang sesuai dengan kegiatan yang anda lakukan pada saat melakukan kegiatan praktikum fisika dasar Keterangan : N O SL SR JR TP : Selalu : Sering : Jarang : Tidak pernah Indikator 1 Berhipotesis dengan pemikiran sendiri 2 Membaca buku literatur atau materi yang menjadi dasar sebelum melakukan praktikum 3 Mengerjakan tugas awal pada tiap praktikum yang dilakukan 4 Menanyakan kepada dosen, asisten atau praktikan lain terkait hal yang belum dipahami 5 Mengambil alat praktikum sesuai dengan yang diintruksikan asisten 6 Mengembalikan alat praktikum pada tempat semula setelah praktikum berakhir 7 Menjaga keutuhan alat praktikum yang digunakan hingga praktikum berakhir 8 Menjaga kerapian dan kebersihan tempat praktikum 9 Mengganti alat yang rusak atau pecah ketika digunakan dalam praktikum 10 Datang praktikum sesuai dengan waktu yang ditentukan (15 menit sebelum praktikum) S L Jawaban S J R R T P

106 94 11 Selesai melaksanakan praktikum sesuai dengan waktu yang dialokasikan 12 Tidak bergurau atau bermain-main saat praktikum berlangsung (praktikum secara serius) 13 Melakukan praktikum dengan prosedur yang runtut dan terencana 14 Mengumpulkan laporan praktikum tepat waktu (1 minggu setelah praktikum) 15 Mengumpulkan tugas awal sebelum melaksanakan praktikum 16 Melakukan praktikum secara bersama dengan anggota kelompok (tidak individual) 17 Menbagi job kerja / tugas kerja pada anggota kelompok secara merata 18 Berdiskusi dengan anggota kelompok ketika terjadi kendala dalam praktikum 19 Membantu teman apabila menemui kendala saat melakukan tugasnya dalam praktikum 20 Menanyakan kepada anggota kelompok apakah ada kesulitan pada job kerjanya dalam praktikum 21 Memberikan kesempatan praktikan lain untuk berpendapat 22 Menghormati pendapat dari dosen, asisten atau praktikan lain 23 Menanggapi pernyataan kelompok lain dengan santun 24 Mampu menemukan alternatif prosedur ketika peralatan yang digunakan terbatas 25 Mampu menemukan alternatif alat praktikum dari alat yang disediakan ketika terjadi masalah Angket ini saya isi dengan sebenar-benarnya sesuai dengan kegiatan saya saat praktikum fisika dasar. Semarang, 2012 Responden

107 95 Lampiran 9 DOKUMENTASI KEGIATAN Praktikan melakukan praktikum ayunan matematis Praktikan mengukur panjang tali pada praktikum ayunan matematis Praktikan melakukan presentasi sebagai bentuk komunikasi ilmiah secara lisan Praktikan mempresentasikan hasil praktikum yang telah dilakukan Praktikan mengukur sudut simpangan bandul pada ayunan matematis Praktikan bekerja sama melakukan praktikum ayunan matematis Asisten memberikan penjelasan analisis data kepada praktikan Pretes lisan untuk mengetahui kesiapan praktikan sebelum praktikum

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 2 (1) (2013) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej ANALISIS KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH MAHASISWA FISIKA PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR Nasrodin,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Mardiatul Hasanah

SKRIPSI. Oleh: Mardiatul Hasanah HUBUNGAN ANTARA STRATEGI GURU DALAM PENGEMBANGAN DISAIN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BIOLOGI DENGAN AKTIVITAS DAN CAPAIAN HASIL BELAJAR PRAKTIKUM SISWA (KELAS XI SMAN DI KABUPATEN BONDOWOSO) SKRIPSI Oleh: Mardiatul

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI MODEL BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI MODEL BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI MODEL BELAJAR AKTIF TIPE QUIZ TEAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Oleh FENI TRISTANTI NIM

Oleh FENI TRISTANTI NIM ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MENURUT POLYA POKOK BAHASAN VOLUME KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS V SDN 2 BLAMBANGAN BANYUWANGI SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI diajukan

Lebih terperinci

Oleh Ratna Juwita Fibriyanti NIM

Oleh Ratna Juwita Fibriyanti NIM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF DISERTAI PRESENTASI TUGAS PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 12 JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP SKRIPSI Oleh Shaufan Habibi NIM 080210102031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI GUGUS V KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PACITAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PACITAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PACITAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Mohammad Chanifuddin

