BAB III PENGEMBANGAN AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENGEMBANGAN AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN"

Transkripsi

1 BAB III PENGEMBANGAN AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN A. Potensi yang terdapat di Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran memiliki potensi yang menarik untuk dikembangkan. Hamparan kebun kopi yang menghijau yang dilatar belakangi oleh indahnya panorama alam Rawapening menjadikan Kampoeng Kopi Banaran memiliki keindahan dan kesejukan suasana alam yang mampu membawa pengunjung/wisatawan untuk kembali ke alam (back to nature). Potensi Keindahan alami tersebut menjadi salah satu pilihan potensi unggulan wisata ditengah bisingnya suasana kota dan derasnya arus polusi yang terjadi setiap hari, karena itulah potensi keindahan alami tersebut harus digali semaksimal mungkin sebagai obyek unggulan pariwisata pada Kampoeng Kopi Banaran melalui publikasi yang optimal, tentang potensi keindahan alami yang dimilikinya. Area agrowisata sangat potensial pula dikembangkan arena out bond game yang memadai ditunjang oleh kondisi geografis dan struktur tanah yang konjungtur, sehingga sesuai dengan rintangan dan suasana alam yang menjadi dasar dari pemilihan lokasi area out bond. Potensi lain yang menarik dan layak untuk dikembangkan di area Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran adalah taman bermain serta fasilitas-fasilitas yang lain juga membuat Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran sangat potensial utuk dikembangkan agar lebih memiliki daya tarik

2 bagi para pengunjung utamanya pada sasaran wisatawan keluarga.wisata kebun kopi ini dapat dinikmati oleh pengunjung dengan tarif Potensi lain yang dapat dieksplorasi secara optimal di area Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran adalah wisata kebun kopi dengan nuansa alami yang kental dengan suasana khas kebun kopi sejak jaman dahulu (kolonial Belanda) yang tetap terjaga keindahan dan struktur alamnya. Pada area tersebut pengunjung diajak untuk dapat menikmati semilirnya angin dan indahnya panorama waduk rawapening dan pegunungan dengan hamparan kebun kopi. Fasilitas wisata kebun kopi ini dilengkapi dengan makan siang bagi para pengunjung dengan tarif Rp per orang(minimal 20 orang).(wawancara dengan Moch. Irvan Selaku koordinator event) Wisata lain di area tersebut yang layak ditampilkan bagi para pengunjung/wisatawan adalah wisata edukasi yang merupakan paket wisata di Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran tentang paket studi pengenalan bagimasyarakat pengunjung/wisatawan, sehingga sasaran wisatawan sehingga sasaran wisatawan pada paket wisata ini adalah siswa/siswi dan mahasiswa yang mengiginkan studi dan pengenalan lebih dekat terhadap Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran dengan tarif Rp ,- per orang(minimal 20 orang).(wawancara dengan Moch. Irvan selaku koordinator event) Potensi lain yang dapat dijadikan unggulan pada Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran dan ideal untuk dikembangkan adalah wisata kuliner berupa Banaran Coffee. Potensi tersebut berupa sebuah resto yang menyajikan aneka makanan dan minuman segar yang disajikan panas maupun dingin dengan cita

3 rasa yang menggugah selera. Daya tarik resto ini selain dari makanan adalah aneka jenis minuman yang menggunakan kopi sebagai bahan dasarnya. Gambar 1 : Suasana di dalam resto banaran coffee (dokumen foto pribadi Wenry Agus Cahyono). Berikut beberapa menu makanan dan minuman yang tersedia di Banaran Coffee, diantaranya : MAKANAN (per porsi) 1. Nasi Pecel Lele Rp ,- 2. Nasi Pecel Empal Rp ,- 3. Nasi Pecel Telur Rp ,- 4. Nasi Ayam Goreng Banaran Rp ,- 5. Nasi Rawon Rp ,-

