BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris semakin sering dipelajari dan digunakan di Indonesia.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris semakin sering dipelajari dan digunakan di Indonesia."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bahasa Inggris semakin sering dipelajari dan digunakan di Indonesia. Dikutip dari Abercombrie bahwa (Abercrombie, 1956:16) orang-orang mempelajari beberapa bahasa karena berbagai macam alasan-perdagangan, sosial, keilmuan, pendidikan dan pada dasarnya sederhana dibandingkan merancang sebuah mata pelajaran untuk pemula yang mengerti apa yang dia inginkan dengan bahasa, dan mengerti apa yang tidak relevan dengan tujuannya.bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat di Indonesia. Sebagian masyarakat di Indonesia percaya bahwa bahasa Inggris akan membantu mempermudah hidup mereka dalam mencari pekerjaan. Umumnya pembelajar bahasa Inggris ialah masyarakat dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pelajaran atau mata kuliah bahasa Inggris tidak lepas dari pengaruh bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Inggris karena bagaimanapun juga pembelajar bahasa Inggris di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Inggris juga tidak mudah, mengingat adanya perbedaan rumpun pada kedua bahasa tersebut. Pembelajar bahasa Inggris pada prakteknya paling tidak harus memiliki 4 kemampauan dasar berdasarkan aku-english.blogspot.co.id, yaitu berbicara

2 2 (speaking), membaca (reading), menulis (writing), dan mendengarkan (listening). Keempat kemampuan bahasa Inggris tersebut ialah disebutmacro skills, sementara micro skills terdiri dari tata bahasa (grammar), kosa kata (vocabulary), dan pengucapan (pronunciation). Macro dan microskills saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Contohnya ialah dalam menulis karangan bahasa Inggris, pembelajar bahasa Inggris tidak bisa lepas dari kemampuannya dalam menerapkan tata bahasa dan pengetahuan kosa kata pada karangannya. Pembelajar suatu bahasa pada umumnya tidak dapat lepas dari kaidah kala. Verhaar(2010:126) menyebutkan bahwa kala menyangkut waktu atau saat dalam hubungannya dengan saat (dalam hubungannya dengan saat penuturan) adanya atau terjadinya atau dilakukannya apa yang diartikan oleh verba.sementara itu, di dalam bahasa Indonesia memang terdapat kala, tetapi tidak begitu tampak seperti halnya dalam bahasa Inggris. Dikatakan oleh Abdul Chaer bahwa, bahasa Indonesia tidak menandai kala secara morfemis, melainkan secara leksikal. Antara lain dengan kata sudah untuk kala lampau, sedang untuk kala kini, dan akan untuk kala nanti (Chaer, 1994:261). Kala dalam bahasa Inggris menjadi masalah bagi beberapa pembelajar bahasa Inggris di Indonesia. Perbedaan rumpun bahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris juga menjadi alasan mengapa permasalahan kala muncul. Berbeda halnya ketika mempelajari bahasa yang mirip dengan bahasa ibu. Dikatakan oleh Windford bahwa, ketika strukturnya agak mirip pada kedua bahasa, akan mudah

3 3 dipelajari, dan cenderung dikuasai lebih awal(windford, 2003:215). Hingga saat ini, tidak sedikit mahasiswa yang masih mengalami kebingungan mengenai aturan kala dalam bahasa Inggris, presenttense dan pasttense. Kedua kala dalam bahasa Inggris tersebut umumnya dikenal membingungkan oleh para pembelajar bahasa Inggris di Indonesia. Selain itu, kedua kala tersebut sering kali menimbulkan kesalahpahaman pada mahasiswa dalam menggunakan bahasa Inggris, baik di dalam tulisan maupun lisan. Pada tulisan ini, penulis menulis mengenai kesalahan penggunaan kalapresent dan past pada tulisan berbahasa Inggris oleh pembelajar bahasa Inggris. Adanya kesulitandalam mempelajari bahasa Inggris tidak menutup bangsa Indonesia umumnya mempelajarinya lebih lanjut, Chaer berpendapat dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarkat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang yang disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan saling mempengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang(chaer, 1994:65). Ilmu bahasamemiliki beberapa cabang yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Wijana (2011) menyebutkan bahwa terdapat dua elemen dalam ilmu bahasa yaitu internal dan eksternal. Elemen eksternal bahasa diantaranya ialah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa, morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari penggabungan satuan-satuan

4 4 lingual yang berupa kata menjadi satuan yang lebih besar, seperti frase, klausa, dan kalimat. Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk makna satuan kebahasaan (Wijana, 2011:14-16). Permasalahan bahasa yang penulis teliti terkait dengan sintaksis karena berkaitan dengan penulisan kalimat oleh mahasiswa dalam bahasa Inggris. Seperti yang dikatakan oleh Hawkins bahwa, sintaksis suatu bahasa merupakan kesatuan aturan yang menentukan konstruksi kalimat suatu bahasa(hawkins, 2001:2). Maka kalimat yang menyimpang atau tidak mengikuti tata aturan disebut kalimat yang tidak gramatikal. Dalam buku yang sama, Hawkins menyebutkan bahwa, jika suatu kalimat dibentuk menurut aturan-aturan yang ada maka kalimat tersebut terformulasi dengan benar atau gramatikal. Jika suatu kalimat dibentuk menyimpang dari unsur-unsur maka kalimat tersebut salah atau tidak gramatikal(hawkins, 2001:2). Lebih fokus terhadap permasalahan pembelajaran bahasa Inggris terkait dengan sintaksis, analisis kesalahan berbahasa menjadi permasalahan utama. Ini mengingat adanya kesalahan berbahasa karena melibatkan dua bahasa yang memiliki perbedaan rumpun. Ditegaskan oleh Nadar bahwakesalahan hendaknya dianggap sebagai bagian dari pembelajaran bahasa asing. Pembelajar yang memiliki struktur bahasa yang berbeda dengan bahasa yang mereka pelajari hampir dipastikan membuat kesalahan(nadar, 1994:10). adalah, Sementara itu, David Crystal berpendapat bahwa analisis kesalahan berbahasa