SKRIPSI. Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Mohammad Chanifuddin KESIAPAN SMA/MA DI KABUPATEN BLORA TERHADAP KEBUTUHAN PERALATAN DAN BAHAN PRAKTIKUM DALAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK KIMIA SEBAGAI SYARAT KELULUSAN SISWA SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN GUIDED INQUIRY SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 PURWOSARI SKRIPSI Oleh: Yuliana Retnaningsih 09144100067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE RESITASI UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER KEMANDIRIAN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA BELAJAR MATEMATIKA (PTK Kelas VIII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMK DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING SKRIPSI

MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMK DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING SKRIPSI MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMK DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING SKRIPSI Oleh: Dwi Wahyuningsih NIM 080210102045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan Praktik Belajar Mengajar dan memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal 22 Oktober Menyetujui, NIP NIP

PERSETUJUAN. Disetujui pada tanggal 22 Oktober Menyetujui, NIP NIP PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul " Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Imogiri " telah disetujui oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Dwi Pramita Ardani NIM

SKRIPSI. Oleh : Dwi Pramita Ardani NIM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PEMBERIAN LKS SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII D SMPN 2 GODEAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh FITRI WAHYUNI

SKRIPSI. Oleh FITRI WAHYUNI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP DENGAN AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Jember tahun ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK KECIL BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK KECIL BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK KECIL BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA (Studi Di SMK PGRI 05 Jember Kelas 2 APk1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pokok Bahasan Struktur

Lebih terperinci

METODE PRAKTIKUM DI DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA SMA : STUDI KONSEP BESARAN DAN SATUAN TAHUN AJARAN SKRIPSI

METODE PRAKTIKUM DI DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA SMA : STUDI KONSEP BESARAN DAN SATUAN TAHUN AJARAN SKRIPSI METODE PRAKTIKUM DI DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA SMA : STUDI KONSEP BESARAN DAN SATUAN TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut dengan kajian

Lebih terperinci

TINGKAT SPORTIVITAS SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLADI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

TINGKAT SPORTIVITAS SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLADI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI TINGKAT SPORTIVITAS SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLADI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG SKRIPSI Oleh : Rully Agustina NIM. 070210192039 PROGRAM

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SENTING SAMBI BOYOLALI TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH OPTIMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus : Masalah Transportasi)

PENYELESAIAN MASALAH OPTIMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus : Masalah Transportasi) PENYELESAIAN MASALAH OPTIMASI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus : Masalah Transportasi) SKRIPSI Oleh Mariana Ramadhani NIM 031810101038 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si

SKRIPSI. Oleh : NURUL AZIZAH NIM : Drs. Alex Harijanto, M.Si PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X.C DI MAN 2 JEMBER TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : NURUL AZIZAH NIM.080210192018

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Esti imaniatun NIM : 7101409296 Prodi : Pend. Ekonomi Akuntansi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KARTU MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KARTU MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KARTU MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI Oleh : Brian Aziz Suryadana NIM. 070210192159 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana S1. Oleh UPIK BAROKAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana S1. Oleh UPIK BAROKAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TERHADAP PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI PATIKRAJA DALAM MEMPELAJARI KONSEP BIOLOGI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta Berdasarkan Sifat Materinya ini dilakukan di tiga SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta Berdasarkan Sifat Materinya ini dilakukan di tiga SMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dengan judul Ragam Pertanyaan Peserta Didik dalam Pembelajaran Biologi SMA Negeri Kelas XI Pelaksana Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Yovanti Armella Putri

SKRIPSI. Oleh : Yovanti Armella Putri KUALITAS SOAL ULANGAN HARIAN YANG DIKEMBANGKAN OLEH GURU PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DAN TINGKAT KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VII DI SMP NEGERI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh : Yovanti

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : FERIKA SARI NIM

SKRIPSI. Oleh : FERIKA SARI NIM PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 TAPANREJO BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : FERIKA SARI NIM 100210204028

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI DiajukanKepadaFakultasIlmuSosialUniversitasNegeri Yogyakarta UntukMemenuhiSebagianPersyaratanGunaMemperoleh

