BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sepenuhnya berhasil dan menjawab kebutuhan anak-anak di jalanan. Strategi yang

Transkripsi

1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian, dapat disumpulkan bahwa program penanganan anak jalanan berbasis masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah dan FK PSM belum sepenuhnya berhasil dan menjawab kebutuhan anak-anak di jalanan. Strategi yang dilakukan untuk menangani masalah anak jalanan di Kota Yogyakarta dengan menerapkan program penanganan anak jalanan berbasis masyarakat yang menekankan pada pendekatan sosial dan menjauhkan pendekatan represif. Berikut merupakan rincian kerangka kerja strategi penanganan anak jalanan berbasis masyarakat yang dilakukan oleh FK PSM: 1. Tahap Engagement, Intake Dan Kontrak (Tahap Sapaan) Tahap ini adalah tahap permulaan pekerja sosial bertemu dengan klien (anak jalanan). Dalam proses ini terjadi pertukaran informasi mengenai apa yang dibutuhkan klien, pelayanan apa yang dapat diberikan oleh pekerja sosial dan lembaga sosial dalam membantu memenuhi kebutuhan klien atau memecahkan masalah klien. Dengan demikian terjadilah proses saling mengenal dan tumbuhnya kepercayaan klien kepada pekerja sosial. 2. Tahap Assessment Anak Jalanan (Tahap Penjangkauan) Proses pengungkapan dan pemahaman masalah klien, yang meliputi: bentuk masalah, ciri-ciri masalah, ruang lingkup masalah, faktor-faktor penyebab masalah, akibat dan pengaruh masalah, upaya pemecahan masalah terdahulu yang 125

2 pernah dilakukan klien (hasil dan kegagalannya), kondisi keberfungsian klien saat ini dan berdasarkan hal itu semua maka dapatlah ditetapkan fokus atau akar masalah klien. 3. Tahap Perencanaan Pembuatan Intervensi (Tahap Penjangkauan) Proses rasionalisasi yang disusun dan dirumuskan oleh pekerja sosial yang meliputi kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah klien, apa tujuan pemecahan masalah tersebut, siapa sasarannya serta bagaimana cara memecahkan masalah tersebut di masa mendatang. 4. Tahap Melaksanakan Program (Tahap Pembinaan) Berdasarkan rencana intervensi diatas maka selanjutnya pekerja sosial mulai melaksanakan program kegiatan pemecahan masalah klien. Dalam pelaksanaan pemecahan masalah ini hendaknya pekerja sosial melibatkan klien secara aktif pada setiap tahapan. 5. Tahap Evaluasi (Tahap Pendampingan) Pada tahap ini pekerja sosial harus mengevaluasi kembali semua kegiatan pertolongan yang sudah dilakukannya untuk melihat tingkat keberhasilannya, kegagalannya atau hambatan-hambatan yang terjadi. Ada dua aspek yang harus dievaluasi oleh klien, yaitu tujuan hasil dan tujuan proses. 6. Tahap Terminasi (Pengakhiran Atau Pemutusan Kegiatan Pertolongan) Tahap ini dilakukan bilamana tujuan pertolongan telah dicapai atau bilamana terjadi kegiatan referralatau bilamana karena alasan-alasan yang rasional klien meminta pengakhiran pertolongan atau karena adanya faktor-faktor 126

3 eksternal yang dihadapi pekerja sosial atau karena klien lebih baik dialihkan kepada lembaga-lembaga atau tenaga ahli lainnya yang lebih berkompeten. Tahapan-tahapan program ini belum sepenuhnya dilaksanakan oleh tim ketugasan sesuai dengan sistem dan aturan yang telah ditetapkan. Tahapan sapaan yang dilakukan langsung dijalanan juga masih belum intensif dilakukan mengingat seharusnya tahapan ini adalah tahapan awal dan harus sering dilakukan untuk membangun komunikasi yang intens dengan anak jalanan. Tahapan pembinaan di panti sosial masih hanya sebatas pendataan dan kemudian dilepaskan lagi dan belum ada tindakan lanjut dari tahapan ini. Kekerasan juga masih sering dilakukan oleh petugas di lapangan maupun di panti sosial. Penanganan yang dilakukan FK PSM dan pemerintah selama ini juga terkesan sangat sistematis dan kaku berdasarkan kebijakan formal yang telah ditetapkan. Padahal seharusnya penanganan anak jalanan akan lebih baik jika menyesuaikan dengan kondisi di lapangan dan sesuai dengan apa kebutuhan dari setiap anak jalanan yang sebenarnya. Anak jalanan sendiri memiliki kebutuhan atau keinginan terhadap pemerintah, masyarakat maupun program yang sedang dijalankan pemerintah. Sebagian besar dari mereka memiliki keinginan yang sama mengenai kelangsungan kehidupan mereka di jalanan. Terkadang penanganan yang dilakukan pemerintah tidak menjawab kebutuhan anak sehingga anak-anak jalanan tersebut kembali lagi ke jalanan. Bantuan yang diberikan pemerintah hanya bersifat sementara, sedangkan setiap anak jalanan memiliki kebutuhan yang berbeda. 127

4 Secara garis besar, penanganan yang dilakukan pemerintah dan FK PSM belum sepenuhnya berhasil, mengingat setiap tahapan penanganan yang telah ditentukan belum terlaksana secara keseluruhan. Penanganan yang dilakukan juga sebagian besar belum mampu menjawab kebutuhan anak jalanan. Akan lebih baik jika penanganan dan tindakan yang dilakukan di lapangan bersifat spontan dan berdasarkan latar belakang dan kebutuhan setiap anak, mengingat kebutuhan dan latar belakang anak jalanan yang berbeda setiap orangnya. Kemampuan tim ketugasan di lapangan juga merupakan point penting. Mereka harus mampu membangun komunikasi dengan anak jalanan. Latar belakang tim ketugasan yang berasal dari masyarakat umum merupakan tugas penting bagi FK PSM untuk melatih masyarakat umum dalam menyapa dan mendata anak di jalanan. Maka dari itu, penanganan anak jalanan berbasis masyarakat ini akan berhasil dilakukan dengan adanya komunikasi yang baik antara tim ketugasan dengan anak jalanan dan juga komunikasi antar stakeholder lain seperti pembina panti dan instansi-instansi lain yang terkait. 128

5 7.2. Saran 1. Saran Untuk Pemerintah (Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Yogyakarta) - Peran pemerintah khususnya Dinas Sosial hendaknya lebih ditingkatkan lagi, mengingat lemabaga ini sebagai pemangku kepentingan tertinggi dalam masalah penanganan anak jalanan. Anggota-anggota dari Dinsosnakertrans hendaknya melibatkan diri dalam kegiatan penangan yang dilakukan oleh FK PSM. Jadi bukan hanya pelibatan masyarakat secara umum, namun pemerintah juga menurunkan anggota-anggota yang sudah terlatih melalui pelatihan yang telah dilakukan sebelumnya. - Menetapkan kebijakan berdasarkan evaluasi dari hasil kebijakan tahun sebelumnya, sehingga penanganan yang dilakukan bersifat berkelanjutan agar masing-masing anak yang telah ditangani dapat di kontrol perkembangannya juga. 2. Saran untuk FK PSM - Perekrutan terhadap pekerja sosial dalam melaksanakan tugas di jalanan hendaknya diperketat dengan menerapkan beberapa aturan atau standart tertentu. Sehingga pekerja sosial yang bergabung dalam penanganan anak jalanan ini mampu melakukan tugasnya dengan baik di jalanan nantinya. - Memberikan pelatihan terhadap pekerja sosial sebelum mereka diturunkan ke jalan. Pelatihan tersebut berisi pemberian pengetahuan 129

6 terhadap pekerja sosial mengenai cara mendekati anak dijalanan, cara berkomunikasi yang baik dengan anak jalanan dan cara mengambil keputusan untuk pemberian rekomendasi anak dijalanan (jika dibutuhkan). - Mengambil keputusan dan rekomendasi terhadap anak dengan melibatsertakan anak dan keluarga anak secara penuh. Jadi pengambilan keputusan bukan hanya dilakukan dengan rapat koordinasi dengan tim ketugasan namun juga melibatkan dan mementingkan kebutuhan dan kemauan anak agar keputusan yang diambil tepat sasaran pada akhirnya. - Memvariasikan jenis pelatihan yang diberikan kepada anak jalanan sebagai modal awal dasar kelak untuk anak jika sudah selesai dilakukan pembinaan di FK PSM. - FK PSM hendaknya menjalin kerjasama dengan beberapa stakeholder terkait mengenai tindakan lanjutan yang akan diberikan kepada anak. Hendaknya FK PSM memiliki banyak pilihan lembaga yang akan dirujuk untuk pembinaan dan penanganan terhadap anak nantinya. - Melakukan tindakan monitoring secara terus menerus kepada anak yang sedang dalam proses penanganan hingga anak tersebut dikatakan mampu berdiri sendiri atau tidak dalam usia penanganan lagi. 130