4 6. Nasi Soto Ayam Rp ,- 7. Nasi Goreng Rp ,- 8. Mie Kuah Jawa Rp ,- 9. Mie Goreng Jawa Rp ,- MINUMAN (per porsi) 1. Banaran Cappucino Rp ,- 2. Banaran Machiato Rp ,- 3. Banaran Moccacino Rp ,- 4. Banaran Espresso Rp ,- 5. Banaran Cafelatte Rp ,- 6. Banaran Black Coffee Rp ,- 7. Banaran Black Tea Rp ,- 8. Es Banaran Cappucino Rp ,- 9. Es Banaran Moccacino Rp ,- 10. Es. Banaran Cafelatte Rp ,- 11. Es. Banaran Coffee Rp ,- 12. Es Lemon Tea Rp ,- 13. Es Sari Jeruk Buah Rp ,- 14. Es Jeruk Nipis Rp ,- 15. Jus Alpukat Rp ,- 16. Jus Melon Rp ,- 17. Jus Marquisa Rp ,-

5 18. Jus Tomat Rp ,- 19. Es Avocado Coffee Rp ,- 20. Es Banaran Machiato Rp ,- 21. Jus Sledri Rp ,- 22. Lemon Tea Rp ,- 23. Jeruk Buah Panas Rp ,- (kampoengkopibanaran.com) Disamping beberapa obyek tersebut, pada area Agrowisata disediakan pula beberapa fasilitas yang mendukung area Agrowisata Kampoeng kopi Banaran menjadi sebuah obyek wisata yang menarik diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kereta wisata ini dipergunakan untuk kegiatan tour keliling mengelilingi area kebun kopi Banaran dengan tarif Rp untuk 5 dewasa dan 2 anak.(kampoengkopibanaran.com)

6 Gambar 2 : Kereta Wisata (dokumen foto pribadi Wenry Agus Cahyono). 2. Gedung Pertemuan berkapasitas 750 orang yang dilengkapi AC dan ruang yang lapang yang dapat disewa untuk umum dengan tarif sebagai berikut: Sewa Gedung penuh ( diatas 500 personil) : Bawa makan Sendiri Rp Konsumsi penuh dari Banaran Rp Sewa Gedung penuh ( personil) : Bawa makan Sendiri Rp Konsumsi penuh dari Banaran Rp

7 Sewa Gedung penuh ( personil) : Bawa makan Sendiri Rp Konsumsi penuh dari Banaran Rp Sewa Gedung penuh ( personil) : Bawa makan Sendiri Rp Konsumsi penuh dari Banaran Rp Sewa Gedung penuh (dibawah 100) : Bawa makan Sendiri Rp Konsumsi penuh dari Banaran Rp Pemakaian malam tambahan listrik min Rp (kampoengkopibanaran.com) Gambar 3 : Gedung pertemuan

8 (dokumen foto pribadi Wenry Agus Cahyono). 3. Camping Ground merupakan hamparan hijau seluas 1 hektar yang dipergunakan untuk area perkemahan, dengan tarif adalah sebagai berikut: 1. Untuk Out Bound min. 50 Rp ,- 2. Camp Bermalam min. 50 Rp Full Booked / hari ( orang) Rp ,- 4. Full Booked / hari ( orang) Rp ,- 5. Full Booked / hari ( orang) Rp ,- (kampoengkopibanaran.com) Gambar 4 : Camping Ground (kampoengkopibanaran.com).

9 4. Hamparan hijau taman yang sejuk, dilengkapi pula dengan sarana bermain bagi anak-anak yang dapat disewa dengan tarif Rp per orang. Gambar 5 : Taman bermain (dokumen foto pribadi Wenry Agus Cahyono). 5. Gazebo taman, adalah sebuah tempat yang dapat digunakan untuk tempat istirahat dan bercengkerama dengan teman, kerabat atau keluarga yang dapat disewa dengan tarif Rp ,-.