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Ika Agustin NIM

SKRIPSI. Oleh Ika Agustin NIM INOVASI GURU BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM) DAN RELEVANSINYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA/MA DI TANGGUL JEMBER SKRIPSI Oleh Ika Agustin NIM

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI Oleh Tita Riani NIM 080210102050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum lokasi dan subyek penelitian Penelitian ini dilakukan di Prodi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berlokasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN DAUR HIDUP HEWAN MELALUI PENGGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PAPAN BULETIN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN DAUR HIDUP HEWAN MELALUI PENGGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PAPAN BULETIN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN DAUR HIDUP HEWAN MELALUI PENGGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PAPAN BULETIN Siswa Kelas IV SDN Sumbergondo I Tahun Ajaran 2010/2011

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Novita Ardiyansari NIM

SKRIPSI. Oleh Novita Ardiyansari NIM HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN VERBAL DAN PENGUATAN NONVERBAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS II KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KALKULUS DI KELAS XI SMA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya adalah dalam hal melengkapi bahan ajar, meningkatkan kualitas pengajar, maupun

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN

KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN KAJIAN DAYA TARIK OBJEK WISATA PANTAI SUWUK SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PURING KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Oleh. Devi Anggraeni NIM

Oleh. Devi Anggraeni NIM PENGGUNAAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 4 SMA NEGERI 2 PROBOLINGGO SKRIPSI

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER TINGKAT KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENYEDIAAN FASILITAS BELAJAR DAN BIMBINGAN BELAJAR DI RUMAH HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPA (Siswa Mi Darussalam Kecamatan Sumberbaru Jember Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH CARA BELAJAR DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Arif Rahmad Saleh K 3303021 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai Derajat Sarjana (S-1) Oleh: IKHSAN SUSANTI

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai Derajat Sarjana (S-1) Oleh: IKHSAN SUSANTI 1 PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KETERAMPILAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 RAWALO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI TES MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TENGARAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI TES MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TENGARAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI TES MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TENGARAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar

Lebih terperinci

TEKNIK PROBING DALAM PEMBELAJARAN BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN KELAS XA

TEKNIK PROBING DALAM PEMBELAJARAN BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN KELAS XA TEKNIK PROBING DALAM PEMBELAJARAN BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN KELAS XA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN KOMPUTER AKUNTANSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI SEMESTER VIII UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI PAUD ANANDA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR

PENGARUH PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI PAUD ANANDA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR PENGARUH PARTISIPASI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI PAUD ANANDA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : Wike Indriati NIM 070210201065 PROGRAM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ZIADATUS SHA ADHAH NIM

SKRIPSI. Oleh: ZIADATUS SHA ADHAH NIM PENERAPAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) UNTUK MENGURANGI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIIA SMP NEGERI 1 SUKOWONO SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

Tahun Ajaran 2013/2014. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar S-1 di Program Studi Pendidikan Matematika SKRIPSI OLEH:

Tahun Ajaran 2013/2014. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar S-1 di Program Studi Pendidikan Matematika SKRIPSI OLEH: Penerapan Metode Pembelajaran Inquiry Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dan Pemahaman Konsep Matematika Kelas VII MTs Muhammadiyah 2 Jenangan Tahun Ajaran 2013/2014 Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KARAKTER KONSISTEN DAN TELITI SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBASIS LESSON STUDY

PEMBENTUKAN KARAKTER KONSISTEN DAN TELITI SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBASIS LESSON STUDY PEMBENTUKAN KARAKTER KONSISTEN DAN TELITI SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBASIS LESSON STUDY PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG KELAS IX C SMP NEGERI 2 PANTI TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

HALAMAN JUDUL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING HALAMAN JUDUL EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KLATEN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Iin Maristyani NIM

SKRIPSI. Oleh Iin Maristyani NIM ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SUB POKOK BAHASAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS V SDN KARANGANYAR 01 AMBULU JEMBERSEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh Iin Maristyani

Lebih terperinci

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER SKRIPSI Oleh : Yova Agustian Prahara Ema Putra ( 080210102037 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E)

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X B SMA MUHAMMADIYAH 1 RAMBIPUJI SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI MEDIA PICTORIAL RIDDLE PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI MEDIA PICTORIAL RIDDLE PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI MEDIA PICTORIAL RIDDLE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

TOTOK PURDIYANTO NIM.

