LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM SIARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI RRI JEMBER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM SIARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI RRI JEMBER"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PROGRAM SIARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI RRI JEMBER OLEH TIM PENELITI PUSLITBANGDIKLAT LPP RRI

2 2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 5 BAB I... 6 PENDAHULUAN... 6 A. Latar Belakang... 6 B. Pertanyaan Penelitian... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 9 E. Kerangka Konsep... 9 F. Metode Penelitian BAB II PROFIL KABUPATEN JEMBER A. Sejarah Kabupaten Jember B. Letak Geografis C. Demografi D. Pertanian E. Media Radio BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil Responden B. Kebiasaan Bermedia C. Kekuatan RRI sebagai Rujukan bagi Responden D. Evaluasi Program Siaran RRI Jember E. Kebutuhan Responden F. Siaran Pemberdayaan Masyarakat BAB IV EVALUASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. Produksi Siaran Pedesaan sebagai Program Pemberdayaan Masyarakat Dialog Interaktif Paket Siaran Siaran Langsung dari Lapangan B. Evaluasi Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat

4 C. Pengembangan Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat BAB V TINJAUAN SEMINAR, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI A. Tinjauan Seminar B. Kesimpulan C. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA Dokumentasi Kegiatan LAPORAN HASIL PRA SURVEI KUESIONER Indepth Interview DAFTAR PETUGAS TAHAP DAFTAR PETUGAS TAHAP

5 KATA PENGANTAR Undang-Undang No. 32 tahun 2002 pasal 4 menjelaskan fungsi lembaga penyiaran adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu, juga menjalankan fungsi ekonomi dan kebudayaan. RRI sebagai lembaga penyiaran publik (pasal 14 ayat 2) dituntut mampu memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Tagline RRI Programa 1 adalah sebagai program pemberdayaan masyarakat. Peran RRI dalam pemberdayaan masyarakat dapat diidentifikasi melalui programprogram siaran yang berfungsi menerjemahkan kebijakan pemerintah dan organisasi lain dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Saat ini, pemberdayaan masyarakat tidak bisa hanya berlangsung secara top-down, tetapi juga harus melibatkan partisipasi masyarakat sehingga pemberdayaan akan lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri yang tentu saja berbeda-beda sesuai kondisi di wilayahnya masing-masing atau bersifat lokal. Pelayanan RRI kepada masyarakat secara nyata diwujudkan melalui program siaran. Program siaran yang dikelolapun harus berdasarkan pada kebutuhan masyarakat yang harus diketahui oleh penyelenggara siaran. Maka Puslitbangdiklat mengadakan penelitian pengembangan program siaran pemberdayaan masyarakat dengan lokus penelitian di RRI Jember. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kebutuhan pendengar atas siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember; mengetahui evaluasi siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember ; dan membuat pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember. Dari penelitian ini dapat diketahui profil responden, kebiasaan bermedia, temuan RRI sebagai rujukan, evaluasi program siaran RRI Jember, kebutuhan responden, dan pendapat responden terhadap siaran pemberdayaan masyarakat. Di samping itu secara khusus penelitian ini mengungkap program siaran pedesaan di RRI berkenaan dengan bagaimana sebaiknya siaran pedesaan itu dilaksanakan. Temuan ini menjadi penting sebagai rekomendasi bagi RRI Jember dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pendengar sekaligus menavigasi, mengarahkan, dan menginspirasi masyarakat melalui program siaran pemeberdayaan masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh RRI, terutama RRI Jember, sebagai bahan evaluasi program siaran mereka selama ini. Selain itu, penelitian ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan rekomendasi bagi pengembangan siaran RRI Jember secara umum maupun siaran pemberdayaan masyarakat secara khusus. Dengan demikian, siaran pemberdayaan masyarakat di RRI Jember bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan para pendengarnya. Semoga bermanfaat. Jakarta, Juni 2015 Kepala Puslitbangdiklat RRI, Sustrisno Santoso 5

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi lembaga penyiaran seperti RRI, urgensi riset khalayak dilihat dalam dua hal. Pertama, secara ideologis, lembaga penyiaran adalah melayani atau masyarakat dalam pengertian luas. Konsep melayani, dalam konteks ini, adalah memberikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pendengar berkenaan dengan informasi atau hiburan. Dengan kata lain, memenuhi motif-motif mereka mendengarkan siaran radio. Oleh karenanya, menjadi penting bagi RRI untuk mengetahui apa yang dibutuhkan publik. Kedua, mengetahui respon pendengar terhadap program siaran RRI yang nantinya dapat digunakan untuk melakukan perbaikan program. Dalam hal ini, komentar atau tanggapan khalayak atas program yang sudah ada akan sangat membantu RRI untuk mengembangkan program siarannya di masa depan. Fakta yang tidak bisa kita mungkiri bahwa khalayak sangat menentukan keberadaan media, tidak peduli apakah kita menggunakan pendekatan publik ataukah pasar (lihat Croteau dan Hoyness, 2003). Kesemuanya akan bermuara pada bagaimana media mampu melayani publik pembaca, pendengar, atau penontonnya dengan baik. Jika tidak, maka media itu akan ditinggalkan oleh khalayak. Bagi lembaga penyiaran swasta, keberadaan khalayak akan jauh lebih berpengaruh karena menentukan kelangsungan hidup media tersebut. Jumlah khalayak akan menentukan besaran iklan yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, media swasta akan senantiasa berusaha untuk membuat program yang diminati khalayak, tidak peduli jika program tersebut seringkali membodohi atau tidak membuat masyarakat cerdas. Target terpenting mereka adalah rating dan iklan. Berbeda dengan lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran publik mempunyai mandat yang berbeda. Tugas pokoknya adalah melayani kebutuhan masyarakat dengan informasi dan hiburan yang cerdas dan mendidik. Oleh karena itu, tantangan terbesarnya selain membuat program acara yang cerdas dan mendidik, juga bagaimana mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat semakin berkembang, pun dengan gaya hidup dan alternatif-alternatif pemuasan kebutuhan. Oleh karenanya, radio publik seperti RRI 6

7 tidak hanya harus bersaing dengan media-media yang lain, tapi juga sumber-sumber alternatif pemuasan kebutuhan yang semakin beragam. Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dituntut untuk mampu membuat program acara siaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan publik. Pengetahuan atas kebutuhan dan kepentingan publik semacam itu hanya mungkin dapat diketahui melalui sebuah penelitian. Tanpa adanya penelitian, maka penyusunan program hanya akan berdasarkan pada asumsi-asumsi para pembuat program. Akibatnya, program-program yang disusun bisa memenuhi kebutuhan khalayak, tapi bisa juga tidak. Oleh karenanya, sebuah penelitian khalayak merupakan hal yang sangat penting sebagai usaha untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khalayak yang hendak dilayani dan sebagai bahan utama melakukan evaluasi dan pengembangan program. Selanjutnya, Pasal 3 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran menetapkan bahwa tujuan penyiaran yaitu memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Selanjutnya, pasal 4 menjelaskan fungsi lembaga penyiaran sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu, juga menjalankan fungsi ekonomi dan kebudayaan. Dengan demikian RRI sebagai lembaga penyiaran dan telah ditetapkan sebagai lembaga penyiaran publik (pasal 14 ayat 2) dituntut mampu memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat. Undang-undang tersebut tidak jauh berbeda dengan pandangan McQuaill yang dikutip oleh Darmanto dkk. (2007) bahwa siaran radio publik setidaknya mempunyai enam fungsi yaitu (1) media penyiaran publik yang menjangkau secara universal seluruh wilayah geografis; (2) menyediakan keberagaman selera, kepentingan, kebutuhan dan juga keberagaman pendapat dan kepercayaan; (3) melayani kelompok-kelompok minoritas; (4) memberi perhatian terhadap budaya nasional, bahasa, dan identitas bangsa; (5) melayani kebutuhan sistem politik dengan menghargai prinsip yang berimbang, imparsial terhadap isu-isu konflik; dan yang terakhir (6) media penyiaran publik memberikan perhatian khusus pada kualitas isi media. Dari pendapat tersebut dapat digarisbawahi bahwa siaran radio publik harus dapat bermanfaat serta dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya pada kelompok-kelompok minoritas. 7

8 Untuk mewujudkan tugas dan fungsi RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik, RRI telah merealisasikan dalam bentuk saluran programa siaran, misalnya programa 1 dengan tag line pemberdayaan masyarakat, programa 2 kanal inspirasi untuk anak muda, programa 3 jaringan berita nasional, dan programa 4 channel khusus untuk pendidikan dan budaya. Semua programa ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui siaran. RRI Jember merupakan salah satu Satuan Kerja LPP RRI yang telah memberikan layanan siaran kepada seluruh masyakat yang menjadi jangkauan layanan siaran termasuk kelompok tani dan kelompok UMKM yang lain. Program siaran tersebut perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kelompok-kelompok masyarakat yang ada. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas program siaran Pemberdayaan Masyarakat, maka Puslitbangdiklat LPP RRI akan melakukan Penelitian Pengembangan Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat di RRI Jember. B. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan berikut. 1. Bagaimana kebutuhan pendengar atas siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember? 2. Bagaimana penilaian pendengar terhadap siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember? 3. Bagaimana pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember? C. Tujuan Penelitian Dari pertanyaan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, yaitu: 1. Mengetahui kebutuhan pendengar atas siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember. 4. Mengetahui penilaian pendengar terhadap siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember? 2. Membuat pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember. 8

9 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh RRI, terutama RRI Jember, sebagai bahan evaluasi program siaran mereka selama ini. Selain itu, penelitian ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan rekomendasi bagi pengembangan siaran RRI Jember secara umum maupun siaran pemberdayaan masyarakat secara khusus. Dengan demikian, siaran pemberdayaan masyarakat di RRI Jember bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan para pendengarnya. E. Kerangka Konsep Konsep pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya anggapan bahwa ada masyarakat yang selama ini tidak berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat ini ditandai dengan banyak fenomena permasalahan di masyarakat. Contoh yang paling jelas dari ketidakberdayaan masyarakat adalah adanya kemiskinan. Selama ini, kemiskinan menjadi sebuah problem yang harus dihadapi oleh masyarakat. Data BPS menyebutkan bahwa pada September 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,73 juta orang (10,96%). Problem ini terus menjadi perhatian bagi pemerintah dengan berbagai program untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Beragam cara ditempuh oleh pemerintah maupun oleh pihak-pihak lain yang berkonsentrasi pada pemberantasan kemiskinan, seperti organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat, maupun kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Kemiskinan menjadi satu contoh ketidakberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi. Sebenarnya, ketidakberdayaan masyarakat bisa terjadi pada banyak aspek, yaitu sosial, politik, budaya, dan tentu saja ekonomi. Dalam aspek sosial, ketidakberdayaan masyarakat bisa dilihat dari partisipasi mereka dalam kehidupan sosial di sekitarnya, termasuk eksklusi atau diskriminasi yang dilakukan lingkungan sosial mereka. Contoh ketidakberdayaan politik adalah adanya dominasi dalam pengambilan keputusan oleh kelompok atau orang tertentu. Pada aspek ekonomi, ketidakmampuan menguasai sumber daya menunjukkan ketidakberdayaan itu. Ketidakberdayaan masyarakat salah satunya disebabkan oleh kondisi struktural masyarakat yang mendiskriminasi dan mendominasi mereka yang tidak berdaya. Indonesia, pada masa Orde Baru, menggunakan konsep pertumbuhan sebagai jalan keluar dari problem ketidakberdayaan. Nyatanya, konsep pertumbuhan yang bersifat top-down tersebut banyak mendapatkan kritik karena dianggap tidak menjadikan 9

10 masyarakat sebagai subjek pembangunan, melainkan hanya sebagai objek. Selain itu, pembangunan lebih banyak dilakukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan produktivitas serta fokus pada infrastruktur, bukan pada pembangunan manusia. Konsep tersebut membuat pemerintah menjadi otoritatif dan masyarakat lantas menjadi tergantung pada pemerintah, alih-alih menjadi warga yang berdaya. Saat ini, pemberdayaan masyarakat menjadi model pembangunan yang paling populer dan diadopsi oleh banyak negara. Konsep ini menjadi antitesis dari pembangunan dengan konsep pertumbuhan. Konsep pemberdayaan masyarakat sendiri memiliki banyak pengertian dan varian metode. Pembangunan masyarakat itu sendiri dimaknai sebagai proses perubahan yang bersifat multidimensi menuju kondisi semakin terrwujudnya hubungan yang serasi antara needs dan resources melalui pengembangan kapasitas masyarakat untuk mengembangkan dirinya, terutama dalam memanfaatkan peluang dan sumber daya, mengantisipasi tantangan dan menangani masalah sosial yang muncul, sehingga terwujud kondisi kehidupan yang semakin sejahtera (Soetomo, 2013:35). Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai proses menyiapkan masyarakat dengan berbagai sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan memengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri (Ife, dalam Martono, 2011). Pengertian tersebut menitikberatkan pada kemampuan dan kekuatan masyarakat serta partisipasi untuk memberdayakan diri mereka sendiri. Jika selama ini pendekatan pertumbuhan mendapatkan banyak kritikan, saat ini model pemberdayaan masyarakat yang sedang banyak dikembangkan adalah antitesis dari model pertumbuhan, yaitu people centered development. Dalam model ini, pemberdayaan masyarakat mengarah pada desentralisasi, bottom up, fokus pada variasi lokal, menekankan pada proses belajar, berorientasi pada keberlanjutan, memerhatikan inklusi sosial, serta transformasi (Soetomo, 2013). Media massa memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan masyarakat. Ia mempercepat proses pemberdayaan masyarakat tersebar ke berbagai lapisan. Lembaga penyiaran publik memiliki andil yang lebih besar lagi dalam pemberdayaan masyarakat dibandingkan dengan media swasta. Pertama, lembaga penyiaran publik tidak dituntut untuk mencari keuntungan sebagaimana media swasta sehingga pemberdayaan masyarakat bisa menjadi agenda bagi media yang bersangkutan. 10

11 Kedua, lembaga penyiaran terutama radio bisa menjangkau kelbih banyak lapisan masyarakat dan murah, dibandingkan media cetak. Peran media dalam pemberdayaan masyarakat terutama adalah perannya dalam menyediakan informasi yang memberdayakan masyarakat serta sebagai penghubung antara pemerintah atau organisasi lain yang melakukan pemberdayaan kepada masyarakat. Media massa, dalam hal ini media publik, harus bisa mendorong partisipasi warga dalam pemberdayaan masyarakat. Saat ini, pemberdayaan masyarakat tidak bisa hanya berlangsung secara top-down, tetapi juga harus melibatkan partisipasi masyarakat sehingga pemberdayaan akan lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri yang tentu saja berbeda-beda sesuai kondisi di wilayahnya masing-masing atau bersifat lokal. F. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa survei dan wawancara mendalam. a. Survei dilakukan kepada pendengar RRI di Jember untuk mendapatkan masukan dan evaluasi dari pendengar RRI di Jember atas siaran RRI Jember secara umum. Pengumpulan data survei dilakukan dengan menyebar kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh enumerator yang telah dilatih oleh peneliti. Proses pengumpulan data dilakukan enumerator melalui wawancara secara langsung kepada tiap-tiap resoponden sehingga kuesioner tidak diisi sendiri oleh responden. b. Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih tajam dan mendalam tentang evaluasi program siaran RRI Jember, kebutuhan pendengar, dan terutama untuk mendapatkan masukan dari narasumber tentang pengembangan program pemberdayaan masyarakat. Narasumber wawancara mendalam adalah wakil dari kelompok-kelompok masyarakat dan usaha kecil dan menengah di Jember. 2. Kriteria Sampel dan Teknik Sampel Kriteria sampel pada penelitian ini mengacu pada kriteria umum pendengar RRI Pro 1 dan kemudahan mendesain pengambilan sampel. Berangkat dari kedua hal 11

12 tersebut, kriteria sampel pada penelitian ini meliputi: (a) pendengar RRI Pro 1, (b) berusia di atas 15 tahun, (c) bertempat tinggal di Jember dan terdaftar dalam KK. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 382 responden. Jumlah ini ditentukan agar hasil penelitian dapat mendekati keadaan yang sebenarnya karena angka ini diambil dengan asumsi sampling error 5% dan berada pada tingkat kepercayaan 95% (Eriyanto, 2007:292). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling, yaitu gabungan antara stratified random sampling dan cluster random sampling. Teknik ini dipilih karena menjanjikan hasil sampel yang proporsional dari populasi yang kompleks dan heterogen. Teknik ini dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Eriyanto, 2007:141). Sampel diambil secara mulai dari kecamatan-kecamatan yang ada di Jember secara acak namun proporsional dengan memerhatikan tingkat urban, suburban, dan rural. Dari kecamatan terpilih dilakukan lagi pengambilan sampel ke tingkat kelurahan, RW, hingga RT. Dari tingkat RT sebagai kelompok terkecil, diambil responden secara acak. 3. Teknik Analisis Data Beragam teknik analisis data digunakan dalam penelitian ini agar dapat menjelaskan hasil penelitian dan fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan yaitu: a. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan dengan deskriptif analisis menggunakan distribusi frekuensi. Teknik ini digunakan untuk memetakan kebutuhan pendengar dan evaluasi siaran RRI Jember. Selain itu, digunakan pula teknik cross-tabulation untuk mengetahui variasi jawaban responden terkait dengan latar belakang responden secara ekonomi, pendidikan, usia, dan sebagainya. b. Analisis kualitatif Analisis kualitatif dilakukan pada hasil wawancara mendalam untuk melengkapi analisis data kuantitatif. 12

13 BAB II PROFIL KABUPATEN JEMBER A. Sejarah Kabupaten Jember Keberadaan Kabupaten Jember secara geografis memiliki posisi yang sangat strategis dengan berbagai sumber daya alam yang potensial, sehingga banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang menarik untuk digali dan dikaji. Tentang nama Jember sendiri dan kapan wilayah ini diakui keberadaannya, hingga saat ini memang masih belum diperoleh kepastian fakta sejarahnya. Berbagai upaya baik seminar maupun penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian, Perguruan Tinggi maupun oleh sejarawan belum bisa mengungkap kejelasan yang pasti tentang kapan Kabupaten ini lahir. Pemkab Jember masih memberi Kesempatan luas untuk menampung sumbangan pemikiran untuk dijadikan bahan kajian dalam menentukan fakta sejarah guna mengetahui kapan hari jadi Kabupaten Jember sebenarnya. Hari jadi bagi suatu daerah sangatlah penting dan mendasar, karena menandai suatu awal pemerintahan sehingga dapat dijadikan ukuran waktu bagi daerah kapan mulai berpemerintahan? Sementara ini untuk menentukan hari jadi Kabupaten Jember berpedoman pada sejarah pemerintahan kolonial Belanda, yaitu berdasarkan pada Staatsblad nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929 Sebagai Dasar hukumnya. Dalam Staatsblad 322 tersebut, dijelaskan bahwa Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintahan desentralisasi di Wilayah Propinsi Jawa Timur, antara lain dengan REGENSCHAP DJEMBER sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintahan Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, pada tanggal 21 Agustus Mempelajari konsideran Staatsblad Nomor 322 tersebut, diperoleh data yang menunjukkan bahwa Kabupaten Jember menjadi kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dilandasi 2 macam pertimbangan, yaitu Pertimbangan Yuridis Konstitusional dan Pertimbangan Politis Sosiologis Yang unik adalah, Pemerintah Regenschap Djember diberi waktu itu dibebani pelunasan hutang-hutang berikut bunganya menyangkut tanggungan Regenschap Djember. Dari artikel ini dapat dipahami bahwa dalam pengertian administratif serta sebutan regent atau Bupati sebagai Kepala Wilayah Kabupaten, diatur dalam artikel 7. 13

14 Demikian juga pemisahan secara tegas antara Jember dan Bondowoso sebagai bagian dari wilayah yang lebih besar, yaitu Besuki dijelaskan pada artikel 7 ini. Pada ayat 2 dan 4 artikel 7 ini disebutkan bahwa ayat 2 artikel 121 Ordonasi Propinsi Jawa Timur adalah landasan kekuatan bagi pembuatan Staatsblad tentang pembentukan Kabupaten-kabupaten di jawa Timur. Semua ketentuan yang dijabarkan dalam staatsblad ini dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1929, ini disebutkan pada artikel terakhir dari staatsblad ini. Hal inilah yang memberikan keyakinan kuat kepada kita bahwa secara hukum Kabupaten Jember dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1929 dengan sebutan REGENSCHAP DJEMBER. Sebagaimana lazimnya sebuah peraturan perundang-undangan, supaya semua orang mengetahui maka ketentuan penataan kembali pemerintahan desentralisasi Wilayah Kabupaten Jember yang pada waktu itu disebut regenschap, dimuat juga dalam Lembaran Negara Pemerintahan Hindia Belanda. Selanjutnya perlu diketahui pula bahwa, Staatsblad nomor 322 tahun 1928 diatas ditetapkan di Cipanas oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan Surat Keputusan Nomor : IX tertanggal 9 Agustus Pada perkembangannya dijumpai perubahanperubahan sebagai berikut: Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi menjadi 7 Wilayah Distrik pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsblad Nomor 46 tahun 1941 tanggal 1 Maret 1941 maka Wilayah Distrik dipecah-pecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu : Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi dan Arjasa Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe dan Sukowono Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli dan Jenggawah Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo Distrik Tanggul, meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru dan Bangsalsari Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong, Gumukmas dan Umbulsari Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu dan Balung. Perkembangan perekonomian begitu pesat, mengakibatkan timbulnya pusatpusat perdagangan baru terutama perdagangan hasil-hasil pertanian, seperti padi, palawija dan lain-lain, sehingga bergeser pulalah pusat-pusat pemerintahan di tingkat distrik, seperti distrik Wuluhan ke Balung, sedangkan distrik Puger bergeser ke Kencong. 14

15 Berdasarkan Undang-undang Nomor: 12 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Timur, menetapkan pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (dengan Perda) antara lain Daerah Kabupaten Jember ditetapkan menjadi kabupaten Jember. Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976, maka dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah Baru sebagai berikut Kecamatan Jember dihapus dan dibentuk 3 kecamatan baru, masing-masing Sumbersari, Patrang dan Kaliwates, sedang Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli menjadi kecamatan Sukorambi Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, Wilayah Kawedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa yang wilayah kerjanya meliputi Arjasa, Pakusari dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya maka secara administratif, Kabupaten Jember terbagi menjadi 7 Wilayah Pembantu Bupati, 1 Wilayah Kota Administratif dan 31 Kecamatan, yaitu: Kota Administratif jember, meliputi Kec. Kaliwates, Patrang dan Sumbersari Pembantu Bupati di Arjasa, meliputi Kec. Arjasa, Jelbuk, Pakusari dan Sukowono Pembantu Bupati di Kalisat, meliputi Kec. Ledokombo, Sumberjambe dan Kalisat Pembantu Bupati di Mayang, meliputi Kec. Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo Pembantu Bupati di Rambipuji, meliputi Kec. Rambipuji, Panti, Sukorambi, Ajung dan Jenggawah. Pembantu Bupati di Balung, meliputi Kec. Ambulu, Wuluhan dan Balung Pembantu Bupati di Kencong, meliputi Kec. Kencong, jombang, Umbulsari, Gumukmas dan Puger Pembantu Bupati di Tanggul, meliputi Kec. Semboro, Tanggul, Bangsalsari dan Sumberbaru. Namun dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana tuntutan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka sejak tanggal 1 Januari 2001 Pemerintah Kabupaten Jember juga telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk dihapusnya Kota Administratif Jember. Demikian juga lembaga Pembantu Bupati berubah menjadi Kantor Koordinasi Camat. Namun setelah mengevaluasi selama setahun terhadap implementasi Otoda, Pemkab Jember melalui Perda Nomor 12 Tahun 2001 melikuidasi lembaga Kantor Koordinasi Camat. Sehingga dalam menjalankan roda pemerintahan di era Otonomi Daerah ini 15

16 Pemerintah Kabupaten Jember telah berhasil menata struktur organisasi dan kelembagaan hingga tingkat pemdes/kel. Dengan demikian, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 2001 Kabupaten Jember memasuki paradigma baru dalam sistem pemerintahan yaitu dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi atau Otonomi Daerah, dengan melaksanakan 10 kewenangan wajib otonomi sehingga memberikan keleluasaan penuh untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai keinginan dan aspirasi rakyatnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dengan misi utama, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ( B. Letak Geografis Kabupaten Jember yang terletak 250 km dari ibu kota propinsi Jawa Timur, Surabaya. Kabupaten Jember terletak pada posisi s/d Bujur Timur dan s/d Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Jember memiliki batas wilayah: Barat Laut Kabupaten Probolinggo, Utara Kabupaten Probolinggo, Timur Kabupaten Banyuwangi, Selatan Samudra Indonesia dan Barat Kabupaten Lumajang. Secara administrasi Luas wilayah kabupaten jember 3.293,34 Km 2 yang terbagi menjadi tiga puluh satu kecamatan yaitu kecamatan Kencong, Gomok Mas, Puger, Wuluhan, Ambulu, Tempurejo, Silo, Mayamg, Mumbulsari, Jenggawah, Ajung, Rambipuji, Mbalung, Umbulsari, Semboro, Jombang, Sumberbaru, Tanggul Mbangsalsari, Panti, Sukorambi, Arjasa, Pakusari, Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, sukowono, Jelbuk, Kaliwates, Sumbersari dan Patrang. Dari 31 kecamatan, wilayah yang paling luas adalah kecamatan Tempurejo sebesar 524,46 Km 2. Sedangkan wilayah yang paling kecil adalah kecamatan Kaliwates sebesar 24,94 Km 2. C. Demografi Berdasarkan sensus penduduk tahun Luas wilayah kabupaten Jember sebesar 3.293,34 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan kepadatan jiwa/ Km2. Dari keseluruhan jumlah penduduk tersebut sebagian besar berada pada usia produktif yaitu pada usia Tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel, Komposisi Penduduk Kabupaten Jember berdasarkan Usia menurut Kecamatan dan Kelompok Umur, hasil sensus penduduk Tahun 2010 sebagai berikut. 16

17 Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Jember Berdasarkan Usia Kelompok Umur Tahun Jumlah Kemudian berdasarkan Hasi Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2013 Persentase Penduduk Kelompok Umur dan jenis kelamin dapat dilihat sebagaimana pada table berikut. Tabel 2.2 Komposisi penduduk Kabupaten Jember Berdasarkan Jenis Kelamin Penduduk Kota Jember Laki-Laki Perempuan Jumlah o D. Pertanian Kabupaten Jember dengan luas wilayah ± 3.293,34 Km persegi, mempunyai potensi besar untuk berkembang menjadi kota raya. Tanahnya yang subur menjadikan kota di belahan timur Jawa Timur ini dikenal sebagai daerah agraris dan penghasil berbagai komoditas pertanian, hortikultura dan perkebunan. Dari segi topografi, sebagian Kabupaten Jember di wilayah selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Jember memiliki curah hujan yang relatif cukup, yaitu antara mm mm pertahun. Dengan demikian Kabupaten Jember merupakan daerah subur untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Karena itu wajar, 17

18 kalau setiap tahun Kabupaten Jember mengalami surplus beras hingga mencapai 200 ribu ton. Untuk masa mendatang Jember mencoba untuk mengembangkan tanaman impor, seperti Buah Naga Merah (Dragon Fruit) dan Cabe Jepang (Bullnose Pepper). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang produksi tanaman pangan maupun luas panen yang meliputi tanaman padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya.buah Naga (hylocereus undatus) kini menjadi salah satu komoditi andalan Dinas Pertanian Jember. Buktinya, hasil penjualan buah Naga pada panen bulan ini mencapai Rp150 juta. Itu dari hasil budidaya milik Dinas Pertanian sendiri. Belum buah Naga yang dibudidaya oleh masyarakat, luas budidaya yang dimiliki oleh Dinas Pertanian Jember mencapai tiga hektare. Tanaman satu ini belakangan makin digemari. Konon, buahnya punya khasiat menyembuhkan banyak penyakit. Selain itu, penampilannya tak kalah menawan dibanding tanaman hias. Namanya belakangan jadi buah bibir. Kenapa? Penampilannya, jelas memang menarik. Bulat mengerucut dengan batang segitiga yang tak lazim. Biasanya, segi empat atau malah banyak segi. Tubuhnya dihiasi duri, meski pendek dan tidak mencolok. Sepintas, mirip kaktus. Bobot tubuhnya lumayan, per buah mencapai setengah kilo. Kebun buah naga tersebut terletak di kawasan wisata Rembangan, Jember.Sementara itu jika di gabungkan dengan budidaya milik masyarakat, luas kebun buah Naga di kabupaten itu mencapai 12 hektare. Setelah Maret biasanya musim panen mulai menurun, meskipun buah Naga masih berbuah tetapi pada bulan-bulan tersebut dipergunakan untuk perawatan, seperti pemupukan dan penyemaian. Standar hasil produksi yang diterapkan Dinas Pertanian adalah buah dari tanaman yang pemupukannya menggunakan organik. Sebab hal itu akan berdampak pada kualitas buah. Selama ini, buah naga di Jember dijual sekitar Rp untuk buah naga putih, merah Rp dan kuning Rp Dinas Pertanian Jember sendiri, lebih banyak membudidayakan buah naga putih, yaitu mencapai 90% dari total luas area yang ada. Sementara 6% jenis buah Naga merah dan 4% buah Naga kuning E. Media Radio Kabupaten Jember merupakan kabupaten yang paling banyak stasiun radionya bila dibandingkan dengan kabupaten di sekelilingnya, Kabupaten Probolinggo mempunyai 6 Stasiun radio, Kabupaten Lumajang mempunyai 5 Stasiun radio, Kabupaten Banyuwangi mempunyai 12 Stasiun Radio dan Kabupaten Jember memiliki 18

19 15 Stasiun radio. Data selengkapnya Stasiun Radio yang ada di Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Jumlah Stasiun Radio di Kabupaten Jember NO Nama Frekuensi 1. RRI Jember 963 AM, 87,9 FM, 89,5 FM, 95,4 FM 2. Radio Suara Akbar 94,6 FM 3. Radio Ratu 88,7 FM 4. Radio Bass FM 90,2 FM 5. Radio Bintang FM 97 FM 6. Radio Karunia 92,7 FM 7. Radio KISS FM 96,2 FM 8. Radio DIGI FM 100,6 FM 9. Radio PROSALINA FM 101,3 FM 10. Radio Soka Adiswara 102,1 FM 11. Radio Suara Arbika 104,1 FM 12. Radio Kartika 102,9 FM 13. Radio Mutiara 107,3 FM 14. Radio Nada STAIN Jember 107,8 FM 15. Radio Diana 107,9 FM 19

20 BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil Responden 1. Jenis Kelamin Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 382 orang. Dari jumlah tersebut responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan. Dari 382 responden sebanyak 240 atau sebesar 62,83% berjenis kelamin laki-laki, dan sebanyak 142 atau sebesar 37,17% adalah perempuan. Grafik 3.1 menunjukan komposisi responden berdasarkan jenis kelamin. Grafik 3.1 Jenis Kelamin Responden 2. Usia Jika dilihat dari komposisi usia, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak berada pada rentang usia >43 53 tahun. Responden yang masuk dalam rentang usia tersebut sebanyak 106 orang (27,75%). Kemudian kelompok responden berikutnya adalah kelompok usia >33 43 tahun sebanyak 94 orang (24,61%). Selanjutnya kelompok rentang usia >23 33 tahun sebanyak 78 orang (20,42%) dan yang menempati urutan keempat adalah responden dengan rentang usia tahun sebanyak 51 orang (13,35%). Selengkapnya kelompok responden berdasarkan usia dapat dilihat melalui grafik

21 Grafik 3.2 Usia Responden 3. Status dalam Keluarga Profil responden juga dilihat dari statusnya dalam keluarga. Status ini terbagi dalam status sebagai ayah, ibu, anak, saudara, dan lainnya. Dalam penelitian ini, status responden dalam keluarga dibatasi pada responden yang tinggal di rumah tersebut, bukan kos atau tamu. Dilihat dari statusnya dalam keluarga, komposisi responden terbanyak dalam penelitian ini adalah ayah, yaitu sebanyak 193 responden (50,52%). Kelompok responden selanjutnya adalah ibu. Responden yang berstatus sebagai ibu sebanyak 120 responden (31,52%). Kemudian responden yang berstatus sebagai anak sebanyak 67 responden (17,54%). Responden yang berstatus sebagai sudara dan lainnya masing-masing 1 responden (0,26%). Grafik 3.3 Status dalam Keluarga 4. Pekerjaan Utama Dilihat dari pekerjaan utama responden, kelompok pekerjaan yang paling tinggi adalah petani. Responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 119 responden (31,15%). Profesi sebagai petani memang merupakan profesi mayoritas penduduk di 21

22 Kota Jember. Selanjutnya kelompok terbesar kedua adalah responden sebagai ibu rumah tangga. Jumlah responden sebagai ibu rumah tangga serbanyak 69 responden (18,06%). Kemudian responden yang menduduki urutan ketiga adalah responden yang menyatakan dirinya sebagai pedagang sebanyak 56 responden (14,66%). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Pekerjaan Utama Responden Pekerjaan Utama Frekuensi Persentase petani % ibu rumah tangga % pedagang % wiraswasta % lainnya % mahasiswa/pelajar % pegawai pemerintah/pns % tidak bekerja % guru/dosen % buruh pabrik % pekerja serabutan % pegawai BUMN/BUMD % pensiunan % TNI/Polri % Jumlah % 5. Pendidikan Terakhir Dari 382 responden yang disurvei, responden berpendidikan SD merupakan yang paling banyak, yaitu sebanyak 130 responden (34,03%). Responden yang menduduki urutan kedua adalah responden yang tamat SMA sebanyak 115 responden (30,10%). Kemudian responden yang tamat SLTP sebanyak 87 responden (22,77%). Tiga besar pendidikan terakhir responden yang demikian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden di Kota Jember masih rendah. Terlebih fakta bahwa masih juga ada responden yang tidak lulus SD, yaitu sebanyak 4,97%, dan yang tidak sekolah sebanyak10 responden (2,62%). Responden yang mencapai pendidikan tinggi masih sedikit, yaitu DI/D2/D3 sebanyak 4 responden (1,05%), S1/D4 sebanyak 16 orang (4,19%) dan responden yang pendidikannya sampai S2/S3 hanya 1 responden (0,26) (lihat grafik 3.4). 22

23 Grafik 3.4 Tingkat Pendidikan Responden 6. Agama Sebagian besar masyarakat Jember memeluk agama Islam. Demikian pula dengan responden pada penelitian ini. Jumlah responden yang memeluk agama Islam sebanyak 362 responden (94,75%). Sedangkan responden yang memeluk agama Kristen hanya 20 responden atau sebanyak 5,24%. Grafik 3.5 Agama Responden 7. Pengeluaran per Bulan Pengeluaran per bulan bisa digunakan untuk melihat strata sosial seseorang. Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa responden pendengar RRI berada pada strata sosial menengah ke bawah. Persentase responden terbesar memiliki pengeluaran >Rp Rp , yaitu 155 responden (40,58%). Urutan selanjutnya dengan pengeluaran lebih rendah, yaitu kurang dari Rp dengan jumlah responden 22,77%. Pada urutan ketiga adalah responden dengan pengeluaran Rp Rp (18,59%). Persentase responden berdasarkan pengeluaran per bulan bisa dilihat dalam tabel

24 Tabel 3.2 Perkiraan Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Perkiraan Pengeluaran Rumah Tangga per Bulan Frekuensi Persentase Rp , ,77% >Rp ,00 Rp , ,58% >Rp ,00 Rp , ,59% >Rp ,00 Rp , ,38% >Rp ,00 Rp , ,93% >Rp , ,76% Jumlah ,00% 8. Kepemilikan Teknologi Media Televisi menempati urutan pertama sebagai media yang paling banyak dimiliki oleh responden. Mereka yang memiliki televisi di rumahnya mencapai 355 responden (92,93%). Teknologi media kedua yang banyak dimiliki responden adalah HP, yaitu oleh 89,79%. Kedua teknologi tersebut memang tidak bisa dimungkiri menjadi dua benda yang tidak terpisahkan dari manusia modern. Radio menempati urutan ketiga dengan jumlah pemilik 334 responden (87,43%). Teknologi media lainnya adalah komputer atau laptop (18,59%), VCD/DVD Player (39,79%), dan MP3/MP4 Player (7,59%). Grafik 3.6 Kepemilikan Teknologi Media di Rumah 9. Media yang Diakses Keberagaman jenis media yang diakses oleh responden menunjukkan bahwa responden tidak hanya mengakses satu jenis media saja. Untuk itu, responden dibolehkan untuk memilih berapapun jumlah media yang mereka akses. Pada penelitian ini, responden yang dipilih adalah mereka yang mendengarkan RRI. Oleh karena itu, 24

25 responden yang mengakses radio pun jumlahnya 100%. Televisi menempati urutan kedua sebagai media yang paling banyak diakses, yaitu oleh 90,05% responden. Kedua media ini radio dan televisi merupakan media yang paling populer, setidaknya bagi responden. Media massa lainnya tidak diakses oleh banyak orang. Media online yang berada pada urutan ketiga hanya diakses oleh 11,52% responden. Media lainnya seperti surat kabar, majalah, dan tabloid bahkan hanya diakses oleh kurang dari 10% responden. Grafik 3.7 menunjukkan secara lengkap media yang diakses oleh responden beserta persentasenya. Grafik 3.7 Media yang Diakses Responden B. Kebiasaan Bermedia 1. Rata-rata Mendengarkan RRI per Hari Waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio mengindikasikan kategori pendengar. Orang yang mendengarkan radio kurang dari 7 jam per minggu termasuk dalam kategori light listener, 7 20 jam per minggu termasuk kategori medium listener. Sementara orang yang menghabiskan waktu lebih dari 20 jam per minggu untuk mendengarkan radio termasuk kategori heavy listener (pendengar berat). Dari hasil survei terhadap 382 pendengar RRI di Jember menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan pendengar kategori sedang. Sebanyak 179 responden (46,86%) menjawab rata-rata mendengarkan radio 1-3 jam per hari. Posisi berikutnya jatuh pada kategori pendengar ringan yang mendengarkan radio rata-rata kurang dari 1 jam per hari, yaitu sebanyak 38,48%. 25

26 Sementara responden yang masuk kategori pendengar berat masing-masing mendengarkan radio rata-rata 3-5 jam perhari sebanyak 8,12% dan lebih dari 5 jam sebanyak 6,54%. Grafik 3.8 Rata-rata per Hari Mendengarkan Radio 2. Waktu Paling Sering Digunakan untuk Mendengarkan RRI Untuk menyusun programming siaran yang baik, pengelola radio perlu mengetahui pola waktu yang digunakan audiens untuk mendengarkan radio sehari-hari. Pola waktu mendengarkan ini berkaitan dengan penentuan prime time, yaitu waktuwaktu yang paling banyak digunakan untuk mendengarkan radio. Dari data survei pendengar radio di Jember menunjukkan bahwa persentase responden yang mendengarkan radio di pagi hari ( ) relatif banyak, yaitu 19,90%. Memasuki pukul jumlah pendengar radio sedikit berkurang 0,53%. Pada rentang pukul jumlah pendengar radio mengalami penurunan drastis sampai pada angka 4,71% dari 382 responden. Hal ini dapat dimaklumi karena waktu tersebut responden berkonsentrasi pada pekerjaan/aktivitas masing-masing. Mulai pukul siang sampai pukul sore jumlah pendengar radio perlahan mengalami peningkatan. Rentang pukul sore hingga malam merupakan puncak waktu yang banyak digunakan responden untuk mendengarkan radio yaitu sebanyak 21,99%. Dinamika jumlah pendengar radio di Jember dalam sehari dapat diilustrasikan sebagai berikut. 26

27 Grafik 3.9 Waktu Paling Sering Mendengarkan Radio Informasi mengenai pola waktu mendengarkan tersebut dapat digunakan oleh pengelola program siaran RRI sebagai pertimbangan dalam menyusun pola siaran di masing-masing daypart. Dengan kata lain, program siaran untuk daypart pagi, sore, dan malam perlu mendapatkan perhatian khusus karena konsentrasi pendengar pada siaran radio banyak tercurah. Meski begitu tidak berarti kualitas paket siaran pada jam-jam minim pendengar dapat diabaikan. 3. Tempat Paling Sering Digunakan untuk Mendengarkan RRI Dilihat dari tempat yang biasanya digunakan untuk mendengarkan RRI, responden di Jember memiliki kebiasaan mendengarkan RRI di rumah, yaitu sebanyak 345 responden (90,31%). Berikutnya dengan selisih yang cukup jauh, sebanyak 28 responden (7,33%) mendengarkan radio di tempat kerja. Angka ini mengindikasikan bahwa rumah merupakan tempat yang paling nyaman untuk mendengarkan radio. Tingginya persentase responden yang mendengarkan radio di rumah juga menunjukkan bahwa mendengarkan radio merupakan aktivitas di waktu senggang atau di luar jamjam kerja. Ini konsisten dengan temuan waktu mendengarkan favorit respoden, yang berada di luar jam-jam kerja (pagi, sore, dan dan malam hari). Persentase paling kecil adalah mendengarkan radio di tempat umum yaitu sebanyak 1 responden (0,26%). 27

28 Grafik 3.10 Tempat Paling Sering Mendengarkan RRI 4. Jenis Program Acara Paling Sering Didengarkan Program siaran merupakan produk jasa yang dijajakan oleh media untuk memenuhi kebutuhan audiens. Secara umum, jasa layanan tersebut bisa dibedakan menjadi dua yaitu informasi dan hiburan. Bagi khalayak pendengar RRI di Jember, mayoritas responden memilih musik/hiburan sebagai program yang paling diminati yaitu sebanyak 181 responden (47,38%). Disusul kemudian berita/informasi yang dipilih oleh 167 responden (43,72%). Selisih yang tidak terlalu jauh ini mengindikasikan bahwa sebenarnya hiburan dan informasi sama pentingnya bagi pendengar RRI di Jember. Selain itu, ada pula responden yang lebih memilih program spesifik seperti pendidikan (6,02%), kebudayaan (2,09%), dan iklan (0,26%). Untuk pertanyaan ini, masing-masing ada 1 responden (0,26) yang menjawab lainnya dan tidak menjawab. Tabel 3.3 Program RRI Paling Sering Didengarkan Frekuensi Persentase musik/hiburan % berita/informasi % pendidikan % kebudayaan % iklan % lainnya % tidak menjawab % Jumlah % 28

29 5. Alasan Utama Mendengarkan RRI Mengenai alasan responden mendengarkan RRI, berita/informasi menempati urutan pertama yang dipilih oleh 186 responden (48,69%). Sementara hiburan berada di urutan kedua dengan jumlah 166 responden (43,46%). Berturut-turut berikutnya, responden memilih alasan pendidikan (4,45%), kebudayaan (2,36%), lainnya (0,79%), dan iklan/promo/pengumuman (0,26%) sebagai alasan utama mendengarkan RRI. Berikut ini tabel jawaban responden tentang alasan utama mendengarkan RRI. Tabel 3.4 Alasan Utama Mendengarkan RRI Frekuensi Persentase berita/informasi % hiburan % pendidikan % kebudayaan % lainnya % iklan/promo/pengumuman % Jumlah % Jika dicermati, ada sedikit perbedaan antara program RRI yang sering didengarkan dengan alasan utama mendengarkan RRI. Pada pertanyaan program RRI yang paling sering didengarkan, musik/hiburan menjadi pilihan mayoritas responden sedangkan berita/informasi berada di urutan kedua. Sebaliknya ketika ditanya alasan utama mendengarkan RRI, berita/informasi menjadi yang pertama. Meski begitu, selisih antara keduanya bisa dikatakan kecil. Data ini bisa dimaknai bahwa responden pendengar RRI di Jember cenderung menyukai berita/informasi ringan yang melalui acara yang memadukan unsur hiburan dan informasi sekaligus. 6. Aktivitas Ketika Mendengarkan RRI Salah satu kelebihan media radio dibandingkan media massa lainnya adalah fleksibilitas dalam mengaksesnya. Mendengarkan radio bisa dilakukan sembari mengerjakan aktivitas keseharian lainnya karena sifatnya yang auditif. Walaupun ada juga pendengar yang lebih suka mendengarkan radio tanpa mengerjakan aktivitas lainnya. Bagi pendengar jenis kedua, aktivitas mendengarkan radio diposisikan lebih sebagai hiburan sembari beristirahat santai. 29

30 Dari temuan penelitian, diketahui bahwa sebanyak 274 responden (71,73%) hanya mendengarkan radio saja. Temuan ini konsisten dengan temuan sebelumnya terkait tempat, waktu, dan program siaran favorit yang lebih condong pada suasana santai, di luar jam-jam kerja, dan ketika responden berada di rumah. Selebihnya, sebanyak 108 responden (28,27) mendengarkan radio sambil melakukan aktivitas lainnya. Terkait dengan aktivitas lain yang dikerjakan ketika mendengarkan radio, jawaban responden bervariasi antara lain memasak, membersihkan rumah, bekerja, berdagang atau menjaga warung, belajar, SMS-an, dan lain sebagainya. Dilihat dari aktivitas tersebut sebagian besar merupakan aktivitas domestik di mana responden memiliki keleluasaan mengatur waktu. Grafik 3.11 Aktivitas ketika Mendengarkan Radio 7. Perangkat Paling Sering Digunakan untuk Mendengarkan RRI Dilihat dari perangkat yang digunakan untuk mendengarkan radio, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa radio transistor menempati urutan teratas. Sebanyak 248 responden (64,92%) mendengarkan RRI melalui radio transistor. Perangkat berikutnya yang banyak digunakan adalah handphone yaitu sebanyak 125 responden (32,72%). Meskipun ada pula yang menggunakan perangkat media lain, persentasenya sangat sedikit. Beberapa di antaranya yakni radio mobil (1,31%), radio streaming (0,52%), alat pemutar MP3/MP4 (0,26%), dan perangkat lainnya (0,26%). Jika diilustrasikan dalam grafik akan tampak sebagai berikut. 30

31 Grafik 3.12 Perangkat yang Digunakan untuk Mendengarkan RRI Dari data di atas bisa ditarik simpulan bahwa secara umum khalayak pendengar RRI di Kabupaten Jember lebih menyukai perangkat teknologi konvensional meski perkembangan teknologi radio sudah sedemikian canggih. Kecilnya persentase responden yang menggunakan radio streaming mengindikasikan bahwa khalayak pendengar RRI di Kabupaten Jember belum familiar dengan tren konvergensi media, dalam konteks ini melalui aplikasi RRI Play. Selain karena faktor teknologi, hal ini juga bisa disebabkan karena faktor ekonomi. Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk mengakses radio streaming pendengar perlu mengeluarkan biaya internet sedangkan jika menggunakan radio handphone tidak perlu biaya tambahan. 8. Gaya Penyiar RRI Paling Disukai Bagi sebagian pendengar, radio tidak sekadar alat untuk mendapatkan informasi maupun hiburan tetapi lebih sebagai teman melakukan aktivitas keseharian bahkan sebagai sahabat tempat berbagi curhat dan nasehat. Hal itu tak bisa dilepaskan dari peran penyiar yang menyapa pendengar dan membawa kabar. Tak heran jika ada pendengar yang merasa begitu dekat dengan penyiar meski belum pernah bertemu langsung. Bisa dikatakan bahwa penyiar adalah personifikasi dari identitas stasiun radio. Oleh karena itu penting untuk mengetahui persepsi pendengar tentang gaya penyiar. Dari 382 responden dalam penelitian ini, sebanyak 248 responden (64,92%) menyukai penyiar RRI karena suaranya yang bagus. Angka tersebut merupakan mayoritas dari sekian alasan yang disukai pendengar terhadap gaya penyiar RRI. Humoris menjadi alasan kedua yang paling banyak disukai responden dari penyiar RRI, yaitu sebanyak 14,40%. Berturut-turut alasan yang disukai dari penyiar RRI antara lain lugas/tegas (6,81%), ekspresif (6,02%), berwibawa (5,24%). Sementara gaya penyiar 31

32 yang interogatif kurang diminati pendengar dengan persentase sebesar 0,52%. Temuan selengkapnya dapat dilihat dalam grafik berikut. Grafik 3.13 Gaya Penyiar yang Paling Disukai 9. Gaya Reporter RRI Paling Disukai Dalam penelitian ini responden juga ditanya tentang gaya reporter yang paling disukai. Hal ini berkaitan dengan penyampaian berita-berita jurnalistik yang disiarkan RRI untuk memenuhi kebutuhan informasi pendengar. Dari jawaban responden diketahui bahwa suara bagus masih menjadi alasan terbanyak yang disukai pendengar, yaitu sebanyak 204 responden (53,40%). Selain alasan suara bagus, responden memiliki alasan-alasan berbeda dalam menyukai penyiar dan reporter. Dalam konteks reporter, responden lebih menyukai gaya yang lugas/tegas (16,75%) daripada humoris (10,21%). Begitu pula dengan alasan kewibawaan reporter yang lebih disukai oleh 7,85% pendengar daripada gaya ekspresif (6,28%). Sementara dimensi interogatif lebih mendapat perhatian untuk kasus reporter, yaitu sebanyak 3,93%. Grafik 3.14 Gaya Reporter yang Disukai 32

33 C. Kekuatan RRI sebagai Rujukan bagi Responden Sebagai lembaga penyiaran publik, tentu RRI diharapkan bisa menjadi rujukan bagi pendengarnya dalam berbagai hal. Hasil penelitian di Jember yang melibatkan 382 pendengar RRI menunjukkan bahwa RRI Jember menjadi rujukan utama bagi para pendengar, baik pada siaran budaya, siaran pendidikan, hiburan, berita, dan bahkan iklan. Persentase tertinggi ada pada berita, yaitu 85,08%. Ini berarti bahwa 85,08% responden menganggap RRI Jember merupakan rujukan utama mereka ketika mencari berita/informasi dibandingkan dengan radio lain di Jember. Sementara itu, 56 responden (14,66%) menyebutkan bahwa mereka hanya kadang-kadang saja merujuk ke RRI ketika ingin mendengarkan berita. Hanya satu responden yang dengan tegas menyatakan RRI bukan rujukan bagi mereka untuk memperoleh berita. Siaran hiburan berada di bawah berita/informasi. Sebanyak 76,18% responden menyebutkan RRI sebagai rujukan pertama mereka ketika ingin mendapatkan hiburan. Terdapat 21,73% responden yang menyatakan kadang-kadang saja menjadikan RRI sebagai rujukan hiburan mereka. Hanya 8 responden (2,09%) yang jelas-jelas menyebut RRI bukanlah rujukan hiburan mereka atau mereka lebih memilih radio lain untuk mendapatkan hiburan. RRI juga menjadi rujukan bagi responden untuk mendapatkan siaran budaya. Hanya saja, jumlah responden yang menyatakan RRI sebagai rujukan siaran budaya tidak sebanyak yang menyatakan RRI sebagai rujukan berita dan hiburan. Responden yang menyebutkan RRI sebagai rujukan untuk mendapatkan siaran budaya sebanyak 237 responden (62,04%). Meski angka ini cukup tinggi, namun responden yang hanya kadang-kadang saja menjadikan RRI sebagai rujukan siaran budaya juga banyak, yaitu 30,89%. Bahkan, 27 responden (7,07%) dengan jelas menyatakan RRI bukan rujukan bagi mereka untuk mendapatkan siaran budaya. Selanjutnya, untuk siaran pendidikan, hanya 60,73% responden yang menyatakan RRI sebagai rujukan utama mereka. Sementara sisanya adalah 125 responden (32,72%) yang menyatakan kadang-kadang menjadikan RRI sebagai rujukan siaran pendidikan dan 25 responden (6,54%) menjawab RRI bukanlah rujukan mereka untuk mendapatkan siaran pendidikan. 33

34 Terakhir, jumlah responden yang menjadikan RRI sebagai rujukan iklan dan responden yang menjawab kadang-kadang berjumlah sama, yaitu masing-masing 42,67%. Sisanya, 56 responden (14,66%) menjawab tidak menganggap RRI sebagai rujukan iklan. Penjelasan di atas bisa dilihat lebih jelas pada grafik berikut ini. Grafik 3.15 RRI sebagai Rujukan Penjelasan di atas menunjukkan hasil yang positif. Rujukan berita/informasi mendapat persentase terbesar dibandingkan siaran lainnya. Hanya saja, untuk siaran budaya dan siaran pendidikan, mestinya RRI Jember bisa mendapat persentase yang lebih besar. Meski persentase responden yang menjadikan RRI Jember sebagai rujukan siaran budaya dan siaran pendidikan cukup tinggi, responden yang menjawab kadangkadang dan tidak mencapai hampir sepertiga responden. RRI Jember seharusnya bisa memaksimalkan perannya sebagai rujukan budaya dan pendidikan mengingat radio ini tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan sebagaimana radio swasta sehingga bisa lebih leluasa dalam menyajikan siaran budaya dan pendidikan. Sementara pada iklan, RRI Jember tidak menjadi pemimpin. Hal ini tidak masalah karena memang RRI sebagai radio publik tidak banyak menayangan iklan sehingga hasil ini menjadi hasil yang wajar. 34

35 D. Evaluasi Program Siaran RRI Jember 1. Evaluasi Program Siaran secara Umum Pada bagian ini akan dipaparkan tentang penilaian responden terhadap program-program siaran RRI Jember secara umum. Semua responden berhak memberikan penilaian mereka. Pada penilaian secara umum ini, program-program yang dinilai antara lain program hiburan, program berita/informasi, siaran pendidikan, siaran budaya, dan siaran iklan. Berikut hasil penilaian tersebut. a. Program Siaran Hiburan Program siaran hiburan bisa berupa acara musik maupun acara non-musik. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, RRI Jember menjadi rujukan bagi 76,18% responden untuk mendapatkan hiburan. Hal ini berarti program hiburan di RRI Jember dianggap bagus. Penilaian terhadap program hiburan secara umum menunjukkan anggapan tersebut. Dari 382 responden, mayoritas menilai bagus, yaitu 66,49%. Kemudian, 73 responden (19,11%) bahkan menilai sangat bagus. Hanya saja, masih ada responden yang menilai program hiburan di RRI Jember biasa saja (14,14%) dan buruk (0,26%). Jumlah responden yang menilai biasa saja maupun buruk memang sedikit, namun penilaian ini perlu diperhatikan oleh RRI Jember karena hiburan tidak bisa dimungkiri merupakan faktor penarik utama orang mendengarkan radio. Tabel 3.5 Penilaian Program Hiburan Penilaian Program Hiburan Frekuensi Persentase sangat bagus 73 19,11% bagus ,49% biasa saja 54 14,14% buruk 1 0,26% Jumlah ,00% b. Program Berita/Informasi Program berita seringkali menjadi daya tarik paling utama bagi pendengar radio untuk mendengarkan RRI. Tak heran jika 85,05% responden menjadikan RRI sebagai rujukan utama mereka untuk mendapatkan berita/informasi. Penilaian responden terhadap berita/informasi yang dihadirkan oleh RRI secara umum pun sangat baik. Hal ini terbukti dari mayoritas responden yang memberikan penilaian positif. 252 responden 35

36 (65,97%) menilai program berita RRI Jember bagus. Bahkan, lebih dari seperempat responden menilai sangat bagus (28,53%). Responden yang memberi nilai biasa hanya 5,24%. Akan tetapi, ada 0,26% responden yang menilai sangat buruk. Penilaian sangat buruk ini, meski jumlahnya kecil, perlu menjadi perhatian khusus. Tabel 3.6 Penilaian Program Berita/Informasi Penilaian Program Berita/ Informasi Frekuensi Persentase sangat bagus ,53% bagus ,97% biasa saja 20 5,24% sangat buruk 1 0,26% Jumlah ,00% c. Program Siaran Pendidikan Selama ini, program siaran pendidikan bukanlah program yang banyak dikembangkan oleh radio, terutama radio swasta. Akan tetapi, siaran pendidikan merupakan salah satu program siaran yang wajib diproduksi oleh RRI sebagai radio publik. Oleh karena itu, program siaran pendidikan hampir tidak mempunyai pesaing dari radio swasta dibandingkan program berita dan lebih-lebih program hiburan yang menjadi roh utama radio swasta. Sayangnya, penilaian responden terhadap siaran pendidikan yang diselenggarakan oleh RRI Jember tidak sebagus penilaian atas berita atau hiburan. Meski mayoritas responden memberikan penilaian positif, masih ada responden yang menilai biasa saja yaitu sebesar 15,97% dan responden yang menilai program siaran pendidikan RRI buruk mencapai 1,05%. Program siaran pendidikan di RRI perlu ditingkatkan sehingga RRI benar-benar memimpin segmen siaran pendidikan. 36

37 Tabel 3.7 Penilaian Program Siaran Pendidikan Penilaian Program Siaran Pendidikan Frekuensi Persentase sangat bagus 51 13,35% bagus ,63% biasa saja 61 15,97% buruk 4 1,05% Jumlah ,00% d. Program Siaran Kebudayaan Hampir sama dengan siaran pendidikan, siaran budaya juga tidak banyak dikembangkan oleh radio swasta, meski bukan berarti tidak ada sama sekali. Dari antara program hiburan, berita, dan siaran pendidikan, program siaran budaya mendapatkan penilaian paling buruk. Setidaknya ada 22,51% responden yang menilai biasa saja dan bahkan lebih dari dua persen menilai siaran budaya RRI Jember buruk (2,36%). Responden yang menilai sangat bagus hanya sebesar 13,87%, lebih sedikit daripada responden yang menilai biasa saja. Dari keterangan responden, salah satu kekecewaan mereka terhadap RRI Jember adalah siaran wayang yang dihentikan atau diputar berulang-ulang sehingga pendengar merasa bosan. Tabel 3.8 Penilaian Program Siaran Budaya Penilaian Program Siaran Budaya Frekuensi Persentase sangat bagus 53 13,87% bagus ,26% biasa saja 86 22,51% buruk 9 2,36% Jumlah ,00% e. Program Siaran Iklan/Penunjang Penilaian terhadap iklan yang disiarkan oleh RRI Jember adalah sebagai berikut. Responden yang menilai iklan di RRI bagus sebanyak 49,21% dan yang menilai sangat bagus 2,88%. Penilaian biasa saja diberikan oleh 46,07% responden. Hanya 1,83% responden yang menyatakan bahwa iklan di RRI Jember buruk. Berikut tabel yang menyajikan penilaian iklan di RRI Jember. 37

38 Tabel 3.9 Penilaian Iklan Penilaian Siaran Iklan Frekuensi Persentase sangat bagus 11 2,88% bagus ,21% biasa saja ,07% buruk 7 1,83% Jumlah ,00% 2. Evaluasi Program Siaran secara Khusus Pada penelitian ini, kami juga menanyai responden tentang penilaian mereka terhadap program-program siaran yang mereka dengarkan di RRI Jember. Namun, berbeda dengan penilaian program secara umum, penilaian pada bagian ini hanya dilakukan oleh responden yang mendengarkan acara yang bersangkutan. Penilaian dilakukan terhadap penyajian maupun isi program siaran tersebut. Setidaknya ada 7 program yang kami sebutkan pada kuesioner, yaitu program Titian Pagi, Selamat Pagi Jember, OPSI, Cetar, Siaran Pedesaan, Zona Edukasi, dan Obrolan bersama Cak Itok. Secara umum, pendengar program-program acara tersebut tidak banyak meskipun program-program tersebut merupakan program unggulan. Hanya program Titian Pagi, Selamat Pagi Jember, dan Siaran Pedesaan yang didengarkan oleh lebih dari 20% responden. Responden lebih banyak mendengarkan program acara musik yang tidak masuk dalam 7 acara yang tertulis pada kuesioner. Berikut penilaian responden terhadap ketujuh program acara tersebut. a. Program Titian Pagi Program acara Titian Pagi didengarkan oleh 80 responden. Dari responden yang mendengarkan program tersebut, mayoritas responden memberi penilaian positif. Dalam hal penyajian, 54 responden (67,50%) menyatakan bagus dan bahkan 23 responden (28,75%) menyatakan sangat bagus. Sementara pada penilaian isi hasilnya sedikit lebih baik, yaitu 31,25% menilai sangat bagus dan 65% bagus. 38

39 Tabel 3.10 Penilaian Titian Pagi Penilaian Titian Pagi Penyajian Isi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase sangat bagus 23 28,75% 25 31,25% bagus 54 67,50% 52 65,00% biasa saja 3 3,75% 3 3,75% Jumlah ,00% ,00% b. Program Selamat Pagi Jember Pendengar program acara Selamat Pagi Jember merupakan program yang paling banyak didengarkan, yaitu 99 responden (25,9%). Responden yang mendengarkan acara ini memberikan penilaian yang baik dari segi penyajian maupun isi. Dalam hal penyajian, 75 responden (75,76%) menilai program Selamat Pagi Jember bagus dan 17,17% menilai sangat bagus. Sedikit lebih baik dari penyajian, dalam hal isi, 18,18% responden menyatakan sangat bagus dan 75,76% responden menyatakan bagus. Untuk program yang disiarkan tiap pukul ini, ada 7,07% responden yang menilai penyajiannya biasa saja dan 6,06% yang menilai isi program ini biasa saja. Meski jumlahnya kecil, penilaian biasa saja perlu diperhatikan oleh pengampu acara mengingat pemberi nilai pada program ini adalah mereka yang benar-benar mendengarkan program acara ini. Tabel 3.11 Penilaian Selamat Pagi Jember Penilaian Selamat Penyajian Isi Pagi Jember Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase sangat bagus 17 17,17% 18 18,18% bagus 75 75,76% 75 75,76% biasa saja 7 7,07% 6 6,06% Jumlah ,00% ,00% c. Program OPSI OPSI adalah sebuah program di RRI Jember dalam bentuk dialog interaktif yang membahas tentang persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh warga Jember. OPSI atau Opini dan Aspirasi disiarkan tiap Senin sampai Sabtu pukul Program ini didengarkan oleh 47 responden. Penilaian terhadap program ini cukup baik, terutama pada isi. Pada penyajian, sebanyak 61,70% responden memberi nilai bagus dan 19,15% 39

40 memberi nilai sangat bagus. Akan tetapi, ada 17,02% responden yang menilai biasa saja. Angka ini cukup besar dibandingkan acara-acara yang sudah disebutkan pada poin sebelumnya. Penilaian pada isi jauh lebih baik, yaitu 68,09% menilai bagus dan 25,53% menilai sangat bagus. Hanya ada 6,38% responden yang menilai biasa saja. Tabel 3.12 Penilaian OPSI Penilaian OPSI Penyajian Isi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase sangat bagus 9 19,15% 12 25,53% bagus 29 61,70% 32 68,09% biasa saja 8 17,02% 3 6,38% tidak menjawab 1 2,13% Jumlah ,00% ,00% d. Program Cetar Program Cetar atau Celoteh Tamu RRI disiarkan setiap Senin sampai Sabtu dengan pembahasan atau tema yang berbeda-beda setiap hari. Tema psikologi dan kesehatan disiarkan tiap hari Senin dan tema tentang permasalahan hukum disiarkan hari Selasa. Hari Rabu, RRI bekerja sama dengan Kepolisian untuk menyiarkan Polisi Menyapa. Program bisnis dan usaha disiarkan tiap Kamis dan Kampung Baca disiarkan tiap Jumat. Hari Sabtu, Program Cetar mengangkat tema pariwisata. Penilaian responden terhadap program Cetar cukup baik, terutama pada penyajian karena ada 31,25% responden yang menilai penyajian program Cetar sangat bagus dan 56,25% menilai bagus. Pada dimensi isi, penilaian responden juga baik meski tak sebaik pada penyajian. Responden yang menilai sangat bagus ada 25% dan yang menilai bagus ada 62,5%. Tabel 3.13 Penilaian Cetar Penilaian Cetar Penyajian Isi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase sangat bagus 10 31,25% 8 25,00% bagus 18 56,25% 20 62,50% biasa saja 4 12,50% 3 9,38% tidak menjawab 1 3,13% Jumlah ,00% ,00% 40

41 e. Program Siaran Pedesaan/Gema Desa Jumlah pendengar acara Siaran Pedesaan menempati urutan kedua setelah Selamat Pagi Jember, yaitu mencapai 83 responden. Penilaian responden atas program acara inipun positif. Dari segi penyajian, ada 6,45% responden yang menilai bagus dan bahkan sekitar sepertiga responden menilai sangat bagus (33,73%). Sementara pada segi isi, ada 72,29% responden yang menilai bagus dan 25,30% menilai sangat bagus. Penilaian positif atas program ini sangat berarti bagi RRI Jember karena Jember yang mayoritas warganya berada di pedesaan tentu membutuhkan program ini. Namun, tentu saja jumlah pendengar yang hanya mencapai 21% perlu ditingkatkan dengan melakukan promosi, program off air, dan pengenalan program ke masyarakat petani maupun nelayan yang merupakan mayoritas di Jember. Tabel 3.14 Penilaian Siaran Pedesaan Penilaian Siaran Penyajian Isi Pedesaan Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase sangat bagus 28 33,73% 21 25,30% bagus 51 61,45% 60 72,29% biasa saja 4 4,82% 2 2,41% Jumlah ,00% ,00% f. Program Zona Edukasi Program Zona Edukasi hanya disiarkan seminggu sekali, yaitu pada hari Minggu pukul Dengan demikian, tidak mengherankan jika pendengar Zona Edukasi hanya 24 responden (6,3%) karena berbeda dengan program lain yang disiarkan setiap hari sehingga lebih mudah dikenali oleh pendengar. Meski hanya didengarkan sedikit responden, penilaian mereka terhadap program ini sangat baik. Dari segi penyajian, separuh responden menilai sangat bagus dan 41,67% menilai bagus. Responden yang memberi nilai sangat bagus lebih banyak daripada yang menilai bagus atau biasa saja. Tak berbeda jauh dari segi penyajian, penilaian dari segi isi pun juga sangat bagus. Terdapat masing-masing 45,83% yang menilai bagus dan sangat bagus. 41

42 Tabel 3.15 Penilaian Zona Edukasi Penilaian Zona Edukasi Penyajian Isi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase sangat bagus 12 50,00% 11 45,83% bagus 10 41,67% 11 45,83% biasa saja 2 8,33% 2 8,33% Jumlah ,00% ,00% g. Program Ngobrol Bareng Cak Itok Program Ngobrol Bareng Cak Itok merupakan program yang relatif baru di RRI Jember. Program ini berupa obrolan dengan pemandu acara Cak Itok, dosen Universitas Muhammadiyah Jember yang sekaligus pemerhati RRI. Format acara ini adalah obrolan langsung di studio dengan mengundang narasumber yang sesuai dengan tema yang diangkat. Program ini juga melibatkan pendengar di studio untuk berinteraksi secara langsung dalam obrolan tersebut. Obrolan ini dilakukan secara santai. Isu-isu yang diangkat biasanya menyangkut isu aktual atau isu yang dekat dengan masyarakat Jember dengan tujuan untuk memberdayakan pendengar. Meski masih baru, jumlah pendengarnya terbilang cukup banyak, yaitu 6,8%. Dari jumlah responden tersebut, mereka memberikan penilaian yang cukup baik. Dari segi penyajian, ada 19,23% responden yang menilai sangat bagus dan 73,08% menilai bagus. Dari segi isi, penilaian responden lebih baik lagi, yaitu 26,92% menilai sangat bagus dan 65,38% menilai bagus. Penilaian ini sudah bagus mengingat acara ini masih baru dan hanya ditayangkan seminggu sekali. Tabel 3.16 Penilaian Ngobrol Bareng Cak Itok Penilaian Cak Itok Penyajian Isi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase sangat bagus 5 19,23% 7 26,92% bagus 19 73,08% 17 65,38% biasa saja 2 7,69% 2 7,69% Jumlah ,00% ,00% 42

43 3. Evaluasi Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia RRI di sini yang dinilai adalah penyiar, pengasuh acara, dan reporter. Ketiganya adalah profesi yang kinerjanya bisa didengarkan dan dinilai secara langsung oleh pendengar atau responden. Dari ketiga profesi tersebut, penyiar mendapat nilai yang paling baik dari responden. Hal ini dimungkinkan karena penyiarlah yang paling familiar di telinga pendengar dibanding pengasuh acara dan reporter. Penyiar RRI Jember dinilai bagus oleh 79,58% responden. Angka ini adalah angka terbesar dibandingkan 75,39% responden yang menilai pengasuh acara bagus dan 76,44% responden yang menilai reporter bagus. Bahkan, 12,83% responden menilai kualitas penyiar RRI Jember sangat bagus. Penilaian sangat bagus pada reporter mencapai hampir sepuluh persen (9,95%). Penilaian biasa saja tertinggi adalah pada pengasuh acara, yaitu mencapai 15,18%. Pengasuh acara juga dinilai buruk oleh 0,52% responden. Pengasuh acara merupakan profesi yang paling tidak dikenali oleh pendengar dibandingkan penyiar dan reporter karena seringkali pendengar radio menganggap pengasuh acara juga penyiar. Grafik berikut ini menunjukkan penilaian pendengar atas penyiar, pengasuh acara, dan reporter di RRI Jember. Grafik 3.16 Penilaian Penyiar, Pengasuh Acara, dan Reporter 4. Evaluasi Kualitas Suara Jika dinilai secara umum, kualitas suara di RRI Jember sudah cukup baik. Setidaknya ada 150 responden (39,27%) yang menyatakan bagus ddan ada 113 responden (29,58%) menyatakan sangat bagus. Hanya saja, responden yang menilai 43

44 biasa saja cukup tinggi, yaitu mencapai 21,99%. Responden yang menilai buruk juga besar (8,64%) dan bahkan ada 0,52% responden yang menilai sangat buruk. Bagian teknis RRI Jember perlu segera memperbaiki kualitas suara sehingga penilaian buruk dan sangat buruk tidak perlu muncul jika ditanyakan kepada pendengar. Bagaimanapun, kualitas suara yang bagus tentu menjadi daya tarik paling utama bagi seseorang ketika menentukan kanal yang akan didengarkannya. Grafik 3.17 Penilaian Kualitas Suara E. Kebutuhan Responden 1. Jenis Siaran Paling Dibutuhkan Penelitian ini ingin melacak kebutuhan pendengar atas siaran di RRI Jember. Secara umum, jawaban atas kebutuhan siaran oleh pendengar terbagi ke dalam siaran hiburan, berita atau informasi, siaran pendidikan, siaran kebudayaan, dan lain-lain. Dari kategori-kategori tersebut, siaran berita/informasi menempati urutan tertinggi atau paling banyak dibutuhkan, yaitu oleh 58,90% responden. Peringkat kedua ditempati oleh program hiburan yang dipilih oleh 29,84% responden. Siaran pendidikan dan siaran kebudayaan berturut-turut menempati urutan berikutnya dengan responden yang memilih sebesar 6,28% dan 3,40%. Siaran lainnya yang dibutuhkan oleh 1,57% responden terutama adalah siaran keagamaan. Persentase kebutuhan siaran ini konsisten dengan temuan sebelumnya yang menyebutkan bahwa responden terbanyak memang menjadikan RRI sebagai rujukan berita/informasi, baru kemudian hiburan, siaran pendidikan, dan siaran kebudayaan. Jika merujuk pada format programa 1 RRI Jember, maka klasifikasi dan persentase siaran yang sudah dibuat oleh radio ini sudah cukup sesuai dengan hasil penelitian ini, yaitu berita/informasi (35%), hiburan (30%), pendidikan dan kebudayaan (20%), dan 44

45 sisanya iklan. Kebutuhan siaran secara khusus akan dibahas pada poin-poin selanjutnya. Grafik 3.18 Kebutuhan Siaran Pendengar 2. Jenis Berita/Informasi Paling Dibutuhkan Berita atau informasi menempati urutan pertama sebagai siaran yang paling banyak dibutuhkan oleh responden. Bagian ini akan secara khusus, berita-berita apa saja yang dibutuhkan oleh responden. Dari berbagai tema berita, ekonomi dan bisnis berada pada urutan pertama dengan jumlah responden yang membutuhkannya sebanyak 85 responden (22,25%). Urutan kedua dengan responden pemilih hampir sama adalah tema pendidikan yang dipilih oleh 84 responden (21,99%). Tema politik dan pemerintahan dibutuhkan oleh 14,66% responden dan berada pada urutan ketiga. Selanjutnya, tema sosial kebudayaan dan kesehatan dibutuhkan oleh jumlah responden yang hampir sama (9,95% dan 9,69%). Tema-tema berita yang dibutuhkan oleh responden secara lebih lengkap dapat dilihat dalam tabel Proporsi tema berita yang dibutuhkan oleh responden ini bisa diadopsi oleh RRI Jember dalam menentukan berita-beritanya, meskipun tidak ada tema yang benar-benar menonjol yang dibutuhkan oleh responden. Untuk tema ekonomi dan bisnis, RRI bisa mengangkat berita-berita yang dekat dengan kondisi lokal, seperti bisnis pertanian, harga produk pertanian, perekonomian nelayan, ekonomi kreatif, harga kebutuhan pokok sehari-hari, dan sebagainya. 45

46 Tabel 3.17 Tema Berita Paling Dibutuhkan Tema Berita Paling Dibutuhkan Frekuensi Persentase ekonomi dan bisnis 85 22,25% pendidikan 84 21,99% politik dan pemerintahan 56 14,66% sosial kebudayaan 38 9,95% kesehatan 37 9,69% hukum dan kriminal 22 5,76% keagamaan 18 4,71% olah raga 17 4,45% selebriti/public figure 16 4,19% lainnya 9 2,36% Jumlah ,00% 3. Jenis Musik Paling Diinginkan Musik merupakan hiburan yang paling utama dalam siaran radio. Pemilihan jenis musik juga perlu disesuaikan dengan keinginan pendengar. Dari beragam jenis musik yang ada, mayoritas responden di Kota Jember menyukai jenis musik dangdut yangmana diinginkan oleh 237 responden (62,04%). Jauh di bawahnya, jenis musik pop menempati urutan kedua dengan jumlah pendengar 16,49%. Jumlah responden yang memilih jenis musik selain kedua jenis musik tersebut jumlahnya relatif sedikit, kurang dari 10 persen. Jenis musik yang juga disukai oleh responden di Jember adalah musik campursari atau biasa dikenal Banyuwangian. Berhubung jenis musik ini tidak muncul dalam opsi pilihan jawaban di kuesioner, responden kemungkinan memasukkannya ke dalam musik dangdut atau musik tradisional. Dengan demikian, RRI juga perlu memberi porsi yang cukup untuk jenis musik ini. Selain sesuai dengan keinginan pendengar, juga berarti RRI turut melestarikan budaya lokal dan benar-benar terlibat dalam masyarakat di mana RRI berada. 46

47 Tabel 3.18 Jenis Musik yang Paling Diinginkan Jenis Musik Paling Frekuensi Persentase Diinginkan musik dangdut ,04% musik pop 63 16,49% musik religi 26 6,81% musik keroncong 20 5,24% musik etnik/tradisional 17 4,45% lainnya 6 1,57% musik jazz 5 1,31% musik klasik 5 1,31% musik rock 3 0,79% Jumlah ,00% 4. Jenis Siaran Pendidikan Paling Diinginkan Siaran pendidikan, selain merupakan mandat yang diberikan kepada RRI sebagai radio penyiaran publik, juga dibutuhkan oleh pendengar. Penelitian ini mencoba menjaring kebutuhan siaran pendidikan oleh responden. Hasilnya, 51,75% responden membutuhkan siaran tentang pendidikan secara umum. Yang dimaksud dengan pendidikan secara umum adalah pendidikan tentang aspek-aspek kehidupan sehari-hari yang tidak diajarkan di sekolah, misalnya pendidikan tentang hukum, lingkungan hidup, kesehatan, dan sebagainya. Sementara, pendidikan sekolah (misal: pendidikan untuk anak TK, SD, SMP, SMA) berada pada peringkat kedua dengan jumlah responden yang memilih sebanyak 20,94%. Pendidikan agama menempati urutan selanjutnya dengan jumlah responden 14,26% yang memilih. Selengkapnya bisa dilihat dalam grafik berikut. Grafik 3.19 Siaran Pendidikan Paling Dibutuhkan 47

48 5. Jenis Siaran Kebudayaan Paling Dibutuhkan Sama halnya dengan siaran pendidikan, siaran kebudayaan juga merupakan kewajiban bagi RRI untuk menyajikannya kepada pendengar. Meski mereka yang membutuhkan siaran kebudayaan lebih sedikit dibandingkan jenis siaran lain, perlu juga menilik kebutuhan responden akan siaran kebudayaan ini. Hasilnya adalah siaran apresiasi budaya dipilih oleh paling banyak responden (52,62%) disusul oleh siaran apresiasi seni (40,31%). Siaran apresiasi sastra tidak banyak diminati oleh responden, terbukti dengan jumlah pemilihnya yang hanya sebesar 1,83%. Grafik 3.20 Siaran Kebudayaan Paling Dibutuhkan 6. Jenis Iklan Paling Dibutuhkan Jenis siaran iklan yang paling banyak dibutuhkan oleh responden adalah iklan layanan masyarakat (76,18%). Jenis iklan ini memang bermanfaat bagi masyarakat karena biasanya iklan layanan masyarakat memberikan pengetahuan atau pendidikan kepada masyarakat tentang persoalan sosial yang dihadapi, misal pencegahan penyakit dan tertib berlalu lintas. Berita keluarga dibutuhkan oleh 9,16% responden dan berada pada urutan selanjutnya. Berita keluarga biasanya berupa berita kematian yang disiarkan melalui radio. Pada zaman dahulu, berita keluarga seperti ini sangat penting karena keterbatasan alat komunikasi. Saat ini, berita keluarga hanya dibutuhkan di wilayah-wilayah dengan akses komunikasi yang terbatas seperti di pedalaman. Jika demikian, maka wajar bila jumlah responden yang membutuhkan berita keluarga di Jember hanya kurang dari sepuluh persen. Selanjutnya, iklan komersial hanya dibutuhkan oleh 3,93% responden, yaitu di urutan keempat. 48

49 Grafik 3.21 Siaran Iklan Paling Dibutuhkan 7. Format Acara Paling Disukai Acara yang baik, jika tidak disajikan dengan format yang tepat maka akan sulit menarik pendengar. Di Jember, responden paling banyak membutuhkan siaran berita. Format yang paling banyak mereka sukai pun berupa berita. Jumlah responden yang memilih format berita sebanyak 202 responden (52,88%). Selain berita, format lain yang juga disukai oleh responden adalah dialog interaktif dan gabungan antara informasi dan hiburan. Dialog interaktif disukai oleh 17, 28% responden, sedangkan gabungan informasi dan hiburan disukai oleh 12,83% responden. Untuk dialog interaktif, kekuatan terletak pada tema dan moderator. Oleh karena itu, bagi RRI Jember, moderator harus dipilih dari orang-orang yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam atas isu yang diangkat, serta bisa membuat dialog interaktif berjalan dengan lancar. Penguatan kapasitas moderator juga mesti terus dilakukan. Format acara paling disukai oleh responden secara lebih lengkap bisa dilihat dalam tabel di bawah ini. 49

50 Tabel 3.19 Format Acara Paling Disukai Format Acara Paling Disukai Frekuensi Persentase berita ,88% dialog interaktif 66 17,28% gabungan informasi dan 49 hiburan 12,83% obrolan 27 7,07% wawancara 13 3,40% sandiwara radio 10 2,62% monolog 8 2,09% kuis 5 1,31% majalah udara 2 0,52% Jumlah ,00% F. Siaran Pemberdayaan Masyarakat 1. Penilaian Siaran Pemberdayaan Masyarakat a. Siaran RRI Memberi Pengetahuan tentang Sumber Daya Alam yang Ada di Jember Salah satu fungsi yang diharapkan dalam siaran pemberdayaan masyarakat adalah bahwa siaran RRI mampu memberi pengetahuan bagi pendengar tentang sumber daya alam yang ada di wilayahnya. Dengan demikian, masyarakat bisa memanfaatkan sumber daya alam tersebut untuk meningkatkan kapasitas perekonomiannya. Terkait dengan penyediaan pengetahuan ini dalam siaran RRI Jember, terdapat 228 responden (59,69%) yang setuju bahwa RRI telah menyediakan informasi ini, sementara 81 responden lainnya (21,20%) menyatakan sangat setuju. Masih ada 13 responden (3,40%) yang menyatakan tidak setuju bahwa RRI telah menyediakan informasi tentang sumber daya alam di Jember (lihat grafik 3.22). Pengetahuan tentang sumber daya alam tentu saja tidak sebatas pada SDA apa saja yang ada di sana. RRI juga bisa memberikan pengetahuan tentang bagaimana pemanfaatan sumber daya alam tersebut, bagaimana selama ini dikelola, siapa saja yang selama ini mengelola, dan sebagainya. Pengetahuan-pengetahuan ini penting untuk diketahui oleh masyarakat karena bagaimanapun merekalah yang semestinya berhak akan sumber daya alam di wilayahnya sehingga masyarakat benar-benar mendapatkan keuntungan dari keberadaan sumber daya alam tersebut. 50

51 Grafik 3.22 Siaran RRI Memberi Pengetahuan tentang Sumber Daya Alam yang Ada di Jember b. Siaran RRI Membantu Mengetahui Potensi Lokal di Jember Dengan mengetahui potensi lokal di daerahnya, warga bisa mengembangkan kapasitasnya dan memberdayakan dirinya dengan memanfaatkan potensi tersebut. Potensi lokal bisa berupa potensi pertanian, potensi perikanan, potensi budaya, potensi sosial, dan sebagainya. Peran RRI dalam memberikan pengetahuan kepada pendengar mengenai potensi lokal yang ada di Jember dinilai cukup baik oleh responden. Terdapat 65,45% responden yang setuju bahwa RRI telah memberikan pengetahuan tersebut, sementara 15,45% lainnya menyatakan sangat setuju. Akan tetapi masih ada 15,97% responden yang menjawab biasa saja. Artinya, responden tidak yakin bahwa RRI telah memberikan pengetahuan tersebut kepada mereka. Grafik 3.23 Siaran RRI Membantu Mengetahui Potensi Lokal di Jember c. Siaran RRI Memberi Pendidikan untuk Meningkatkan Ekonomi Masalah utama yang dihadapi masyarakat adalah kemiskinan. Oleh karena itu, peran pemberdayaan masyarakat utamanya ditujukan untuk pemberdayaan ekonomi warga. Sebagai radio publik, RRI juga perlu berperan dalam meningkatkan kapasitas ekonomi warga melalui konten siarannya. Penilaian responden terhadap peran RRI 51

52 dalam memberikan pendidikan untuk meningkatkan ekonomi warga melalui siaran tidak cukup baik. Hanya ada 49,21% responden yang setuju bahwa peran tersebut sudah dijalankan dan 11,26% sangat setuju. Responden yang menyatakan biasa saja dan bahkan tidak setuju dan sangat tidak setuju jumlahnya cukup banyak, yaitu 25,65% untuk yang menyatakan biasa saja dan 13,09% untuk yang menyatakan tidak setuju. Penilaian ini dimungkinkan karena responden tidak merasakan langsung peningkatan ekonomi mereka dengan mendengarkan RRI atau memang RRI belum bisa memberikan pendidikan yang bisa benar-benar diaplikasikan oleh responden untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Grafik 3.24 Siaran RRI Memberi Pendidikan untuk Meningkatkan Ekonomi d. Siaran RRI Menginspirasi untuk Mengelola Keuangan Keluarga Kemiskinan bisa saja terjadi karena adanya kesalahan dalam pengelolaan keuangan keluarga. Informasi mengenai pengelolaan keuangan keluarga menjadi sangat relevan jika kita melihat bahwa mayoritas warga Jember bekerja di sektor informal (terutama pertanian). Sektor informal dengan pemasukan yang tidak tepat membutuhkan pengelolaan keuangan yang tepat sehingga keluarga dapat bertahan di masa-masa sulit, misal saat gagal panen atau saat cuaca buruk. Penilaian responden atas peran RRI dalam membantu responden dalam mengelola keuangan keluarga hanya berada pada rata-rata. Setidaknya hanya 45,03% responden yang setuju peran tersebut sudah dijalankan RRI. Jika diakumulasikan, responden yang menjawab biasa saja (32,20%), tidak setuju (17,80%), dan sangat tidak setuju (0,79%), lebih banyak. Artinya, siaran RRI belum cukup mampu menginspirasi pendengar untuk bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik. Penilaian ini bisa muncul karena memang tidak ada cara khusus di RRI yang membahas soal pengelolaan keuangan keluarga. Ke depan, RRI Jember bisa bekerja sama dengan akademisi atau pihak-pihak lain yang terkait 52

53 untuk memberikan edukasi ini. Dengan catatan, penyajiannya perlu disesuaikan dengan mayoritas pendengar RRI Jember, yaitu dengan bahasa yang mudah dimengerti. Grafik 3.25 Siaran RRI Menginspirasi untuk Mengelola Keuangan Keluarga e. Siaran RRI Menginspirasi untuk Berpartisipasi di Lingkungan Sekitar Selain dalam bidang ekonomi, pemberdayaan masyarakat juga diperlukan dalam bidang sosial dan politik, terutama dalam keseharian. Partisipasi di sini bisa dimulai dari tingkatan terkecil, yaitu RT, RW, hingga tingkatan kota atau bahkan negara. Penilaian responden atas peran RRI dalam menginspirasi mereka untuk berpartisipasi di lingkungan sekitar cukup baik. Responden yang menyetujui peran ini sudah dijalankan oleh RRI Jember cukup banyak, yaitu 60,21% setuju dan 10,99% sangat setuju (grafik 3.26). Sebagai lembaga penyiaran publik, RRI seharusnya bisa mendorong pendengarnya untuk mau terlibat dalam dinamika di lingkungan sekitarnya. Pendengar harus bisa terinspirasi untuk memerhatikan kejadian-kejadian yang ada di kotanya, seperti penyalahgunaan wewenang di pemerintahan, atau bahkan mau terlibat dalam kegiatan sosial di kampungnya. Bagaimanapun, kehidupan sebuah wilayah hanya akan berdenyut kuat jika warga ikut terlibat di dalamnya. 53

54 Grafik 3.26 Siaran RRI Menginspirasi untuk Berpartisipasi di Lingkungan Sekitar f. Siaran RRI Membantu Mengetahui Akses Layanan Publik di Jember Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam memberdayakan masyarakat adalah memberikan akses layanan publik yang transparan dan akuntabel. Peran lembaga penyiaran publik dalam hal ini adalah memberikan pengetahuan akan akses layanan publik tersebut kepada pendengarnya. Akan tetapi, pengetahuan atas akses layanan publik tersebut tidak bisa hanya dimaknai sebagai fungsi public relation bagi pemerintah sebagai penyedia layanan (mengenalkan/ mempromosikan), tetapi juga berupa pendidikan kepada masyarakat tentang bagaimana mengakses layanan publik tersebut sekaligus memberikan kritik kepada penyedia layanan jika ada kekurangan. Selama ini, peran RRI Jember dalam memberikan pengetahuan tentang akses layanan publik dinilai baik oleh responden. Mayoritas responden sepakat bahwa peran ini sudah dijalankan oleh RRI. Terdapat 64,92% responden yang setuju dan bahkan 17,54% sangat setuju akan pernyataan tersebut. Hanya 15,45% responden yang menyatakan biasa saja dan 2,09% responden yang tidak setuju bahwa RRI Jember telah memberikan pengetahuan tentang akses layanan publik di kota Jember. Grafik

55 Siaran RRI Membantu Mengetahui Akses Layanan Publik di Jember 2. Manfaat Siaran Pemberdayaan Masyarakat Penelitian ini juga menanyai responden apakah selama ini siaran RRI bermanfaat dala memberdayakan masyarakat. Secara umum, hasilnya adalah positif. Mayoritas responden menganggap demikian. Setidaknya ada 19,37% responden yang menilai siaran RRI cukup bermanfaat. Sementara, ada 45,55% yang menilai bermanfaat dan bahkan 33,77% responden menilai siaran RRI sangat bermanfaat dalam memberdayakan masyarakat. Hanya ada,31% responden yang merasa siaran RRI kurang bermanfaat untuk memberdayakan masyarakat. Grafik 3.28 Manfaat Siaran Pemberdayaan Masyarakat 3. Tujuan Siaran Pemberdayaan Masyarakat Paling Dibutuhkan Siaran pemberdayaan masyarakat memiliki banyak tujuan. Bagi responden yang mendengarkan RRI, tujuan siaran pemberdayaan masyarakat yang mereka harapkan terutama adalah bagaimana siaran RRI bisa membantu membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri dan produktif. Tujuan tersebut dipilih oleh 129 responden (33,77%). Tujuan selanjutnya yang juga dipilih oleh banyak responden adalah siaran pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam memengaruhi komunitas masyarakat itu sendiri (28,27%). Siaran pemberdayaan masyarakat dengan tujuan menningkatkan harkat dan martabat masyarakat untuk melepaskan diri dari kemiskinan da keterbelakangan dipilih oleh 89 responden (23,30%). Terakhir adalah siaran yang bertujuan untuk terbukanya akses pemberdayaan masyarakat di setiap sektor yang dipilih oleh 14,66% responden. Keempat tujuan tersebut penting untuk dipenuhi melalui siaran RRI. 55

56 Tabel 3.20 Tujuan Siaran Pemberdayaan Masyarakat Tujuan Siaran Pemberdayaan Masyarakat Frekuensi Persentase meningkatkan kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam memengaruhi komunitas masyarakat itu sendiri membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri dan produktif meningkatkan harkat dan martabat masyarakat untuk melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan terbukanya akses pemberdayaan masyarakat di setiap sektor (pemangku kebijakan dan kultural) ,27% ,77% 89 23,30% 56 14,66% Jumlah ,00% 4. Format Acara Pemberdayaan Masyarakat Paling Disukai Untuk acara pemberdayaan masyarakat, setidaknya ada beberapa format acara yang disukai oleh responden. Pada urutan pertama ada format dialog interaktif yang dipilih oleh 175 responden (45,81%) diikuti oleh format berita (30,10%). Seperti dijelaskan sebelumnya, dialog interaktif membutuhkan tema yang bagus dan moderator yang cakap. Untuk itu, kedua faktor tersebut harus benar-benar diperhatikan. Dialog interaktif banyak dipilih karena format ini memungkinkan pendengar untuk berpartisipasi secara langsung dengan narasumber di studio. Format lain yang juga banyak disukai responden untuk acara pemberdayaan masyarakat adalah wawancara (8,38%), gabungan informasi dan hiburan (7,59%), dan obrolan (6,02%). Format acara seperti dialog interaktif, wawancara, dan obrolan, selain membutuhkan tema yang menarik dan pembawa acara yang cakap, juga perlu narasumber yang mumpuni dan jika memungkinkan bisa sekaligus menghibur. Format majalah udara yang selama ini dipakai dalam sebagian program Siaran Pedesaan rupanya hanya dipilih oleh 0,26%. Format ini hanya dipilih oleh paling sedikit responden kemungkinan karena responden kurang memahami format majalah udara yang memang tidak familiar bagi pendengar awam yang tidak berkecimpung di dunia radio. Berikut tabel yang menunjukkan format yang disukai responden untuk acara pemberdayaan masyarakat. 56

57 Tabel 3.21 Format Acara Pemberdayaan Masyarakat Paling Disukai Format Acara Pemberdayaan Masyarakat Paling Disukai Frekuensi Persentase dialog interaktif ,81% berita ,10% wawancara 32 8,38% gabungan informasi dan hiburan 29 7,59% obrolan 23 6,02% sandiwara radio 5 1,31% monolog 2 0,52% majalah udara 1 0,26% Jumlah ,00% 5. Teknik Penyajian Acara Pemberdayaan Masyarakat Paling Disukai Beragam teknik penyajian acara bisa digunakan untuk acara pemberdayaan masyarakat. Teknik ini bisa terbagi antara siaran langsung dan siaran tidak langsung serta siaran di studio dan di luar studio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling suka format siaran langsung dibandingkan siaran rekaman. Selain itu, responden juga lebih menyukai siaran di luar studio dibandingkan di studio meskipun perbedaannya tidak banyak. Responden yang menyukai siaran langsung di luar studio sebanyak 48,69%, berimpit dengan mereka yang menyukai siaran langsung di studio (48,17%). Responden yang menyukai siaran tidak langsung hanya sedikit, yaitu rekaman di luar studio (2,62%) dan rekaman di luar studio (0,52%). Siaran langsung baik di studio maupun di luar studio tentu menarik bagi pendengar karena siaran langsung memungkinkan pendengar untuk bisa berinteraksi dengan narasumber. Siaran langsung juga sudah sering dilakukan oleh RRI. Oleh karena itu, siaran langsung untuk acara pemberdayaan masyarakat bisa terus dilakukan oleh RRI. Kemudian, untuk siaran di luar studio, meski banyak yang menyukai, tidak melulu harus diikuti mengingat mereka yang menyukai acara di studio juga hampir sama jumlahnya. Hanya saja, karena siaran di luar studio membutuhkan tenaga dan biaya yang jauh lebih besar dibanding dengan siaran di studio, maka siaran di luar studio bisa dilakukan secara berkala. Siaran di lapangan bisa dilakukan, misalnya, dua atau tiga bulan sekali. Siaran langsung di luar studio bagaimanapun bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk promosi program RRI sekaligus mendekatkan RRI dengan masyarakat. Jika siaran langsung di luar studio dilakukan, maka harus dikerjakan 57

58 dengan efektif dan efisien sehingga tidak justru merugikan RRI secara finansial maupun tenaga. Grafik 3.29 Teknik Penyajian Acara Pemberdayaan Masyarakat 58

59 BAB IV EVALUASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. Produksi Siaran Pedesaan sebagai Program Pemberdayaan Masyarakat Bagian ini secara khusus akan membahas tentang program Siaran Pedesaan. Secara umum, program siaran pemberdayaan masyarakat merupakan roh bagi seluruh program pada siaran Pro 1. Akan tetapi, pada penelitian ini, Program Siaran Pedesaan dijadikan sebagai contoh program pemberdayaan masyarakat yang akan diulas. Program Siaran Pedesaan dipilih sebagai contoh dari program pemberdayaan masyarakat karena beberapa alasan berikut. Pertama, Siaran Pedesaan dianggap sebagai program di RRI Jember yang secara eksplisit melakukan pemberdayaan masyarakat. Kedua, program ini termasuk salah satu program yang populer bagi pendengar di Jember. Dalam survei ini, pendengar Siaran Pedesaan mencapai 21,7%. Ketiga, program ini banyak mengangkat isu-isu pertanian atau permasalahan pedesaan yang sesuai dengan mayoritas masyarakat lokal yang bekerja sebagai petani. Program Siaran Pedesaan disiarkan setiap hari Senin sampai Kamis pada pukul Pemilihan waktu untuk acara ini sudah tepat karena pada jam tersebut, merupakan waktu di mana jumlah pendengar mencapai puncaknya. Dari survei yang dilakukan terhadap 382 responden, terdapat 21,99% responden yang paling sering mendengarkan radio pada pukul jumlah tersebut merupakan jumlah tertinggi dibandingkan jam lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemilihan waktu acara Siaran Pedesaan sudah tepat karena berada pada prime time. Dengan menggunakan waktu empat kali dalam seminggu, program Siaran Pedesaan dibuat dalam tiga format, yaitu dialog interaktif, paket siaran, dan siaran langsung dari lapangan. Pada bab ini akan dibahas ketiga format tersebut, mulai dari persiapan hingga evaluasi. Ketiga format tersebut nantinya bisa dijadikan sebagai model bagi pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat, terutama Siaran Pedesaan, di RRI lainnya. 59

60 1. Dialog Interaktif Siaran Pedesaan dalam bentuk dialog interaktif disiarkan seminggu dua kali, yaitu pada hari Senin dan Rabu. Acara ini dipandu oleh seorang pengasuh acara. Tema yang diangkat terutama adalah persoalan-persoalan pertanian, namun tidak menutup kemungkinan tema yang diangkat adalah persoalan lain yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa. Pada tahap persiapan, RRI Jember melakukan rapat tiap bulan untuk membahas program acara secara umum. Tidak ada rapat secara khusus yang dilakukan untuk membahas acara Siaran Pedesaan. Untuk acara dialog interaktif Siaran Pedesaan, RRI Jember menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti univeritas, dinas yang berhubungan, dan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang mempunyai pengalaman terhadap tema yang diangkat. Untuk kerja sama dengan universitas atau lembaga pendidikan lainnya dan dinas terkait, RRI telah membuat kesepakatan tertulis yang tertuang dalam sebuah MoU. Kesepakatan tersebut berupa kerja sama di mana pihak RRI Jember menyediakan ruang siaran sementara pihak lembaga pendidikan atau dinas menyediakan narasumber. Sedangkan untuk tokoh-tokoh masyarakat atau pelaku di lapangan (petani, nelayan, pengrajin, dan lain-lain), kerja sama bersifat insidental. RRI Jember tidak memiliki agenda khusus untuk menentukan tema dialog interaktif. Seringkali, dengan adanya kerja sama dengan pihak ketiga, tema justru ditentukan oleh pihak luar. Sebagai contoh, RRI bekerja sama dengan Politeknik Negeri Jember dalam Siaran Pedesaan. Politeknik Negeri Jember akan menyediakan narasumber yang berasal dari akademisi mereka karena dianggap memiliki pengetahuan dan kecakapan lebih untuk membahas persoalan yang diangkat. Karena dianggap memiliki pengetahuan, pihak Politeknik Negeri Jember juga menjadi pihak yang menentukan tema yang akan diangkat dalam sebuah edisi dialog interaktif Siaran Pedesaan. Dengan kata lain, narasumberlah yang menentukan tema dialog interaktif. Tema biasanya diberikan oleh narasumber sehari sebelum acara dialog interaktif berlangsung. Dari tema yang telah ditentukan oleh narasumber, pengasuh acara kemudian melakukan riset tentang tema tersebut. Pengasuh acara bisa mencari pengetahuan tentang tema yang diangkat dengan memanfaatkan internet atau mendapatkan bahan dari narasumber yang bersangkutan. Akan tetapi, kadang-kadang, tema dari pihak luar baru disampaikan kepada pengasuh acara di hari yang sama dengan siaran on air, bahkan narasumber bisa memberikan tema dua atau tiga jam 60

61 sebelum on air. Jika demikian, persiapan yang dimiliki oleh pengasuh acara menjadi terbatas dan tidak maksimal. Selain berasal dari akademisi atau dinas terkait, RRI Jember juga biasa mengundang orang-orang yang ahli atau memiliki pengalaman atas tema yang diangkat. Misalnya, ketika mengangkat tema mengenai pupuk organik, RRI juga mengundang pelaku pembuat pupuk organik untuk ikut membagikan pengalamannya sehingga bisa didengarkan oleh petani-petani lain dan sekaligus menjadi motivasi bagi pendengar. Jika narasumber yang diundang adalah mereka, maka persiapan RRI Jember lebih lama karena harus mengundang narasumber tersebut sehari atau dua hari sebelumnya. Personil-personil RRI Jember memiliki hubungan baik dengan para penggerak pertanian, perkebunan, nelayan, dan profesi-profesi lain yang berhubungan dengan tema yang diangkat dalam Siaran Pedesaan. Hubungan personal ini memudahkan RRI Jember ketika membutuhkan narasumber. Akan sangat baik jika RRI memiliki database tokoh-tokoh masyarakat lokal yang bisa diakses oleh siapa pun personil RRI sehingga siapapun bisa memanfaatkan database tersebut untuk program RRI. Kerja sama antara RRI Jember dengan akademisi merupakan hal positif dan bermanfaat bagi Jember. Dengan menjadikan akademisi sebagai narasumber terkait persoalan masyarakat sehari-hari, RRI telah memberi jalan bagi akademisi untuk terlibat dalam atau minimal memerhatikan persoalan-persoalan lokal dan konkret di wilayahnya, dalam hal ini adalah Kota Jember dan sekitarnya. Itok Wicaksono, dosen Universitas Muhammadiyah Jember yang juga sekaligus pemerhati RRI, memberi masukan yang baik agar akademisi bisa ikut terlibat dalam dinamika masyarakat lokal, yaitu dengan menjadikan para akademisi sebagai narasumber atau diwawancarai dalam berita-berita atau siaran tidak langsung. Dengan menjadikan mereka narasumber, maka para akademisi akan lebih memerhatikan isu lokal dan akan semakin baik jika mereka bisa sekaligus terlibat dalam persoalan-persoalan lokal tersebut sehingga ilmu yang mereka miliki bisa benar-benar bermanfaat bagi komunitasnya, yaitu Kota Jember (wawancara, 20 April 2015). Setelah persiapan (penentuan tema dan persiapan pengasuh acara), dialog interaktif dilakukan pada jam Dialog interaktif disiarkan secara langsung. Jika narasumber tidak bisa datang langsung ke studio, dialog bisa dilakukan melalui telepon. Beberapa kali kendala muncul karena keterlambatan narasumber hadir di studio. Selain itu, jika narasumber tidak terbiasa berbicara lewat radio, maka narasumber kerap grogi. Oleh karena itu, pengasuh acara harus pandai membawa suasana sehingga 61

62 narasumber lebih rileks dan bisa mengemukakan pengetahuan yang dimilikinya untuk kemajuan pendengar. Format dialog interaktif dianggap sebagai format yang paling menarik bagi sebagian besar responden karena mereka bisa ikut berinteraksi dan bertanya langsung kepada narasumber. Oleh karena itu, RRI harus benar-benar memilih narasumber yang kompeten sesuai tema yang diangkat. Pengasuh acara juga harus pandai menggali informasi dari narasumber sebagai perwakilan pendengar. Dalam dialog interaktif, peran pengasuh acara menjadi krusial karena harus benar-benar bisa menjadi jembatan antara narasumber dengan pendengar. Dalam program acara Siaran Pedesaan, pengasuh acara harus bisa menerjemahkan informasi dari narasumber jika bahasa yang digunakan terlalu sulit untuk diterima oleh pendengar, mengingat pendengar di Jember didominasi oleh kalangan menengah ke bawah dan berpendidikan rendah. Selama ini, evaluasi terhadap program Siaran Pedesaan tidak dilakukan secara khusus. Evaluasi dilakukan oleh bagian siaran bersamaan dengan program-program lain pada rapat bulanan. Mestinya evaluasi wajib dilakukan secara khusus dan berkala untuk program Siaran Pendidikan maupun program lainnya sehingga evaluasi bisa benarbenar terfokus dan perbaikan bisa segera dilakukan jika terdapat kekurangan. 2. Paket Siaran Selain dialog interaktif, Siaran Pedesaan juga dibuat dalam bentuk paket siaran. Paket siaran ini tidak disiarkan secara langsung, melainkan dalam bentuk rekaman. Jika dialog interaktif disiarkan setiap Senin dan Rabu, maka paket siaran disiarkan tiap Selasa dan Kamis. Paket siaran bisa berupa majalah udara atau dalam bentuk feature. Tahap persiapan untuk program Siaran Pedesaan dalam format paket lebih lama dibandingkan dalam bentuk dialog interaktif. Tema yang diangkat untuk tiap edisi paket acara ditentukan oleh koordinator untuk tiap satu minggu atau 2 edisi. Meski tidak ada pertemuan khusus untuk membahas tema dalam jangka waktu tertentu, koordinator dan pengasuh acara melakukan diskusi singkat mengenai tema yang diangkat, termasuk menentukan format acara, apakah akan dibuat dalam bentuk feature atau majalah udara. Tema yang diangkat dalam Siaran Pedesaan paling banyak adalah tentang pertanian, tetapi tema-tema lain juga diangkat dalam program ini. 62

63 Di sini, di Jember itu kan juga ada nelayan, juga ada perkebunan gitu. Jadi tidak harus pertanian. Kadang-kadang kita mengangkat masalah itu, usia dini. Apa itu bekerja sama dengan BKKBN. Semacam itu juga memberikan pendidikan kepada masyarakat supaya tidak harus apa ya, mereka tidak seperti ini lagi (wawancara dengan Endang, 21 April 2015). Akan lebih baik jika tema bisa ditentukan dalam sebuah rapat khusus Program Siaran Pedesaan untuk beberapa edisi sekaligus, misalnya untuk sebulan. Dengan demikian, diskusi tentang tema yang diangkat bisa lebih intensif dan akan tergali ide-ide yang lebih luas dan mendalam dari diskusi tersebut. Selain itu, arah program pemberdayaan masyarakat juga lebih jelas dan terukur. Setelah penentuan tema dilakukan oleh koordinator, tema tersebut dikerjakan oleh para pengasuh acara. Pengasuh acara inilah yang kemudian bertugas untuk mencari data di lapangan, membuat naskah, merekam siaran, dan bertanggung jawab hingga siaran berlangsung. Biasanya, untuk satu kali siaran, rekaman dikerjakan oleh dua orang. Akan tetapi, paket acara ini juga kadang dikerjakan oleh satu orang saja dengan alasan waktu mepet dan pekerjaan pengasuh acara yang sudah menumpuk sehingga harus membagi tugas. Sebelum turun ke lapangan, pengasuh acara melakukan riset singkat melalui internet dan sumber-sumber yang relevan sebagai bekal turun lapangan. Selanjutnya, pengasuh acara mencari data di lapangan dengan mewawancarai orang-orang yang kompeten dengan tema yang diangkat. Sebagai contoh, saat paket acara mengangkat tema pupuk cair, maka pengasuh acara harus mewawancarai pembuat pupuk cair. Pengasuh acara juga harus mencari data-data pendukung lainnya. Dari proses pengambilan data di lapangan, format acara bisa mengalami perubahan. Misalnya, ketika sudah ditentukan siaran dibuat dalam bentuk feature, tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa tema ini akan sangat menarik jika dibuat dalam format majalah udara, maka format akan diubah menjadi majalah udara. Akan tetapi, menurut Putra salah satu pengasuh acara Siaran Pedesaan format acara yang paling sering digunakan adalah feature karena dianggap lebih mudah dibandingkan format majalah udara (wawancara, 21 April 2015). Dari lapangan, pengasuh acara kemudian membuat naskah untuk durasi sekitar satu jam. Dari naskah tersebut kemudian mulailah proses rekaman. Proses rekaman untuk paket siaran ini bisa berupa obrolan yang kemudian disisipi dengan pendapat dari 63

64 narasumber. Pengemasan tema dibuat dalam bentuk cerita sehingga lebih mudah diterima pendengar, lebih santai, dan menarik. Setelah proses rekaman, pengasuh acara juga harus melakukan editing atas rekaman yang ia buat. Proses pembuatan paket siaran untuk sekali tayang, dari pengumpulan data hingga editing biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang dan menghabiskan waktu kurang lebih satu hari. Hasil rekaman paket siaran ini kemudian disimpan sebagai arsip. Hanya saja, naskah untuk paket siaran tidak terarsip dengan baik. Padahal, arsip naskah tertulis akan sangat membantu dalam evaluasi siaran atau sebagai pembelajaran bagi pengasuh acara yang lain. Sama halnya dengan program Siaran Pedesaan dalam format dialog interaktif, untuk format paket juga tidak dilakukan evaluasi secara khusus. Evaluasi dilakukan bersamaan dengan rapat bulanan. Tentu saja evaluasi akan lebih terasa dan bermanfaat jika dilakukan secara khusus, terlebih bisa dilakukan dua kali, yaitu evaluasi oleh tim Siaran Pedesaan dan evaluasi oleh RRI secara keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan bukan hanya untuk melihat apakah program Siaran Pedesaan didengarkan oleh banyak orang, tetapi juga untuk melihat apakah Siaran Pedesaan sudah bermanfaat dan dimanfaatkan oleh para pendengar. Baik dalam format dialog interaktif maupun dalam paket siaran, peran pengasuh acara sangat kuat. Dialah yang menentukan kelancaran program siaran. Maka dari itu, pengasuh acara harus membekali dirinya dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang kuat sekaligus pengetahuan tentang isi siaran pemberdayaan yang kaya. Pengasuh acara maupun personil yang terlibat dalam program Siaran Pedesaan bisa memperkaya pengetahuannya lewat bacaan, diskusi dengan pelaku di lapangan, diskusi dengan akademisi, maupun mengikuti forum-forum yang sesuai dengan program Siaran Pedesaan. 3. Siaran Langsung dari Lapangan Selain program reguler dengan format dialog interaktif dan paket siaran, program Siaran Pedesaan juga beberapa kali dilakukan dengan format siaran langsung dari lapangan. Pada siaran langsung di lapangan, RRI berusaha mengangkat potensi yang ada di wilayah tertentu kemudian bekerja sama dengan pihak-pihak terkait mengadakan penyuluhan atau dialog dengan warga pedesaan setempat. 64

65 Pada tahap persiapan, RRI mencari lokasi yang tepat untuk diangkat dalam Siaran Pedesaan. Biasanya, ada potensi lokal yang bisa diangkat dan menjadi inspirasi bagi pendengar RRI. Sebagai contoh, Siaran Pedesaan yang sudah dilakukan RRI mengambil tempat di wilayah Puger karena di sana terdapat usaha keripik buah yang sukses. Penentuan calon lokasi ini bisa didapat dari mana saja, misalnya informasi dari media lain, informasi dari orang yang dikenal, dan sebagainya. Setelah lokasi ditentukan, tim dari RRI melakukan riset awal di sana. Tujuannya adalah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh warga di mana lokasi tersebut berada. Dari permasalahan tersebut, bisa diketahui bagaimana siaran ini nantinya dilaksanakan. Jika permasalahan warga berkaitan dengan pemerintah, maka RRI bisa mengundang pemerintah sebagai narasumber pada siaran langsung tersebut. Jika petani di desa yang dituju mempunyai masalah dengan pupuk, maka RRI bisa menghadirkan Dinas Pertanian dan kelompok tani lain yang bisa menyiasati kendala pupuk dengan penggunaan pupuk organik. Format ini sangat efektif sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat. RRI bisa menghubungkan antara pihak yang saling terkait sehingga tercapai sebuah kemajuan di masyarakat yang bersangkutan. Selain bagi masyarakat setempat, format ini juga sangat bermanfaat bagi RRI sendiri, terutama untuk mendekatkan RRI kepada masyarakat dan selanjutnya bisa menggaet pendengar. Dalam wawancara peneliti dengan Heru Suryanta, nelayan di Desa Watu Ulo, ia mengatakan bahwa ia tidak mendengarkan radio karena tidak memiliki radio (wawancara, 19 April 2015). Pengakuan Heru Suryanta menunjukkan bagaimana ia tidak memiliki ketertarikan untuk mendengarkan radio. Dengan adanya Siaran Pedesaan secara langsung, maka bisa menarik warga untuk lebih memilih mendengarkan RRI daripada mengonsumsi media lainnya. RRI juga bisa bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membagikan radio bagi warga di pedesaan yang dituju. Namun, hal yang lebih penting dari pemberian radio adalah pemberian kesadaran bagi masyarakat bahwa radio merupakan media yang penting dan memberi kemanfaatan bagi mereka. Selama ini program siaran langsung Siaran Pedesaan masih bersifat insidental. Putra yang mengasuh acara Siaran Pedesaan mengatakan jika siaran langsung Siaran Pedesaan selama ini masih belum bisa dilakukan secara reguler, Kalau yang live ke tempat, masih semacam sebulan sekali atau mungkin, lihat waktunyalah, sikon, (wawancara, 21 April 2015). Beberapa kendala yang dihadapi untuk menggelar siaran langsung seperti ini adalah masalah biaya dan sumber daya manusia. Dalam setiap 65

66 program siaran langsung di lapangan, RRI Jember bisa mempersiapkannya selama kurang lebih dua bulan. Jika dukungan dana dan sumber daya manusia mencukupi, maka program siaran langsung seperti ini bisa dilakukan lebih sering. Untuk penyelenggaraan siaran ini, RRI juga bekerja sama dengan akademisi yang juga bekerja sama dalam program dialog interaktif Siaran Pedesaan. Jika pada dialog interaktif mereka mendapat ruang untuk berbicara, maka mereka juga harus membantu RRI Jember untuk memberikan penyuluhan saat ada acara siaran langsung Siaran Pedesaan. Siaran langsung program pemberdayaan masyarakat seperti Siaran Pedesaan ini memang mendapatkan antusiasme yang besar dari pendengar. Jumantoro, salah satu petani di Jember, sangat menginginkan adanya program siaran langsung Siaran Pedesaan di lapangan bisa dilakukan terus oleh RRI (wawancara, 17 April 2015). Ia yang memiliki jaringan petani di Jember karena merupakan ketua HKTI bahkan menyatakan siap mendukung dengan mengumpulkan petani bilamana diperlukan. Uswatun, salah seorang petani sukses di Jember bahkan menyebutkan jika ia bisa sukses seperti saat ini salah satunya karena andil Siaran Pedesaan zaman dulu atau yang kerap dikenal dengan sebutan Kelompencapir (wawancara, 18 April 2015). Ia mengatakan siap berbagi ilmu lewat Siaran Pedesaan kepada petani lainnya. Kerinduan akan Siaran Pedesaan yang melibatkan masyarakat seperti Kelompencapir juga dikemukakan oleh narasumber lain dalam penelitian ini. B. Evaluasi Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat, RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dengan dukungan SDM penyiaran selayaknya memberdayakan kelompok-kelompok pendengar sehingga menjadi lebih mandiri, hidup lebih bermartabat, dan menikmati kualitas hidup yang lebih besar. Konteks pemberdayaan yang dimaksud di sini adalah agar kelompok-kelompok masyarakat lebih mendukung satu sama lain dan lebih bersuara di masyarakat, masyarakat dibudayakan untuk saling tukar informasi seputar kemajuan keterampilan sesuai bidangnya. Tujuan strategis siaran pemberdayaan masyarakat ini adalah memperkuat kapasitas organisasi masyarakat sipil di Indonesia agar mampu mencapai dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka. Kelompok-kelompok masyarakat perlu dinavigasi untuk mendapatkan 66

67 keterampilan baru, akses informasi, akses layanan, membangun kepercayaan, serta menciptakan peluang baru untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat secara luas. Muara siaran pemberdayaan masyarakat adalah terbentuk jaringan kelompok pendengar yang didukung melalui kegiatan pelatihan dan mobilisasi mereka sebagai dampak dari siaran pemberdayaan masyarakat oleh RRI. Di sinilah peran RRI dipertaruhkan untuk lebih memfokuskan konten siaran pemberdayaan masyarakat dengan model pendekatan siaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Puslitbangdiklat RRI menyelenggarakan penelitian siaran pemberdayaan masyarakat dengan maksud menggali potensi yang berkembang di masyarakat dan mengidentifikasi model siaran yang telah dilakukan oleh RRI, dan mencari terobosan baru yang dapat diterapkan sebagai pengembangan program siaran. Jember sebagai lokus penelitian ini dipilih karena wilayah ini memiliki potensi yang besar, baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun kelautan. Wilayah pedesaan di Jember sangat cocok menjadi laboratorium bagi pengembangan program siaran pemberdayaan masyarakat bagi RRI. Selain potensi-potensi tersebut, Jember juga memiliki karakteristik masyarakat yang beragam karena wilayah ini dihuni oleh masyarakat dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Tionghoa, dan Osing. Keberagaman masyarakat tersebut memberikan tantangan bagi RRI untuk membuat program yang mampu mengakomodasi kebutuhan mereka dan menyesuaikan tujuan RRI dengan cara-cara mereka. Berdasarkan temuan penelitian Puslitbangdiklat RRI berkenaan dengan Siaran Pemberdayaan Masyarakat dengan lokus di Jember pada bulan April 2015, dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut. Tabel 4.1 Pengembangan Siaran Pemberdayaan Masyarakat No. Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diharapkan 1. Penentuan tema Siaran Pedesaan (terutama dialog interaktif) lebih banyak ditentukan oleh pihak lain. Penentuan tema dilakukan oleh RRI sesuai dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dan agenda setting RRI. Pihak lain mendukung sebagai narasumber dan partner diskusi. Penentuan tema oleh RRI harus dilakukan untuk menunjukkan bahwa RRI sebagai pihak yang mengarahkan, mengemudikan, dan menginspirasi pendengarnya serta menghindari konflik kepentingan dari pihak luar. 2. Tim kerja belum optimal. Kerja sama tim masih kurang. Tim kerja optimal. Tim Siaran Pedesaan terdiri dari 5 orang. Setiap siaran, seluruh tim harus terlibat. Perlu peningkatan kapasitas SDM. Tim 67

68 3. Rapat produksi belum berjalan reguler dan optimal. kerja harus terus mengembangkan diri melalui berbagai cara, seperti membaca, berdiskusi dengan para pelaku di lapangan, berdiskusi dengan akademisi, menghadiri forum-forum desa. Rapat produksi dilakukan secara berkala dengan melibatkan tim inti maupun pegawai RRI Jember yang lain yang berhubungan dengan program. Rapat dilakukan secara khusus untuk membahas perencanaan program dan evaluasi program, minimal sebulan sekali. 4. Arsip siaran belum rapi. Arsip siaran meliputi data narasumber, naskah, rekaman siaran, pendengar, kliping koran/majalah yang sesuai dengan program, materi pertanian/peternakan/ perkebunan/perikanan harus tersedia dan bisa diakses dengan mudah oleh siapapun pegawai RRI. Oleh karena itu, perlu sistem database siaran secara tersistem. 5. Siaran langsung Siaran Pedesaan cenderung dilakukan secara i68nsidental belum dilakukan secara berkala. 6. Belum ada tradisi riset program yang cukup baik. 7. Kelompok pendengar khusus Siaran Pedesaan belum dikelola secara maksimal. 8. Perencanaan yang kurang matang cenderung mengabaikan konteks masyarakat. Siaran langsung Siaran Pedesaan dilakukan secara berkala, menyesuaikan kemampuan satker, minimal sebulan sekali. RRI bisa menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait dengan tetap memerhatikan posisi RRI sebagai radio publik. Riset harus dilakukan sebagai bahan perencanaan program, produksi, maupun evaluasi program. Riset produksi program berupa kebutuhan pendengar dan riset atas tema yang diangkat. Riset evaluasi program bukan hanya untuk melihat apakah program didengarkan, tetapi juga bagaimana manfaat dan dampak siaran untuk pendengar. RRI perlu memfasilitasi kelompok pendengar khusus Siaran Pedesaan. Dengan fasilitasi ini, pendengar bisa membentuk jaringan sendiri yang bermanfaat bagi mereka. Kelompok pendengar ini akan menjadi katalisator pemberdayaan masyarakat. Namun, kelompok pendengar harus dijaga dari kemungkinan pemanfaatan untuk kepentingan pihak tertentu. Program siaran pemberdayaan masyarakat seharusnya memerhatikan konteks masyarakat. Konteks tersebut antara lain kebudayaan (suku, bahasa, budaya), agama, kebiasaan, kondisi sosial, perekonomian, dan sebagainya. Program siaran pemberdayaan masyarakat berangkat dari kebutuhan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pemetaan atas kebutuhan tersebut serta 68

69 masalah dan potensi yang ada pada masyarakat harus dilakukan sebelum membuat program siaran pemberdayaan masyarakat. Bagaimanapun, masalah yang dihadapi oleh masyarakat sangat beragam dan memiliki kekhasan masing-masing. Di bidang pertanian, misalnya, masalah yang dihadapi oleh para petani antara lain perubahan harga komoditas dan akses informasi tentang pasar. Jumantoro, ketua HKTI Kabupaten Jember, menyebutkan sebagian permasalahan yang dihadapi oleh petani di Jember sebagai berikut. Ya salah satu contoh pada saat terjadi perubahan harga HPP gabah, petani, terutama masyarakat tani yang di Kabupaten Jember ini tidak mengerti. Sehingga pada saat ada perubahan takaran, perubahan di pusat, ke bawah itu kurang tersosialisasi. Ini yang ternyata banyak masyarakat yang tidak mengerti, sehingga masyarakat petani khususnya di Kabupaten Jember ini banyak yang dirugikan pada saat panen raya, akhirnya petani hanya menikmati harga di bawah HPP. Karena banyak pedagang menggunakan patokan itu masih dengan HPP yang lama. Yang kedua, tentang akses informasi pasar, khususnya produk-produk pertanian, sangat rendah sekali. Sehingga akhirnya bukan petani yang untung, tapi pedagang yang banyak untung. (wawancara, 17 April 2015) Persoalan yang dihadapi oleh para petani tentu saja berbeda dengan persoalan yang dihadapi oleh nelayan atau pelaku UMKM. Persoalan di antara petani yang satu dengan yang lain pun bisa jadi berbeda-beda. Penelitian ini mencoba merangkum berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kelompok-kelompok masyarakat di Jember serta potensi yang sudah ada pada mereka. Tabel berikut ini menunjukkan pemetaan sebagian masalah yang dihadapi oleh warga Jember. 69

70 Tabel 4.2 Pemetaan Masalah di Kabupaten Jember No. Sektor Permasalahan Potensi 1. Kelautan a. Saat musim kemarau (paceklik) atau cuaca buruk, nelayan tidak bisa melaut mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal. b. Tidak ada sumber lain selain hasil laut. c. Nelayan tidak ingin anak-anak mereka menjadi nelayan. d. Ketiadaan informasi tentang pemasaran hasil laut. e. Jalur keluar masuk perahu untuk nelayan di Watu Ulo dangkal, belum ada pemecah gelombang. f. Kesulitan membentuk koperasi. 2. Perkebunan a. Perkebunan rakyat masih dilakukan secara tradisional, kurang memerhatikan kualitas dan standar. b. Produk perkebunan, seperti tembakau, kopi, kakao, dan edamame, belum cukup dikenal oleh masyarakat di tingkat lokal maupun nasional. c. Minat pemuda untuk bekerja di sektor perkebunan kurang. d. Penguasaan teknologi dan informasi masih kurang. e. Harga produk yang fluktuatif. 3. Pertanian a. Petani kurang perhatian pada perbaikan kualitas produksi. b. Informasi pemasaran masih kurang. c. Kelompok-kelompok tani tidak terhubung. d. Regenerasi petani kurang berjalan dengan baik. e. Penguasaan teknologi dan informasi masih kurang. f. Harga produk yang tidak tetap dan merugikan petani. g. Pola pikir petani yang masih tertutup. 4. UMKM a. Kesulitan memasarkan produk. b. Sistem penjualan yang bergantung musim, misal usaha pembuatan tasbih hanya laku saat bulan haji atau saat hari besar agama. c. Tidak memiliki variasi produk. d. Adanya stigma buruk tentang koperasi. e. Kurangnya modal usaha. f. Tingkat pendidikan rendah. a. Sudah ada bantuan dari Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan melalui Pemberdayaan Usaha Minadesa (PUM) b. Nelayan sudah membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) a. Lahan subur b. Beberapa produk sudah go international. c. Ada dukungan dari Pemda. d. Terdapat pusat-pusat penelitian tanaman perkebunan di Jember. e. Ada pendampinganpendampingan dari perusahaan untuk masyarakat. a. Mayoritas penduduk Jember adalah petani b. Lahan yang subur c. Sudah ada kelompokkelompok petani a. Pemda (Dinas Koperasi dan UMKM) telah membuat program-program untuk mendorong koperasi dan UMKM. b. Entrepreneurship sedang menjadi tren. 70

71 Tabel di atas bisa menjadi gambaran besar akan permasalahan yang dihadapi oleh warga sesuai dengan sektor-sektor pekerjaan mereka. Meski demikian, persoalan ini bisa saja berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, update mengenai permasalahan yang dihadapi warga harus terus dilakukan. Pengetahuan akan permasalahan dan potensi secara lebih detail juga harus dipetakan agar siaran pemberdayaan masyarakat sesuai dengan sasaran. Sebagai contoh, nelayan di Watu Ulo menghadapi masalah mengenai kondisi jalur keluar masuk kapal yang rentan ombak besar sehingga memerlukan pemecah ombak (Supriyanto, nelayan, wawancara, 19 April 2015). Tentu masalah tersebut berbeda dengan masalah nelayan di wilayah lain yang wilayah perairannya mudah untuk kapal bersandar. Dari pengetahuan akan permasalahan dan potensi tersebut, tema atau materi tiap siaran pemberdayaan masyarakat bisa ditentukan. Tema atau topik yang diangkat oleh sebuah media merupakan hal yang sangat penting. Tema menunjukkan bagaimana sikap media terhadap isu atau permasalahan tertentu dan di mana ia berpihak. Maka dari itu, jika penentuan tema ini diserahkan kepada pihak ketiga, maka isi sebuah program akan rentan mendapat gangguan atau tersusupi kepentingan pihak luar. Selain itu, arah program pemberdayaan masyarakat juga menjadi tidak jelas. Seharusnya, tema ini sudah ditentukan sejak jauh-jauh hari, apalagi untuk program Siaran Pedesaan yang notabene tidak terlalu mementingkan aktualitas. Penentuan tema dan lebih-lebih isi siaran oleh pihak luar seperti yang terjadi pada program Siaran Pedesaan dan Ngobrol Bareng Cak Itok harus segera diganti dengan tema yang ditentukan oleh RRI. Untuk menentukan tema yang diangkat, RRI perlu melalui serangkaian penelitian atas apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan apa yang saat itu menjadi permasalahan masyarakat. Dengan demikian, tema-tema yang diangkat bisa dibuat dalam bentuk yang berkesinambungan. Harapannya, siaran pemberdayaan masyarakat benar-benar mampu memberi ilmu baru bagi pendengarnya serta menjadi pendamping bagi pendengar untuk menerapkan ilmu tersebut dan memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pendengar. Dalam menentukan tema, selain melalui serangkaian riset, pengasuh acara juga bisa memanfaatkan narasumber untuk membantu memberikan pandangan umum atas permasalahan atau tema-tema yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dari situ kemudian pengasuh acara tetaplah menjadi pihak yang menentukan tema yang akan diangkat sesuai dengan arah agenda siaran. Penentuan tema oleh RRI juga menghindari adanya konflik kepentingan dengan pihak luar. Meski 71

72 seringkali narasumberlah yang memiliki kapasitas dan pengetahuan atas tema yang diangkat, RRI sendiri juga harus mampu mengimbangi pengetahuan tersebut. Penentuan tema atau materi siaran pemberdayaan masyarakat merupakan tahapan yang krusial dalam membuat program. Untuk itu, penentuan tema siaran harus dilakukan oleh RRI sebagai bentuk agenda setting dan untuk memenuhi tujuan siaran pemberdayaan masyarakat yang menjadi roh bagi siaran Pro 1. Pihak luar hanya berperan untuk memberi masukan dan menjadi narasumber. Dengan demikian, RRI menjadi pihak yang mengarahkan, mengemudikan, dan menginspirasi pendengarnya serta menghindari konflik kepentingan dari pihak luar. Siaran pemberdayaan masyarakat merupakan roh bagi Programa 1. Untuk itu, program pemberdayaan masyarakat harus didukung oleh tim kerja yang optimal dan benar-benar memahami tujuan pemberdayaan masyarakat. Tim juga harus bekerja secara efektif dan efisien. Pada setiap produksi siaran, seluruh tim harus terlibat. Penyerahan tanggung jawab produksi kepada satu atau dua orang tidak disarankan karena pemberdayaan masyarakat adalah tugas yang berat sehingga harus dikerjakan oleh 3-5 orang. Selain akan memberikan perspektif dan elaborasi materi yang lebih dalam dan kuat, kerja tim yang lengkap juga tidak mengecilkan tanggung jawab RRI dalam memberdayakan masyarakat. Tim kerja juga harus terus mengembangkan diri mengenai melalui berbagai cara, seperti membaca, berdiskusi dengan para pelaku di lapangan, berdiskusi dengan akademisi, menghadiri forum-forum desa, menjalin hubungan dengan kelompokkelompok masyarakat maupun organisasi-orgainsasi non pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat. Tim kerja harus terus meningkatkan kapasitas dirinya terhadap pengetahuan atas pemberdayaan masyarakat itu sendiri, serta isu-isu terkait materi yang berhubungan dengan siaran pemberdayaan masyarakat (pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, UMKM, dan sebagainya). Kebiasaan riset harus ditanamkan dan dikembangkan pada personil RRI, terutama yang berhubungan dengan siaran pemberdayaan masyarakat. Berbagai riset atau penelitian perlu dilakukan untuk mendapatkan bahan perencanaan program, produksi, maupun evaluasi program. Riset perencanaan program bisa berupa riset kebutuhan pendengar dan riset atas tema atau materi yang akan diangkat. Dengan demikian, siaran pemberdayaan masyarakat tidak didasari pada asumsi belaka, tetapi memang berdasarkan kondisi yang terjadi di masyarakat. Riset untuk evaluasi program 72

73 juga perlu dilakukan bukan hanya untuk melihat apakah program didengarkan, tetapi juga bagaimana manfaat dan dampak siaran untuk pendengar. Tim kerja akan bisa bekerja optimal jika rapat koordinasi dan rapat produksi berjalan dengan baik. Rapat berkala perlu dilakukan untuk mengatur strategi siaran pemberdayaan masyarakat, update informasi, pengembangan kapasitas, sekaligus mengevaluasi siaran yang selama ini sudah dilakukan. Rapat besar bisa dilakukan setiap bulan, namun juga perlu rapat mingguan untuk mengatur siaran dalam minggu yang bersangkutan. Rapat bisa melibatkan seluruh personil RRI yang berhubungan dengan siaran pada rapat bulanan dan pada rapat mingguan cukup melibatkan personil dari program yang bersangkutan. C. Pengembangan Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat Selama ini, RRI telah mengembangkan model siaran dengan pendekatan DBU (Development Broadcasting Unit) yang cukup memadai sebagai salah satu model pendekatan produksi siaran. Model tersebut dapat ditengarai dengan adanya langkahlangkah proses produksi sebagai berikut. 1. Penentuan sasaran lokasi (Tim produksi di bawah arahan produser berdiskusi untuk menentuan sasaran lokasi yang dituju, sambil menyampaikan data-data sekunder) 2. Hunting lokasi (tim berangkat ke lokasi yang telah disepakati) 3. Memantau lingkungan lokasi (anggota tim menyebar) 4. Anggota tim berdialog dengan masyarakat untuk mendapat informasi murni yang berkembang di masyarakat, anggota tim beradaptasi dengan tradisi yang ada di masyarakat (belum direkam tapi dicatat pointer penting) 5. Semua anggota tim kembali berkumpul setelah melakukan observasi untuk berdiskusi menentukan topik yang akan diangkat sebagai bahan siaran 6. Melakukan wawancara terhadap objek yang telah ditentukan (direkam) 7. Tim kembali ke tempat kerja untuk mengedit 8. Tim berdiskusi untuk menentuan layout naskah 9. Produksi studio 10. Evaluasi hasil produksi 11. Pretest, uji coba hasil produksi diperdengarkan kepada masyarakat dengan metode FGD 73

74 Sebelas langkah DBU tersebut merupakan model produksi siaran yang telah dikembangkan oleh RRI. Namun, pada kenyataannya model tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Model produksi siaran dengan DBU menekankan pada penyiaran atas apa yang dilakukan oleh masyarakat dan pelibatan masyarakat sebagai subjek siaran. Model ini merupakan model yang ideal untuk produksi siaran, terutama untuk siaran pemberdayaan masyarakat. Untuk pengembangan program pemberdayaan masyarakat, model DBU sangat relevan untuk digunakan dengan memerhatikan temuan penelitian ini sebagaimana tertuang dalam tabel 4.1. Salah satu manfaat dari siaran RRI yang melibatkan masyarakat adalah RRI mampu menghubungkan orang-orang yang selama ini tidak berhubungan untuk kemudian bisa menjalin kerja sama yang saling menguntungkan di antara mereka. Untuk pengembangan dari model siaran pemberdayaan masyarakat atau model DBU di atas, RRI perlu mengelola kelompok pendengar. Dengan fasilitasi ini, pendengar bisa membentuk jaringan sendiri yang bermanfaat bagi mereka. Kelompok pendengar ini bisa dibuat dalam bentuk multi level dan saling berhubungan. Masyarakat itu sendirilah yang kemudian mengembangkan jaringan dan mendapatkan manfaat dari jaringan itu sendiri. Kelompok pendengar ini juga akan menjadi katalisator bagi pemberdayaan masyarakat. Namun, kelompok pendengar harus dijaga dari kemungkinan pemanfaatan untuk kepentingan pihak tertentu. Jaringan pendengar ini bisa dibentuk melalui siaran langsung dari lapangan. Pembentukan jaringan pendengar ini terutama bisa dikerjakan pada program Siaran Pedesaan. Proses pembentukan jaringan pendengar ini bisa dilakukan bertahap pada saat membuat program Siaran Pedesaan. Pada produksi Siaran Pedesaan dalam bentuk paket siaran, pengasuh acara bisa sekaligus menginisiasi terbentuknya jaringan pendengar ini. Jika pengasuh acara bisa terlibat dengan masyarakat, maka tidak menutup kemungkinan pengasuh acara bisa mengajak pendengar untuk membentuk kelompok sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya masing-masing. Narasumber pada dialog interaktif bisa sekaligus bertindak sebagai agen pemberdayaan masyarakat. Narasumber baik dari akademisi maupun praktisi di lapangan bisa menjadi agen yang membuka wawasan warga untuk memberdayakan dirinya. Bahkan, di sini RRI bisa menjadi jembatan agar pihak-pihak tersebut kemudian melanjutkan hubungannya meskipun tanpa adanya jembatan dari RRI. Kemudian, lewat acara siaran langsung Siaran Pedesaan dari lapanganlah kelompok-kelompok atau pendengar-pendengar ini bisa bertemu secara langsung. RRI hanya bertugas menghubungkan kelompok-kelompok tersebut dan menyuplai informasi yang mereka butuhkan. Selain itu, RRI juga wajib menjaga kelompok-kelompok tersebut 74

75 agar tetap mengembangkan diri mereka tanpa didominasi oleh kelompok kepentingan tertentu yang tidak berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat, misal partai, calon anggota legislatif, atau calon kepala daerah. Gambar berikut bisa menjelaskan bagaimana pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh RRI. Gambar 4.1. Pengembangan Siaran Pemberdayaan Masyarakat 75

76 Model siaran pemberdayaan masyarakat mulai dari perencanaan hingga proses produksi bias menggunakan model siaran DBU sebagaimana yang selama ini sudah dikembangkan oleh RRI. Sementara pada proses evaluasi perlu dilakukan melalui mekanisme yang tepat dan terukur. Evaluasi bukan hanya dengan melihat pada seberapa antusiasme pendengar, tetapi juga sampai pada dampak siaran tersebut bagi pengembangan masyarakat. Kemudian, untuk pengelolaan jaringan, gambar 4.2 mencoba menjelaskan tahapan ini. Gambar 4.2 Model Pengelolaan Jaringan Pendengar Tujuan dari pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat ini terutama adalah agar pemberdayaan masyarakat yang dilakukan RRI melalui siaran bisa lebih banyak berdampak pada masyarakat, serta memperluas dampak tersebut. 76

77 Selain membuat para pendengar dan stakeholder berhubungan (misal: akademisi dengan kelompok 1, 2, dan 4; LSM dengan kelompok 2 dan 3), model ini juga memungkinkan kelompok pendengar membentuk keompok-kelompok lain, baik yang berhubungan dengan siaran RRI maupun kelompok mandiri sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan mereka masing-masing (Kelompok 4a dan kelompok 4b). Dengan demikian, siaran RRI berdampak lebih luas, tidak hanya pada pendengar, tetapi juga kepada kelompok-kelompok masyarakat yang berhubungan dengan kelompok pendengar. Pada akhirnya, peran RRI dalam proses pemberdayaan yang dilakukan sebagai motivator bagi kelompok-kelompok tersebut, dalam arti membangun jaringan pendengar (multi level listener). Peran RRI dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pendengar sekaligus menavigasi, mengarahkan, dan menginspirasi masyarakat melalui program siaran pemeberdayaan masyarakat Pada model pengembangan siaran pemberdayaan ini, tim yang bekerja bukan hanya tim Siaran, tetapi juga bisa bekerja sama dengan tim dari bagian Pemberitaan, dan Layanan Usaha. Pengembangan siaran pemberdayaan ini bisa menjadi ruang bagi bagian LU untuk melakukan komunikasi publik, menjadi ruang promosi program RRI, sekaligus mencari sumber pendapatan lewat sponsor dalam acara-acara siaran langsung dari lapangan. Muara siaran pemberdayaan masyarakat adalah terbentuk jaringan kelompok pendengar yang didukung melalui kegiatan pelatihan dan mobilisasi mereka sebagai dampak dari siaran pemberdayaan masyarakat oleh RRI. Di sinilah peran RRI dipertaruhkan untuk lebih memfokuskan konten siaran pemberdayaan masyarakat dengan model pedekatan siaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 77

78 BAB V TINJAUAN SEMINAR, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI A. Tinjauan Seminar Hasil penelitian ini telah diseminarkan pada tanggal 8 Juni 2015 di Auditorium RRI Jember. Seminar tersebut ditujukan untuk mendapatkan masukan dari para narasumber pembahas sekaligus sebagai ruang untuk mengklarifikasi hasil temuan kepada para informan penelitian ini. Harapannya, hasil penelitian ini bisa disempurnakan dan benar-benar sesuai dengan keadaan di lapangan. Dalam seminar tersebut, hadir sebagai pemrasaran yaitu Direktur Utama LPP RRI, Rosarita Niken Widyastuti yang pada akhir sesi memberikan formulasi padangan umum dan menyarankan perlunya rekomendasi operasional berdasarkan hasil penelitian ini. Pembahas antara lain Kabul Budiono (Direktur Program dan Produksi LPP RRI) sebagai pengguna hasil penelitian ini dan Prof. Ahmad Subagyo dari Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jember (UNEJ). Dalam seminar ini, juga hadir narasumber penelitian yang selama proses penelitian mereka berperan sebagai informan wawancara mendalam. Setelah peneliti dan Kepala Puslitbangdiklat memaparkan hasil penelitian, Direktur Program dan Produksi LPP RRI memberikan tanggapannya. Pada dasarnya, Kabul Budiono mengapresiasi penelitian yang dilakukan oleh Puslitbangdiklat ini. Penelitian ini akan mendukung program Direktorat Program dan Produksi dalam mengembangkan siaran pemberdayaan masyarakat sebagai roh dari siaran Pro 1. Namun, beliau juga mengkritisi ketidaksesuaian antara judul dengan tujuan penelitian ini. Hal yang menjadi sorotan Direktur Program dan Produksi adalah bahwa fokus riset ini adalah pada Pro 1, bukan RRI Jember secara umum. Maka dari itu, menurut Direktur Program dan Produksi, judul penelitian ini mestinya juga memasukkan kata Pro 1 menjadi Riset Pengembangan Siaran Pemberdayaan Masyarakat di RRI Pro 1 Jember. Selain itu, Direktur Program dan Produksi juga menganggap bahwa riset ini lebih banyak difokuskan pada program Siaran Pedesaan. Oleh karena itu, ia menyarankan jika judul riset ini dipertajam menjadi Pengembangan Siaran Pedesaan untuk Pemberdayaan Masyarakat di RRI Jember. Penelitian ini memang lebih fokus ke penyelenggaraan siaran pemberdayaan masyarakat di RRI Pro 1 Jember. Dengan demikian, masukan dari Direktur Program dan 78

79 Produksi untuk mempertajam judul penelitian menjadi Riset Pengembangan Siaran Pemberdayaan Masyarakat di RRI Pro 1 Jember menjadi relevan. Namun, penelitian ini bukan hanya menyasar pada program Siaran Pedesaan saja. Siaran Pedesaan hanya menjadi contoh program pemberdayaan masyarakat yang paling banyak diminati oleh pendengar terutama yang menjadi sampel penelitian ini dan menjadi program yang langsung disebut oleh penyelenggara siaran sebagai program pemberdayaan masyarakat di RRI Jember ketika peneliti menanyakan ke informan dari internal RRI. Program Siaran Pedesaan hanya menjadi contoh utama dari penelitian ini, meski sesungguhnya ada program-program lain juga yang diteliti, seperti Ngobrol Bareng Cak Itok dan acara OPSI. Direktur Program dan Produksi juga mempertanyakan tentang pengambilan sampel dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah warga Kabupaten Jember. Padahal, coverage area RRI Jember tidak hanya mencakup Kabupaten Jember saja, melainkan sampai ke kota-kota di sekitarnya. Menurut Direktur Program dan Produksi, mestinya sampel penelitian ini juga mengambil responden dari luar Kabupaten Jember. Pemilihan sampel di Kabupaten Jember saja dilakukan untuk mempermudah proses penelitian dan pengambilan sampel karena alasan keterbatasan waktu dan pembiayaan. Pengambilan sampel di luar Kabupaten Jember juga akan menyulitkan karena belum tentu di wilayah lain semua penduduk ter-cover oleh siaran RRI Jember. Masyarakat di Kabupaten Jember-lah yang seluruhnya ter-cover oleh siaran RRI Jember. Selain itu, pendengar di Kabupaten Jember dianggap sebagai pendengar utama yang dilayani oleh RRI Jember sehingga sampel diambil di Kabupaten Jember saja. Direktur Program dan Produksi berharap agar rekomendasi dan saran pada penelitian tidak terlalu panjang dan banyak sehingga bisa benar-benar sesuai dengan judul penelitian ini. Ia juga berharap agar ke depan, penelitian Puslitbangdiklat untuk siaran pemberdayaan masyarakat bisa difokuskan pada program Siaran Pedesaan. Pembahas selanjutnya adalah Prof. Ahmad Subagyo, dari Universitas Negeri Jember. Pada kesempatan ini, Ahmad Subagyo memberikan tanggapannya atas penelitian ini. Ia menilai bahwa penelitian ini seolah-olah merupakan penelitian yang defensif. Maksudnya, penelitian ini hanya menyasar pada pendengar RRI saja. Selain itu, hasil penelitian ini tampak memberikan penilaian yang positif saja terhadap program RRI. Penilaian positif memang mengemuka dalam penelitian ini, terutama pada hasil survei. Responden lebih banyak memberikan penilaian yang baik untuk program RRI 79

80 secara umum maupun program pemberdayaan masyarakatnya. Bagi para informan pun, banyak yang mendapatkan manfaat dari program siaran pemberdayaan masyarakat, terutama bagi mereka yang terlibat secara langsung dengan acara yang bersangkutan. Ahmad Subagyo menyarankan agar penelitian ini bisa lebih bersifat ofensif. Maksud dari ofensif adalah mengambil sampel secara umum, bukan hanya pendengar RRI, sehingga bisa menggambarkan keterwakilan masyarakat umum. Penelitian ini memang hanya mengambil sampel dari pendengar RRI saja karena penelitian ini juga mencoba mendapatkan evaluasi dari para pendengar. Jika responden tidak mendengarkan siaran RRI, maka mereka tidak bisa menjawab pertanyaan. Masukan dari Ahmad Subagyo agar penelitian ini bersifat ofensif merupakan masukan yang menarik karena penelitian juga bisa dipakai untuk mengetahui kebutuhan warga secara umum dan mengetahui alasan mereka tidak mendengarkan RRI. Jika halhal tersebut bisa diketahui, maka RRI bisa membuat strategi-strategi sehingga siaran RRI bisa didengarkan oleh lebih banyak orang. Meski demikian, dalam penelitian ini, hal tersebut memang tidak bisa diketahui lewat survei. Namun, dalam wawancara mendalam dengan para informan atau narasumber, terdapat sedikit gambaran dari mereka mengapa banyak yang tidak mendengarkan RRI. Beberapa alasan mereka tidak mendengarkan RRI adalah tidak memiliki radio, lebih banyak mengakses media lain (TV, surat kabar, internet), serta tidak memiliki motivasi yang cukup untuk mengetahui informasi yang bersifat lokal atau lebih membutuhkan informasi yang bersifat nasional. Berbagai alasan tersebut memang ditemukan dalam wawancara, tetapi hal tersebut bukan merupakan fokus dari penelitian pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat ini. Ahmad Subagyo juga memberikan masukan agar hasil penelitian ini juga melihat konteks masyarakat Jember yang mayoritas adalah petani, yaitu mencapai 34%. Selain itu, masyarakat Jember juga terdiri dari berbagai suku, seperti Jawa, Madura, Osing, dan Bali. Konteks sosial dan budaya masyarakat menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan dalam mengembangkan siaran pemberdayaan masyarakat. Mengenai hal ini, sudah dimasukkan pada bab sebelumnya. Menurutnya, konteks masyarakat yang demikian menjadikan model siaran langsung cocok dipakai di RRI Jember. Pada kesempatan itu pula, Ahmad Subagyo juga memberikan dukungannya kepada RRI, terutama Puslitbangdiklat agar penelitian yang dilakukan oleh Puslitbangdiklat bisa dijadikan acuan bagi RRI, termasuk ketika ditanya oleh DPR. Ia 80

81 juga menambahkan informasi bahwa di Jember dan sekitarnya, masih ada blankspot sehingga beberapa wilayah tidak bisa menangkap siaran RRI. Selain kedua pembahas tersebut, seminar juga menjadi ruang bagi para narasumber untuk mengonfirmasi hasil penelitian sekaligus menambahkan hal-hal yang bisa menjadi masukan bagi penyelenggaraan siaran RRI. Desak Nyoman Siksiawati yang merupakan Kepala UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang, Lembaga Tembakau Jember menyambut baik penelitian ini. Ia berharap agar hasil penelitian ini perlu diaplikasikan secara langsung. Selain itu, ia juga menyarankan agar RRI Jember, dalam siarannya, juga melibatkan instansi-instansi terkait. Ia menjelaskan bahwa keberadaan RRI Jember bisa membantu lembaganya untuk menyosialisasikan program-program mereka, terutama yang berkaitan dengan masalah perkebunan tembakau. Namun, selama ini hubungan antara RRI dengan Lembaga Tembakau masih terbatas. Sebagai penghasil tembakau yang besar di Indonesia, ia berharap agar ada kerja sama antara RRI dengan lembaganya untuk membangun masyarakat Jember, terutama para petani tembakau. Narasumber lain, Jumantoro, memberikan masukan mengenai kebutuhan pendengar terkait latar belakang mereka sebagai petani. Menurutnya, pendengar membutuhkan informasi pasar. Masukan ini didasari oleh pengalamannya sebagai petani sekaligus Ketua HKTI Kabupaten Jember. Ia juga berharap agar siaran RRI bisa menginspirasi pendengarnya, terutama para petani, agar mau terus berkarya sebagai petani sehingga ke depan tidak ada krisis petani. Ia juga menyatakan siap mendukung dan memfasilitasi kegiatan RRI dengan pendengar. Murtado, Kepala Bagian TU Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jember, mempunyai pandangan yang sama dengan Desak Nyoman Siksiawati. Ia juga berharap hasil penelitian ini bisa diimplementasikan oleh RRI, terutama di Jember. Ia juga berharap ada kerja sama RRI dengan Dinas Koperasi dan UMKM sehingga programprogram dinas dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas. Selain itu, menurutnya, RRI bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk melakukan berbagai penelitian secara reguler sebab banyak mahasiswa yang dapat diberdayakan dalam penelitian tersebut. RRI bisa memberikan kebutuhan penelitiannya ke perguruan tinggi sehingga mahasiswa bisa menjadikan hal tersebut sebagai bahan atau ide untuk tugas akhir. Terkait dengan program pemberdayaan masyarakat, Murtado menekankan perlunya RRI memerhatikan kearifan lokal karena masyarakat Jember memiliki budaya yang kental sehingga RRI juga bisa turut serta mewariskan dan melestarikan budaya 81

82 setempat. Selain itu, RRI juga perlu membina segmen-segmen pendengar, baik melalui kegiatan on air di studio maupun siaran langsung dari lapangan. Murtado menganggap pola lama yang pernah digarap RRI dalam bentuk Siaran Pedesaan bisa terus dihidupkan. Narasumber selanjutnya yang juga memberi tanggapan adalah Wasis Pramono, Direktur PT Mitra Tani Dua Tujuh Kabupaten Jember memberikan masukan agar RRI lebih sering memfasilitasi pertemuan antara pengusaha, petani, dan pemerintah. Menurutnya, terdapat irisan kebutuhan antara petani, pengusaha, dan pemerintah sehingga mereka akan saling membutuhkan. Jika RRI bisa menghubungkan ketiganya dalam forum-forum tertentu, maka hal tersebut akan sangat bermanfaat. Masukan lainnya terkait dengan operasionalisasi program RRI juga disampaikan oleh Siswantoro, Sekretaris Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Jember. Menurutnya, RRI harus bisa memberikan bimbingan kepada pendengarnya tentang bagaimana meningkatkan produktivitas, mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia. RRI bisa memberikan informasi kepada pendengar tentang sumber dana yang bisa diserap oleh masyarakat. Dengan bimbingan tersebut, siaran RRI bisa diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia untuk mengentaskan kemiskinan di daerah. Firdasyah, mahasiswa Politeknik Jember, menanggapi penelitian ini dengan pandangannya bahwa masyarakat di Jember merupakan masyarakat yang masih tertutup. Masyarakat Jember tidak bisa dengan mudah menerima hal-hal baru yang berbeda dengan keseharian mereka. Ia berharap agar RRI bisa membantu mengarahkan dan memberi informasi kepada masyarakat agar lebih bisa menerima inovasi-inovasi yang bisa memberdayakan masyarakat itu sendiri melalui siaransiarannya. Terakhir, Dirut LPP RRI, Rosarita Niken Widyastuti, juga turut memberikan pandangannya. Setidaknya ada empat poin besar yang disampaikan oleh Dirut RRI. Pertama, Program Siaran Pedesaan langsung dari lapangan perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan memerhatikan agenda setting siaran. Program tersebut perlu mengacu pada hasil riset mengenai kebutuhan responden dan masukan dari narasumber. Agenda setting dimaksudkan agar RRI Jember tidak bergantung dan ditentukan oleh pihak lain yang belum tentu sesuai dengan visi dan misi RRI sebagai radio publik. Kedua, berdasarkan hasil penelitian, siaran RRI Jember dianggap sudah baik dan bermanfaat bagi para responden. Akan tetapi, RRI Jember perlu memerhatikan 82

83 bagaimana mengelola masyarakat yang belum menjadi pendengar. Ketiga, data mengenai kepuasan pendengar terhadap siaran RRI sangat penting. Meski demikian, penilaian responden yang belum puas terhadap siaran RRI perlu digali sebagai bahan pertimbangan pengembangan siaran yang sudah ada demi perbaikan ke dalam. Keempat, rekomendasi dalam penelitian ini hendaknya dibuat dengan lebih detail dan operasional. Sebagai contoh, ide tentang pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat dalam bentuk multi level listener. Berbagai masukan dari narasumber tersebut ada yang berkaitan langsung dengan penelitian pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat ini dan ada pula yang bersifat membangun RRI secara umum. Masukan yang sesuai dengan penelitian ini telah dipertimbangkan untuk perbaikan penelitian ini. Terkait dengan pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat, penelitian ini menyarankan agar jaringan pendengar dalam bentuk multi level tersebut bukan hanya untuk mengajak orang mendengarkan RRI. Lebih dari itu, siaran RRI diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memberdayakan dirinya dan kemudian membangun jaringan mereka sendiri. Selanjutnya, RRI cukup memfasilitasinya sehingga jaringan pendengar ini bisa saling bekerja sama memberdayakan diri. Dalam membangun jaringan, RRI bisa memanfaatkan siaran langsung dari lapangan untuk acara Siaran Pedesaan. B. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan besar, yaitu (1) bagaimana kebutuhan pendengar atas siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember?; (2) Bagaimana evaluasi siaran RRI Pro 1 di Kabupaten Jember?; dan (3) Bagaimana kebutuhan siaran pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Jember? Sebelum menjawab ketiga pertanyaan tersebut, perlu diketahui siapa pendengar RRI Pro 1 di Kota Jember. Berdasarkan penelitian ini, pendengar RRI Pro 1 Jember berasal dari kelas ekonomi menengah ke bawah dan berpendidikan rendah. Mayoritas pendengar bekerja sebagai petani. Selain petani, pekerjaan responden lainnya kebanyakan berada pada sektor informal (pedagang, wiraswasta, buruh, dan sebagainya). Media yang mereka akses sehari-hari pun tidak beragam. Banyak responden yang hanya mengandalkan televisi dan radio sebagai sumber informasi dan hiburan mereka. 83

84 Reponden di Jember tergolong dalam medium dan light listener. Mayoritas responden mendengarkan 1-3 jam atau bahkan kurang dari 1 jam. Mereka kebanyakan memfavoritkan jam pagi (sebelum pukul 10.00) atau sore (pukul ). Ini menunjukkan bahwa responden mendengarkan RRI sebagai bagian dari pelepas lelah, bukan menemani saat bekerja juga terlihat dari tempat paling banyak untuk mendengarkan RRI, yaitu di rumah. Terkait dengan kebutuhan pendengar atas siaran RRI, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siaran berita atau informasi menjadi siaran yang paling banyak dibutuhkan oleh responden. Dibandingkan dengan hiburan, kebutuhan akan siaran berita atau informasi lebih besar. Berita atau informasi juga menjadi alasan bagi paling banyak responden untuk mendengarkan RRI. Siaran ini pula yang menjadi rujukan bagi mayoritas responden ketika mendengarkan RRI. Siaran hiburan berada pada urutan kedua untuk siaran yang paling banyak dibutuhkan, menjadi alasan responden untuk mendengarkan RRI, dan menjadikan RRI sebagai rujukan ketika hendak mendapatkannya. Perbedaan antara keduanya tidak banyak. Kemudian, jenis informasi yang paling banyak dibutuhkan oleh responden adalah informasi mengenai ekonomi dan bisnis diikuti oleh tema pendidikan dan politik pemerintahan. Tema tersebut dianggap paling penting oleh responden di Jember. Untuk siaran musik atau hiburan, responden paling banyak menyukai jenis musik dangdut serta musik lokal Banyuwangian dan musik pop. Selain jenis musik tersebut, tidak banyak peminatnya. Secara umum, responden di Jember memberikan evaluasi yang baik untuk siaran RRI, sumber daya manusia, maupun kualitas suara. Siaran yang mendapatkan penilaian paling bagus adalah berita/informasi. Siaran hiburan juga dinilai bagus, tetapi tidak sebanyak siaran berita/informasi. Untuk program siaran secara khusus, program Selamat Pagi Jember menjadi program yang paling banyak didengarkan dan mendapat penilaian yang bagus pula dari responden, baik dari segi penyajian maupun isi. Program lain yang juga didengarkan oleh banyak responden adalah Siaran Pedesaan dan Titian Pagi. Ketiga program tersebut diminati banyak orang. Hasil ini konsisten jika melihat waktu yang paling sering digunakan responden untuk mendengarkan RRI. Program acara Ngobrol Bareng Cak Itok yang hanya bersiaran seminggu sekali dan relatif masih baru menjadi program yang potensial meskipun pendengarnya tidak sebanyak ketiga program yang lain. 84

85 Selama ini, RRI Jember telah dianggap memberikan siaran pemberdayaan yang bermanfaat bagi responden. Berbagai bentuk pemberdayaan masyarakat telah dilakukan oleh RRI. Siaran Pedesaan dan OPSI menjadi program yang paling sering dirujuk oleh narasumber sebagai program yang telah memberdayakan masyarakat. Responden beranggapan bahwa informasi mengenai potensi lokal, sumber daya alam, pendidikan untuk meningkatkan perekonomian mereka, serta pengelolaan keuangan keluarga sudah cukup diberikan oleh RRI. Responden juga banyak yang terinspirasi untuk ikut berpartisipasi di lingkungan sekitar dan mengetahui tentang akses layanan publik di kotanya. Meski demikian, masih ada juga responden yang belum merasakan nilai lebih dari siaran RRI Jember, terutama jika dikaitkan dengan peningkatan ekonomi secara konkret. Untuk siaran pemberdayaan masyarakat, responden paling banyak menginginkan format yang memungkinkan mereka berinteraksi, misalnya dialog interaktif atau obrolan. Kehadiran narasumber yang kompeten juga menarik bagi responden, misal dalam format wawancara. Responden juga lebih menyukai siaran langsung daripada rekaman. Siaran di studio maupun di luar studio dipilih oleh jumlah responden yang berimbang, sehingga pilihan siaran di dalam studio maupun di luar studio perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain yang menguntungkan atau tidak memberatkan bagi RRI sendiri. Dalam penelitian ini, program Siaran Pedesaan menjadi contoh dari program siaran pemberdayaan masyarakat karena program inilah yang paling banyak dirujuk oleh pendengar untuk mendapatkan manfaat dari siaran pemberdayaan masyarakat. Selama ini, program siaran pemberdayaan masyarakat sudah dianggap baik dan bermanfaat. Akan tetapi, masih ada beberapa kelemahan dari program ini. Program siaran pemberdayaan secara umum belum dikelola dengan cukup baik, terutama dalam hal perencaan. Beberapa hal yang perlu menjadi catatan adalah penentuan tema yang lebih banyak ditentukan oleh pihak lain dalam hal ini narasumber atau lembaga lain yang bekerja sama dengan RRI; tim kerja dan perencanaan yang belum optimal; arsip siaran belum rapi; belum ada tradisi riset program; siaran langsung dari lapangan yang masih insidental; pengelolaan jaringan pendengar yang kurang. Bagi sebagian pendengar, manfaat dari siaran-siaran pemberdayaan masyarakat di RRI adalah bertemunya berbagai orang/lembaga dengan kepentingannya masing-masing sehingga bisa menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Selain itu, keberadaan RRI justru mampu menghubungkan pihak-pihak tertentu sehingga terjalin 85

86 kerja sama yang menguntungkan. Oleh karena itu, pengembangan siaran pemberdayaan masyarakat di RRI mestinya bisa dilakukan dengan memaksimalkan kebermanfaatan siaran RRI lewat pengelolaan jaringan pendengar. Berdasarkan UU Penyiaran No. 32 Tahun 2012 Pasal 14 ayat 2 untuk memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dan dengan disahkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa peran RRI, terutama di Jember, menjadi semakin krusial. Desa kini menjadi subjek pembangunan sehingga memerlukan sumber daya manusia desa yang mumpuni untuk mengelola desanya sendiri. Tugas RRI menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pendengar sekaligus mengarahkan, mengemudikan, dan menginspirasi masyarakat desa sehingga mereka bisa mengembangkan dirinya untuk memajukan desanya sendiri dengan memanfaatkan dana desa yang besar sekaligus mengawal pemakaiannya. C. Rekomendasi Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya dan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan tiga hal berikut ini.. Pertama, dengan kebutuhan responden atas siaran RRI yang paling banyak adalah pada berita atau informasi, maka perhatian RRI Jember mestinya dicurahkan lebih banyak untuk siaran tersebut. Berita/informasi yang paling banyak dibutuhkan adalah berita ekonomi. Untuk itu, RRI Jember bisa memberikan porsi yang lebih untuk tema berita ini. Jika melihat bahwa mayoritas responden adalah petani, maka tema ekonomi bisa disesuaikan dengan pendengarnya. RRI Jember bisa memberi porsi informasi yang cukup tentang perekonomian lokal, pertanian, harga-harga kebutuhan pokok, harga-harga komoditas pertanian, termasuk informasi yang bisa membantu pendengar untuk meningkatkan kapasitas perekonomiannya. Tema lainnya yang juga dibutuhkan adalah pendidikan, terutama pendidikan umum. RRI Jember bisa menjadi ruang bagi pendengar untuk belajar tentang kesehatan, lingkungan hidup, pengetahuan hukum, dan sebagainya. Kedua, evaluasi yang telah dilakukan oleh responden memang menunjukkan bahwa siaran RRI Jember sudah cukup baik. Akan tetapi, RRI perlu memerhatikan siaran pendidikan dan siaran kebudayaan yang mendapat nilai tidak sebaik program berita dan hiburan dari responden. Bagaimanapun, sebagai radio publik, RRI Jember harus bisa menghadirkan siaran pendidikan dan siaran kebudayaan yang kerapkali tidak 86

87 disediakan oleh jenis media lain. siaran pendidikan perlu dikembangan sehingga radio ini bisa menggantikan peran sekolah yang tidak bisa dikenyam oleh sebagian besar responden karena mayoritas responden hanya menamatkan tingkat pendidikan yang masih dasar. Siaran kebudayaan pun juga perlu dikembangkan karena tugas RRI salah satunya adalah sebagai pelestari budaya. Siaran kebudayaan tidak melulu harus dimaknai dengan menyiarkan wayang atau lagu-lagu daerah, tetapi juga bisa dibuat dalam bentuk kajian budaya atau bentuk pengenalan budaya lainnya yang memang berkembang di masyarakat Jember sendiri. Ketiga, siaran pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan oleh RRI Jember. Sebagai radio publik, RRI berkewajiban untuk menjadi media yang ikut serta memberdayakan masyarakat melalui siarannya. Pemberdayaan masyarakat terutama ditujukan untuk membantu masyarakat dan membekali masyarakat dengan informasi yang diberikan melalui RRI sehingga masyarakat bisa mengembangkan kapasitas dirinya, baik secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Selain itu, siaran RRI juga harus bisa mendorong partisipasi publik dalam setiap kesempatan di lingkungannya. Partisipasi inilah yang nantinya akan menggeliatkan dinamikan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Dalam siaran pemberdayaan masyarakat ini, responden paling banyak menginginkan siaran langsung sehingga memungkinkan mereka untuk ikut berinteraksi dalam siaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perlu juga membuat siaran pemberdayaan masyarakat secara langsung dari lapangan, lewat penyuluhan atau dialog interaktif. Tujuannya adalah mendekatkan RRI dengan pendengarnya sekaligus mempromosikan RRI kepada masyarakat yang lebih luas. RRI bisa menggandeng lembaga-lembaga terkait sebagai sponsor maupun narasumber asal tidak bertentangan dengan prinsip RRI sebagai lembaga penyiaran publik. Siaran pemberdayaan masyarakat di luar studio harus dilakukan secara berkala, yaitu seminggu sekali atau minimal sebulan sekali. RRI bisa membuat siaran langsung di desa-desa dengan melibatkan warga. Namun, siaran ini perlu mengingat kapasitas dalam RRI sendiri, baik secara finansial, sumber daya manusia, maupun waktu. Untuk membuat siaran pemberdayaan yang baik, sumber daya manusia RRI harus terus dikembangkan. Tim kerja harus dibuat efektif dan efisien, terutama untuk membuat Siaran Pedesaan di luar sehingga tidak perlu mengganggu pekerjaan lain di RRI. SDM RRI yang berhubungan dengan siaran pemberdayaan masyarakat harus membekali diri dengan pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat itu sendiri 87

88 maupun tentang kondisi dan permasalahan di masyarakat setempat (misalnya tentang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, UMKM, dan sebagainya), serta kapasitas penelitian. Pengembangan kapasitas ini bisa dilakukan lewat banyak cara, yaitu lebih sering terjun langsung ke lapangan dan berhubungan dengan para pelaku di lapangan, membaca buku atau informasi terbaru tentang pemberdayaan masyarakat, diskusi dengan akademisi, mengikuti forum-forum desa, dan sebagainya. Model siaran DBU masih layak dipergunakan sebagai salah satu acuan model siaran pemberdayaan masyarakat di RRI, dengan pengembangan dititikberatkan pada pembentukan jaringan antarpendengar untuk ikut berpartisipasi dalam siaran dan memperkuat jaringan antarkelompok pendengar. Multi level and network listener bisa dikembangkan untuk mempercepat dampak siaran pemberdayaan masyarakat sekaligus memperkuat komitmen pendengar. Dalam jaringan antarkelompok ini, RRI sebagai lembaga penyiaran publik hanya bertugas sebagai fasilitator jaringan dan membuat masyarakat yang berada dalam jaringan ini mampu memberdayakan dirinya. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat tidak lagi bersifat top-down, melainkan pemberdayaan yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Pengembangan jaringan pendengar bisa dilakukan pada proses produksi siaran langsung dari lapangan. Keempat, RRI perlu membuat laboratorium pengembangan program siaran pemberdayaan masyarakat di beberapa RRI yang dikelola secara baik dan dievaluasi secara berkala, salah satunya adalah di RRI Jember. Dengan laboratorium ini, program siaran pemberdayaan masyarakat bisa dipakai sebagai contoh dan diduplikasi oleh satker RRI lainnya, tentu dengan berbagai penyesuaian menurut masing-masing satker. 88

89 DAFTAR PUSTAKA Babalola, B.K. (2012) Educational Broadcasting in Negeria: A Historical Development Perspective, dalam Journal of Communication and Culture, Vol.3, No.2, Agustus Badan Pusat Statistik. (2015) Jumlah Penduduk Miskin Setember 2014 Mencapai 27,73 Juta Orang. Diunduh dari tanggal 18 April Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. (2014) Kabupaten Jember dalam Angka. Jember: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. Banerjee, Indrajit dan Kalinga Seneviratne (ed.). (2006) Public Service Broadcasting in the Age of Globalization. Singapore: Asian Media Information and Communication Centre. Eriyanto. (2007) Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Martono, Nanang. (2011) Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press. Nasdian, Fredian Tonny. (2014) Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Poerbojopoetro, Soetojo, dkk. (1975) Pedoman Siaran Pedesaan. Jakarta: Radio Republik Indonesia dan Badan Pendidikan, Latihan, dan Penyuluhan Pertanian. Soetomo. (2013) Pemberdayaan Masyarakat: Mungkinkah Muncul Antitesisnya? Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 89

90 Dokumentasi Kegiatan Hasil Penelitian Pengembangan Program Siaran Pemberdayaan Masyarakat di RRI Jember, 8 Juni 2015 Direktur Utama LPP RRI (Niken Widiastuti), sedang memberikan sambutan arahan pentingnya seminar hasil penelitian Kapuslitbangdiklat RRI (Sutrisno Santoso) penyaji seminar, Agus Sukoyo/Moderator, dan Intan/Peneliti Peserta seminar adalah narasumber/informan penelitian Hadir: Dwi Hernuningsih/Anggota Dewas, Kabul Budiono/Dir PP, Ardike/ Kepala RRI Denpasar, Dan kepala RRI se Jatim Mahasiswa Poltek UNJ Jember, ikut berpartisispasi dalam penelitian sebagai enumerator dan peserta seminar. 90

91 Narasumber/Informan juga dilibatkan dalam seminar guna mengklarifikasi hasil penelitian. Pembahas, Direktur PP (Kabul Budiono) dan Prof. Ahmad Subagyo, dari Universitas Negeri Jember. Narasumber dan peserta seminar berfoto bersama Direktur Utama LPP RRI. 91

92 92

93 93

94 LAPORAN HASIL PRA SURVEI PENGEMBANGAN PROGRAM SIARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI RRI JEMBER Tanggal Maret 2015 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Maret 2015 Pok1 dan Pok 2 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jl. PB. Sudirman 90 Jember DR. Misnawi (Kepala Divisi Penelitian Kakao) Agung W. Susilo (Puslitkoka) Nur Ariefandie F (ICCRI) Produktifitas Kakao diharapkan mampu 2-3 Ton yang diaplikasikan oleh para petani masih sangat rendah dari yang kami tetapkan hanya mencapai kg per panen. Produktifitas Kopi 3 ton realisasi nya mencapai 700 kg, hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang teknologi pembudidayaan kakao dan kopi. Vietnam dulu belajar ke Indonesia dalam waktu 3 tahun hasil produksinya sudah mampu melebihi dari Indonesia. Bermitra dengan petani untuk memberikan penyuluhan tentang bagaimana budidaya kakao; Permasalahannya masyarakat petani yang sering melalaikan SOP pemeliharaan tanaman sehingga hasil menjadi kurang maksimal. Lembaga ini memiliki peneliti sebanyak 40 orang [kopi dan kakao]; Peneliti ada yang dibekali dengan perubahan iklim global; Setiap bulan menerima tamu dari lembaga dan institusi penelitian baik pemerintah maupun swasta; Pernah ada wacana ingin mendirikan lembaga penyiaran yang biayanya ditanggung oleh Bank Dunia tetapi tidak jadi karena terbentur biaya; Pusat Penelitian menjadi acuan litbang kopi kakao domestik maupun mancanegara; 94

95 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Maret 2015 Pok2 PT. Mitratani Dua tujuh Jln. Brawijaya 83 Mangli Jember Ir. Guntaryo Tri Indarto (Direktur Utama) Maret 2015 Pok1 Lembaga ini sangat apresiasi dengan penyiaran sehingga mereka akan siap dan akan menghadirkan narasumber yang bervariasi sesuai topik yang dibahas di RRI. Kedelai merupakan tanaman subtropis yang ditanam di daerah tropis, sehingga sudah dihalsilkan benih sendiri. SPM 1,2, & 3. Sementara ini pemasaran produk edamame ditangani oleh pabrik Pola budidaya dengan pola inti, sehubungan dengan mulai banyaknya permintaan, sehingga dikembangkan system plasma bekerja sama dengan masyarakat. Ditargetkan dari 1000 lebih, 240 hektar ini dan sisanya adalah mengembangkan petani, 120 hektar akan dilakukan secara bertahap Akan membuat petani mitra dengan masyarakat berkaitan dengan penanaman edamame. Akan memberikan penyuluhan tentang edukasi produk dari edamame dan OKRA. Pernah menjadi narasumber dalam acara dialog interaktif di RRI Programa 1. Sosialisasi terjun langsung kepada petani. Petani yang menjadi mitra kerjasama mendapat benih, pupuk, dan pengawasan yang terstandar dari pihak PT. Mitratani Dua Tujuh yang diharapkan kualitas hasil edamame sesuai keinginan pembeli (Negara pemesan). Merupakan perkebunan dan pembibitan buah. Ada tiga macam buah naga yang di kembangkan warna unggu,warna kuning dan jingga. Disamping buah naga juga 95

96 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Mitra Tani Unggul Dusun Darungan Desa Sidomulyo Kec.Semboro Kota Jember Jawa Timur Ibu Uswatun (Ketua Mitra Tani Unggul) dikembangkan tanaman buah lainnya misalnya Durian, Sirkaya, Jambu dll. Pemasarannya sampai ke Manca Negara Asia.Timur Tengah dan terutama Jepang. Mitra Tani Unggul membantu pemasaran asalkan produksinya sama yang dihasilkan oleh mitra tani.dan juga memberikan cara-cara pemupukan, pemeliharaan secara alami. Mitra Tani Unggul mempunyai 20 karyawan yang dihidupi dari hasil pengelolaan dan pembudidayaan perkebunan tesebut. Bu Uswatun merindukan cara siaran pemeberdayaan masyarakat seperti tahun 1986an yaitu adanya Kelompencapir. Bahkan dia masih menjalin hubungan kemitraan dengan para petani karena siaran RRI. Pernah diajak mengikuti pameran saat Jamsinas di Jambi dengan memamerkan produk dan cara pembudidayaan buah naga varietas unggul. 96

97 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Maret 2015 Pok1 HKTI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Timur di Jember Jl. Diponegoro 163 Candijati- Arjana Jember Jumantoro (Ketua HKTI-Jember) Telp Fax Jumantoro adalah ketua HKTI sekaligus petani yang memberdayakan masyarakat dengan berbagai kegiatan sosial kemasyakatan khusus petani di pedesaan. Menyambut baik adanya program siaran pemberdayaan masyarakat yang dapat melibatkan para petani di daerahnya. Menurutnya RRI merupakan satu-satunya radio yang netral dapat menjembatani masyarakat. Dia terinpirasi saat menjadi narasumber di RRI dengan pendengar yang terlibat langsung dalam dialog. Akhirnya dimobilnya ditulis no lying to be continue jangan ada dusta yang bekelanjutan, tulisan itu dipasang di mobilnya, saking citanya pada RRI. Jumantoro memberikan masukan pentingnya program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, bukan hanya untuk kepentingan sesaat. 97

98 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Maret 2015 Pok2 Home industry: Pengrajin Tasbeh di Desa Krajan Kec.Mbalung Kab. Jember Pengrajin Tasbeh 1. Bapak Zaenal Solihin Maret 2015 Pok1 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jawa Timur. UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Lembaga Tembakau Jember Jl. Kalimantan No.1 Jember Pengrajin tergolong pada usaha rumahan dengan modal dan alat yang terbatas. Permasalahan yang dihadapi adalah pemasaran tasbeh masih tergantung pada pesanan dari pelanggan. Belum adanya koperasi yang menampung hasil kerajinan tasbeh. Membutuhkan mesin produksi dengan merk Weslek untuk menambah produktifitas produk tasbeh, dengan adanya mesin diharapkan dapat mengurangi pengangguran di lingkungan. Pengrajin berkeinginan mengurangi pengangguran di lingkungan sekitarnya. Mereka mendengarkan RRI khususnya acara tembang kenangan, acara pro 2. Pernah diundang sebagai narasumber cak itok (dialog interaktfi RRI Jember). Lembaga ini sebagai media penghubung dengan pola kemitraan antara petani dan pengusaha yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jawa Timur. Lembaga ini menetapkan 150 hektar petani dengan pengusaha, dan tahun ini sekitar 500 hektar. Dengan adanya pola kemitraan ini diharapkan diuntungkan kedua belah pihak (pengusaha dan petani) Merencanakan Museum tembakau sebagai tempat wisata sejarah tembakau di Jawa Timur, bahwa Jember merupakan kilasan sejarah tembakau di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda. 98

99 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Ir. Desak Nyoman Siksiawati, MMA. (Kepala UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Lembaga Tembakau Jember) Sunito (Kepala Musieum Tembakau UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Lembaga Tembakau Jember) Mereka keinginan memberikan penerangan manfaat tembako bukan hanya untuk rokok, tetapi masih banyak manfaat darinya misalnya untuk pupuk organik, bahan kecantikan, dan bahan obat. Pernah sebagai narasumber di RRI Jember, dan menyambut baik dengan adanya program pemberdayaan masyarakat Maret 2015 Pok2 Dinas Koperasi dan UMKM (Jl. Karimata, Jember) Murtado/ (Kepala Dinas koperasi dan UMKM) Pada tahun 2015 menganggarkan untuk sosialisasi program koperasi dan UMKM melalui media radio (RRI dan Radio Rosalina) Menginginkan adanya kelompok pendengar di pedesaan untuk mensosialisasikan koperasi. Pihak Dinas Koperasi dan UMKM menginginkan Acara siaran pedesaan disiarkan pada malam hari Format acara dengan Dialog Interaktif. 99

100 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Maret 2015 Pok2 Badan Pemberdayaan Masyarakat, Jln. Jawa no.26 Jember Iswanto (Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat) Melakukan pelatihan program pemberdayaan sesuai keterampilan yang dibutuhkan contoh seperti pertukangan, meubeler, dan sebagainya BPM akan memberikan bantuan setelah ada proposal pengajuan dari masyarakat, selanjutnya disurve oleh BPM kalau dinilai layak untuk menerima bantuan, maka ditindaklanjuti oleh BPM. Program pemberdayaan masyarakat mandiri terpadu yang bergerak dalam produktifitas sumberdananya dari BPM dan CSIR Maret 2015 Pok1 Universitas Negeri Jember UNEJ Agung Purwanto (Kepala Humas Unej) Prof Achmad Bagyo (Lemlit UNEJ) Program pemberdayaan bagi calon mahasiswa melalui program bina lingkungan. MENURUT Agung Purwanto, perlu komunitas sebagai saluran komunikasi-sekarang era TV. Era radio mulai ditinggalkan masyarakat untuk itu bagi RRI dengan mempertimbangkan unsur kekuatan radio yaitu ruang imajinasi pendengar, RRI perlu menyediakan waktu dan program agar bisa bersaing dengan TV. Perlu adanya program pemberdayaan masyarakat dari kampus-misal taklshow kerjasama dengan Lablit pemberdayaan masyarakat. Menjadi program link pemberdayaan masyarakat, masyarakat diajak Direkomendasikan narasumber Prof. Achmad Subagyo selaku peneliti Unej, penemu beras dari bahan baku tepung tapioka. 100

101 N0 TANGGAL/ LOKASI/ NARASUMBER POKOK PEMBICARAAN Dok Foto Maret 2015 Pok1 Program dialog interaktif Forum Komunikasi Pemerhati (FKP) RRI Ngobrol Bareng Cak Itok Cak Itok, Sekda Kab Jember, DPR kab Jember, dan anggota FKP Acara ngobrol bareng Cak Itok dimulai awal Januari 2015 sebagai ajang komunikasi kelompok pemerhati RRI jember Pokok bahasan bervariasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat Disiarkan setiap pukul wib setiap hari Jumat Malam. Format acara dialog santai ini disukai masyarakat jember, dengan bukti mereka tanpa diundang bersedia datang hanya untuk menyimak secara langsung. Disamping itu online via telepon mendapat tanggapan positip dari berbagai pemerhati. Kelompok 1 Agus Sukoyo Ai Salamah Muh Yusuf Kelompok 2 Diran Asep Sugiantoro Wiwiek Pendamping RRI Jember Mudiono Aryono Endang Subagyo Wardiman Driver Moch Sujoni Nofen Wijaya 101

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 DATA AGREGAT PER KECAMATAN KABUPATEN JEMBER

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 DATA AGREGAT PER KECAMATAN KABUPATEN JEMBER HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 DATA AGREGAT PER KECAMATAN KABUPATEN JEMBER BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JEMBER Jl. Cendrawasih No. 20 Jember Telp. 0331-487642 Fax. 0331-427533 E-mail : bps3509@bps.go.id

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang

Lebih terperinci

PPDB TAHUN 2017/ 2018

PPDB TAHUN 2017/ 2018 PENDAFTARAN PPDB TAHUN 2017/ 2018 SMA NEGERI 2 JEMBER Jl. JAWA No. 16 Telp. 0331-321375 Web site : www.sman2jember.sch.id E mail : smada_jr@yahoo.com 1. Jalur Prestasi 1. SHUN atau Surat Keterangan Kelulusan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jember Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jember Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jember Tahun 2013 sebanyak 325.062 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Jember Tahun 2013 sebanyak 49 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak berbadan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 3.1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 3.1 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 3.1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

Tabel 1. Waktu Mendengarkan Radio. Medan Pekanbaru Palembang Banjarmasin Makassar Manado

Tabel 1. Waktu Mendengarkan Radio. Medan Pekanbaru Palembang Banjarmasin Makassar Manado EXECUTIVE SUMMARY Urgensi riset khalayak bagi lembaga penyiaran publik seperti RRI bisa dilihat dalam dua hal. Pertama, khitah lembaga penyiaran publik adalah melayani publik atau masyarakat dalam pengertian

Lebih terperinci

OPTIMALISASI EKONOMI PEMILIHAN POLA TANAM UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER. Muhammad Firdaus, Dosen STIE Mandala Jember

OPTIMALISASI EKONOMI PEMILIHAN POLA TANAM UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER. Muhammad Firdaus, Dosen STIE Mandala Jember OPTIMALISASI EKONOMI PEMILIHAN POLA TANAM UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER Muhammad Firdaus, Dosen STIE Mandala Jember Muhammadfirdaus2011@gmail.com Abstracts This study aims to determine the type of commodity

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY RISET PENDENGAR RRI TAHAP I DI LIMA KOTA (BANDUNG, SEMARANG, YOGYAKARTA, DENPASAR DAN SURABAYA)

EXECUTIVE SUMMARY RISET PENDENGAR RRI TAHAP I DI LIMA KOTA (BANDUNG, SEMARANG, YOGYAKARTA, DENPASAR DAN SURABAYA) EXECUTIVE SUMMARY RISET PENDENGAR RRI TAHAP I DI LIMA KOTA (BANDUNG, SEMARANG, YOGYAKARTA, DENPASAR DAN SURABAYA) TIM PENELITI PUSTLIBANGDIKLAT LPP RRI PENANGGUNG JAWAB Awanda Erna KETUA PENELITIAN Dedi

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY POSISI RRI/PETA PERSAINGAN RADIO DI TINGKAT LOKAL

EXECUTIVE SUMMARY POSISI RRI/PETA PERSAINGAN RADIO DI TINGKAT LOKAL EXECUTIVE SUMMARY Status Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai lembaga penyiaran publik menuntut radio ini untuk bisa menyajikan siaran yang cerdas dan mendidik. Selain itu, RRI juga harus bisa melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan, atau motif tertentu yang dirasakan oleh khalayak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan, atau motif tertentu yang dirasakan oleh khalayak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Uses and Gratification merupakan salah satu pendekatan yang menekankan pada penggunaan media bergantung pada kepuasan, kebutuhan, keinginan, atau motif tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesuksesan konvergensi/ kombinasi digital media dapat dirasakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesuksesan konvergensi/ kombinasi digital media dapat dirasakan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesuksesan konvergensi/ kombinasi digital media dapat dirasakan oleh hampir semua orang melalui perangkat mobile technology yang semakin terkonvergensi oleh hadirnya

Lebih terperinci

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMA NEGERI 5 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMA NEGERI 5 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018 PEMERINTAH PROVINSI JAWATIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5JEMBER Jalan Semangka 4 Jember (0331) 422136 Faks. (0331)421355 website: sman5jember.sch.id email:smalajember@gmail.com JEMBER

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

Analisis Sebaran Hujan Kabupaten Jember Menggunakan Metode Thiessen SIG (Sistem Informasi Geografis) Ari Wahono 1)

Analisis Sebaran Hujan Kabupaten Jember Menggunakan Metode Thiessen SIG (Sistem Informasi Geografis) Ari Wahono 1) Analisis Sebaran Hujan Kabupaten Jember Menggunakan Metode Thiessen SIG (Sistem Informasi Geografis) Ari Wahono 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember Air merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

RISET PENDENGAR RRI DI ENAM KOTA

RISET PENDENGAR RRI DI ENAM KOTA RISET PENDENGAR RRI DI ENAM KOTA (MEDAN, PEKANBARU, PALEMBANG, MAKASSAR, BANJARMASIN, MANADO) PENANGGUNG JAWAB Awanda Erna KETUA Dedi Suparman SEKRETARIS Diran PENELITI Puji Rianto Anna Susilaningtias

Lebih terperinci

Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada

Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan informasi dan komunikasi dari masa ke masa semakin maju dan berkembang semakin pesat, seiring peran media massa yang tidak hanya sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dikatakan sebagai media yang komunikatif, edukatif dan menghibur.

BAB I PENDAHULUAN. sering dikatakan sebagai media yang komunikatif, edukatif dan menghibur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia penyiaran, khususnya radio berjalan cukup pesat seiring dengan tingkat peradaban manusia dan kemajuan teknologi. Radio siaran sebagai

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

1II PROFIL RESPONDEN...

1II PROFIL RESPONDEN... Daftar Isi Daftar Isi... 2 Bagian 1 PENDAHULUAN... 3 Latar Belakang... 3 Tujuan Survei... 4 Lokasi Survei... 4 Bagian 1I MODEL SURVEY... 5 Sumber Data... 5 Sempel Responden... 5 Waktu Pengumpulan Data...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak. Media televisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak. Media televisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia. Informasi merupakan kebutuhan pokok bagi manusia karena informasi dapat dijadikan sebagai petunjuk kemajuan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1 PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER

Agriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1 PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER PERKEMBANGAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER Aryo Fajar Sunartomo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember aryofajar74@yahoo.com ABSTRAK Terjadinya peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SEGMENTASI PENDENGAR RADIO DAIS FM SEMARANG

BAB IV ANALISIS SEGMENTASI PENDENGAR RADIO DAIS FM SEMARANG BAB IV ANALISIS SEGMENTASI PENDENGAR RADIO DAIS FM SEMARANG A. Analisis Data Penelitian Pada awal perkembangan industri penyiaran di Indonesia, pengelola media penyiaran pada umumnya membidik audien hanya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian yang di peroleh dari lapangan dan juga melakukan pembahasan berdasarkan atas data yang di peroleh dari 97

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER ABSTRACT

ANALISIS DINAMIKA KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER ABSTRACT ANALISIS DINAMIKA KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER Ahmad Anas 1, Rudi Wibowo 2, Yuli Haryati 3 ) 1 ) Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Jember 2 ) Dosen Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi sekarang ini media massa adalah sumber informasi seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel 45 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Sebelum hasil penelitian ini dijelaskan lebih lanjut terlebih dahulu peneliti akan menjabarkan identitas dari responden. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Deddy Mulyana (2001), komunikasi adalah hal mendasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut muncul dan berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM DENGAN METODE SAVINGS HEURISTIC SKRIPSI

PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM DENGAN METODE SAVINGS HEURISTIC SKRIPSI PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM DENGAN METODE SAVINGS HEURISTIC SKRIPSI Oleh Risqie Annisa Putri NIM 081810101014 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 62 BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR 6.1 Agenda Pendengar Agenda pendengar adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini pendengar dan pengetahuan mereka.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional senantiasa dilakukan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional senantiasa dilakukan untuk mencapai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional senantiasa dilakukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih tetap diperlukan untuk menggerakkan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak selalu berusaha untuk secara berkala menggunakan berbagai media

BAB I PENDAHULUAN. khalayak selalu berusaha untuk secara berkala menggunakan berbagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti diketahui saat ini penggunaan berbagai jenis media massa mengalami berbagai peningkatan. Tingginya kebutuhan informasi ini membuat khalayak selalu berusaha

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN AKSES INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

CITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR. NTt

CITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR. NTt CITIZEN REPORT CARD FLORES TIMUR NTt Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas mereka

Lebih terperinci

( R K P D ) Kabupaten Jember Tahun 2016

( R K P D ) Kabupaten Jember Tahun 2016 PEMERINTAH KABUPATEN Rencana Kerja Pembangunan Daerah ( R K P D ) Kabupaten Jember PEMERINTAH KABUPATEN TAHUN 2015 n DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN DAN KEBUTUHAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER Aryo Fajar Sunartomo Staff Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember email : aryofajar74@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143

ABSTRAKSI. : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C005143 ABSTRAKSI Judul Tugas Akhir Nama NIM : STUDI MENGENAI FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI KONSUMSI TELEVISI LOKAL DI KOTA SEMARANG : Brian Stephanie : D2C00543 Televisi lokal memiliki kekuatan pada kedekatannya dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan Perencanaan media merupakan proses pengarahan pesan periklanan kepada khalayak sasaran pada waktu dan tempat yang tepat serta menggunakan saluran yang tepat.

Lebih terperinci

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT RICKY YUNIAR WILDAN D2C605137 RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT Di era informasi ini, kebutuhan untuk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER ABSTRACT

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER ABSTRACT PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER Muhammad Firdaus 1, Hadi Paramu 2, Suherman 3 dan Cholyubi Jusuf 4 ) 1 ) Staf Pengajar STIE Mandala Jember 2 ) Staf Pengajar FE Universitas Jember

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat ini sangat menunjang mobilitas dan gaya hidup konsumen. Konsumen cenderung memiliki

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Kondisi Geografis Provinsi Jawa Tengah mempunyai dua puluh sembilan kabupaten dan enam kotamadya, salah satu kabupaten tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan hidupnya, tak terkecuali manusia. Akan tetapi berbeda dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA

PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian BAB III PENYAJIAN DATA A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah responden yang memberikan jawaban melalui angket. Adapun yang menjadi responden

Lebih terperinci

Reni Chairunnisah, Nuryadi, Eri Witcahyo

Reni Chairunnisah, Nuryadi, Eri Witcahyo Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai dengan Kinerja di Kabupaten Jember (The Correlation between Leadership and Employee s Work Motivation with Working Performance of Public Health Center in

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO MAGETAN INDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN,

Lebih terperinci

Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jember Tahun (Analysis Of Economic Growth Potential In District Jember )

Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jember Tahun (Analysis Of Economic Growth Potential In District Jember ) Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jember Tahun 2010 2013 (Analysis Of Economic Growth Potential In District Jember 2010-2013) Miftahul Rochman, Badjuri, Agus Luthfi. Program Studi Ekonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan 68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beras sebagai salah satu bahan pangan pokok memiliki nilai strategis dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial politik.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Jember. Tahun 2016

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Jember. Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN Pemerintah Kabupaten LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NOMOR : 22 TAHUN 2015 TANGGAL : 28 MEI 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN TAHUN 2016 Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di awal tahun 2000 pemerintah menerapkan otonomi daerah, langkah ini

BAB I PENDAHULUAN. Di awal tahun 2000 pemerintah menerapkan otonomi daerah, langkah ini 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di awal tahun 2000 pemerintah menerapkan otonomi daerah, langkah ini disertai perubahan organisasi pemerintah di tingkat propinsi, kabupaten dan kota. Lembaga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci