PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PADA IBU DAN ANAK DIDIK TK LABSCHOOL UNNES DENGAN MENGGUNAKAN BONEKA GENDER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PADA IBU DAN ANAK DIDIK TK LABSCHOOL UNNES DENGAN MENGGUNAKAN BONEKA GENDER"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PADA IBU DAN ANAK DIDIK TK LABSCHOOL UNNES DENGAN MENGGUNAKAN BONEKA GENDER Sri Wiji Handayani TK Labschool Unnes Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada ibu dan anak didik TK Labschool Unnes. Penelitian ini termasuk Penelitian Best Practice. Subyek penelitiannya anak didik TK Labschool Unnes kelompok usia 4-5 tahun sejumlah 13 anak. Teknik yang digunakan adalah observasi dan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner/angket kepada orang tua dan dokumentasi pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak didik dapat menyebutkan nama bagian tubuh berdasarkan jenis kelamin, dapat menyebutkan 4 zona tubuh yang harus dilindungi. Demikian pula orangtua dalam penelitian ini adalah ibu juga semakin yakin akan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas untuk anaknya. Mereka juga dikenalkan bagaimana cara merawat dan menjaganya. Melalui boneka gender anak merasa tertarik untuk mengetahui bagian tubuh yang seperti halnya bagian tubuh yang dia miliki. Melalui alat peraga yang menarik maka pesan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualtas mudah tersampaikan. Demikian pula orang tua/ ibu lebih mudah memahami dan menjelaskan ketika putra putrinya bertanya tentang seputar kesehatan reproduksi dan seksualitas. Kata Kunci: Boneka Gender, Program Pendidikan Kespro dan Seksualitas. 1. PENDAHULUAN Bertolak pandang pada maraknya kasus kekerasan pada anak yang terjadi saat ini kami segenap pendidik TK Labschool Unnes bekerja sama dengan PKBI Jawa tengah untuk memberi bekal tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan pendidikan seks pada anak usia dini. Berdasarkan data anak-anak TK Labschool 3 anak dari 13 anak didik kelompok A atau 23% dapat menyebutkan alat jenis kelaminnya dan yang belum tau nama alat kelamin sebanyak 77%, dan sebagian besar belum tau bagaimana cara merawat saat BAB dan BAK. Dua anak yang tahu nama alat kelamin itu pun menggunakan nama samaran, sedangkan yang lainnya diam ketika guru menanyakan dan sambil menahan rasa malu. Sedangkan ketika teman menyebutkan nama alat kelamin tersebut tertawa sambil malu. Hal ini menunjukkan bahwa kurang tercapainya indikator Mampu melindungi diri dari percobaan kekerasan, termasuk kekerasan seksual dan bullying (misal dengan berteriak dan/ atau berlari) yakni pada KD no 3.4 yang berbunyi mengetahui cara hidup sehat dan KD 4.4 yang berbunyi mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat. Melalui pengetahuan tentang pendidikan seks dan kesehatan reproduksi anak usia dini yang akan disampaikan dengan Boneka Gender maka diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi anak dan seks pada anak-anak didik TK Labschool unnes. Agar pendidikan kesehatan reproduksi lebih optimal maka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ini juga kami sampaikan kepada orang tua yang dalam kesempatan ini kami bekerja sama dengan ibu. Diharapkan dengan orang tua memahami program yang kami berikan maka 82 Prosiding

2 pendidikan kespro juga dapat berkoherensi dengan pengasuhan anak dirumah. Sesuai dengan Instruksi Presiden no 5/2014 tentang gerakan Nasional Anti Kejahatan seksual terhadap anak, Presiden menginstruksikan kepada para menteri, jaksa agung, kapolri, kepala lembaga, para gubernur, bupati, bupati wali kota untuk mengambil langkah yang diperlukan sesui tugas dan fungsi dan kewenangan untuk mencegah dan memberantas kejahatan seksual terhadap anak. Berdsarkan instruksi tersebut maka lembaga TK Labschool Unnes menjalin kerja sama dengan PKBI Jawa tengah untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seks pada anak didik TK Labschool Unnes. Dalam hal ini PKBI Jawa tengah memberikan bantuan berupa boneka Gender kepada guru untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi padaibu dan anak didik TK Kelompok A Labschool Unnes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahu bahwa :anak-anak TK labschool unnes belum tau nama alat kelaminnya, anak-anak TK Labschool Unnes malu dan tertawa ketika mendengar nama alat kelamin disebutkan dengan nama samaran oleh temannya. Anak-anak kurang mendapat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dari orang tua. Setelah dilakukan tindakan melalui kegiatan menggunakan boneka gender hal ini diharapkan akan memberi manfaat :Anak menjadi tahu bagian tubuh secara lengkap berdasarkan jenis kelamin, Anak menjadi tahu tentang bagaimana cara merawat organ kelamin, Anak menjadi tahu melindungi diri dari kejahatan seksual. sedangkan bagi Ibu menjadi tahu tentang bagaimana cara memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak, Ibu menjadi tahu tentang pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi anaknya. Sedangkan Bagi guru dapat Meningkatkan kemampuan guru dalam mengantisipasi permasalahan yang timbul dalam proses kegitan pembelajaran. Begitu Bagi sekolah maka Sekolah mendapatkan bagaimanacara menerapkan pendidikan kespro dan seksualitas pada anak usia dini. 2. INTI Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan RI no 160 terdapat ketentuan umum pada Bab I pasal 1 yang berbunyi...pembelajaran adalah proses interaksi antara anak didik dan pendidik denagn melibatkan orang tua serta sumber belajar pada suasana belajar dan bermain disatuan atau program paud. Pembelajaran di TK tidak akan lepas dari konsep bermain, hal ini karena anak usia TK merupakan usia bermain. Tidak sekedar bermain tetapi dalam bermain tersebut terdapat stimulus untuk membantu perkembangan anak secara optimal. Demikian pula pembelajaran tentang kesehatan reproduksi dan seks ini akan disampaikan dalam dengan kegiatan yang menyenangkan. Pengertian Pendidikan Keshehatan Reproduksi Dan Seksulitas Pada Anak Usia Dini Menurut UNESCO, pendidikan kesehatan reproduksi adalah sebuah pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan yang sesuai dengan usia, peka budaya dan komprehensif yang mencakup program yang memuat informasi ilmiah akurat, realistis dan tidak bersifat menghakimi. Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif memberikan kesempatan bagi remaja untuk megeksplorasi nilai-nilai dan sikap diri serta melatih kemampuan pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan penekanan resiko di semua aspek seksualitas. Pendidikan kesehatan reproduksi akan membantu remaja untuk memiliki informasi yang akurat menyangkut tubuh serta aspek reproduksi dan seksual secara akurat, memiliki nilai-nilai positif dalam memandang tubuh serta aspek reproduksi dan seksual dan memiliki keterampilan untuk melindungi diri dari resiko-resiko reproduksi dan seksual termasuk kemampuan memperjuangkan hak-hak remaja untuk sehat. Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif idealnya diberikan mulai anak usia dini berlanjut sampai dewasa kontinu dan konsisiten sehingga terbentuk sikap pandangan yang positif terhadap seksualitas dan biaa efektif mencegah permasalahan seksualitas Prosiding 83

3 yang semakin kompleks diantaranya kekerasan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan kekerasan berbasis gender, aborsi, infeksi penyakit menular, HIV, AIDS. Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas untuk anak usia dini dikemas menjadi bagian dari pendidikan kecakapan hidup sosial (social life skill education) anak dalam rangka membantu anak mengembangkan kecakapan hidup sosialnya dan mencegah kekerasan seksual pada anak. Dalam buku pedoman pembelajaran you and me atau aku dan kamu penyampaian pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas anak usia dini meliputi : pengenalan diri dan lingkungan, pengenalan tentang peran gender, tumbuh kembang manusia, pengenalan pemahaman dan kesadaran mengenai perlunya pemeliharaan kebersihan diri dan alat alat reproduksi serta bagaimana menjaganya dari pelecehan dan kekerasan seksual, penanaman nilai saling menghormati, saling menghargai, penanaman konsep diri positif, terhadap anak menjadi perilaku yang sangat perlu sebagai langkah awal dan pendidikan dini tentang kecakapan hidup sosial bagi anak usia pra sekolah. Dari paparan di atas maka pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas anak usia dini adalah pendidikan mengenai infomasi yang akurat tentang kebersihan diri dan alat reproduksi serta bagaimana cara menjaga diri dari pelecehan dan kekerasan seksualitas. Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Pada Ibu dan Anak Usia Dini Maraknya kasus kekerasan seksual pada anak usia dini kiranya sudah mengingatkan bahwa pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak usia dini harus segera diberikan. Data dari pusat krisis terpadu RSCM menyebutkan bahwa dari bulan juni tahun menunjukkan telah terjadi 1200 kasus kekerasan seksual terhadap anak. Kasus pencabulan terhadap anak laki-laki sebanyak 68 kasus, selebihnya adalah korban anak perempuan. Menurut laporan Pusat Krisis Terpadu RSCM Jakarta Januari-Mei tahun 2008 terjadi 298 kasus. Dari 298 anak dan perempuan yang melapor ke PKT RSCM. Kasus perkosaan 15 orang, KDRT 113 orang, perkosaan anak perempuan sebanyak 75 orang, kekerasan seksual lain pada anak perempuan 42 orang, kekerasan pada anak lakilaki sebanyak 21 orang, penyanderaan anak sebanyak 15 orang dan kekerasan lainnya sebanyak 15 orang. Menurut data dan fakta diatas menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi memang dibutuhkan dan perlu dikenalkan sejak usia dini kepada anak usia dini untuk mencegah permasalahan diatas semakin berkembang. Pada dasarnya manusia adalah mahkluk seksual. Perkembangan anak sejak lahir sudah ditandai dengan pemenuhan kebutuhan kenyamanan dengan mengisap jempol. Dalam perkembanganya anak mulai mengenal puting payudara dan bahkan ada atau banyak anak yang suka memainkan puting payudara. Pada usia TK adalah anak dimana dalam rentan usia yang sangat pesat pertumbuhan dan perkembangannya, adanya proses pematangan baik secara fisik atau psikis. Terdapat masa peka terhadap stimulus dan rangsangan. Oleh karena itu peran orang di sekitar sangat penting sekali terutama orang terdekat yaitu orang tua utamanya adalah ibu. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi anak sehingga menimbulkan banyak pertanyaan maka kita sbegai orang yang bertanggungjawab terhadap anak wajib memberikan jawaban kepada mereka sehingga membantu perkembangnnya secara optimal. Pada usia ini anak biasanya sudah mulai muncul rasa ingin tahu dari mana adik bayi lahir? kenapa adik bayi adanya di perut mama bukan di perut papa? sering kali dan banyak orang tua yang masih tabu untuk menjelaskannya. Dalam masa inilah waktu yang tepat untuk mengenalkan atau memberikan pendidikan sek kepada anak. Oleh karena ibu harus dapat menjelaskan pertanyaan yang disampaikan oleh anak. Cara Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Pada Anak Usia Dini Sesuai pengertian dari pendidikan kesehatan reproduksi menurut UNESCO Pendidikan kesehatan reproduksi adalah sebuah pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan yang 84 Prosiding

4 sesuai dengan usia. Pendekatan pembelajaran yang sesuai usianya dengan berbagai metode, permainan, media yang menarik sehingga menari minat anak dan menyenagkan bagi mereka. Melalui kegiatan yang menyenangkan anak-anak akan memperoleh pendidikan yang maksimal dan perkembangan yang terjadi juga dapat optimal. Jadi cara memberikan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan. Menurut Bapak Andre Happy Santosa beliau adalah orang yang bergerak aktif dan tergabung Rutgers WPF dalam pelatihan fasilitator pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak pra sekolah bulan Oktober tahun 2015 di Semarang menyatakan bahwa anak-anak tidak akan memiliki pemikiran seperti orang dewasa. Selama penelitian anak-anak usia TK di Indonesia dapat menerima penjelasan mengenai kesehatan reproduksi dan seksulitas walaupun pendidikan ini belum menyeluruh di Taman kanak-kanak di Indonesia. Kita tidak boleh merasa tabu dalam menyampaikannya, karena informasi penting bagi anak didik kita untuk bekal masa depan mereka. Berikut ini contoh muatan materi yang dapat diberikan pada pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak usia TK sesuai dalam buku panduan aku dan kamu : 1. Identitas diri 2. Ciri-ciri aku dan kamu 3. Kelebihanku dan kelebihanmu 4. Teman-teman di kelas 5. Percaya dan saling menghargai sebagi dasar pertemanan/persahabatan 6. Jenis kelamin diri dan teman-teman di kelas 7. Ciri anak laki-laki dan perempuan 8. Empat zona tubuh yang harus dilindungi (mulut, dada, pantat dan alat reproduksi ) 9. Persamaan dan perbedaan anak laki-laki dan perempuan 10. Anggota tubuh dan fungsinya 11. Tumbuh kembang tubuhku 12. Ketika aku bayi 13. Cara merawat/memelihara tubuh 14. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan 15. Bagian-bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh 16. Yang harus dilakukan ketika mendapat ancaman/tidak nyamanan 17. Anggota keluarga 18. Aktivitas dan kebiasaan dalam keluarga 19. Pekerjaan orang tua 20. Macam-macam pakaian 21. Manfaat pakaian 22. Cara memakai pakaian 23. Ketika telanjang 24. Berbagai macam perasaan 25. Situasi-situasi yang memunculkan beragam perasaan dan perilaku yang mengiringinya 26. Perilaku yang berdasarkan keinginan diri sendiri 27. Perilaku berdasarakan harapan lingkungan. Dalam tayangan Film UNESCO dan film si komal kartun dari India memberikan penguatan terhadap pengetahuan kepada semua anak di dunia bahwa terdapat 4 anggota tubuh kita yang harus kita jaga secara baik-baik yaitu 1. Mulut 2. Dada 3. Pantat 4. Alat kelamin Keempat zona ini adalah anggota tubuh yang harus dilindungi, dan anak-anak mulai sejak usia dini harus kita kenalkan bahkan dapat melalui simulasi bagaimana cara melindungi 4 zona ini dari tindak kejahatan seksual. Cara Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi pada Ibu Ibu adalah orang pertama yang terdekat dengan anak. Oleh karena itu peneliti mengundang orang tua untuk diberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Ibu diberi pengetahuan tentang bagaimana cara membiasakan anak terkait kesehatan reproduksi. Dalam hal ini sekolah melakukan kegiatan parenting edukasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada ibu wali murid Tk Labschool Unnes. Disini ibu akan terbiasa menyebut nama alat kelamin sesuai dengan nama ilmiah, bagaimana cara Prosiding 85

5 merawat dan menjaga kesehatan reproduksi, pembiasaan sehingga anak melakukan toilet training dengan benar dan pembiasaan yang benar ketika memakaikan baju anak, bagaimana cara sehingga selalu waspada ketika bersama anak saat ditempat umum. Alat Peraga Ket. Gambar alat peraga boneka gender (terdiri dari ayah, ibu hamil, anak laki-laki dan anak perempuan) Menurut Sudjana (2009) dalam panjimoro wordpress/penertian-tujuan-manfaat -alat-peraga, pengertian alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan untuk membantu guru agar proses belajarmengajar siswa lebih efektif dan efisien, sedangkan menurut Faizal (2010) dalam panjimoro wordpress/penertian-tujuan-manfaat -alat-peraga mendefinisikan alat peraga pendidikan sebagai instrumen audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi. Dari paparan di atas alat peraga merupakan alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajran yang diharapkan dapat tercapai. Jenis alat peraga dua dimensi (gambar, poster, peta) dan tiga dimensi (boneka, globe,.. ) dan alat peraga yang diproyeksikan (film, slide dan film strip). Penggunaan Boneka sebagai Media dan atau Alat Peraga Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk tiruan dari bentuk binatang. ( syintayulia@yahoo.co.id,hasan@fkip.uns.ac.id). Penggunaan boneka dalam pembelajaran sebagai alat peraga dapat digunakan dalam kegiatan pembelaran pada saat menggunakan metode bercerita, percakapan dan dapat pula dengan kegiatan bermain. Boneka gender adalah boneka yang dibuat dengan memiliki ciri-ciri gender. Bagian tubuh dengan jelas menunjukkan adanya perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dalam perkembangannya boneka ini bisa terbuat dari karet dan ada pula yang terbuat dari kain. Salah satu boneka gender yang dikeluarkan oleh PKBI jawa tengah adalah boneka kain. Boneka ini memang dirangcang untuk membantu memperikan pengetahuan kepada anak untuk lebih tahu tentang perbedaan anatomi bagian tubuh laki-laki dan perembuan. Boneka ini juga membantu guru mempermudah menyampaikan materi tentang pengetahuan pendidikan kesehatan reproduksi dan seks pada anak. PKBI yang bekerja sama dengan WPF (world population foundation) menerbitkan boneka gender yang terdiri dari sepasang boneka ayah dan ibu hamil dengan 2 boneka anak laki-laki dan perempuan. Boneka ini sangat membantu dalam proses belajar tentang pendidikan kesehatan reproduksi dan seks pada anak. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas sangat diperlukan sejak anak usia dini. Bekal pengenalan yang kuat akan membentu mereka untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual. Pendidikan yang kita berikan harus menyesuaikan tahapan usianya. Sehingga pendidikan seks dapat dipahami sesuai tingkat usianya. Diah Hariyanti (1994 : 7) bahwa anak usia 3-5 tahun ditandai dengan usaha untuk mencapai kemandirian dan sosialisasi. Hal ini membuktika bahwa anak telah siap untuk berlatih mandiri dalam menjaga kesehatan reproduksi seperti BAK, mengenakan celana sendiri, memakai baju sendiri dan dapat mengambil keputusan keberanian untuk mengatakan tidak ketika ada orang lain berusaha mengganggunya. Menurut Montessori (dalam Yuliana Nurani S. Dan Bambang S., 2004 : 138) masa ini usia prasekolah (taman kanak-kanak) dengan masa 86 Prosiding

6 peka terhadap segala stimulus yang diterimanya melalui panca inderanya. Melalui panca inderanya kita sampaikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak. Terlebih dengan media atau alat peraga yang menarik dalam menyampaikan pesan pendidikan ini, maka seluruh panca inderanya akan bekerja dengan antusias sehingga membantu perkembangan lebih optimal. Penggunaan boneka Gender ini sangat membantu dalam menjelaskan bagian-bagian tubuh dan fungsinya. Semua anak tertarik dengan boneka ini sehingga anak didik TK Labschool unnes ini lebih mudah dalam memahami bentuk anggota tubuh dan perbedaannya antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dan perbedaan alat kelamin laki-laki anak-anak dan dewasa serta alat kelamin anak perempuan dengan ibu yang memiliki bentuk yang berbeda. Ibu sangat berperan dalam pendidikan kesehatan reproduksi dan seksulitas. Orang tua harus memliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas sehingga program yang dilaksanakan di sekolah akan berkelanjutan di rumah. Tabel. Hasil Pengamatan pada kegiatan ke- 1 dan ke-2 Tentang Pengetahuan Anak Didik TK Labschool Unnes Mengenai Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas dengan menggunakan Boneka Gender. Indikator pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas Hasil Pengamatan Kegiatan ke-1 Kegiatan ke-2 Dapat menyebutkan nama alat kelaminnya 53% 84% Dapat menyebutkan nama alat kelamin yang bukan jenis kelaminnya 53% 84% Dapat menyebutkan anggota tubuh (khusus 4 zona 61% 84% mulut,dada,pantat dan alat kelamin ) Dapat menyebutkan cara merawat melindungi anggota tubuh (khusus 4 zona mulut,dada,pantat dan alat kelamin ) 61% 84% Berdasarkan tabel diatas anak-anak mudah menerima pesan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas dengan menggunakan boneka gender. Demikian pula dengan orang tua lebih memahami tentang pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas bagi anak melalui angket pre-test dan post-test. Serta mengetahui bagaimana cara pengasuhan yang benar saat di rumah dengan penyesuaian yang dilakukan di sekolah. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anak sangat penting. Sebuah sekolah yang melaksanakan program tersebut harus melibatkan ibu atau orang tua sehingga pengasuhan yang diberikan akan berkelanjutan dirumah. Masih banyak masyarakat yang menganggap tabu jika berbicara tentang seks. Oleh karena itu TK Labschool melibatkan orang tua untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sehingga sedikit banyak menyebarkan informasi tentang pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anakanak generasi penerus bangsa yang excellent. 5. REFERENSI : 1) syintayulia@yahoo.co.id, hasan@fkip.uns.ac.id) 2) Nuh, Muhammad Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kurikulum 2013 Pendidikan anak Usia Dini. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 3) Yuliani Nuraini Sujono dan Bambang S Pembelajaran Anak Usia Dini. PT. Remaja Rosdakarya Bandung. 4) Sudjana (2009) dalam panjimoro wordpress/penertian-tujuan-manfaat -alatperaga, penertian alat peraga pendidikan Prosiding 87

7 5) Sumartono, Sri Sentani, Ira Intasari Pedoman Pembelajaran Aku dan Kamu Pedoman Kecakapan Hidup Sosial Untuk Anak Usia 4-6 Tahun. Jakarta: PKBI Pusat Worl Population Foundation. 6) Sumartono, Sri Sentani, Ira Intasari Buku Panduan Untuk Orang Tua Pedoman Kecakapan Hidup Sosial Untuk Anak Usia 4-6 Tahun. Jakarta: PKBI Pusat World Population Foundation. 7) Yudhoyono, Susilo Bambang Instruksi Presiden no 5 tahun Jakarta 88 Prosiding

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN. Paket produk pengembangan ini terdiri dari tiga bagian.

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN. Paket produk pengembangan ini terdiri dari tiga bagian. BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN A. Deskripsi Produk Paket produk pengembangan ini terdiri dari tiga bagian. 1. Panduan. Panduan ini terdiri dari tiga bagian pula, yaitu; a. Deskripsi Pelaksanaan.

Lebih terperinci

Apa yang Dapat Kita Lakukan? Praktik Baik Penerapan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Anak Usia Dini Aku dan Kamu

Apa yang Dapat Kita Lakukan? Praktik Baik Penerapan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Anak Usia Dini Aku dan Kamu Melindungi Anak Dari Kekerasan Seksual Apa yang Dapat Kita Lakukan? Praktik Baik Penerapan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Anak Usia Dini Aku dan Kamu Melindungi Anak Dari Kekerasan Seksual

Lebih terperinci

KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS

KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS Oleh ; Sri Maslihah Bunda, darimana asalnya aku? Bagaimana adik bayi keluar dari perut Bunda? Mengapa orang di tv tadi berciuman?. Apa yang harus kita katakan ketika si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pendidikan seksualitas remaja Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Alasan pentingnya pendidikan seksualitas remaja Manfaat pendidikan seksualitas remaja Pendidikan seksualitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL Widya Hary Cahyati, Muhammad Azinar Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya sejak lahir. Bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode SMA adalah periode dimana seseorang masih menginjak masa remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur 10 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Batasan usia remaja menurut BKKBN adalah usia 10 sampai 24 tahun dan belum menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak di usia dini merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak dalam jenjang pendidikan usia pra sekolah dan sekolah dasar yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja Pentingnya Sex Education Bagi Remaja Oleh: Diana Septi Purnama, M.Pd dianaseptipurnama@uny.ac.id WWW.UNY.AC.ID Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN Diana Dewi Wahyuningsih Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dianadewi_81@yahoo.com Kata Kunci: Pendidikan Seksualitas, Aspek Psikologis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

www.rajaebookgratis.com. "Ih, Udah Gede Kok Nggak Punya Malu!" Rasa malu merupakan salah satu nilai moral yang patut diajarkan pada anak. Perasaan ini tidak ada kaitannya dengan sifat pemalu. Bagaimana

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 09Fakultas Pendidikan Agama Katolik SEKSUALITAS MANUSIA PSIKOLOGI Program Studi Drs. Sugeng Baskoro,M.M PSIKOLOGI PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKSUALITAS MANUSIA Pengantar Sebenarnya, saya memang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu proses individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI. Muhammad Arif Budiman S

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI. Muhammad Arif Budiman S Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health Organization), batasan usia remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak akan mengerti dengan sendirinya pada waktunya nanti. Salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. anak akan mengerti dengan sendirinya pada waktunya nanti. Salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia masih menganggap tabu pendidikan seksual, terutama jika diberikan pada anak usia dini. Mereka merasa tidak pantas membicarakan tentang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, perilaku seksual pranikah pada remaja jumlahnya meningkat yang terlihat dari data survey terakhir menunjukkan kenaikan 8,3% dari total remaja

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN A. SKALA PENELITIAN A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri A-1. Skala Peran Ayah dalam Pendidikan Seksualitas A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri No : Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

ARTIKEL JUDUL : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. BY ; NUZLIATI T DJAMA S.SiT, M.Kes

ARTIKEL JUDUL : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. BY ; NUZLIATI T DJAMA S.SiT, M.Kes ARTIKEL JUDUL : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA BY ; NUZLIATI T DJAMA S.SiT, M.Kes Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan I Lampiran 3 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan II Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian Lampiran 5 Surat Selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PARENTING PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK USIA DINI DI KECAMATAN RUMBAI. Abstrak

PENYULUHAN DAN PARENTING PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK USIA DINI DI KECAMATAN RUMBAI.   Abstrak PENYULUHAN DAN PARENTING PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK USIA DINI DI KECAMATAN RUMBAI Al Khudri 1, Heleni 2, Sean 3 Dosen Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FKIP, Unilak Email: Abstrak Pendidikan

Lebih terperinci

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan. Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa SMA di Klaten Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017 EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PUNCU TAHUN AJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS INFORMATION SERVICES TO IMPROVE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase hidup manusia dimana fase ini terdapat banyak perkembangan pesat baik fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik ditandai dengan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKS ANAK* (Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan seks anak)

PENDIDIKAN SEKS ANAK* (Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan seks anak) PENDIDIKAN SEKS ANAK* (Pendekatan Praktis Bentuk dan Antisipasi Penyimpangan seks anak) Oleh : AGUNG HASTOMO, S.Pd** NIP : 132319836 JURUSAN PENDIDIKAN PRA-SEKOLAH dan SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK 60 Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya Oleh : Septi Handayani ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk meningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan BAB I PENDAHULUAN Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan penelitian mulai dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa dan relatif belum mancapai tahap kematangan mental sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai kondisi sehat yang menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja (Admin, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Masa ini dapat disebut juga sebagai The Golden Age atau masa. pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah investasi masa depan bagi keluarga dan bangsa yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar, yakni segala sesuatu yang memudahkan peserta didik memperoleh sejumlah informasi pengetahuan, pengalaman, dan

Lebih terperinci

Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal

Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal Tari Sandjojo Head of Academic Division Rumah Main Cikal & Sekolah Cikal Seks itu alamiah, tapi perilaku seks yang bertanggungjawab adalah hasil PROSES belajar secara EKSPLISIT Sumber : Teman Orangtua

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad 21, dunia mengalami perubahan-perubahan pesat di bidang sosial, ekonomi, politik, dan komunikasi yang diikuti oleh perubahanperubahan dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini, pendidikan seks untuk anak usia dini dianggap tabu dikalangan masyarakat. Orangtua beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak kecil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) menuju kearah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Undang-undang (UU) Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mendefinisikan arti kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan

Lebih terperinci

Lembar Fakta. Diskusi tentang Antara Perlindungan dan Pembatasan: Pengawasan Isi Siaran Bermuatan Seksualitas dan Perempuan Jakarta, 18 Desember 2013

Lembar Fakta. Diskusi tentang Antara Perlindungan dan Pembatasan: Pengawasan Isi Siaran Bermuatan Seksualitas dan Perempuan Jakarta, 18 Desember 2013 Lembar Fakta Diskusi tentang Antara Perlindungan dan Pembatasan: Pengawasan Isi Siaran Bermuatan Seksualitas dan Perempuan Jakarta, 18 Desember 2013 Seksualitas dalam Sanksi Administratif KPI Tahun 2012

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi PG-PAUD PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL TERJADINYA SIANG DAN MALAM MELALUI METODE EKSPERIMEN KOTAK LAMPU AJAIB PADA ANAK KELOMPOK A TK KUSUMA MULYA I KALIOMBO KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT BALAMOA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT BALAMOA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT BALAMOA Nikmat 1 ABSTRAK Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan anak mengenal

Lebih terperinci

Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Laporan 1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Perkembangann zaman menimbulkan kesulitan dalam setiap segi kehidupan manusia, termasuk perekonomian. Kesulitan ekonomi mengakibatkan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyimpangan seksual marak terjadi akhir-akhir ini. Halini dibuktikan dengan banyaknya kekerasan seksual dan perempuan yang hamil di luar nikah. Menurut data Komisi

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Kesehatan reproduksi (kespro) didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Kesehatan-sehat Kondisi yang bebas dari segala macam penyakit Sehat secara fisik, psikis/mental, seksual, sosial dan ekonomi dalam satu kesatuan utuh. Reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat : a. bahwa menurut hasil STHP 2006, epidemi HIV dan AIDS di Provinsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Pemahaman jemaat baik itu orang tua maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut terutama ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap anak memiliki keunikan pada setiap fase perkembangannya. Anak adalah titipan dari Tuhan yang perlu dijaga dan dibimbing dengan baik agar dapat mencapai perkembangan

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG 100904084 Abstrak Skripsi ini berisi penelitian mengenai strategi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD LABSCHOOL UNNES

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD LABSCHOOL UNNES ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD LABSCHOOL UNNES Oleh EKA NURVIANTI A2A214002 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

Melati Ismi Hapsari Pendidikan Guru PAUD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Melati Ismi Hapsari Pendidikan Guru PAUD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto PENERAPAN PENDIDIKAN SEKS DI PAUD (KELOMPOK BERMAIN DAN TAMAN KANAK-KANAK) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERILAKU SEKSUAL YANG BERMASALAH PADA ANAK Melati Ismi Hapsari Pendidikan Guru PAUD-FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Akhadiah ( Suhartono :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia prasekolah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga masa ini masa keemasan anak untuk menangkap rangsangan positif demi pertumbuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rangsangan dari lingkungan seperti film, TV, VCD tentang perilaku seksual serta faktor gizi menyebabkan remaja sekarang lebih cepat perkembangan seksualnya karena hormon

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN Rachel Dwi Wilujeng* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no. Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja terkait tindakan seksual pranikah adalah satu dari bagian kecil permasalahan remaja yang ada dan sering muncul dalam dinamika kehidupan remaja. Tindakan

Lebih terperinci

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet? No. Responden : Umur : tahun Kelas/jurusan : Jenis kelamin : L/P Tempat tinggal : Uang saku : Rp. Perhari Pendidikan terakhir Orangtua : Pendidikan terakhir Ayah Ibu Pekerjaan Orangtua : Penghasilan Orang

Lebih terperinci

SURVEI PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER

SURVEI PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER SURVEI PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA SMA NEGERI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KABUPATEN JEMBER (Studi pada Siswa SMA Negeri Kelas XI di Kecamatan Kota dan di Luar Kecamatan Kota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Periode usia 10 hingga 15 tahun atau kelas 5 sampai kelas 9 merupakan periode dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak akan

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. usia dini sering disebut sebagai the golden ageatau usia emas. Berbagai hasil BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang berpotensi dalamkecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang, sehingga usia dini sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang diwarnai pertumbuhan dan perubahan munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN Menimbang: a. bahwa pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dimulai dari masa prasekolah yaitu masa dini 0-6 tahun. Masa usia dini atau masa prasekolah merupakan masa yang paling vital bagi kehidupan anak, apa yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian permasalahn penelitian. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang

Lebih terperinci

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jpkimia PEMAHAMAN PENDIDIKAN SEKS USIA DINI MELALUI MODUL ANGGOTA TUBUH MANUSIA Oleh : Sekar Dwi Ardianti 1, Ristiyani 2 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun kesehatan. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 14-24

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama dan kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Maka dari itu dapat dinamakan

Lebih terperinci