5 5 Dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa, analisis kesalahan bahasa merupakan teknik untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menginterpretasikan secara sistematis bentuk-bentuk yang tak dapat diterima dihasilkan oleh seseorang yang mempelajari suatu bahasa asing, menggunakan prinsip dan prosedur yang disediakan oleh LINGUISTIK. Kesalahan diasumsikan untuk merefleksi, dengan cara yang sistematis, tingkatan KEMAMPUAN yang diraih seorang pembelajar,; dikontraskan dengan kekeliruan, yang merupakan batasan presentasi yang dapat dibenarkan oleh pembelajar. Kridalaksana (2008:14) menyatakan bahwa, analisis kesilapan (error analysis) pengajaran bahasa merupakan teknik untuk mengukur kemajuan belajar bahasa dengan mencatat dan mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seseorang atau kelompok. Kedua pendapat tersebut menunjukkan bahwa analisis kesalahan bahasa dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang biasa dihadapi oleh para pembelajar bahasa asing. Objek penelitian ini ialah pembelajar bahasa Inggris di Sekolah Vokasi UGM semester pertama tahun Kesalahan-kesalahan berbahasa Inggris tampak dalam membuat karangan yang mereka tulis. Kesalahan utamanya yakni pada penggunaanpresenttense dan pasttense. Kesalahan yang sering dilakukan dalam penerapan present tense dan past tense ialah dalam penggunaan verba yang masih kurang tepat, serta pemahaman mereka kurang terhadap kala tersebutditandai dengan keterangan waktu. Kesalahan yang terjadi pada tataran verba dalam presenttense dan past tense ialah penggunaan verba yang sering salah, seperti contoh di bawah ini, (1) *At 9.30 pm she go to sleep. (41-a)

6 6 (Pada pukul 9.30 petang dia beranjak tidur) (2)*At she studying until (79-a) (Jam dia belajar hingga pukul 11.00) Sementara itu, pada kalimat (1) penggunaan verba dianggap salah karena penggunaan verba infinitif ketika sebuah kalimat tersebut memiliki subjek orang ketiga tunggal wanita. Ketika sebuah kalimat memiliki subjek orang ketiga tunggal, maka akan diikuti oleh verba infinitif yang ditambah satau es.pada kalimat nomor (2) memiliki kesalahan penggunaan kata kerja ingpada verba study. Penggunaan ingdalam bahasa Inggris yaitu untuk menunjukkan gerund atau menunjukkan kalimat yang bersifat progresif baik present atau past. Berikut merupakan kalimat (1) hingga (2) yang telah mengikuti kaidah simple present tense, (1) At 9.30 pm she goes to sleep. (2)At she studies until Ketika seseorang mempelajari bahasa yang baru, terlebih bahasatersebut memiliki aturan yang sedikit berbeda dengan bahasa ibu yang ia gunakan, maka kesalahan-kesalahan terlihat baik sedikit atau pun banyak dalam proses penggunaannya. Ini juga dialami oleh para mahasiswa Sekolah Vokasi UGM pada tingkat pertama. Gejala ini dalam analisis kesalahan disebut interferensi bahasa (Primantari, 2012:5). Adapun kesalahan dalam penggunaan pasttense antara lain:

7 7 (3)*So I shut down my laptop and tried to sleep but I could not so I keep prayed until I sleeped.(6-a) (Jadi saya menutup laptop dan mencoba untuk tidur tetapi tidak bisa jadi saya terus berdoa sampai saya tidur) (4)*I can took my box tomorrow in here again.(12-a) (Saya dapat mengambil kotak saya besok di sini lagi.) Kalimat (3) verba keep prayed tidak tepat karena pada kalimat tersebut menggunakan simple past tense sehingga verba keep akan lebih tepat menjadi bentuk past yaitu kept diikuti gerundpraying, karena sesuai dengan kaidah gerund pada sub bab bagian (iii) bahwa verba keep termasuk verba yang diikuti oleh gerund. Selanjutnya pada verba sleep akan lebih tepat menjadi slept pada bentuk simple past dalam kalimat ini. Namun, oleh pembelajar verba sleep diubah menjadi sleeped karena pembelajar mengira bahwa verba sleep merupakan verba teratur( regular), sementara verba sleep merupakan verba tidak teratur (irregular) sehingga perubahan bentuk dari bentuk simple present ke dalam simple past bukan dengan menambahkan ed pada akhir verba, melainkan dengan mengubahnya menjadi slept. Kalimat (4) menggunakan verba modal. Kesalahan pada kalimat (4) terletak pada verba can yang tidak mengalami infleksi padahal kalimat tersebut merupakan kalimat dengan simple past tense karena menceritakan kegiatan masa yang lampau. Selanjutnya ialah verba take setelah modal can, justru mengalami infleksi ke dalam bentuk simple past menjadi took. Kedua verba akan lebih tepat apabila modal can mengalami infleksi menjadi bentuk simple past yaitu could