TOTOK PURDIYANTO NIM. PENERAPAN METODE IMPROVE BERBANTUAN LKS SOAL CERITA MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII B SMP NEGERI 12 JEMBER TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN, DISPLIN KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. DUWA ATMIMUDA KUDUS

PENGARUH KEPEMIMPINAN, DISPLIN KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. DUWA ATMIMUDA KUDUS PENGARUH KEPEMIMPINAN, DISPLIN KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. DUWA ATMIMUDA KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat unyuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN Ratni Sirait Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Skripsi dengan judul Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi

PERSETUJUAN. Skripsi dengan judul Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi PERSETUJUAN Skripsi dengan judul Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta yang disusun oleh Anggar Setiawan, NIM 10603141023 ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta,

Lebih terperinci

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis) SKRIPSI Oleh Jayanti Oktaviana NIM 090210102064 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

CHRISTINA INDAH PUSPITA SARI A

CHRISTINA INDAH PUSPITA SARI A PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI (GI) DALAM UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (PTK Pada Siswa Kelas XI Semester Genap MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA i PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 KECAMATAN BALONG PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 S K R I P S I Diajukan Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Hamdiah Rifa iyati NIM

SKRIPSI. Oleh. Hamdiah Rifa iyati NIM PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (studi kasus pada siswa kelas X.5 pada pokok bahasan konsumsi dan investasi semester genap di MAN 1 Situbondo Kecamatan

Lebih terperinci

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PERMAINAN BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI ISLAMI PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH NGUPASAN I KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS VIIIB DI SMP N 1 SEMANU PADA TEMA CAHAYA DAN MATA SKRIPSI

PENERAPAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS VIIIB DI SMP N 1 SEMANU PADA TEMA CAHAYA DAN MATA SKRIPSI PENERAPAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA KELAS VIIIB DI SMP N 1 SEMANU PADA TEMA CAHAYA DAN MATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Skripsi yang berjudul Persepsi Pengurus Ormawa UNY Terhadap SCOT-Lead

PERSETUJUAN. Skripsi yang berjudul Persepsi Pengurus Ormawa UNY Terhadap SCOT-Lead i PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul Persepsi Pengurus Ormawa UNY Terhadap SCOT-Lead (School of Trainer and Leader) yang disusun oleh Zamzam Adnan FE, NIM 08601241100 ini telah disetujui oleh pembimbing

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia. Oleh: MUNADHIROH NIM :

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Kimia. Oleh: MUNADHIROH NIM : ANALISIS KETERAMPILAN MEMBANGUN KETERAMPILAN DASAR PESERTA DIDIK KELAS XI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI HIDROLISIS DI MA AL-ASROR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII C Semester

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi waktu : SMA Negeri 1 Sukasada : Matematika : X/1 (Ganjil) : 2 x 4 menit (1 pertemuan) I. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPAYA MENINGKATKAN SIKAP KOMUNIKATIF DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MEMAHAMI HUBUNGAN ANTARA SUMBER DAYA ALAM DENGAN LINGKUNGAN TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT MELALUI METODE MIND MAPPING DAN MEDIA VISUAL DI

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI MINAT DAN MOTIVASI MENJADI GURU PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UMS ANGKATAN 2009

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI MINAT DAN MOTIVASI MENJADI GURU PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UMS ANGKATAN 2009 PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI MINAT DAN MOTIVASI MENJADI GURU PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP UMS ANGKATAN 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING

PENERAPAN PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING PENERAPAN PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING UNTUK MENGURANGI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rose Mareta

SKRIPSI. Oleh Rose Mareta PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh: HANDRI CAHYANI A 510 090 095 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GEOLOGIC EXPLORATIONS ON DISK

PENGGUNAAN MEDIA GEOLOGIC EXPLORATIONS ON DISK PENGGUNAAN MEDIA GEOLOGIC EXPLORATIONS ON DISK (GEODe) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KONSEP LITOSFER DI SMA NEGERI 1 PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1

: SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Muhammadiyah Kasihan Bantul Mata Pelajaran : PPKn Kelas/ Semester : VII / 1 Materi Pokok : Perumusan Dasar Negara Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan ( 3 x 40 menit)

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP N 2 Gatak 2015/ 2016) Skripsi Diajukan

Lebih terperinci

: SRI HARTANTI A

: SRI HARTANTI A PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWAPADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARTASURA

Lebih terperinci