BAB V PENUTUP. fasilitator yang membantu berjalannya proses perubaahan tersebut. Kemudian

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan. Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses merubah masyarakat dari suatu kondisi sosial ekonomi yang belum baik menuju kondisi yang lebih baik, dalam proses perubahan tersebut kemudian dibutuhkan adanya peran pendamping atau fasilitator yang membantu berjalannya proses perubaahan tersebut. Kemudian disamping peran dalam pemberdayaan ada strategi pemberdayaan yang merupakan sebuah sarana yang menentukan cepat atau lambat dan berhasil atau tidaknya sebuah agenda pemberdayaan Begitu juga dengan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa. Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Weinberg ( 1981:88 ) bahwa gerakan sosial harus melewati tahap awareness, policy determination dan reform dalam mewujudkan suatu perubahan sosial yang di inginkan di masyarakat 53. berangkat dari sini kemudian peneliti coba untuk menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh KAPSTRA hanya sampai pada tahap membangun awareness di masyarakat, meskipun pendampingan, pelatihan dan pemberian sarana-prasana diberikan tapi hal tersebut belum sampai menjadi policy determination dalam masyarakat dan juga belum mampu merubah tatanan kondisi sosial ekonomi masyarakat ( reform ). 53 Soetomo. Op,cit,. Hal

2 Selama tujuh tahun masa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh KAPSTRA di Dusun Sejati Desa peran KAPSTRA sebagai gerakan mahasiswa dalam melakukan pendampingan dan menjadi fasilitator pemberdayaan bagi masyarakat belum berjalan secara maksimal. Hal ini dikarenakan karena beberapa kepengurusan masih menjalankan program pemberdayaan dengan orientasi sebatas terlaksananya program. Terlihat dari pelaksanaan program pendampingan kelompok tenun yang terlaksana dengan baik di kepengurusan tahun 2009 hingga 2010 namun kemudian tidak terlalu rutin didampingi oleh KAPSTRA kepengurusan tahun 2011 dan sedikit demi sedikit mulai berhenti di tahun selanjutnya. Sampai kemudian karena inkonsistensi tersebut KAPSTRA kepengurusan tahun 2012 hingga 2014 fokus pada pendampingan belajar anak dengan kondisi program pendampingan tenun yang belum selesai didampingi. Selain masalah disorientasi dan inkonsistensi dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh KAPSTRA dalam proses pemberdayaan, strategi pemberdayaan yang digunakan pun cenderung memiliki perbedaan di setiap kepengurusan, tergantung kondisi masyarakat serta kemampuan sumber daya manusia dari KAPSTRA yang melakukan pemberdayaan saat itu. Namun kemudian perubahan strategi tersebut menyebabkan proses pemberdayaan yang dilakukan menjadi tidak efektif. Selain itu beberapa permasalahan seperti adanya missing link dari satu kepengurusan ke kepengurusan selanjutnya yang menyebabkan proses pemberdayaan masyarakat tidak bisa terlaksana dengan baik serta tahapan pemberdayaan yang dilakukan belum sepenuhnya melibatkan masyarakat. 126

3 Permasalahan gerakan mahasiswa yang demikian kemudian membuat KAPSTRA harus mampu mengambil peran dan merumuskan strategi pemberdayaan yang baik untuk gerakan mahasiswa agar pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan, berikut adalah kesimpulan mengenai dinamika pemberdayaan yang terjadi selama tujuh tahun : 1. Fase Pertama Fase pertama atau fase penyadaran diawali proses menjawab masalah yang dialami masyarakat, proses ini diawali oleh pelaku pemberdayaan masyarakat dari KAPSTRA dengan menganalisis kondisi masyarakat, menginventarisir sumber daya yang dimiliki dan selanjutnya merumuskan program pemberdayaan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ada, dan dalam hal ini kemudian yang dirumuskan untuk menyelesaikan permasalahan kekeringan yang terjadi di Dusun Sejati Desa, Moyudan adalah pembangunan SPAM ( Sistem Penyedia Air Minum ), dan hingga akhir fase pertama pemberdayaan 13 hidran berhasil dibangun atas kerjasama mahasiswa, masyarakat dan Dinas PU. Pada fase pertama yang menjadi pekerjaan paling berat adalah proses pemahaman pada masyarakat tentang masalah yang mereka hadapi dan membangun kepercayaan pada masyarakat bahwa masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan bersama, namun seiring 127