8 8 sementara verba take tetap dalam bentuk infinitif. Berikut ini kalimat (3) dan (4) setelah disempurnakan (3)So I shut down my laptop and tried to sleep but I could not so I kept praying until I slept. (4)I could take my box tomorrow in here again. Kurang tepatnya penggunaan bahasa Inggris dalam tataran tata bahasa menyebabkan timbulnya permasalahandalam pembelajaran bahasa, terutama menulis. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain pesan penulis karangan yang tidak sampai pada pembaca tulisan, tulisan yang sulit dipahami, serta beberapa kesulitan bagi penutur asli untuk memahami pesan yang disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, Sekolah Vokasi UGM Prodi Bahasa Inggris mewajibkan mahasiswa untuk menempuh mata kuliah wajib Menulis 1 dengan tujuan memberi bekal dasar mengenai tata aturan menulis dengan menggunakan bahasa Inggris dengan benar pada mahasiswa tingkat awal. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena untuk melihat kesalahan para mahasiswa dalam penggunaan kala dalam bahasa Inggris, sehingga dapat diketahui sejauh mana mahasiswa memahami bahasa tersebut pada tahap awal. Seiring dengan minat mahasiswa dalam bahasa Inggris yang semakin meningkat namun beragamnya kesalahan yang mereka tulis terkait dengan penggunaan kala, penelitian ini sekiranya dapat membantu mahasiswa dalam memahami aturan-aturan present tense dan past tensedalam bahasa Inggris. 1.2.Rumusan Masalah

9 9 Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan dalam dalam penggunaan simple present tense dan simple past tense yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGMtahun ajaran ? b. Apa penyebab kesalahan pada kedua kala tersebut oleh mahasiswaprodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGM? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: a. Mendeskrispikan bentuk-bentuk kesalahan dalam penggunaan simple present tense dan simple past tenseyang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGM. b. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya kesalahan pada kedua kala tersebut yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Bahasa Inggris semester 1 Sekolah Vokasi UGM. 1.4.Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan dalam analisis kesalahan penggunaan kala dalam bahasa Inggris terutama present tense dan past tense yang diterapkan dalam tulisan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan

10 10 dapat membantu pengajaran mata kuliah Menulis 1 Sekolah Vokasi UGM Prodi Bahasa Inggris sehingga kesulitan mahasiswa selama ini dalam memahami kala dalam penulisan menggunakan bahasa Inggris dapat diatasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan tentang kala, terutama present tense dan past tense, serta analisis kesalahan bagi penelitian-penelitian bidang terjemahan di masa yang akan datang. b. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pengajar mata kuliah Menulis pada program bahasa Inggris. Khususnya dalam memberikan pemahaman mengenai penggunaan kala dalam penulisan menggunakan bahasa Inggris terutama yang berkaitan dengan present tense dan past tense. 1.5.Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian sebelumnya mengenai analisis kesalahan diantaranya, pada tahun 1994,penelitian oleh Nadar dengan judul Foreign Students Errors in Elementary Written Indonesian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh pelajar dapat dikelompokkan, diantaranya additional related error, omission error, substitution error, dan ordering related error. Berikutnya yang dilakukan oleh Tanipu pada tahun 2010 dengan judul penelitian Analisis Kesalahan Penerjemahan Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia: Studi Kasus di Pusat Pelatihan Bahasa dan Penyiapan Studi Luar Negeri Gorontalo.

11 11 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesalahan referensial dan kesalahan linguistik dalam penerjemahan. Adapun penyebab kesalahan yang lain diantaranya kebudayaan, pengetahuan, dan pemahaman penerjemah. Tahun 1995, Wijana dengan judul Error Analysis of Monash University Graduate Students Essay Writing. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa berkaitan dengan perbedaan-perbedaam dalam linguistik, beberapa kesalahan yang dilakukan oleh pelajar pascasarjana dari Indonesia dipengaruhi oleh struktur bahasa ibu mereka yang lebih mereka kuasai. Pengaruh tersebut tampak pada ejaan dan kesalahan gramatikal dalam penggunaan konjungsi, kata kerja bantu, predikat non-verbal, angka, objek preposisi, preposisi, artikel, susunan kata, dan pemilihan kata. Penelitian dilakukan oleh Chow Po Ki (2006) dengan judul Tense and Aspect in Interlanguage: Error Analysis in the English of Cantonese-speaking Secondary School Student. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelajar membuat kesalahan bukan hanya karena pengaruh bahasa ibu, namun juga beberapa faktor. Faktor-faktor seperti pengaruh antarbahasa, perbedaan antara bahasa Kanton dan bahasa Inggris dan pengaruh intralingual juga penting sekali. Penelitian lain, Primantari (2012) dengan judul Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia pada Tataran Sintaksis oleh Pembelajar BIPA dari Korea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajar BIPA dari Korea melakukan kesalahan dalam tataran sintaksis, yaitu pada tataran frasa dan klausa.

12 12 Serta kesalahan terjadi umumnya karena kurang pahamnya pembelajar mengenai pembentukan frasa dan klausa dalam bahasa Indonesia. Putri (2014) dengan judul Analisis Kesalahan Pembentukan Kata Kerja dalam Karangan Berbahasa Indonesia Mahasiswa Amerika. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola kesalahan pembentukan kata kerja dalam karangan berbahasa Indonesia mahasiswa Amerika diklasifikasikan menjadi lima macam serta penyebab kesalahan pembentukan kata dibagi menjadi dua macam, yaitu intralingual dan ekstralingual. Wulandari (2015) dengan judul Analisis Kesalahan Gramatikal pada Karangan Bahasa Inggris Mahasiswa Tahun Pertama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada ranah morfologi, kesalahan paling banyak muncul yaitu berupa penghilangan penanda jamak, sedangkan kesalahan dalam ranah sintaksis yang frekuensi kemunculannya paling tinggi yaitu kesalahan yang berupa konjugasi atau perubahan bentuk verba berdasarkan subjek dan kala. Adapun penelitian oleh Sapanti (2015) dengan judul Analisis Kesalahan Struktur Sintaksis Karangan Berbahasa Indonesia oleh Pembelajar Tiongkok. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pembelajar Tiongkok melakukan kesalahan dalam tataran sintaksis, yaitu pada tataran frasa dan tataran klausa. Penelitian ini berfokus pada analisis kesalahan penulisan karangan menggunakan bahasa Inggris oleh mahasiswa semester 1 Tahun Ajaran

13 13 Program Studi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM pada tataran gramatikal, khususnya dalam penggunaan kalapresent dan kala past. Sistem gramatikal dalam bahasa Inggris akan diikutsertakan demi memperjelas ketidakpahaman para mahasiswa dalam menggunakan kala yang tertuang dalam karangan. Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan sehingga mahasiswa semester 1 Program Studi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk memahami kesalahan-kesalahan sebelumnya yang terkait dengan penggunaan kala. 1.6.Landasan Teori Pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing Pengertian bahasa asing ialah bahasa yang dikuasai oleh seseorang sesudah yang bersangkutan menguasai bahasa pertama dan bahasa keduanya. Gaas dan Selingker (2008) menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa asing umumnya dibedakan dengan pemerolehan bahasa kedua, bahasa asing mengacu pada pembelajaran bahasa normatif di lingkungan bahasa asli seseorang (misalnya, orang Perancis belajar bahasa Inggris di kelas yang terdiri dari siswa Perancis). Pembelajaran bahasa Inggris di kelas-kelas di Indonesia merupakan salah satu contoh pembelajaran bahasa asing, karena terdiri dari mahasiswa Indonesia dengan guru dari Indonesia.

14 14 Berdasarkan pengamatan penulis, Bahasa Inggris dijadikan oleh beberapa instansi pendidikan sebagai bahasa asing yang dipelajari oleh siswa selain bahasa asing lainnya, seperti bahasa Arab, bahasa Perancis, dan bahasa Cina. Umumnya, kini bahasa Inggris mulai diperkenalkan di sekolah dasar, dan bahasa Inggris dipilih sebagai bahasa asing karena merupakan salah satu bahasa internasional yang banyak digunakan di dunia. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing menimbulkan banyak kesalahan pada pembelajar terkait dengan perbedaan kaidah yang terdapat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tata bahasa Inggris memiliki kaidah yang dianggap rumit oleh sebagian besar pembelajar di Indonesia. Adapun pendapat Selingker dan Gaas (2008) mengenai input bahasa asing ialah (1) pengajar, (2) materi ajar,dan (3) pembelajar lainnya Interlanguage Interlanguage (IL) menurut Selingker merupakan hasil pemrosesan pengetahuan tentang bahasa sasaran yang terbentuk oleh si pembelajar, merupakan sistem linguistik yang dinamik serta terus menerus berkembang. IL terletak diantara bahasa ibu dan bahasa sasaran (Brown, 2001:215). Interlanguage erat kaitannya dengan istilah fossilization atau pembentukan fosil. IL biasanya merupakan faktor yang menghambat dalam mempelajari bahasa asing. Selingker (1972) menyamakan

15 15 struktur yang memfosil itu dengan kesalahan. Kesalahan pada IL muncul serta terus menerus baik dalam kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis. 1.7.Analisis Kesalahan Berbahasa Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan berbahasa merupakan salah satu kajian linguistik terapaan. Crystal (1980) yang dikutip oleh Ruru dan Ruru (1985) pada Pateda (1989) menyatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik (Pateda:1989:32). Analisis kesalahan dalam berbahasa dapat diawali dengan perkenalan dengan bahasa kedua yang belum begitu dikenal dan dipahami dengan baik. Ditambahkan oleh Nadar (1994) yang dikutip dari Brown (1980: ) bahwa kesalahan dapat terjadi karena paling tidak tiga alasan. Yaitu, interlingual transfertransfer dari bahasa ibu pembelajar, intralingual transfergeneralisasi yang kurang tepat aturan-aturan di dalam bahasa sasarancontext learningberkaitan dengan situasi kelas atau situasi sosial termasuk materi yang digunakan(nadar, 1994:12) Klasifikasi Tipe Kesalahan Dulay (1982: ) menyebutkan bahwa terdapat dua sistem klaifikasi yang digunakan untuk memprediksi kesalahan berbahasa.

16 16 (1) Taksonomi kategori linguistik Taksonomi kategori linguistik ini mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen bahasa dan konstituen bahasa. Kesalahan pada tataran komponen bahasa meliputi: kesalahan fonologi atau pelafalan, kesalahan sintaksis dan morfologi atau gramatikal, kesalahan semantik dan leksikon atau arti dan kosa kata, serta kesalahan wacana atau gaya. Sementara itu, konstituen bahasa memprediksi unsur-unsur yang terdapat dalam komponen bahasa misalnya frasa dan klausa dalam sintaksis. (2) Taksonomi kategori strategi lahir Dalam menganalisis kesalahan dari perspektif strategi lahir lebih memberikan tuntutan pada peneliti untuk mempertimbangkan proses kognitif yang terjadi saat pembelajar mengkonstruksi bahasa asing yang dipelajarinya. Terdapat empat kesalahan pada taksonomi kategori strategi lahir, diantaranya: (a) Omission atau penanggalan, yaitu penghilangan satu atau lebih unsur bahasa yang terdapat pada frase atau kalimat. (b) Addition atau penambahan, yakni penambahan satu atau lebih unsur bahasa pada kalimat atau frase. Penambahan ini merupakan kesalahan karena penambahan ini tidak diperlukan dalam kalimat atau frase. (c) Misformationatau kesalahbentukan, yaitu kesalahan dalam membentuk konstruksi suatu kalimat dalam tuturan.