10 Gambar 6 : Gazebo (dokumen foto pribadi Wenry Agus Cahyono). 6. Lapangan Tenis Lapangan Tenis yang nyaman dan dilengkapi dengan lampu penerangan yang dapat disewa dengan tarif : Per Jam Per Ban Siang Rp ,- Per Jam Per ban Malam Rp ,- Ball Boy s/d jam Rp ,- Membawa makanan tambah Rp ,- Full Booked untuk acara Rp ,- ( max. 8 jam ) (kampoengkopibanaran.com)

11 Gambar 7 : Lapangan Tenis (dokumen foto pribadi Wenry Agus Cahyono). 7. Kolam Renang Kolam renang dengan 3 kedalaman yakni 30 cm, 50 cm dan 150 cm yang dapat digunakan untuk berenang bagi pengunjung yang dapat disewa dengan tarif : Per orang Rp ,- Full Booked, 2 jam pertama Rp ,- Tiap Jam Berikutnya Rp ,- (kampoengkopibanaran.com)

12 Gambar 8 : Kolam Renang (kampoengkopibanaran.com). 8. ATV merupakan sejenis sepeda motor yang memiliki 4 roda yang digunakan untuk mengelilingi kebun dengan harga sewa per unit Rp ,-. Gambar 9 : Kendaraan ATV (kampoengkopibanaran.com).

13 9. Flying Fox Meluncur bagaikan rubah dengan ketinggian 50 meter dan panjang 145 meter. Flying Fox ini dapat disewa dengan tarif Rp ,- per orang. Gambar 10 : Arena Flying Fox (kampoengkopibanaran.com).

14 B. Jumlah Pengunjung Wisatawan di Kabupaten Semarang Jawa Tengah Kabupaten Semarang yang merupakan lokasi dari Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran dari tahun ke tahun jumlah kunjungan wisatawan terus mengalami peningkatan. Di bawah ini adalah jumlah wisatawan di Kabupaten Semarang secara keseluruhan dari tahun 2008, 2009, Januari hingga Juli 2010, yakni sebagai berikut : No. Tahun Wisatawan Wisatawan Mancanegara Domestik Januari Juli (sumber :

15 C. Potensi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran berdasarkan analisis 4A Potensi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran berdasarkan pengembangan dipengaruhi oleh beberapa hal pendukung, ditinjau dari pendekatan 4 A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Aktivitas) yaitu : No Konsep 4A Obyek Keterangan 1. Atraksi Wisata Agro Melihat hamparan kebun kopi yang hijau dengan latar belakang panorama alam waduk Rawapening yang sejuk dan indah Flying Fox Meluncur dan bergantung seperti rubah di ketinggian 50 meter dengan tali sepanjang 145 meter 2 Aksesibilitas Letak Sangat strategis dan mudah dijangkau, terletak di tepi Jalan Raya Semarang Solo Km. 35 atau sebelum pertigaan Bawen bila dari arah Solo. Berlokasi sekitar 1,5 kilometer sebelum terminal bis Bawen. Sarana Sarana bermain bagi anak, jalan mengelilingi area kebun kopi untuk melihat kebun kopi. Jenis Transportasi Jenis Transportasi yang dapat

16 ditemukan adalah bis antar kota dari arah Solo maupun dari arah Semarang. Naik bis jurusan Solo- Semarang/Salatiga-Ambarawa turun langsung tepat di depan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran. 3 Amenitas Akomodasi Terdapat Gedung Pertemuan dan Banaran Coffee. Toko Di resto Banaran Coffee menjual aneka ragam oleh-oleh olahan kopi yang dibungkus dalam kemasan seperti kopi bubuk, kopi hitam,kopi krim, dan kopi susu. Jasa Angkutan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran dilewati oleh semua jenis angkutan baik dari arah Solo menuju Semarang atau sebaliknya. Jasa Komunikasi Belum terdapat jasa pengisian pulsa telepon Promosi Wisata Melalui media elektronik, leaflet dan sebagainya. 4 Aktifitas Arena Out commit Bond to user Pengunjung dapat melakukan

17 aktifitas out bond game yang disediakan. Kolam Renang Pengunjung dapat melakukan aktifitas berenang di kolam renang yang tersedia.

18 D. Potensi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran berdasarkan analisis SWOT Analisis SWOT adalah salah satu alat yang dapat menunjang tercapainya pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran. Analisis SWOT meliputi Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Kesempatan), Treats (Ancaman atau Hambatan). Kekuatan harus diperhatikan sebaik-baiknya,. Kelemahan harus segera dihilangkan secepatnya dengan cara memperhatikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Kesempatan atau peluang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan ancaman atau hambatan harus bisa diantisipasi, dengan demikian langkahlangkah yang diambil dapat diperbaiki, sehingga dapat mendatangkan wisatawan yang akan berkunjung, lebih dapat mengenal keindahan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran. Potensi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran berdasarkan analisis SWOT adalah sebagai berikut : No. Analisis Keterangan 1 Kekuatan Hamparan kebun kopi yang menghijau dengan pemandangan alamnya yang indah. Adanya resto Banaran Coffee yang menjual makanan dan aneka ragam minuman berbahan dasar kopi. Terdapat taman dan sarana bermain bagi anak. commit Terdapat to user arena bermain out bond dan

19 Camping Ground. 2. Kelemahan Area parkir terutama kendaraan bermotor yang belum beratap.(wawancara dengan Mardyan, pengunjung dari Jepara). Pengunjung biasanya hanya mengetahui atau singgah di resto Banaran Coffee saja, tidak mengetahui secara keseluruhan area Agowisata Kampoeng Kopi Banaran.(wawancara dengan Pak Iwan, pengunjung dari Jakarta) Jalan di area taman bermain yang licin saat basah. 3. Peluang/kesempatan Konsep wisata alam perlu dikembangkan. Kegiatan tour keliling area agrowisata dengan sepeda perlu dipromosikan. Adanya fasilitas jalan sehat kebun berupa jalan berbatu di sekitar area perkebunan. Dibangunnya fasilitas lapangan futsal perlu untuk dipromosikan. 4 Ancaman Persaingan dengan obyek wisata lain di kawasan Kabupaten Semarang khususnya yang semakin ketat.

20 Perilaku negatif wisatawan terhadap obyek seperti tangannya usil mencabuti daun atau bunga tanaman, membuang sampah dan puntung rokok sembarangan. E. Upaya-upaya dalam pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran Upaya-upaya dalam strategi pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran bukan hanya diperkebunan sendiri yang yang akan dikembangkan, namun potensi dilingkungan agrowisata juga akan dibenahi dan ditingkatkan menjadi lebih baik agar memiliki nilai jual dan daya tarik bagi pengunjung. Upaya-upaya dalam strategi pengembangan yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah : 1. Strategi mengembangkan daya tarik wisata dengan meningkatkan fasilitas sarana pendukung dan dengan kualitas yang lebih baik serta dapat memberikan pesona bagi para pengunjung, yang dalam pelaksanaanya adalah memperbaiki dan memelihara fasilitas di lingkungan Agrowisata seperti kereta wisata, taman bermain anak fasilitas out bond dan sebagainya. 2. Strategi memperluas promosi dan pemasaran Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran baik dipasar lokal maupun interlokal dengan dengan upaya-upaya yang dilakukan adalah melalui berbagai sarana promosi seperti lewat brosur dan leaflet maupun lewat media internet, melalui website resmi

21 yang berisi gambaran tentang agrowisata, serta mengadakan acara-acara yang berhubungan dengan alam yaitu perkemahan dan permainan out bond dengan memanfaatkan arena out bond dan kawasan perkemahan yang terdapat dilingkungan agrowisata. Selain itu upaya lain yang sudah dilakukan adalah mempromosikan fasilitas-fasilitas di lingkungan agrowisata seperti gedung pertemuan di instansi-instansi pemerintah maupun swasta, kolam renang dan lapangan tennis kepada pengunjung dan masyarakat umum. 3. Strategi mengembangkan jalinan kerja sama antara masyarakat lokal, pemerintah dan swasta dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan dan publikasi dalam hal pengembangan sarana dan usaha yang bersifat kepariwisataan di lokasi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran. Dalam hal ini pihak pengelola juga mengajak masyarakat untuk ikut mendukung dan melestarikan keberadaan Agrowisata.(wawancara dengan Totok Indarto selaku direksi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran) 4. Strategi meningkatkan mutu pelayanan dan keramahtamahan menjadi lebih baik lagi dan berkualitas kepada para pengunjung baik di lingkungan agrowisata atau di dalam Resto Banaran Coffee sendiri dengan usaha yang dilakukan yaitu memberikan pengarahan oleh pihak pengelola kepada karyawan/karyawati agar memberikan kehangatan dan keramahtamahan dalam melayani pengunjung sehingga dapat memberikan kepuasan.(wawancara dengan Dyah Ernawati selaku administrasi Kampoeng Kopi Banaran).

22 5. Strategi meningkatkan finansial guna pengembangan agrowisata yang sedang dilakukan oleh pihak pengelola maupun pemerintah dengan menarik investor atau pihak ke tiga untuk turut mengembangkan obyek wisata tersebut(wawancara dengan Totok Indarto selaku direksi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran). 6. Mempromosikan fasilitas lapangan futsal yang sudah dibangun kepada khalayak umum dan akan dibangun home stay untuk tempat tinggal sementara bagi pengunjung.(wawancara dengan Moch. Irvan selaku coordinator event). 7. Usaha lain yang sudah dilakukan adalah mengadakan promosi tentang wisata Kampoeng Kopi Banaran yang berkonsep wisata alam yang bersifat fun atau menyenangkan bagi khalayak umum. 8. Strategi promosi lain yaitu dengan memasang banner tentang Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran di dalam Banaran Coffee supaya dapat dilihat oleh para pengunjung yang singgah di resto tersebut. 9. Upaya lain adalah memperbaiki fasilitas yang tersedia di Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran seperti membuat atap untuk tempat parkir sepeda motor dan membuat saluran air di sekitar jalan taman supaya tidak licin saat basah. Keseluruhan strategi tersebut diakumulasikan menjadi sebuah kebijakan strategis dalam rangka pengembangan potensi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran menjadi sebuah oyek wisata yang menarik dan ideal untuk dikunjungi oleh wisatawan.

23 F. Kendala-kendala dalam mengembangkan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran Tidak dapat dipungkiri bahwa kendala pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran merupakan kendala yang umum terjadi hamper pada semua obyek wisata yang ada di Indonesia. Kendala-kendala tersebut berupa : 1. Kendala Finansial Aspek finansial merupakan aspek utama dalam mendukung sebuah program/kegiatan, karena itulah aspek finansial menjadi aspek kunci dalam pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran pada saat ini. Minimnya kemampuan Finansial baik Pemerintah Kabupaten Semaran maupun pihak PT. Perkebunan Nusantara IX dalam mengalokasikan anggaran dana pengembangan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran saat ini menjadi kendala utama dalam pengembangan obyek wisata tersebut. 2. Kendala Publikasi Intensitas publikasi yang rendah tentang potensi wisata Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran menjadikan obyek wisata tersebut kurang familiar di masyarakat maupun di dunia wisata. Masyarakat lebih mengenal resto Banaran Coffee ketimbang keberadaan agrowisata. Ini merupakan kendala yang tidak mudah bagi pihak pengelola Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran tersebut. Karena itulah kendala ini harus segera disikapi dengan gencarnya publikasi dari obyek wisata tersebut, sebagai obyek wisata yang layak untuk dikunjungi wisatawan dan kalangan akademis.

24 3. Kendala Sarana dan Prasarana yang dimiliki Fasilitas yang ada saat ini diperlukan adanya pembenahan dan rehabilitasi sesuai standarisasi yang ada. Diantaranya adalah area parkir kendaraan yang belum beratap, jalan-jalan di area taman yang licin kala hujan dan selepasnya, Fasilitas flying fox yang perlu dijamin keselamatannya, dan kebersihan area taman dan gazebo yang kurang terawat.(wawancara dengan Chandra, pengunjung dari kota Semarang) 4. Kendala dalam Pendanaan Kondisi carut-marut negara saat ini yang sedang krisis ekonomi maupun krisis lainnya serta birokrasi yang menyulitkan dari pihak pemerintah mengakibatkan para investor enggan untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan agrowisata Kampoeng Kopi Banaran.(wawancara dengan Totok Indarto selaku Direksi Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran). 5. Kendala lain yaitu masyarakat sekitar yang kurang mendukung pengembangan agrowisata dan pengunjung hanya mengetahui Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran dari Resto Banaran Coffee saja.(wawancara dengan Moch. Irvan selaku coordinator event).

POTENSI DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH

POTENSI DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH POTENSI DAN PENGEMBANGAN AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara serius dan melibatkan pihak-pihak yang terkait.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara serius dan melibatkan pihak-pihak yang terkait. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi kebutuhan bagi berbagai lapisan masyarakat. Keberadaan pariwisata dapat membantu kemajuan perekonomian pemerintah daerah setempat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskirpsi Lokasi Salah satu obyek wisata yang mulai banyak diminati masyarakat Gorontalo khususnya sekitar Bone Bolango adalah objek wisata Pemandian Air Terjun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN DI KABUPATEN SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN DI KABUPATEN SEMARANG BAB II GAMBARAN UMUM AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN DI KABUPATEN SEMARANG A. Gambaran umum Kabupaten Semarang 1. Kondisi Geografis, demografis ekonomi dan sosial Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan 81 Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan N Besarnya Tarif Obyek Retribusi Satuan Tarif o Retribusi A 1 B 1 2 3 4 Tempat Rekreasi Kebun

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna JURNAL Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah yang berpotensi khususnya di sektor pariwisata. Salah satunya adalah kawasan wisata Guci. menurut website resmi Dinas Budaya dan pariwisata Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kota Bandung merupakan kota terbesar keempat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya dan Medan. Kota Bandung memiliki udara yang sangat sejuk dengan panorama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pariwisata adalah salah satu jenis industri yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau Secara garis besar, konsep wisata di Kecamatan Badau yaitu gabungan antara wisata alam dan wisata budaya. Wisata ini

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang cukup penting dan mempunyai andil yang besar dalam memacu pembangunan. Perkembangan sektor pariwisata akan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Out Bound Pengembangan Obyek Wisata Suban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Out Bound Pengembangan Obyek Wisata Suban 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN JUDUL Fasilitas Sarana yang memudahkan dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan. Out Bound - Batas luar - Belajar menuju luar Pengembangan Suatu tahap atau proses pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian pada komponen daya tarik wisata jalur pendakian Gunung Merbabu via Dusun Suwanting yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat dipengaruhi oleh; (1) daya tarik produk-produk wisata yang dimilik; (2) biaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesiapan sangat penting dalam memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan, apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar dan hasil yang

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi kepariwisataan di Indonesia sangat besar. Sebagai negara tropis dengan sumberdaya alam hayati terbesar ketiga di dunia, sangat wajar bila pemerintah Indonesia memberikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu industri yang diandalkan oleh banyak negara di dunia. Mereka menggunakan pariwisata sebagai penyokong perekonomian dan sumber devisa negara.

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya Jl. Hiu Putih, Tjilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu objek wisata di Jakarta yang banyak mendapat perhatian pengunjung adalah Kebun Binatang Ragunan. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada tahun 1864 di Cikini

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Dibuktikan dengan adanya pariwisata sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, manakala kegiatan pariwisata selalu membutuhkan makanan, kebiasaan manusia yang selalu tak bisa berhenti berkonsumsi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis global yang memang sangat menjanjikan karena pertumbuhan pariwisata

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai salah satu sektor terbesar penghasil devisa negara pengganti minyak bumi dan gas. Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES SEBAGAI OBJEK WISATA UNGGULAN TUGAS AKHIR Oleh : ADAM MUAKHOR L2D 004 291 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tempat wisata untuk mengembangkan diri. Melalui suatu atraksi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tempat wisata untuk mengembangkan diri. Melalui suatu atraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Medan merupakan salah satu Kota terbesar di Indonesia dan termasuk kedalam golongan kota metropolitan. Padatnya rutinitas dan aktivitas masyarakat merubah pola dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan wisata Jawa Barat merupakan kawasan wisata yang di unggulkan di tingkat Provinsi, yang berperan dalam pengembangan kepariwsataan Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Dasar Surat Ketua Pengurus KORPRI kecamatan Majenang nomor : 22/PUK-MAG/IX/2014 Tanggal 8 September 2014 Perihal Lomba Penulisan Artikel di Media Elektronik dan Online. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai berbagai ragam kebudayaan dan sumber daya alam yang merupakan modal utama untuk meningkatkan taraf hidup bangsa melalui

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Unsur-unsur destinasi wisata yang ada dalam suatu tempat tujuan wisata merupakan salah satu tolak ukur pengelolaan sebuah destinasi wisata. Semakin lengkap unsur destinasi wisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota Yogyakarta dan kota Semarang Di Kabupaten Magelang, terdapat objek wisata Kalibening yang ikut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE www.segorogunung.com B. LATAR BELAKANG MASALAH Kabupaten Karanganyar terletak di sebelah Timur wilayah Solo. Disertai

Lebih terperinci

KAJIAN WUJUD KESIAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBUTUHAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA AGRO BANGUNKERTO, SLEMAN, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN WUJUD KESIAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBUTUHAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA AGRO BANGUNKERTO, SLEMAN, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KAJIAN WUJUD KESIAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBUTUHAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA AGRO BANGUNKERTO, SLEMAN, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : APRI PORWANTI NINGSIH L2D 098 408 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia Pariwisata yang ada di Indonesia berbagai macam cara mengembangkan dunia pariwisata adalah yang berhubungan dengan aspek budaya karena di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR DAN BUKIT SIDAGORA. A. Potensi Kawasan Wisata Rawa Jombor dan Bukit Sidagora Berdasarkan

BAB III PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR DAN BUKIT SIDAGORA. A. Potensi Kawasan Wisata Rawa Jombor dan Bukit Sidagora Berdasarkan BAB III PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR DAN BUKIT SIDAGORA A. Potensi Kawasan Wisata Rawa Jombor dan Bukit Sidagora Berdasarkan Analisa 4A Potensi kawasan Rowo Jombor dan Bukit Sidagora

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Hasil analisis dari penelitian tentang pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun penciptaan lapangan kerja serta kesempatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Rawabogo mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisaya maka dapat di tarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para konsumen mempunyai banyak alternatif pilihan dalam menggunakan produk

BAB I PENDAHULUAN. para konsumen mempunyai banyak alternatif pilihan dalam menggunakan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah melahirkan era baru dalam dunia bisnis. Hal ini ditandai dengan semakin banyak dan beraneka ragam produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN Dengan penekanan desain Arsuitektur High-Tech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI KAWASAN RAWAPENING (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik)

HOTEL RESORT DI KAWASAN RAWAPENING (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN RAWAPENING (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Suharyono (1994:26) Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan muka bumi (gejala geosfer)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir slogan back to nature semakin populer di kalangan masyarakat. Hal ini kemudian memunculkan trend baru yaitu dijadikannya sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih atau barang jadi menjadi

Lebih terperinci

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, obyek wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak potensi dan Sumber Daya Alam (SDA) yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya adalah pada sektor pariwisata. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi beberapa Negara, terlebih lagi bagi Negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis karakteristik wistawan di Desa Wisata Bobung diketahui bahwa karakteristik geografis sebagian besar wisatawan berasal dari luar Yogyakarta. Berdasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menimbulkan persaingan yang ketat untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh setiap perusahaan. Agar sebuah perusahaan mampu terus eksis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Namun kawasan wisata alam ini masih belum memaksimal potensi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Namun kawasan wisata alam ini masih belum memaksimal potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pantai Plengkung merupakan sebuah wana wisata pantai yang menyimpan banyak potensi alam, yaitu pemandangan yang eksotis dan hamparan ombak yang tinggi. Namun

Lebih terperinci

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Indonesia yang strategis menunjukkan betapa kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan

Lebih terperinci