4 berjalannya program pemberdayaan dan dengan komunikasi yang intens masyarakat akhirnya bisa paham. Strategi pemberdayaan yang dilakukan pada fase ini adalah strategi pemberdayaan konvensional, dimana masyarakat dan pelaksana program pemberdayaan mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara fleksibel berdasarkan kondisi di lapangan. Pada pelaksanaanya strategi ini memang terkesan tidak terarah tapi kemudian ini diambil karena pada fase pertama pelaku pemberdayaan masyarakat masih mencoba menemukan pola yang baik dalam proses pemberdayaan yang sedang berjalan. 2. Fase Kedua Setelah selesai dengan pembangunan SPAM, pelaku pemberdayaan masyarakat dari KAPSTRA mencoba untuk merumuskan program pemberdayaan berdasarkan hasil analisis masalah dan inventarisir sumber daya masyarakat yang dilakukan pada masa perencanaan fase pertama, dan kemudian dilakukan program pemberdayaan masyarakat berupa pendampingan kelompok pengrajin tenun. Pendampingan yang dilakukan berupa pelatihan tenun dan penyediaan alat tenun mesin atas kerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi ( Disperindagkop DIY ). Selain itu KAPSTRA juga membantu distribusi hasil kerajinan tangan yang dihasilkan. 128

5 Fase kedua adalah masa pengkapasitasan masyarakat, dimana dalam pelaksanaanya masyarakat Dusun Sejati Desa diberikan banyak pelatihan dan pendampingan serta dipertemukan dengan pihak-pihak diluar mahasiswa yang terkait pengembangan program pemberdayaan yang dilakukan, agar masyarakat kedepannya mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. 3. Fase Ketiga. Pada fase ketiga, program pendampingan pengrajin tenun masih dilakukan, dan pengembangan program pemberdayaan terus dilakukan dari tahun ke tahun, selanjutnya kemudian pada tahun kelima pemberdayaan, KAPSTRA melakukan assessment ulang dan evaluasi terhadap program pemberdayaan yang telah dilakukan. Dari hasil asessment itu kemudian KAPSTRA membuat sebuah program pemberdayaan berupa pendampingan pendidikan untuk anak-anak. Program pendampingan belajar anak yang merupakan permintaan langsung dari warga ini kemudian terlaksana tiga tahun berturut-turut dengan berbagai inovasi dalam metode pembelajaran dan kurikulum yang digunakan. Anak-anak yang ikut dalam kegiatan pendampingan belajar ini pun bukan hanya anak-anak Dusun Sejati Desa, Moyudan saja tapi juga anak-anak dari Dusun sekitar. Fase pendayaan pada dasarnya adalah fase dimana pelaku pemberdayaan sudah harus melepaskan masyarakat untuk bisa mengembangkan postensi mereka sendiri dengan menjalankan berbagai 129

6 hal yang sudah diberikan pada fase pengkapasitasan. Sehingga dalam fase ini KAPSTRA lebih fokus pada program pendampingan anak sambil sesekali melakukan pendampingan terhadap kelompok pengrajin tenun. A. Saran. Melihat hasil temuan di lapangan tentang kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa, baik itu dari metode dan strategi pemberdayaan yang dilakukan ataupun sarana pendukung pemberdayaan masyarakat, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Mengingat pemberdayaan masyarakat adalah sebuah agenda yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, gerakan mahasiswa diharapkan mampu merumuskan sebuah rencana jangka panjang dengan perencanaan dan target pencapaian yang jelas dari program pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan. Perencanaan pemberdayaan masyarakat jangka panjang ini penting untuk dilakukan karena periode kepengurusan gerakan mahasiswa hanya satu sampai dua tahun, sehingga dengan adanya rencana jangka panjang yang sudah dibuat diawal dapat membantu masing-masing kepengurusan mengetahui tahapan-tahapan pemberdayaan yang sudah dan akan berjalan untuk menjaga keberlanjutan program 2. Salah satu yang bisa dilakukan dalam mengawal pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai 130

7 dengan rencana jangka pendek maupun panjang yang sudah dirumuskan adalah dengan adanya proses transfer knowledge yang baik. Proses transfer knowledge yang baik adalah solusi untuk permasalahan pemberdayaan masyarakat oleh gerakan mahasiswa yang seringkali harus mengulang pendekatan di masyarakat disetiap awal kepengurusan baru, padahal hal yang sama sudah dilakukan di kepengurusan selanjutny, hal ini membuat pelaksanaan pemberdayaan masyarakat menjadi tidak efektif. proses transfer knowledge yang dilakukan agar lebih efektif adalah dengan melibatkan mahasiswa angkatan selanjutnya dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi, sehingga mereka dapat belajar langsung dari lapangan, dan harapannya mereka bisa melanjutkan apa yang sudah dilakukan pada kepengurusan sebelumnya tanpa harus memulai dari awal. 3. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk membuat masyarakat menjadi berdaya, maka penting untuk melibatkan masyarakat pada tahap perencanaan pemberdayaan bukan hanya pada saat pelaksanaan program pemberdayaan, karena pelibatan masyarakat pada saat perencanaan membuat mereka memahami proses menganalisis masalah dan menemukan solusinya. 131