17 17 (d) Misordering atau kesalahurutan, merupakan kesalahan dalam pengurutan dalam suatu konstruksi kalimat atau tidak sesuai dengan kaidah gramatikal Penyebab Terjadinya Kesalahan Berbahasa Terdapat berbagai penyebab kesalahan dalam mempelajari suatu bahasa, Davies menyebutkan bahwa, penelitian mengenai pemerolehan bahasa kedua mulai dari suatu langkah yang linguistik terapan yang sangat sederhana dengan penginvestigasian masalah kesalahan-kesalahan pembelajar. Semua pengajar bahasa (dan mungkin semua pembelajar bahasa) sadar akan fakta kesalahan: suatu kesalahan merupakan suatu jurang (terpenuhi atau pun tidak) di dalam pengetahuan pembelajar bahasa target(davies, 1999:83). Ditambahkan oleh Parera bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan pula satu tindakan dan studi secara formal dan sistematik untuk mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan, hambatan-hambatan, dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran bahasa yang berbeda latar belakang kebahasaan (Parera, 1997:98). Sejalan dengan pernyataan Parera, Brown (1981:113) menyebutkan bahwa terdapat empat sumber kesalahan berbahasa yaitu: (i) Transfer Interlingual Penyebab transfer interlingual ialah interferensi bahasa pertama. Kesalahan umumnya terjadi pada tahap awal pembelajaran bahasa ketika para pembelajar belum terbiasa dengan tata bahasa baru. Satu-satunya tata bahasa yang mereka miliki ialah

18 18 tata bahasa pertama sehingga tata bahasa tersebut yang mereka gunakan untuk menggunakan bahasa kedua dan bahasa yang baru mereka kenal. (ii) Transfer Intralingual Transfer intralingual disebabkan oleh bahasa target yang sedang dipelajari oleh para pembelajar bahasa tersebut. Pada umumnya kesalahan ini terjadi juga pada tahap awal pembelajaran bahasa. Kesalahan ini menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa target mengalami perkembangan dalam proses pembelajarannya. (iii) Konteks Pembelajaran Konteks pembelajaran merupakan jenis kesalahan diakibatkan ketiadaan tutor atau pengajar dalam pembelajaran bahasa. Tidak ada yang membantu para pembelajar dalam menafsirkan dan mengarahkan, sehingga pembelajar menafsirkan sendiri apa yang mereka pelajari. Hal ini berbahaya dan sering menimbulkan salah penafsiran dan terjadinya kesalahan-kesalahan. (iv)strategi Komunikasi Pembelajar terkadang menyampaikan gagasan menggunakan cara yang berbeda-beda. Cara ini terkadang bisa diterima, kadang juga tidak dapat diterima oleh penerima pesan, ini yang disebut miskomunikasi. 1.8.Tata Bahasa Definisi Tata Bahasa

19 19 Setiap bahasa memiliki kekhasan dan aturan masing-masing. Salah satu kekhasan yang dimiliki oleh suatu bahasa ialah tata bahasanya. Dardjowidjojo (1988:14) berpendapat bahwa bahasa baku mendukung empat fungsi. Tiga diantaranya bersifat pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif. Masing-masing diberi nama (1) fungsi pemersatu; (2) fungsi pemberi kekhasan; (3) fungsi pembawa kewibawaan; (4) fungsi sebagai kerangka acuan. Dalam bahasa Inggris, tata bahasa juga digunakan sebagai kerangka acuan para pembelajar untuk menggunakan bahasa tersebut agar dapat menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar. Sementara itu, Chomsky pada Parera (2009:97) menyatakan bahwa, gramatika ialah keseluruhan kaidah-kaidah yang ada pada jiwa pemakai bahasa yang mengatur serta berfungsi untuk melayani pemakai bahasa. Dari kedua pendapat mengenai tata bahasa, dapat disimpulkan bahwa tata bahasa berkaitan erat dengan aturan-aturan yang dimiliki oleh suatu bahasa serta memiliki keterikatan dengan pengguna bahasa tersebut. Sementara itu, pengguna bahasa dibagi menjadi dua yaitu pengguna bahasa yang memang sudah sejak lahir ia peroleh bahasa tersebut dan pembelajar bahasa, yaitu seseorang yang mempelajari bahasa tersebut sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Terkait dengan pembelajaran suatu bahasa tentu tidak lepas dari kesalahan tata bahasa yang dipoerolehnya Kesalahan-kesalahan Gramatikal

20 20 (i) Morfologi Morfologi menurut Wijana (2011:55) merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk beluk kata. Sementara itu, Robins (1971:181) menyebutkan bahwa morfologi merupakan pengkajian struktur gramatikal mengenai kata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa morfologi berkaitan dengan kata dan strukturnya. Dalam membahas kalimat, tentu tak lepas dari pembahasan kaidah yang mengatur kalimat tersebut yang berupa tata bahasa. Sementara itu, tata bahasa tidak lepas dari kata yang diatur oleh morfologi serta, kaidah susunan kalimat yang disebut dengan sintaksis. Dalam sebuah kajian morfologi, Parker (1946:69) menyebut bahwa morfem terbagi dalam beberapa bidang, yaitu morfem leksikal dan gramatikal, morfem bebas dan morfem terikat, serta infleksi dan derivasi. Dalam penelitian ini, infleksi dan derivasi akan dibahas lebih lanjut. (a) Infleksi dan Derivasi Dalam bahasa Inggris terdapat delapan afiks infleksi, yaitu (1) PenandaBentuk Jamak (Plural) Semua kata benda bentuk jamak dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+jamak, tanpa memperhatikan bagaimana morfem bentuk jamak dieja ataupun dilafalkan. Contohnya,

21 21 boys={boy}+{plu}, men={men}+{plu}, dan bahkan bentuk jamak sheep( pada Those sheep have big noses)={sheep}+{plu} (2) Penanda Kepemilikan (Possessive) Semua kata benda penanda kepemilikan dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{poss}.contohnya, boy s={boy}+{poss}, dan man s= {man}+{poss}. (3) Komparatif dan Superlatif Semua kata sifat komparatif dan superlatif dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari {akar}+{comp} atau {SUP}. Contohnya, happier={happy}+{comp}, dan happiest={happy}+{sup}. Perhatian, bahkan good, better, dan best dapat direpresentasikan dengan cara seperti ini: good={good}, better={good}+{comp}, dan best={good}+{sup}. Di sisi lain, tidak jelas bagaimana cara terbaik menghadapi bentuk seperti most beautiful. Untuk beberapa situasi mungkin masuk akal apabila menganggapnya sebagai sebuah akar ditambahkan afiks(contohnya, mostbeautiful={beautiful}+{sup}), dalam analogi dengan kasus regular seperti prettiest={pretty}+{sup}. Namun, most pada mostbeautiful jelas tidak sama dengan sebuah afiks, sebagaimana est pada prettiest; sebaliknya, hal itu merupakan morfem gramatikal bebas. (4) Present Semua verba present tense dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{pres}. Contohnya, loves (pada John

22 22 lovesmary)={love}+{pres}. Perhatian, namun, bahwa hanya pada saat permukaan s ini( yakni diperjelas) hanya ketika terdapat subjek orang ketiga tunggal (yaitu, he, she, atau it atau frasa nomina yang dapat menggantikan contohnya, John, Mary, the dog). Dengan subjek lainnya (misalnya, I, you, we, they, John and Mary, dan lainnya), verba presenttense tidak memiliki afiks permukaan. Namun, verba love(pada John and Mary love each other) dapat direpresentasikan sebagai{love}+{pres}. (5) Past Semua verba past tense dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar +{PAST}. Contohnya, walked (pada John walked on hot coals)={walk}+{past}. Sehingga berbagai verba past tense, tanpa memperhatikan pengejaannya, dapat direpresentasikan dengan cara seperti ini. Contohnya, drove={drive}+{past}. Perhatian, terlebih lagi, dalam bahasa Inggris (sebagaimana pada bahasa-bahasa rumpun Jermanik), pertama dan hanya bentuk verba pertama dalam kalimat sederhana yang diinfleksi untuk kala (yaitu, {PRES} atau {PAST}); tidak ada verba yang mengikuti yang pertama diinfleksikan untuk kala. Jadi, contohnya, dalam kalimat I think, think diinfleksikan untuk kala ({think+{pres}); dalam I have thought, have diinfleksi untuk kala ({have}+{pres}); dalam kalimat I am thinking, am diinfleksi untuk kala ({be}+{pres}); dan seterusnya. (6) Past Participle Semua past participle dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{past PART}. Contohnya, driven (dalam John has drivenhis mother crazy)={drive}+{past PART}. Satu masalah yang potensial dalam mengidentifikasi

23 23 past participle berasal dari fakta bahwa tidak ada banyak variasi pada pengejaannya. Contohnya, gone={go}+{past PART}, come (pada They ve comehome)={come}+{past PART}, hit (pada He s hit three home runs)={hit}+{past PART}, dan walked (pada He s walked three mules for that Camel)={walk}+{PAST PART}. Namun, ada metode yang sangat sederhana dalam mengidentifikasi kalimat past participle dalam kalimat yang aktif: sebuah past participle selalu mengikuti verba auxiliary have. Sehingga, dalam kalimat They have walked home, walked merupakan past participle karena secara spontan mengikuti bentuk have. Namun, dalam kalimat They walked home, walked bukan merupakan past participle karena tidak mengikuti bentuk have. (7) Present Participle Semua present participle dalam bahasa Inggris dapat direpresentasikan secara morfologis terdiri dari akar+{pres PART}. Contohnya, drinking={drink}+{pres PART}. Tidak seperti bentuk verba lainnya dsalam bahasa Inggris, present participle selalu muncul dalam bentuk yang konstan (yaitu dengan sufiks ing). Selain itu, presentparticiple dalam kalimat aktif sederhana dapat diidentiikasikan sebagai bentuk verba auxiliary to be, pada They were laughing. Afiks derivasi tidak sama dengan afiks infleksi. Terdapat delapan afiks infleksi, sementara jumlah afiks derivasi tidak terhingga, diantaranya (1) Sufiks {ize} Sufiks jenis ini bergabung dengan kata benda dan membentuk kata kerja, seperti criticize, simonize, ruuberize, vulcanize, pasteurize, mesmerize, dan lainnya. Sufiks ini juga

24 24 dapat ditambahkan pada kata sifat, seperti normalize, realize, finalize, vitalize, solemnize, dan lainnya. (2) Sufiks {ful} Sufiks jenis ini digabung dengan kata benda dan membentuk kata sifat, misalnya helpful, playful, thoughtful, careful, wishful, dan lainnya. (3) Sufiks {ly} Sufiks ini bergabung dengan kata sifat akan menghasilkan kata keterangan, misalnya quickly, carefully, swiftly, mightily, dan lainnya. Perhatian bahwa, sufiks ini juga terdapat bentuk lyyang diikuti oleh kata benda dan mengubahnya ke dalam kata sifat, misalnya friendly, manly, neighborly, dan lainnya. Adapun beberapa bentuk prefiks derivasi, diantaranya ialah prefiks {un}, prefiks jenis ini terdapat pada kata unhappy, unwary, unassuming,dan unforgettable. Lalu prefiks {dis}, prefiks ini muncul pada kata disproportionate, dislike, distrust. Adapun prefiks {a} pada kata asymmetrical, asexual, atheist, dan atypical. Juga terdapat prefiks {anti} seperti anti- America, anti-castro, dan anti-aircraft. (ii) Sintaksis Sintaksis menurut Parker (1946: 47) merupakan pengkajian tentang bangunan frasa, klausa, dan kalimat, yaitu mengenai cara semuanya tersusun. Sementara Robins (1971:181) menyebutkan bahwa sintaksis merupakan pengkajian tentang struktur gramatikal kalimat sebagai kata-kata yang telah berkembang.wijana (2011:77) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari perihal penggabungan atau penataan

25 25 satuan-satuan lingual yang berupa kata untuk membentuk satuan yang lebih besar, seperti frase, klausa, dan kalimat. Dari ketiga definisi sintaksis oleh para ahli diatas sintaksis melingkupi frasa, klausa, dan kalimat. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai cakupan sintaksis yang telah disebutkan dijelaskan secara rinci. (a) Kalimat Quirk dan Greenbaum (1973) berpendapat bahwa kalimat dapat mengandung lima unit yang disebut struktur elemen kalimat, yaitu subjek, verba, komplemen, objek, dan kata keterangan. Kalimat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat inti yang disebut dengan Pola Kalimat Dasar Inti (PKDI) dan kalimat perluasan menurut Parera (2009:28). Berikut penjelasan Parera (2009) mengenai PKDI dalam bahasa Inggris: 1. NP + VP Birds sing 2. NP + VP + NP John bought abook 3. NP + VP + NP + NP John gave Mary a book NP

26 26 4. NP + VP + Adj John became a doctor The rose smells sweet 5. NP + VbP + NP Ad Pa Paul is a student Mary is pretty Jim is here Thebook is on the table PDKI dapat diperluas, misalnya, 6. NP + VP The brave soldier ran quickly 7. NP + VP VP + NP The man in the gray overcoat drove the car

27 27 Sedangkan untuk perluasan klausa pada PDKI, akan terdapat PDKI baru yang masih menggantung pada salah satu unsur pokok PDKI, misalnya, 8. np + vp + np + NP + VP before he finished the lesson the bell rang Dengan adanya before, maka PDKI he finished the lesson merupakan klausa tergantung (dependent clause) dari PDKI the bell rang. Selain pada kalimat inti, PDKI tersebut dapat diturunkan pada kalimat turunan yang terdapat pada pernyataan ingkar, yaitu 9. NP + VP NP + do + not + Vinf They happened They did not happen. They arrived safely They did not arrive safely. Perlu diperhatikan bahwa dalam bahasa Inggris ini ialah bentuk do not yang mengalami perubahan morfofonemik sesuai dengan bentuk yang dilekatinya dan bentuk morfologis yang diambil-alihnya. 10. NP + VP + NP NP + do (dalam segala bentuk morfologi dan morfofonemik) + not + Vinf. + NP They bought a new car They did not buy a new car. 11. Hubungan yang sistematik pun dapat dinyatakan antara tipe pernyataan positif dan bentuk lanjutan pertanyaan.

28 28 NP + VP do (dalam segala bentuk morfologis dan morfofonemik) + NP + Vpinf. (dan ciri prosodi pertanyaan bahasa Inggris) They happen did they happen? They arrived safely did they arrive safely? 12. NP + VP + NP do + NP + Vinf. + NP? They bought a car did they buy a car? Dalam bentuk PDKI dengan be ada caranya sendiri. 13. NP1 + be + NP2 be + NP1 + NP2? They were rich men were they rich men? (b) Klausa Klausa memiliki peranan penting dalam pembentukan kalimat. Klausa memiliki sifat predikatif, yakni terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berdasarkan pada tulisan Wijana (2011:91). Dalam aturan tata bahasa, klausa tidak dapat berdiri sendiri. Berdasarkan potensinya menjadi kalimat, klausa dibedakan menjadi dua, klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas merupakan klausa yang berpotensi menjadi kalimat inti, sedangkan klausa terikat ialah klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat dalam tesis Wulandari (2014). (c) Frase Frase dalam Wijana (2011:77) merupakan gabungan kata yang memenuhi syarat tertentu, yakni gabungan kata yang tidak melewati batas fungsi. Adapun

29 29 beberapa kategori frase ialah, frase nomina, frase verba, frase adjektiva, frase numeralia, frase preposisional, dan frase keterangan. 1.9.Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penerapan penelitian kualitatif dalam penelitian ini berdasar pada dua pertimbangan. Pertama, pengembangan konsep didasarkan atas data yang ada. Kedua, penelitian ini bersifat deskriptif, artinya penelitian ini berusaha membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Dengan demikian, pemilihan ancangan deskriptif disadarkan pertimbangan bahwa penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada gejala yang sudah terjadi, dilaksanakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena kebahasaan sebagaimana adanya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kesalahan penerapan present tense dan past tense dalam karangan mahasiswa berbahasa Inggris mahasiswa Sekolah Vokasi UGM. Metode penelitian dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:57) Metode Pengumpulan Data

30 30 Metode dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode simak sebagai teknik dasar dan catat sebagai teknik lanjutan. Metode simak dalam hal ini teknik simak bebas libat cakap yang digunakan dengan menyimak penggunaan present tense dan past tense dalam karangan. Teknik lanjutan yang dipilih dalam penelitian ini yakni teknik catat yaitu mencatat data, yaitu kalimat-kalimat yang menggunakan present tense dan past tense. Pengamatan dilakukan pada pembelajar bahasa Inggris Program Studi bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM tahun ajaran 2013 dan 2014 para pembelajar tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Data dalam penelitian ini diperoleh dari karangan mahasiswa pada mata kuliah Menulis 1 dengan jumlah karangan sebanyak 99 kalimat dari 37 karangan oleh 18 mahasiswa pada semester pertama. Kemampuan tiap mahasiswa beragam, mereka rata-rata mendapatkan mata pelajaran bahasa Inggris sejak sekolah menengah pertama. Jenis data yang dikumpulkan dari karangan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM menunjukkan bahwa penelitian ini mengarah pada penelitian pustaka atau penelitian data sekunder. Data sekunder akan dikumpulkan dari hasil tugas menulis di kelas. Dalam pengumpulannya, data akan dikumpulkan berdasarkan dua tahapan. Pertama mengumpulkan hasil tugas menulis mahasiswa Sekolah Vokasi UGM. Kedua, mencatat dan mengidentifikasi temuan data berdasarkan kesalahan pada tataran morfologi dan sintaksis pada karangan yang megandung present tense dan past tense.

31 Metode Analisis Data Pada tahap analisis data, data dalam penelitian ini dianalisis dengan metode agih. Metode agih diterapkan dengan teknik bagi unsur langsung sebagai teknik dasarnya. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai unsur langsung yang membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Penggunaan teknik dasar ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan kalimat yang mengandung present tense dan past tense pada tataran morfologi dan sintaksis pada karangan berbahasa Inggris mahasiswa Sekolah Vokasi UGM Pada penelitian ini, mahasiswa diminta menuliskan mengenai,my Daily Activities, dan My Partner s Daily Activities, dan Past Experience Metode Penyajian Hasil Analisis Data Metode penyajian hasil analisis data dapat menggunakan metode penyajian formal dan metode penyajian informal (Mahsun, 2006:255). Hasil penelitian ini akan disajikan secara formal dan informal. Secara informal hasil penelitian akan dibahas secara deskriptif menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sedangkan secara formal hasil penelitian ini akan dikemukakan dengan tabel Sistematika Penyajian Laporan penelitian ini akan disusun sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat mengikuti alur penelitian ini secara runtut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi

32 32 latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan pada tataran sintaksis dan morfologipada karangan yang menggunakan simple present tenseyang dilakukan oleh para pembelajar bahasa Inggris. Bab III mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan pada tataran sintaksis dan morfologipada karangan yang menggunakan simple past tenseyang dilakukan oleh para pembelajar bahasa Inggris. Bab IV menjelaskan penyebab-penyebab terjadinya kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa semester 1 Sekolah Vokasi UGM Prodi Bahasa Inggris. Bab V akan berisi kesimpulan dan saran dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan bahasa asing utama yang dikenal, menarik, dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris umumnya diajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA 108 BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA 6.1 Kalimat Sederhana Siswa sekolah dasar dalam mempelajari bahasa Inggris selain mendengarkan, dan berbicara, siswa juga dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program pengajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk penutur asing. Pembelajar asing yang belajar bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. lain di Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, Rusia, Korea, Jepang, China dan Jerman

1 BAB I PENDAHULUAN. lain di Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, Rusia, Korea, Jepang, China dan Jerman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara di Indonesia. Namun saat ini, pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,

Lebih terperinci

KESALAHAN SINTAKSIS PADA SURAT LAMARAN KERJA BERBAHASA INGGRIS

KESALAHAN SINTAKSIS PADA SURAT LAMARAN KERJA BERBAHASA INGGRIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA SURAT LAMARAN KERJA BERBAHASA INGGRIS Didik Hariyadi Raharjo, S.Pd, M.Pd E-mail: didik.hariyadiraharjo@budiluhur.ac.id Akademi Sekretari Budi Luhur Abstract The aim of this research

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa baik bahasa lisan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

menjadi tolak ukur terhadap isi dari karya ilmiah tersebut. Pembaca akan tertarik atau tidak

menjadi tolak ukur terhadap isi dari karya ilmiah tersebut. Pembaca akan tertarik atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam karya ilmiah ialah abstrak. Hal tersebut dikarenakan abstrak merupakan hasil ringkasan yang memuat seluruh isi dari karya ilmiah. Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini manusia dituntut untuk menguasai ketrampilan berbahasa terutama berbahasa asing. Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran, perasaan, pengalaman dan pendapat. Oleh karena itu bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai alat utama berkomunikasi. Seorang pemakai bahasa dalam penyampaian suatu hal, menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi kesulitan dan kesalahan. Hal itu terjadi akibat siswa tersebut masih menggunakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas besar berupa karya ilmiah, seperti

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resti Handayani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan halhal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen linguistik. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN Pendahuluan Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an fonologi adalah cabang linguistik yang banya dibicarakan di antara cabang-cabang linguistik lainnya. Pada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bahasa sumber terhadap bahasa sasaran bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Seorang penerjemah dikatakan berhasil menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang membantu mereka untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

KESALAHAN LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V: SEBUAH KAJIAN ERROR ANALYSIS. Ida Bagus Gde Nova Winarta STIBA SARASWATI DENPASAR

KESALAHAN LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V: SEBUAH KAJIAN ERROR ANALYSIS. Ida Bagus Gde Nova Winarta STIBA SARASWATI DENPASAR KESALAHAN LEKSIKAL DALAM BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V: SEBUAH KAJIAN ERROR ANALYSIS Ida Bagus Gde Nova Winarta STIBA SARASWATI DENPASAR ABSTRACT This research was entitled Lexical Errors

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

Jurnal Sastra Indonesia

Jurnal Sastra Indonesia JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PRESENT TENSE.

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PRESENT TENSE. MEDIA SMART LOG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT PRESENT TENSE Ndayani SMPN 1 Dukun Magelang bgt_bunda@yahoo.com Abstrak. Best Practices ini didasarkan pada rendahnya kemampuan menulis kalimat

Lebih terperinci

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Orang Indonesia pasti pandai berbahasa Indonesia, orang Belanda pasti pandai berbahasa Belanda, orang Jepang pasti pandai berbahasa Jepang, orang Korea tentu

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci