TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan yang tersedia untuk kegiatankegiatan pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan (kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Dalam teori Malthus, pengertian krisis pangan adalah dalam arti persediaan terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi semua penduduk dunia. Namun, keterbatasan stok pangan bisa diakibatkan oleh dua hal, yakni karena volume produksi rendah (yang disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah penduduk bertambah, atau akibat distribusi yang tidak merata (Tambunan, 2003). Berkembang pesatnya penduduk beserta seluruh aktivitas sosial, ekonomi dan politik telah menimbulkan tantangan dan masalah yang sangat kompleks dan sangat mempengaruhi upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Situasi krisis pangan yang dialami oleh berbagai bangsa termasuk Indonesia, memberikan pelajaran bahwa ketahanan pangan harus diupayakan sebesar mungkin bertumpu pada sumberdaya nasional dengan keragaman antar daerah, karena ketergantungan menyebabkan kerentanan yang tinggi. Tidak satupun negara dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan tanpa terlebih dahulu mengatasi masalah ketahanan pangannya. Oleh sebab itu, perwujudan ketahanan pangan yang bertumpu pada sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya lokal telah menjadi komitmen nasional untuk diwujudkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

2 bersama masyarakat dalam arti luas termasuk dunia usaha yang bergerak di bidang pangan (Suryana, 2003). Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Kementerian Pertanian menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun yakni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar (BPK, 2012). Jagung sebagai bahan pangan merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Namun, jagung di Indonesia belum sepenuhnya menjadi komoditas yang dapat diandalkan. Selain karena petani jagung masih menerapkan sistem pengolahan lahan secara tradisional, disisi lain harga dan pasar jagung masih jauh dari yang diharapkan oleh petani. Padahal, jagung masih banyak dibutuhkan untuk bahan baku berbagai industri. Jagung banyak dibutuhkan untuk industri pakan ternak. Indonesia akhir-akhir ini mampu menyerap kurang lebih ton jagung pipilan kering setiap bulannya. Menurut survei di lapangan, penggunaan jagung sebagai pakan ternak terus meningkat dengan kenaikan sekitar 10 % untuk setiap tahun. Sementara itu, industri lain, khususnya industri makanan, juga masih banyak membutuhkan jagung. Misalnya, industri gula jagung, tepung meizena, industri rumah tangga, industri farmasi, dan sebagainya (Martodireso dan Widada, 2002).

3 Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas, yaitu antara 580 LU LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur C. Jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun, tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan ph tanah (keasaman tanah) antara 5,5-7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Terdapat beberapa jenis jagung yang dapat ditanam di Indonesia, yaitu dent corn (jagung gigi kuda-zea mays indentata) dan flint corn (jagung mutiara-zea mays indurata). Jagung mutiara berbentuk bulat dan umumnya berwarna putih. Biji bagian luar keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung jenis lokal Indonesia umumnya adalah tipe jagung mutiara. Jenis jagung lain, seperti sweet corn (jagung manis-zea mays saccharata) dan pop corn (jagung berondong-zea mays everta) mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Di beberapa daerah terdapat jagung ketan atau waxy corn (Zea mays ceratina) yang memiliki kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung ketan (Purwono dan Heni, 2007). Usaha peningkatan produksi jagung nasional dilakukan dengan upaya penambahan luas tanam dan peningkatan produktivitas melalui pengenalan varietas unggul. Upaya peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis, dan tepat komposisi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi (BKP, 2011).

4 Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian-bagian tanaman jagung sebagai berikut. a) Batang dan daun muda untuk pakan ternak b) Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos c) Batang dan daun kering untuk kayu bakar d) Batang jagung untuk lanjaran (turus) e) Batang jagung untuk pulp (bahan kertas) f) Buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, dan sambal goreng Secara garis besar kegunaan jagung dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. 1. Bahan pangan Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti nasi jagung, bubur jagung, jagung campuran beras, dan banyak lagi makanan tradisional yang berasal dari jagung. 2. Bahan pakan tenak Jagung merupakan salah satu bahan campuran pakan ternak. Bahkan, di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, shorgum, hijauan dan tepung ikan. Pakan berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh. 3. Bahan baku industri Produk olahan jagung banyak beredar di pasaran. Produk olahan jagung tersebut, umumnya berasal dari industri rumah tangga hingga industri besar. Beberapa

5 industri yang mengolah jagung menjadi produk, secara garis besar adalah sebagai berikut. industri giling kering, yaitu menghasilkan tepung jagung industri giling basah, yaitu mengahasilkan pati, sirup,gula jagung, minyak, dan dextrin industri destilasi dan fermentasi, yaitu industri yang menghasilkan etil alkohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain-lain (Purwono dan Rudi, 2005) Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara karena terindikasi membawa bibit penyakit mulut dan kuku (Purwono dan Rudi, 2005). Karakteristik pasar dan pola produksi komoditas jagung merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap sistem pasar komoditas tersebut. Karakteristik pasar jagung dicirikan sebagai berikut.

6 1. Produksi jagung bersifat musiman dan rentan terhadap bencana alam, sehingga penawaran jagung sangat fluktuatif. Usahatani secara intrinsik mengandung resiko produksi (production risk) yang tinggi. Resiko produksi jagung yang tinggi dapat mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga petani, perekonomian desa maupun ketahanan pangan nasional. 2. Dalam pemasaran hasil posisi tawar petani jagung cenderung lemah, dikarenakan : (a) umumnya petani menjual jagung segera setelah panen dalam bentuk tongkol atau pipilan basah bahkan secara tebasan; (b) petani dihadapkan pada kebutuhan uang tunai untuk penggarapan lahan pertanaman berikutnya, karena itu nilai tambah dari pasca panen lebih banyak diminati oleh para pedagang, dan (c) penawaran jagung tidak elastis dan pasar jagung tersegmentasi secara lokal. 3. Perpaduan antara produksi jagung yang fluktuatif, dan penawaran jagung yang tidak elastis menyebabkan fluktuasi harga jagung di tingkat petani sangat tinggi dan tidak menentu. Ini berarti di samping resiko produksi, petani jagung juga menghadapi resiko harga (price risk) yang tinggi sehingga secara keseluruhan resiko usahatani jagung sangat tinggi. Fluktuasi produksi dan harga jagung juga merupakan resiko usaha bagi pedagang jagung yang diinternalisasikan ke dalam ongkos (marjin) pemasaran yang lebih tinggi. Pada kondisi tertentu, intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga jagung bermanfaat untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri guna pemantapan ketahanan pangan dan pemacuan perekonomian desa. 4. Harga jagung di tingkat konsumen dan di tingkat produsen (petani) bersifat asimetri. Ini berarti, peningkatan harga jagung di tingkat konsumen tidak

7 ditransmisikan secara sempurna ke harga jagung di tingkat petani. Dengan demikian, fluktuasi harga jagung cenderung merugikan petani dan konsumen (Litbang, 2010). Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menetapkan kebijakan harga referensi daerah (HRD) jagung tahun 2012 sebesar Rp 2.133/kg pipilan kering. Dengan standart yang telah ditetapkan sebagai berikut. 1. Kadar air 17% 2. Aflatoxin maksimal 50 pbb 3. Tidak berjamur 4. Kotoran, biji rusak/mati, campuran dan lain-lain maksimal 3% (BKP, 2012). Harga hasil-hasil pertanian dalam jangka pendek, cenderung mengalami naik dan turun yang relatif besar. Harga bisa mencapai tingkat yang sangat tinggi pada suatu masa, sebaliknya akan mengalami kemerosotan yang buruk pada masa berikutnya. Ketidakstabilan harga tersebut dapat disebabkan oleh permintaan dan penawaran terhadap barang pertanian yang sifatnya tidak elastis. Sifat ini menyebabkan perubahan yang sangat besar terhadap tingkat harga apabila permintaan atau penawaran mengalami perubahan. Faktor yang menimbulkan ketidakstabilan harga pertanian yaitu naik turunnya penawaran dan permintaan. Ketidakstabilan yang bersumber dari perubahan penawaran Tingkat produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar kemampuan petani untuk mengendalikannya. Produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor alamiah. Pada umumnya produksi hasil pertanian

8 selalu berubah-ubah dari satu musim ke musim lainnya. Perubahan musiman ini terutama dipengaruhi oleh keadaan cuaca, iklim dan faktor-faktor alamiah yang lain. Selain itu, serangan hama tanaman dan binatang pengganggu juga dapat menimbulkan pengaruh yang penting terhadap perubahan produksi hasil pertanian. Pada periode jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis. Di dalam jangka panjang, hal ini disebabkan karena elastisitas permintaan pendapatan terhadap barang pertanian rendah, yaitu kenaikan dalam pendapatan hanya menimbulkan kenaikan yang kecil saja terhadap permintaan. Di dalam jangka pendek, permintaan terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis karena kebanyakan hasil-hasil pertanian merupakan barang kebutuhan pokok harian, yaitu digunakan setiap hari. Walaupun harganya sangat meningkat namun jumlah yang sama masih tetap harus dikonsumsi. Sebaliknya pada waktu harga sangat merosot, konsumsi tidak akan banyak bertambah karena kebutuhan konsumsi yang relatif tetap. Oleh karena sifat permintaan atas barang pertanian yang tidak elastis tersebut, maka harga akan mengalami perubahan yang sangat besar sekiranya penawaran hasil pertanian mengalami perubahan. Ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh perubahan permintaan Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian bersifat tidak elastis, yaitu yang pertama adalah karena barang-barang pertanian dihasilkan secara musiman. Kedua, beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum hasilnya dapat diperoleh. Tanaman ini seperti tanaman buah-buahan dan bahan mentah. Penawaran barang pertanian yang sukar berubah tersebut diikuti pula oleh ketidakelastisan permintaannya dapat

9 menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan (Sukirno, 2005). Penawaran dan permintaan bertentangan dalam menentukan harga suatu barang. Pada satu pihak menginginkan harga turun, sedangkan pihak lain menginginkan harga naik. Apabila kedua sisi ini dipertemukan maka diperoleh suatu titik tengah yang disebut dengan titik keseimbangan. Pada titik keseimbangan tersebut akan diperoleh harga keseimbangan dan jumlah barang keseimbangan. Sama halnya dengan penawaran dan permintaan jagung, dimana satu pihak menginginkan harga turun dan pihak lain menginginkan harga naik (Bangun, 2007). Landasan Teori Penawaran Fungsi penawaran ialah fungsi yang menyatakan hubungan harga dari suatu barang dengan jumah barang tersebut yang ditawarkan. Hukum penawaran menyebutkan bahwa bila harga naik, jumah barang yang ditawarkan bertambah dan sebaliknya bila harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula (Desmizar dan Kasir, 2003). Kurva penawaran adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah penawaran suatu barang. Ciri kurva penawaran antara lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslop positif artinya perubahan harga searah dengan perubahan jumlah penawaran suatu barang. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q. Kurva penawaran tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini (Bangun, 2007).

10 P P 2 P 1 P 0 Q Q 0 Q 1 Q 2 Gambar 1. Kurva Penawaran Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah sebagai berikut (Rahim dan Diah, 2008). a. Harga input Besar kecilnya harga input akan mempengaruhi jumlah input (faktor produksi) yang dipakai. Sebagai contoh, bila harga faktor produksi menurun produsen cenderung akan membelinya dalam jumlah yang relatif besar. b. Harga komoditas itu sendiri Jika harga semakin murah, penawaran terhadap produk itu berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan hukum penawaran, bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang ditawarkan akan bertambah dan begitu juga sebaliknya. c. Harga komoditas lain Adanya perubahan harga produksi alternatif lain menyebabkan terjadinya jumlah peningkatan produksi atau semakin menurun. Contohnya, bila produsen menganggap harga produk lain lebih baik dari harga produknya menyebabkan produsen beralih mengusahakan produk lain tersebut.

11 d. Teknologi Perbaikan teknologi atau penggunaan teknologi baru sebagai pengganti teknologi lama akan meningkatkan produksi. Selain itu, kemajuan teknologi menurunkan biaya produksi. e. Jumlah lembaga pemasaran Apabila jumlah lembaga pemasaran suatu produk semakin banyak, penawaran produk tersebut akan bertambah. f. Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang Banyak petani yang bisa meramalkan harga komoditas naik atau turun di masa datang. Hal tersebut merupakan pengalaman petani selama beberapa tahun mengusahakan komoditas tersebut. Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa, bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana yang menjelaskan hubungan antara tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran komoditas pertanian adalah. SS = ff(pppp, PPPP, PPPP, TT, NNNNNN, HHHHHHHH) Dimana: S Pi Px Py T Nlp = penawaran akan komoditas pertanian = harga input = harga komoditas itu sendiri = harga komoditas lain = teknologi = jumlah lembaga pemasaran Hpro = Harapan produsen terhadap harga produk di masa datang

12 Permintaan Permintaan masyarakat terhadap barang tertentu berarti kesediaan masyarakat untuk membeli sejumlah barang tertentu, pada tingkat harga tertentu pula. Dengan demikian, kalau tingkat harga barang tertentu tinggi, maka masyarakat hanya bersedia membeli barang tersebut relatif sedikit, kalau dibandingkan kesediaan masyarakat untuk membeli barang tersebut pada tingkat harga yang rendah. Hukum permintaan menyebutkan bahwa, bila harga turun jumlah barang akan bertambah dan sebaliknya bila harga naik, jumlah yang diminta berkurang dengan anggapan lainnya tetap (Desmizar dan Kasir, 2003). Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menghubungkan antara harga dengan jumlah permintaan suatu barang. Ciri dari kurva permintaan antara lain, garis tersebut turun dari kiri atas ke kanan bawah, dan berslop negatif yang menggambarkan bahwa kedua variabel tersebut berhubungan secara terbalik. Sumbu tegak menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah jumlah barang yang diminta atau Q (Bangun, 2007). P P P P Q Q 2 Q 1 Q 0 Gambar 2. Kurva Permintaan

13 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian adalah sebagai berikut. a. Harga komoditas itu sendiri Jika harga semakin murah, permintaan terhadap produk itu bertambah. Hal tersebut berkaitan dengan hukum permintaan, bila harga suatu komoditas naik, cateris paribus, jumlah komoditas yang diminta akan berkurang dan begitu juga sebaliknya (Rahim dan Diah, 2008). b. Harga komoditas lain Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang ditentukan berdasarkan sifatnya, yaitu barang substitusi dan barang komplementer (Bangun, 2007). c. Pendapatan Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat sehingga permintaan akan suatu komoditas meningkat (Rahim dan Diah, 2008). d. Selera Selera juga dapat mempengaruhi permintaan. Apabila selera masyarakat terhadap suatu barang tinggi, maka perimintaan akan barang tersebut juga tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila selera masyarakat terhadap suatu barang rendah, maka permintaan akan barang tersebut juga rendah. e. Jumlah penduduk Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi jumlah permintaan akan suatu barang. Sebaliknya, permintaan akan suatu barang akan semakin berkurang apabila jumlah penduduk semakin berkurang (Bangun, 2007).

14 f. Kualitas komoditas Kualitas komoditas yang bagus akan meningkatkan permintaan. Semakin tinggi kualitas suatu barang, maka semakin tinggi minat masyarakat (Rahim dan Diah, 2008). g. Perkiraan harga di masa mendatang Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang dapat berpengaruh terhadap jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan akan berang tersebut akan bertambah. Demikian sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang turun pada masa yang akan datang, maka permintaan pada saat sekarang akan berkurang (Bangun, 2007). Dalam Rahim dan Diah (2008) dituliskan bahwa bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian di atas adalah sebagai berikut. DD = ff(pp xx, PP yy, II, TT, NN, QQ, EEEEEE) Dimana: D Px Py I T N Q EsP = permintaan komoditas = harga komoditas itu sendiri = harga komoditas lain = pendapatan = selera = jumlah penduduk = kualitas komoditas = perkiraan harga di masa mendatang

15 Kurva permintaan dapat diturunkan dari meminimisasikan pengeluaran dengan kendala utilitas harus mencapai tingkat tertentu sebesar U 0, yang akan menghasilkan kurva permintaan Hicks. Gambar 3 panel (a) menggambarkan konsep uitilitas, aksis horizontal menggambarkan barang X dan vertikal menggambarkan konsumsi barang lainnya (Y). Garis MM 0 - mm 0 menggambarkan garis anggaran (budget line) dalam kondisi awal. Titik persinggungan antara kurva UU 0 dengan garis MM 0 - mm 0, pada titik A merupakan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y. Gambar 3 panel (b) menggambarkan bagaimana kurva dari barang X diturunkan dari maksimisasi utilitas. Pada kondisi awal harga sebesar po, titik A pada panel (a) dipetakan pada panel (b) sebagai titik a. dimisalkan terjadi penurunan harga dari PP 0 ke PP 1, maka garis anggaran MM 0 - mm 0 bergerak menjadi MM 0 - mm 1. Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas konstan. Artinya, bagaimana konsumen tetap berada pada utilitas semula dengan adanya perubahan harga dari PP 0 ke PP 1. Salah satu cara adalah dengan mengubah pendapatan konsumen (dalam hal ini menurunkan pendapatan dari MM 0 ke MM 1 ), sehingga konsumen tersebut tetap berada pada tingkat kepuasan semula. Garis anggaran baru, yakni MM 1 -mm 1 yang merupakan garis pararel dengan MM 0 - mm 1, adalah garis yang menggambarkan perubahan pendapatan tersebut. Titik perpotongan antara garis anggaran MM 1 -mm 1 dengan kurva indiferen lama U 0 menghasilkan tingkat konsumsi barang X sebesar X2, jika titik ini dipetakan dengan titik harga baru pada tingkat PP 1 pada panel (b), akan diperoleh titik perpotongan c. Sekarang jika titik perpotongan a dengan titik perpotongan c dihubungkan, akan diperoleh kurva permintaan Hicks yang dapat dilihat pada gambar berikut (Fauzi, 2010).

16 Y MM 0 MM 1 A C UU 1 UU 0 X0 X2 mm 0 mm 1 mm 2 X Harga (a) a PP 0 PP 1 c X0 X2 X (b) Gambar 3. Kurva Permintaan Hicks

17 Model Cobweb Dalam Analisis Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Teori mengenai penawaran dan permintaan pada halaman dianalisis dengan sistem statis. Menurut Simatupang (1995), sistem statis tidak dipengaruhi atau tidak bergantung pada perubahan waktu. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem statis hubungan antara variabel-variabel yang relevan berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan statis: untuk merumuskan rencana-rencana permintaan sebuah rumah tangga harga suatu barang untuk periode yang akan datang adalah P1, maka rumah tangga yang bersangkutan akan membeli X1; dan bilamana harga pada periode yang akan datang adalah P2, maka rumah tangga tersebut akan membeli barang sebanyak X2 dan seterusnya. Dalam Simatupang (1995), di sisi lain ada sistem yang dipengaruhi oleh perubahan waktu yaitu sistem dinamis. Dalam Winardi (1976) dikatakan bahwa dalam sistem dinamis hubungan antara variabel-variabel relevan, nilainya tidak berhubungan dengan waktu yang sama atau periode waktu yang sama. Contoh hubungan dinamis: diasumsikan bahwa permintaan sebuah rumah tangga untuk barang tertentu pada periode yang akan datang (ceteris paribus), bukan saja tergantung dari harga barang tersebut pada periode yang akan datang, tetapi juga pada harga-harga yang diperkirakan pada periode-periode sebelum. Maka terdapat suatu hubungan antara variabel-variabel yang berhubungan dengan berbagai periode waktu. Sistem dinamis memakai waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Sebagai contoh di dalam setiap perekonomian senantiasa terdapat perubahan

18 secara kontinu dan penyesuaiannya terhadap perubahan. Apabila ekonom ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan ke arah keseimbangan, keterlambatan-keterlambatan waktu (time lags) pada penyesuaianpenyesuaian terhadap perubahan, maka secara eksplisit ekonom tersebut akan memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan. Oleh sebab itu, ekonom tersebut bekerja dengan sebuah sistem dinamis (dynamic system) (Simatupang, 1995). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem dinamis dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Misalnya, sistem permintaan yang diwakili oleh persamaan deret waktu y = f(t), dengan berubahnya waktu, permintaan juga akan berubah. Sistem dinamis mempunyai dua ciri. Pertama adalah sifatnya yang dinamis, terjadi perubahan kuantitas dengan berubahnya waktu. Ciri kedua adalah terdapatnya umpan balik. Sistem dinamis mendekati permasalahan dengan mengamati proses umpan balik yang berada dibelakang semua perubahan yang teramati (Simatupang, 1995). Salah satu sistem dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Kasus Cobweb dapat dibagi menjadi 3 yaitu. a) Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap. b) Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan c) Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang semakin membesar (Setiawan, 2010).

19 Gambar 4. Kasus Cobweb Dalam kasus I, harga keseimbangan adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 20 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi maka jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke

20 pasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi. Dalam kasus II, harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya 35. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga menyebakan produsen juga memperkecil produksinya (27,5) lagi dan demikian seterusnya. Perbedaan terpenting dari kasus I dan kasus II adalah kurang elastisnya kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus menjurus kepada harga keseimbangan yang lama (Rp 30). Pada kasus III, kurva penawarannya elastis sekali sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah eksplosi. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka elastisitas permintaan sama dengan angka elastisitas penawaran, menyatu (convergen) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil. Ketiga kasus Cobweb di atas merupakan perilaku dan respon petani pada umumnya. Serupa dengan kasus di atas, perilaku dan reaksi petani yang ada di Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam tanaman x

21 musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman x naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit (Setiawan, 2010). Keputusan output produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan aktual. Seperti dalam produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului dalam waktu yang cukup panjang dari panen dan penjualan hasil. Dalam model Cobweb diasumsikan bahwa keputusan produksi pada periode t+1 (akan datang) didasarkan pada harga Pt yang berlaku sekarang. Jadi diperoleh fungsi penawaran yang ketinggalan atau lagged. QQQQ, tt + 1 = SS(PPPP).... (1) Atau secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dengan satu periode. QQQQQQ = SS(PPPP 1)...(2) Dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya, dan penawaran jagung tahun sebelumnya. Sehingga fungsi penawaran persamaan (1) dan (2) berubah menjadi: Qs t+1 = f(p t, Pf t, Qs t ) atau Qst = f(p t-1, Pf t-1, Qs t-1 )...(3) Faktor yang digunakan adalah pupuk urea dari beberapa pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman jagung. Hal ini dikarenakan pada umumnya pupuk urea memiliki volume yang dominan dalam budidaya tanaman jagung. Dimana dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 300 kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak 100 kg/ha, dan KCL sebanyak 50 kg/ha (Warisno, 1998).

22 Seperti halnya penawaran, permintaan dapat ditunjukkan dalam bentuk fungsi matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor. Dalam kajian ini, permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun sekarang, jumlah perusahaan pakan ternak tahun sekarang, dan permintaan tahun sebelumnya. Sehingga fungsi permintaan sebagai berikut. QQQQ tt = ff( PP tt, JJJJJJ, QQQQ tt 1 ) (4) Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan permintan terjadi jika Qs = Qd. Kerangka Pemikiran Penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh para produsen pada berbagai tingkat harga. Permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh para konsumen pada berbagai tingkat harga. Dalam sektor pertanian terdapat tenggang waktu antara pengambilan keputusan produksi dengan realisasi produksi. Keputusan produksi dibuat satu periode sebelum realisasi penjualan produk. Apabila keputusan produksi diambil pada waktu t berdasarkan pada harga yang terjadi pada waktu t, yaitu Pt, produk tidak terealisasi pada waktu t, sehingga Pt tidak berpengaruh terhadap produksi tahun t atau Qt melainkan Qt+1. Di dalam kajian ini, penawaran jagung tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh harga jagung tahun sebelumnya (tahun t-1), harga pupuk urea tahun sebelumnya

23 (tahun t-1), dan penawaran jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Sedangkan permintaan jagung tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga jagung tahun sekarang (tahun t), jumlah industri tahun sekarang (tahun t), dan permintaan jagung tahun sebelumnya (tahun t-1). Keseimbangan akan tercapai jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut. Faktor yang mempengaruhi: - harga jagung sebelumnya - harga pupuk urea sebelumnya - penawaran jagung sebelumnya Permintaan Penawaran Faktor yang mempengaruhi : - harga jagung sekarang - jumlah industri pakan ternak sekarang Keseimbangan Keterangan: : Menyatakan Pengaruh Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

24 Hipotesis Penelitian 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sebelumnya, harga pupuk urea tahun sebelumnya dan penawaran jagung tahun sebelumnya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jagung di Sumatera Utara adalah harga jagung tahun sekarang, jumlah industri pakan ternak tahun sekarang dan permintaan jagung tahun sebelumnya. 3. Penawaran dan permintaan jagung di Sumatera Utara adalah konvergen atau menuju keseimbangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan dan penawaran suatu barang dan jasa berkaitan dengan interaksi antara pembeli dan penjual di pasar yang akan menentukan tingkat harga suatu barang

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

Varietas Menentukan Hasil Produksi

Varietas Menentukan Hasil Produksi Varietas Menentukan Hasil Produksi Oleh : Olfa Dafid 10712029 PROGRAN STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jagung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung termasuk dalam famili graminae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut : Kingdom Divisio Sub divisio Kelas

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA ANALISIS KESEIMBANGAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA Septionery Sibuea *), Thomson Sebayang **) dan Satia Negara Lubis **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012). 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 137 143 ISSN : 1411-1063 ANALISIS RENTABILITAS EKONOMI USAHATANI JAGUNG (Zea mays) DI DESA KALIORI KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS Winarsih Badan Pelaksana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung adalah salah satu komoditas yang penting di Indonesia setelah beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber pangan penduduk yang tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat penting. Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah padi. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau sweet corn ialah salah satu tanaman pangan yang mempunyai prospek penting di Indonesia. Hal ini disebabkan jagung

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha/proyek yang akan dilaksanakan. Demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai dan terjangkau oleh seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industry pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung semi adalah jagung manis yang dipanen saat masih muda. Di Asia, jagung semi sangat populer sebagai sayuran yang dapat dimakan mentah maupun dimasak. Budidaya jagung

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor pertanian sebagai tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk. Keberadaan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena kedudukannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung memiliki kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Data Botanis Tanaman Kentang Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki peran penting untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Kentang layak untuk diusahakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya. PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN 1. Permintaan dan penawaran 2. biaya, produksi, dan keuntungan TIK : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan pertanian PERMINTAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung 47 4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung Rantai pasok jagung merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan pada sentra jagung, pedagang atau pengumpul, pabrik tepung jagung, hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci